ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Di Susun Oleh:
REDHA FITRI EKAWATI
NIM. P 17420613067
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Sebagai pengantar, makalah "ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME / ARDS" disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak dan menjadi sumber informasi bagi mahasiswa dan dosen.
Makalah ini ditampilkan dengan pola sistematis yang dapat memberiakan wawasan bagi mahasiwa perawat untuk bertindak dengan berdasarkan penalaran ilmiah. Dengan mengupas penyakit Acute Respiratory Distress Syndrome pada bayi dengan menjalankan asuhan keperawatan.
Penulis menyampaikan ucapan trimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini dan kepada penulis dari sumber-sumber yang digunakan.
Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan anak.
Semarang, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1
RUMUSAN MASALAH 1
TUJUAN 1
MANFAAT 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
DEFINISI ARDS 3
ETIOLOGI 3
PATOISIOLOGI 5
KOMPLIKASI 7
MANIFESTASI KLINIS 7
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 8
PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 10
PENGKAJIAN 10
DIAGNOSA KEPERAWATAN 11
INTERVENSI 12
EVALUASI 16
BAB IV PENUTUP 17
SIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit respiratory distress syndrome adalah penyebab utama kematian pada bayi baru lahir. Diperkirakan 30 % dari semua kematian neonatus yang disebabkan oleh penyakit membrane hialin (PMH).
PMH terutama terjadi pada bayi premature; intensitasnya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30 % pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada bayi yang lebih dari 37 minggu, dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan multijanin, persalinan seksio sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, dan adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena.
RUMUSAN MASALAH
"Apa itu Acute Respiratory Distress Syndrome?"
"Apa penyebab ARDS pada bayi baru lahir?"
"Bagaimana mekanisme terjadinya ARDS pada bayi baru lahir ?"
"Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ARDS?"
"Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada kasus ARDS?"
TUJUAN
Mengetahui definisi dari acute respiratory distress syndrome
Dapat menjelaskan penyebab ARDS pada bayi
Dapat memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya ARDS pada bayi baru lahir
Dapat membuat diagnosa keperawatan pada kakus ARDS
Dapat melakukan asuhan keperawatan secara tepat
MANFAAT
Dapat memberikan informasi kesehatan pada ibu hamil dalam upaya pencegahan terjadinya ARDS
Dapat melakukan monitoring dan perawatan pada pasien dengan ARDS
Dapat melakukan pengkajian secara cepat dan tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI ARDS
Acute Respiratory Distress Syndrome bukan suatu penyakit, melainkan suatu kumpulan gejala atau dalam istilah medis dikatakan sebagai suatu sindrom pada sistem pernapasan (American Lung Association, 2013).
Acute Respiratory Distress Syndrome ( Sindrom Distress Pernafasan Akut ) adalah perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disease (HMD) (Suriadi, 2001).
RDS juga disebut sebagai sindrom gawat nafas yaitu kumpulan gejala yang terdiri atas dispnea atau takipnea dengan frekuensi pernafasan besar 60 kali per menit, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrium, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi (Ngastiyah, 2005 : 23).
Menurut Whalley dan Wong, gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini dikenal juga dengan nama hyaline membrane disease HMD atau penyakit membran hialin yang melapisi alveoli.
Sindrom Distres pernafasan adalah perkembangan yang imature pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. Respiratory Distress Syndrome dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD).
ETIOLOGI
Etiologi RDS dihubungkan dengan usia kehamilan, berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram. Sering terjadi pada bayi dengan lahir kurang dari 1000 gram. Semakin muda seorang bayi, semakin tinggi resiko RDS sehingga menjadikan perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. Kadar surfaktan paru mature biasanya muncul sesudah 35 minggu. Sintesis surfaktan sebagian bergantung pada pH, suhu dan perfusi normal. Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia paru terutama dalam hubungan dengan hipovolemik, hipotensi, dan stress dingin, dapat menekan sistesis surfaktan.
Atelektaksis alveolar, formasi membrane hialin, dan edema interstisial membuat paru-paru kurang lentur, memerlukan tekanan yang lebih besar untuk mengembangkan alveolus kecil dan jalan napas. Pada bayi, dada bawah tertarik kedalam ketika diafragma turun dan tekanan intratoraks menjadi negatif, dengan demikian membatasi jumlah tekanan intrathoraks yang dihasilkan; akibatnya muncul kecendrungan atelektaksis. Dinding dada bayi yang sangat lemah memberi lebih sedikit tekanan daripada dinding dada bayi matur terhadap kecendrungan paru kolaps.
RDS terjadi dua kali lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, insidens meningkat pada bayi dengan faktor-faktor tertentu, misalnya ibu yang menderita diebetes mellitus melahirkan bayi berusia kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal dan lahir melalui sectio caesaria.
Etiologi yang lain dari ARDS adalah:
Kelainan paru: pneumonia
Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi miocardium
Kelainan susunan syaraf pusat akibat: Asfiksia, perdarahan otak
Kelainan metabolik: hipoglikemia, asidosis metabolik
Kelainan bedah: pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia diafragmatika
Kelainan lain: sindrom Aspirasi mekonium, penyakit membran hialin
Bila menurut masa pertumbuhan, penyebab gangguan nafas ialah:
a. Pada bayi kurang bulan
Penyakit membran hialin
Pneumonia
Asfiksia
Kelainan atau malformasi kongenital
b. Pada bayi cukup bulan
Sindrom Aspirasi Mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi akibat peningkatan aktivitas usus janin. Mekonium adalah feses janin saat dalam kandungan yang apabila terjadi gangguan dapat bercampur dengan cairan amnion sehingga terhirup oleh janin.
Pneumonia
Asidosis
Kelainan atau malformasi kongenital
PATOFISIOLOGI
Pada bayi dengan RDS, karena adanya ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang premature terjadi kegagal pernapasan karena imaturenya dinding dada, parenchym paru, dan imaturnya endothelium kapiler yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi.
Pada bayi dengan RDS disebabakan oleh menurunnya jumlah surfaktan atau perubahan kualitatif surfaktan dapat menyebabkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi. Terjadi perubahan intra-extrathoracic dan menurunnya pertukaran udara.
Secara alamiah perbaikan mulai terjadi setelah 24-48 jam. Sel yang rusak akan diganti. Membrane hyaline, berisi debris dari sel necrosis yang tertangkap dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein), di pagosit oleh makrograf. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang rusak dan epitelium jalan nafas, kemudian terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveoli. Sintesis surfaktan kembali diproduksi dan kemudian terjadi perbaikan alveoli untuk pengembangan.
Gambar patofisiologis secara jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Surfaktan menurun
Compliance (distensibilitas) paru menurun PO2 menurun
Atelectasis
Metabolisme anaerob
Usaha napas meningkat
Menurunnya ventilasi
CO2 meningkat Asidosis
Perfusi perifer menurun Vasokonstriksi perifer dan pulmonal
Tekanan darah arteri menurun Tekanan arteri pulmonal meningkat
Aliran darah paru menurun
Surfaktan menurun
Gambar : Patofisiologi RDS: sumber dari Ladewic; London and Olds (1998). Maternal Newborn Nursing Care. Foutrh Edition California: Addison Wesley
KOMPLIKASI
Pneumothorax
Pneumomediastinum
Pulmonary intersititial dysplasia
Bronchopulmonary dysplasia ( BPD)
Paten ductus arteriosus (PDA)
Hipotensi
Menurunnya pengeluaran urine
Asidosis
Hipotermi
Hipernatermi
Hipokalemi
Disseminated intravascular (DIC)
Kejang
Intraventicular hemorrhage
Retinopathy pada premature
Infeksi sekunder
MANIFESTASI KLINIS
Tanda biasanya tampak dalam beberapa menit kelahiran, walaupun tanda-tanda ini tidak dapat dikenali selama beberapa jam sampai pernapasan menjadi cepat, dangkal bertambah sampai 60/menit.
Tachypnea
Retraksi dada ( suprasternal, substernal, intercostal)
Pernapasan terlihat parados
Cuping hidung
Apnea
Terjadi ketika bayi menjadi lelah dan muncul tanda-tanda tidak menyenangkan yang membutuhkan intervensi segera.
Murmur
Sianosis
Kematian jarang terjadi pada bayi hari pertama sakit, biasanya terjadi antara hari ke-2 dan ke-7 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar dan perdarahan paru atau interventikuler.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto rontgen
Untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diafragma dengan overdistensi duktus alveolar
Analisa gas darah
Analisa gas darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, SaO2 92% - 94%, pH 7,31 – 7,45
Immature lecithin
Paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan paru, dengan cara menghitung rasio lesitin dibandingkan sfingomielin dari cairan amnion. Sfingomyelin merupakan suatu membran lipid yang secara relatif merupakan komponen non spesifik dari cairan amnion.
Gluck dkk menemukan bahwa L/S untuk kehamilan normal adalah < 0,5 pada saat gestasi 20 minggu dan meningkat secara bertahap pada level 1 pada usia gestasi 32 minggu. Rasio L/S = 2 dicapai pada usia gestasi 35 minggu dan secara empiris disebutkan bahwa Neonatal RDS sangat tidak mungkin terjadi bila rasio L/S > 2. 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru. Phospatidyglicerol : meningkat saat usia 35 minggu
PENALATAKSANAAN TERAPEUTIK
Terapi yang diberikan ialah pengobatan pertukaran oksigen dan karbodioksida paru yang tidak adekuat; asidosis metabolic dan insufisiensi sirkulasi. Perawatan suportif awal bayi baru lahir terutama pada pengobatan asidosis, hipoksia, hipotensi, dan hipotermia akan mengurangi keparahan RDS. Terapi memerluhkan pemantauan yang cermat dan sering terhadap frekuensi jantung dan pernapasan; PO2, PCO2, pH, bikarbonat, elektrolit arteri, glukosa darah, hematocrit, tekanan darah, dan suhu.
Pemberian oksigen
Oksigen hangat yang dilembabkan harus diberikan pada kadar yang cukup pada mulanya untuk mempertahankan tekanan arteri antara 55-70 mmHg dengan tanda-tanda vital yang stabil, untuk mencegah resiko toksisitas oksigen.
Untuk bayi yang apneu memerluhkan bantuan ventilasi mekanis yang bertujuan memperbaiki oksigenasi dan mengeliminasi CO2 tanpa menyebabkan trauma paru atau toksisitas oksigen. Nilai gas darah yang dapat diterima yang menyeimbangkan risiko hipoksia dan asidosis dengan risiko ventilasi mekaniis adalah PaO2: 55-70 mmHg; PCO2 : 35-55 mmHg; dan pH : 7,25-7,45.
Pertahankan nutrisis adekuat
Pertahankan suhu lingkungan netral
Diit 60 kcal/kg/hari (sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam amino yang mencukupi untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis endogenous
Pertahankan PO2 dalam batas normal
Menjaga suhu tubuh.
Bayi ditempatkan di dalam Isollette dan suhu dalam tubuh dipertahankan antara 36,5- 37 oC.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas pasien dan penanggung jawab
Riwayat kesehatan
Riwayat keperawatan sekarang
Riwayat keperawatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Identifikasi factor resiko
Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
Kondisi seperti perdarahan placenta
Tipe dan lamanya persalinan
Stress fetal atau intrapartus
Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan
Apgar score, apakah terjadi aspiksia
Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
Kaji system pernapasan, tanda dan gejala RDS
Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
Nafas grunting
Nasal flaring
Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase desaturasi hemoglobin
Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
Kaji system kardiovaskuler
Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
Murmur sistolik
Denyut jantung dalam batas normal
Kaji intergumen
Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal
Pitting edema pada tangan dan kaki
Mottling
Penurunan suhu tubuh
DIAGNOSA
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan immature paru dan dinding dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat adanya secret pada jalan napas
Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidakseimbangan napas bayi dan ventilator; tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan ventilator yang kurang tepat
Resiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa; o2 dan co2 dan barotrauma (perlukaan dinding mukosa ) dari alat bantu nafas
Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi sekunder dari situasi krisis pada bayi
Resiko kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan kurangnya penyerapan
INTERVENSI
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Perencanaa
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan immature paru dan dinding dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan
Pertukaran gas adekuat
Kriteria hasil :
Nilai analisa gas darah dalam batas normal
Nilai SaO2 dalam batas normal
Identifikasi bayi mungkin adanya resiko-resiko yang muncul
Monitor status pernapasan; distress pernapasan
Monitor analisa gas darah, pulse oximetry
Posisikan bayi dengan tepat agar ada upaya bernapas
Pertahankan suhu lingkungan netral
Pemberian oksigen sesuai program
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat adanya secret pada jalan napas
Kepatenan jalan napas dapat dipertahankan Dengan Kriteria hasil:
Tidak Bunyi rhonki
Tidak terjadi retraksi interkosta
Kaji dada bayi adanya nafas bilateral dan ekspansi selama inspirasi
Atur posisi bayi untuk memudahkan drainage
Lakukan suction
Kaji kepatenan jalan napas setiap jam
Kaji posisi ketepatan alat ventilator setiap jam
Auskultasi kedua lapang paru
Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidakseimbangan napas bayi dan ventilator; tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan ventilator yang kurang tepat
Support ventilator tepat dan ada usaha bayi untuk bernafas.
Dengan Kriteria hasil:
analisa gas darah dalam batas normal
Monitor analisa gas darah
Gunakan alat bantu pernapasan sesuai instruksi
Pantau ventilator setiap jam
Berikan lingkungan yang kondusif
Kaji adanya usaha bayi dalam bernapas
Resiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa; o2 dan co2 dan barotrauma (perlukaan dinding mukosa ) dari alat bantu nafas
Bayi tidak mengalami ketidakseimbangan asam-basa dab barotrauma
Evaluasi gas darah
Monitor pulse oximetry
Monitor komplikasi
Pantau dan pertahankan kecepatan posisi alat bantu napas
Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi sekunder dari situasi krisis pada bayi
Orang tua bayi akan menerima keadaan anaknya
Dengan Kriteria hasil:
Melakukan bonding dan mengidentifikasi perannya
Memberikan ASI eksklusif
Jelaskan semua alat-alat (monitor, ETT, ventilator) pada orang tua
Ajarkan orang tua untuk selalu mengunjungi
ajarkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi
instruksikan pada ibu untuk memberikan ASI dan ajarkan cara merangsang pengeluaran ASI
Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi sekunder dari situasi krisis pada bayi
Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
pertahankan cairan infus 60-100 ml/kg/hari atau sesuai advice
gunakan infus pompa
monitor intake dan output
kaji elektrolit
monitor jumlah cairan infus yang masuk
Resiko kurangnya volume dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan kurangnya penyerapan
Kebutuhan intake nutrisi dapat dipertahankan
berikan pengajaran perawatan bayi pada orang tua
kenalkan pada orang tua untuk mengidentifikasi tanda dan gejala distress pernapasan
ajarkan pada orang tua cara melakukan risusitasi jantung paru (RJP) dan distimulasikan
tekankan pentingnya control ulang dan deteksi komplikasi dari RDS
EVALUASI
Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
Pasien bebas dari dispneu
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Bebas dari gejala distress pernafasan
Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.
Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan disebabkan terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c block) yang disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik interseluler maupun intra alveolar. Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-paru seperti: Pneumoni virus, bakteri, fungal; contusio paru, aspirasi cairan lambung, inhalasi asap berlebih, inhalasi toksin, menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama, Sepsis, Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam,dsb. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
American Lung Association. 2013. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Diakses melalui http://www.lung.org/lung-disease/acute-respiratory-distress-syndrome/ pada tanggal 19 Januari 2015.
Berhman, Klegman dan Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15. Vol 1. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta : CV Agung Seto.
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/respiratory-distress-syndrome.pdf