Kelompok 10
1
Kelompok 10
2
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. ( Smeltzer & Brenda, 2001).
Luka bakar adalah adalah terpaparnya tubuh manusia oleh zat yang bersuhu tinggi (heat) atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia maupun reaksi fisika (Poerwantoro, 2008).
Luka bakar adalah cedera jaringan yang diakibatkan dari serangan langsung, memasak, merokok, ledakan, kebakaran rumah, kontak dengan objek panas, kecelakaan mandi air panas, dan factor lain (Tambayong, 2000). Luka bakar (combustio/burn ) adalah cedera ( injuri ) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal ), ), listrik (electrict ), ), zat kimia (chemycal ), ), atau radiasi (radiation ). ). (Azzam, 2008).
Luka bakar adalah suatu keadaan cedera jaringan tubuh manusia akibat terpapar atau kontak dengan suatu zat yang bersuhu tinggi, misalnya panas, listrik, zat kimia dan radiasi, atau yang dapat memicu suhu tinggi baik karena reaksi kimia maupun fisika Kelompok 10
5
Epidemiologi Dalam lima tahun terakhir ini Rumah Sakit Pusat Pertamina menerima antara 33 sampai dengan 53 penderita luka bakar sedang dan berat yang di rawat di Unit Luka Bakar Rumah Sakit Pusat Pertamina. (Rerata : 40 penderita/tahun). Dari jumlah tersebut yang masuk dalam kategori Luka Bakar Berat 21%. Angka Kematian untuk luka bakar berat dimanapun di pusat-pusat perawatan luka bakar masih cukup tinggi berkisar 40-50%. Di Rumah Sakit Pusat Pertamina Tahun 2007 menunjukan angka yang membanggakan dengan dapat diturunkannya angka kematian luka bakar berat dari rerata 43-50% (2003 : 50%; 2004 : 43%; 2005 : 50% ;2006 : 50%). Tahun 2008 hanya 2 penderita luka bakar berat yang meninggal dari 8 penderita Luka Bakar Berat (25%).
(Poerwantoro, 2008) Kelompok 10
6
Etiologi Menurut Rohman Azzam (2008), luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
Luka Bakar Termal
Luka Bakar Kimia
Luka Bakar Radiasi
Luka Bakar Elektrik Kelompok 10
7
Manifestasi Klinis 1. Cedera Inhalasi Perhatikan terhadap tanda-tanda keracunan karbon monoksida, penghirupan asap, dan tanda-tanda yang menyertai distress pernapasan dan cedera pulmonal.
2. Keracunan Karbon Monoksida Karakteristik dari tanda-tanda fisik biasanya kulit terlihat berwarna kehitaman.
Manifestasi Klinis 3. Distres Pernapasan Penurunan oksigenasi arterial yang sering terjadi setelah cedera luka bakar. Penyebab seketika distress pernapasan sering kali adalah edema laring atau spasme dan akumulasi lendir.
4. Cedera Pulmonal Cedera inhalasi biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca luka bakar. Edema pulmonal adalah kemungkinan terjadi setiap saat dari beberapa jam pertama sampai 7 hari setelah cedera.
Tiga tahapan dari cedera yang telah diuraikan adalah: •
•
•
Insufisiensi pulmonal akut, dapat terjadi selama 36 jam pertama. Edema pulmonal, terjadi pada 5% sampai 30% pasien luka bakar antara 6 sampai 72 jam setelah luka bakar. Bronkopneumonia, terjadi pada 15% sampai 60% pasien luka bakar 3 sampai 10 hari setelah luka bakar. Kelompok 10
10
Patofisiologi Respon sistemik terhadap luka bakar. (Kamarullah, 2005). 1. Sistem Kardiovaskuler. Penurunan cardiac output karena kehilangan cairan;tekanan darah menurun, hal ini merupakan awitan syok. Hal ini terjadi karena saraf simpatis akan melepaskan kotekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi) dan peningkatan frekuensi nadi sehingga terjadi penurunan cardiac output. Kebocoran cairan terbesar terjadi dalam 24 – 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncak dalam waktu 6 – 8 jam. Pada luka bakar > 30 % efeknya sistemik. Pada luka bakar yang parah akan mengalami oedema masif. •
•
Kelompok 10
11
2. Efek pada Cairan dan Elektrolit. •
Volume darah mendadak turun, terjadi kehilangan cairan lewat evaporasi, hal ini dapat mencapai 3
– 5 liter dalam 24 jam sebelum
permukaan kulit ditutup. •
Hiponatremia; sering terjadi dalam minggu pertama fase akut karena air berpindah dari interstisial ke dalam vaskuler.
•
Hipokalemia, segera setelah luka bakar sebagai akibat destruksi sel masif, kondisi ini dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
•
Anemia, karena penghancuran sel darah merah, HMT meningkat karena kehilangan plasma.
•
Trombositopenia dan masa pembekuan memanjang. Kelompok 10
12
3. Respon Pulmonal. •
•
Hiperventilasi dapat terjadi karena pada luka bakar berat terjadi hipermetabolik dan respon lokal sehingga konsumsi oksigen meningkat dua kali lipat. Cedera saluran nafas atas dan cedera inflamasi di bawah glotis dan keracunan CO2 serta defek restriktif. Kelompok 10
13
4. Respon Gastrointestinal. •
Terjadi ileus paralitik ditandai dengan berkurangnya peristaltik usus dan bising usus; terjadi distensi lambung dan nausea serta muntah, kondisi ini perlu dekompresi dengan pemasangan NGT, ulkus curling yaitu stess fisiologis yang masif menyebabkan perdarahan dengan gejala: darah dalam feses, muntah seperti kopi atau fomitus berdarah, hal ini menunjukan lesi lambung/duodenum.
Kelompok 10
14
5. Respon Sistemik Lainnya. (a) Terjadi perubahan fungsional karena menurunnya volume darah, Hb dan mioglobin menyumbat tubulus renal, hal ini bisa menyebabkan nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal akut. (b) Perubahan pertahanann imunologis tubuh; kehilangan integritas kulit, perubahan kadar Ig serta komplemen serum, gangguan fungsi netrofil, lomfositopenia, resiko tinggi sepsis. (c) Hypotermia, terjadi pada jam pertama setelah luka bakar karena hilangnya kulit, kemudian hipermetabolisme menyebabkan hipertermia kendati tidak terjadi infeksi.
Kelompok 10
15
1. Berdasarkan penyebabnya luka bakar dibagi menjadi : (Brunner & Suddarth, 2001). •
Luka bakar karena api
•
Luka bakar karena air panas
•
Luka bakar karena bahan kimia
•
Laka bakar karena listrik
•
Luka bakar karena radiasi
•
Luka bakar karena suhu rendah (frost Kelompok 10
16
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar 1. Luka bakar derajat I, dengan tanda-tanda : –
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
–
Kulit kering, hiperemi berupa eritema
–
Tidak dijumpai bulae
–
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
–
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
2. Luka bakar derajat II –
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
–
Dijumpai bulae.
–
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
–
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi Kelompok 10 17 diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari. 2. Derajat II dalam (deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan. •
•
•
•
•
•
Kelompok 10
18
3. Luka bakar derajat III, dengan tanda-tanda : Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Tidak dijumpai bulae. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka. •
•
•
•
•
•
•
Kelompok 10
19
Kelompok 10
20
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Luka bakar mayor, dengan ciri-ciri : Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi. •
• •
•
•
Kelompok 10
21
2. Luka bakar moderat •
•
•
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Kelompok 10
22
3. Luka bakar minor •
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah:
•
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
•
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
•
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
•
Luka tidak sirkumfer.
•
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur. Kelompok 10
23
4. Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
•
•
•
1. Fase akut Gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi, gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik. 2. Fase sub akut Timbul masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi. 3. Fase lanjut Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Timbul penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya
Kelompok 10
24
5. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Body Surface Area) Besarnya suatu luka bakar biasanya dinyatakan sebagai prosentase dari seluruh permukaan tubuh dan diperhitungkan dari tabel yang menurut umur : (Kamarullah, 2005) Usia
Area A = Separuh kepala
B
=
Separuh
dari C = Separuh dari
sebelah paha
sebelah kaki
0
9½
2¾
2½
1
8½
3¼
2½
5
6½
4
2¾
10
5½
4½
3
15
4½
4½
3¼
Dewasa
3½
4¾
3½
Kelompok 10
25
Rule of nine atau Rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher 2) Lengan masing-masing 9% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% 4) Tungkai maisng-masing 18% 5) Genetalia/perineum
: 9% : 18% : 36% : 36% : 1%
Total : 100%
Kelompok 10
26
Penilaian luas area tubuh menurut Lund-Browder. (TBSA-total body surface area).
Kelompok 10
27
CO mengikat Hb
Hb gagal mengikat O2
Luka bakar
Keracunan CO
Gg perfusi jaringan
Menghirup udara panas
Edema laring
Bersihan jalan napas tak efektif
Obstruksi jln napas
Pola napas tak evektif Kelompok 10
28
Luka bakar
Evaporasi meningkat
Tek.hidrostatik meningkat. Tek. Onkotik turun
Plasma intravas intersisial
Gg. Perfusi jar.
CO turun
Takikardi, hipotensiKelompok 10
Gangguan pertukaran gas
Cairan intravaskuler alveoli
Devisit volume cairan
hipovolume
29
CO turun
Ginjal
Haluaran urin turun
PK: GGA
perfusi darah ke organ turun
Otak
Organ pencernaan
Penurunan motilitas, dan pencernaan
Penurunan kesadaran Konstipasi
Penyumbatan nefron
Pelepasan mioglibin & hemoglobin
Syok Hipovolumik
Kerusakan jar. Otot & eritrosit Kelompok 10
-Nyeri -Kerusakan integritas kulit
Cedera dermal 30
• • •
• • •
Syok hipovolemik Gagal ginjal akut Masalah pernapasan akut, injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema. Paru dan emboli Sepsis pada luka Ileus paralitik
Komplikasi Lanjut Luka Bakar : Hipertropi jaringan. Kontraktur. Infeksi • • •
Kelompok 10
31
Kelompok 10
32
Pengkajian
Kelompok 10
34
Fase Darurat
Kelompok 10
35
Fase Akut
Kelompok 10
36
Fase Rehabilitatif
Kelompok 10
37
SOAL 1
1 Termasuk luka bakar derajat berapakah ini? Kelompok 10
38
SOAL 2
3 Termasuk luka bakar derajat berapakah ini? Kelompok 10
39
SOAL 2
2b Termasuk luka bakar derajat berapakah ini? Kelompok 10
40
SOAL 3 Seorang ibu terbakar ketika kompor minyaknya meledak. Dapur yang sebagian besar dindingnya dari kayupun ikut terbakar. Sang ibu terperangkap di dalam dapur. Berapa luas luka bakarnya jika
Kelompok 10
41
Leher ibu terbakar. Lengan kanan atas sang ibu terbakar. Lengan kiri seluruhnya terbakar. Badan belakang tubuhnya terbakar. Betis kanan. Leher = 2 Lengan kanan atas = 4 Lengan kiri seluruhnya = 7 Badan belakang = 13 Betis kanan = 7 Total = 33% Kelompok 10
42
TERIMAKASIH TERIMAKASIH
Kelompok 10
43