*********************************
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2008). Penyakit infeksi ini menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2006).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara- negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.
Keluarga memiliki peranan penting dalam melakukan upaya pencegahan dan perawatan balita yang menderita ISPA. Ibu memiliki peranan yang cukup besar dalam mengasuh dan merawat anak yang sakit, mengingat ibu adalah pengasuh utama anak dalam keluarga. Adapun aktivitas perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu pada saat anak menderita ISPA adalah memberikan nutrisi yang tepat selama balita sakit maupun setelah sakit, memberikan cairan yang cukup selama demam dan tidak membiarkan anak kehausan, memberikan ramuan yang aman untuk melegakan tenggorokan dan meredakan batuk, melakukan perawatan selama demam, dan observasi tanda-tanda pneumonia (Nurhidayah, 2008). Selain itu, upaya pencegahan penyakit juga penting dilakukan oleh ibu baik dengan memberikan imunisasi maupun penghindaran pajanan asap, perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat (Misnadiarly, 2008).
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di desa percut kecamatan deli serdang tahun 2015 terdapat jumlah bayi dan anak-anak yang menderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diwilayah kerja puskesmas tanjung rejo desa percur sejumlah 45 pasien.
Berdasarkan identifikasi penyakit yang sering diderita oleh bayi dan anak-anak, maka anak dari keluarga Tn. C yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) penulis mengangkat keluarga tersebut sebagai keluarga binaan. Alasan penulis untuk mengangkat keluarga Tn. C menjadi keluarga binaan adalah penyakit yang diderita yakni Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berakibat terhadap fungsi paru-paru terhadap anak tersebut. Dalam hal ini keluarga memerlukan perawatan preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga keluarga tetap mampu memperhatikan kesehatan terhadap lingkungan tempat tinggal. Hal inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian tentang "Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. C Dengan Anggota Keluarga An. Y Menderita ISPA Di Dusun X Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang".
Tujuan penulisan
Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Menganalisa masalah kesehatan keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan ini adalah 15 keluarga yang didata, dan penulis hanya mengambil 3 keluarga binaan dan 1 keluarga menjadi kasus binaan yaitu An. Y anggota keluarga Tn. Z dengan masalah : Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab pada keluarga Tn. C tentang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi pasien dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan melakukan pemeriksaan fisik head to toe dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan kerawatan gerontik yaitu buku ajar keperawatan keluarga, aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC.
Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan adalah :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis
Konsep medis meliputi : defenisi, etiologi, tanda dan gejala, pencegahan.
Konsep asuhan keperawatan keluarga meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan meliputi pengkajian sampai evaluasi keperawatan.
Bab V : Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep dasar keluarga
Definisi keluarga
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007). Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Tipe keluarga (Sudiharto, 2007)
Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga asal (family of origin)
Keluarga besar (extended family)
Keluarga berantai (social family)
Keluarga duda atau janda
Keluarga komposit (composite family)
Keluarga kohabitasi (cohabitation)
Keluarga inses (incest family)
Keluarga tradisional dan non-tradisional
Fungsi keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga (Mubarak, dkk 2009) yang dapat dijalankan yaitu sebagai berikut :
Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.
Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimana yang akan datang.
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan.
Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya.
Tugas kesehatan keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai berikut :
Mengenal masalah kesehatan keluarga
Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Tahap dan tugas perkembangan keluarga (Duvall, 1997)
Terdapat perbedaan tugas perkembangan keluarga pada setiap tahap perkembangan keluarga :
Tahap "married couples (without children)" (pasangan nikah dan belum memiliki anak). Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
Membina hubungan intim dan memuaskan.
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yakni: keluarga suami, keluarga istri, dan keluarga sendiri.
Tahap keluarga "child bearing" (kelahiran anak pertama)
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
Persiapan menjadi orang tua.
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Tahap keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan pada tahap ini ialah:
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
Membantu anak untuk bersosialisasi.
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun dengan masyarakat.
Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
Keluarga dengan anak sekolah
Tugas perkembangan pada tahap ini yakni:
Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan anaknya yang berusia remaja.
Tahap Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Membantu orang tua memasuki masa tua.
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan pada usia perkawinan ini adalah:
Mempertahankan kesehatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus utama dalam usia keluarga ini antara lain: mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
Keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan pada tahap usia perkawinan ini ialah:
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
Melakukan life review.
Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Dengan mempertimbangkan adanya keumuman usia perkawinan yang berbeda pada setiap tahapan tahapan perkembangan keluarga, maka dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada subyek yang berada pada tiga tahapan perkembangan keluarga, yaitu keluarga tanpa anak, keluarga dengan anak usia prasekolah dan keluarga dengan usia remaja.
Tingkat kemandirian keluarga (Padila, 2012)
Keluarga mandiri adlah keluarga yang mengetahui masalah kesehatan dengan kriteria :
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada.
Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan.
Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
Masalah kesehatan dirasakan keluarga.
Keluarga dapat menngungkapkan.menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut.
Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan tersebut.
Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
Langkah-langkah asuhan keperawatan keluarga
Pengkajian
Pengumpulan data
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga (Padila, 2012) adalah :
Data umum
Nama kepala keluarga
Alamat dan telepon
Pendidikan kepala keluarga
Komposisi keluarga dan genogram
Tipe keluarga
Suku bangsa
Agama
Status sosial ekonomi keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Riwayat keluarga ini
Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah
Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Mobilitas geografis keluarga
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Struktur keluarga
Sistem pendukung keluarga
Pola komunikasi keluarga
Struktur kekuatan keluarga
Struktur peran
Nilai atau norma keluarga
Fungsi keluarga
Fungsi afektif
Fungsi sosialisasi
Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi reproduksi
Fungsi ekonomi
Stres dan koping keluarga
Stressor jangka pendek dan panjang
Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yang dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor
Strategi koping yang digunakan
Strategi adaptasi disfungsional
Pemeriksaan fisik
Harapan keluarga
Diagnosa keperawatan
Jenis diagnosa ada 3 (Padila, 2012) :
Aktual
Resiko
Potensial
Diagnosa keperawatan keluarga menurut Intansari (2010) :
Perubahan proses keluarga
Perubahan biaya kesehatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Perubahan peran orang tua
Perubahan pola eliminasi
Antisipasi kehilangan
Konflik pengambilan keputusan
Perilaku pencarian pelayanan kesehatan
Tidak efektif koping keluarga
Resiko trauma
Isolasi sosial
Kriteria prioritas masalah (Padila, 2012) :
Kriteria
Skala
Bobot
Sifat masalah :
Aktual
Resiko
Potensial
3
2
1
1
Kemungkinan untuk diubah :
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2
Potensial dicegah
Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1
1
Menonjolnya masalah :
Segera ditangani
Ada masalah tapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
Rencana keperawatan berdasarkan domain kognitif, psikomotor, dan afektif (Padila, 2012)
Untuk mengubah domain kognitif:
Memberi pujian pada kekuatan individual dan keluarga
Menawarkan informasi atau pendapat
Menawarkan pendidikan kesehatan
Mengeksternalisasi masalah
Untuk mengubah domain psikomotor
Mendorong anggota keluarga untuk menjadi pemberi perawatan
Mendorong penggantian pemberi perawatan dalam keluarga
Memasukkan ritual kesehatan dalam kebiasaan keluarga
Untuk mengubah domain afektif
Memvalidasi/menormalkan respons emosional
Menceritakan pengalaman saat anggota keluarga sakit
Menggambarkan kekuatan dukungan keluarga
Konsep medis ISPA
Definisi
Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut (Yudarmawan, 2012), dengan pengertian sebagai berikut :
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).
Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-influensa dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus hemolitikus, stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan karinebakterium diffteria (Arifin, 2009). Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi pada anak. Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat tinggal, dan masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H, 2012).
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian (Fuad, 2008).
Pencegahan (Rahmawati, Dwi & Hartono, 2012)
Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat anak yang terinfeksi pernapasan.
Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir minuman, baju cuci atau handuk.
Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan, mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.
Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit ISPA.
Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
Hindari anak dari paparan asap rokok
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga ini dilaksanakan didusun X pada tanggal 9-10 Desember 2015, yang mana penulis mengadakan kunjungan rumah sebanyak 15 kepala keluarga dioservasi dengan usia anak remaja 17-25 tahun sebanyak 40 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga penulis melakukan pelayanan kesehatan hanya pada An. Y anggota keluarga Tn. C, adapun langkah-langkah pembuatan asuhan keperawatan keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengkajian
Pengumpulan data
Identitas keluarga
Nama : Tn. C Pendidikan : SMP
Umur : 45 tahun Pekerjaan : Nelayan
Agama : Islam Alamat : RT 1 RW 10 Percut
Suku : Jawa
Data anggota keluarga yang hidup
No.
Nama
L
P
Hubungan keluarga
Umur
Pendidikan
Imunisasi
KB
1.
Ny. M
P
Istri
44 tahun
SD
-
-
2.
An. K
L
Anak
23 tahun
SMP
Imunisasi
-
3.
An. Y
L
Anak
19 tahun
SMA
Imunisasi
-
4.
An. A
L
Anak
14 tahun
SD
Imunisasi
-
5.
An. A
L
Anak
10 tahun
Tidak sekolah
Imunisasi
-
Genogram
4445
44
45
23191410
23
19
14
10
Keterangan :
: perempuan : tinggal serumah
: laki-laki : pasien
atau : meninggal
Tipe keluarga
Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn. C merupakan tipe keluarga nukleus family karena terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Masalah yang terjadi pada keluarga Tn. C adalah An. Y anggota keluarga Tn. C sedang sakit. Sudah ± 3 minggu anak mengalami batuk dan pilek, keluarga sudah membeli obat ke warung atau apotik terdekat dengan rumahnua namun sampai saat ini anak belum sembuh juga.
Suku bangsa (etnis)
Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Keluarga Tn. C termasuk dalam suku jawa dan beranggapan bahwa berbagi kepada sesama dalam hal apapun itu baik.
Tempat tinggal keluarga
Tn. C mengatakan sebagian besar masyarakat yang didaerahnya adalah etnis jawa dan area tempat tinggal Tn. C bersifat homogen.
Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan
Tn. C mengatakan kegiatan lingkungan yang masih diikuti oleh keluarga dan masih berkaitan erat dengan nilai etnis diantaranya arisan, wiritan, sunatan bagi anak laki-laki, dll.
Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana
Keluarga Tn. C menggunkan pola busana modern yaitu menggunakan kemeja, celana panjand maupun celana pendek. Pola diit keluarga masih menganut nilai tradisional maupun nilai modern.
Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga tetapi sebelumnya melalui keputusan bersama istrinya.
Bahasa yang digunaka dirumah
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga Tn. C adalah bahasa indonesia. Keluarga mengatakan tidak ada hambatan komunikasi khususnya penggunaan bahasa.
Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
Keluarga mengatakan tidak mau membawa anak berobat ke puskesmas karena jauh dari tempat tinggalnya.
Agama dan kepercayaan yang memengaruhi kesehatan
Seluruh anggota keluarga anggota Tn. C menganut agama Islam. Anggota keluarga aktif dalam kegiatan keagamaan dilingkungannya seperti mengikuti pengajian dimesjid. Keluarga mengatakan penyakit merupakan takdir yang digariskan ileh yang maha kuasa dan akan selalu mengupayakan kesembuhan. Tidak ada nilai-nilai keyakinan yang bertentangan dengan keyakinan.
Status sosial ekonomi keluarga
Ny. M mengatakan pendapatan keluarganya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Suaminya yang bekerja sebagai nelayan menghasilkan pendapatan Rp 850.000/bulan. Kebutuhan yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sekolah anak, dan listrik. Keluarga hanya memiliki kulkas dan TV saja.
Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan jika ada waktu liburan, keluarga biasanya menonton TV dirumah dan mendengarkan lagu-lagu daerah, kadang-kadang pergi bersama ke rumah sanak saudara.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Ny. M mengatakan anak pertama berusia 23 tahun, saat ini belum mendapatkan pekerjaan dan anak hanya bisa membantu kedua orang tuanya untuk menjual ikan hasil tangkapan ayahnya, sehingga dalam keluarga ini orangtua sudah memikirkan anaknya untuk ke tahap dengan melepas anak ke masyarakat.
Pola kebiasaan sehari-hari
Pola makan keluarga
Keluarga Tn. C memiliki frekuensi makan yang baik yaitu makan 3x sehari dengan menu nasi + lauk + sayur. Pemilihan bahan makanan baik, memilih sayur, daging/ikan segar. Cara pengolahan makanan beras kurang baik, keluarga Tn. C mencuci beras >3x lalu dimasak, cara pengolahan sayur kurang baik karena dirajang dulu baru dicuci kemudian dimasak. Penyimpanan makanan juga kurang baik, diletakkan diatas meja tidak ditutup. Pola Istirahat dan Tidur
Pola istirahat dan tidur
Setiap anggota keluarga Tn. C mempunyai waktu istirahat yang baik, pada siang hari tidur hanya 1 jam dan pada malam hari tidur 8 jam.
Pola aktivitas keluarga
Anggota keluarga Tn. C tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Anggota keluarga Tn.M juga jarang melakukan rekreasi bersama karena sibuk dengan pekerjaannya.
Aspek kesehatan lingkungan
Tn. C mengatakan status rumah yang sedang ditinggali adalah rumah milik sendiri. Rumah terdiri dari teras rumah, ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur kamar mandi. Lantai rumah keramik, tembok permanen, kuat dan melindungi suhu dingin maupun gangguan keamanan yang lain. Penataan perabotan dalam rumah terkesan kurang rapi. Rumah tampak gelap, ventilasi dan pencahayaan tiap ruangan dirumah kurang baik, terdapat banyak lawa-lawa diventilasi jendela dan banyak baju yang bergantung dirumah. Keluarga mengatakan tidak mengerti syarat rumah sehat. Dapur terkesan kurang bersih dan cukup sempit, sumber air bersih dari sumur gali selongsong. Jarak sumur dan jamban sekitar 7 m. Alat masak lengkap dan bersih karena tiap selesai dipakai. Keluarga mengatakan mereka memiliki kandang ternak bebek. Saat pengkajian, kandang ternak tampak kotor, jarak rumah dengan kandang ternak kurang baik >10 m karena terletak disamping rumah. Keluarga mengatakan pembuangan air limbah keluarga ke tanah dibelakang rumah. Banyak sampah dipembuangan air limbah keluarga.
Struktur keluarga
Komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang dipakai setiap hari adalah bahasa indonesia, keluarga tidak memiliki kesulitan bahasa dalam penerimaan pesan. Pengendalian keluarga adalah Tn. C sebagai kepala keluarga, keputusan diambil oleh kepala keluarga melalui musyawarah dan seluruh anggota keluarga dan tidak ada permasalahan dalam anggota keluarga. Norma keluarga berkaitan dengan kesehatan adalah keluarga mengatakan biasanya jika anggota keluarga sakit, hanya membeli obat ke warung atau apotik dan dirawat dirumah.
Pengkajian kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan saat ini anak yang kedua An. Y sedang mengalami penyakit ISPA. Ny. M mengatakan bahwa An. Y saat ini sedang batuk dan pilek sudah 3 minggu. Ny. M sudah membeli obat diapotik dan diminum tetapi belum juga sembuh. Ny. M mengatakan kalau anak batuk biasanya diberi jeruk nipis campur kecap, kadang dibiarkan juga sampai batuk tidak datang lagi. An. Y tampak sesak dan sulit mengeluarkan dahaknya, tampak lemas dan mengeluarkan ingus dari hidung. Ny. M mengatakan jika anak tidak dapat menahan batuk dimalam hari dan pagi hari. Saat dilakukan pengkajian, keluarga mengatakan tidak pernah mendengar tentang penyakit yang mengganggu pernapasan atau penyakit ISPA dan tidak mengetahui penyakit yang terjadi pada anak. Keluarga tampak bingung saat ditanya tentang penyakit ISPA. Keluarga tampak banyak bertanya tentang penyakit anaknya.
Pemeriksaan Fisik
KK (Tn. C)
Ny. M
An. K
An. Y
An. A
An. A
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan Darah
140/90 mmHg
110/80 mmHg
120/70 mmHg
110/70 mmHg
120/70mmHg
110/80 mmHg
HR
80 x/i
78 x/i
80 x/i
84 x/i
80 x/i
78 x/i
Respirasi
22 x/i
20 x/i
20 x/i
24 x/i
20 x/i
20 x/i
Suhu Badan
36,5 ºC
36 ºC
36,2 ºC
36,5 ºC
36 ºC
36,2 ºC
BB
64 kg
55 kg
54 kg
49 kg
55 kg
45 kg
TB
160 cm
155 cm
168 cm
160 cm
165 cm
150 cm
Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala
Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Rambut
Lurus, hitam
Ikal, hitam
Lurus, hitam
Lurus, hitam
Lurus, hitam
Ikal, hitam
Mata
Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Konjungtiva
Tidak anemis
Tidak anemis
Tidak anemis
Tidak anemis
Tidak anemis
Tidak anemis
Sklera
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Pupil
Isokor
Isokor
Isokor
Isokor
Isokor
Isokor
Hidung
Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Perdarahan /secret
Tidak mengalami perdarahan
Tidak mengalami perdarahan
Tidak mengalami perdarahan
tampak mengeluarkan ingus dari hidung
Tak ada mengalami perdarahan
Tak ada mengalami perdarahan
Tidak ada mengalami perdarahan
Telinga
Bentuk Telinga
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Mulut
Keadaan Bibir
lembab
Lembab
Lembab
Lembab
Lembab
Lembab
Keadaan Gusi
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
Tdk ada perdarahan gusi dan gigi
Tdk ada perdarahan gusi dan gigi
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
Keadaan Lidah
Tidak ada tanda perdarahan
Tidak ada tanda perdarahan
Tidak ada tanda perdarahan
Tidak ada tanda perdarahan
Tidak ada tanda perdarahan
Tidak ada tanda perdarahan
Leher
Tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Integumen
Kebersihan klien
Klien tampak bersih
Klien tampak bersih
Klien tampak bersih
Klien tampak bersih
Klien tampak bersih
Klien tampak bersih
Turgor
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
Kelembapan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Pemeriksaan thorax
Inspeksi
Bentuk thorax
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Pernafasan
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Irama teratur, terdengar suara tambahan dan ada ronchi basah
Irama teratur dan tak ada suara tambahan
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Pemeriksaan Paru
Palpasi
Getaran suara terdengar dengan teratur
Getaran suara terdengar dg teratur
Getaran suara terdengar dg teratur
Getaran suara terdengar teratur
Getaran suara terdengar teratur
Getaran suara terdengar dan teratur
Perkusi
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Auskultasi
Suara nafas teratur
Suara nafas teratur
Suara nafas teratur
Suara nafas tidak teratur
Suara nafas teratur
Suara nafas teratur
Abdomen
Inspeksi
Bentuk Abdomen
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Palpasi
Tanda nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Muskuloskeletal /Ekstremitas
Kesimetrisan
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Kekuatan Otot
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Analisa data
No.
Sign sympton
Etiologi
Problem
1.
Ds :
Ny. M mengatakan bahwa An. Y saat ini sedang batuk dan pilek sudah 3 minggu. Ny. M sudah membeli obat diapotik dan diminum tetapi belum juga sembuh.
Ny. M mengatakan kalau anak batuk biasanya diberi jeruk nipis campur kecap, kadang dibiarkan juga sampai batuk tidak datang lagi.
Ny. M mengatakan jika anak tidak dapat menahan batuk dimalam hari dan pagi hari.
Do :
An. Y tampak sesak dan sulit mengeluarkan dahaknya.
An. Y tampak lemas.
Tampak mengeluarkan ingus dari hidung.
Pada pemeriksaan auskulasi terdengar ada suara tambahan dan ronchi basah.
RR : 24 x/i
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA
Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y
2.
Ds :
Keluarga mengatakan biasanya jika anggota keluarga sakit, hanya membeli obat ke warung atau apotik dan dirawat dirumah.
Keluarga mengatakan tidak pernah mendengar tentang penyakit yang mengganggu pernapasan atau penyakit ISPA.
Keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang terjadi pada anak.
Do :
Keluarga tampak bingung saat ditanya tentang penyakit ISPA.
Keluarga tampak banyak bertanya tentang penyakit anaknya.
Keluarga tidak mau membawa anak berobat ke puskesmas karena jauh dari tempat tinggalnya.
Kurang informasi
Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA
3.
Ds :
Keluarga mengatakan tidak mengerti syarat rumah sehat.
Keluarga mengatakan pembuangan air limbah keluarha ke tanah dibelakang rumah.
Do :
Jarak sumur dan jamban sekitar 7 m.
Perabotan dan alat masuk dapur tampak berantakan.
Rumah tampak gelap dan pencahayaan tiap ruangan dirumah kurang baik.
Baju banyak yang bergantung.
Banyak sampah dipembuangan air limbah keluarga.
Jarak rumah ke kandang ternak kurang baik >10 m.
Kandang ternak tampak kotor.
Keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Prioritas masalah
No.
Kriteria
Perhitungan
Skor
1.
Sifat masalah : aktual
Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah
Potensial untuk dicegah : tinggi
Menonjolnya masalah : ada masalah dan harus segera ditangani
3/3 x 1
2/2 x 2
3/3 x 1
2/2 x 1
1
2
1
1
Total 5
2.
Sifat masalah : aktual
Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah
Potensial untuk dicegah : cukup
Menonjolnya masalah : masalah ada tapi tidak perlu ditangani
3/3 x 1
2/2 x 2
2/3 x 1
1/2 x 1
1
2
2/3
1/2
Total 3 7/6
3.
Sifat masalah : aktual
Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian
Potensial untuk dicegah : cukup
Menonjolnya masalah : masalah ada tapi tak perlu ditangani
3/3 x 1
1/2 x 2
2/3 x 1
1/2 x 1
1
1/2
2/3
1/2
Total 2 2/3
Diagnosa keperawatan
No.
Diagnosa keperawatan
Tanggal
Paraf
Ditemukan
Teratasi
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA yang ditandai dengan Ny. M mengatakan bahwa An. Y saat ini sedang batuk dan pilek sudah 3 minggu. Ny. M sudah membeli obat diapotik dan diminum tetapi belum juga sembuh. Ny. M mengatakan kalau anak batuk biasanya diberi jeruk nipis campur kecap, kadang dibiarkan juga sampai batuk tidak datang lagi. Ny. M mengatakan jika anak tidak dapat menahan batuk dimalam hari dan pagi hari. An. Y tampak sesak dan sulit mengeluarkan dahaknya. An. Y tampak lemas, tampak mengeluarkan ingus dari hidung, pada pemeriksaan auskulasi terdengar ada suara tambahan dan ronchi basah, RR : 24 x/i.
9 Desember 2015
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
2.
Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA berhubungan dengan kurang informasi yang ditandai dengan keluarga mengatakan biasanya jika anggota keluarga sakit, hanya membeli obat ke warung atau apotik dan dirawat dirumah. Keluarga mengatakan tidak pernah mendengar tentang penyakit yang mengganggu pernapasan atau penyakit ISPA. Keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang terjadi pada anak. Keluarga tampak bingung saat ditanya tentang penyakit ISPA. Keluarga tampak banyak bertanya tentang penyakitnya. Keluarga tidak mau membawa anak berobat ke puskesmas karena jauh dari tempat tinggalnya.
9 Desember 2015
3.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan dengan keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah yang ditandai dengan keluarga mengatakan tidak mengerti syarat rumah sehat. Keluarga mengatakan pembuangan air limbah keluarha ke tanah dibelakang rumah. Jarak sumur dan jamban sekitar 7 m. Perabotan dan alat masuk dapur tampak berantakan. Rumah tampak gelap dan pencahayaan tiap ruangan dirumah kurang. Baju banyak yang bergantung. Banyak sampah dipembuangan air limbah keluarga. Jarak rumah ke kandang ternak kurang baik <10 m, kandang ternak tampak kotor.
9 Desember 2015
Intervensi keperawatan
No.
Masalah keperawatan
Diagnosa keperawatan
Sasaran
Tujuan
Intervensi keperawatan
Evaluasi
Paraf
Kriteria
Standar
1.
Gangguan jalan napas
Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
An.Y anggota keluarga Tn.C
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga Tn. C dapat mengenal penyakit ISPA.
Kaji pengetahuan tentang ISPA
Beri motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang ISPA.
Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian penyebab dan gejala ISPA.
Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian penyebab tanda dan gejala ISPA.
Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan.
Respon verbal tentang penyakit ISPA.
Keluarga mampu mengatasi penyakit ISPA.
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
2.
Kurang pengetahuan tentang penyakit.
Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA berhubungan dengan kurang informasi.
Keluarga Tn. C
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga di harapkan : keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA.
Beri penjelasan tentang penyakit ISPA.
Motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa An. Y ke posyandu atau ke puskesmas.
Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum dimengerti.
Berikan pujian atas kemampuan keluarga.
Respon verbal tentang pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
Keluarga mampu mencegah penyakit ISPA.
3.
Lingkungan yang kotor dan tidak sehat.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan dengan keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah.
Keluarga Tn. C
Setelah melakukan tindakan keperawatan keluarga Tn. C mampu menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Kaji pengetahuan klien tentang pengertian sanitasi lingkungan.
Beri penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan syarat-syarat rumah sehat.
Diskusikan dengan keluarga penyakit yang ditimbulkan karena lingkungan yang kotor.
Motivasi keluarga untuk memelihara dan menciptakan lingkungan rumah yang sehat.
Motivasi keluarga untuk menata perabotan rumah tangga dengan baik.
Berikan kesempatan kepada keluarga menanyakan hal yang belum dimengerti
Berikan reinforcement pada hasil diskusi dengan keluarga.
Respon verbal tentang syarat-syarat rumah sehat dan lingkungan yang sehat.
Keluarga mampu melakukan kebersihan rumah dan lingkungan dengan baik.
Implementasi keperawatan
No.
Diagnosa keperawatan
Tanggal/jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
9 Desember 2015
Mengucapkan salam dan menjelaskan tujuan kunjungan kerumah.
Mengkaji pengetahuan keluarga tentang ISPA.
Memberikan motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang ISPA. Keluarga sama sekali tidak tahu tentang ISPA.
Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian penyebab dan gejala ISPA. Keluarga tampak bingung dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Membimbing keluarga untuk menjelaskan pengertian, penyebab tanda dan gejala ISPA. Keluarga mengatakan belum bisa mengingat penjelasan tentang penyakit ISPA yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan.
S : Keluarga mengatakan belum bisa mengingat penjelasan tentang penyakit ISPA yang diberikan oleh petugas kesehatan.
O :
Keluarga sama sekali tidak tahu tentang ISPA.
Keluarga tampak bingung dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
A : Masalah pengetahuan tentang penyakit ISPA pada keluarga belum teratasi.
P : Lanjutkan rencana keperawatan
Bimbing keluarga tentang pengetahuan penyakit ISPA.
Beri motivasi pada keluarga untuk mengatasi penyakit ISPA.
Anjurkan keluarga membuat lingkungan nyaman dan sehat untuk kesehatan keluarga.
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
2.
Menjelaskan kembali kepada keluarga tentang ISPA. Keluarga tampak antusias mendengarkan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan dan keluarga mengatakan sudah mulai mengerti tentang penyakit ISPA.
Membimbing kembali keluarga untuk mengulangi menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala ISPA. Keluarga belum bisa mengingat penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Menganjurkan keluarga untuk memodifikasi lingkungan sehat dan nyaman. Keluarga mengatakan sudah mengerti akibat dari lingkungan yang kotor.
Memotivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa An. Y ke posyandu atau ke puskesmas. Keluarga masih berpikir membawa anak untuk berobat ke puskesmas karena jauh dari rumah.
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum dimengerti. Keluarga aktif mengulang dan bertanya tentang kesehatan anaknya.
Memberikan pujian atas kemampuan keluarga dalam menjelaskan penyakit ISPA.
S :
Keluarga mengatakan sudah mulai mengerti tentang penyakit ISPA.
Keluarga mengatakan sudah mengerti akibat dari lingkungan yang kotor.
O :
Keluarga tampak antusias mendengarkan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Keluarga belum bisa mengingat penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Keluarga masih berpikir membawa anak untuk berobat ke puskesmas karena jauh dari rumah.
Keluarga aktif mengulang dan bertanya tentang kesehatan anaknya.
A : Masalah pengetahuan keluarga untuk mengatasi penyakit ISPA belum teratasi.
P : Lanjutkan rencana keperawatan
Bimbing keluarga dalam hal merawat anggota keluarga yang sakit.
Motivasi keluarga untuk membawa anak yang sakit ke puskesmas.
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
3.
11 Desember 2015
Membimbing kembali keluarga untuk mengulangi menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala ISPA. Keluarga mengatakan telah mengetahui tanda dan gejala dari ISPA dan keluarga dapat mengerti untuk merawat anak yang sakit.
Memotivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa An. Y ke posyandu atau ke puskesmas. Keluarga mengatakan mau membawa anak berobat ke puskesmas.
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum dimengerti. Keluarga mengatakan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan sudah jelas.
Memberikan pujian atas kemampuan keluarga dalam menjelaskan penyakit ISPA. Keluarga bisa menerima informasi dan saran yang telah diberikan oleh petugas kesehatan.
S :
Keluarga mengatakan telah mengetahui tanda dan gejala dari ISPA.
Keluarga mengatakan mau membawa anak berobat ke puskesmas.
Keluarga mengatakan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan sudah jelas.
O :
Keluarga dapat mengerti untuk merawat anak yang sakit.
Keluarga bisa menerima informasi dan saran yang telah diberikan oleh petugas kesehatan.
A : Masalah pengetahuan tentang penyakit ISPA pada keluarga teratasi.
P :
Pertahankan tujuan yang sudah tercapai.
Beri motivasi untuk merawat anak.
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
BAB 4
PEMBAHASAN
Pengkajian
Pengkajian dari kasus ini terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap keluarga. Tahap ini dapat terjadi berkat adanya kerjasama antara keluarga dan juga penulis. Namun ada hal yang mungkin belum dijumpai karena keterbatasan waktu dan keterbatasan pengolahan data. Tahap pengkajian terdiri atas struktur dan sifat keluarga, faktor sosial budaya ekonomi, faktor lingkungan, riwayat kesehatan/riwayat medis. Pada kasus penulis hanya mendapatkan pengkajian struktur dan sifat keluarga, faktor sosial budaya ekonomi dan faktor lingkungan, faktor riwayat kesehatan/medis tidak ditemukan oleh penulis didalam kasus.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Friedmen ditemukan 3 kelompok masalah yakni kondisi tidak/kurang sehat, kondisi yang mengancam, dan situasi krisis. Sedangkan pada kasus penulis menemukan 3 diagnosa pada keluarga Tn. C dan ketiga masalah tersebut tergolong kondisi yang mengancam. Untuk kondisi tidak/kurang sehat dan situasi krisis penulis tidak menemukannya didalam kasus. Adapun diagnosa yang diperoleh penulis dalam kasus yakni :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA berhubungan dengan kurang informasi.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan dengan keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah.
Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan ini, penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana ada perencanaan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus. Seperti masalah keluarga Tn. C. Adapun kesenjangan antara kasus dan teori yakni:
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
Pada teori dilakukan pembuatan jendela yang baik yang sesuai dengan syarat kesehatan akan tetapi dalam kasus penulis tidak melakukan pembuatan jendela dikarenakan waktu yang terbatas dan dana.
Diagnosa 2 : Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA berhubungan dengan kurang informasi.
Pada teori rencana ini diharapkan keluarga sudah dapat mengetahui pencegahan penyakit ISPA sehingga tidak terjadi penularan pada anggota keluarga yang lain.
Diagnosa 3 : Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan dengan keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah.
Pada teori rencana ini diharapkan keluarga sudah dapat mengetahui dan mengerti syarat-syarat rumah sehat dan lingkungan yang sehat.
Implementasi Keperawatan
Semua rencana dapat terlaksana denga baik tetapi tidak semua rencana dapat terlaksana dalam satu hari, namun rencana yang belum terlaksana pada hari pertama akan direncanakan pada hari berikutnya.
Adapun alasan rencana tidak dapat direalisasikan pada hari yang sama dikarenakan keterbatasan waktu dan keterbatasan penulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Namun dari seluruh rencana tindakan dapat terealisasikan selama 3 hari karena kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga pada hari berikutnya.
Evaluasi
Tahap evaluasi yang digunakan penulis adalah evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, dan evaluasi sumatif yaitu evaluasi akhir dari 3 kali kunjungan yang dilakukan penulis. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 kali kunjungan dalam 3 hari penulis menemukan perubahan perilaku dan kemauan yang positif dari keluarga untuk meningkatkan kesehatan.
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis banyak mendapat kesenjangan antara teoritis dengan kasus langsung dilapangan dimana pada teoritis terdapat fungsi keluarga dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tetapi pada masyarakat secara langsung penulis mengamati serta mendata keluarga menjalankan tugas dan fungsinya tidak sesuai dengan kesehatan keperawatan yaitu masalah pengolahan sampah, pembuangan air limbah, lingkungan kotor yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku merokok dimana penyebab masalah itu adalah kurang pengetahuan keluarga dalam bidang kesehatan keluarga dan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan masalah yang ada dan dilengkapi dengan data yang terkumpul dari keluarga. Penulis menemukan 3 diagnosa dari data yang ada pada teori yakni:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA berhubungan dengan kurang informasi.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan dengan keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, penulis terlebih dahulu membuat prioritas masalah dengan mempertimbangkan berat ringannya masalah, sumber daya keluarga dan ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi/mengenal masalah dan memodifikasi lingkungan rumah. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori pada kenyataannya penulis membuat rencana tindakan dan disesuaikan dengan masalah yang berdampak pada setiap keluarga, dimana rencana asuhan ini penulis membuat kesepakatan dengan keluarga dalam mengarahkan pelaksanaan.
Implementasi keperawatan
Pelakasanaan tindakan keperawatan dapat dilakukan secara berkesinambungan karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga.
Evaluasi
Tindakan yang dilakukan secara berkesinambungan ini masalah teratasi semua. Dari 3 diagnosa yang ditemukan penulis dapat teratasi, semua hal ini terjadi karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dan keluarga.
Saran
Bagi puskesmas dan petugas kesehatan
Diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang tidak memiliki rumah yang sehat. Dan dapat memberikan penyuluhan tentang rumah sehat.
Bagi mahasiswa
Agar mempunyai persiapan untuk ke lapangan dan menguasai teori tentang Asuhan keperawatan keluarga. Sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam praktek lapangan.
Bagi keluarga Tn. C
Menjaga kebersihan rumah dan tetap berperilaku hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta.
Duvall, E.M., 1997, Marriage and Family Development, Philadelphia; J.B. Lippincott Company.
Endah, Rika, Nurhidayah. (2008). Ilmu Prilaku Dan Pendidikan Kesehatan Untuk Keperawatan. Jakarta : USU Press.
Intansari (2010). Proses Keperawatan: NANDA, NOC & NIC. Penerbit: PT. BukuKita, Jakarta.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
Rahmawati, dwi & hartono. (2012). Gangguan Pernafasan pada Anak: ISPA. Yogyakarta: Nuha Medika.
Slameto. (2006). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta:EGC.