ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG MAWAR RSJ PROF DR. MUHAMMAD ILDREM PROV. SUMATERA UTARA
Oleh :
1. 2. 3. 4. 5.
Lasminar M lumbantoruan Malinda Yohana Tampubolon Putra Alasta Samuel Yogi Sahat Tambunan Yuliana Septhi Hutagalung
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2017
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adekuat untuk memulihkan keadaan yang stabil.Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat.Apabila stimulus tidak dilakukan / diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan kegiatan hidup sehari-hari kurang adekuat.
Menyadari pentingnya stimulus yang adekuat tersebut serta melihat kenyataan bahwa selama beberapa hari kami amati banyak kasus dengan menarik diri di ruang mawar, maka kami terdorong untuk menerapkan asuhan keperawatan klien Ny. S dengan masalah utama isolasi sosial: menarik diri pada kasus Shizoprenia hebifrenik berkelanjutan dengan tujuan : a.
Mempelajari kasus menarik diri disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah diterima
b.
Memberikan asuhan keperawatan pada klien menarik diri dengan pendekatan proses keperawatan
c.
Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien menarik diri.
1.2 Rumusan Masalah
Seberapa besar masalah asuhan keperawatan klien Ny.S dengan masalah utama isolasi social; menarik diri di RSJ Prof Dr. Muhammad Ildrem Prov.
Sumatera Utara.
1.3 Tujuan A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien Tn H dengan masalah utama isolasi sosial; menarik diri di RSJ Prof Dr. Muhammad Ildrem Prov.
Sumatera Utara. B. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada klien Ny.S 2. Analisa Data keperawatan pada klien Ny.S 3. Daftar Masalah Keperawatankeperawatan pada klien Ny.S 4. Pohon Masalah (Problem Tree). 5. Prioritas Diagnosa Keperawatan pada klien Ny.S 6. Rencana Tindakan Keperawatan pada klien Ny.S 1.4 Manfaat
Dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pelayanan dalam meningkatkan mutu pelayananpadaklien gangguan jiwa.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2011). Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Nita Fitria, 2009).
Isolasi sosial keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang untuk menghindari interaksi dengan orang lain karena orang lain menyatakn sikap negatif dan terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel. Tanda dan gejala: 1. Menghindari interaksi dengan orang lain 2. Perilaku maladaptif 3. Menarik diri 4. Gangguan hubungan interpersonal
B. PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi a) Faktor Perkembangan Pada
dasarnya
kemampuan
seseorang
untuk
berhubungan
sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi
sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
b) Faktor Biologis Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.
c) Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
d) Faktor dalam Keluarga Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.
2. Faktor Presipitasi a) Stress sosiokultural Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b) Stress psikologi Ansietas
berat
yang
berekepanjangan
terjadi
bersamaan
dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi (Ernawati, dkk, 2009) Tanda dan Gejala 1) Ansietas tingkat tinggi 2) Enggan berkomunikasi dengan orang lain 3) Harga diri rendah 4) Sedih, efek datar 5) Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya