i
ASUHAN KEPERAWATAN THALASEMIA PADA KLIEN An. S DI RUANG SEDAP MALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : TAUPIK RAHMAN NPM. 712002 S 09114 R
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN i
BANJARMASIN, 2012 ASUHAN KEPERAWATAN THALASEMIA PADA KLIEN An. S DI RUANG SEDAP MALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Studi D.3 Keperawatan
Oleh : TAUPIK RAHMAN NPM. 712002 S 09114 R
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN BANJARMASIN, 2012
ii
BANJARMASIN, 2012 ASUHAN KEPERAWATAN THALASEMIA PADA KLIEN An. S DI RUANG SEDAP MALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Studi D.3 Keperawatan
Oleh : TAUPIK RAHMAN NPM. 712002 S 09114 R
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN BANJARMASIN, 2012
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Asuhan Keperawatan Thalasemia pada Klien An. S di Ruang Sedap Malam (Anak) Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin , yang dibuat oleh Taupik Rahman (NPM. 712002 S 09114 R), telah mendapatkan persetujuan dari para pembimbing untuk diujikan pada ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.3 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Banjarmasin. Banjarmasin, Banjarmasin, 16 Juli 2012 Pembimbing 1,
Muhsinin, Ns, M.Kep, Sp.Anak NIK. 027 006 000
Pembimbing 2,
Zaki Mubarak, SE, MM NIP. 19771031 2001121 2001121 002
Mengetahui Ketua Program Studi D.3 Keperawatan,
Yuliani Budiyarti, Ns.,M.Kep., Sp. Kep. Mat NIK. 021 009 099
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Asuhan berjudul Asuhan Keperawatan Thalasemia Thalasemia pada Klie012. Klie 012. iii
Tim Penguji: Penguji 1, Muhsinin, Ns, M.Kep, Sp.Anak NIK. 027 006 000
Penguji 2, Zaki Mubarak, SE, MM NIP. 19771031 2001121 002 Penguji 3, Hj. Sri Mulyani, S.Kep,Ns NIP. 19670620 199003 2018 Mengetahui Ketua Program Studi D.3 Keperawatan, Yuliani Budiyarti,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat NIK. 021 009 099 Mengesahkan Ketua Stikes Muhammadiyah Banjarmasin,
M. Syafwani,S.Kp.,M.Kep.Sp.Jiwa NIK 012 012 096
iv
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim, Dengan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ujian akhir program Diploma 3 Ahli Madya Keperawatan yang diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan, dengan judul Karya Tulis Ilmiah ” Asuhan Keperawatan Thalasemia Pada Klien An. S Di Ruang Anak (Sedap Malam) Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin” yang diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan. Dalam proses penulisan dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan serta bimbingan dari semua pihak, dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak M.Syafwani,S.Kp.,M.Kep,Sp.Jiwa. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. 2. Ibu Yuliani Budiyarti, Ns, M.Kep.Sp.Mat. Selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan Reguler Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. 3. Bapak Muhsinin, Ns, M.Kep, Sp.Anak. Selaku pembimbing isi laporan (ASKEP) serta penguji 1 Ujian Akhir Program Studi D3 Keperawatan Reguler Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. 4. Bapak Zaki Mubarak, S.E, MM Selaku pembimbing Teknik Penulisan serta penguji 2 Ujian Akhir Program Studi D3 Keperawatan Reguler Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. 5. Ibu Hj. Sri Mulyani, S.Kep, Ns sebagai penguji 3 Ujian Akhir Program Studi D3 Keperawatan Reguler Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
v
6. Pimpinan beserta segenap karyawan dan karyawati RSUD Ulin Banjarmasin atas bantuan dan kerjasamanya. 7. Yayasan Thalasemia Indonesia-Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia (YTI-POPTI) cabang Kalimantan Selatan atas dukungan dan bantuannya. 8. Dosen-dosen D3 Keperawatan dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin yang telah memberikan motivasi dan supprot kepada penulis. 9. Perpustakaan
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Muhammadiyah
Banjarmasin yang telah banyak memberikan kesempatan untuk menggali literatur ilmu pengetahuan. 10. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan doa, motivasi dan support baik langsung maupun tidak langsung. 11. Kepada sahabat-sahabatku, terima kasih atas bantuan dan supportnya. 12. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki sehingga dalam penyusunan laporan ini jauh dari kesmpurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan isi laporan ini Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan mempunyai nilai ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Banjarmasin, Juli 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAM SAMPUL ................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Tujuan Asuhan Keperawatan ................................................... 3 1.3 Metode Ilmiah Asuhan Keperawatan ....................................... 3 1.4 Sistematika Penulisan .............................................................. 3 1.5 Manfaat .................................................................................... 4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis ........................................................... 5 2.2 Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Thalasemia ............... 17
BAB 3
HASIL ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Gambaran Kasus ...................................................................... 26 3.2 Analisis dan Diagnosis Keperawatan....................................... 34 3.3 Rencana Keperawatan .............................................................. 37 3.4 Implementasi ............................................................................ 40 3.5 Evaluasi .................................................................................... 42 3.5 Catatan Perkembangan ............................................................. 44
BAB 4
PENUTUP 4.1 Simpulan .................................................................................. 49 vii
4.2 Saran ......................................................................................... 49 DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 54
viii
DAFTAR TABEL
1. Pemeriksaan Laboratorium ....................................................................... 31 2. Analisa Data dan Diagnosis Keperawatan ................................................ 34 3. Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................. 37 4. Implementasi dan Evaluasi Tindakan ....................................................... 40 5. Evaluasi ..................................................................................................... 42 6. Catatan Perkembangan.............................................................................. 44
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skala Koma Glasgow ( GCS ) ................................................................... 54 2. Skala Intensitas Nyeri ................................................................................ 55 3. Skala Kekuatan Otot .................................................................................. 56 4. Skala Aktivitas ........................................................................................... 57 5. Tingkat Kesadaran ..................................................................................... 58 6. Nilai Normal Pemeriksaan Laboratorium .................................................. 59 7. Riwayat Hidup Penulis............................................................................... 60
x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya secara resesif menurut hukum mendel. Thalasemia pertama kali dijelaskan oleh cooley ( 1925 ) yang ditemukannya pada orang Amerika keturunan Italia. Gen Thalasemia sangat luas tersebar dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah – daerah perbatasan laut medeterania , sebagian besar Afrika Timur Tengah , sub benua India dan Asia Tenggara. Dari 3 % sampai 8 % orang Amerika keturunan Italia atau Yunani dan 0,5 dari kulit hitam Amerika membawa Gen untuk Talesemia . (Diakses Tanggal 27 Maret) World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar pada tahun 2010 7% populasi penduduk di dunia bersifat carrier dan sekitar 300 000 sampai 500.000 bayi lahir dengan kelainan ini setiap tahunnya. dan saat ini 6-10 % penduduk
Indonesia
adalah
pembawa
sifat
thalasemia
(Diakses tenggal 30 Maret 2012). Data Departemen Kesehatan Indonesia (Depkes) menyebutkan, 6-10 dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit thalasemia ini, yang kemudian diturunkan pada anak-anaknya. Kalau pasangan pengidap thalasemia menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak yang juga penderita thalasemia berat kemungkinannya adalah 25 persen. Penyakit thalasemia paling banyak diderita masyarakat dari dua Negara, yaitu 1
2
Indonesia dan Italia di dunia. < http://ns1.seruu.com/informasi/hotelseruu/artikel/mari-berdamai-dengan-thalasemia> (Diakses tanggal 30 Maret 2012). Menurut Ketua Yayasan Thalasemia Indonesia Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia (YTI-POPTI) cabang Kalimantan Selatan Alfons mengatakan data jumlah penderita thalasemia mayor di Kalimantan Selatan mencapai 55 orang (personal communication, Mei 03, 2012). Berdasarkan data yang dipoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin pada tahun 2011, didapatkan jumlah kasus Thalasemia yang terjadi yaitu 69 kasus. Anak-anak dengan thalasemia mayor adalah normal pada saat lahir, tetapi mereka menderita kekurangan darah pada usia antara tiga dan delapan belas bulan. Mereka menjadi pucat, tidak dapat tidur nyenyak, tidak mau makan dan mungkin memuntahkan makanan yang dimakan. Apabila anak-anak dengan thalasemia mayor tidak dirawat, maka hidup mereka akan menderita. Mereka
biasanya dapat meninggal dunia pada umur antara satu sampai
dengan delapan tahun (Yayasan Thalasemia Indonesia, 2008). Data tersebut, menggambarkan masalah Thalasemia perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik, mengingat kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit ini dan tidak sempurnanya kesembuhan yang dicapai penderita thalasemia, bila tidak akibat yang lebih jauh dapat membawa kematian. Atas dasar fenomena diatas timbul keinginan penulis untuk mengkaji dan menggali lebih jauh mengenai masalah-masalah yang timbul pada klien Thalasemia ditinjau dari aspek biopskososial spritual melalui pendekatan proses asuhan keperawatan.
3
1.2 Tujuan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Tujuan Umum Tujuan umum laporan ini adalah untuk memberikan informasi gambaran asuhan keperawatan Thalasemia dalam praktek nyata dilapangan dengan pendekatan proses keperawatan yang telah diberikan kepada klien secara komperehensif di RSUD Ulin Banjarmasin Ruang Sedap Malam. 1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus adalah untuk memberikan informasi gambaran asuhan keperawatan Thalasemia yang meliputi : 1.2.2.1 Melakukan pengkajian yang meliputi biopsikososial pada klien dengan penyakit Thalasemia. 1.2.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul. 1.2.2.3 Menentukan rencana keperawatan. 1.2.2.4 Mengimplementasi yang telah direncanakan sebelumnya. 1.2.2.5 Melakukan evaluasi dari hasil asuhan keperawatan. 1.2.2.6 Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
1.3 Metode Ilmiah Asuhan Keperawatan
Metode yang di gunakan dalam pemberian asuhan keperawatan ini adalah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yang dimulai dari pengkajian, diagnosa implementasi
dan
keperawatan, penyusunan rencana keperawatan,
melakukan
evaluasi
serta
hasil
akhirnya
didokumentasikan dari seluruh proses keperawatan yang telah dilakukan.
1.4 Sistematika Penulisan
Laporan penulisan ini terdiri dari empat bab yaitu :
akan
4
1.4.1 BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, metode ilmiah asuhan keperawatan, sistematika penulisan dan manfaat penulisan. 1.4.2 BAB II Tinjauan
teoritis
patofisiologi,
Thalasemia,
meliputi
pengertian,
etiologi,
tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang
serta penatalaksanaan medis, tinjauan teoritis keperawatan Thalasemia meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan intervensi dan evaluasi. 1.4.3 BAB III Hasil asuhan keperawatan meliputi gambaran kasus, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi. 1.4.4 BAB IV Penutup meliputi simpulan dan saran.
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi klien Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diiharapkan dapat mengurangi dan menghilangkan masalah klien dengan Thalasemia dan mencegah terjadinya komplikasi dan serangan berulang. 1.5.2 Bagi Pelayanan kesehatan (Perawat) Diharapkan para perawat dapat meningkatkan pengetahuan mengenai teori asuhan keperawatan pada klien Thalasemia secara menyeluruh biofisikososial dan spritual. 1.5.4 Bagi Institut Pendidikan Keperawatan Dapat menjadi salah satu acuan dasar bagaimana melaksanakan asuhan keperawatan yang baik bagi klien Thalasemia dan dapat memberikan data dasar bagi mahasiswa selanjutnya yang lebih luas dalam materi yang sama.
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Teoritis Thalasemia 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce, 2009). Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu juga memberkan warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh globin alpha dan beta dalam kromosom (Yayasan Thalasemia Indonesia, 2008). Gambar dibawah merupakan anatomi dari hemoglobin yang ada didalam darah yang terdiri dari 4 molekul hem, 2 rantai globin alpha dan 3 rantai globin beta. Gambar 2.1 Anatomi dari hemoglobin
Sumber: http//gassama.myweb.uga.eduhemoglobin.html
5
6
Rantai globin merupakan suatu protein maka sintesisnya dikendalikan oleh gen tertentu. Ada 2 kelompok gen yang bertanggung jawab dalam proses pengaturannya, yaitu kluster gen globin-α dan kluster gen globin. Sintesis hemoglobin dimulai dalam eritroblast dan terus berlangsung sampai tingkat normoblast dan retikolusit. Dari penyelidikan dengan isotop diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam asetat dan glisisn, sebagian besar sintesis terjadi dalam mitokondria. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu mereka pecah difagosit segera oleh sel-sel retikuloendotel. Selama beberapa hari kemudian mereka melepaskan besi dari hemoglobin kembali ke darah untuk digunakan kembali seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bagian hem molekul hemoglobin diubah oleh sel retikuloendotel melalui berbagai tinbgkatan menjadi pigmen empedu, bilirubin yang dilepaskan ke dalam darah dan kemudian disekresi oleh hati ke dalam empedu. (Guyton, 2012)
2.1.2 Pengertian
Thalasemia
merupakan
sekelompok
gangguan
genetik
dengan
karakteristik proses sintesis yang defektif pada satu atau lebih rantai polipeptida yang diperlukan untuk memproduksi hemoglobin. Sebagian besar terjadi akibat hasil penurunan atau tidak adanya produksi rantai alfa dan beta (Bilotta, 2012). Black dan Hawks (2009), menjelaskan thalassaemia adalah kelainan autosom resesif-genetik yang menghasilkan produksi Hb anadequate normal. Thalasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada sintesis hemoglobin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin. Thalasemia diwariskan sebagai sifat kodominan
7
autosomal. Bentuk heterozigot (thalasemia minor atau sifat thalasemia) mungkin asimtomatik atau bergejala ringan. Bentuk homozigot, thalasemia mayor , berkaitan dengan anemia hemolitik yang berat. Gen mutan sering ditemukan pada populasi Mediterania, Afrika, dan Asia. (Robbins, 2007). Penderita thalasemia tidak mampu memproduksi protein alpha/ protein beta dalam jumlah yang cukup. Sehingga sel darah merahnya tidak dapat terbentuk dengan sempurna. Insiden pembawa sifat thalasemia di Indonesia berkisar antara 6-10%, artinya dari setiap 100 orang 6-10 orang adalah pembawa sifat thalasemia (Diakses tanggal 27 Maret 2012). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif, dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari) dan juga disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan indeks-indeks eritrosit.
2.1.3 Klasifikasi Thalasemia
Bare et al , (2005) menjelaskan thalasemia diklasifikasikan menjadi dua kelompok major menurut rantai globin berkurang: alfa dan beta. Para thalasemia alpha terjadi terutama pada orang dari Asia dan Timur Tengah atau Asia. Alfa-thalasemia paling lazim di populasi Mediterania tetapi juga terjadi pada orang dari Asia dan Timur Tengah atau Asia. Pada thalasemia alpha adalah lebih ringan dibanding bentuk-bentuk beta dan sering terjadi tanpa gejala. Sel-sel darah merah sangat mikrositik, tetapi anemia, jika ada, ringan.
8
2.1.4 Etiologi
Thalasemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta. Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda. Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalasemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalasemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta thalasemia. (Yayasan Thalasemia Indonesia, 2011). Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Penderita memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini. Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. (Diakses tanggal 27 Maret 2012). Black dan Hawks (2009) menjelaskan thalassaemia sering ditemukan pada orang asal Asia medeteranian, Afrika, dan Tenggara. Individu yang mewarisi alfa-thalasemia, yang paling umum dari thalasemia; alfa-sifat (heterozigot) adalah tanpa gejala pada sekitar 30% orang Amerika Afrika. Mereka yang mewarisi satu gen beta (heterozigot) memiliki thalasemia minor, thalasemia trait juga disebut, negara pembawa thalasemia mayor. Mereka yang mewarisi kedua beta-gen (heterozigot) memiliki thalasemia mayor, yang menghasilkan anemia.
9
2.1.5 Patofisiologi
Black dan Hawks (2009) menjelaskan pada thalasemia alfa, terdapat mutasi pada gen globin alpha. Pada talasemia minor, salah satu gen globin beta bermutasi, menyebabkan gangguan kecil dalam síntesis gen beta. Pada talasemia mayor, mutasi ada dikeduam gen beta, yang mengakibatkan
penurunan
pengurangan ditandai
síntesis
dalam
globin
produksi
beta
yang
signifikan,
hemoglobin, dan
anemia
mendalam. Hemolisis merupakan hasil dari ketidakseimbangan dalam rantai globin alpha dan rantai globin beta, yang biasanya dipasangkan. Hasil dari endapan yang merusak membran sel darah merah, menyebabkan hemolisis intravaskuler. Dalam keadaan normal, sel-sel darah seperti : darah merah (eritrosit), darah putih (lekosit) dan sel pembeku disebut juga platelets atau trombosit. Sel-sel darah termasuk sel eritrosit biasanya dihancurkan oleh tubuh setelah beredar dalam aliran darah selama 120 hari. Jadi pada selsel darah merah tersebut akan terjadi penggantian sel lama dengan sel baru yang beredar didalam aliran darah kita, setiap 120 hari sekali. Pada thalassemia, terjadi penghancuran sel eritrosit sangat cepat, sebelum waktunya sehingga penderita akan tampak pucat, gizi kurang, pertumbuhan kurang dan perut makin lama makin membuncit karena terjadi pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali). Akibat samping dari pemberian darah yang hampir setiap bulan sekali, maka zat besi akan mnumpuk didalam tubuh penderita yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis tidak baik bagi tubuh, akan memberi warna birukehitaman pada kulit penderita dan bila menumpuk sedemikian tinggi di dalam jaringan
hati keadaan
ini disebut
hemochromatosis,
bisa
menimbulkan kanker hati.Untuk mengurangi kadar besi didalam tubuh, maka penderita yang telah menjalani transfusi darah berkali-kali akan
10
diberikan suntikan desferal (desferioxamine) oleh dokter anak. Jadi hidup penderita sangat tergantung pada pemberian transfusi darah selama hidupnya dan sudah barang tentu sangat menderita, sangat merepotkan
keluarga
dan
memberatkan
ekonomi
keluarga.
(Diakses
pada
tanggal 27 Maret). Jadi, thalasemia terjadi karena adanya kelainan pembentukan rantai globin pada rantai alpha atau beta. Untuk lebih memahami penjelasan diatas, lihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
11
Gambar 2.2 Patofisiologi Thalasemia
Sumber: Patofisiologi Thalasemia dimodifikasi penulis dari Billota, Kowalak, Price, Sonati, dan Yayasan Thalasemia Indonesia.
12
2.1.6 Tanda dan Gejala
Bare, et al ( 2005) menjelaskan pasien dengan gejala dan memiliki tingkat hemoglobin normal dan jumlah retikulosit sebagian besar waktu. Namun, beberapa hari setelah terpapar obat menyinggung, mereka dapat sakit kuning, dan haemoglobinuria (haemoglobulin dalam urin). Kenaikan jumlah retikulosit, gejala hemolisis berkembang. Noda khusus dari darah perifer kemudian dapat mengungkapkan badan Heinz (hemoglobin terdegradasi) dalam sel darah merah. Hemolisis merupakan sering ringan dan diri terbatas. Namun, dalam jenis Mediterania lebih parah dari kekurangan G-6-PD, pemulihan spontan mungkin tidak terjadi dan transfusi mungkin diperlukan. Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning ( jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus), pembesaran limpa, deformitas tulang, splenomegali,dan hepatomegali. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat
dibandingkan
anak
lainnya
yang
normal.
(Diakses tanggal 30 Maret 2012)
2.1.7 Data Penunjang
Untuk menegakan diagnosa thalasemia ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, diantaranya:
13
2.1.7.1 Laboratorium Hitung darah lengkap memperlihatkan penurunan hemoglobin, hematokrit, dan MCV. Kadar besi serum normal atau mengalami peningkatan. Kadar feritin serum atau mengalami peningkatan. Kapasitas pengikatan besi total normal. Hitung retikulosit normal atau mengalami peningkatan. Elektro foresis hemoglobin atau beta-hemoglobin (Billota, 2012). Kenaikan kadar bilirubin plasma dan kadar urinobilinogen dalam urin serta feses. Sediaan apus darah tepi yang memperlihatkan sel-sel target, mikrosit, sel darah merah yang berinti pucat, dan ani sositosis (Kowalak, 2011). 2.1.7.2 Pencitraan Pada thalasemia mayor, ronsen tulang tengkorak dan tulang panjang
memperlihatkan
penipisan
dan pelebaran
rongga
sumsum karena kerja sumsum tulang yang berlebihan. Tulang panjang
mungkin
memperlihatkan
area
yang
mengalami
osteoporosis. Tulang falang juga dapat mengalami deformitas (rektangular atau bikonveks). Tulang pada tulang tengkorak dan vertebra dapat memperlihatkan adanya granular (Billota, 2012). Penipisan dan pelebaran rongga sumsum tulang pada foto rontgen tulang tengkorak dan tulang panjang akibat tulang sumsum yang aktif berlebihan. (Kowalak, 2011)
2.1.8 Penatalaksanaan
Pada
kasus
thalasemia
belum
ditemukan
cara
pasti
untuk
menyembuhkan penyakit keturunan ini. Hingga sekarang talasemia
14
belum ada obat yang bisa menyembuhkanya. Satu – satunya tindakan yang bisa dilakukan untuk memperpanjang usia penderita.
2.1.8.1 Transfusi darah Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalasemia sedang atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. Transfusi secara teratur sangat penting untuk ketahanan hidup (Hoffman, 2007). 2.1.8.2 Terapi Khelasi Besi ( Iron Chelation) Yayasan Thalasemia Indonesia (2011) menjelaskan hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein. Apabila melakukan transfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat dua obat-obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu: a. Deferoxamine Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit secara perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang digunakan dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama dan sedikit memberikan rasa
15
sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran. b. Deferasirox Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek sampingnya adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan kelelahan (kelelahan). c. Suplemen Asam Folat Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan transfusi darah ataupun terapi kelasi besi. 2.1.8.3.Transplantasi sumsum tulang belakang Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Darah dan sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan thalasemia. Namun, memiliki kendala karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor dan r esipiennya.
2.1.9 Prognosis
Thalasemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia dekade ketiga. Walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating agents untuk mengurangi hemosiderosis. Apabila dikemudian hari transplantasi sumsum tulang dapat diterapkan maka prognosis akan baik karena diperoleh penyembuhan. Thalasemia mayor pada umumnya prognosa
16
jelek, biasanya orang dengan thalasemia mayor jarang mencapai umur dewasa walaupun ada yang melaporkan bahwa dengan mempertahankan kadar Hb yang tinggi dapat memperpanjang umur penderita sampai 20 tahun (Diakses Tanggal 27 Maret). Dalam penelitian tentang prognosis mengenai pasien dengan thalasemia, Kowalak
(2011)
mengemukakan
bahwa
prognosis
thalasemia- β
bervariasi: 2.1.9.1 Thalasemia mayor Pasien jarang bertahan hidup hingga usia dewasa 2.1.9.2 Thalasemia Intermedia Anak-anak yang menderita bentuk thalasemia ini berkembang secara normal hingga mencapai usia dewasa meskipun pubertasnya terlambat. 2.1.9.3 Thalasemia Minor Pasien memiliki rentang hidup yang normal.
2.1.10 Komplikasi
Sonati (2012) menjelaskan pada klien thalasemia, perawatan yang ada sekarang yaitu hanya dengan membantu penderita thalasemia berat untuk hidup lebih lama lagi. Akibatnya, orang-orang ini harus menghadapi komplikasi dari gangguan yang terjadi dari waktu ke waktu. 2.1.10.1 Jantung dan Liver Disease
17
Transfusi darah adalah perawatan standar untuk penderita thalasemia. Sebagai hasilnya, kandungan zat besi meningkat di dalam darah. Hal ini dapat merusak organ dan jaringan, terutama jantung dan hati. Penyakit jantung yang disebabkan oleh zat besi yang berlebihan adalah penyebab utama kematian pada orang penderita thalasemia. Penyakit jantung termasuk gagal jantung, aritmis denyut jantung, dan terlebih lagi serangan jantung. 2.1.10.2 Infeksi Di antara orang-orang penderita thalasemia, infeksi adalah penyebab utama penyakit dan kedua paling umum penyebab kematian. Orang-orang yang limpanya telah diangkat berada pada risiko yang lebih tinggi, karena mereka tidak lagi memiliki organ yang memerangi infeksi. 2.1.10.3 Osteoporosis Banyak
penderita
thalasemia
memiliki
tulang
yang
bermasalah, termasuk osteoporosis. Ini adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi sangat lemah, rapuh dan mudah patah.
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan Thalasemia 2.2.1 Pengkajian
Sonati (2012) menjelaskan pada klien thalasemia biasanya didapatkan beberapa hal seperti berikut: 2.2.1.1 Asal keturunan/ kewarganegaraan Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar Laut Tengah (mediterania). Seperti Turki, Yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.
18
2.2.1.2 Umur Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejalatersebut telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun. 2.2.1.3 Riwayat kesehatan anak Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport. 2.2.1.4.Pertumbuhan dan perkembangan Sering
didapatkan
data
mengenai
adanya
kecenderungan
gangguan terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalasemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal. 2.2.1.5 Pola makan Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya. 2.2.1.6 Pola aktivitas Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah. 2.2.1.7 Riwayat kesehatan keluarga Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang menderita thalasemia. Apabila kedua orang tua menderita
thalasemia,
maka
anaknya
berisiko
menderita
19
thalasemia
mayor.
Oleh
karena
itu,
konseling
pranikah
sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan. 2.2.1.8 Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC) Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor risiko thalasemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter. 2.2.1.9 Data keadaan fisik anak thalasemia yang sering didapatkan diantaranya adalah: a. Keadaan Umum Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah anak seusianya yang normal. b. Kepala dan Bentuk Muka Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar. 1) Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan. 2) Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman. 3) Dada Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik. 4) Perut Kelihatan
membuncit
dan
pada
perabaan
terdapat
pembesaran limpa dan hati ( hepatosplenomagali). 5) Gizi buruk
20
6) Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. 7) Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas. Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik. c. Kulit Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis). d. Penegakan Diagnosis Biasanya ketika dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan gambaran sebagai berikut: 1) Anisositosis (sel darah tidak terbentuk secara sempurna) 2) Hipokrom, yaitu jumlah sel berkurang 3) Poikilositosis, yaitu adanya bentuk sel darah yang tidak normal 4) Pada sel target terdapat tragmentasi dan banyak terdapat sel normablast, serta kadar Fe dalam serum tinggi 5) Kadar haemoglobin rendah, yaitu kurang dari 6 mg/dl. Hal ini terjadi karena sel darah merah berumur pendek (kurang dari 100 hari) sebagai akibat dari penghancuran sel darah merah didalam pembuluh darah.
21
2.2.2 Diagnosa keperawatan Cynthia (2011) menjelaskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada dagnosa medis thalasemia adalah sebagai berikut: 2.2.2.1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan. 2.2.2.2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 2.2.2.3 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke sel – sel 2.2.2.4 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 2.2.2.5 Risiko terhadap infeksi dengan faktor ris iko pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat (penurunan hemoglobin).
2.2.3 Intervensi keperawatan Cynthia (2011) menjelaskan intervensi keperawatan yang mungkin muncul pada dagnosa medis thalasemia adalah sebagai berikut: 2.2.3.1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. a. Kriteria hasil 1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. 2) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. 3) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai. b. Intervensi 1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional: Mengidentifikasi
defisiensi,
kemungkinan intervensi.
menduga
22
2) Observasi dan catat makanan pasien. Rasional: Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. 3) Timbang berat badan rtiap hari. Rasional: Mengawasi penurunan berat badan. 4) Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan di antara waktu makan. Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan. 5) Beriakan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah
makan,
gunakan
sikat
gigi
halus
untuk
penyikatan yang lembut. Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral,
menurunkan
pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan kemampuan infeksi. 6) Konsul pada ahli gizi. Rasional: Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual. 7) Pantau pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Hematokrit (Hct), Nitrogen Ureum Barah (BUN), Albumin, Protein, Transferin, Besi Serim, B12, Asam Folat, Elektrolit Serum. Rasional: Meningkatkan
efektivitas
program
pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan. 8) Berikan obat sesuai indikasi, desferoksimin untuk mengurangi kadar besi dalam tubuh. Rasional: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia
2.2.3.2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
23
a. Kriteria hasil 1) Klien
dapat
melakukan
aktivitas
maksimal
sesuai
kemampuan. 2) Klien dapat beraktivitas maksimal sesuai kemampuan dan menormalkan Hb ( >10 g/dl). b. Intervensi 1) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas normal, catat
laporan
kelelahan,
keletihan,
dan
kesulitan
menyelesaikan tugas. Rasional: Memperbaharui pilihan dan intervensi 2) Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan. Rasional: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. 3) Prioritaskan
jadwal
asuhan
keperawatan
untuk
meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas. Rasional: Mempertahankan
tingkat
energi
dan
meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan. 4) Berikan
bantuan
dalam
aktivitas
bila
perlu,
memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin. Rasional: Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri. 5) Rencanakan
kemampuan
aktivitas
dengan
pasien,
termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
24
Rasional: Meningkatkan
secara
bertahap
tingkat
aktivitas sampai normal dan memperbaiki stamina tanpa kelemahan. 6) Gunakan teknik penghematan energi, misal., mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas. Rasional: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi
penyimpangan
energi
dan
mencegah kelemahan. 7) Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi. Rasional: Regangan/stress berlebihan/stress
kardiopulmonal dapat
menimbulkan
dekompensasi/kegagalan. 8) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan kelemahan/ kelelahan, TD stabil, frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
2.2.3.3 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke sel – sel a. Kriteria hasil 1) TTV dalam rentang normal 2) Akral hangat 3) Tidak ditemukan sianosis 4) Konjungtiva tidak anemis 5) Hb normal12 – 16 gr%. b. Intervensi 1) Observasi Tanda Vital , warna kulit, tingkat kesadaran dan keadaan ektremitas
25
Rasional:
Menunjukan informasi tentang adekuat atau tidaknya perfusi jaringan dan dapat membantu dalam menentukan intervensi yang tepat
2) Atur posisi semifowler Rasional: Pengembangan paru akan lebih maksimal sehingga pemasukan O2 lebih adekuat 3) Kolaborasi untuk Pemberian Tranfusi Darah Rasional: Dengan tranfusi pemenuhan sel darah merah agar Hb meningkat 4) Pemberian O2 kapan perlu Rasional: Memaksimalkan sel darah merah, agar Hb meningkat.
2.2.3.4 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif a. Kriteria Hasil 1) Mukosa mulut Lembab 2) Turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik b. Intervensi 1) Observasi Intake Output Cairan Rasional: Mengetahui
jumlah
pemasukan
dan
pengeluaran cairan 2) Observasi TTV Rasional: Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardi. 3) Beri pasien minum sedikit demi sedikit Rasional: Dengan minum sedikit demi sedikit tapi sering dapat menambah cairan dalam tubuh secara bertahap.
26
4) Teruskan terapi cairan secara parenteral sesuai dengan instruksi dokter Rasional: Pemasukan cairan secara parenteral sehingga cairan menjadi adekuat
2.2.3.5 Risiko terhadap infeksi dengan faktor risi ko pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat (penurunan hemoglobin). a. Kriteria hasil 1) Infeksi tidak terjadi 2) Tidak ditemukan tanda-tanda inflamasi 3) TTV dalam rentang normal b. Intervensi 1) Jelaskan pentingnya transfusi darah. 2) Pertahankan teknik septik antiseptik pada prosedur perawatan. 3) Dorong perubahan ambulasi yang sering. 4) Tingkatkan masukan cairan yang adekuat. 5) Pantau dan batasi pengunjung. 6) Pantau tanda-tanda vital. 7) Kolaborasi dalam pemberian antiseptik dan antipiretik.
BAB 3 HASIL ASUHAN
3.1 Gambaran Kasus
Anak S umur 8 tahun, alamat jalan Tatah Pemangkih, pendidikan SD, beragama islam, status belum menikah. masuk RSUD Ulin Banjarmasin pada hari Minggu tanggal 01 April 2012 pukul 14.30 Wita di Ruang Anak (Sedap Malam) dengan diagnosis medis Talasemia No. RMK 61 64 03. Saat masuk Rumah Sakit TD: 100/50 mmHg. Klien mengatakan berada dalam jenjang pendidikan sekolah dasar kelas 4. Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 02 April 2012 pukul 11.00 Wita. Penanggung jawab Tn. J, umur 32 tahun, agama islam pekerjaan swasta, alamat jalan Tatah Pemangkih, hubungan dengan klien adalah ayah dari klien. Keluhan utama klien saat masuk rumah sakit: badan terasa lemah dan lesu, pandangan berkunangkunang, pusing, kurang nafsu makan, dan panas. Riwayat penyakit sekarang: kurang lebih 3 hari sebelum klien masuk rumah sakit, klien mengeluh pusing, pandangan berkunang-kunang, badannya terasa lemah dan lesu. Klien mengatakan hanya bisa berbaring dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Selain itu klien juga mengatakan kurang nafsu makan dan panas maka untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, oleh pihak keluarga dengan segera membawa klien ke RSUD Ulin Banjarmasin untuk mendapatkan perawatan. Riwayat penyakit dahulu: keluarga klien mengatakan klien sering masuk rumah sakit sebelumnya sekitar 1 bulan yang lalu dengan gejala yang sama dan klien rutin transfusi tiap 1 bulan sekali. Klien mulai rutin menjalani tranfusi pada umur 6 tahun.
26
27
Riwayat penyakit keluarga: Ayah klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengidap penyakit seperti yang klien derita, tetapi keponakannya ada yang menderita anemia. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada hari Senin tanggal 02 April 2012 pukul 11.00 Wita didapatkan data, kesadaran klien compos mentis, keadaan umum klien tampak lemah, lesu, dan hanya berbaring di tempat tidur. Glasgow Coma Scale (GCS): respon membuka mata 4, respon verbal 5, dan respon motorik 6. Tanda-tanda vital: tekanan darah (TD) 100/50 mmHg, nadi 68 x/m, respirasi 27 x/m, temperatur 38° C. Data antropometrik: tinggi badan (TB) klien 140 cm, berat badan (BB) klien 30 kg, dan berat badan ideal (BBI) klien 24 kg dengan menggunakan rumus menghitung berat badan ideal, yaitu: BBI
= (2 x Umur (tahun) ) + 8 = (2 x 8) + 8 = 16 + 8 = 24 Kg
Pengkajian kulit: kulit tampak sianosis, tidak ada lesi, tidak ada edema, kebersihan kulit klien cukup bersih, telapak tangan klien tampak pucat, turgor kulit klien baik (pada saat dicubit kembali dalam waktu 2 detik), CRT (capillary refilling time) kurang baik karena pengisian kapiler perifer lebih dari 2 detik, dan akral klien teraba hangat dengan suhu 38°C. Pemeriksaan kepala dan leher: struktur kepala normal dan simetris, kebersihan rambut cukup bersih, ramut klien pendek, keriting, dan berwarna hitam, tidak ada trauma pada kepala. Didapatkan tidak terabanya adanya pembesaran kelenjar tiroid pada leher dan tidak ada keterbatasan gerak pada kepala dan leher. Pengkajian mata dan penglihatan: didapatkan struktur kedua mata kiri dan kanan simetris, kebersihan cukup baik dan tidak ada sekret yang menempel, konjungtiva tampak anemis, sklera ikterik, gerakan bola mata dapat melihat ke
28
kiri dan ke kanan serta ke atas dan ke bawah, pandangan mata klien berkunang-kunang, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pengkajian struktur hidung dan bentuk hidung: bentuk hidung simetris dan normal, kebersihan cukup, tidak ada secket yang keluar, tidak ada peradangan dan perdarahan pada hidung, tidak ada polip saat dilihat dengan menggunakan senter pada lubang hidung klien, fungsi penciuman baik dengan melakukan tes penciuman yang baunya merangsang seperti menggunakan minyak kayu putih dan alkohol yang dioleskan pada kedua kapas kemudian didekatkan pada lubang hidung klien dan klien dapat membedakan kedua baunya baik bau minyak kayu putih dan bau alkohol. Pemeriksaan telinga dan pendengaran: struktur kedua telinga simetris dan normal antara kiri dan kanan, kebersihan cukup baik, tidak ada serumen yang keluar, tidak ada peradangan dan perdarahan pada telinga, dan fungsi pendengaran baik dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan perawat. Pengkajian mulut dan gigi: bibir tampak kering dan berwarna pucat, tidak ada perdarahan maupun peradangan pada gusi, fungsi mengunyah klien baik, dan klien tidak menggunakan gigi palsu. Pemeriksaan dada, pernapasan dan sirkulasi: bentuk dada simetris, pergerakan dada tampak normal, sirkulasi napas klien tampak sesak, tidak ada keluhan nyeri pada dada saat bernapas, frekuensi napas klien 27 x/menit, tidak ada batuk, tidak ada terdengar suara napas tambahan, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, irama jantung terdengar regular dan teratur. Pengkajian abdomen: bentuk abdomen tampak simetris, tidak ada pembesaran organ seperti hati dan limpa, tidak ada striae atau jaringan parut, tidak ada ansietas dan tidak ada lesi pada abdomen, tidak ada nyeri tekan, bunyi perkusi tympani, dan peristaltik usus normal 16 x/menit.
29
Pengkajian genetalia dan reproduksi: tidak ada inkontinensia urin, retensi urin maupun hematuria, dan lien tidak ada peradangan maupun perdarahan pada genetalia. Pengkajian ekstremitas atas dan bawah: ekstremitas kanan dan kiri tampak simetris dan normal, tidak ada lesi, tidak ada edema, telapak tangan klien tampak terpasang infus dengan infus NaCl 18 tetes permenit pada ekstremitas kiri atas. Skala kekuatan otot: 4444 4444 4444 4444 Keterangan: Skala 4 adalah gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan. Pengkajian aktivitas dan istirahat: sehari-hari klien bersekolah di SDN Pemangkih, klien tinggal bersama Ayah dan Ibunya, klien mengatakan ia jarang tidur siang, dan tidur malam kira-kira 8-9 jam dari pukul 21.00 – 06.00 WITA, selama di rumah sakit hanya beristirahat di tempat tidur dengan posisi semi fowler, dengan skala aktivitas tingkat 2 (masih memerlukan bantuan orang lain seperti pengawasan orang lain). Di rumah sakit klien kadangkadang saja melakukan aktivitas. Klien juga banyak menghabiskan waktu istirahat dengan tidur. Dan kadang-kadang klien bisa tidur dengan intensitas waktu ± 3-4 jam. Pengkajian personal higiene klien: kebersihan klien cukup baik, di rumah klien mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali sehari, sikat gigi 3 kali sehari, dan potong kuku bila merasa panjang, sedangkan di rumah sakit klien hanya diseka oleh keluarganya 2 kali sehari, dan potong kuku tidak dilakukan karena kuku kaki dan tangan klien agak pendek. Pengkajian nutrisi: nutrisi klien di rumah cukup, klien makan di rumah 3 kali sehari dengan jenis makanan nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk, tidak ada alergi pada makanan tertentu, klien mengatakan tidak ada pantangan makanan, banyaknya makan 1 porsi untuk sekali makan dan minum 7-8 gelas sehari (3
30
gelas air teh dan 4-5 gelas air putih), keluarga klien mengatakan selama di rumah sakit hanya menghabiskan 1-2 sendok makan dari makanan yang disediakan rumah sakit dengan diet berupa bubur biasa tinggi kalori tinggi protein (BB TKTP). Pengkajian eliminasi: frekuensi BAB di rumah 1 kali sehari dengan konsistensi
pagi
hari
lembek,
berwarna
kuning
kecoklatan,
tidak
menggunakan pencahar, tidak ada konstipasi dan diare, tidak ada nyeri saat BAB, frekuensi BAK di rumah 4-5 kali sehari, dengan warna kuning jernih, tidak ada nyeri saat BAK, saat masuk rumah sakit hingga pengkajian di hari pertama klien belum ada BAB, tidak ada keluhan saat BAB, BAK 4-5 kali sehari dengan volume sekitar 500 cc. Pengkajian seksualitas: klien berjenis kelamin laki-laki, klien tidak ada kelainan dalam seksualitas. Pengkajian psikososial: klien mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di rumah sakit sesama klien, dokter dan juga perawat yang merawatnya, serta hubungan klien dengan keluarga tampak sangat baik dan harmonis terbukti dengan banyaknya sanak keluarga yang membesuknya. Pengkajian spiritual: klien beragama Islam dan selalu menjalankan shalat lima waktu, di rumah sakit klien selalu menjalankan shalat lima waktu bersama keluarga
kini
di
rumah
sakit
kesembuhannya.
3.2 Data Penunjang
3.2.1 Pemeriksaan Laboratorium
klien
hanya
mampu
berdo’a
untuk
31
Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada Kamis, 01 April 2012 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan HEMATOLOGI Hemoglobin 4.3 * 14.00-18.00 g/dl Leukosit 9.9 4.0-10.5 rb/ul Eritrosit 1.72 * 4.50-6.00 jt/ul Hematokrit 13.0 * 42.00-52.00 vol % Trombosit 016 150-450 rb/ul RDW-CV 20.7* 11.5-14.7 % MCV,MCV,MCHC MCV 76.1* 80.0-97.0 fl MCH 25.0* 27.0-32.0 pg MCHC 33.0 32.0-38.0 % HITUNG JENIS Gran % 62.2 50.0-70.0 % Limposit % 30.4 25.0-40.0 % MID % 7.4 4.0-11.0 % Gran # 6.20 2.50-7.00 rb/ul Limposit # 3.0 1.25-4.0 rb/ul MID # 0.7 rb/ul Sumber: Hasil Laboratorium RSUD Ulin Banjarmasin klien An. S Keterangan: Tanda bintang (*) diatas menunjukkan bahwa angka tidak dalam batas normal.
3.2.2 Medikamentosa Obat-obatan yang diberikan kepada klien pada tangggal sebagai berikut : 3.2.2.1 Infus NaCl 18 tetes permenit 3.2.2.2 Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul/hari 3.2.2.3 Transfusi PRC r/ 4 kolf
3.3 Data Fokus
3.3.1 Data Subjektif 3.3.1.1 Klien mengatakan kepalanya terasa pusing.
32
3.3.1.2 Klien mengatakan badannya terasa lemah dan lesu. 3.3.1.3 Klien mengatakan pandangannya berkunang-kunang. 3.3.1.4 Klien mengatakan kurang nafsu makan. 3.3.1.5 Klien mengatakan hanya bisa menghabiskan makan 1-2 sendok saja dari 1 porsi makanan yang dihidangkan oleh pihak rumah sakit. 3.3.1.6 Klien mengatakan badannya panas. 3.3.1.7 Klien mengatakan sesak saat bernapas. 3.3.1.8 Klien mengatakan khawatir terhadap keadaannya. 3.3.1.9 Klien mengatakan berada dalam jenjang pendidikan sekolah dasar kelas 4.
3.3.2 Data Objektif 3.3.2.1 Inspeksi a. Klien tampak lemah dan hanya berbaring di tempat tidur. b. Klien tampak hanya dapat menghabiskan 1-2 sendok makan dari 1 porsi makanan yang dihidangkan oleh pihak rumah sakit. c. Konjungtiva tampak anemis. d. Tampak CRT jelek pada saat dicubit kembali lebih dari 3 detik. e. Telapak tangan klien tampak pucat. f.
Bibir klien tampak pucat.
g. Hemoglobin 4.3g/dl. h. Diet BB TKTP. i.
Data antropometri: TB: 140 cm, BB: 30 kg, BBI: 24 kg.
j.
Respirasi klien: 27 x/menit.
k. Klien tampak selalu menanyakan tentang penyakitnya. l.
Klien tampak cemas.
m. Klien tampak pucat
33
3.3.2.2 Palpasi a. Akral klien teraba hangat dengan suhu 38° C. b. Nadi klien: 68 x/menit. 3.3.2.3 Perkusi: 3.3.2.3 Auskultasi a. Tekanan darah: 100/50 mmHg.
34
3.4 Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan
Tabel 3.2 Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan No 1.
Data
DS: a. Klien mengatakan kepalanya terasa pusing. b. Klien mengatakan badannya terasa lemah dan lesu. c. Klien mengatakan pandangannya berkunangkunang
Masalah Gangguan perfusi jaringan
Etiologi Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
Hipertermia
Prosedur Invasif: Post tranfusi PRC
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penurunan intake makanan
DO: a. Klien tampak lemah dan hanya berbaring di tempat tidur. b. Konjungtiva tampak anemis. c. Akral teraba hangat. d. CRT lebih dari 3 detik. e. Telapak tangan klien tampak pucat. f. Bibir klien tampak pucat. g. Hemoglobin 4.3g/dl. h. Nadi: 68 x/m i. TD: 100/50 mmHg 2.
DS: a. Klien mengatakan badannya panas DO: b. Akral klien teraba hangat dengan suhu 38° C. c. Respirasi: 27 x/m
3.
DS: a. b.
Klien mengatakan kurang nafsu makan. Klien mengatakan hanya bisa menghabiskan makan 1-2 sendok saja dari 1 porsi makanan yang dihidangkan oleh pihak rumah sakit.
DO: a.
b.
Klien tampak hanya dapat menghabiskan 1-2 sendok makan dari 1 porsi makanan yang dihidangkan oleh pihak rumah sakit. Diet BB TKTP. Data antropometri: TB: 140 cm, BB: 30 kg, BBI: 24 kg.
35
Tabel 3.2 Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan (Lanjutan) No. 4.
Data
DS: a. Klien mengatakan kepalanya terasa pusing. b. Klien mengatakan badannya terasa lemah dan lesu. c. Klien mengatakan pandangannya berkunangkunang
Masalah Intoleransi Aktivitas
Etiologi Gangguan perfusi oksigen ke jaringan
Ansietas
Ancaman terhadap status kesehatan
Resiko cedera
Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
DO: a. Klien tampak lemah dan hanya berbaring di tempat tidur. b. Konjungtiva tampak anemis. c. Akral teraba hangat. d. CRT lebih dari 3 detik. e. Telapak tangan klien tampak pucat. f. Bibir klien tampak pucat. g. Hemoglobin 4.3g/dl. h. Nadi: 68 x/m i. TD: 100/50 mmHg 5.
DS: a. b.
Klien mengatakan khawatir tergadap keadaannya. Klien mengatakan berada dalam pendidikan sekolah dasar kelas 4.
DO: a.
Klien tampak selalu menanyakan tentang penyakitnya. b. Klien tampak cemas. 6.
Faktor Risiko: a. Klien mengatakan kepalanya terasa pusing. b. Klien mengatakan badannya terasa lemah dan lesu. c. Klien mengatakan pandangannya berkunangkunang d. TD: 100/50 mmHg e. Telapak tangan klien tampak pucat. f. Bibir klien tampak pucat. g. Hemoglobin 4.3g/dl.
36
Prioritas masalah: Dari analisis data diatas dapat disimpulkan 3 diagnosis yang menjadi prioritas masalah keperawatan yang ditangani terlebih dahulu yaitu: 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah. 2. Hipertermia berhubungan dengan prosedur Invasif: Post tranfusi PRC. 3. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih sedikit dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan.
37
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 3.3. Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah yang ditandai dengan: DS: a. Klien mengatakan kepalanya terasa pusing. b. Klien mengatakan badannya terasa lemah dan lesu. c. Klien mengatakan pandangannya berkunangkunang DO: a. Klien tampak lemah dan hanya berbaring di tempat tidur . b. Konjungtiva tampak anemis. c. Akral teraba hangat. d. CRT jelek pada saat dicubit kembali lebih dari 3 detik. e. Telapak tangan klien tampak pucat. f. Bibir klien tampak pucat. g. Hb: 4.3g/dl. h. Nadi: 68 x/m i. TD: 100/50 mmHg
No
Tujuan Dalam waktu 3 x 24 jam perfusi perifer meningkat dengan kriteria evaluasi: a. Klien tidak mengeluh pusing. b. Tanda-tanda vital dalam batas normal. (Pada anak) - TD: 100/70120/80 mmHg - N: 80-100x/m - R: 16-20 x/m - T: 36°-37° C c. Konjungtiva tidak anemis d. CRT <3 detik
Perencanaan Intervensi a. Kaji tingkat kesadaran klien secara teratur. b. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis scara teratur. c. Pantau urine output.
d. Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi asupan kafein. e. Kolaborasi: Pemberian transfuse darah.
f. Pemantauan laboratorium.
Rasional a. Mengetahui derajat hipoksia.
b. Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
c. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine. Pemantauan yang ketat pada produksi rine <600 ml/hari merupakan tanda terjadinya syok kardiogenik. d. Makanan besar dapat meningkatkan kerja miokardium.
e. Transfusi dengan PRC lebih rasional diberikan pada klien yang mengalami anemia akibat penurunan sel darah merah. f. Pemantauan darah rutin berguna untuk melihat perkembangan
38
Tabel 3.3. Rencana Asuhan Keperawatan (Lanjutan) Diagnosa Keperawatan 2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakityang ditandai dengan: DS: a. Klien mengatakan badannya panas DO: a. Akral klien teraba hangat dengan suhu 38° C. b. Respirasi: 27 x/m
No
Tujuan Dalam 1 x 24 jam hipertermia teratasi dengan kriteria evaluasi: a. Suhu tetap normal (36,5°37°C) b. RR dalam batas normal (16-20 kali/menit)
Perencanaan Intervensi a. Ukur suhu tubuh klien setiap 4 jam, identifikasi an catat rute.
Rasional a. Untuk meyakinkan perbandingan data yang akurat.
b.berikan kompres dingin pada aksila dan lipatan paha.
b. Tindakan tersebut meningkatkan kenyamanan dan menurunkan temperature tubuh.
c. Pantau dan catat denyut nadi dan irama nadi, tekanan darah, frekuensi napas.
c. Peningkatan dnyut nadi, penurunan tekanan darah dapat mengindikasikan hipovolemia, yang mengarah pada penurunan perfusi jaringan. Peninkatan frekuensi pernapasan berkompensasi pada hipoksia jaringan.
d. Kolaborasi: Berikan antipiretik.
d. Untuk menrunkan demam
e. Berikan cairan IV sesuai yang dianjurkan.
e. Menghindari kehilangan air, natrium klorida dan kalium yang berlebihan.
39
Tabel 3.3. Rencana Asuhan Keperawatan (Lanjutan) Diagnosa Keperawatan Tujuan 3. Ketidakseimbangan Dalam waktu 3 x nutrisi kurang dari 24 jam terdapat kebutuhan tubuh peningkatan dalam berhubungan dengan pemenuhan nutrisi penurunan intake dengan kriteria makanan yang evaluasi: ditandai dengan: a. Klien secara DS: subjektif a. Klien mengatakan termotivasi kurang nafsu untuk makan. melakukan b. Klien mengatakan pemenuhan hanya bisa nutrisi sesuai menghabiskan anjuran. makan 1-2 b. Klien dan sendok saja dari 1 keluarga porsi makanan mengetahui yang dihidangkan tentang asupan oleh pihak rumah nutrisi yang sakit. tepat pada DO: klien. a. Klien tampak c. Asupan hanya dapat meningkat pada menghabiskan 1 porsi makanan 2 sendok makan yang dari 1 porsi disediakan. makanan yang dihidangkan oleh pihak rumah sakit. b. Diet BB TKTP. c. Data antropometri: TB: 140 cm, BB: 30 kg, BBI: 24 kg.
No
Perencanaan Intervensi a. Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini. b. Anjurkan klien memakan makanan yang disediakan rumah sakit. c. Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein. d. Libatkan keluarga klien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya. e. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan. f. Kolaborasi dalam pemberian multivitamin.
Rasional a. Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan.
b. Untuk menghindari makanan yang justru dapat menggangu proses penyembuhan klien. c. Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepar perbaikan kondisi,, serta mengurangi beban kerja jantung. d. Dengan bantuan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
e. Hygine oral yang baik akan menimbulkan nafsu makan klien.
f. Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan asupan nutrisi secara umum
40
3.6 Implementasi
Tabel 3.4 Implementasi No.
Hari/tgl
1.
Senin, 02 April 2012
No. Diagnosa 11.00 I Jam
11.15
11.25
11.55
11.00
Implementasi a.
Mengobservasi tingkat kesadaran klien secara teratur dan melakukan tanda-tanda vital.
Evaluasi Tindakan a. Kesadaran klien composmentis dengan GCS E4 E5 M6. Hasil TTV: TD: 100/50 mmHg, N: 68x/m, R: 27x/m, T:38°C
b. Mengkaji warna b. Warna kulit kulit dan klien tampak mengukur suhu pucat, suhu klien dengan klien 38° C. menggunakan termometer c. Berkolaborasi dengan memberian transfusi PRC 2 kolf dengan pre dexamethason.
c. Klien merasa lebih nyaman setelah transfusi
d. Memantau dan mengawasi hasil laboratorium.
d. Hasil laboratorium (tgl 01 April 2012) didapatkan Hb: 4.3g/dl
Paraf Pelaksana
41
Tabel 3.4 Implementasi (Lanjutan) No.
Hari/tgl
2.
Senin, 02 April 2012
No. Diagnosa 11.30 II Jam
12.10
3.
Senin, 02 April 2012
12.20
12.55
Implementasi a. Mengukur suhu tubuh klien setiap 4 jam, identifikasi an catat rute. b. Menurunkan panas yang berlebihan dengan memberikan kompres dingin pada aksila dan lipatan paha
III
Evaluasi Tindakan a. Didapatkan suhu tubuh 38°C.
b. Klien tampak lebih nyaman, dan panas mulai turun.
a. Menjelaskan ten- tang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.
a. Klien memahami apa yang dijelaskan tentang manfaat makanan untuk pemenuhan nutrisi klien.
b. Menganjurkan klien memakan makanan yang disediakan rumah sakit.
b. Klien mau mengikuti apa yang dianjurkan dan memahami diet yang diberikan.
Paraf Pelaksana
42
3.7 Evaluasi
Tabel 3.5 Evaluasi No 1.
Hari,tgl
Jam
No Diagnosa
Sabtu, 07 April 2012
1.00
I
Evaluasi Akhir S: a. Klien mengatakan kepalanya sudah tidak pusing lagi. b. Klien mengatakan badannya tidak terasa lemah dan lesu lagi. O: a. Konjungtiva masih tampak anemis. b. Sklera masih tampak ikterik. c. Tampak CRT kembali kurang dari 3 detik. d. Telapak tangan klien masih tampak pucat. e. Bibir klien masih tampak pucat. f. Hemoglobin 8.1 g/dl. g. Hasil TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 74x/m, R: 20x/m, T:36,7°C A: Masalah tidak efektifnya jaringan perfusi perifer teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan: a. Kaji warna kulit, suhu. b. Pantau hasil laboratorium. c. Pantau frekuensi jantung dan irama
2.
Selasa, 02 April 2012
13.0 0
II
S: a.
Klien mengatakan badannya tidak panas lagi. b. Klien mengatakan badannya terasa lebih nyaman.
O: a. b.
Klien teraba hangat dengan suhu tubuh 37.2°C. Respirasi klien 20 kali/menit.
A: Masalah hipertermia teratasi P: Intervensi dihentikan
43
Tabel 3.5 Evaluasi (Lanjutan) No
Hari,tgl
Jam
No Diagnosa
3.
Jum’at, 06 April 2012
12.00
III
Evaluasi Akhir S: a. b.
Klien mengatakan nafsu makannya membaik Klien mengatakan sudah bisa menghabiskan makan yang disediakan.
O: a.
Asupan nutrisi klien meningkat dilihat dari klien yang bisa mengahabiskan 1 porsi makanan yang disediakan rumah sakit. b. Klien dan keluarga tampah mengetahui tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien.
A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi: lebih sedikit dari tubuh teratasi P: Intervensi dihentikan
44
3.8 Catatan Perkembangan
Tabel 3.6 Catatan perkembangan No 1.
Hari,tgl Selasa, 03 April 2012
Jam 08.05
No. Diagnosa I
08.15
Implementasi dan Hasilnya a. Mengobservasi tingkat kesadaran klien secara teratur dan melakukan tanda-tanda vital. Hasil: Kesadaran klien composmentis dengan GCS E4 E5 M6. Hasil TTV: TD: 100/60 mmHg, N: 68x/m, R: 27x/m, T: 37,2°C b. Mengkaji warna kulit mengukur suhu dengan menggunakan termometer. Hasil: Warna kulit klien tampak pucat, suhu klien 37.2° C
10.00 c. Pemberian transfusi PRC 2 kolf dengan pre dexamethason. Hasil: Klien mengatakan lebih merasa nyaman setelah transfusi. 11.00 d. Memantau hasil laboratorium. Hasil: Hasil laboratorium (tgl 01 April 2012) didapatkan Hb: 4.3g/dl
2.
Selasa, 03 April 2012
08.15
09.00
II
a. Mengukur suhu tubuh klien setiap 4 jam, identifikasi an catat rute. Hasil: Didapatkan suhu tubuh 37.2°C. b. Memberikan kompres dingin pada aksila dan lipatan paha Hasil: Klien tampak lebih nyaman, dan panas mulai turun.
45
Tabel 3.6 Catatan perkembangan (Lanjutan) No 3.
Hari,tgl Selasa, 03 April 2012
Jam 12.00
No. Diagnosa III
Implementasi dan Hasilnya a. Menganjurkan klien memakan makanan yang disediakan rumah sakit. Hasil: Klien mau mengikuti apa yang dianjurkan dan memahami diet yang diberikan. b. Memberi makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein Hasil: Klien masih tampak kurang nafsu makan. c. Melibatkan keluarga klien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya. Hasil: Keluarga tampak kooperatif dengan perawat dan selalu berusaha memenuhi nutrisi untuk klien.
.
6.
Rabu, 04 April 2012
11.05
11.20
I
a. Mengobservasi tingkat kesadaran klien secara teratur dan melakukan tanda-tanda vital. Hasil: Kesadaran klien composmentis dengan GCS E4 E5 M6. Hasil TTV: TD: 120/60 mmHg, N: 74x/m, R: 20x/m, T: 37,2°C b. Mengkaji warna kulit mengukur suhu dengan menggunakan termometer. Hasil: Warna kulit klien tampak pucat, suhu klien 37.2° C
14.00 c. Memberian transfusi PRC 1 kolf dengan pre dexamethason. Hasil: Klien mengatakan lebih merasa nyaman setelah transfusi. 15.00 d. Memantau hasil laboratorium. Hasil: Hasil laboratorium (tgl 28 April 2012) didapatkan Hb: 5.9 g/dl
46
Tabel 3.6 Catatan perkembangan (Lanjutan) No 7.
9.
Hari,tgl Rabu, 04 April 2012
Kamis, 05 April 2012
Jam 11.30
No. Diagnosa III
Implementasi dan Hasilnya a. Menimbang berat badan klien. Hasil: BB klien: 30 kg.
11.40
b. Memberi makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein Hasil: Klien mengatakan masih kurang nafsu makan.
12.07
b. Melibatkan keluarga klien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya. Hasil: Keluarga tampak kooperatif dengan perawat dan selalu berusaha memenuhi nutrisi untuk klien.
09.05
09.15
11.00
I
a. Mengobservasi tingkat kesadaran klien secara teratur dan melakukan tanda-tanda vital. Hasil: Kesadaran klien composmentis dengan GCS E4 E5 M6. Hasil TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 74x/m, R: 20x/m, T: 37,0°C b. Mengkaji warna kulit mengukur suhu dengan menggunakan termometer. Hasil: Warna kulit klien masih tampak pucat, suhu klien 37.0° C. c.Pemberian transfusi PRC 1 kolf dengan pre dexamethason. Hasil: Klien mengatakan lebih merasa nyaman setelah transfusi.
47
Tabel 3.6 Catatan perkembangan (Lanjutan) No 10.
Hari,tgl Kamis, 05 April 2012
Jam 12.00
No. Diagnosa III
12.05
11.
Jum’at, 06 April 2012
08.00
08.20
Implementasi dan Hasilnya a. Memberi makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein Hasil: Klien mengatakan nafsu makannya mulai membaik dan tampak klien dapat menghabiskan ½ porsi makanan dari makanan yang disediakan rumah sakit. b. Melakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan. Hasil: Menganjurkan klien untuk sikat gigi atau jika tidak memungkinkan berkumur sebelum dan sesudah makan. Dan klien menyatakan mau melakukan seperti apa yang dianjurkan.
I
a. Mengobservasi tingkat kesadaran klien secara teratur dan melakukan tanda-tanda vital. Hasil: Kesadaran klien composmentis dengan GCS E4 E5 M6. Hasil TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 74x/m, R: 20x/m, T: 37,0°C b. Mengkaji warna kulit mengukur suhu dengan menggunakan termometer. Hasil: Warna kulit klien masih tampak pucat, suhu klien 37.0° C.
11.00 c. Pemberian transfusi PRC 2 kolf dengan pre dexamethason. Hasil: Klien mengatakan lebih merasa nyaman setelah transfusi. 11.30 d. Memantau hasil laboratorium. Hasil: Hasil laboratorium (tgl 06 April 2012) didapatkan Hb: 8.1 g/dl
48
Tabel 3.6 Catatan perkembangan (Lanjutan) No 12.
Hari,tgl Jum’at, 06 April 2012
Jam 11.45
No. Diagnosa III
11.55
13.
Sabtu, 07 April 2012
14.10
14.20
Implementasi dan Hasilnya a. Memberi makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein Hasil: Klien mengatakan nafsu makannya mulai membaik dan tampak klien dapat menghabiskan 1 porsi makanan dari makanan yang disediakan rumah sakit. b. Menimbang berat badan klien. Hasil: BB klien: 30 kg.
I
a. Mengobservasi tingkat kesadaran klien secara teratur dan melakukan tanda-tanda vital. Hasil: Kesadaran klien composmentis dengan GCS E4 E5 M6. Hasil TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 74x/m, R: 20x/m, T:36,7°C b. Mengkaji warna kulit mengukur suhu dengan menggunakan termometer. Hasil: Warna kulit klien masih tampak pucat, suhu klien 36,7°C
15.00 c. Memantau hasil laboratorium. Hasil: Hasil laboratorium (tgl 06 April 2012) didapatkan Hb: 8.1 g/dl
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin, mdimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal. Manifestasi dari thalasemia misalnya anemia berat yang bergantung pada tranfusi darah, pertumbuhan dan perkembangan terhambat, infeksi, pucat, ikterus ringan, pembesaran hati dan limpa, ekspansi tulang. Klien menderita thalasemia mayor walaupun belum diketahui penyebab dari orang tua tetapi diketahui ada keluarga klien yang memiliki gejala seperti klien. Saat memberikan asuhan keperawatan ditemukan beberapa masalah keperawatan
seperti
ganggguan
perfusi
jaringan,
hipertermi,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ansietas. Selama 6 hari memberikan asuhan keperawatan dapat disimpulkan masalah keperawatan klien teratasi kecuali masalah keperawatan tidak efektifnya jaringan perfusi perifer yang teratasi sebagian. Klien mulai tampak membaik klien, klien mengatakan tidak pusing lagi walaupun masih tampak lesu
4.2 Saran
4.2.1 Klien
49
50
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien selalu memeriksakan diri secara rutin ke rumah sakit dan klien selalu memperhatikan perubahan kondisinya agar dapat mencegah terjadinya komplikasi dan kondisi berulang. Dan klien lebih banyak beristirahat dan mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan protein agar dapat memberikan energi pada tubuh. Klien juga sebaiknya menghindari makanan yang mengandung zat besi seperti bayam dan sayuran hijau lainnya karena bisa memperburuk kondisi. 4.2.2 Pelayanan Kesehatan (Perawat) Diharapkan para perawat lebih mengenal dan tahu perawatan dan tindakan yang tepat dan benar terhadap klien dengan diagnosa thalasemia yang mungkin sedikit berbeda dengan penyakit gangguan pada darah lainnya seperti anemia. Perbedaan yang sangat perlu diperhatikan adalah thalasemia dan anemia memiliki tanda dan gejala yang hampir sama jadi biasanya sulit untuk menentukan intervensi dan tindakan yang diberikan pada klien anemia yang memerlukan tambahan asupan zat besi sedangkan klien thalasemia yang perlu menghindari asupan zat besi walaupun sama-sama memerlukan tranfusi darah. 4.2.3 Institusi Pendidikan Keperawatan Disarankan kepada institusi pendidikan keperawatan agar lebih baik mengenalkan penyakit anak dan perawatan khusus pada anak kepada mahasiswa dan fasilitas referensi penyakit-penyakit ataupun hal lainnya yang tergolong jarang ditemukan dan dipelajari contohnya seperti thalasemia yang merupakan jenis dari anemia.
DAFTAR RUJUKAN
Bare, B., Farrel, M. & Smeltazer, S. (2005). Textbook of Medical Surgical Nursing .Volume 1. Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins.
Billota, K. (2012). Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Black, J & Hawks, J. (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical Management of Positive Outcomes. Eight edition. Volume 2. Elsevier (Singapore).
Cynthia, M.T. (2011). Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Davey, P. (2005). At Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Guyton, A. (2012). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, H. (2011). Nanda International: Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
Hoffman, J., Rudolph, A. & Rudolph, C. (2007). Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20.Volume 2. Bagian C. Jakarta: EGC.
http://dokmud.wordpress.com/2010/10/11/thalasemia/27.03.2012/08.04> (Diakses Tanggal 27 Maret).
51
52
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/05/06/195/453920/deteksi-dini-cegahtalasemia> (Diakses tenggal 30 Maret 2012).
http://mirbrokers.com/data/NewsletterEdisi64Thalasemia15.10.20101.pdf/07.54> (Diakses tanggal 27 Maret 2012).
http://ns1.seruu.com/informasi/hotel-seruu/artikel/mari-berdamai-dengantalasemia> (Diakses tanggal 30 Maret 2012).
Kowalak, J., Mayer, B & Welsh. W (Eds). (2011). Buku Ajar: Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Merati, S. (2012). SukmaMerati: Thalasemia Pnyakit Pada Anak Yang MemerlukanTransfusi Seumur Hidup (Internet), Sukma Merati. Available from: (Accessed 27 March 2012).
Pearce, E. (2008). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Price, S & Wilson, L. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC.
Robbins. (2012). Buku Ajar: Patologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: EGC.
Soegijanto, S. (2004). Kumpulan Makalah: Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. Jilid 2. Surabaya: Airlangga University Press.
53
Sonati, M. (2012). Asuhan Keperawatan Thalasemia. (Internet). muecliisonatigirl. Available from: (Accessed 27 March 2012).
Suherman, A. (2011). Jelli Gamat: Penyakit Darah Atau Thalasemia (Internet). Jelli Gamat. Available from: (Accessed 27 March 2012).
Yayasan Thalasemia Indonesia. (2011). Apakah Thalasemia Itu Bagaimana Menanganinya. Jakarta: YTI-POPTI
Yayasan Thalasemia Indonesia. (2011). Thalasemia Apakah Itu Mengapa Terjadi Bagaimana Mencegahnya. Jakarta: YTI-POPTI
54
Lampiran 1
SKALA KOMA GLASGOW (GCS)
Parameter
Nilai
Respon membuka mata -
Membuka secara spontan
4
-
Terhadap suara
3
-
Terhadap nyeri
2
-
Tidak berespons
1
Respon verbal -
Orientasi baik
5
-
Bingung
4
-
Kata-kata tidak jelas
3
-
Bunyi tidak jelas
2
-
Tidak berespons
1
Respon motorik/ gerak -
Mengikuti perintah
6
-
Gerakan local
5
-
Fleksi, menarik
4
-
Fleksi abnormal
3
-
Ekstensi abnormal
2
-
Tidak ada
1
Sumber: Pemeriksaan Fisik Keperawatan (Robert Priharjo, 2006: 159)
55
Lampiran 2
SKALA INTENSITAS NYERI
Respon Nyeri -
Tidak ada nyeri
Skor 0
- Nyeri ringan
1
- Nyeri sedang
2
- Nyeri hebat
3
- Nyeri sangat hebat
4
- Nyeri paling hebat
5
Sumber: Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006: 219)
56
Lampiran 3
SKALA KEKUATAN OTOT
Skala
Kenormalan
Ciri
Kekuatan (%)
0
0
Paralisis total
1
10
Tidak ada gerakan, teraba/ terlihat adanyakontraksi otot
2
25
Gerakan
otot
penuh,
menentang
gravitasi
dengan
sokongan 3
50
Gerakan normal menentang gravitasi
4
75
Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan
5
100
Gerakan normal menentang gravitasi dengan penahanan penuh
Sumber: Pemeriksaan Fisik Keperawatan (Robert Priharjo, 2006: 159)
57
Lampiran 4
SKALA AKTIVITAS
Skala Aktivitas/ Mobilitas
Kategori
Tingkat 0
Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1
Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2
Tingkat 3
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan alat Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
Tingkat 4
atau berpartisipasi dalam perawatan
Sumber : Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Hidayat, A.Alimul, 2006: 179)
58
Lampiran 5
TINGKAT KESADARAN
Kesadaran Composmentis
Tanda Sadar penuhm dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
Apatis
dengan kehidupan sekitarnya, acuh tak acuh Keadaan kesadaran mau tidur, dapat dibangunkan
Samnolen
dengan rangsangan nyeri, akan tetapi akan jatuh tidur lagi Keadaan kacau, motorik yang sangat memberontak,
Delirium
berteriak- teriak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu
Semi koma
Koma
Keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan perangsangan nyeri Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun
Sumber : Pemeriksaan Fisik Keperawatan (Robert Priharjo, 2006: 23)
59
Lampiran 6 NILAI NORMAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal
Albumin
3,5 – 5,0 g/dl
Nitrogen ureum darah (BUN)
10-30 mg/dl
Kalsium (Ca)
9-11 mg/dl
Karbondioksida (CO2)
20-30 mEq/dl
Klorida (Cl)
95-105 mEq/dl
Kolesterol
150-27 md/dl (bervariasi sesuai umur)
Kreatinin
0,5-1,5 mg/dl
Glukosa Puasa
70-120 mg/dl
Kalium (K)
3,5-5,5 mEq
Natrium (Na)
135-145 mEq
Serum glutamic Oxaloacetic
15-45 U/L
transaminase (SGOT) Sel darah merah (SDM)
Pria: 4,5-6,0 juta/ µl (mm³) Wanita: 4,0-5,0 juta/ µl (mm³)
Laju sedimentasi erosit (ERS)
Pria: <15 mm/jam Wanita: <20 mm/jam
Hematokrit
Pria: 40-54 % Wanita: 38-47 %