ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN PADA Ny A DENGAN DENGAN PYELOLITHOTOMY ATAS INDIKASI BATU GINJAL KANAN DI KAMAR KAMAR OPERASI RST SOPRAOENMALANG SOPRAOENMALANG
Oleh : VIVIN RETNO KORDYASANTI NIM 1501410022
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN PERIOPERATIF MALANG 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI A.
DEFINISI
Batu ginjal adalah suatu masa yang keras terbentuk dari kristal-kristal dari endapan urin dan tumbuh pada bagian dalam ginjal. Tetapi istilah batu ginjal dapat menerangkan kondisi batu yang teijadi pada semua tempat di saluran kemih. Pyelolithotomy adalah tehnik bedah yang digunakan untuk membuang batu dari pelvis renal disepanjang asis ginjal. Ureterurenoscopy (URS) adalah suatu tehnik untuk melihat memeriksa seluruh saluran kemih sejak dari muaranya ureter yaitu ujung sampai bagian hulunya ke pielum ginjal. DJ Stent adalah alat yang digunakan urolog dengan bentuk dua buah huruf J, alat ini dipasang di ureter satu ekornya berada di sistem pelvicocaliks ginjal dan satu lagi di kandung kemih. ( Sugiyono,2006)
B.
ETIOLOGI
Penyebab pasti sampai saat ini tidak diketahui, meskipun beberapa jenis makanan meningkatkan teijadinya batu. Riwayat keluarga dengan batu ginjal juga mempengaruhi insiden ini.
C.
FAKTOR RESIKO
Pria pada umumnya punya riwayat batu ginjal dalam keluarga, usia lebih dari 30 tahun, diet tinggi Oxalat, dehidrasi atau kurang minum, gangguan metabolisme yang mempengaruhi ekskresi garam, ostomi. Batu ginjal sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun jika timbul gejala, maka nyeri adalah masalah utama. Nyeri ini timbul saat batu melewati saluran kemih sehingga menimbulkan iritasi dan sumbatan. Secara spesifik klien akan merasakan nyeri tajam, nyeri kram di pinggang bagian belakang dan sisi area ginjal atau di abdomen bagian bawah, kadang kala disertai mual dan muntah.
Tehnik pembedahan untuk batu ginjal adalah open surgery yaitu merupakan pembedahan yang paling masif. Tehnik ini paling banyak digunakan untuk membuang/mengambil batu ginjal baik ukuran kecil atau besar. Prosedur insisi dibuat pada pinggang bagian belakang pada area ginjal. Tehnik ini menyebabkan banyak pembuluh darah yang terbuka.
D. MANIFESTASI KLINIS
- Nyeri pinggang -
Retensi urine
-
Demam / menggigil bila terjadi infeksi
- Nausea dan vomiting
E.
-
Hematuria bila batu tersebut meninmbulkan abrasi ureter
-
Distensi abdomen
-
Anuria
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah: 1) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih. 2) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu. 3) Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
F.
KOMPLIKASI 1) Nekrosis tekanan 2) Obstruksi oleh batu 3) Hidronefrosis 4) Perdarahan 5) Rasa nyeri 6) Infeksi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG BATU GINJAL
1) Pemeriksaan faal ginjal 2) Foto IVP 3) Pemeriksaan sedimen urine 4) Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar batu ginjal 5) Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan ukuran serta lokasi batu 6) Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obatruksi, seperti hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiorusen yang tidak tampak pada foto
H. PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka. 1. ESWL/ Lithotripsi Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan. 2. Metode Endourologi Pengangkatan Batu Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter
yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter denganv memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat. Larutan Batu. Nefrostomi Perkutanv dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi. 3. Pengangkatan Bedah Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal. Medikamentosa
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi : 1. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin. 2. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari). 3. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
I.
PENGKAJIAN 1.
Aktifitas/istirahat -
Gejala
: Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
2. Sirkulasi -
Tanda
: peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat. 3. Eliminasi -
Gejala
: Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih. - Tanda
: oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan -
Gejala
: muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium
oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup. -
Tanda
: distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan - Gejala
: episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain. - Tanda
: melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.
6. Penyuluhan/ pembelajaran - Gejala
: riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout,
ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
Penggunaan
antibiotic,
antihipertensi,
natrium
bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif, post operatif : (Doenges M.E, 1999)
Diagnosa keperawatan Pre operatif
1)
Resiko tinggi injury berhubungan dengan transfer + transport pasien ke branchart / meja operasi Hasil yang diharapkan : tidak terjadi injury pada pasien No 1.
Intervensi Bantu
Rasional
pasien
untuk
Menjaga pasien supaya tidak jatuh
berpindah dari branchart / kursi roda ke meja operasi 2.
Angkat pasien dari branchart
Memberikan keamanan kepada pasien
ke meja operasi dengan 3 orang 3.
Dorong
pasien
ke
ruang
Memberikan keamanan kepada pasien
tindakan (ruang OK) dengan hati-hati
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan Hasil yang diharapkan : adanya saling pengertian tentang prosedur pembedahan
dan
penanganannya,
berpartisipasi
dalam
program
pengobatan,melakukan gaya hidup yang perlu No 1.
Intervensi Dorong
Rasional
pasien
mengekspresikan
untuk
Pasien mampu berkomunikasi dengan
perasaan, orang lain
khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya 2.
Dorong pasien untuk bertanya mengenai penanganan,
Memberikan
keyakinan
kepada
masalah, pasien tentang penyakitmya perkembangan
dan prognosa kesehatan 3.
Berikan informasi yang dapat Membina hubungan saling percaya dipercaya
dan
diperkuat
dengan informasi yang telah diberikan
4.
Jelaskan tujuan dan persiapan Memberikan untuk diagnostic
informasi
penatalaksanaan
untuk diagnostik
selanjutnya
3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan operasi Hasil yang diharapkan : pasien melaporkan takut dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani No
Intervensi
Rasional
1.
Tinjau ulang keadaan penyakit
Memberikan pengetahuan pada pasien
dan harapan masa depan
yang
dapat
memilih
berdasarkan
informasi 2.
Observasi tingkah laku yang
Ansietas
ringan
dapat
ditunjukkan
menunjukkan tingkat ansietas
dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam
keadaan
panik
dapat
menimbulkan perasaan ternacam dan teror 3.
Berikan lingkungan perhatian,
Penerimaan dan motivasi dari orang
keterbukaan dan penerimaan
terdekat memberikan poin penuh untuk
privasi untuk pasien atau orang
menjalani kehidupan selanjutnya yang
terdekat, anjurkan bahwa orang
lebih baik
terdekat ada kapanpun saat diinginkan
Diagnosa Keperawatan Intra Operatif 1) Resiko tinggi terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal Hasil yang diharapkan : mempertahankan jalan nafas pasien dengan mencegah aspirasi No
Intervensi (kolaborasi dengan
Rasional
tim anesthesi) 1.
Pantau frekuensi pernafasan,
Pernafasan
secara
normal,
kedalaman dan kerja nafas
kadang-kadang
cepat,
berkembangnya
distress
pernafasan
tetapi
merupakan
pada indikasi
kompresi trakea karena edema atau perdarahan 2.
Auskultasi suara nafas, catat Auskultasi suara nafas, catat adanya adanya suara ronchi
suara
ronchi.
Ronchi
merupakan
indikasi adanya obstruksi spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera 3.
Kaji adanya dispneu, stridor
Indikator
dan
spasme laring yang membutuhkan
sianosis,
perhatikan
kualitas suara 4.
obstruksi
trakhea
atau
evaluasi dan intervensi segera
Pertahankan alat intubasi di Terkenanya dekat pasien
jalan
nafas
dapat
menciptakan
suasana
yang
mengancam
kehidupan
yang
memerlukan tindakan darurat 5.
Pantau
perubahan
Bermanfaat
dalam
mengevaluasi
tanda-tanda vital, terutama nyeri, menentukan pilihan intervensi, peningkatan
nadi
dan
menentukan efektivitas terapi
penurunan tekanan dara, atau pernafasan cepat dan dalam
2) Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan perdarahan Hasil yang diharapkan : mempertahankan keseimbangan cairan, adekuat yang dibuktikan dengan tanda vital stabil, nadi perifer normal, turgor kulit baik dan membran mukosa lembab No 1.
Intervensi Awasi
pemasukan
pengeluaran
Rasional dan Membandingkan keluaran aktual dan yang
diantisipasi
membantu
dalam
evaluasi stasis atau kerusakan ginjal
2.
Awasi tanda vital, evaluasi Sebagai indikator hidrasi atau volume nadi, pengisian kapiler, turgor
sirkulasi dan kebutuhan intervensi
kulit,dan membran mukosa 3.
Berikan cairan IV
Untuk
mempertahankan
volume
sirkulasi 4.
Ukur dan timbang berat badan
Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian
volume
cairan
dan
keefektifan pengobatan 5.
Periksa
adanya
perubahan
Dehidrasi
berat
menurunkan
cairan
dalam status mental dan sensori jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak
3) Potensial injury (ketinggalan instrumen, kasa dan injury kulit) berhubungan dengan tindakan operasi, pemasangan arde yang tidak kuat Hasil yang diharapkan : Injury tidak terjadi No 1.
2.
Intervensi
Rasional
Pertahankan keadaan asepsis Untuk mempertahankan keadaan asepsis selama pembedahan
selama operasi berlangsung
Mengatur posisi yang sesuai
Posisi
untuk pasien
memudahkan
yang
sesuai
diperlukan
pembedahan
dan
untuk untuk
menjamin keamanan fisiologis pasien, posisi yang
diberkan
pada
saat
pembedahan
disesuaikan dengan kondisi pasien 3.
Bantu penutupan luka operasi
Untuk
mencegah
mengabsorbsi
kontaminasi
drainage,
dan
luka,
membantu
penutupan insisi, jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan bisa dibuka biasanya setelah 7 sampai 10 hari tergantung letak lukanya 4.
Monitor terjadinya hipothermi
Monitoring kejadian hipothermi malignan
malignan
diperlukan
untuk
mencegah
terjadinya
komplikasi
berupa
kerusakan
sistem
sarafpusat atau bahkan kematian. Monitoring secara kontinu diperlukan untuk menentukan tindakan pencegahan dan penanganan sedini mungkin
sehingga
tidak
menimbulkan
komplikasi yang dapat merugikan pasien
Diagnosa Keperawatan Post Operatif 4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan atau otot dan pasca operasi Hasil yang diharapkan : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, menunjukkan kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi No 1.
Intervensi
Rasional
Kaji tanda-tanda adanya nyeri Mencegah hiper ekstensi leher dan baik verbal maupun non verbal,
melindungi integritas garis jahitan
catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan lamanya 2.
Letakkan
pasien
dalam Membantu
untuk
memfokuskan
posisisemi fowler dan sokong kembali perhatian dan membantu kepala atau leher dengan bantal pasien untuk mengatasi nyeri atau pasir atau bantal kecil
rasa tidak nyaman secara lebih efektif
3.
Anjurkan
pasien
untuk
menggunakan tehnik relaksasi,
Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyama, meningkatkan istirahat
seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif 4.
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian
Analgesik menurunkan rasa nyeri
obat pasien
analgesic
5) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kateter dan trauma jaringan
Hasil yang diharapkan : pasien mencapai waktu penyembuhan dan tidak mengalami infeksi No 1.
Intervensi
Rasional
Awasi tanda vital
Pasien yang mengalami perubahan tanda vital beresiko untuk syok bedah
atau
septik
dengan
sehubungan
manipulasi
atau
instrumentasi 2.
Observasi dan drainage luka
Adanya drain dapat meningkatkan resiko infeksi yang diindikasikan dengan
eritema
dan
drainage
purulent 3.
Pantau
suhu
tubuh
dan
Mencegah terjadinya infeksi
frekuensi nadi, perubahan jenis drainage luka, atau peningkatan area kemerahan dan nyeri tekan di sekitar tempat operasi 4.
Kolaborasi dengan tim medis
Antibiotik
mencegah
dalam pemberian antibiotik
infeksi luka pada pasien
terjadinya
Malang, Pembimbing OK
(________________________)
DAFTAR PUSTAKA
Dasar-dasar urologi (edisi kedua). Jakarta : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Edisi 8, Jakarta : EGC Sugiyono (2006) http://www.brighamandwawens.5UROLOGI (2006) http://www.suryeryneyclopedia.com (2006) http://www.kidneyniddle.gov Purnomo B.B (2008). Dasar-dasar urologi, Ed 2 Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta