1. Pengertian
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko psiko yang artinya psikis, dan somatis yang artinya tubuh. Secara singkat, Kellner mengungkapkan bahwa istilah psikosomatik menunjukkan hubungan antara jiwa dan badan. Gangguan psikosomatik didefinisikan sebagai suatu gangguan atau penyakit fisik dimana proses psikologis memainkan peranan penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan sindroma ini. Berdasarkan dalam konteks penelitian yang dimaksud dengan Psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi. 2. Ciri-ciri psikosomatis
Ciri – ciri ciri psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan fisik yang beragam, antara lain : a.
Pegal – pegal pegal
b.
Nyeri di bagian tubuh tertentu
c.
Mual
d.
Muntah
e.
Kembung dan perut tidak enak
f.
Sendawa
g.
Kulit gatal
h.
Kesemutan
i.
Mati rasa
j.
Sakit kepala
k.
Nyeri bagian dada, punggung dan tulang belakang.
Keluhan itu biasanya sering terjadi dan terus berulang serta berganti-ganti atau berpindah-pindah tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak wajar sehingga harus sering periksa ke dokter. 3. Factor Penyebab Psikosomatis
Permusuhan, depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah akar dari sebagian besar gangguan psikosomatik. Pada umumnya pasien dengan gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa sumber sakitnya benar-benar berasal dari organorgan dalam tubuh. Pada praktik klinik sehari-hari, pemberi pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada permintaan pasien dan keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu: a. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat. b. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan. c. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
d. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul. Gangguan psikosomatis dapat timbul bukan saja pada yang berkepribadian atau emosi labil, tetapi juga pada orang yang dapat dikatakan stabil, atupun pada orang dengan gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa. Menurut Teori Kelemahan Organ (Theory (Theory Of Somatic Weakness), Weakness), gangguan psikosomatis akan terjadi pada seorang yang mempunyai organ yang secara biologis sudah lemah atau peka. Kelemahan bisa terjadi karena faktor genetic, penyakit atau luka sebelumnya. Menurut teori Sindrom Adaptasi Umum (General (General Adaptation Syndrom) Syndrom) dari Hans Selse, tubuh bereaksi terhadap stressor dalam tiga tahap : a. Reaksi alam yaitu mobilisasi sumber daya tubuh untuk mempersiapkan organisme untuk pertahanan diri. Pada tahap ini tubuh melakukan berbagai reaksi misalnya sistem syaraf otonom dirangsang sehingga meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan tekanan darah dsb. b. Resistansi yaitu reaksi bertahan sampai mendekati batas adaptasi. Jika stressor berlanjut dan tubuh berusaha terus untuk mempertahankan diri maka sumber daya tahan pun habis dan resistansi tidak bisa dilanjutkan atau mengalami tahap exhaustion. c. Exhaustion yaitu kehabisan sumber daya sehingga pertahanan terhadap stressor berhenti. Individu yang kurang matang emosinya akan mudah terganggu oleh rangsang-rangsang yang bersifat emosional (emosi negatif).
Keadaan emosi tersebut jika dibiarkan berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur organ yang irreversible (tidak dapat kembali seperti semula), sehingga terjadi psikosomatis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang mudah terkena psikosomatis adalah orang yang tidak mampu mengendalikan emosinya. 4. Jenis-jenis Psikosomatis
a. Psikosomatis yang menyerang kulit Gangguan psikosomatis yang sering menyerang kulit adalah alergi. b. Psikosomatis yang menyerang otot dan tulang Gangguan psikosomatis yang sering menyerang otot dan tulang adalah rematik, nyeri otot dan nyeri sendi c. Psikosomatis pada saluran pernafasan Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pernafasan yaitu, sindroma hiperventilasi dan asma. d. Psikosomatis yang menyerang jantung dan pembuluh darah Gangguan psikosomatis yang sering menyerang jantung dan pembuluh darah adalah, darah tinggi, sakit kepala vaskuler, sakit kepala vasosvastik dan migren. e. Psikosomatis pada saluran pencernaan Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pencernaan adalah sindroma asam lambung dan muntah-muntah. f. Psikosomatis pada alat kemih dan kelamin Gangguan psikosomatis yang sering menyerang alat kemih dan kelamin adalah nyeri di panggul, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini, dan mengompol.
g. Psikosomatis pada sistem endokrin Gangguan psikosomatis yang sering menyerang sistem endokrin adalah hipertiroid dan sindroma menopause. 5. Aspek-aspek Psikosomatis (Indrayanti dalam Rini, 2009)
a. sakit kepala b. Sakit perut c. Jantung berdebar d. Badan terasa lemas 6. Kriteria Klinis Psikosomatis
Adapun kriteria klinis penyakit psikosomatis antara lain, yakni: a. Tidak didapatkan kelainan-kelainan organik pada pemeriksaan yang teliti sekalipun, walaupun mempergunakan alat-alat canggih. Bila ada kelainan organik belum tentu bukan psikosomatik, sebab:
Bila penyakit psikosomatik tidak diobati, dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menimbulkan kelainan-kelainan organik pada alat-alat yang dikeluhkan.
Secara kebetulan ada kelainan organik, tapi kelainan ini tidak dapat menerangkan keluhan yang ada pada pasien tersebut, yang dinamakan koinsidensi.
Sebelum timbulnya psikosomatis, telah ada lebih dahulu kelainan organiknya tetapi tidak disadari oleh pasien. Baru disadari setelah diberitahu oleh orang
lain atau kadang-kadang oleh dokter yang mengobatinya. Hal ini membuatnya menjadi takut, khawatir dan gelisah, yang dinamakan iatrogen b. Tidak didapatkan kelainan psikiatri. Tidak ada gejala-gejala psikotik yakni tidak ada disintegrasi kepribadian, tidak ada distorsi realitas. Masih mengakui bahwa dia sakit, masih mau aktif berobat. c. Keluhan-keluhan pasien ada hubungannya dengan emosi tertentu d. Keluhan-keluhan tersebut berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain, yang dinamakan shifting phenomen atau alternasi. 7. Terapi Penyembuhan Psikosomatis
Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis adalah : a. Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan kelompok harus juga menawarkan kontak intrapersonal yang lebih besar, memberikan dukungan ego yang lebih tinggi bagi ego pasien psikosomatis yang lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan parental. Terapi keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan antara keluarga dan anak. Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang sangat baik. b. Terapi Perilaku
B i ofee ofeedbac dbackk. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior dan banyak digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi yang dikembangkan oleh Nead
Miller ini didasari oleh pemikiran bahwa berbagai respon atau reaksi yang dikendalikan oleh sistem syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh individu melalui operant conditioning. Biofeedback mempergunakan instrumen sehingga individu dapat mengenali adanya perubahan psikologis dan fisik pada dirinya dan kemudian berusaha untuk mengatur reaksinya. Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat mendengan singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau denyutan dikepala. Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia jantung, epilepsy dan nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil terapeutik yang memuaskan tetapi tidak menyakitkan.
Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk penggunaan teknik relaksasi. Hasil yang positif telah diterbitkan tentang pengobatan penyalahgunaan alcohol dan zat lain dengan menggunakan meditasi transcendental. Teknik meditasi juga digunakan dalam pengobatan nyeri kepala. 8. Cara mencegah Psikosomatis
a. Bergerak = Berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu dapat meningkatkan imunitas tubuh, menjaga kesehatan jiwa Anda dan mencegah serangan panik. b. Berpikir positif = Ini dapat mengurangi rasa sakit bila Anda tengah menderita penyakit. Pikiran negatif justru menambah rasa sakit Anda menjadi dua kali lipat. c. Tidur = Kurang tidur hanya akan membuat Anda rentan terhadap stres. Pastikan Anda makan malam dua atau tiga jam sebelum Anda tidur malam, supaya makan dapat tercerna sempurna untuk mencegah penyakit pencernaan dan asam lambung.
d. Diet tepat = Beberapa penelitian justru menyebutkan bila Anda sering diet tanpa bantuan ahli justru membuat imunitas tubuh berkurang. Hal ini berisiko menimbulkan penyakit kejiwaan, seperti skizofrenia, depresi, cemas, dan serangan panik. e. Asupan sehat = Nutrisi yang tepat dapat menjaga kesehatan mental Anda. Pastikan Anda mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin E dan B kompleks, seperti kacang-kacangan, ikan, sereal, buah dan sayur. f.
Rileks = Hiduplah lebih santai. Lakukan yoga untuk menghindari serangan depresi atau sekedar rutin mendengarkan musik untuk melatih jiwa Anda tetap tenang. Musik yang tepat dapat menuntun jiwa Anda lebih tenang.
g. Sharing = Manusia diciptakan untuk bersosialisasi, karena itu jangan memendam masalah. Usahakan Anda memiliki teman yang dapat Anda percaya atau bergabung dalam kelompok diskusi. Memendam masalah, sama saja seperti memendam sampah dalam tubuh Anda. Keluarkan!
Asuhan Keperawatan Pasien Psikosomatis 1.
Pengkajian
Meliputi pengkajian fisiologis, psikologis, faktor predisposisi, faktor presipitasi, sumber koping maupun mekanisme koping pasien. a. Fisiologis Untuk melihat gejala fisik fisik atau faktor faktor yang mempengaruhi mempengaruhi kondisi fisik, fisik, yang : meliputi
Kardiovaskuler : angina, hipertensi, sakit kepala
Musculoskeletal : LBP (low back pain), arthritis
Pernafasan : asma, hiperventilasi
Pencernaan : anoreksia, peptic ulcer,colitis, obesitas
Kulit : eczema, puritus, neurodermatitis
Genitourinari : impotensi, PMS
Endokrinologi : diabetes, hipertiroid
b. Psikologis Pada individu mungkin terdapat gejala fisik tapi tidak ada kelainan organik (somatoform disorder). Terdiri dari: 1. Somatization disorder. Banyak keluhan tentang keadaan fisik tapi tidak ditemui adanya kelainan fisik. Misal palpitasi, sakit kepala dll. 2. Conversion disorder, yaitu seseorang merasa kehilangan atau mengalami perubahan fungsi fisik. 3. Hipokondriasis. Dipenuhi oleh rasa takut bahwa dirinya menderita penyakit parah berdasar penafsiran yang salah terhadap gejala tubuh.
4. Kelainan dismorfik tubuh, yaitu seseorang dengan penampilan normal merasa mengalami cacat fisik. 5. Pain
disorder,
maupun
faktor
psikologis
mempunyai
peranan
penting
dalam
awitan
keparahan nyeri.
c. Faktor Prediposisi 1. Faktor biologis
Keseimbangan hormonal mempengaruhi emosi seseoran
Faktor genetic
2. Faktor psikologis Kepribadian tipe A. Penyakit fisik fisik bisa disertai dengan kelainan organik dan ada
pula
yang tanpa ada kelainan organik. 3. Faktor social
Keparahan gejala dipengaruhi aspek lingkungan social
Konsep peran sakit dalam lingkungan sosial. Menjadi sakit adalah peran sosial dimana masyarakat menempatkan kepercayaan & harapan pada individu.
d. Faktor Presipitasi Yaitu adanya stimulus yang meningkat dari lingungan internal atau eksternal yang diterima individu yang melebihi sumber koping yang dimiliki dan membahayakan dirinya. Respon psikofisiologis yang muncul akibat stimulus tersebut dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam menginterpretasi keadaan stressful. Misal: diare menjelang ujian. Akumulasi dari stressor kecil.
e. Sumber Koping Perlu dikaji kebiasaan koping pasien, support sistem dari keluarga, teman, pemberi layanan kesehatan. f. Mekanisme Koping Kelainan psikofisiologi dipandang sebagai upaya untuk mengatasi ansietas akibat stres yang berlebihan. Mekanisme defensif yang berkaitan antara lain :
Represi perasaan, konflik dan impuls yang tidak dapat diterima. Dalam hal ini pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan pikiran dan impuls yang tidak menyenangkan dikeluarkan dari kesadaran. Atau dalam arti lain represi adalah menekan semua pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan, impuls yang tidak menyenagkan kealam tak sadar secara tidak sadar. contoh:seorang anak yang semasa kecilnya sering mendapat perlakuan kasar ia akan melupakan semua kejadian tersebut secara tidak sadar, tetapi smeua kenangan tersebut akan terakumulasi di alam bawah sadarnya.
Menyangkal masalah (Denial) Mengingkari pikiran keinginan, fakta dan kesedihan yang tidak dapat ditoleransi contoh:pasien kanker,menyatakan dokter salah diagnosa.
Kompensasi Proses dimana seseorang menutupi kekurangannya dengan menekan segi lain yang dianggap menjadi kelebihannya. Contoh: seorang siswa yang dalam prestasi belajarnya maka ia akan menutupinya dengan pandai bermain musik. Seorang yang sakit dan tidak mampu beraktivitas secara fisik maka dia akan berupaya memaksimalkan aktivitas yang lain misal dengan menulis.
Regresi Yaitu suatu mekanisme dimana saat sakit individu kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya. Missal seorang anak yang biasanya sudah bisa mandiri dalam ADL saat sakit menjadi ngompol, selalu minta dilayani.
Supresi Menekan secara sadar pikiran, impuls dan perasaan yang tidak menyenang kealam tak sadar. Contoh: seorang siswa pergi menonton film bersama teman dekatnya,maka pada saat belajar dikelas dia berusaha untuk melupakan kejadian tersebut untuk lebih konsentrasi mengikuti pelajaran.
Identifikasi Proses dimana seseorang meniru cara berfikir dan berperilaku dari seseorang yang dikagum. Contoh: seorang anak SMA yang mengidolakan seorang artis meniru cara berpakaian dan model rambut seperti artis tersebut.
Reaksi formasi Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. Contoh: seseorang marah pada temannya tapi malah bersikap baik dan meminjamkan catetan kuliah dengan sikap yang manis.
Rasionalisasi Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai hasil pemikiran yang logis. contoh: tidak punya uang untuk beli kendaran, dikatakan bahwa jalan kaki lebih sehat dari pada naik kendaraan.
Subtitusi Mengganti obyek yang bernilai tinggi yang tidak dapat dicapai dengan obyek atau tujuan lain hamper sama walaupun nilainya lebih rendah. Contoh: seorang anak yang menginginkan mainan kapal kapalan dengan harga yang mahal,karena dia tidak mempunyai uang untuk membelinya maka dia membeli mainan yang sejenis dengan harga yang lebih murah.
Restitusi Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti. Contoh: seorang koruptor memberikan sumbangan untuk menutupi rasa bersalahnya
Displacement Memindahkan perasaan emsionalnya dari obyek sebenarnya ke obyek pengganti. Contoh Asep marah pada teman kampusnya. Sepulang ke rumah, adiknya yang membukakan pintu langsung diomeli oleh Asep.
Proyeksi Menyatakan harapan, pikiran dan perasaan atau motifasi sebagai harapan, pikiran dan perasaan orang lain. Contoh: Ali menyukai Ani, tetapi ia mengatakan pada Ani bahwa ada salam dari Ari
Sublimasi Memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak dapat diterima kepada tujuan yang dapat diterima masyarakat. Contoh:orang yang suka bicara menjadi seorang presenter.
Konversi Pemindahan konflik mental kepada gejala fisik. Contoh: takut akan menghadapi ujian kemudian mengalami diare
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Kecemasan b. Nyeri akut c. Gangguan pola tidur d. Pola nafas tidak efektif 3.
Intervensi Keperawatan Kecemasan berhubungan
NOC :
NIC :
dengan
- Kontrol kecemasan
Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis
- Koping
(penurunan
situasional, Stress,
Setelah dilakukan asuhan
kecemasan)
perubahan
selama ……………klien
· Gunakan pendekatan yang
status kesehatan, ancaman
kecemasan teratasi dgn
menenangkan
kematian, perubahan
kriteria hasil:
· Nyatakan dengan jelas
konsep
Klien mampu
harapan
diri, kurang pengetahuan
mengidentifikasi dan
terhadap pelaku pasien
dan
mengungkapkan gejala
· Jelaskan semua prosedur
hospitalisasi
cemas
dan apa
DO/DS:
Mengidentifikasi,
yang dirasakan selama
- Insomnia
mengungkapkan dan
prosedur
- Kontak mata kurang
menunjukkan tehnik
· Temani pasien untuk
- Kurang istirahat
untuk mengontol
memberikan
- Berfokus pada diri sendiri
cemas
keamanan dan mengurangi
- Iritabilitas - Takut - Nyeri perut
Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi
takut · Berikan informasi faktual mengenai
- Penurunan TD dan denyut
wajah, bahasa tubuh
diagnosis, tindakan
nadi
dan tingkat aktivitas
prognosis
- Diare, mual, kelelahan
menunjukkan
· Libatkan keluarga untuk
- Gangguan tidur
berkurangnya
mendampingi klien
- Gemetar
kecemasan
· Instruksikan pada pasien
- Anoreksia, mulut kering
untuk
- Peningkatan TD, denyut
menggunakan tehnik
nadi, RR
relaksasi
- Kesulitan bernafas
· Dengarkan dengan penuh
- Bingung
perhatian
- Bloking dalam
· Identifikasi tingkat
pembicaraan
kecemasan
- Sulit berkonsentrasi
· Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan · Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi · Kelola pemberian obat anti cemas:........
Nyeri akut berhubungan
NOC :
NIC :
dengan:
Pain Level,
Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,
pain control,
secara
fisik, psikologis), kerusakan
comfort level
komprehensif termasuk lokasi,
jaringan
Setelah dilakukan tinfakan
karakteristik, durasi, frekuensi,
DS:
keperawatan selama ….
kualitas
- Laporan secara verbal
Pasien tidak mengalami
dan faktor presipitasi
DO:
nyeri, dengan kriteria hasil:
- Posisi untuk menahan
· Mampu mengontrol nyeri
dari
nyeri
(tahu penyebab nyeri,
ketidaknyamanan
- Tingkah laku berhati-hati
mampu menggunakan
- Gangguan tidur (mata
tehnik nonfarmakologi
untuk mencari
sayu,
untuk mengurangi nyeri,
dan menemukan dukungan
tampak capek, sulit atau
mencari bantuan)
gerakan kacau,
· Melaporkan bahwa nyeri
dapat
menyeringai)
berkurang dengan
mempengaruhi nyeri seperti
- Terfokus pada diri sendiri
menggunakan
suhu ruangan,
- Fokus menyempit
manajemen nyeri
pencahayaan dan kebisingan
(penurunan persepsi waktu,
· Mampu mengenali nyeri
kerusakan proses berpikir,
(skala, intensitas,
penurunan interaksi dengan
frekuensi dan tanda nyeri)
orang dan lingkungan)
· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Observasi reaksi nonverbal
Bantu pasien dan keluarga
Kontrol lingkungan yang
Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tingkah laku distraksi,
· Tanda vital dalam rentang
Kaji tipe dan sumber nyeri
contoh : jalan-jalan,
normal
untuk
menemui orang lain
· Tidak mengalami
menentukan intervensi
dan/atau aktivitas, aktivitas
gangguan tidur
Ajarkan tentang teknik non
berulang-ulang)
farmakologi:
- Respon autonom (seperti
napas dala, relaksasi, distraksi,
diaphoresis, perubahan
kompres
tekanan darah, perubahan
hangat/ dingin
nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
dalam tonus otot (mungkin
Tingkatkan istirahat
dalam rentang dari lemah
Berikan informasi tentang
ke kaku)
nyeri seperti
- Tingkah laku ekspresif
penyebab nyeri, berapa lama
(contoh : gelisah, merintih,
nyeri akan
menangis, waspada,
berkurang dan antisipasi
iritabel, nafas
ketidaknyamanan
panjang/berkeluh kesah)
dari prosedur
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Gangguan pola tidur
NOC:
NIC :
berhubungan dengan:
Anxiety Control
Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua,
Comfort Level
- Determinasi efek-efek
kecemasan, agen biokimia,
Pain Level
medikasi
suhu tubuh, pola aktivitas,
Rest : Extent and
terhadap pola tidur
depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
Pattern Sleep : Extent ang
- Jelaskan pentingnya tidur yang
- Lingkungan : kelembaban,
Pattern
Adekuat
kurangnya privacy/kontrol
Setelah dilakukan
- Fasilitasi untuk
tidur, pencahayaan,
tindakan keperawatan
mempertahankan
medikasi
selama …. gangguan
aktivitas sebelum tidur
(depresan,
pola tidur pasien teratasi
(membaca)
stimulan),kebisingan.
dengan kriteria hasil:
- Ciptakan lingkungan yang
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin. DS: - Bangun lebih awal/lebih
Jumlah jam tidur dalam batas normal Pola tidur,kualitas dalam batas normal Perasaan fresh
lambat
sesudah
- Secara verbal
tidur/istirahat
menyatakan tidak fresh
Mampu
sesudah tidur
mengidentifikasi halhal
DO :
yang
- Penurunan kemempuan
meningkatkan tidur
fungsi - Penurunan proporsi tidur REM - Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur. - Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
nyaman - Kolaburasi pemberian obat tidur
- Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
DAFTAR PUSTAKA
Lestari,dkk (2008). Gangguan psikosomatik dan penatalaksanaannya. Riau : Medicine Faculty, University Of Riau.
Widianti, Efri, dkk (2007). Pengetahuan pasien mengenai gangguan psikosomatik dan pencegahannya. Bandung : DIPA UNPAD.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.