Gejala penyakit Hirschprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan penyakit Hirschprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut : 1) Obstruksi total pada saat lahir dengan muntah, distensi abdomen, dan ketiadaan evakuasi mekonium 2) Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi periodik yang membaik secara spontan maupun dengan enema, bayi sering mengalami konstipasi, muntah, dan dehidrasi 3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut 4) Konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala 5) Gejala hanya konstipasi ringan Adanya feses yang menyemprot pada colok dubur merupakan tanda yang khas, bila telah timbul enteropolitis nekrotikans terjadi distensi abdomen hebat dalam beberapa jam, muntah hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah. (Arif Mansjoer, dkk. 2000). E. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan fotopolos abdomen terlihat tanda obstruksi usus letak rendah. Pada pemeriksaan enema barium terlihat lumen rektosigmoid kecil, bagian progsimalnya terlihat daerah transisi dan kemudian melebar. Agar ti dak mengaburkan hasil, 24 jam sebelum dilakukan foto barium enema tidak boleh dilakukan colok dubur maupun pemasangan pipa rektal. Bila foto enema barium tidak menunjukkan tanda khas PH, dilakukan foto retensi barium 24-48 jam setelah foto enema barium pertama. Barium tampak membaur dengan feses kearah proksimal dalam kolon berganglion normal. Bila telah terjadi enterokolitis dapat timbul gambaran penebalan dan iregularitas mukosa kolon. Pemeriksaan patologi anatomi dengan biopsi isap mukosa dan submukosa memiliki akurasi 100%. Tidak dijumpainya sel ganglion Meissner disertai penebalan serabut saraf menegakkan diagnosis PH, sedangkan ditemukannya sel ganglion, meskipun imatur, menyingkirkan diagnosis PH. (Mansjoer, dkk. 2000).
8
Manometri
dan
biopsi-isapan
rektum
merupakan
indikator
penyakit
Hirschprung yang paling mudah dan paling dapat dipercaya. Manometri anorektal mengukur tekanan sfingter ani interna saat balon dikembangkan direktum. Pada individu normal, pengembungan rektum mengawali refleks penurunan tekanan sfingter interna. Pada penderita penyakit Hirschprung, tekanan gagal menurun, atau ada kenaikan tekanan paradoks karena rektum dikembungkan. Kecepatan uji diagnostik ini lebih dari 90% tetapi secara teknis sulit pada bayi mudah. Respon normal pada evaluasi manometri ini menyingkirkan diagnosis penyakit Hirschprung : hasil meragukan atau respon sebaliknya membutuhkan biopsi rektum. Biopsi- isap rektum hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk menghindari daerah normal hipoganglionosis di pinggir anus. Biopsi hasil mengandung cukup sampel submukosa untuk mengevaluasi adanya sel ganglion. Biopsi dapat diwarnai untuk asetilponesterase, untuk mempermudah interpretasi. Penderita dengan aganglionosis menunjukan banyak sekali berkas saraf hipertrofi yang terwarnai positif untuk asetilkolinesterase asetilkolinesterase dan tidak ada ada sel ganglion. Diagnosis dengan foto rontgen pada penyakit Hirshprung didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang melebar normal dan kolon distal tersumbat dengan diameter yang lebih kecil karena usus besar yang tanpa ganglion tidak berelaksasi. Daerah peralihan ini biasanya tidak ada sebelum umur bayi 1 – 2 minggu dan pada pada gambaran rontgen ada ada daerah usus berbentuk corong antara antara kolon proksimal yang melebar dan usus distal yang konstriksi. Pemeriksaan radiologis harus dilakukan tanpa persiapan untuk menghindari pelebaran sementara segmen yang tanpa ganglion jika sejumlah barium masih tertinggal di dalam kolon, barium ini meningkatkan kecurigaan terhadap penyakit Hirshprung walaupun daerah peralihan tidak didapatkan. Pemeriksaan enema barium berguna dalam menentukan luasnya aganglionosis sebelum pembedahan dan dalam mengevaluasi penyakit lain yang ada bersama dengan obstruksi usus besar pada neonatus. Biopsi seluruh lapisan rektuk dapat dilakukan pada saat operasi untuk memastikan diagnosis dan derajat keterlibatan. F. Penatalaksanaan 1. Konservatif.
9
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara. 2.
Tindakan bedah sementara. Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis, dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum buruk, kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
3. Tindakan badah definitif. Dilakukan dengan mereseksi bagian usus yang aganglionik dan membuat anastomosis.tindakan ini dilakukan sampai bayi berumur 6 – 12 bulan. prosedurnya adalah Swenson, Duhamel, dan Boley. Prosedur Swenson memotong sekmen yang tidak berganglion dan melakukan anastomosis usus besar proksimal yang normal dengan rektum 1 – 2 cm di atas garis batas. Duhamel menguraikan prosedur untuk menciptakan rektum baru, dengan menarik turun usus besar yang berinervsasi normal ke belakang rektum yang tidak berganglion. Rektum baru yang dibuat pada prosedur ini mempunyai setengah aganglionik anterior dengan sensasi normal dan setengah ganglionik posterior dengan propulsi normal. Prosedur Boley ( endorectal pullthrough ) meliputi pengupasan mukosa rektum yang tidak berganglion dan membawa kolon yang berinervasi normal ke lapisan otot yang terkelupas tersebut, dengan demikian memintas usus yang abnormal tersebut dari sebelah dalam.
10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus
Bayi A umur 2 minggu dibawah oleh orang tuanya ke RS Respati pada tanggal 3 Januari 2011 dengan keluhan perut kembung, muntah terus – menerus, membran mukosa tampak kering, rewel, rewel, konstipasi selama 1 minggu minggu dengan riwayat terlambat mengeluarkan mengeluarkan mekonium selama 2 hari setelah lahir lalu dilakukan pemeriksaan colon inloop hasil short segmen kesan megakolon hirschprung selanjutnya dilakukan tindakan colostomi sementara di daerah sigmoid.
11
A. PENGKAJIAN Nama Mahasiswa
:Seran Klau
Tempat Praktek
:Rumah sakit Respati (Ruang Melati IV)
Tanggal Praktik
:
I.
IDENTITAS DATA
Pasien
Penanggung Jawab
Nama
: Bayi A
Nama
: Tn.D
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
:-
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
:-
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Janti,Jl.adisucipto 56
Alamat
: Janti,Jl.adisucipto 56
Yogyakarta
Yogyakarta Hubungan dengan klien : Orangtua
Diagnosa Medis
II.
: megakolon hirschprung.
KELUHAN UTAMA
Perut kembung III.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Munculnya keluhan Bayi A mengalami perut kembung, muntah terus-menerus, rewel, konstipasi dan tidak mengeluarkan tinja I selama 2 hari setelah lahir tepatnya pada tanggal 21 Desember 2010 dan menurut ibunya bayi A selalu muntah ketika meminum ASI. 2. Karakteristik
12
Menurut Ibunya Bayi A setiapkali diberi ASI selalu muntah dan perut menjadi kembung dan kejadian ini terus-menerus dengan muntah yang berat, konstipasi selama 1 minggu.
3. Masalah sejak muncul keluhan Menurut ibunya bayi A mengalami muntah yg hebat secara tiba-tiba dan t erusmenerus terutama bila diberi ASI.Perkembangan bayi A tetap t idak mengalami perubahan,namun perubahan,namun bayi A tampak lemah setelah muntah.
IV.
RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Prenatal Ibu klien mengatakan saat mengandung bayi A sekitar usia 5 bulan ibu tersebut mengalami penyakit malaria vivax selama 1 minggu dan ibu bayi A mengatakan mengatakan selama hamil ia i a sering mengontrol kehamilannya di POLINDES. Namun, selama kehamilannya ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi makanan yang bergizi, selama kehamilan ibu klien hanya makan 2 kali sehari.
2. Natal Pada saat persalinan di rumah sakit Respati ibu klien tidak bisa menjalani persalinan dengan normal sehingga dilakukan operasi caesar 3. Postnatal Ibunya bayi A menjalani persalinan ini berjalan dengan lancar dan selamat, dengan BBL bayi A 3,5 kg, PBL : 75 cm. Namun setelah kelahiran bayi A tampak anomaly kongenital. 4. Allergi : bayi A tidak pernah menderita menderita asma, eczema, eczema, reaksi yang yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, tanaman atau produk rumah tangga 5. Imunisasi : bayi A belum pernah diimunisasi.
13
V.
RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
: Wanita
: Garis keturunan
: Pria
: Garis pernikahan
: Bayi.A
: Tinggal serumah
X: Meninggal
Ibu bayi A mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang bayi A alami. Namun, Ayah bayi A mengalami hipertensi. 14
VI.
RIWAYAT SOSIAL
Selama bayi A sakit yang mengasuh adalah kedua orangtuanya juga bersama neneknya. neneknya. Sejak bayi A sakit ia semakin rewel, kebiasan lain : menghisap jari.
VII.
KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa medis : Penyakit Hirschprung 2. Tindakan operasi : Kolostomi 3. Obat-obatan : Cefotaksim, metronidazole, antrain. 4. Tindakan keperawatan Perawatan kolostomi, pemasangan infus, pendkes pada orang tua pasien, pemasangan NGT. 5. Hasil laboratorium
6. Hasil Rontgen : Diagnosis dengan foto rontgen pada penyakit Hirshprung didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang melebar normal dan kolon distal tersumbat dengan diameter yang lebih kecil karena usus besar yang tanpa ganglion tidak ti dak berelaksasi. 7. Data tambahan
VIII. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON 1. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
Menurut ibu klien status kesehatan bayi A sejak lahir kurang baik, Bayi.A setelah 2 hari kelahirannya tidak bisa mengeluarkan tinja, ketika diberi ASI Bayi.A muntah terus-menerus,perut bayi A tampak kembung, klien juga demam selama selama 3 hari. Melihat keadaan bayi A seperti ini ibu klien membawa bayi A ke POLINDES untuk pemeriksaan kesehatan.
2. Nutrisi – Pola Metabolic
Ibu Klien mengatakan pada saat diberi ASI kekuatan menghisap ASI melemah dan bila diberi ASI bayi A muntah terus-menerus.Oleh karena bayi A muntah
15
terus-menerus maka, ibu bayi A menghentikan pemberian ASI dan menggantinya menggantinya dengan pemberian air gula.
3. Pola Eliminasi
a.
Pola defekasi Menurut Ibu klien, bayi A mengalami kesulitan dalam mengeluarkan tinja pertama 2 hari setelah lahir dan saat mengeluarkan tinja konsistensinya cair, warnanya hitam bercampur lendir, berbau busuk dan jumlahnya sedikit.
b. Pola eliminasi urin Menurut ibu klien, dalam sehari bisa mengganti popok sebanyak 5 kali,bayi A sering ngompol dengan bau dan warna yang khas urin.
4. Aktivitas – Pola Latihan
Bayi A biasa dimandikan oleh ibunya dengan menggunakan waslap basah dan diganti pakaian yang bersih dan nyaman
5. Pola Istirahat – Tidur
Menurut Ibu klien anaknya dalam sehari tidur 8 jam dengan posisi tidur menyamping.
6. Pola Kognitif – – Persepsi
Ibu klien mengatakan bila bayi A sakit,lapar, ngompol bayi A memberi tanda dengan menangis yang lama.
7. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
Orang tua -
Persepsi diri sebagai orang tua Orangtua klien sangat mengkwatirkan keadaan anaknya oleh karena itu mereka membawa ke rumah sakit. Orangtua klien mengatakan bahwa kesehatan merupakan suatu hal yang penting dan harus dipelihara.
16
8. Pola Peran – Hubungan
Orangtua bayi A mengatakan mereka sangat menyayangi anaknya dan bayi A sangat dekat dengan ibunya. Bila ibunya meninggalkan anaknya pada ayahnya untuk masak bayi A menangis mencari ibunya.
9. Sexualitas
Bayi A berjenis kelamin laki – laki. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada genitalia tidak terdapat kelainan epispadia maupun hipospadia.
10. Koping – Pola Toleransi Stress
Berdasarkan anamnesa,Orangtua anamnesa,Orangtua klien mengatakan setiap kali mengatasi stress yaitu memilih koping dengan cara cerita kepada keluarganya karena dengan bercerita dapat mengurangi beban stress terhadap masalah yang muncul.
11. Nilai – Pola Keyakinan
Orangtua klien menganut nilai budaya Jawa dan keyakinan terhadap agama Islam.Orangtua klien meyakini bahwa anaknya dapat sembuh karena Ia berharap dan percaya pada kuasa Allah.
IX.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Keadaan Umum : Kesadaran
: kompos mentis
Vital Sign
: TD
: 70/40mmHg
Nadi : Frekuensi Irama
: 170x/mnt : reguler
Kekuatan/isi : kuat Respirasi : Frekuensi
: 50x/mnt
Irama
: reguler
o
Suhu :39 C
17
Nyeri
:
Palliative/Profokatif : Quality :
hilang timbul
terus menerus
Region :
Depan
Scale
:
Time
:
Belakang
b. Kepala : Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi A, bentuk kepala normochepallus dan simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan, masih teraba pontanel,warna rambut hitam dengan struktur lurus dan lembab. Wajah klien oval, konjungtiva merah mudah cerah, sklera putih kebiruan, pupil hitam, bulat reguler dan sama ukurannya. Pada palpebra tidak terdapat lesih, edema dan kemerahan,lipatan palpebra simetris, tidak ada kelambatan penutupan palpebra dan dapat menutup sempurna, lama berkedip secara involunter dan bilateral sampai 20x/menit. Lensa mata normal dan mata klien belum melihat jelas. Hidung klien mancung, halus simetris, warna sama dengan wajah, septum dekat dengan garis tengah. Gigi belum tumbuh. Telinga sejajar, simetris, titik atas perlekatan lurus dengan kantus lateral/sudut mata, warna sama dengan wajah, halus, tanpa lesi dan nyeri tekan. Mukosa bibir tampak kering
c.
Leher Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid, dan tidak terdapat pembesaran vena jugularis.
d. Dada
18
Bentuk dada simetris. Palpasi pulmo fremitus ka/ki tidak teraba, perkusi sonor/resonansi, auskultasi vesikuler ka/ki. Palpasi cor ictus cordis tampak saat inspeksi jantung, perkusi didapatkan bunyi redup di Ics3-5 yang menandakan batas jantung. Auskultasi Auskultasi bunyi jantung I (SI), II (SII), III (SIII) normal (bunyi lup dup). e. Abdomen Abdomen nampak kembung, mengkilat, saat dilakukan auskultasi terdengar bunyi metallic. Ada nyeri tekan di kuadran kiri bawah, perkusi hipertimpani. f. Ektremitas (atas dan bawah) kekuatan otot ka/ki :Tampak lemah bila gerak, capilary refile menunjukkan kambali dalam 2 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hasil laboratorium
RESULT
UNIT 3
4.5-11.5
10 /µL
6
4-5.2
13.9
g/dl
11.5-15.5
45
%
34-40
WBC
14.8
10 /µL
RBC
4.35
HGB HCT
X.
NORMAL RANGE
Terapi Medis
Bayi A mendapat terapi cairan infuse ringer laktat(RL),bayi A juga mendapatkan terapi obat-obatan seperti :Cefotaksim, metronidazole, antrain.
19
B. ANALISA DATA Nama klien : bayi A
No.Register : 656107
Umur : 2 minggu
Diagnosa Medis : Hircsprung
Ruang rawat : Melati IV TANGGAL/JAM
Alamat : Janti,Jl.Adisucipto 56
DATA FOKUS
ETIOLOGI
PROBLEM
31/12/2010
DS : -
Kehilangan
Kekurangan Volume
09:00 WIB
DO :
volume cairan
Cairan
aktif
Bayi A muntah terus menerus
Membran mukosa tampak kering
bayi A tampak lemah
TD :70/40 mmHg Nadi:170x/menit o
Suhu : 39 C HCT:45%
31/12/2010 09:00 WIB
DS :
Muntah. Ibu klien
nutrisi kurang dari
mengatakan bayi A
kebutuhan tubuh
ketika diberi ASI reflex menghisap tampak lemah DO :
Konjungtiva dan membran mucus tampak pucat
Ketidakseimbangan
Bayi A muntah bila diberi ASI
20
31/12/2010 09:00 WIB
DS :
kurangnya Orangtua klien
pemahaman
mengatakan bahwa
terhadap
mereka tidak
sumber-sumber
mengetahui
informasi
Kurang pengetahuan
perawatan kolostomi yang tepat dan benar
Orangtua klien mengatakan bahwa mereka tidak biasa mendengar/tidak familiar dengan masalah kesehatan yang anak mereka alami sehingga mereka juga tidak mengetahui penyebab penyakit tersebut
Orangtua klien mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit yang dialami oleh anak mereka
DO :
Orangtua klien tampak bingung
31/12/2010
DS : -
09:00 WIB
DO :
agen injuri fisik
21
Nyeri akut
TD :70/40 mmHg
Nadi:170x/menit
RR : 50x/menit
Wajah tampak tegang
Bayi A menangis bila perut di tekan
31/12/2010
DS : -
tindakan
09:00 WIB
DO :
infasive 3
WBC :14.810 /µL /µ L
Suhu : 39 C
Kulit tampak
0
kemerahan
Terdapat oedema pada perut
22
Risiko infeksi
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik 3. Risiko infeksi berhubungan berhubungan dengan tindakan infasive 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap sumber-sumber informasi D. Diagnosa yang mungkin Muncul PRA BEDAH : a. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap sumber-sumber informasi PASCA BEDAH a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik b. Risiko infeksi berhubungan berhubungan dengan tindakan infasive
23
E. Intervensi Nama klien : bayi A
No.Register : 656107
Umur : 2 Minggu
Diagnosa Medis :Hirschprung
Ruang rawat : Melati IV
N
Diagnosa
Tujuan & kriteria
o
keperawat
hasil
Alamat : Janti,Jl.Adisucipto 56
Intervensi
Rasionalisasi
/TTD
an 1.
Nyeri akut
Setelah dilakukan
berhubung
tindakan
komprehensif
sifat dan
an dengan
keperawatan pada
termasuk(lokasi,kara
tingkat nyeri
agen injuri
bayi A selama
kteristik,du-
sehingga
fisik
3x24 jam klien
rasi,frekuensi.kualita
memudahkan
menunjukkan rasa
s)
dalam
nyeri berkurang
1.
Kaji nyeri secara
2. Lakukan
1. Mengetahui
member
dengan kriteria
pengntrolan
hasil :
lingkungan sekitar
1. Wajah klien
pasien (suhu
di sekitar
tampak rileks
ruangan,cahaya dan
klien dapat
dan tidak rewel
kebisingan)
mempengaru
2. TTV
Nama
3. Kolaborasi dengan
tindakan 2. Lingkungan
hi respon
TD:
dokter untuk
klien
85/54mmHg
pemberian analgetik
terhadap
Nadi:
nyeri
160x/menit
3. Analgetik
RR:
dapat
40x/menit
mengatasi nyeri langsung pada aksi sentralnya 24
dan membantu memblok jaras nyeri 2.
Risiko
Setelah dilakukan
infeksi
tindakan
infeksi(kemerahan,pa
tanda &
berhubung
keperawatan pada
nas,nye-ri,tumor &
gejala infeksi
an dengan
bayi A selama
fungsiolesa)
yang tepat
tindakan
3x24 jam klien
2. Kaji temperature
infasive
menunjukkan tanda infeksi berkurang dengan kriteria
1. Kaji tanda dan gejala
1. Pengkajian
dapat
klien tiap 4 jam
mengetahui
3. Rawat luka dengan
secara dini
teknik steril
hasil : 1. TTV:
dan
4. Kolaborasi dengan
mencegah
dokter dan ahli gizi
terjadinya
TD:
a. Dokter :
infeksi yang
85/54mmHg
dalam
Nadi:
pemberian
2. Mengidentifi
160x/menit
antibiotika
kasi indikasi
RR:
berlanjut
b. Ahli gizi : diet
40x/menit
kemajuan
TETP
dan
0
Suhu : 37 C
penyimpanga
3
2. WBC : 11.10 /µL /µ L
n dari hasil
3. Kemerahan pada
yang
kulit hilang
diharapkan
4. Oedema
3. Teknik steril
berkurang pada
untuk
perut
pencegahan pemindahan kuman 4. a. antibiotika untuk menghamb
25
at dan membunuh kuman pathogen b. diet TETP untuk meningkat kan ketahanan tubuh dan mempercep at pertumbuh an jaringan 3.
Kekuranga
Setelah dilakukan
1.
Kaji TTV klien.
n volume
tindakan
2.
Pantau warna,
keadaan umum
cairan
keperawatan pada
jumlah, frekuensi frekuensi
klien dan
berhubung
bayi A selama 3 X
kehilangan cairan.
mengidentifikas
an dengan
24 jam klien
Timbang BB klien
i adanya
kehilangan menunjukan status
dan pantau
penyimpangan
volume
hidrasi dalam
kemajuannya.
pada respon
cairan
keadaan normal
Kolaborasi dengan
tubuh.
aktif
dengan kriteria
dokter dalam
hasil :
pemberian cairan IV
kehilangan
dan elektrolit.
cairan.
3.
1. bayi A tidak
4.
muntah
1. Mengetahui
2. Menilai status
3. Mengetahui
2. Membran
pertambahan
mukosa
atau penurunan
tampak lem
BB klien dan
bab
mengetahui
3. TD :
status gizi klien.
85/54mmHg
4. Mempertahanka
0
Suhu : 37 C
n perfusi
26
Nadi:
jaringan adekuat adekuat
160x/menit
atau fungsi
o
Suhu : 37 C
organ.
HCT:40%
4.
Ketidaksei
Setelah dilakukan
mbangan
tindakan
nutrisi
keperawatan pada
kurang
bayi A selama
dari
3x24 jam klien
kebutuhan
menunjukan status
tubuh
nutrisi terpenuhi
berhungan
dengan kriteria
ahli gizi dan dokter
dengan
hasil :
dalam pemberian
gsi usus
muntah
1. Bayi A tidak
makan dan
menunjukkan
pemasangan NGT
kesiapan untuk
muntah lagi
1. Kaji nutrisi dengan seksama 2. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI 3. Auskultasi bising usus 4. Kolaborasi dengan
kebutuhan nutrisi. 2. Memenuhi
nutrisi. 3. Kembalinya fun
memulai makan
kembali normal
lagi.
atau kuat
4. Memenuhi
3. Bising usus
kebutuhan
12x/mnt
Setelah dilakukan
kekurangan/
kebutuhan
2. Refleks hisap
5. Kurang
1. Mengidentifikasi
nutrisi.
1. Berikan
1. Memberikan
pengetahuan
tindakan
informasi
dasar
behubungan
keperawatan pada
tentang
pengetahuan
dengan
orangtua bayi A
penyakit
sehingga dapat
kurangnya
selama 3x24 jam
Hirsprung
memahami
pemahaman
Orangtua klien
terhadap
memahami penyakit
tanda dan
sumber-
yang anaknya alami
gejala
sumber
dengan kriteria hasil
penyakit
2. Diskusikan
27
penyakit Hirschprung 2. Evaluasi cepat dan intervensi
informasi
:
Hirschprung 1. Orangtua
3. Berikan
terhadap terjadinya
klien tidak
informasi
Hirschprung
bingung
yang tepat
menurunkan
dengan
resiko lebih
menjelaskan
keadaan
serius seperti
tanda dan
individu
muntah
2. Mampu
gejala serta
4. Bantu
3. Berat
penyebab
membuat
ringannya
penyakit
rencana
keadaan,penye
Hirschprung
memenuhi
bab,usia,dan
kebutuhan
komplikasi
melakukan
individu
yang muncul
perawatan
setelah pulang
akan
3. Mampu
kolostomi
menentukan
dengan
tindakan
teknik steril
pengobatan 4. Memungkinka n ke rumah sementara tetap memberikan dukungan yang diperlukan selama periode penyembuhan/ perbaikan
28
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Megakolon atau penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus dan obstruksi usus fungsional akibat aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari sfingter ani internus ke arah proksimal, 70-80% terbatas di daerah rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon, dan sekitar 5% dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. (Mansjoer, dkk. 2000). Penyakit Hirschprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang disebabkan oleh kelainan kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani internal dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. ( Behrman, dkk. 1999). Penyakit Hirschprung adalah kondisi kongenital yang ditandai dengan dilatasi kolon proksimal yang berlebihan pada area penyempitan, biasanya rektum atau rektosigmoid, diakibatkan dari tak adanya sel-sel ganglionik parasimpatik dan peristaltik. (Tucker, dkk. 1998). Penyakit Hirschprung adalah akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding usus, meluas ke proksimal dan berlanjut mulai dari anus sampai panjang yang bervariasi Gejala-gejala klinis penyakit Hirschprung biasanya mulai pada saat lahir dengan terlambatnya pengeluaran mekonium, 99% bayi lahir cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam waktu 48 jam setelah lahir. Penatalaksanaan antara lain Konservatif,tindakan bedah sementara,tindakan definitif
29
B. Saran
a. Bagi Pembaca : Untuk
segenap
pembaca,khususnya
bagi
para
perawat
dan
calon
perawat,hendaknya dalam pemberian asuhan keperawatan tidak hanya berfokus pada penanganan penyakit tetapi juga dapat memberikan dukungan terhadap klien dan keluarganya dengan pendekatan biopsikososial dan spiritual. b. Bagi Perawat Diharapkan dapat menerapkan atau memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit Megacolon secara profesional dan dapat memberikan informasi yang jelas tentang penyakit megakolon kepada pasien dan keluarga. c. Bagi orang tua Diharapkan dapat menjadi support system atau motivator yang baik bagi pasien agar pasien dapat menerima keadaan atau penyakit yang diderita sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan dan dapat melakukan perawatan secara mandiri di rumah.
30
31