BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut Robbins & Kummar (1995), leukemia adalah neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oleh penggantian secara merata sumsum tulang oleh sel neoplasi. Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah bentuk akut dari leukemia yang diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblasts. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Ngastiyah, 1997). Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan penyakit yang paling umum pada anak (25% dari seluruh kanker yang yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan dan remaja menderita ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak-anak kulit putih daripada kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian ALL lebih tinggi pada anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per 100.0 100.000 00 anak berusia berusia kurang kurang dari 15 tahun. tahun. Pu n c a k insiden pada pada umur 2-5 2-5 tahun tahun dan menurun pada dewasa (Supriatna, ( Supriatna, 2002). Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) menyebutkan, setiap tahun ada 4.100 anak terkena kanker. Leukemia bisa menyerang anak dari berbagai golongan umur, mulai dari anak balita hingga menjelang dewasa muda, bahkan orang dewasa. Pada anak, leukemia bahkan bisa terjadi sejak anak dilahirkan. Leukemia menduduki urutan tertinggi dari jumlah kasus kanker pada anak. Data kasus di RS Kanker Dharmais menunjukkan, sejak tahun 2006-2012, rata-rata ada 75 kasus kanker pada anak. Dari jumlah itu, kasus yang yang paling banyak ditemukan adalah leukemia. Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik mengangkat kasus Akut Limfoblastik Leukimia Leukimia (ALL). Di samping itu, Asuhan Keperaw Keperawatan atan diangkat karena Akut Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan salah satu penyakit keganasan yang berkaitan dengan system imunologi. Adapun system imunologi ini adalah sub pokok bahasan penting dalam Mata Kuliah Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah. Mata kuliah tersebut
merupakan mata ajaran Praktik Profesi, yang saat ini praktikum di RS Kanker Darmais. Oleh karena itu untuk bahasan lebih lanjut, berikut akan dipaparkan materi mengenai Akut Limfoblastik Leukimia (ALL).
B. TUJUAN
A. Tujuan
UmumDapat
menerapkan
asuhan
keperawatan
pada
anak
dengan
masalahkesehatan terutama leukemia B. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluargadengan masalah leukemia. 2. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia. 3. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan interfensi keperawatanterhadap klien dengan leukemia. 4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai denganinterfensi de nganinterfensi keperawatan yang telah disusun. 5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasikeperawatan yang telah dilaksanakan.
BAB II KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk sistem hematopoietik yang mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang (Gale, 2000). Sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik dan mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya (Bakta, 2007). Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya melebihi dan berubah menjadi ganas tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang serharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas. Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002). Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. Leukemia limfositik akut dapat berakibat fatal karena sel-sel yang dalam keadaan normal akan berkembang menjadi limfosit, pada ALL berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang. Intinya, leukemia limfositik akut merupakan proliferasi maligna/ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifa t sistemik.
B. ETIOLOGI
Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui. Leukemia, Leukemia, sama halnyadengan halnyadengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi somatic pada DNA yangmengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan gen suppressor tumor, danmenganggu danmenganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi atau divisi.Tapi penelitian telah dapat mengemukakan factor resiko dari Leukemiaini, antara lain: 1. Tingkat radiasi yang tinggi Orang – orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi lebih mudah terkenaleukemia dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasitingkat tinggi bisa terjadi karena ledakan bom atom seperti yang
terjadi diJepang. Pengobatan yang menggunakan radiasi bisa menjadi sumber daripaparan radiasi tinggi. 2. Orang-orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentuTerpapar oleh benzene dengan kadar benzene yang tinggi di tempat kerja dapatmenyebabkan leukemia. Benzene digunakan secara luas di industri kimia.Formaldehid juga digunakan luas pada industri kimia, pekerja yang terpapar formaldehid memiliki resiko lebih besar terkena leuikemia. 3. KemoterapiPasien kanker yang di terapi dengan obat anti kanker kadang – kadangberkembang menjadi leukemia. Contohnya, obat yang dikenal sebagai agenalkilating dihubungkan dengan berkembangnya leukemia akhir – akhir akhir ini. 4. Down Syndrome Syndrome dan beberapa penyakit penyakit genetic lainnyaBeberapa lainnyaBeberapa
penyakit
disebabkan oleh kromosom yang abnormal mungkinmeningkatkan mungkinmeningkatkan resiko leukemia. 5. Human T-cell Leukemia virus-I (HTVL-I)Virus ini menyebabkan tipe yang jarang dari leukemia limfositik kronik yangdikenal sebagi T-cell leukemia. 6. Myelodysplastic syndromeOrang – orang
dengan
penyakit
darah
ini
memiliki resiko terhadapberkembangny terhadapberkembangnyaa leukemia myeloid akut. 7. Fanconi AnemiaMenyebabkan akut myeloid leukemia
C. PATOFISIOLOGI
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat selsel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu: 1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur. 2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.
3. Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), (m yeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang. 4. ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat Derajat kementahannya merupakan
petunjuk
untuk
menentukan/meramalkan
kelanjutannya.
Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada a da leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor. 5. Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, muntah-muntah, “seizures” dan gangguan gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995). 6. Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan
anemia,
penurunan
jumlah
trombosit
mempermudah
terjadinya
perdarahan
(echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kanker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).
D. MENIFESTASI KLINIK Leukemia Mieloblastik Akut
1. Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang 2. Anemia 3. Perdarahan, petekie 4. Nyeri tulang 5. Infeksi 6. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum 7. Kadang – Kadang – kadang kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5 8. Sakit kepala Leukemia Mieloblastik Kronik
1. Rasa lelah 2. Penurunan berat badan 3. Rasa penuh di perut 4. Kadang – Kadang – kadang kadang rasa sakit di perut 5. Mudah mengalami perdarahan 6. Diaforesis meningkat 7. Tidak tahan panas Leukemia Limfositik Akut
1. Malaise, demam, letargi, kejang 2. Keringat pada malam hari 3. Hepatosplenomegali 4. Nyeri tulang dan sendi
5. Anemia 6. Macam – Macam – macam macam infeksi 7. Penurunan berat badan 8. Muntah 9. Gangguan penglihatan 10. Nyeri 10. Nyeri kepala Leukemia Limfositik Kronik
1. Mudah terserang infeksi 2. Anemia 3. Lemah 4. Pegal – Pegal – pegal pegal 5. Trombositopenia 6. Respons antibodi tertekan 7. Sintesis immonuglobin tidak cukup
E. KLASIFIKASI
1. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik AkutAML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi kesemua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat me ningkat sesuaibertambahnya
usia.
Merupakan
leukemia
nonlimfositik
yang
paling
seringterjadi. Pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun, kematian disebabkanoleh infeksi dan pendarahan. 2. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik KronisCML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namunlebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit inilebih ringan. CML jarang menyerang individu indi vidu di bawah 20
tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala gejala
lebihringan,
pasien
tahun,peningkatan
menunjukkan
leukosit
kadang
tanpa
gejala
sampai
jumlah
selama yang
bertahunluar
biasa,
limpamembesar. 3. Luekemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi padaanak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insidenusia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfositimmatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,sehingga mengganggu perkembangan sel normal. 4. Leukemia Limfositik KronisCLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70tahun. Manifestasi Manifesta si
klinis pasien pasi en
tidak
menunjukkan gejala,
baruterdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit penyakit lain. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan laukemia khususnya Leukemia Limfositik Akut adalah: 1) Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP / Bone Marrow Punction): a. Ditemukan sel blast yang berlebihan b. Peningkatan protein 2) Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia) b. Peningkatan asam urat serum c. Peningkatan tembaga (Cu) serum d. Penurunan kadar Zink (Zn) e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif 3) Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut 4) Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum 5) Sitogenik : 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai mempunyai kelainan berupa: a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a) b. Bertambah atau hilangnya hilangnya bagian kromosom (partial delection) c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil G. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan medis AMLTerapi induksi dan terapi konsolidasi
a) Terapi induksi (kemoterapi) → untuk membunuh selleukimia b) Cytarabine (cystosal, ara C) daunorubbin (daunomycin,cerubidine) atau mitoxantrone atau idarubicin, mercaptopurine(purinethol) c) Supportive care ca re (darah dan platelet) untuk infeksi,perdarahan, mukositis dan diare.
d)
Granulocyte growth factor.Terapi konsolidasi/post remisi (untuk menghilangkan sisa sel leukimia yangtidak terdeteksi secara klinis) → CytarabineTransplantasi sumsum tulang Donor sumsum tulang t ulang menggantikan produksi sel darah. Sebelumnya dilakukan kemoterapi dan radiasi untuk menghancurkan sumsum iskemik.Bisa terjadi resiko penolakan dan infeksi.
2. Penatalaksanaan medis KMLFase kronis a) Interferon dan cytocyne untuk memperbaiki kelainankromosom b) Hydroxyurea atau busulfan (myleran) untuk mengurangiSDP c) Leukopheresis : memisahkan dan membuang leukosit d) Antracyline (daunomycin) untuk mengurangi SDP secaracepatFase transformasi e) Terapi induksi dan transplantasi sumsum tulang. 3. Penatalaksaan medis ALL a) Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid b) Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP6 c) Maintenance : kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun d) Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid e) Transpalantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit 4. Penatalaksaan medis KLL a) Koemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (leukeran) b) Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin c) Imunoglobin Imunoglobin
IV
untuk
menangani
efek
samping obatseperti
pneumocystis, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus. sitomegalovirus.
infeksi:
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
I.
IDENTITAS
1. Identitas Anak a. Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah pada umur 3 tahun. b. Jenis kelamin : leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. 2.
Identitas Orang Tua
a. Pendidikan : Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadapa penyakit penyakit anaknya. b. Pekerjaan : Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia , radiasi sinar X , sinar sina r radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh ma na orang tua mempengaruhi pengobatan penyakit anaknya.
II.
KELUHAN UTAMA
Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan dengan trombositopenia juga merupakan gejala-gejala umum terjadi III.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. r asa. Radiasi pada ibu selama se lama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung, terutama pada kembar. IV.
RIWAYAT KELUARGA
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
V.
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Pada penderita ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami keterlambatan akibat nutrisi yang didapat kurang karena penurunan nafsu makan, pertumbuhan fisiknya terganggu, terutama pada berat badan anak tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak sesuai dengan usia anak. Usia
Rata-rata Berat Badan (Kg)
3 hari
3,0
10 hari
3,2
3 bulan
5,4
6 bulan
7,3
9 bulan
8,6
1 tahun
9,5
2 tahun
11,8
4 tahun
16,2
6 tahun
20,0
10 tahun
28,0
14 tahun
45,0
18 tahun
54,0
Table 1.1. Rata- rata normal sesuai usia (Wong, Donna L, 2004 : 134) Sedangkan pada keadaan normal anak lingkar kepala mencapai 42,5 pada usia (Betz, Cecily, 2002 : 538)
Pada anak dengan penderita penyakit ALL cenderung berat badan menurun, dan tidak sesuai usia, lingkar kepala dan panjang badan relatif tetap (normal).
a. Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar Pada anak normal Mengangkat kepala saat tengkurap Dapat duduk sebentar dengan ditopang Dapat duduk dengan kepala tegak Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri
Control kepala sempurna
Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang Berguling dari terlentang ke miring Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi Berusaha untuk merangkak
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat (membutuhkan banyak energi).
Motorik Halus\ Pada keadaan normal Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu obje k
Mengikuti objek dari sisi ke sisi
Mencoba memegang benda tapi terlepas
Memasukkan benda ke dalam mulut Memperhatikan tangan dan kaki Memegang benda dengan kedua tangan Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak tidak mudah lelah
VI.
DATA PSIKOSOSIO SPIRITUAL
1. Psikologi: Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa memiliki penyakit. Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami anak, kondisinya apakah bisa sembuh atau tidak, serta masalah financial keluarga. 2. Sosial: Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga orangtua tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak bermain dengan orang tua dan saudaranya, saudaranya, tetapi bermain yang ringan. 3. Spiritual: Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat orang tuanya berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa.
VII.
ADL
1. Nutrisi: Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak Anak suka makan makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan buah kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang suka masak menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji dirumah. Gizi merupakan komponen penting lain dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-kalori yang adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik terhadap infeksi dan meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi. 2. Aktivitas istirahat dan tidur: Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. kelelahan. Anak kebanyakan kebanyakan istirahat dan tidur karena kelemahan yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak ditemani oleh ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering dialami oleh leukemia. 3. Eleminasi: Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin. BAB 3-5x sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan susahnya masukan cairan pada anak, warna urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan diperianal. 4. H.P: Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas hygiene personal sebagaian dibantu oleh orang tua. VIII.
KEADAAN UMUM
Pada anak – anak – anak anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis IX.
PEMERIKSAAN TTV
RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea (Pernafasan >70x/menit), retraksi dada : Usia
Nilai Pernafasan
Bayi baru lahir
35
1-11 bulan
30
2 tahun
25
4 tahun
23
6 tahun
21
8 tahun
20
10-12 tahun
19
14 tahun
17
16 tahun
17
18 tahun
16-18
Tabel 1.4 Nilai Pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur (Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
Nadi : Pada penderita ALL, ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia) Usia
Waktu bangun
Tidur
Demam
(kali/menit)
(kali/menit)
(kali/menit)
Bayi baru lahir
100-180
80-160
>200
1
100-120
80-200
>200
70-120
70-120
>200
2-10 tahun
60-90
60-90
>200
10
50-90
50-90
>200
minggu-3
bulan 3
bulan-2
tahun
tahun-
dewasa
Tabel 1.4 Nilai Nadi Normal pada Anak (Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6) TD : pada penderita penderita ALL, tekanan darahnya darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas hiperviskositas darah Sistolik
Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Neonatus
80
45
6-12 bulan
90
60
1-5 tahun
95
65
5-10 tahun
100
60
10-15 tahun
115
60
Usia
Tabel 1.3 Nilai Tekanan Darah Normal pada Bayi dan Anak-anak (Aziz Alimul, 2005 : 279 )
Suhu
: Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik naik (hipertermi, >37,5 0C) Usia
Nilai Suhu
3 bulan
37,5
6 bulan
37,5
1 tahun
37,7
3 tahun
37,2
5 tahun
37
7 tahun
36,8
9 tahun
36,7
11 tahun
36,7
13 tahun
36,6
Tabel 1.2 Nilai Suhu rata-rata normal anak (Weni Kristiyani Sari, 2010 : 5)
X.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. Kepala dan Leher a. Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri). Penyebab yang
paling sering adalah stafilokokus,streptokokus, adalah stafilokokus,streptokokus, dan bakteri gram negative usus negative usus serta berbagai spesies jamur. perdarahan gusi, pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap ada atau tidaknya karies gigi.
b. Mata: Konjungtiva Konjungtiva : anemis anemi s atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi
ke SSP, sclera: kemerahan, ikterik. pendarahan pada retina
c. Telinga : ketulian d. Leher: distensi vena jugularis e. Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal. 2. Pemeriksaan Dada dan Thorax a. Inspeksi
: bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan penggunaan otot
bantu pernapasan b. Palpasi denyut apex (Ictus Cordis) c. Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru. d. Auskultasi : suara suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi bunyi jantung I, II, dan III jika ada 3. Pemeriksaan Abdomen a. Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal, terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa b. Perkusi adanya asites atau tidak. c. Pemeriksaan Genetalia d. Pembesaran pada testis : hematuria 4. Pemeriksaan integument Kulit : a. Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis, ruam) b. nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala hipermetabolisme). c. peningkatan suhu tubuh d. Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer. 5. Pemeriksaan Ekstremitas a. Adakah sianosis, kekuatan otot b. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh oleh sel-sel sel -sel leukemia
B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat ber tanggung tanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004 :331). Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1. Nyeri kronik yang berhubungan berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis 3. Defisit volume cairan berhubungan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan berlebihan seperti muntah, dan penurunan intake 4. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pert ahanan tubuh 5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia 6. Resiko injuri : perdarahan perdara han yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit 7. Kerusakan integritas kulit berhubungan berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, kemote rapi, radioterapi, imobilitas. 8. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
C. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (metastase kanker, injuri neurologis, artritis)
DS: - Kelelahan - Takut untuk injuri ulang DO: - Atropi otot - Gangguan aktifitas - Anoreksia - Perubahan pola tidur - Respon simpatis (suhu dingin, perubahan posisi tubuh , hipersensitif, perubahan berat badan)
Intervensi
NOC:
NIC :
Pain Manajemen Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat Kelola anti analgetik ........... Jelaskan pada pasien penyebab nyeri Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
Comfort level Pain control Pain level Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. nyeri kronis pasien berkurang dengan kriteria hasil: Tidak ada gangguan tidur Tidak ada gangguan konsentrasi Tidak ada gangguan hubungan interpersonal Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal Tidak ada tegangan otot
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS: - Nyeri abdomen - Muntah - Kejang perut - Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO: - Diare - Rontok rambut yang berlebih - Kurang nafsu makan - Bising usus berlebih - Konjungtiva pucat - Denyut nadi lemah
NOC:
a. Nutritional status: Adequacy of nutrient b. Nutritional Status : food and Fluid Intake c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator: serum Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding capacity Jumlah limfosit
Intervensi
Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. posisi semi fowler fowler atau fowler fowler tinggi tinggi selama makan Atur posisi Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Defisit Volume Cairan
Berhubungan dengan: - Kehilangan volume cairan secara aktif - Kegagalan mekanisme pengaturan DS : - Haus DO: - Penurunan turgor kulit/lidah - Membran mukosa/kulit kering - Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi - Pengisian vena menurun - Perubahan status mental - Konsentrasi urine meningkat - Temperatur tubuh meningkat - Kehilangan berat badan secara tibatiba - Penurunan urine output - HMT meningkat - Kelemahan
NOC:
Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid Intake Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Intervensi NIC :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan kemungkinan tranfusi tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko : - Prosedur Infasif - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) - Penyakit kronik - Imunosupresi - Malnutrisi - Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)
NOC :
Immune Status Knowledge : Infection control Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal perilaku hidup Menunjukkan sehat Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Intervensi NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik:................................. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Pertahankan teknik isolasi k/p Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Monitor adanya luka Dorong masukan cairan Dorong istirahat Ajarkan pasien pasien dan keluarga tanda dan dan gejala gejala infeksi Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Tirah Baring atau imobilisasi Kelemahan menyeluruh Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan Gaya hidup yang dipertahankan.
DS:
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. Adanya dyspneu dyspneu atau atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO :
Intervensi
NOC :
NIC :
Self Care : ADLs Toleransi aktivitas Konservasi eneergi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler kardivaskule r terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas Perubahan ECG : aritmia, iskemia
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Risiko Injury
Faktor-faktor risiko : Eksternal - Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan; perlengkapan; mode transpor atau cara perpindahan; Manusia atau penyedia pelayanan) - Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme) - Kimia (obat-obatan:agen farmasi, alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet, kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan; makanan; racun; polutan) Internal - Psikolgik (orientasi afektif) - Mal nutrisi - Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia - Perubahan faktor pembekuan,
NOC :
Risk Kontrol Immune status Safety Behavior Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak mengalami injury dengan kriterian hasil: Klien terbebas dari cedera mampu menjelaskan Klien cara/metode untukmencegah injury/cedera Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada mengenali perubahan Mampu status kesehatan
Intervensi NIC
Environment Management (Manajemen : lingkungan) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan dan riwayat penyakit terdahulu pasien Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Membatasi pengunjung Memberikan penerangan yang cukup Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien. Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
-
Trombositopeni Sickle cell Thalassemia, Penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi. Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris) Disfugsi gabungan Disfungsi efektor Hipoksia jaringan Perkembangan usia (fisiologik, psikososial) Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : Eksternal : - Hipertermia atau hipotermia - Substansi kimia - Kelembaban - Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) - Immobilitas fisik - Radiasi - Usia yang ekstrim - Kelembaban kulit - Obat-obatan Internal : - Perubahan status metabolik - Tonjolan tulang - Defisit imunologi - Berhubungan dengan dengan perkembangan - Perubahan sensasi - Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) - Perubahan status cairan - Perubahan pigmentasi - Perubahan sirkulasi - Perubahan turgor (elastisitas kulit)
DO: - Gangguan pada bagian tubuh - Kerusakan lapisa kulit (dermis) - Gangguan permukaan kulit (epidermis)
NOC
:
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Wound Healing : primer dan sekunder Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil: Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi NIC
: Pressure Management Anjurkan pasien untuk menggunakan menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan pada tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus pada keluarga keluarga tentang tentang luka dan perawatan perawatan luka luka Ajarkan pada Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin Cegah kontaminasi feses dan urin Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Kecemasan berhubungan dengan
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
DO/DS: -
Insomnia Kontak mata kurang Kurang istirahat Berfokus pada diri sendiri Iritabilitas Takut Nyeri perut Penurunan TD dan denyut nadi Diare, mual, kelelahan Gangguan tidur Gemetar Anoreksia, mulut kering kering Peningkatan TD, denyut nadi, RR Kesulitan bernafas Bingung Bloking dalam pembicaraan Sulit berkonsentrasi
Intervensi
NOC :
NIC :
Kontrol kecemasan Koping Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Libatkan keluarga untuk mendampingi klien Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Kelola pemberian obat anti cemas:........
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi Ja di leukemia dapat diartikan sebagai seba gai suatu penyakit yang disebabkan dise babkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal. Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009). Gejala – Gejala – gejala gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan n yeri sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009). Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat
B. SARAN
Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.