ASKEP ENTERITIS
Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I Dosen pengampu: H Amandus. S.Kep, MPH
Oleh: Kelompok 3 1. 2. 3.
Jannatin awaliah Haily sumarti Titin supiana
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN 2016
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enteritis adalah suatu proses radang usus yang berjalan akut atau kronis, akan menyebabkan peningkatan peristaltik usus, kenaikan jumlah sekresi kelenjar pencernaan serta penurunan proses penyerapan cairan maupun penyerapan sarisari makanan di dalamnya. Enteritis atau peradangan usus (terutama usus kecil), yang disebabkan oleh iritasi, racun, infeksi virus atau bakteri, atau faktor lain yang tidak diketahui. Gejala enteritis sangat bervariasi tetapi biasanya meliputi diare yang mungkin disertai feses berdarah dan kram perut yang menyakitkan. Radang usus primer maupun sekunder ditandai dengan menurunnya nafsu makan, menurunnya kondisi tubuh, dehidrasi dan diare. Enteritis diawali rasa sakit yang ditandai dengan kegelisahan. Diare merupakan gejala yang selalu dijumpai dalam radang usus. Feses yang cair dengan bau yang tajam mungkin bercampur dengan darah, lendir atau reruntuhan jaringan usus. Pada radang yang berlangsung kronik, terjadi kekurusan dan feses jarang yang bersifat cair, berisi darah, lendir atau reruntuhan jaringan yang jumlahnya mencolok. Akibat kehilangan cairan yang berlebihan, penderita akan mengalami penurunan berat badan dalam waktu singkat dengan tanda dehidrasi yang mencolok. Dehidrasi yang mencapai lebuih dari 10% dapat mengancam kehidupan penderita dalam waktu 1-2 hari dan dapat mengakibatkan kematian karena shock hipovelemik . 1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tujuan-tujuan yang di harapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa. Secara terperinci tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Agar mahasiswa mengerti tentang Enteritis 2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana terjadinya penyakit Enteritis
1.3 Manfaat
Penulisan makalah ini di harapakan bermanfaat: 1. Bagi mahasiswa Menambah kajian dalam ilmu dalam proses belajar yang baik. 2. Bagi pendidikan Sebagai suatu inspirasi baru dalam pembelajaran pangan dan kesehatan.
BAB 2 PENATALAKSANAAN 2.1 Definisi
Radang usus adalah penyakit jangka panjang yang biasanya gejala muncul dan menghilang selama beberapa waktu. Enteritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada usus halus yang biasanya disertai diare. Penyebab enteritis yang paling umum adalah konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan bakteri atau virus. Hal ini menyebabkan kumankuman menetap pada usus halus dan akibatnya, terjadi peradangan dan pembengkakan. Peradangan menahun pada dinding usus. Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus. Secara umum, enteritis adalah penykit inflamasi kronois dan subakut yang meluas keseluruh lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam peritoneum. Lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus satu sama lain dipisahkan oleh jaringan normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan (coblostone) dengan berlanjutnya penyakit, dinding usus menebal dan menjadi fibrotic dan lumen usus menyempit. Kurangnya cairan di dalam usus akan dijumpai radang usus yang disertai dengan konstipasi, dan feses bersifat kering. Radang usus akut selalu disertai dengan menurunnya nafsu makan, anoreksia. Pada radang kronik biasanya nafsu makan tidak mengalami perubahan.
2.2 Etiologi
Penyebab Enteritis biasanya disebabkan oleh makan atau minum bahan yang terkontaminasi dengan bakteri atau virus. Kuman menetap di usus kecil dan menyebabkan inflamasi dan pembengkakan, yang dapat mengakibatkan sakit perut, kram, diare, demam, dan dehidrasi. Faktor penyebab yang memperngaruhi antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare. Enteritis juga bisa disebabkan oleh: a) Kondisi autoimun seperti penyakit Crohn b) Beberapa obat, termasuk ibuprofen, natrium naproxen, dan kokain c) Kerusakan dari terapi radiasi Peradangan ini juga dapat melibatkan lambung (gastritis) dan usus besar (kolitis). berikut ini jenis bakteri yang dapat menyebabkan enteritis: a) Bakteri Gastroenteritis b) Campylobacter enteritis c) E. coli enteritis d) Keracunan makanan e) Radiasi enteritis f) Salmonella enteritis g) Shigella enteritis h) Staph aureus keracunan makanan
2.3 Manifestasi Klinis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami , muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare. Kekurang cairan akibat diare akan menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Di dalam usus jaringan parut dan pembentukan granuloma mempengaruhi kemampuan usus untuk mentraspor produk dari pencernaan usus atas melalu lumen yang terkonstriksi, mengakibatkan nyeri abdomen berupa kram. Gerakan peristaltik usus dirangsang oleh makan sehingga nyeri kram terjadi setelah makan. Untuk menghindari nyeri kram ini, pasien cenderung untuk membatasi masukan makanan, mengurangi jumlah dan jenis makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak terpenuhi. Akibatnya adalah penurunan berat badan, malnutrisi, anemia sekunder. Selain itu, pembentukan ulkus dilapisan membran usus dan ditempat terjadinya inflamasi akan menghasilkan rabas pengiritasi konstan yang dialirkan ke kolon dari usus yang tipis, bengkak, yang menyebabkan diare kronis. Kekurangan nutrisi dapat terjadi akbiat absorbsi terganggu. Malabsorbsi terjadi sebagai akibat hilangnya fungsi penyerapan permukaan mukosa. Fenomena ini dapat mengakibatkan malnutrisi protein – kalori, dehidrasi dan beberapa kekurangan gizi. 2.4 Patofisiologi
Enteritis umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat terjadi kapan saja selama hidup. Keadaan ini sering terihat pada populasi 50-80 tahun. Meskipun ini dapat terjadi dimana saja disepanjang saluran gastrointestinal, area paling umum yang sering terkena adalah ileum distal dan kolon. Enteritis adalah inflamasi kronis dan subkutan yang meluas keseluruh lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalaman peritonium, lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus, granuloma
terjadi pada setengah kasus. Pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan coblestone (mukosa tampak seperti batu koral). Dengan berlanjutnya penyakit, dinding usus menebal dan menjadi tibrotit, dan lumen usus menyempit. 2.5 Pemeriksaan Penunjang
a) Sinar-x
d) Biobsi
b) CT scan
e) Kolonoskopi
c) Endoskop
f) Ultrasonografi (USG)
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan enteritis terdiri atas: 1) Masukan Diet dan Cairan: cairan oral, diet tinggi protein, tinggi kalori, dan terapi suplemen vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. 2) Terapi obat: obat sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. 3) Edukasi: Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan.
2.7 WOC Iritasi , infeksi virus/bakteri, dan lain-lain pada usus halus
Menginfeksi ileum
Terjadi lesi/peradangan Enteritis
Terjadi fibrotic
Dinsing usus menebal
Terjadi granuloma
Lumen usus menyempit
Lumen usus terkontraksi
Gerakan pristaltik meningkat
Mk: Nyeri
Absorbsi tengganggu
Aktivitas terganggu
MK: Intoleransi Aktivitas
Tidak nafsu makan
BB Menurun
Mk: Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Perubahan pola BAB
BAB meningkat
MK: Risiko Kekurangan Volume Cairan
PK: Diare
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)
3.1 Pengkajian
A. Identitas Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. B. Riwayat kesehatan 1)
Keluhan utama Pasien melaporkan tanda gejala awalnya seperti diare tapi belum terjadi
perdarahan pada fases(3-5 dengan konsistensi cair /hari), kelelahan,anorexia,nyeri abdomen yang hilang timbul. Jika penyakit tersebut berkembang cepat biasanya pasien mengalami nyeri pada abdomen yang menetap dan terus-menerus pada kuadran kanan bawah, kehilangan berat badan, kelelahan yang lebih berat, dan demam ringan. 2)
Riwayat penyakit sekarang Merupakan kronologis dari penyakit yang diderita dari penyakit saat ini
mulai awal hingga di bawa ke rumah sakit secara lengkap meliputi: a. lama Provoking incident: Hal yang menjadi faktor presipitasi enteritis adalah iritasi usus halus, infeksi virus/bakteri yang menyerang usus halus, dll. b. Quality Of Pain: a) Nyeri b) Intoleransi aktivitas c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan d) Risiko kekurangan volume cairan c. Region: a) Nyeri b) Susah beraktivitas c) Tidak nafsu makan d) Berat badan berkurang e) Lemas karena kekurangan cairan
d. Severity(scale) Of Pain: a) Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang skala pengukuran 0-4. b) Klien susah melakukan aktivitas secara mandiri c) Klien susah untuk makan dan minum d) Klien merasa lemas e. Time : Berapa nyeri berlangsung, dan berapa kali BAB cair selama sehari
3)
Riwayat kesehatan terdahulu Ditemukan kemungkinan penyabab yang mendukung terjadinya enteritis Penyakit tertentu seperti diare dan shyok hipovelemik
4)
Riwayat kesehatan keluarga Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
5)
Riwayat Psikososial Akibat dari peradangan yang kronis dan tubuh yang mulai melemah karena berbagai tanda gejala yang muncul, kira-kira dengan seringnya pasien dirawat di rumah sakit, sering kali menunjukan hasil pada masalah psikologi dan isolasi sosial. Pengkajian mekanisme koping , sebaiknya diberikan dukungan/support system
6)
Riwayat nutrisi Kebiasaan Pola makan sehari-hari, Frekuensi, makanan pantangan, jenis makanan yang disukai, alergi terhadap makanan
7)
Riwayat pola eliminasi a. .BAK
kebiasaan
Frekuesnsi
Warna
: kunig
Jumlah
: 700 – 1500 ml
Bau
: amonia
: 2 – 3 x sehari
b. BAB
Kebiasaan
Konsistensi
Warna
Frekuensi : 3 x / hari
: lembek
: kuning
C. Pemeriksaan fisik a) Keadaan Umum mata cekung, anorexia, ,kulit kering, turgor kulit yang buruk, terlihat lemah dan kesakitan b) Kesadaran compos mentis c) Tanda vital TD
: 122/67 mmHg
Nadi
: 59 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 36,5 0C (per axilla)
d) Head to toe
e) Integumen Kulit kering dan turgor tidak baik karena kekurangan nutrisi f) Abdomen
Inspeksi: pasien mengalami nyeri tekan, kram andomen, perut kembung, inspeksi dari daerah perinatal dapat mengungkapkan fistula, abses dan jaringan parut.
Auskultasi: terdapat peningkatan bising usus karena pasien mengalami diare
Perkusi: nyeri tekuk dan tympani karena adanya flatulen
Palpasi: nyeri tekan abdomen, peningkatan suhu tubuh atau didapatkan adanya masaa pada abdomen. Turgor kulit >3 detik menandakan gejala dehidrasi
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan lumen usus berkontraksi. 2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri di abdomen 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, klien tidak nafsu makan dan berat badan menurun 4. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan BAB cair dan diare
3.4 Rencana keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan Intervensi
1.
Nyeri:
Kriteria Hasil
NIC:
NOC:
Yang berhubungan a) Kolab. Pemberian a) Tingkat Kenyamanan dengan lumen usus berkontraksi.
Analgesik
b) Pengendalian Nyeri
b) Manajemen
c) Tingkat Nyeri
Medikasi c) Manajemen Nyeri
2.
Intoleransi aktivitas: NIC: Yang berhubungan dengan nyeri di abdomen
NOC:
a) Terapi Aktivias b)
Observasi
klien
a) Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan
dalam
melakukan b) Menunjukkan Toleransi aktivitas Manajemen Aktivitas Lingkungan
c)
c) Monitor pola tidur dan
lamanya
tidur/istirahat klien.
Berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai peningkatan nyeri.
d)
Kolaborasikan d) Mampu melakukan sehari-hari dengan Tenaga aktivitas secara mandiri. Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat. 3.
Ketidak NIC: NOC: Seimbangan Nutrisi Kurang dari a) Manajemen nutrisi a) Adanya peningkatan berat badan sesuai Kebutuhan Tubuh: b) Kolaborasi dengan dengan tujuan yang berhubungan ahli gizi untuk dengan tidak nafsu menentukan jumlah b) Berat badan ideal makan. kalori dan nutrisi sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan badan klien. c) Mampu c) pantau kandungan mengidentifikasi nutrisi dan kalori kebutuhan nutrisi pada catatan asupan d) Tidak ada tanda tanda d) Timbang pasien malnutrisi pada interval yang tepat
4.
Risiko kekurangan NIC: volume cairan yang berhubungan dengan BAB cair dan diare
NOC:
tidak lemas a) Kaji status nutrisi a) Klien merasa lemas lagi klien b)
Fasilitasi
memperoleh sesuai kebutuhan.
b) Klien mendapatkan pasien diet yang baik diet c) Klien mampu memenuhi kebutuhan dengan intake dan output
c) Pantau intake dan output klien. d)
Kolaborasikan
d) Klien dapat memenuhi kebutuhan cairannya dengan bantuan infus.
dengan untuk
ahli diet
gizi yang
seimbang. e)
Kolab
dokter
dengan dalam
pemenuhan kebutuhan
cairan
melalui intra vena
3.5 Implementasi
1) Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien 2) Melakukan pemeriksaan fisik abdomen ( palpasi, perkusi, dan auskultasi) 3) Menjelaskan kepada klien tentang
penyakitnya dan penyebab dari
penyakitnya. 4) Lakukan pemeriksaan TTV 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi. 6) Berkolaborasi bersama ahli gizi dalam pemberian diet makanan dengan klien 3.6 Evaluasi
1) Nyeri teratasi dengan berkolaborasi bersama dokter 2) Klien masih lemas dan butuh bantuan orang lain untuk membantu melakukan aktivitasnya 3) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan diet yang diberikan oleh ahli gizi. 4) Volume cairan klien teratasi dengan bantuan infus
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddatrh.2010. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jan Tambayong.2013. Patofisiologi Untuk Keperawatan.Jakarata:Penerbit Buku Kedokteran EGC. http://islalluddinhttpbelajarkesehatan.blogspot.co.id/2011/04/enteritis.html [Diakses 13 November 2015 pukul 13.00 WIB] https://septialesmana.wordpress.com/2014/03/12/asuhan-keperawatan-crohndisease/ [Diakses 14 November 2015 pukul 08.28 WIB] https://id.wikipedia.org/wiki/ [Diakses 14 November 2015 09.30 WIB]