BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aneurisma berasal dari bahasa Yunani "aneurysma" berarti pelebaran.
Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara
abnormal atau mengembang (over – inflated) seperti balon yang menonjol
keluar.
Aneurisma adalah pembuluh darah biaasanya arteri ya ng trjadi
akibat kelemahan dinding pembuluh draah karena defek, penyakit/cedera,
sehingga berbentuk tonjolan yang berdenyut yang pada tonjolan tersebut
bisa terdengar mur – mur (Kamus Keperawatan Edisi 17).
Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh
darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh
darah, yaitu tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai
tonjolan/balon (http//asramamedikalkunhas.blogspot.com).
Berdasarkan hal diatas maka kelompok tertarik untuk membuat makalah
dengan judul "Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma Aorta
Torakalis".
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Sistem Kardiovaskular.
2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada klien
dengan aneurisma aorta torakalis.
Agar mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan
pada klien dengan aneurisma aorta torakalis.
Agar mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan aneurisma aorta torakalis.
Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan aneurisma aorta torakalis.
Agar mahasiswa/i dapat melakukan evalasi pada klien
dengan aneurisma aorta torakalis.
C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam makalah ini yaitu pembahasan tentang
penyakit pada kardiovaskular.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam pembuatan makalah ini mengunakan study
kepustakaan yang berhubungan dengan judul makalah ini dan melakukan
pencarian melalui website internet sebagai sumber dari makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, makalah ini dibagi menjadi 3 BAB,
yaitu : BAB I PENDAHULUAN (Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang
Lingkup, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan), BAB II TINJAUAN
TEORITIS (Anatomi Fisiologi, Definisi, Klasifikasi, Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis,
Pemeriksaan Diagnostik, Asuhan Keperawatan), dan BAB III PENUTUP
(Kesimpulan dan Saran).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ muskular berongga yang bentuknya menyerupai
piramid atau jantung pisang dan merupakan pusat sirkulasi darah ke
seluruh tubuh. Jantung terletak dalam rongga toraks pada bagian
mediastinum. Hubungan jantung dengan sekitarnya :
Dinding jantung berhubungan dengan sternum (rongga dada) dan
kartilago kostalis setinggi kosta ke – 3 sampai ke – 4.
Dinding samping berhubungan dengan paru – paru dan fasies
mediastinalis.
Dinding atas setinggi torakal ke – 6 sampai servikal ke – 2 dan
berhubungan dengan aorta, pulmonalis, bronkus dekstra, serta
bronkus sinistra.
Dinding belakang berhubungan dengan mediastinum posterior,
esofagus, aorta desendens, vena azigos, dan kolumna
vertebralis.
Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi (dipertahankan) pada tempatnya agar tidak mudah
berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah paru – paru yang
letaknyta menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari
bawah, dan pembuluh darah besar yang keluar dan masuk jantung
sehingga jantung tidak mudah berpindah.
1. Lapisan Jantung
Lapisan jantung terdiri atas perikardium, miokardium, dan
endokardium.
a) Perikardium : lapisan ini merupakan kantong pembungkus
jantung yang letaknya dalam mediastinum minus,
posterior terhadap korpus sterni dan rawan iga ke – 2
sampai dengan iga ke – 6.
1) Perikardium viseral (fibrosum) : bagian kantong yang
membatasi pergerakan jantung terikat di bawah
sternum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh
darah besar melekat pada sternum melalui ligamentum
sternoperikardial.
2) Perikardium parietal (serosum) : membatasi
perikardium fibrosum dengan perikardium serosum
disebut epikardium, mengandung sedikit cairan yang
berfungsi sebagai pelumas.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir
yang berfungsi sebagai pelicin untuk menjaga agar
pergesekan antara perikardium tidak menimbulkan
gangguan terhadap jantung. Pada permukaan
posteriorjantung perikardium serosum membentuk vena
besar disebut sinus obligus dan sinus transverses.
b) Miokardium : lapisan jantung menerima darah arteri
koronaria. Arteri koronaria sinistra bercabang menjadi
arteri desendens anterior dan tiga arteri sirkumpfleks.
Arteri koronaria dekstra memberikan darah untuk
sinoatrial node, ventrikel kanan, dan permukaan
diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria menegmablikan
darah ke sinus dan bersirkulasi langsung ke dalam paru
– paru.
c) Endokardium : dinding dalam atrium (endokardium)
diliputi oleh membran yang mengkilat terdiri atas
jaringan endotel (selaput lendir yang licin). Bagian
ini memiliki kumpulan otot paralel yang mengarah ke
depan krista. Mengarah ke aurikula dari ujung bawah
krista terminalis terdapat sebuah lipatan endokardium
menonjol yang dikenal sebagai valvula vena kava
inferior yang terletak didepan muara vena inferior
menuju ke sebelah tepi dan disebut fossa ovalis.
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat
hubungan melalui orifisium artikulare.
2. Bagian – Bagian Jantung
a) Basis kordis : bagian jantung sebelah atas yang
berhubungan dengan pembuluh darah besar (aorta
asendens, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan vena
cava superior). Basis kordis dibentuk oleh atrium
sinistra dan sebagian atrium dekstra, sedangkan bagian
posterior dibentuk oleh aorta desendens, esofagus, vena
azigos, dan duktus torasikus setinggi vertebra
torakalis ke – 5 sampai ke – 8.
b) Apeks kordis : bagian bawah jantung yang berbentuk
kerucut tumpul. Bagian ini dibentuk oleh ujung
ventrikel sinistra dari dinding toraks dan ditutupi
oleh paru – paru dan pleura sinistra dari dinding
toraks.
3. Ruang – Ruang Jantung
Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang
berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan dua ruang yang
berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
a) Atrium Kanan
Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis
berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah dan
mengalirkan darah dari vena – vena sirkulasi sistemis
ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru – paru.
Darah yang berasal dari pembuluh vena ini masuk ke
dalam atrium kanan melalui vena cava superior,
inferior, dan sinus koronarius. Tidak terdapat katup –
katup sejati yang memisahkan vena cava dan atrium kanan
tetapi dipisahkan oleh lipatan katup atau pita otot.
b) Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu
bulan sabit yang berguna untuk menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah
ke dalam arteri pulmonalis. Sirkulasi pulmonar
merupakan sistem aliran darah bertekanan rendah, dengan
resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah
yang berasal dari ventrikel kanan. Namun sirkulasi
sistemis yang menerima darah dari ventrikel kiri
merupakan sistem aliran darah bertekanan tinggi. Oleh
karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih
tingan daripada ventrikel kiri. Akibatnya tebal dinding
ventrikel kanan hanya sepertiga dari tebal dinding
ventrikel kiri.
c) Atrium Kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah
dioksigenasasi dari paru – paru melalui vena
pulmonalis. Tidak terdapat katup sejati antara vena
pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan
mengalir kembali ke pembuluh paru – paru bila terdapat
perubahan tekanan dalam atrium kiri (retrograde).
Peningkatan tekanan atrium kiri yang akut akan
menyebabkan bendungan pada paru – paru. Atrium kiri
memiliki dinding yang tipis dan bertekanan rendah.
Darah dari atrium kiri mengalir ke dalam ventrikel kiri
melalui katup mitral.
d) Ventrikel Kiri
Dinding ventrikel kiri tiga kali lebih tebal dari
ventrikel kanan. Ventrikel kiri harus menghasilkan
tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan
sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke
jaringan – jaringan perifer.
4. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke
seluruh tubuh. Saluran darah ini merupakan sistem tertutup dan
jantung sebagai pemompanya. Fungsi pembuluh darah adalah
mengangkut (transportasi) darah dari jantung ke seluruh bagian
tubuh dan mengangkat kembali darah yang sudah dipakai kembali ke
jantung. Fungsi ini disebut sirkulasi darah. Darah mengangkut
gas – gas, zat makanan, sisa metabolisme, hormon, antibodi, dan
keseimbangan elektrolit.
Pembuluh darah utama dimulai dari aorta yang keluar dari
ventrikel kiri melalui belakang kanan arteri pulmonalis,
membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis kemudian turun
sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma, selanjutnya ke
rongga panggul dan berakhir pada anggota gerak bawah. Pembuluh
mempunyai 3 lapisan utama :
Lapisan pertama disebut lapisan intima
Lapisan kedua adalah lapisan media
Lapisan ketiga adalah adventisia
5. Sirkulasi Darah Aorta
Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar,
keluar jantung bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens,
membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis sinistra turun
sepanjang kolumna vertebralis dan menembus diafragma turun ke
abdomen. Jalan aorta terdiri atas tiga bagian yaitu : aorta
asendens, arkus aorta, dan aorta desendens.
a) Aorta asendens : muncul pada basis ventrikel sinistra
berjalan ke atas dan ke depan, panjangnya kira – kira 5
cm, mempunyai dua cabang yaitu arteri koronaria dekstra
dan arteri koronaria sinistra.
1) Arteri koronaria dekstra : berasal dari sinus
anterior memberikan darah untuk jantung kanan,
memeperdarahi sel otot miokardium.
2) Arteri koronaria sinistra : memberikan darah untuk
jantung kiri berasal dari sinus posterior aorta
untuk memperdarahi otot lapisan jantung miokardium.
b) Arkus aorta : merupakan lanjutan aorta asendens
melengkung ke arah kiri, terletak di belakang menubrium
sterni berjalan ke atas, ke belakang, dan ke kiri
trakea setinggi angulus sterni. Bagian yang melengkung
ke arah kiri di depan trakea sikit turun ke bawah
sampai vertebra torakalis ke – 4. Arkus aorta mempunyai
cabang – cabang sebagai berikut :
1) Arteri brakhiosepalika (arteri anonima) : merupakan
arteri terbesar setelah aorta, mempunyai cabang :
a. Arteri karotis komunis dekstra, memberikan
darah untuk kepala.
b. Arteri subklavia dekstra, memberikan darah
untuk anggota gerak atas bagian kanan.
2) Arteri subklavia sinistra : memberikan darah untuk
kepala.
3) Arteri karotis komunis sinistra : memberikan darah
untuk anggota gerak atas bagian kiri.
c) Aorta desendens : merupakan lanjutan dari arkus aorta
menurun mulai dari vertebra torakalis IV sampai dengan
vertebra lumbalis IV. Setelah itu berjalan di sebelah
kiri korpus vertebra setinggi angulus sterni, kemudian
berlanjut pada mediastinum posterior sampai vertebrae
XII melewati hiatus aortikus diafragma berlanjut sampai
vertebra lumbalis IV kemudian bercabang dua menjadi
aorta torakalis dan aorta abdominalis.
a. Aorta torakalis : merupakan lanjutan dari arkus
aorta, menurun mulai dari vertebra torakalis ke – 4
sampai vertebra lumbalis IV. Aorta berjalan di
sebelah kiri korpus vertebra setinggi angulus
sterni kemudian berjalan ke bawah manubrium sterni
posterior sampai vertebrae XII melewati hiatus
aortikus diafragma di garis tengah berlanjut ke
bawah sampai lumbalis IV. Aorta torakalis mempunyai
cabang – cabang yaitu rongga toraks dan dinding
toraks.
b. Aorta abdominalis : mulai pada vertebra torakalis
XII sampai ke lumbalis IV. Aorta abdominalis
bercabang dua, yaitu arteri iliaka komunis dekstra
dan arteri iliaka komunis sinistra.
B. Definisi
Aneurisma berasal dari bahasa Yunani "aneurysma" berarti pelebaran.
Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara
abnormal atau mengembang (over-inflated) seperti balon yang menonjol
keluar. Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih dari 50%
diameter pembuluh darah. Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya
karena dapat ruptur dan menyebabkan kematian kapan saja.
Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh
darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh
darah, yaitu tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai
tonjolan/balon, (http//asramamedikalkunhas.blogspot.com).
Aneurisma adalah pembuluh darah biaasanya arteri ya ng trjadi
akibat kelemahan dinding pembuluh draah karena defek, penyakit/cedera,
sehingga berbentuk tonjolan yang berdenyut yang pada tonjolan tersebut
bisa terdengar mur – mur, (Kamus Keperawatan Edisi 17).
Aneurisma adalah suatu penonjolan (pelebaran, dilatasi) pada
dinding suatu arteri. Aneurisma aorta dada atau aneurisma aorta
thoracalis (Thoracic aortic aneurysms/Syphilitic aneurysm) terjadi
pada bagian dari aorta yang melewati dada. Aneurisma aorta merupakan
dilatasi dinding aorta yang sifatnya patologis, terlokalisasi dan
permanen (irreversible).
Pada salah satu bentuk aneurisma torakalis yang khusus, pelebaran
aorta terjadi ditempatnya keluar dari jantung. Pelebaran ini bisa
menyebabkan kelainan fungsi katup antara jantung dan aorta (katup
aorta), sehingga pada saat katup menutup, darah kembali merembes ke
jantung.
Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah daripada dinding
aorta yang normal. Oleh karena itu, karena tekanan yang begitu besar
dari darah menyebabkan dinding aorta menjadi melebar.
C. Klasifikasi
Aneurisma aorta dapat dibagi berdasarkan morfologi dan lokasinya.
Menurut morfologinya, aneurisma aorta dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Fusiform aortic aneurysm : bentuknya lebih baik, dilatasinya
simetris pada sekeliling dindig aorta, dan bentuknya lebih
sering ditemukan.
2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong yang
menonjol keluar dan berhubungan dengan dinding aorta melalui
leher yang sempit.
3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm : merupakan akumulasi
dara ekstravaskuler diserta disrupsi ketiga lapisan pembuluh
darah. Dindingnya merupakan trombus dan jaringan yang
berdekatan.
Berdasarkan lokasinya, aneurisma aorta dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta
abdominalis, biasanya mulai dari bawah arteri renalis dan meluas
ke bifurkasio aorta, kadang – kadang melibatkan arteri iliaka.
Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteri renalis untuk
melibatkan cabang – cabang viseral mayor aorta.
2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta toraks,
bagian – bagian yang mengalami pelebaran biasanya pada ascending
aorta di atap katup aorta, aortic arch, dan descending thoracic
aorta di luar arteri subklavia kiri.
3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya pada aorta
desendens yang secara bersamaan melibatkan aorta abdominalis.
D. Etiologi
Thoracic aortic aneurysm disebabkan oleh melemahnya struktur
dinding pembuluh darah arteri, hipertensi, merokok, infeksi, dan
trauma dada. Trauma dada biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor,
dapat menyebabkan ruptur tunika intima dan media aorta desendens pada
ligamentum arteriosus. Ligamentum arteriosus mengikat aorta pada suatu
titik tertentu, sehingga pada saat laju kendaraan berhenti mendadak,
struktur – struktur dalam toraks masih bergerak ke depan, sedangkan
aorta yang diikat oleh ligamentum arteriosus tetap pada tempatnya, hal
ini dapat menyebabkan terjadinya robekan pada tunika – tunika pembuluh
darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal sebagai trauma karena
perlambatan. Tunika adventisia dapat tetap utuh, walaupun dapat pula
terjadi ruptur atau berkembang menjadi aneurisma palsu. Penyebab
lainnya adalah aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh
darah arteri) dapat juga menyebabkan pertumbuhan dan pecahnya
aneurisma.
E. Patofisiologi
Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan elastin,
kolagen, dan matriks ekstraseluler yang menyebabkan melemahnya dinding
aorta. Kekurangan komponen tersebut bisa disebabkan oleh faktor
inflamasi (aterosklerosis). Sel radang pada dinding pembuluh darah
yang mengalami aterosklerosis mengeluarkan matriks metalloproteinase.
Matriks metalloproteinase akan menghancurkan elastin dan kolagen,
sehingga persediaannya menjadi berkurang. Selain matriks
metalloproteinase, faktor lain yang berperan terjadinya aneurisma
adalah plasminogen activor, serin elastase, dan katepsin.
Aneurisma akan mengakibatkan darah yang mengalir pada daerah
tersebut mengalami turbulensi. Keadaan itu menyebabkan deposit
trombosit, fibrin, dan sel – sel radang. Akibatnya, dinding aneurisma
akan dilapisi trombus. Lama kelamaan trombus berlapis tersebut akan
membentuk saluran yang sama besar dengan saluran aorta bagian
proksimal dan distal. Selain itu, interaksi dari banyak faktor lain
dapat menjadi predisposisi pembentukan aneurisma pada dinding aorta.
Aliran turbulen pada daerah bifurkasio dapat ikut meningkatkan insiden
aneurisma di tempat – tempat tertentu.
Suplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum diduga dapat
terganggu pada usia lanjut, memperlemah tunika media dan menjadi
faktor predisposisi terbentuknya aneurisma.
Apapun penyebabnya, perkembangan aneurisma akan selalu progresif.
Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan radius
pembuluh darah dan tekanan intraarteri. Dengan melebar dan
bertambahnya radius pembuluh darah, tekanan dinding juga meningkat
sehingga menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah. Sehingga angka
kejadian ruptur aneurisma juga meningkat seiring meningkatnya ukuran
aneurisma. Selain itu, sebagian besar individu yang mengalami
aneurisma juga menderita hipertensi sehingga menambah tekanan dinding
dan pembesaran aneurisma.
Bagan :
F. Tanda dan Gejala
Gejalanya adalah nyeri (biasanya di punggung sebelah atas), batuk
dan bunyi mengi.
Penderita bisa mengalami batuk berdarah karena tekanan atau erosi
pada pipa udara (trakea) maupun pada saluran pernafasan disekitarnya.
Penekanan terhadap kerongkongan bisa menyebabkan kesulitan menelan.
Penekanan terhadap pita suara bisa menyebabkan suara penderita
menjadi serak.
Penderita bisa mengalami sindroma Horner yang terdiri dari :
pengkerutan pupil, penurunan kelopak mataber, dan keringat hanya pada
satu sisi wajah.
Jika aneurisma aorta torakalis pecah, biasanya akan timbul nyeri
yang luar biasa di punggung sebelah atas. Nyeri ini bisa menjalar ke
punggung bawah. Nyeri juga bisa dirasakan di dada dan lengan,
menyerupai serangan jantung (infark miokardial). Penderita dengan
cepat bisa jatuh ke dalam keadaan syok dan meninggal karena
kehilangan banyak darah.
G. Komplikasi
Komplikasi utama pada aneurisma adalah ruptur, yang dapat
menimbulkan hemoragi dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat
meningkatkan resiko ruptur.
H. Penatalaksanaan Medis
Jika lebar dari aneurisma aorta torakalis mencapai 7,5 cm, biasanya
dilakukan pembedahan perbaikan dengan pencangkokan buatan. Pada
penderita dengan sindrom Marfan meskipun aneurismanya lebih kecil,
dianjurkan untuk dilakukan pembedahan perbaikan, karena cenderung
pecah. Angka kematian selama pembedahan cukup tinggi, yaitu sekitar
10 – 15%. Terapi dengan obat (beta blocker) diberikan untuk
mengurangi denyut jantung dan tekanan darah sehingga akan mengurangi
resiko pecahnya aneurisma.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan foto rontgen akan memperlihatkan pelebaran dari
bayangan aorta torakalis.
2. Pemeriksaan CT – Scan terutama spiral CT – Scan merupakan
pemeriksaan penting dalam mendiagnosis aneurisma aorta.
3. MRI atau USG transesofageal digunakan untuk menentukan ukuran
yang pasti dari aneurisma.
4. Aortografi biasanya digunakan untuk membantu menentukan jenis
pembedahan yang perlu dilakukan.
5. EKG, enzim jantung, dan ekokardiogram dilakukan untuk
mengesampingkan penyakit jantung sebagai penyebab nyeri dada.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Pemeriksaan fisik : tekanan darah, adanya perdarahan, mual dan
muntah, adanya nyeri pada arteri yang membesar, adanya distensi
vena, sistem pernapasan (dyspnea), sistem gastrointestinal
(nutrisi), sistem urologi (output urine).
e) Pemeriksaan Penunjang : rontgen dada, CT – Scan, MRI atau USG
transesofageal, aortografi, pemeriksaan radiologi.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan anuerisma aorta.
b) Resiko tinggi terhadap komplikasi : ruptur berhubungan dengan
aneurisma aorta.
3. Rencana Keperawatan
a) Dx 1. Nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jama masalah gangguan nyeri dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Rasa nyeri klien berkurang.
Wajah klien rileks.
Klien tidak merintih.
Intervensi Keperawatan :
Mandiri :
1) Kaji karakteristik nyeri meliputi : lokasi, durasi,
intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
R/ : Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat
menentukan jenis tindakannya.
2) Beri tahu dokter bila nyeri menetap atau memburuk.
R/ : Ini dapat menandakan progresi aneurisma dan seperlunya
intervensi pembedahan segera.
3) Ajarkan pada klien tehnik distraksi dan relaksasi.
R/ : Untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
4) Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi keefektifan
seperlunya.
R/ : Analgesik memblok rasa nyeri.
b) Dx 2. Resiko tinggi terhadap komplikasi : ruptur berhubungan
dengan aneurisma aorta.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah resiko tinggi terhadap komplikasi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
TD tetap antara 90/60 – 120/80 mmHg.
Tak adanya manisfestasi syok hipovolemik
Intervensi Keperawatan :
Mandiri :
1) Pantau masukan dan halauran setiap jam bila halauran urine
8 jam kurang dari 240 ml sebaliknya setiap 8 jam.
R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk
deteksi dini komplikasi.
2) Pantau TD, nadi dan pernapasan setiap jam bila di UPI,
sebaliknya 2 – 4 jam.
R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk
deteksi dini komplikasi.
3) Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler's.
R/ : Tirah baring menurunkan penggunaan energi. Posisi
tegak memudahkan pernapasan.
4) Beritahu dokter bila : nyeri dada hebat dan rasa tersobek,
syok (kulit dingin dan lembab, disertai dengan hipotensi,
takikardia dan pucat).
R/ : Tindakan segera diperlukan unutk menyelamatkan hidup
pasien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aneurisma berasal dari bahasa Yunani "aneurysma" berarti pelebaran.
Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara
abnormal atau mengembang (over-inflated) seperti balon yang menonjol
keluar. Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih dari 50%
diameter pembuluh darah. Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya
karena dapat ruptur dan menyebabkan kematian kapan saja.
Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh
darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh
darah, yaitu tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai
tonjolan/ balon (http//asramamedikalkunhas.blogspot.com).
Aneurisma adalah pembuluh darah biaasanya arteri ya ng trjadi
akibat kelemahan dinding pembuluh draah karena defek, penyakit/cedera,
sehingga berbentuk tonjolan yang berdenyut yang pada tonjolan tersebut
bisa terdengar mur – mur (Kamus Keperawatan Edisi 17).
Diagnosa yang muncul pada klien dengan aneurisma adalah nyeri
berhubungan dengan anuerisma aorta dan resiko tinggi terhadap
komplikasi : ruptur berhubungan dengan aneurisma aorta.
B. Saran
Setelah mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
aneurisma diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan tersebut. Saran dari penyusunan
makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna
untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat
membangun membangun dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keparawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hancock, Christin.1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta : EGC
Juall, Carpenito Lynda. 2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Marry, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular : Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.
Syaifudin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika.
Wiklson, Judith M. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
http://.google.com/picture pada tanggal 3 Desember 2011 jam 11.45 WIB
http://.mediasticore.com pada tanggal 3 Desember 2011 jam 11.30 WIB
-----------------------
Arteri media melemah
Membuat peregangan pada arteri intima & advertisia
Tekanan pada dinding arteri meningkat
Menekan organ disekitar
Pelebaran lebih lanjut
Aneurisma membesar
Terjadi ruptur
Terjadi perdarahan
Kematian
-----------------------
Akademi Keperawatan Harum Jakarta