BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos, yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh setiap saat, baik saat istirahat isti rahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban. Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama lima tahun untuk pria 60% dan wanita 40%. Selain gagal jantung kebanyakan dari penderita AMI juga mengalami serangan
jantung. Serangan Jantung (infark
miokardial) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen. Proses iskemik miokardium lama yang mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miokardium tiba-tiba. Infark miokard akut merupakan sindrom klinis dengan dua dari tiga kombinasi karakteristik yaitu gejala tipikal infark miokard (nyeri maupun ketidaknyamanan dada), peningkatan kadar enzim jantung, dan perubahan gambaran elektrokardiogram yang mendeskripsikan suatu infark termasuk gambaran Q patologis. Semua karakteristik itu menggambarkan daerah infark di jantung (miokard) akibat berkurangnya suplai darah ke area tersebut. Akibatnya, akan terjadi kerusakan miokard secara progresif dan irreversible, yang dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian. Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
1
Penyakit yang satu ini adalah merupakan salah satu penyakit jantung yang banyak menimbulkan kematian, bahkan seringkali menimbulkan kematian mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat dan cepat. IMA ini atau disebut juga dengan AMI ( akut miokard infark ) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. terganggu. Infark Infark miokard akut ini ini disebabkan adanya penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan pembuluh darah koroner ini adalah pembuluh darah yang memberikan makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya. Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard Infark(AMI) cacat fisik, psikologis, sosial, dan pekerjaan pekerja an telah t elah lama diabaikan, karena pasien dengn AMI AM I curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh, maka pesien dengan AMI intoleransi aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas hanya saat pasien dirawat di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah sakit. Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah keperawatan penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas. Peran perawat sebagai komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas layanan, salah satunya pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark (AMI).
2
Penyakit yang satu ini adalah merupakan salah satu penyakit jantung yang banyak menimbulkan kematian, bahkan seringkali menimbulkan kematian mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat dan cepat. IMA ini atau disebut juga dengan AMI ( akut miokard infark ) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. terganggu. Infark Infark miokard akut ini ini disebabkan adanya penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan pembuluh darah koroner ini adalah pembuluh darah yang memberikan makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya. Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard Infark(AMI) cacat fisik, psikologis, sosial, dan pekerjaan pekerja an telah t elah lama diabaikan, karena pasien dengn AMI AM I curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh, maka pesien dengan AMI intoleransi aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas hanya saat pasien dirawat di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah sakit. Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah keperawatan penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas. Peran perawat sebagai komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas layanan, salah satunya pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark (AMI).
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI) serta dalam pemberian asuhan keperawatan yang benar supaya penderita AMI tidak mengalami komplikasi yang semakin berat. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tentang penyakit Akut Miokard Infark (AMI) b. Mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan kepada penderita AMI dan menentukan Intervensi keperawatan yang tepat te pat untuk mencapai hasil yang optimal.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Infark Miokard
Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardum yang terjadiakibat kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir ter hadap iskemia miokar yang tidak teratasi. Sel-sel miokardum mulai mati seelah sekitar dua puluh menit megalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobik leyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya. Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sell terisi ion natrium dan air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis, sel melepaskan simpanan kalium intrasel dan enzim intrasel, yang mencederai sel-sel disekitarnya. Protein intrasel mulai mendapat akses kesirkulasi sistemik dan ruang interstisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan interstisial disekitar sel miokardum. Akibat kematian sel, percetus reaksi inflamasi. Ditempat inflamasi, terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi degranulasi sel masp yang menyebabkan pelepasan histamin dan berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat vasokonstriktif dan sebagian merangsang pembekuan (tromboksan).
B. Efek IM pada depolarisasi jantung, kontraktilitas jantung, dan tekanan darah
Dengan dilepaskannya berbagai enzim itrasel dan ion kalium srta penimbunan asam laktat, jalur hantaran listrik jantung terganggu. Al ini dapatmenyebabkan hambatan epolarisasiaktrium atau ventrikel, atau terjadinya disritmia. Dengan matinya sel otot, dan karena pola listrik jantung berubah, pemompaan jantung menjadi kurang terkoordiansi sehingga kontraktilitasnya menurun. Volume sekuncup menurun sehingga terjadi penurunan tekana darah sistemik.
4
C. Respons refleks terhadap penurunan tekanan darah
Penurunan tekanan darah merangsang respons baroreseptor, sehingga terjadipengaktifan
sistem
syaraf
simpatis,
sistem
renin-angiotensis,
dan
peningkatan pelepasan hormon antidiuretik.hormon stres (ACTH dan kortisol) juga dilepaskan, disertai peningkatan produksi glukosa. Pengaktifan sistem saraf parasimpatis berkurang. Dengan berkurangnya perangsangan saraf parasimpatis dan meningkatnya perangsangan simpatis ke nodus SA, kecepatan denyut jantung meningkat. Demikian juga, perangsangan simpatis dan angiotensin pada artiol menyebabkan peningkatan TPR. Aloran darah keginjal berkurang sehingga produksi urin berkurang
dan
ikut
berperan
merangsang
sistem
renin-angiotensin.
Kontriksiarteriol menyebabkan penurunan tekanan kapiler sehingga menurunkan gaya-gaya yang mendorong filtrasi. Reabsorbsi netto cairan interstisial terjadi sehingga volume plasma meningkat dan aliran balik vena meningkat. Sintesis aldosteron merangsang reabrsobsi natrium, yang dengan adanya ADH, emakin meningkatkan volume plasma. Perangsangan simpatis ke kelenjar keringat dan kulit menyebabkan individu berkeringat dan merasa dingin. Secara singkat, semakin banyak darah (peningkatan preload) disalurkan ke jantung, jantung akan mempompa lebih cepat untuk meawan arteri yang menyempit (peningkatan afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks tersebut, yang terjadi akibat penurunan kontraktilitas jantung dan tekanan darah, adalah meningkatnya beban kerja jantung yang telah rusak. Kebutuhan oksigen jantung meningkat . hal ini dapat sanngat merugikan karena masalah awal yang menyebabkan infark miokard adalah insufisiensi suplai oksigen ke sel-sel jantung. Karena reflkes tersebut semakin meningkat kebutuhan oksigen pada jantung yang rusak, semakin banyak sel jantung yang mengalami hipoksia. Apabila kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat dipenuhi, maka terjadi perluasan daerah (zona) sel yang cedera dan iskemik disekitar zona nekrotik (mati). Sel-sel yang mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan mempompa
5
jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ, termasuk bagian jantung yang masih sehat. Akhirnya karena darah dipompa secara tida efektif dan kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini, disertai akumulasi trombosit dan faktor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan bekuan darah.
D. Penyebab infark miokard
Terlepasnya suatu plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner, dan kemudian tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardum yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark miokard. Infark miokard juga dapat terjadi apabila lesi trombosit yang melekat kesuatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total aliran kebagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami hipertropi berat sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi.
E. Gambaran klinis
Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda infark miokard yang nyata (suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul manifestasi klini yang bermakna: 1. Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering gambarkan memiliki sifat meremukkan dan parah. Nyeri dapat menyebar kebagian atas tubuh manasaja, berarti sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang. Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia diluar zona nekrotik dengan menurunkan beban kerja jantung. 2. Terjadi mal dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat. 3. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka. 4. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokonstriksi simpatis. 5. Pengeluaran urin berkuranng
karena penurunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH. 6. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.
6
7. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan mendekati kematian sering terjadi, mungkin berhubungan dengan pelepasan hormon stres dan ADH (vasopresin). F. Perangkat diasnotik
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik, termasuk riwayat penyakit jantung dalam keluarga, penting terutama untuk mendiagnosis IM pada pasien yang dianggap berisiko rendah,seperti wanita pramenopause. 2. Tekanan darah mungkin berkurang atau normal bergantung pada luasnya kerusakan miokardum dan keberhasilan refleks baroreseptor. Kecepatan denyut jantung biasanya meningkat. Bunyi jantung keempat dapat terdengar. 3. EKG dapat memperlihatkan perubahan akut digelombang ST dan T seiring dengan terjadinya infark. Dalam satu atau dua hari infark, terjadi pendalaman gelombang Q. Walaupun perubahan gelombang ST dan T akan menghilang seiring dengan waktu, perubahan gelombang Q menetap dan dapat digunakan untuk mendeteksi infark sebelumnya. 4. Timbul gejala inflamasi sistemik, termasuk demam, peninhkatan jumlah leukosit, dan peningkatan laju endap darah. Tanda-tanda ini dimulai sekitar dua4 jam setelah infark dan menetap sampai dua minggu. 5. Kadar enzim-enzim jantung (kreatinin fosfokinase,glutamat oksaloasetat transaminase serum,dan laktat dehidrogenase) didalam serum meningkat akibat kematian sel miokardum. Peningkatan tersebut terjadi dalam suatu pola khas, yang dimulai segera setelah infark dan berlanjut sampai sekitar seminggu. 6. Kadar troponin T dan troponin I dapat dideteksi dalam darah dalam 15-dua0 menit. Mioglobin terdeteksi dalam 1 jam dan memuncak dalam 4-6 jam setelah infark.
G. Komplikasi
1. Dapat terjadi tromboembolus akibat kontraktilitas miokard berkurang. Embolus tersebut dapat menghambat aliran darah ke bagian jantung yang sebelumnya tidk rusak oleh infark pertama. Embolus tersebut juga dapat
7
mengalir ke organ lain, menghambat aliran darahnya dan menyebabkan infark di organ tersebut. 2. Dapat terjadi gagal jantung kongesti apabila jantung tidak dapat memompa keluar semua darah yag diterimanya. Gagal jantung dapat terjadi segera setelah infark apabila infark awal berukuran sangat luas, atau setelah pengaktifan refleks baroreseptor. Dengan diaktifkannya reflek baroreseptor terjadi peningkatan darah ya ng kembali ke jantung yang rusak serta konstriksi arteri dan arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah berkumpul dijantung dan menimbulkan peregangan berlebihan pada sel-sel otot jantung. Aoabila peregangan tersebut cukup hebat, maka kontraktilitas jantung dapat berkurang karena sel-sel otot tertinggal pada kurva panjang tegangan. 3. Disritmia adalah komplikasi tersering pada infark. Disritmia dapat terjadi akibat perubahan keseimbangan elektrolitan penurunan pH. Daerah dijantung yang mudah teriritasi dapat mulai melepaskan potensial aksi sehingga terjadi disritmia. Nodus SA dan AV, atau jalur transduksi (seraput purkinje atau berkas his ), dapat metupakan bagian dari zona sistemik atau nekrotik yang mempengaruhi pencetus atau penghantar sinyal. Fibrilasi adalah sebab utama kematian pada infark miokardum diluar rumah sakit. 4. Dapat terjadi syok kardiogenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam waktu lama. Syok kardiogenik dapat fatal pada waktu infark, atau menyebabkan kematian atau kelemahan beberapa hari atau minggu kemudian akibat gagal paru atau ginjal karena organ-organ ini mengalami iskemia. Syok kardiogenik biasanya berkaitan dengan kerusakan sebanyak 40% masa otot jantung. 5. Dapat terjadi ruptur miokardum selama atau segera setelah suatu infark besar. 6. Dapat terjadi perikarditis, peradangan selaput jantung, (biasanya beberapa hari setelah infark). Perikarditis terjadi sebagai bagian dari reaksi inflamasi setelah cidera dan kematian sel. Sebagian jenis perikarditis dapat terjadi beberapa minggu setelah infark, dan mungkin mencerminkan suatu reaksi hipersesitifitas imun terhadap nekrosis jaringan
8
7. Setelah infark miokard se,buh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardum yang mati. Apabila jaringan parut ini cukup luas, kontraktilitas jantung dapat bekurang secara permanen. Pada sebagian kasus, jaringan parut tersebut lemah sehingga dapat terjadi ruptur miokardum atauaneurisma.
H. Penatalaksanaan
Pencegahan penyakit jantung adalah penting. Tindakan pencegahan antara lain : 1. Menurunkan atau mengurangi faktor resiko yang dapat diubah. Karena faktor resiko kardiovaskular saling berkaitan ssatu sama lain, bahkan penurunan moderat beberapa faktor resiko dapat lebih efektif dibandingkan dengan upaya penurunan mayor satu faktor resiko. Sebagai contoh, penurunan faktor resiko serangan jantung yang bermakna terjadi pada tingkat olahraga ringan (termasuk berjalan kaki), menghentikan kebiasaan merokok, dan pembatasan sedang makanan berlemak. Panduan penatalaksanaan resiko kardiovaskular yang memasukkan upaya penurunan resiko harus dlakukan secara rutin. 2. Individu yang mengalami stres, dan terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga, harus diajarkan untuk menurunkan resiko dan mencari pertolongan medis segera jika terjadi i nfark miokard. untuk pasien yang mengalami sindrom koroner akut, panduan terapi berikut, menggunakan pertolongan akronim ABCD, dapat dilakukan: 1. A untuk terapi antiplatelet, antikoagulan,penghambat enzim,pengubahangiotensin,dan penyekat reseptor-angiotensin. 2. B untuk penyekat – beta dan pengendalian tekanan darah (blood pressure). 3. C untuk terapi kolesterol (cholesterol) dan menghentikan rokok (cigarette smoking cessation). 4. D untuk penatalaksanaan diabetes dan diet. 5. E untuk eksercise atau olahraga.
9
Untuk pasien yang mendapat serangan jantung, terapi dibawah iniharus dilakukan: 1. Penghentian aktivitas fisikuntuk mengurangi beban kerja jantung membantu membatasi luas kerusakan. 2. Resusitasi jantung-paru (cardiopulmonary resuscitation,CPR ) mungkin diperlukan apabila terjadi fibrilasi jantung atau henti jantung. Defibrilasi listrik untuk memulihkan irama listrik dalam beberapa menit pertama henti jantung sangat bermanfaat dalam menyelamatkan IM. Upaya yang besar dari komunitas terkini yang berfokus pada pelatihan masyarakat yang intensif mnegenai penggunaan defibrilator terbukti menggandakan angka bertahan hidup pada penderita henti jantung. 3. Infus intra vena atau intrakoroner sgera dengan obattrombolitik (penghancur bekuan) akan menghancurkan embolus penyebab penggunaa n obat ini s ecara dini (sebaiknya dalam satu jam setelah infark) mnyebabkan peningkatan dramatis angka bertahan hidup dan pembatasan luas cedera miokardum lebih lanjut. Obat-obat yang mencegah pembentukan bekuan baru, misalnya heparin,juga diperlukan. Disamping menggunakan obat-obat penghancur bekuan, angioplasti koroner mungkin digunakan untuk membuka arteri koroner. 4. Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat. 5. Obat untuk menghilangkan nyeri (biasanya
morfin dan meperidin
{demerol}) digunakan untuk menenangkan pasien dan karena nyeri akut menstimulasi saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan resistensi vaskular. Selain itu, nyeri meningkatkan stres mental dan rasa cemas. Morfin juga bersifat vasolidator yang bekerja yang bekerja menurunkan preload dan afterload.
10
6. Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melemaskan ateriarteri sehingga preload dan afterload berkurang dan aliran darah koroner meningkat . 7. Diberikan
diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini
mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kelebihan volume serta terjadi gagal jantung kongesti. Peningkatan aliran darah ginjal juga menurunkan pelepasan renin. 8. Obat inetropik positif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung. 9. Bypass arteri koroner mungkin dipertimbangkan jika infark yang terjadi akibat sumbatan trombotik. Setelah infark miokard, pertimbangan tambahan antara lain: 1. Rehabilitasi jantung, termasuk keseimbangan antara istirahat dan aktivitas serta modifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko ateros klerosis dan hipertensi. Tindakan ABCDE untuk sindrom koroner akut adalah penting. Kebutuhan keluarga harus dipertimbangkan dan dilibatkan. 2. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa jantung mengandung sel benih (stem cell) yang dapat meregenerasi sel otot jantung, sehingga mampu memperbaiki dirinya sendiri. Temuan ini memberi harapan untuk pasien infark miokard.
11
BAB III. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
Tuan Z (50 tahun) dirawat di RS Guna Bangsa, karena menderita akut miokard infark. Tuan Z menderita penyakit ini sudah 6 bulan yang lalu. Tuan Z mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri dirasa menjalar ke bahu hingga lengan kiri, nyeri hilang dengan istirahat, nyeri dan sesak nafas bertambah saat aktifitas, klien selalu bertanya tentang keadaanya sekarang. Didapatkan data klien Tuan Z merasa nyeri, terlihat meringis menahan sakit, selalu memegang area nyeri, klien membatasi nyerinya dengan membatasi aktifitas karenanya nyerinya berskala 7, wajah klien terlihat pucat, cemas, keluar keringat dingin, terpaang kateter, terpasang oksigen 3 lt/menit, suhu 37,5 o C, Nadi 88 kali/menit, posisi semifowler, terpasang infuse 20 tpm, TD 120/70 mmHg, RR 28 kali/menit, ADL dibantu dan terpasang terapi nitrogliserinsublingual.
ASUHAN KEPERAWATAN : PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DATA KLIEN A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien
: Tn. H
2. Umur
: 50 tahun.
3. Alamat
: Tambak Boyo
4. Agama
: Islam.
5. Tanggal masuk RS/RB : 20 maret 2017 6. Nomor Rekam Medis
:-
7. Bangsal
: Guna Bangsa
12
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION a. Kesehatan Umum: -
Alasan masuk rumah sakit: Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, nyeri dirasa menjalar ke bahu hingga lngan kiri, nyeri hilang dengan istirahat, nyeri bertambah saat beraktivitas.
-
Tekanan darah : 120/70 mmHg.
- Nadi
: 88x/menit
-
Suhu
: 37,5oC.
-
Respirasi
: 28x/menit.
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll): Klien mengatakan dahulu pernah sesak nafas dan merokok. c. Kemampuan mengontrol kesehatan: -
Yang dilakukan bila sakit : klien mengatakan tidur.
-
Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll) Klien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol tetapi klien suka merokok.
d. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll): Klien mengatakan masuk rumah sakit menggunakan askes.
2. NUTRITION Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk, dan sayur. Selama sakit
: Klien mengatakan makan hanya 2 sendok sekali makan.
Diit : nasi tim.
3. ELIMINATION a. Sistem Urinary
13
Sebelum sakit
: Klien mengatakan BAK 4-5 kali sehari, warna
kuning jernih. Selama sakit
: 220cc/hari, terpasang kateter.
b. Sistem Gastrointestinal Klien mengatakan BAB 11x/hari sebelum dan sesudah sakit. c. Sistem Integument Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu) : Klien tampak pucat, lemas, keluar keringat dingin, suhu 37,5oC.
4. ACTIVITY/REST a. Istirahat/tidur 1) Jam tidur
: Klien mengatakan biasanya tidur 8 jam/hari.
2) Insomnia
: Klien mengatakan tidak mengalami insomnia.
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: Klien mengatakan tidak menggunakan apapun untuk merangsang tidurnya. b. Aktivitas 1) Kebiasaan olah raga : Klien mengatakan tidak pernah olahraga. 2) ADL a) Makan
: Klien mengatakan dibantu oleh istri.
b) Toileting
: Klien mengatakan dibantu oleh istri.
c) Kebersihan
: Klien mengatakan dibantu oleh istri.
d) Berpakaian
: Klien mengatakan dibantu oleh istri.
3) Bantuan ADL
:
Klien
terpasang
Terapi
Nitrogliserinsublingual. c. Cardio respons 1) Penyakit jantung
: Klien mengatakan mempunyai riwayat
penyakit jantung. 2) Pemeriksaan jantung a) Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak.
b) Palpasi
: Ictus cordis tidak kuat angkat.
14
c) Perkusi
: Pekak.
d) Auskultasi
: BJ I = BJ II, Reguler.
d. Pulmonary respon 1) Penyakit sistem nafas : Klien mengatakan sesak nafas. 2) Penggunaan O2
: Terpasang oksigen 3 liter/menit.
3) Pemeriksaan paru-paru a) Inspeksi
:
Pengembangan
dada
kanan
=
kiri,
frekuensi pernafasan cepat dan dangkal. b) Palpasi
: Fremitus, raba kanan dan kiri sama.
c) Perkusi
: Bunyi ronchi.
d) Auskultasi
: Wheezing.
5. PERCEPTION/COGNITION a. Orientasi/kognisi 1) Tingkat pendidikan
: Klien mengatakan lulusan SD.
2) Kurang pengetahuan
:
Klien
mengatakan
kurang
pengetahuan. 3) Pengetahuan tentang penyakit: Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya. 4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Klien dalam keadaan sadar. b. Sensasi/persepi 1) Riwayat penyakit jantung
:
Klien
mengatakan
mempunyai
riwayat penyakit 6 bulan yang lalu. 2) Penggunaan alat bantu
: Klien mengatakan tidak memakai
alat bantu. 3) Penginderaan
: Klien tidak menggunakan alat bantu
kacamata. c. Communication 1) Bahasa yang digunakan
: Klien mengatakan menggunakan
bahasa Indonesia.
15
2) Kesulitan berkomunikasi
: Klien tidak mengalami kesulitan
berkomunikasi.
6. SELF PERCEPTION a. Self-concept/self-esteem 1) Perasaan cemas/takut
: Klien mengatakan merasa cemas,
takut yang ditandai dengan wajah pucat dan keringat dingin. 2) Perasaan putus asa/kehilangan: Klien mengatakan tidak putus asa. 3) Keinginan untuk mencederai :
Klien mengatakan
tidak
ingin
mencederai dirinya sendiri.
7. ROLE RELATIONSHIP a. Peranan hubungan 1) Status hubungan
: Klien mengatakan sudah menikah.
2) Orang terdekat
: Klien mengatakan orang terdekat
adalah istri. 3) Perubahan konflik/peran
: Klien mengatakan peran klien
terganggu dalam mencari nafkah. 4) Perubahan gaya hidup
:
Klien
mengatakan
mengalami
perubahan dalam gaya hidup. 5) Interaksi dengan orang lain
: Klien mengatakan interaksi dengan
orang lain baik.
8. SEXUALITY Identitas seksual
: Klien berjenis kelamin laki-laki.
9. COPING/STRESS TOLERANCE a. Coping respon 1) Rasa sedih/takut/cemas
: Klien mengatakan sedih dan
cemas.
16
2) Kemampan untuk mengatasi
: Klien mengatakan sering
berdoa. 3) Perilaku yang menampakkan cemas :
Klien
mengatakan
berkeringat dingin dan pucat.
10. LIFE PRINCIPLES a. Nilai kepercayaan 1) Kegiatan keagamaan yang diikuti
: Klien mengatakan tidak
mengikuti kegiatan keagamaan. 2) Kemampuan untuk berpartisipasi
: Klien mengatakan mampu
untuk berpartisipasi. 3) Kegiatan kebudayaan
: Klien mengatakan tidak
mengikuti kegiatan kebudayaan. 4) Kemampuan memecahkan masalah : Klien mengatakan mampu memecahkan masalahnya.
11. SAFETY/PROTECTION a. Alergi
: Klien mengatakan tidak memiliki alergi.
b. Penyakit autoimune
: Klien mengatakan tidak memiliki penyakit
autoimune. c. Tanda infeksi
: Klien tidak mempunyai tanda infeksi.
12. COMFORT a. Kenyamanan/Nyeri 1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Agens cidera fisik (penyakit jantung) 2) Quality (bagaimana kualitasnya)
: Klien mengatakan
nyeri
seperti ditusuk.
17
3) Regio (dimana letaknya)
: Klien mengatakan nyeri
berada di bagian dada sebelah kiri dan nyeri menjalar ke bahu hingga lengan kiri. 4) Scala (berapa skalanya)
:7
5) Time (waktu)
: Klien mengatakan kadang-
kadang nyerinya terasa.
13. GROWTH/DEVELOPMENT Pertumbuhan dan perkembangan
: Pertumbuhan dan perkembangan
klien baik dan normal.
C. DATA LABORATORIUM
Tanggal
Jenis
Hasil
Harga
& Jam
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Normal
Satuan
Interpretasi
18
ANALISA DATA Data Fokus No.
1.
Etiologi
Problem
Penurunan
D. Subyektif
D. Obyektif
- Klien merasa
-Nadi : 88 kl/mnt
Perubahan
nyeri dada
(irregular)
Volume
sebelah kiri.
-TD:120/70mmHg
sekuncup
isi Curah Jantung
- Klien merasa -RR : 28 kl/mnt nyeri
menjalar -Klien selalu
ke bahu hingga
memegang area
ke lengan kiri.
nyeri.
- Klien merasa sesak nafas. NANDA :
(Aritmia ) (Dypsnea) (Ortopnea)
19
2.
- Klien merasa
-Pasien
nyeri dada
meringis
sebelah kiri
kesakitan.
(angina
-Klien terlihat
pectoris). -Klien
terlihat Agen Injury
Nyeri Akut
selalu memegang merasa
nyerinya hilang
area nyeri. -Skala nyeri 7
jika beristirahat. -Nyeri
dan NANDA :
sesak nafas
-(Wajah terlihat
bertambah jika
meringis)
berkatifitas.
-(Perilaku menjaga/ melindungi area nyeri) -(Perubahan posisi untuk menghindari nyeri) -(Melaporkan nyeri secara Verbal)
3.
-Semua aktifitas
Hambatan
Difisit
personal hyhige
mobilitas
Perawatan diri.
dibantu. -Terpasang O2 3lt/mnt. -Terpasang kateter. -Posisi semi fowler. -Terapi
20
nitrogliserin.
NANDA:
(Ketidakmampuan untuk mandi) (Ketidakmampuan untuk berpakaian) (Ketidakmampuan untuk
BAB
dan
BAK) 4.
-Wajah klien
Ancaman
pada Ansietas
terlihat cemas.
status kesehatan.
-Wajah klien terlihat pucat. -Keluar keringat Dingin.
NANDA :
(Gelisah) (Ketakutan) (Wajah Tegang) (Gemetar) (Peningkatan keringat) (Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan)
21
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume isi sekuncup. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury. 3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas. 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.
IMPLEMENTASI NOC (Nursing Outcomes Clasification)
1. Dx.1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume isi sekuncup.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam, diharapakan curah jantung normal. Dengan criteria hasil : Cardiac Pump Effectiveness
Indikator - Tekanan Darah dalam batas yang
IR
ER 5
diharapkan 140/ 90 mmHg. - RR dalam batas yang diharapkan 16-
5
24 x/menit. - Tidak terdapat angina.
5
- Kelemahan ekstermitas tidak ada. Keterangan :
1. : Keluhan ekstrim 2. : Keluhan berat 3. : Keluhan sedang 4. : Keluhan ringan 5. : Tidak ada keluhan
22
NIC (Nursing Interventions Classification) Cardiac Care :
a. Evaluasi adanya nyeri dada. b. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output. c. Monitor / melihat monitor untuk melihat adanya perubahan tekanan darah. d. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan. e. Monitor / melihat toleransi aktifitas pasien. f.
Monitor / melihat adanya dypsnea, patigue, takipnea dan ortopnea.
g. Anjurkan untuk menurunkan stress.
2. Dx. 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam, diharapakan curah jantung normal. Dengan criteria hasil : Pain Level
Indikator
IR
ER
- Melaporkan adanya nyeri (sudah teratasi) - Frekuensi nyeri anatar 1-2 - Panjang episode nyeri - Pernyataan nyeri (verbal) - Ekspresi nyeri pada wajah - Perubahan Nadi - Perubahab frekuensi pernafasan - Perubahan TD - Keringat berlebih
Keterangan :
1
: Keluhan ekstrim
2
: Keluhan berat
3
: Keluhan sedang
23
4
: Keluhan ringan
5
: Tidak ada keluhan
NIC (Nursing Intervensi Classification) Pain Management :
a. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik, durasi, kualitas dan factor presitasi. b. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien. c. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lampau. d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri. e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi. f.
Ajarkan klien tentang teknik non farmakologi.
g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. h. Evaluasi keefektifan control nyeri. i.
Tingkatkan istirahat.
3. Dx. 3 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam, diharapakan curah jantung normal. Dengan criteria hasil : Self Care Activity Of Daily Living
Indikator
IR
ER
- Makan - Berpakaian - Mandi - Toileting -Oral Hygiene - Kebersihan diri Keterangan :
1
: Keluhan ekstrim
24
2
: Keluhan berat
3
: Keluhan sedang
4
: Keluhan ringan
5
:Tidak ada keluhan
NIC (Nursing Intervensi Classification) Self Care Assistance : ADL
a. Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri. b. Pantau kebutuhan klien untuk penyesuaian penggunaan alat untuk personal hygiene, toileting dan makan. c. Sediakan bantuan hingga klien dapat melakukan perawatan pribadi secara penuh. d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya sesuai dengan tingkat kemampuan. e. Menentukan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan kondisinya secara rutin. 4. Dx. 4 : Ansietas yang berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam, diharapakan curah jantung normal
25
Dengan criteria hasil : Anxiety Control
Indikator
IR
ER
- Monitoring intensitas kecemasan. - Menyingkirkan tanda kecemasan. - Mencari informasi untuk menurunkan cemas. - Melaporkan tidak adanya manifestasi fisik dari kecemasan. - Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan. -Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan. Keterangan :
1
: Keluhan ekstrim
2
: Keluhan berat
3
: Keluhan sedang
4
: Keluhan ringan
5
: Tidak ada keluhan
NIC (Nursing Intervensi Classification) Anxiety Reduction :
a. Identifikasi tingkat kecemasan. b. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan. c. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi. d. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi. e. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
26
EVALUASI
1. Evaluasi Formatif No.
Tanggal
Implementasi
Respon /Formatif
18-3-2017 08.00
-Monitor
/
melihat S : -
monitor untuk melihat adanya
O : 120/70 mmHg
perubahan
tekanan darah.
08.30
-Mengajarkan latihan S nafas dalam.
: Klien
mengatakan
nyaman dilakukan nafas dalam. O : RR (16-24 x/menit) Perb I : E = 1 : 2 Irama : regular
09.00
-memberikan pelatihan hygien.
S
:
personal sudah
Klien
mengatakan
bisa
melakukan
toileting secara mandiri.
27
2. Evaluasi Sumatif No.
Tanggal
Diagnosa
Evaluasi (SOAP
1.
18-3-2017
Penurunan curah
S:
jantung
yang -Klien merasa nyeri dada
berhubungan dengan
sebelah kiri. - klien merasa nyeri menjalar ke
perubahan
isi bahu hingga ke lengan kiri.
sekuncup.
- Klien merasa sesak nafas.
O:
-Nadi : 88 kl/mnt (irregular) -TD:120/70 mmHg -RR : 28 kl/mnt -Klien selalu memegang area nyeri.
A:
Indikator
IR
ER
-T D dalam batas
yang
diharapkan 140/
90
mmHg.
- RR dalam batas
yang
diharapkan 16-24
28
x/menit
-
Tidak
terdapat angina. - Kelemahan ekstermmitas tidak ada.
P:
Penurunan curah jantung yang berhbungan dengan isi sekuncup belum teratasi.
29
BAB IV. PEMBAHASAN
PenyakitAMI ( InfarkMiokardAkut ) merupakan salah satu penyakit jantung yang banyakmenimbulkankematian, bahkan sering kali menimbulkan kematian mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat dan cepat.Infarkmiokard akut ini atau disebut juga dengan AMI (akut miokard infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard ( otot jantung ) akibat dari aliran darah kebagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. Infarkmiokard akut disebabkan penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memberikan makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya. Dalam asuhan keperawatan Tn. H diatas evaluasi formatif mengajarkan nafas dalam klien mengatakan nyaman dilakukan nafas dalam dan pada saat dilakukan pemberian pelatihan personal hygiene klien mengatakan dapat melakukan kegiatan toileting sendiri. Jadi evaluasi formatif dapat dilatakan berhasil karena klien mengalami perubahan yang membaik bagi dirinya. Dalam asuhan keperawatan sumatif klien mengatakan masih nyeri pada dada sebelah kiri dan nyeri yang dirasakan menjalar sampai lengan tangan sebelah kiri. Klien juga mengatakan merasa sesak nafas. Klien selalu memegang pada area nyeri yang dirasakan, kelemahan ekstremitas tidak ada dan penurunan curah jantung yang berhubungan dengan sekuncup belum teratasi. Karena dalam asuhan keperawatan pada saat implementasi didapatkan beberapa evaluasi yang belum teratasi maka dapat dilakukan rencana keperawatan yang lain seperti mengajarkan teknik distraksi relaksasi untuk dapat mengurangi nyeri yang dirasakan klien.
30
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. AMI (Akut Infark Miokard) atau bisa juga disebut IMA (Infark Miokard Akut) dapat mengakibatkan serangan jantung dan gagal jantung apabila tidak ditindaklanjuti untuk mendapatkan perawatan, apabila dibiarkan terlalu lama dapat mengakibatkan kematian. 2. AMI (Akut Infark Miokard) biasanya menyerang pada pria usia lebih dari 40 tahun dan juga bisa menyerang pada pria dan wanita muda sekitar umur 30 dan 20 tahunan. AMI juga bisa menyerang pada wanita yang merokok dan mengkonsumsi pil KB.
B. Saran
1. Seharusnya petugas kesehatan memberikan sosialisasi dan pengetahuan seputar penyakit AMI kepada masyarakat untuk lebih mengetahui tentang bahaya penyakit tersebut. 2. Masyarakat seharusnya menerapkan pola hidup sehat dan mengkonsumsi makanan yang sehat pula untuk mencegah penyakit AMI tersebut.
31