BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang
Asidi-alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan merupakan titrasi yang berhubungan berhubungan dengan asam dan basa. Secara sederhana, asam merupakan larutan yang memiliki pH diatas 7 sedangkan basa merupakan larutan yang memiliki pH kurang dari 7. Apabila kedua larutan tersebut memiliki kekuatan yang sama, maka bila dicampurkan dengan volume yang sama, akan didapat larutan yang memiliki pH netral (1). Titrasi
merupakan
salah
satu
cara
untuk
mengetahui
konsentrasi dari larutan standar sekunder, yaitu larutan yang di mana konsentrasinya didapat dengan cara pembakuan. Yang dibantu dengan larutan standar sekunder atau larutan yang konsentrasinya dapat diketehui secara langsung dari hasil penimbangan, yang ditambahkan indikator pH sebagai penentu tingkat keasaman suatu larutan. Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia,
seperti
biologi,
farmasi
dan
kedokteran.
Titrasi
yang
menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa (1). Asidi-alkalimetri Asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk beberapa larutan. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan agar dapat memahami konsep adisialkalimetri serta mengetahui konsentrasi larutan yang dianalisa.
Dalam praktikum ini kita melakukan penentuan kadar dengan metode alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein. Dalam hal ini sampel yang akan ditentukan kadarnya adalah asam sitrat dan asam asetat. I.2
Maksud dan Tujuan
I.2.1
Maksud Percobaan
Dapat memahami penetapan kadar menggunakan prinsip reaksi asam basa I.2.2
Tujuan Percobaan
1. Dapat melakukan pembakuan larutan NaOH dengan kalium biftalat. 2. Dapat menetapkan kadar asam sitrat menggunakan prinsip asam basa dan pH asam sitrat. 3. Dapat menetapkan kadar asam asetat dengan menggunakan prinsip asam basa dan pH asam asetat. I.3
Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini didasarkan pada kerja titrasi asidialkalimetri dimana reaksi antara ion hidrogen dari asam sitrat dan ion hidroksida dari natrium hidroksida untuk menghasilkan air yang netral, dan reaksi antara ion hidrogen dari asam asetat dan ion hidroksida dari natrium hidroksida untuk menghasilkan air yang netral.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1
Teori Umum
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai yang tak diketahui. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri (2). Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan menggunakan larutan baku asam untuk menentukan jumlah basa yang ada. Alkalimetri adalah adalah analisis volumetrik yang menggunakan menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada (3). Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan bersifat netral dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetri, karena yang diukur adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume tertentu larutan asam (4). Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia (erlenmeyer), dengan mengukur volumnya terlebih dulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indikator yang perubahan
warnanya di sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik akhir (9). Berikut
syarat-syarat
yang
diperlukan
agar
titrasi
yang
dilakukan berhasil (5) : - Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar. - Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang yang dianalisis harus diketahui. - Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. - Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin. Proses
titrasi
asam-basa
sering
dipantau
dengan
penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH, atau kurva titrasi. Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada awal titrasi, yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titran, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi.
Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus mencakup pH larutan
pada
titik
ekivalen,
atau
sangat
mendekatinya;
untuk
memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva (6). Titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau basa diantaranya: Asam kuat kuat dan basa basa kuat Reaksi untuk titrasi asam kuat-basa kuat adalah
Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan jumlah H+ yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan (6).
Meskipun istilah penetralan lazim digunakan untuk reaksi apa saja antara asam dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang benar-benar netral. Memang larutan netral hanya diperoleh bila asam dan basa itu sama kuatnya. Pada hakikatnya titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat dipahami seperti cara kerja sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah tentang komponen utama dalam larutan dan kemudian memutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna (2). Asam lemah dan basa kuat Reaksi dalam larutan air dari asam lemah seperti asam asetat, HC2H3O2, dengan basa kuat NaOH dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:
Pemaparan lama
:
Pemaparan baru
:
Larutan natrium asetat yang dihasilkan agak bersifat basa, karena ion asetat berfungsi sebagai basa dalam larutan air (2). Asam lemah dan basa lemah Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari asam asetat yang lemah itu dengan basa lemah amonia. Larutan amonium asetat, yang dihasilkan, praktis netral. Ini karena kuat asam ion NH 4+ tepat diimbangi oleh basa kuat dari ion C2H3O2-. Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya, akan menghasilkan larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah. Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa. Akan tetapi harus dimengerti, dimengerti, bahwa asam dan basa di sini tidak berarti pH kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan
akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (6) Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila proton lepas (5). Contoh : Fenolftalein, indikator yang lazim dipakai, tak berwarna dalam bentuk Hin-nya dan berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur Fenolftalein, sering disingkat PP. II.2
Uraian Bahan
II.2.1 Air suling (FI III: 96) Nama resmi
: Aqua destillata
Nama lain
: Air suling, aquadest
RM/BM
: H2O/18,02
Rumus Struktur
:
H
H
O Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan
:-
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
:-
Kegunaan
: Sebagai pelarut
II.2.2 Alkohol (FI III: 65) Nama resmi
: Aethanolum
Nama lain
: Etanol, alkohol, ethyl-alkohol
RM/BM
: C2H6O/46,07
Rumus struktur
:
Pemerian
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Khasiat
: Sebagai antiseptik
Kegunaan
: Sebagai
larutan
yang
digunakan
mensterilkan alat II.2.3 Asam Asetat (FI III: 41) Nama Resmi
: Acidum Aceticum
Nama lain
: Asam Asetat
Rumus Molekul
: C2H4O2
Berat Molekul
: 60,05
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoid, agak mudah menguap pada suhu hangat atau mudah menguap dalam uap air
Kelarutan
: Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat
:-
Kegunaan
: Sebagai sampel atau analit
untuk
II.2.4 Asam Sitrat (FI III: 50) Nama resmi
: Acidum Citricum
Nama lain
: Asam Sitrat
RM/BM
: C6H8O7.H2O/210,14
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Hablur tidak berwarna, atau serbuk putih, tidak berbau rasa sangat asam, agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan
: Larut dalam kurang dari 1 bagian air, dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) sukar larut dalam eter ,
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat
:-
Kegunaan
: Sebagai sampel atau analit
.
II.2.4 Fenolftalein (FI IV: 662) Nama resmi
: Phenolphtaleinum
Nama lain
: Fenolftalein
RM/BM
: C20H14O4/318,33
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan lemah, tidak berbau, stabil di udara
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
:-
Kegunaan
: Sebagai indikator
II.2.5 Kalium Biftalat (FI III: 686) Nama resmi
: Kalium hidrogenftalat
Nama lain
: Kalium biftalat
RM/BM
: CO2.C6H4.CO2K/204,2
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Serbuk hablur, putih tidak berwarna
Kelarutan
: Larut perlahan-lahan dalam air, larutan jernih
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
:-
Kegunaan
: Sebagai larutan baku primer
II.2.6 Natrium hidroksida (FI III: 412) Nama resmi
: Natrii hydroxydum
Nama lain
: Natrium hidroksida
RM/BM
: NaOH/40,00
Rumus struktur
: Na - O - H
Pemerian
: Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO 2
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
:-
Kegunaan
: Sebagai larutan baku sekunder
BAB III METODE KERJA III.1
Alat dan Bahan
III.1.1 Alat 1. Batang pengaduk 2. Buret 3. Corong 4. Gelas kimia 5. Gelas ukur 6. Kaca arloji 7. Labu erlenmeyer 8. Neraca analitik 9. Pipet tetes 10. Sendok tanduk 11. Statif dan Klem III.1.2 Bahan 1. Alkohol 70% 2. Aluminium foil 3. Aqua destilata 4. Asam asetat 5. Asam sitrat 6. Fenolftalein 7. Natrium hidroksida 8. Tissue III.2.
Cara kerja
III.2.1 Cara pembuatan air bebas CO 2 1. Diukur 500 mL air 2. Dituangkan ke dalam gelas kimia
3. Dipanaskan dengan kompor listrik sampai mendidih 4. Didiamkan sampai dingin III.2.2 Pembuatan larutan NaOH 1 N 1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan 2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70% 3. Ditimbang NaOH sebanyak 20 gram 4. Dilarutkan dengan air bebas CO 2 sebanyak 500 mL 5. Diaduk hingga homogen III.2.3 Pembakuan NaOH 1 N dengan kalium biftalat 1N 1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan 2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70% 3. Ditimbang kalium biftalat sebanyak 0,3 gram 4. Dikeringkan pada suhu 150 0 C ±30 menit 5. Diukur air bebas CO 2 sebanyak 75 mL 6. Dilarutkan kalium biftalat dengan air bebas CO 2 7. Diaduk hingga homogen 8. Dipipet 3 mL larutan kalium biftalat 9. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 10. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein 11. Dititrasi dengan den gan larutan NaOH 1 N sampai terjadi perubahan pe rubahan warna III.2.4 Penetapan kadar asam sitrat 1. Ditimbang 300 mg asam sitrat 2. Dilarutkan dalam 100 mL air 3. Dimasukkan 50 mL NaOH ke dalam buret 4.
Dimasukkan
asam
sitrat
sebanyak
20
erlenmeyer 5. Ditambahkan fenolftalein sebanyak 3 tetes
mL
kedalam
labu
6. Dititrasi dengan NaOH 1 N sampai terjadi perubahan warna dari bening ke ungu muda
III.2.5 Penetapan kadar asam asetat 1. Diukur asam asetat 10 mL 2. Diencerkan dalam 10 mL air 3. Dimasukkan 50 mL NaOH kedalam buret 4. Dimasukkan asam sitrat sebanyak 20mL kedalam labu erlenmeyer 5. Ditambahkan fenolftalein 2-3 tetes 6. Dititrasi dengan NaOH 1N, sampai terjadi perubahan warna ungu muda
BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1
Tabel Pengamatan
IV.1.1 Penetapan Kadar
Penetapan Kadar asam sitrat sampel
Asam Sitrat
titrat
V1
V2
Indikator
X
Perubahan warna Bening ke
20
1
1,1
1,05
Fenoftalein
ungu muda
Penetapan kadar asam asetat sampel
Asam Asetat IV.2
Vol. Titran (mL)
Vol.
Vol. Titran (mL)
Vol. titrat
V1
V2
Indikator
X
Perubahan warna Bening ke
20
23,4
24
23,7
Fenoftalein
muda
Perhitungan
IV.2.1 Kadar Asam Sitrat Diketahui
ungu
: - Volume NaOH - Normalitas NaOH
= 1,05 mL =1N
- Volume Asam Sitrat = 20 mL Ditanya
: Normalitas Asam Sitrat?
Penyelesaian
: V1.N1
= V2.N2
1,05 x 1 = 20 x N 2 N2
=
= 0,05 N
IV.2.2
% Kadar Asam Sitrat Diketahui
: Vtitran
= 1,05 mL
Ntitran
=1N
Vsampel = 20 mL Dit
: % Kadar NaOH ?
Penyelesaian
:
IV.2.3 pH Asam Sitrat Diketahui
Ditanya
: Asam sitrat
= 0,3 g
Mr asam sitrat
= 152
Ka
= 1,5 x 10 -4
: pH asam sitrat ….?
Penyelesaian : [H+] = √(ka x M ) m= =
= 0,002 mol M= =
= 0,1 M [H+] = √(1,5x10 -4 .1x10-1)
= √(15x10-6) = 3,87x10 -3 pH = - log [H +] = - log [3,87x10 -3]
= 3 - log 3,87 = 3 - 0,58 = 2,42 IV.2.4 Kadar Asam Asetat Diketahui
: - Volume NaOH (V 1)
= 23,7 mL
- Normalitas NaOH
=1N
- Volume Asam Asetat
= 20 mL
Ditanya
: Normalitas Asam Asetat?
Penyelesaian
: V1.N1
= V2.N2
23,7 x 1 = 20 x N 2 N
=
= 1,185 N IV.2.5
% Kadar Asam Asetat Diketahui
: Vtitran = 23,7 mL Ntitran = 1 N Volume sampel = 20 mL
Dit
: % Kadar NaOH ?
Penyelesaian
:
IV.2.6 pH Asam Asetat DIk
: Asam asetat
= 10 mL
Mr asam asetat = 60 Ka
= 1,8 x 10-5
Vair
= 10 mL
Dit
: pH asam asetat…?
Penyelesaian : mol = =
= 0,0002 mol M
= =
= 0,02 M [H+] = √(Ka x M) = √(1,8x10 -5 . 2x10 -2) = √(36x10-8) = 6x10-4 pH = - log [H +] = - log [6x10 -4] = 4 – log 6 = 4 – 0,8 = 3,2
IV.3
Reaksi-reaksi
Pembakuan NaOH dengan kalium biftalat KHC8H4O4 + NaOH
Titrasi asam basa (reaksi Asam sitrat dan Natrium hidroksida) C6H8O7 + NaOH
KNaC 8H4O4 + H2O
C6H7O7Na + H2O
Titrasi asam basa (reaksi Asam asetat dan Natrium hidroksida) CH3COOH + NaOH
CH 3COONa + H 2O
BAB V PEMBAHASAN V.1
Pembakuan NaOH 1N Dengan Kalium Biftalat 1N
Pada
praktikum
ini
pertama-tama
dilakukan
dulu
yaitu
pembuatan larutan NaOH 1N. Ditimbang dulu NaOH sebanyak 20 gram dan dilarutkan dengan air bebas CO 2. Menggunakan air bebas CO2 karena NaOH mudah bereaksi dengan CO 2, dan apabila dicampurkan dengan NaOH larutan akan mengkeruh (7). Selanjutnya pembakuan larutan NaOH 1N dengan kalium biftalat. Kalium biftalat ditimbang sebanyak 0.3 gram lalu dipanaskan pada suhu 150 o C kurang lebih selama 30 menit. Pengeringan ini ditujukan agar kalium biftalat yang digunakan tidak mengandung air (7). Kemudian diukur air bebas CO 2 sebanyak 75 mL. Lalu diaduk air bebas CO2 dengan kalium biftalat hingga homogen. Dipipet kalium biftalat sebanyak 3 tetes lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian dititrasi dengan indicator PP hingga berubah warna. Ditandai dengan perubahan warna ini menandakan bahwa pembakuan larutan NaOH 1N. V.2
Penetapan Kadar Asam Sitrat
Setelah itu percobaan alkalimetri, yaitu titrasi NaOH dengan asam sitrat. Asam sitrat ditimbang 300 mg, dan air bebas CO 2 diukur 100 mL, lalu keduanya dilarutkan hingga homogen. Dimasukkan 50 mL NaOH kedalam buret. Dimasukkan 20 mL asam sitrat kedalam labu erlenmeyer dan ditetesi fenolftalein 2-3 tetes. Ketika asam sitrat ditetesi dengan indikator PP larutan tidak berubah warna. Digunakan indikator PP karena jika menggunakan indikator lain maka trayek pHnya sangat jauh dari titik ekuivalen (1). Hal ini dikarenakan indikator PP tidak bereaksi dengan asam. Setelah dititrasi dengan NaOH 1N larutan berubah warna menjadi ungu, karena telah terjadi titrasi
sempurna. Sehingga indikator PP memberikan warna ketika NaOH mencapai titik ekuivalen, lalu dilakukan duplo. Volume titran NaOH yang keluar dari hasil titrasi yang pertama 1 mL yang kedua 1,1 mL. V.3
Penetapan Kadar Asam Asetat
Percobaan kedua yaitu titrasi antara NaOH dengan asam asetat. Asam asetat ditimbang 10 mL, dan air bebas CO 2 diukur 10 mL, lalu keduanya diencerkan. Dimasukkan 50 mL NaOH kedalam buret. Dimasukkan asam asetat 20 mL kedalam labu erlenmeyer dan ditetesi fenolftalein 2-3 tetes. Ketika asam asetat diberi indikator PP larutan tidak berubah wana, karena indikator PP tidak bereaksi dengan asam. Setelah dititrasi dengan NaOH 1N larutan berubah wana menjadi ungu, karena telah terjadi titrasi sempurna. Sehingga indikator PP memberikan warna ketika NaOH mencapai titik ekuivalen, lalu dilakukan duplo (1). Volume titran NaOH yang keluar dari hasil titrasi lebih banyak dari asam asetat, yang pertama 23,4 mL dan yang kedua 24 mL. Hal ini dikarenakan kadar asam dari asam asetat lebih besar daripada asam sitrat sehingga basa NaOH yang diperlukan agar dapat mencapai titik ekuivalen lebih besar (1).
BAB VI PENUTUP VI.1
Kesimpulan
1. Larutan NaOH dapat dibakukan menggunakan larutan baku primer kalium biftalat dengan penambahan indikator PP sampai terjadi perubahan warna 2. Kadar dan pH asam sitrat dapat ditetapkan menggunakan prinsip asam-basa 3. Kadar dan pH asam sitrat dapat ditetapkan menggunakan prinsip asam-basa VI.2
Saran
Kepada
penanggung
jawab
laboratorium
dapat
lebih
memperhatikan lagi kelengkapan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1) Gunawan
Zulkifli.
2012.
Laporan
Kimia
Dasar
II.
(http://www.barsnour.com/zulkifligunawan/laporankimiadasarii,
(online). diakses
tanggal 19 April 2013) 2) Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk untuk Universitas. Jakarta: Erlangga 3) Daintith, J.,1997.Kamus Lengkap Kimia. Erlangga: Jakarta 4) S, Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 3. Bandung: Bandung: ITB 5) Hardjono, S. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM 6) Khopkar, S M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia 7) Fathur.
2010.
Asidi-alkalimetri. Asidi-alkalim etri.
(online).
(http://www.scribd.com/doc/180047009/asidi-alkalimetri, diakses tanggal 19 april 2013) 8) Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 9) Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakrta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia