1.1 Pengertian Ranah Kognitif Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. 2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku
yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
1
Domain Kognitif Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6) a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk. b. Aplikasi (Application) Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram. c. Analisis (Analysis) Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
2
d. Sintesis (Synthesis) Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. e. Evaluasi (Evaluation) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dst Adapun kata kerja operasional pada ranah kognitif terdapat pada tabel 1.1 di bawah ini. Pengetahu
Pemaham
Penerapan Analisis
Sintesis
Penilaian
an (Cl)
an (C2)
(C3)
(C5)
(C6)
Mengutip
Memperkir Menugaska Menganali
Mengabstra
Memban-
a-kan Menyebut- Menjelask
(C4)
n
sis
ksi
dingkan
Mengurutk
Mengaudit
Mengatur
Menyimp
kan
an
Menjelask
Mengkateg Menentuka
Memecahk Menganima
an
o-rikan
n
an
si
Menerapka
Menegask
Mengumpul
Mengarah
n
an
-kan
-kan
Menggam- Mencirika bar
n
an
ul-kan Menilai
3
Menyesuai
Mendeteks
Mengkatego
Mengkriti
g
-kan
i
ri-kan
k
Mengident Mengasosi
Mengkalku Mendiagn
Mengkode
Menimba
Membilan
Merinci
la-si
o-sis
Memodifik
Menyeleks
Mengkombi
Memutus
ng-kan
a-si
i
na-sikan
-kan
Menunjuk
Menghitun
Mengklasif Memerinci
Menyusun
Memisah-
-kan
g
i-kasi
Memberi
Mengkontr
Menghitun
Menomina
label
a-sikan
g
si-kan
Memberi
Mengubah
Membangu Mendiagra
iflkasi
asi-kan
Mendaftar Membandi
ng
kan Mengarang
Mempred ik-si
Membangun
Memperj
indek
n
m-kan
e-las
Memasang Memperta-
Mengurut-
Mengkorel
Menanggula
Menuga-
-ngi
skan
-kan
hankan
kan
a-sikan
Menamai
Menguraik
Membiasa-
Merasional Menghubun
Menafsir-
an
kan
-kan
g-kan
kan
Menjalin
Mencegah
Menguji
Menciptaka
Mempert
n
a-hankan
Menandai
Membaca
Menyadap
Membedak Menentuka
Mencerah-
Mengkreasi
Memerin
an
n
kan
kan
ci
Mendiskus
Menggamb Menjelajah Mengoreksi
Menguku
i-kan
ar-kan
r
Menghafal Menggali
Mengguna- Mengemkan
Merancang
bangkan
Merangk um
Mencontoh Menilai
Menyimpu
Merencanak
Membukt
-kan
l-kan
an
i-kan
Menerangk Melatih
Menemuka Mendikte
Memvali
an
n
da-si
Mengulan
Mengemuk Menggali
Menelaah
g
a-kan
Menim
Mencatat
Meningkatk
Mengetes
an
4
Mereprod
Mempolak
Mengemuk Memaksim Memperjela
Menduku
uksi
an
a-kan
al-kan
s
ng
Meninjau
Memperlu
Mengadapt
Memerinta
Memfasilita
Memilih
as
a-si
h-kan
si
Menyimpu
Menyelidik Mengedit
l-kan
i
Memilih
Membentuk
ek-sikan
Menyatak
Meramalka Mengopera Mengaitka
Merumuska
an
n
si-kan
n
n
Mempelaj
Merangku
Memperso
Memilih
Menggenera
ari
m
al-kan
Mentabula Menjabark si
an
Mengkons
Memproy
li-sasi Mengukur
ep-kan
Menggabun g-kan
Memberi
Melaksana
Melatih
kode
-kan
Menelusur
Meramalka Mentransf
i
n
Menulis
Memprodu
Memadukan
Membatasi
er Mereparasi
k-si Memprose s Mengaitka
Menampilka
n
n
Mensuimul
Menyiapkan
a-sikan Memecahk
Memproduk
an
si
Melakukan
Merangkum
Mentabula
Merekonstru
si
k-si
Menyusun
5
Memprose s Meramalka n
1.2 ANALISIS STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN A. Standar Kompetensi (SK) 1. Pengertian Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK dapat didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civ¬ics Education, 1997:2). Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards),
dan
standar
penampilan
(performance
stan-dards).SK
yang
menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap SI. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran, yaitu:
pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui peserta
didik
dan
kemampuan
melakukan
sesuatu
dalam
mempelajari suatu mata pelajaran. 6
spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian.
SK merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. SK juga merupakan fokus dari penilaian, sehingga proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa peserta didik yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal. Dengan demikian SK diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam: a. melakukan suatu tugas atau pekerjaan b. mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan. c. melakukan respon dan reaksi yang tepat bila ada penyimpangan dari rancangan semula. d. melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam situasi dan kondisi yang berbeda
2. Penentuan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Perlu
diingat
kembali,
bahwa
kompetensi
merupakan
kebulatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan, atau ditampilkan oleh peserta didik sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka SK, adalah standar kemampuan yang harus dikuasai peserta didik untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai. Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan SK adalah: a. menganalisis SK menjadi beberapa KD;
7
b. mengurutkan KD sesuai dengan keterkaitan baik secara prosedur maupun hierarkis. B. Kompetensi Dasar (KD) 1. Pengertian Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugastugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dalam
kurikulum
kompetensi
sebagai
tujuan
pembelajaran
itu
dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indicator keberhasilan. Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain: 1. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif 2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu 3. Kemahiran (skill) 4. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang dibebankan kepadanya 5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu 6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan 2. Langkah-langkah penyusunan Kompetensi Dasar
8
Adapun dalam mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi. b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. d. Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun yang tidak operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada kelompok pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan kompetensi dasar. e. Sehingga langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut: Menjabarkan Kompetensi Dasar yang dimaksud. Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya. Mengkaji KD tersebut untuk mengidentifikasi indikatornya dan rumuskan indikatornya yang dianggap relevan tanpa memikirkan urutannya lebih dahulu juga tentukan indikator-indikator yang relevan dan tuliskan sesuai urutannya. Kajilah apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan KD nya, apabila belum lakukanlah analisis lanjut untuk menemukan indikator-indikator lain yang kemungkinan belum teridentifikasi. Tambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang teridentifikasi sebelumnya dan rubahlah rumusan yang kurang tepat dengan lebih akurat dan pertimbangkan urutannya. Langkah-langkah Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar sama yaitu :
9
a.
Mengkaji/memetakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1.
Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal
sebagai
berikut:
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamat
2.
Menentukan tema a.
Cara penentuan tema Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. a.
Prinsip Penentuan tema
10
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
Dari yang termudah menuju yang sulit
Dari yang sederhana menuju yang kompleks
Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
3.
Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
a.
Menetapkan Jaringan Tema Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
b.
Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan
dasar
dalam
penyusunan
silabus.
Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian. 11
c.
Penyusunan Rencana Pembelajaran Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran
dan
sumber
belajar
untuk
menguasai
kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian
a) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan
12
dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Kata kerja operasional (KKO) Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya).
Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja operasional indikator. Ranah: Kognitif : C1 s/d C6 ( Ranah: Afektif A1 s/d A5 Ranah: Psikomotorik P1 s/d P4
b) Mengidentifikasi materi pembelajaran Materi pokok adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrument penilaian yang disusun berdasarkan indicator pencapaian belajar. Tugas para pengembang materi
adalah
menjabarkan
materi
pokok
itu
dalam
materi
pembelajaran untuk memudahkan guru, sekaligus memberikan arah serta
cakupan
materi
pembelajarannya.
Selanjutnya
materi
pembelajaran atau pokok-pokok materi tersebut perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan. Urutan penyajian materi pembelajaran berguna untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya.
c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran Sebagai
tahapan
strategis
pencapaian
kompetensi,
kegiatan
pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan sistem paket, beban
13
belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA terdiri dari 45 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur memanfaatkan 0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka. Sementara itu bagi sekolah kategori mandiri yang menerapkan sistem kredit semester, beban belajarnya dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). 1 (satu) sks tingkat SMA terdiri dari 1 (satu) jam pelajaran (@45 menit) tatap muka dan 25 menit tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dengan demikian, pada sistem paket maupun SKS, guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
d) Menentukan jenis penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian. a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya 14
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
e) Menentukan alokasi waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam Alokasi waktu setiap Standard Kompetensi (SK) pada struktur kurikulum (Misalnya 100 jam) dibagi dengan jumlah komptensi dasar dengan memperhatikan tingkat kesulitan materi dan luas cakupan materi (per KD tidak harus memiliki alokasi waktu yang sama). Untuk menentukan TM (Tatap Muka), PS (Praktek Sekolah) dan PI (Praktek Industri) dapat dilihat dari kebutuhan masing-masing KD dengan acuan (tetapi tidak harus sama seperti pola berikut) : 1 Jam TM diakui setara 1 jam PBM 1 Jam PS diakui setara 2 Jam PBM
15
1 Jam PI diakui setara 4 Jam PBM f) Menentukan sumber belajar Menurut F. Persifal dan H. Elington dalam Rahadi (2005), pusat sumber belajar adalah tempat atau bangunan yang dirancang secara khusus untuk tujuan menyimpan, merawat, mengembangkan dan memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik untuk kebutuhan belajar secara individual maupun kelompok. Terdapat beberapa jenis sumber belajar. Menurut AECT (dalam Daryanto, 2009:81), ada enam jenis sumber belajar yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. 1.
Pesan yaitu informasi yang ditransmisikan atau ditruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data.
2.
Orang yaitu manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan seperti guru dan dosen
3.
Bahan yaitu sesuatu wujud tertentu yang mengandung pesan atau saran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri tanpa alat penunjang apapun.
4.
Alat
yaitu
sesuatu
perangkat
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. 5.
Teknik yaitu prosedur yang runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan belajar
secara
terkombinasi
dan
terkoordinasi
untuk
menyampaikan ajaran atau materi pelajaran. 6.
Lingkungan yaitu situasi di sekitar proses belajar mengajar terjadi baik lingkungan fisik maupun non fisik
C. Indikator 1. Pengertian.
16
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik. Sedangkan menurut E Mulyasa indicator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indicator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian. Sedangkan menurut Darwin Syah indikator pembelajaran adalah karakteristik, cirri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang dilakuakan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu. Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: 1. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; 2. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan 3. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah. Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu:
17
1. indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; 2. indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikator soal. Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Mekanisme Pengembangan Indikator a. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam SK dan KD. Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut. Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan.
Pengembangan
indikator
harus
mengakomodasi
kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan.
b. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan
18
dalam penilaian. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut: KELOMPOK MATA MATA PELAJARAN
ASPEK
PELAJARAN
DINILAI
Agama dan Ahlak Mulia Pendidikan Agama
Afektif dan Kognitif
Kewarganegaraan
Afektif dan Kognitif
dan Pendidikan
Kepribadian
Kewarganegaraan
Jasmani, Olahraga, dan Penjas Orkes
Psikomotorik,
Kesehatan
dan Kognitif
Estetika
YANG
Seni Budaya
Afektif
Afektif,
dan
Psikomotorik Ilmu Pengetahuan dan Matematika, IPA, IPS, Afektif, Kognitif, dan Teknologi
Bahasa, dan TIK
Psikomotorik
(sesuai
dengan karakter mata pelajaran)
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masingmasing mata pelajaran. Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu
19
mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional. Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
2. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk
dijadikan
bahan
pertimbangan
dalam
mengembangkan
indikator.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator. 3. Merumuskan Indikator Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: a) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
20
b) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik. c) Indikator
yang
dikembangkan
harus
menggambarkan
hirarki
kompetensi. d) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. e) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. f)
Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian
yang
mencakup
ranah
kognitif,
afektif,
dan/atau
psikomotorik.
D. Pengertian Tujuan Pembelajaran Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia. Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
21
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran . Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa: 3.
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran;
4.
Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: 1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; 2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; 3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; 4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi
22
mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia. Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran . Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang
akan
dibahas
selama
berlangsungnya
kegiatan
pembelajaran.
23
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu 1) perilaku terminal, 2) kondisi-kondisi dan 3) standar ukuran. Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: 1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; 2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan 3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima. Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: 1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik 2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat; dan 3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.
24
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
25
Contoh RPP ranah kognitif : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
Sekolah
: SMK NEGERI 99 PALEMBANG
Mata Pelajaran
: KIMIA Wajib
Kelas/Semester
:XI / 1
Materi Pokok
: Perubahan Entalpi Reaksi
Pertemuan Ke-
: 13
Alokasi Waktu
: 4 × 45 menit
A. Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkunagan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertidk secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
26
B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1.1 Menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya. 2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap disiplin, rasa percayadiri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah. 2.2 Mampu mentransformasi diri dalam berpilaku jujur, tangguh mengadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar kimia. 2.3 Menunjukkan sikap bertanggungjawab, rasa ingin tahu, jujur dan perilaku peduli lingkungan. 3.4 Memahami H reaksi berdasarkan hukum Hess 3.4.1 Menjelaskan definisi H reaksi hukum Hess 4.5 Menggunakan Hukum Hess untuk mengitung H suatu reaksi 4.5.1 Menjelaskan definisi H reaksi hukum Hess 4.5.2 Menyelesaikan operasi hitung H reaksi berdasarkan hukum Hess.
C. Tujuan Pembelajaran Saat pembelajaran berlagsung diharapkan siswa terlibat aktif, dan serta di akhir pembelajaran peserta didik diharapkan dapat : 1. Menjelaskan kembali defenisi H reaksi berdasarkan hukum Hess dari masalah-masalah atau objek dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Mengerjakan operasi hitung H reaksi berdasarkan hukum Hess. 3. Memecahkan masalah yang diberikan dalam menentukan hasil operasi hitung pada H reaksi berdasarkan hukum Hess. 4. Menerapkan materi operasi hitung H reaksi berdasarkan hukum Hess.
D. Materi Kimia
Hukum Hess
27
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi keadaan ΔH). Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah langkahlangkah yang dilakukan untuk mencapainya. Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan Persamaan reaksi si tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH). Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk produk dikurangi entalpi pembentukan reaktan. Secara matematis
.
28
Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum
.
Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi keseluruhan dari suatu proses hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, dan tidak tergantung kepada rute atau langkah-langkah diantaranya. Dengan mengetahui ΔHf (perubahan entalpi pembentukan) dari reaktan dan produknya, dapat diramalkan perubahan entalpi reaksi apapun, dengan rumus ΔH=ΔHfP-ΔH fR Perubahan entalpi suatu reaksi juga dapat diramalkan dari perubahan entalpi pembakaran reaktan dan produk, dengan rumus ΔH=-ΔHcP+ΔHcR
Contoh : 1. Contoh tabel yang digunakan untuk menerapkan hukum Hess Zat
ΔHfɵ /KJ.mol-1
CH4 (g) -75 O2 (g) 0 CO2 (g) -394 H2O (l) -286 Dengan menggunakan data entalpi pembentukan di atas dapat diketahui perubahan entalpi untuk reaksi-reaksi dibawah ini: CH4(g)+2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
29
ΔHcɵ+-75+0=-394+2x-286 ΔHcɵ-75=-966 ΔHcɵ=-891KJ.mol-1
2. Jika diketahui:
B2O3(s) + 3H2O(g) → 3O2(g) + B2H6(g) ΔH = +2035 kJ
H2O(l) → H2O(g) ΔH = +44 kJ
H2(g) + (1/2)O2(g) → H2O(l) ΔH = -286 kJ
2B(s) + 3H*2B(s) + (3/2)O2(g) → B2O3(s)
Persamaan-persamaan reaksi di atas (berikut perubahan entalpinya) dikalikan dan/atau dibalik sedemikian rupa:
B2H6(g) + 3O2(g) → B2O3(s) + 3H2O(g) ΔH = -2035 kJ
3H2O(g) → 3H2O(l) ΔH = -132 kJ
3H2O(l) → 3H2(g) + (3/2)O2(g) ΔH = +858 kJ
2B(s) + 3H2(g) → B2H6(g) ΔH = +36 kJ
Sehingga penjumlahan persamaan-persamaan di atas akan menghasilkan
2B(s) + (3/2)O2(g) → B2O3(s) ΔH = -1273 kJ
Konsep dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk menghitung perubahan fungsi keadaan lainnya, seperti entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini amat berguna karena besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara langsung, sehingga perhitungan dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu cara menentukannya. Untuk perubahan entropi:
ΔSo = Σ(ΔSfoproduk) - Σ(ΔSforeaktan)
ΔS = Σ(ΔSoproduk) - Σ(ΔSoreaktan).
30
Untuk perubahan energi bebas:
ΔGo = Σ(ΔGfoproduk) - Σ(ΔGforeaktan)
ΔG = Σ(ΔGoproduk) - Σ(ΔGoreaktan).
E. Model/Metode Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan saintifik (scientific). Strategi Pembelajaran
: Kooperatif Learning
Model Pembelajaran
: STAD
Metode Pembelajaran
: Ceramah, diskusi, tanya jawab, pengamatan dan
penugasan
F. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-13 Kegiatan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan 1. Melakukan
pembukaan
pembuka dan berdoa
Waktu dengan untuk
salam memulai
pembelajaran. 2. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin. Pendahuluan
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang 15 menit akan dicapai. 4. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari
Kegiatan Inti a. Mengamati
150 menit
31
1. Siswa
melakukan
mempelajari
pengamatan
materi
H
suatu
untuk reaksi
berdasarkan Hukum Hess yang terdapat pada buku pegangan siswa (hal 56-60). 2. Siswa diarahkan untuk mempelajari materi tersebut. b. Menanya 1. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi H suatu reaksi berdasarkan hukum Hess yang telah dipelajari dari buku pegangan siswa maupun dari sumber lain. 2. Siswa
diarahkan
untuk
mengajukan
pertanyaan tentang hal-hal yang belum diketahui dari materi yang dipelajari. c. Menalar 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok terdiri dari 4 orang. 2. Siswa
mendiskusikan
masalah-masalah
yang diberikan tentang operasi hitung pada matriks (hal 56 & 60). 3. Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong siswa semua untuk terlibat dalam diskusi. 4. Salah
satu
kelompok
diminta
untuk
menampilkan hasil diskusi didepan kelas dan kelompok yang lain menanggapi. 5. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi. d.
Mencoba 1. Siswa mencoba pada permasalahan lain atau
32
soal yang relevan yang terdapat dalam kelas atau lingkungan sekitar untuk mendapatkan pemahaman yang sama dalam menemukan operasi hitung pada matriks. e. Jejaring 1. Dengan tanya jawab guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai operasi hitung H pada suatu reaksi berdasarkan hukum Hess. 2. Guru memberikan soal yang terkait dengan operasi hitung pada matriks,siswa dan guru menyelesaikan kedua soal menggunakan strategi yang tepat
1. Siswa diminta menyimpulkan tentang H suatu reaksi berdasarkan hukum Hess. 2. Guru memberikan beberapa soal sebagai tugas / PR mengenai operasi hitung H suatu reaksi
Penutup
15 menit
berdasarkan hukum Hess. 3. Guru
mengakhiri
kegiatan
pembelajaran
dengan memberikan pesan untuk tetap belajar.
G. Alat/Media/Sumber Pembelajaran a. White Board b. Spidol c. Lembar penilaian
Sumber Pembelajaran a.
Buku Kimia Siswa ( hal : 56-60)
b.
Buku Kimia yang relevan 33
H. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian
: pengamatan, tes tertulis
2. Prosedur Penilaian
:
No
1.
Teknik
Aspek yang dinilai
Penilaian
Sikap
Pengamatan
a. Terlibat aktif dalam pembelajaran operasi
hitung
H
suatu
dalam
Penilai an Selama pembel ajaran
reaksi
dan
berdasarkan Hukum Hess. b. Bekerjasama
Waktu
saat
kegiatan
diskusi
kelompok. c. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 2.
Pengetahuan a. Menjelaskan kembali definisi H Pengamatan suatu reaksi berasarkan Hukum Hess.
dan tes
b. Menentukan hasil operasi hitung H suatu
reaksi
berdasarkan
Hukum
Penyele saian tugas individ u
Hess.
dan
kelomp ok 3.
Keterampilan a. Terampil menerapkan konsep/prinsip Pengamatan
Penyele
dan strategi pemecahan masalah yang
saian
relevan yang berkaitan dengan operasi
tugas
hitung
(baik
H
pada
suatu
berdasarkan hukum Hess.
reaksi
individ u
34
No
Aspek yang dinilai
Teknik Penilaian
Waktu Penilai an maupun kelomp ok) dan saat diskusi
I.
Instrumen Penilaian Hasil belajar Tes tertulis 1. Hitunglah Nilai ΔHcɵ pada data yang diberikan pada tabel di bawah ini!
Zat
ΔHfɵ /KJ.mol-1
CH4 (g) -90 O2 (g) 0 CO2 (g) -255 H2O (l) -190
2. Diketahui reaksi: S + O2 → SO2 2SO2 + O2 → 2SO3 (g)
ΔH = − 71 kkal ΔH = − 47 kkal
Tentukan ΔH untuk reaksi S + 3/2O2 → SO3 !
3. Sebutkan dan Jelaskan bunyi dari Hukum Hess!
35
Kunci Jawaban :
1. Diketahui : CH4 (g) = -90 KJ.mol-1 O2 (g) = 0 KJ.mol-1 CO2 (g) = -255 KJ.mol-1 H2O (l) = -190 KJ.mol-1
Ditanya : ΔHcɵ = .................? CH4(g)+2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l) ΔHcɵ+-90+0=-255+2x-190 ΔHcɵ-90=-445 + 2x ΔHcɵ-90 + 445 = 2x ΔHcɵ + 355 = 2x ΔHcɵ = - 355/ 2x ΔHcɵ= -177, 5 KJ.mol-1
2. Diketahui :
S + O2 → SO2
2SO2 + O2 → 2SO3 (g)
ΔH = − 71 kkal ΔH = − 47 kkal
Ditanya : H pada reaksi S + 3/2O2 → SO3! Penyelesaian :
Reaksi dibagi 2 36
3. Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi keadaan
H).
Hukum
Hess
menyatakan
bahwa
perubahan entalpi keseluruhan dari suatu proses hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, dan tidak tergantung kepada rute atau langkah-langkah diantaranya.
ATURAN PENSKORAN TES TERTULIS NO
SKOR
SOAL
MAKSIMAL
KETERANGAN
Skor
* Jika jawaban lengkap dan 40 1.
40
benar * Jika jawaban kurang lengkap
20 10
* Jika menjawab dengan salah * Jika jawaban lengkap dan 40 2.
40
benar
20
* Jika jawaban kurang lengkap
10
* Jika menjawab dengan salah * Jika jawaban lengkap dan 20 3.
20
benar
10
* Jika jawaban kurang lengkap
5
* Jika menjawab dengan salah
37
Jumlah Skor
Mengetahui
100
Palembang,
Juli 2013 Kepala Sekolah
Guru
mata
pelajaran
Drs. H. Ibrahim, M.T
Ovita Laura,
S.Pd
38
LEMBAR KERJA KELOMPOK MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS
: XI ( ............................)
MATERI AJAR
: Perubahan Entalpi Reaksi
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : ………………............................................................................................................ ....................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ..................................................................................................
Petunjuk : - Sebelum kamu mengerjakan tugas kelompok, bacalah permasalahan tentang Perubahan Entalpi Rekasi berdasarkan Hukum Hess di buku siswa halaman 5660. -. Isilah titik-titik dibawah ini. 1. Sebutkan dan Jelaskan pengertian H berdasarkan Hukum Hess! ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ......................................................................................................................... 2. Gambarkan dan Jelaskan diagram Hess pada data berikut ini ! 2C(s) + 2O2(g)
-788 kJ
2CO2(g)
- 566 kJ
39
2CO(g) + O2(g)
- 222 kJ
............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............. 3. Jika diketahui:
B2O3(s) + 3H2O(g) → 3O2(g) + B2H6(g) ΔH = +2035 kJ
H2O(l) → H2O(g) ΔH = +44 kJ
H2(g) + (1/2)O2(g) → H2O(l) ΔH = -286 kJ
2B(s) + 3H*2B(s) + (3/2)O2(g) → B2O3(s)
Hitunglah penjumlahan persamaan reaksi-reaksi diatas! .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. ..............................................................................
40
Pada dasarnya RPP kurikulum 2013 mengandung semua aspek, dari kogntif, afektif, dan psikomotor. Tapi pada RPP ini pada indikator dan tujuan pembelajaran sudah bisa terlihat kata Menjelaskan yang merupakan kata kerja operasional ranah kognitif.
41
1.3 Kesimpulan Setiap penyusunan RPP, untuk Analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran dan Indikator harus sesuai dengan Ranah Kognitif. Karena dalam proses pembelajaran yang diajarkan adalah Ilmu Pengetahuan yang sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran dan Indikator yang sudah ditentukan.
42
Daftar Pustaka
Anonim.
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom#Domain_Kognitif diakses pada tanggal 20 November 2013 2012. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Anonim.
http://mgmpjawapemalang.wordpress.com/2012/09/30/analisis-standar kompetensi-dan-kompetensi-dasar/ diakses pada 20 November 2013 Irawan,
Donny.
2013.
Pemetaan
Kompetensi
Dasar.
http://sertifikasi-
inpasing.com/2013/09/pemetaan-kompetensi-dasardasar_8724.html?m=1 diakses pada 20 November 2013 Sudrajat, Akhmad. 2009. Tujuan Pembelajaran Sebagai Komponen Penting Dalam
Pembelajaran.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaransebagai-komponen-penting
-dalam-pembelajaran/
diakses
pada
20
November 2013 Sudrajat,
Akhmad.
Pengembangan
2009.
Indikator.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/pengembanganindikator/ diakses pada 20 November 2013 Supeksa, Ketut. 2012. Daftar Kata Kerja Ranah Kognitif (C1-C6), Afektif (A1A5),
dan
Psikomotorik
(P1-P4).
http://supeksa.wordpress.com/2012/12/10/daftar-kata-kerja-ranah-kognitifc1-c6-afektif-a1-a5-psikomotor-p1-p4/ diakses pada 20 November 2013
.
43
Tanya Jawab
1. Zoelistian (Kelompok 1) Hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan indikator? Dijawab oleh Novan Dwinata : Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: 1. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; 2. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan 3. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
2. Euis Wulan Novita (Kelompok 2) Apa saja keuntungan dan kerugian yang diperoleh dalam penuangan tujuan pembelajaran, dan apa hubungan ABCD dalam penganalisian SK, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran? Dijawab oleh Sisko Amirudin : Keuntungan dari penuangan tujuan pembelajaran yaitu tercapainya proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum, dan kerugiannya adalah kurangnya sarana dan prasarana, serta kemampuan guru untuk
mengembangkan
pembelajaran,
dan
ketidaksiapan
guru
dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan kurikulum. Dan dalam Analisis SK, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran tentu ABCD ( Audience, Behavior, Condition, Degree) ada hubungannya. Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar
44
perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
3. Tri Maryati (Kelompok 5) Berikan contoh SK, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran Ranah Kognitif! Dijawab oleh Ovita Laura : Penganalisisan itu sebenarnya hanya dilakukan pada indikator dan tujuan pembelajaran karena SK dan KD sudah ditentukan dari pusat. Contoh Indikator ranah kognitif itu : Menjelaskan Konstruksi dan Cara kerja Motor Bakar 2 tak dan 4 tak. Pada Indikator ini terdapat kata menjelaskan yang pada tabel kata operasional termasuk kata kerja ranah kognitif. Tujuan pembelajaran ranah kognitif :
Setelah mempelajari pelajaran ini siswa diharapkan mampu:
Menjelaskan siklus motor 2 dan 4 langkah Dan bisa kita lihat juga terdapat kata menjelaskan yang termasuk kata kerja operasional ranah kognitf.
4. Ardiansyah (Kelompok 2) Tolong jelaskan proses analisis SK, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran ranah kognitif! Dijawab oleh Erik Hidayat :
45
Penganalisisan hanya pada indikator dan tujuan pembelajaran saja, karena SK dan KD diturunkan dari pusat. Untuk proses penganalisisan tentu yang pertama kita melihat silabus, apa isi dari cakupan indikator dan tujuan pembelajaran, lalu dituangkan ke rpp, di rpp kita bisa melihat aspek apa yang ditujukan, apakah itu aspek kognitif, afektif, ataupun psikomotor.
5. Juneri Sinambela (Kelompok 4) Apakah kata kerja operasional ranah kognitif harus digunakan pada SK, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran? Dijawab oleh Maulana : Ya tentu, hal itu ditujukan agar guru maupun siswa mengetahui apa yang harus dituju dan dicapai dalam suatu pembelajaran.
46