BAB I PENDAHULUAN
A. La Lata tarr Bela Belaka kang ng
Untuk dapat menuliskan resep yang tepat dan rasional seorang dokter harus memiliki cukup pengetahuan dasar mengenai ilmu-ilmu farmakologi yaitu tentang farmakodinamik, farmakodi namik, farmakokinetik, farmakokinetik, dansifat dansifat-sifat -sifat fisiko kimia obat yang diberikan. Oleh karena kare na itu dokt dokter er mem memaink ainkan an pera peranan nan pent penting ing dal dalam am prose prosess pel pelaya ayanan nan kese kesehata hatann khususnya dalam melaksanakan pengobatan melalui pemberian obat kepada pasien.(1) Kejadiann penulisa Kejadia penulisann resep yang tidak rasional dilaporkan dalam suatu penelit penelitian ian oleh Oviave (1989) yaitu 74,3 % disebabkan oleh penulisan resep yang tidak esensial, dalam suatu survey mengenai polifarmasi pada pasien di rumah sakit dilaporkan terjadi insidensi efek samping, karena adanya kemungkinan interaksi obat. Pemberian obat lebih dari satu macam yang lebih dikenal dengan polifarmasi ini disamping dapat memperkuat kerja obat (potensiasi) juga dapat berlawanan (antagonis), mengganggu absorbsi abso rbsi,, mem mempeng pengaruh aruhii dist distribus ribusi,i, mem mempeng pengaruh aruhii met metabol abolisme isme,, dan men mengga gganggu nggu ekskresi obat yang disebabkan oleh terjadinya interaksi obat. Yang dimaksud dengan interaksi obat ialah reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia (obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat. Dapat terjadi peningkatan kerja obat, pengurangan kerja obat atau obat sama sekali tidak menimbullkan efek. Interaksi obat yang terjadi di dalam tubuh yaitu interaksi interak si farmakoki farmakokinetik netik dan farmakod farmakodinamik inamik sering kali lolos dari pengamat pengamatan an dokter karena kurangnya pengetahuan dari mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, selain itu kurangnya pengetahuan dokter mengenai farmakologi (farmakodinamik dan farmakokinetik) farmakokinetik) suatu obat dapat mengakibatkan mengakibatkan tidak rasionalny rasionalnyaa penulisa penulisann resep jika ditinjau ditinjau dari interaksi obat yang terjadi, terjadi, keadaan ini akan akan mengakibatkan mengakibatkan kerugian pada pihak pasien yang dapat berujung berujung kepada kepada kematian(1) kematian(1) B. Defin Definisi isi dan Arti Arti Rese Resep p Definisi
1
Menurut Menurut SK. Mes. Mes. Kes. Kes. No. 922/Me 922/Men.Ke n.Kes/ s/ l.h menyeb menyebutka utkann bah bahwa wa resep resep adalah permintaan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku.(2) Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.(3) Arti Resep
1.
Dari
definisi
tersebut
maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter (penuli (penuliss resep), resep), APA (apoteke (apotekerr peny penyedia edia/pem /pembuat buat obat), obat), dan pen penderi derita ta (yang menggunakan obat). Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka isi resep resep merupaka merupakann refleksi refleksi/peng /pengeja ejawant wantahan ahan proses proses peng pengobat obatan. an. Aga Agarr peng pengobat obatan an berhasil, resepnya resepnya harus harus benar dan rasional.(2) rasional.(2)
A.
Kertas Resep
Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar 10-12 cm dan panjang panjang 15-18 15-18 cm. Untuk Untuk doku dokume mentas ntasi,i, pemberi pemberian an obat kep kepada ada pend penderit eritaa mema memang ng seharu seharusny snyaa denga dengann rese resep; p; permi permint ntaan aan oba obatt mela melalu luii tele telepon pon hen henda dakny knyaa dihindarkan. (4) Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, antara antara lain lain dengan menuliskan menuliskan resep resep palsu meminta meminta obat obat bius. .(4) .(4) Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor urut pembuatan pembuatan serta disimpan disimpan sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah Setelah lewat tiga tahun, tahun, resep-rese resep-resepp oleh oleh apotek apotek boleh boleh dimusna dimusnahkan hkan deng dengan an membuat membuat berita berita acara acara
2
pemusnahan pemusnahan seperti diatur diatur dalam SK.Menkes SK.Menkes RI no.270/MenKes/S no.270/MenKes/SK/V/1 K/V/1981 981 mengenai penyimpanan penyimpanan resep di di apotek.(4) apotek.(4) B.
Model Re Resep yang Le Lengkap
Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas (4) 1.
Nama Na ma dan dan ala alama matt dok dokte terr sert sertaa nomo nomorr sura suratt izi izinn prak prakte tek, k, dan dan dap dapat at pul pulaa
dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek. 2.
Nama ama kkot otaa se serta rta tan tangg ggal al rese resepp itu itu dit ditulis ulis ole olehh ddok okte ter. r.
3.
Tand Tandaa R/, R/, sing singka kata tann dari dari reci recipe pe yang yang bera berart rtii “har “harap ap diam diambi bil” l”
(superscriptio). Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya jumlahnya
4.
(inscriptio) a)
Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :
• Remedium
cardinale cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat pokok
ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari beberapa bahan. • Remedium
adjuvans, adjuvans, yaitu yaitu bahan bahan yang yang memba membantu ntu kerja kerja ob obat at pok pokok ok;;
adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep. •
Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna atau
bau obat (corrigens (corrigens saporis, saporis, coloris coloris dan odoris) odoris) •
Constituens atau vehikulum, seringkali seringkali perlu, terutama terutama kalau resep berupa
komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya konstituens obat minum air. b)
Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat
untuk bahan padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan (tetes, milimeter, liter). Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang dimaksud ialah “gram”
3
5.
Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (subscriptio)
misalnya f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat berupa puyer. 6.
Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya nya ditulis dengan
singkat singkatan an bahasa bahasa Latin. Latin. Aturan Aturan pakai pakai ditanda ditandaii deng dengan an signatu signatura, ra, biasanya biasanya disingkat S. 7.
Nama penderita di belakang
kata Pro : mer merupak pakan identi ntifikasi
penderita, penderita, dan sebaiknya dilengkapi dilengkapi dengan alamatnya alamatnya yang akan memudahkan memudahkan penelusuran penelusuran bila terjadi terjadi sesuatu sesuatu dengan obat obat pada penderita. penderita. 8.
Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang
menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep obat suntik suntik dari golonga golongann Narkotika Narkotika harus harus dibubuh dibubuhii tanda tanda tangan tangan lengkap lengkap oleh oleh dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup dengan paraf saja. C.
Seni Seni dan dan Kea Keahl hlia ian n Men Menul ulis is Rese Resep p yan yang g Tep Tepat at dan dan Ras Rasio iona nall
Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obatt dan kemu oba kemungk ngkina inann komb kombin inasi asi oba obat, t, atau ataupun pun variab variabel el pen pender derit itany anyaa secar secaraa individual.(2) Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima tepat, ialah sebagai berikut (5): 1.
Tepat obat;
obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko, rasio
antara manfaat dan harga, dan rasio terapi. 2.
Tepat dosis;
dosis ditentukan oleh faktor obat (sifat kimia, fisika, dan toksisitas),
cara pemberian obat (oral, parenteral, rectal, local), factor penderita (umur, berat badan, jenis kelamin, kelamin, ras, toleransi, toleransi, obesitas, sensitivitas sensitivitas individu individu dan patofisiologi). patofisiologi).
4
3.
Tepat ben bentu tuk k sed sedia iaa an oba obat; t;
menentukan bentuk sediaan berdasarkan efek terapi
maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis, dan harga murah. 4.
Tepa Te patt cara cara da dan wak waktu tu pen peng gguna gunaan an oba obat; t;
obat dipilih berdasarkan daya kerja
obat, bioavaibilitas, serta pola hidup pasien (pola makan, tidur, defekasi, dan lainlain). 5.
Tepat pe penderita;
obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu bayi, anak-
anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi. Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut (4)
Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan
Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain
Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu
Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki
Menin Meningk gkat atnya nya ong ongko koss pen pengo gobat batan an bag bagii pen pende derit ritaa yang yang sebet sebetul ulnya nya dapat dapat dihindarkan.
5
BAB II ANALISIS RESEP
2.1. Resep
6
Keterangan Resep Poliklinik
: Kulit dan Kelamin RSUD ULIN Banjarmasin
Tanggal
: 26 Maret 2012
Nama Pasien Pasien
: Ny. H
Umur
: 39 tahun
7
No. RMK RMK
: 98-45-55
Alamat
: Jl. Kampung Melayu Darat RT 4, Banjarmasin
Keluhan Utama
: Bercak putih diwajah
Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan adanya bercak warna keputihan di daerah wajahnya. Diagnosis
: Vitiligo
8
2.2
Analisis Resep
9
2.2.1. Penulisan Resep
Tulisan obat pada resep cukup jelas terbaca walaupun masih ada tulisan yang kurang jelas. Pada penulisan signatura atau aturan pakai cukup jelas terbaca. Tulisan yang tidak jelas dapat menimbulkan salah persepsi atau keraguan bahkan kekeliruan dalam membaca resep oleh apoteker atau asisten apoteker. Pada penulisan resep yang benar tulisan harus dapat dibaca dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian pemberian obat. Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya ± 11 cm dan panjangnya ±
21 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-12 cm dan panjang 15-18
cm.4 Berdasarkan ketentuan tersebut, ukuran kertas yang digunakan pada resep ini, lebarnya sudah ideal tapi masih terlalu panjang. Resep sudah ditulis dengan bahasa latin sehingga sudah memenuhi kriteria resep yang benar. 2.2.2 Kelengk Kelengkapa apan n Resep Resep
1.
Pada Pada resep resep ini ini ide identi ntita tass dokte dokterr berupa berupa nama nama dokte dokterr sudah sudah dica dicantu ntumk mkan, an,
namu namunn nama nama Ru Ruma mahh Saki Sakit, t, no tele telepo pon, n, jam jam prak prakte tek, k, sert sertaa SIP SIP tida tidak k dicantumkan. 2.
Tang Tangga gall dan bula bulann pen penul ulis isan an rese resepp sudah sudah ditul ditulis is oleh oleh do dokt kter er pemb pembua uatt
resep dan ditulis di tempat yang benar. 3.
Tanda Tanda R/ R/ juga juga suda sudahh terca tercantu ntum m pada pada rese resepp ini (supe (supersc rscrip ripti tio). o). Tand Tandaa R/
yang merupakan singkatan dari recipe tidak ditulis dengan jelas, kecuali tanda R/ yang pertama. 4.
Inscriptio
Jenis/bahan obat dalam resep ini terdiri dari :
Remedium Cardinale Cardinale atau obat pokok yang digunakan
adalah hidrokortison 2 ½ %
Remedium Adjuvans atau obat tambahan yang digunakan
dalam resep ini adalah astin force sebagai antioksidan.
10
Constituens atau vehikulum. Juml Jumlah ah dari dari ob obat at yang yang
diberikan adalah 2 tube dan 30 tablet. Penulisan dalam resep ini sudah benar yaitu yaitu dalam angka angka romawi. romawi. 5.
Subsciptio
Cara pembuatan resep sudah dicantumkan. Signatura Pada resep ini tanda signatura telah dicantumkan dengan huruf s yang kurang jelas dibaca. dibaca. 6.
Identitas Pa Pasien
Nama penderita dan umur sudah dicantumkan dicantumkan tetapi berat badan dan alamat pasien tidak dicantumkan. dicantumkan. Seharusnya identitas identitas penderita penderita ditulis ditulis lengkap sehingga mudah menelusuri bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita. Misalnya saja, alamat tetap harus ditulis untuk menghindari kemungkinan tertukar dengan pasien lain yang memiliki nama sama. Selain itu, karena pasien ini adalah pasien anak, maka perlu dicantumkan dicantumkan umur dan berat badan pasien untuk untuk menghitung menghitung dosis dosis yang diperlukan. diperlukan. 7.
Keabsahan Resep
Kertas resep yang digunakan di sini adalah kertas resep umum rumah sakit. Resep dokter rumah sakit/klinik/ sakit/klinik/poliklin poliklinik, ik, dikatakan sah jika terdapat terdapat nama dan alamat rumah sakit/klinik/poliklinik, nama dan tanda tangan dokter/paraf dokter penulis resep tersebut serta bagian/unit di rumah sakit. Pada resep ini tanda tangan/paraf dokter pada setiap obat yang diberikan sudah dicantumkan 8.
Penutup resep
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penambahan resep sendiri oleh pasien maka resep harus ditutup. Pada resep yang dibahas ini, tidak dicantumkan penutup resep sehingga menjadi kurang lengkap.
11
2.2.3. Keabsahan Keabsahan Resep
Kertas resep yang digunakan di sini adalah kertas resep dokter rumah sakit. Resep dokter rumah sakit/klinik/ sakit/klinik/poliklin poliklinik, ik, dikatakan sah jika terdapat terdapat nama dan alamat rumah sakit/klinik/poliklinik, nama dan tanda tangan dokter/paraf dokter penulis resep tersebut serta bagian/unit di rumah sakit. Pada resep ini tanda tangan/paraf dokter pada setiap obat yang diberikan sudah dicantumkan 2.2.4. Dosis Obat, Frekuensi, Lama dan Waktu Pemberian Obat yang Digunakan 9. Hidr Hidrok okor orti tiso son n 2,5 2,5 %
Hidroko Hidrokortis rtison on 2,5 % adalah adalah antiinfl antiinflama amasi, si, anti anti alergi alergi dan antiprur antipruritus itus pada penyakit kulit. Merupakan Merupakan golongan golongan kortikosteroi kortikosteroidd topical. topical. Indikasi
Kortikosteroid bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal. Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid adalah psoriasis, dermati dermatitis tis atopik, dermat dermatitis itis kontak, dermati dermatitis tis seboroik, neuroderm neurodermatitis atitis sirkumkripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan dermatitis solaris (fotodermatitis) (6). Tingkat daya kerja
Atas dasar aktivitasnya kortikosteroid lokal dapat dibagi dalam 4 tingkat dengan urutan potensi yang meningka meningkat.t. Dalam tabel 1 sediaan digolongkan digolongkan atas dasar kadar standarnya; pada kadar yang lebih rendah, kekuatannya menurun ke tingkat yang lebih rendah, misal misalnya nya triamsinolon 0,1 % termasuk tingkat 2, tetapi triamsinolon 0,05 % menurun ke tingkat 1 (6).
12
Tabel 4.Tingkatan potensi dari sejumlah glukokortikoid pada penggunaan dermal (7)
Potensi Daya Kerja
Nama Obat
Lemah
Hidrokortison asetat 1%
Metilprednisolon asetat 2,5%
Sedang
Deoksimetason + salisilat 0,25%
Dexametason 0,04%
Hidrokortison butirat 0,1%
Hidrokortison valerat 0,2%
Flukortolon pivalat 0,25%
Flumetason pivalat 0,02%
13
Fluosinolon asetonida 0,025%
Flupredniden asetat 0,1%
Klobetason butirat 0,05%
Triamsinolon asetonida 0,1%
Betametason valerat 0,1%
Desonide 0,05%
Aklometason 0,05%
Kuat (poten)
Beklometason dipropionat 0,025%
Betametason valerat 0,1%
Betametason dipropionat 0,05%
14
Budesonida 0,025%
Diflukortolon valerat 0,1%
Flukortolon asetonida 0,025%
Flutikason propionate 0,05%
Halometason 0,05%
Halsinonida 0,1%
Mometason furoat 0,1%
Prednikarbat 0,25%
Sangat kuat (superpoten)
Klobetason propionate 0,05%
Betametason dipropionat 0,05%
15
Diflorosan diasetat 0,05%
Halobetasol propionate 0,05%
Sekian Sek ian bany banyak ak sedi sediaan aan kort kortikos ikostero teroid id topi topikal kal ama amatt suka sukarr dipe diperban rbanding dingkan. kan. Aktivitasnya tidak hanya tergantung dari tingkatan kerjanya, melainkan juga dan daya penetrasinya penetrasi nya ke dalam kulit dan dan basis salep/krim salep/krim yang digunakan. digunakan. Misalnya Misalnya obat dalam bentuk salep lebih baik penetras penetrasinya inya daripada krim, karena bertaha bertahann lebih lama diatas kulit. Pene Penetrasi trasi dapat pula ditingkatka ditingkatkann (leb (lebih ih dari 10 kal kali) i) deng dengan an jal jalan an okl oklusi usi,, yak yakni ni menutup bagian kulit dengan sehelai plastik. Atau dengan jalan menambahkan zat-zat tambahan seperti urea (10%), asam salisilat (3%), asam laktat (2%), dan propilenglikol (10%). Zat-zat keratilitis ini melepaskan atau menghidratasi selaput tanduk kulit dengan efek meningkatnya penetrasi, resopsi dan efeknya (7).
Resorpsi obat juga tergantung dari daerah tubuh di mana salep diolesi, seperti dalam tabel 5. Di sini resorpsi hidrokortison dari lengan bawah (sekitar 1% dari dosis yang digunakan) dibandingkan dengan resorpsinya di bagian-bagian tubuh lain (7). Tabel 5. Perbandingan resorbsi hidrokortison dari kulit di berbagai daerah tubuh (7) Lengan bawah 1,0
Kepala 3,5
Tangan (telapak) 0,83
Ketiak 3,6
16
Kaki (telapak) 0,14
Muka 6,0
Pergelangan kaki 0,42
Rahang bawah 13,0
Punggung 1,7
Skrotum 42,0
Pada dasarnya terapi gangguan kulit dimulai dengan obat-obat klasik, seperti mentol, ZnO, titanoksid, resorsin, ichtiol, dan ter. Bila obat-obat ini kurang efektif, barulah digunaka digunakann suatu kortikoste kortikosteroid roid lemah (tingkat 1) yakni hidrokort hidrokortison ison 1 %, misalnya pada berbagai bentuk ekzem, prurigo, gatal-gatal dan dermatitis popok, juga pada sengatan tawon, guna mengurangi mengurangi reaksi radang dan alergi. Bila efeknya kurang memuaskan dapat beralih ke zat-zat tingkat 2, misalnya triamsinolon 0,1 % pada ekzem kontak/alergis dan ekzem konstitusional (atopis) (7). Zat-zat tingkat 3 dan 4 berkhasiat antimitotis, artinya menghambat menghambat pembelahan pembelahan sel (mitosis). (mitosis). Maka obat ini lebih ampuh untuk gangguan yang berkaitan berkaitan dengan pertumbuhan sel berlebihan, seperti psoriasis, begitu pula pada ekzem dengan timbulnya lichen dan lupus discoid. Zat-zat tingkat 4 hanya digunakan bila obat-obat tingkat 3 tidak efektif lagi; resiko akan efek samping lokal atau sistemis lebih besar. Maka pada dasarnya pengobatan hendaknya dilakukan sesingkat mungkin (7). Kortikost Kortikosteroi eroidd ditimb ditimbun un di lapis lapis tanduk tanduk dari epidermi epidermiss dan dan dari dari depot depot ini dilepaskan ke lapisan dalam selama 24-36 jam. Maka itu telah dikembangkan kebijakan terapi dalam dua fase sebagai berikut (7): a. peny penyem embu buha han: n:
salep diolesi 2-3 kali sehari dengan sediaan tingkat 1-3, guna
secepat mungkin mengendalikan penyakit, selama 1-2 minggu. Sebaiknya digunakan salep yang diolesi secukupnya secara kontinu tanpa interupsi. b. Pem emel elih ihar araa aan n guna
menghindarkan kambuhnya gangguan.
17
Bila penggunaan obat yang berkhasiat kuat dihentikan, hendaknya jangan secara mendadak, terlebih pula setelah pengobatan lama. Sebaiknya penanganan diakhiri dengan salep berkhasiat lemah (hidrokortison) atau salep netral (7).
Efek Samping
Efek samping khususnya dapat terjadi pada bagian kulit yang peka dan berupa atrop atropii dan dan stria striae, e, perada peradanga ngann sekit sekitar ar mulut mulut dan dan benjo benjola lann akiba akibatt tele teleang angie iekta ktasis sis.. Penambahan bahan tertentu pada kortikosteroid berdaya mencegah timbulnya striae, tetapi tetapi membaw membawaa efek efek samping samping lain. lain. Penyem Penyembuha buhann luka/ul luka/ulkus kus dihamba dihambat,t, akne dan rosacea (eritema di muka) dapat diperhebat, sedangkan infeksi mikroorganisme dan jamur dapat tersamar tersamar (berlangsung (berlangsung tanpa gejala). gejala). Dapat juga terjadi hipertrikosis hipertrikosis setempat setempat,, hipopig hipopigmen mentasi tasi,, serta serta memudah memudahkan kan terjadin terjadinya ya infeksi infeksi dan meluas. meluas. Pada penggunaan penggunaan terlalu lama di kelopak mata atau sekitarnya kortikosteroid kortikosteroid dapat mengakibatkan glaukoma dan keratitis herpetica (7,8). Efek samping sistemis jarang terjadi bila anjuran di atas diperhatikan. diperhatikan. Resiko diperbesar bila sediaan digunakan dalam jumlah besar, lebih dari 30-50 g seminggu, pada permukaan permukaan luas selama jangka waktu lama, dan khususnya pada obat-obat yang beke be kerj rjaa kuat ku at.. Begi Be gitu tu pula pu la bila bi la obat ob at digu di guna na kan ka n di bawa ba wahh plas pl asti tikk (okl (o klus usi) i) atau at au dikombinasi dengan keratolitika atau zat-zat hidratasi, terutama di bagian kulit dengan resorpsi baik (8). Agar aman, dosis yang dianjurkan adalah jangan melebihi 30 g sehari tanpa oklusi. Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan pemakaiannya pemakaiannya terbatas terbatas pada lesi lesi yang persisten persisten (8).
18
Kontraindikasi
Sediaan kortikosteroid lokal tidak boleh digunakan pada gangguan kulit akibat infeksi kuman, virus, jamur, atau parasit, juga tidak pada skabies, akne dan borok (7,8). Pada mata, kortikosteroid tidak boleh diigunakan pada penyakit konjungtivitis karena bakteri, virus, atau jamur, karena obat ini dapat menimbulkan masking effect sehingga infeksi dapat terus menjalar ke dalarn dan menimbulkan kebutaan. Ini sering terjadi pada pemberian kombinasi dengan antibiotik. Obat ini juga tidak boleh diberikan pada herpes simpleks mata (dendritis keratitis), karena dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan kekeruhan kornea yang menetap (8) hidrokortison: kortisol, 17-alfa-kortikosteron, Solu-Cortef.
Hormon adrenal utama ini (1952) terutama berkhasiat terhadap metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, serta relatif ringan terhadap metabolisme mineral dan air. Secara lokal banyak dipakai dalam salep/krim 1-2 % (asetat) atau 0,1 % butirat, butirat, juga dalam tetes mata dan telinga (1 % asetat). Pada dosis biasa tidak tidak menimbulkan menimbulkan efek efek samping (2). 10. Asthin Asthin force force
Asthin Force, Mengandung Bahan Aktif Natural Astaxanthin Astaxanthin 4 Mg. Astaxanthin merupakan karotenoid alami, memiliki kekuatan antioksidan yang jauh lebih poten dibandingkan antioksidan lain yang sudah dikenal seperti vitamin E dan C. Senyawa ini lebih kuat 550 kali dibandingkan vitamin E dan 40 kali lebih kuat dibandingkan beta karote karotenn dalam dalam mengi mengikat kat singl singlet et oksig oksigen. en. Un Untu tukk meng mengham hambat bat perok peroksid sidasi asi lipid lipid,, astaxanthin bahkan lebih kuat dibandingkan vitamin E. Astaxanthin bisa ditemukan di mikroalga yang hidup di perairan seluruh dunia mulai dari daerah tropis sampai padang salju Antartika, atau di hewan laut seperti salmon segar, udang, dan lobster.(9) 19
Astaxanthin ini yang memberikan warna merah muda pada hewan-hewan laut tersebut. Kekuatan astaxanthin terletak pada potensinya dalam mencegah berbagai penyakit dan gangguan gangguan kesehatan kesehatan lain. Sebagai antioksidan, antioksidan, astaxanthin astaxanthin memiliki memiliki aktivitas menetralkan singlet oxygen dan peroksida lipid. Astaxanthin memiliki efek antiinflamasi dengan menghambat sitokin dan chemokin. Dari sisi kesehatan mata, ia bisa mencegah mencegah kelelahan kelelahan mata, katarak diabetik, diabetik, dan mempertajam mempertajam penglihatan. Pada penyakitpenyakit penyakitpenyakit yang ada kaitannya dengan gaya hidup seperti hipertensi, hipertensi, diabetes, diabetes, sindrom metabolik atau infeksi lambung oleh Helicobacter pylori, astaxanthin juga berperan cukup cukup besar.(9) Di kedokteran olahraga, astaxanthin bisa meningkatkan daya tahan otot dan untuk kesehatan kulit, mencegah kerut. Penelitian manfaat astaxanthin yang banyak dilakuk dilakukan an pada hew hewan an percobaa percobaann menujuk menujukkan kan hasil hasil positif. positif. Beberapa Beberapa penelit penelitian ian kemu kemudia diann diti ditingk ngkat atkan kan pad padaa perco percobaa baann pad padaa manus manusia. ia. Studi Studi di Jepan Jepangg menel menelit itii penggunaan penggunaan astaxanthin astaxanthin 5 mg selama selama 4 minggu minggu untuk eye fatigue fatigue (kelelahan (kelelahan mata) mata) atau asteno astenofia fia;; hasil hasilnya nya kelu keluhan han eye fatig fatigue ue menur menurun un 54%. 54%. Asta Astaxan xanth thin in memil memilik ikii mekan mekanism ismee kerja kerja mempe memperba rbaiki iki ako akomod modasi asi,, dan dan menin meningk gkat atkan kan alira alirann darah darah dan antiinflamasi di mata. Pada beban kerja yang sangat membutuhkan penglihatan, mata akan fokus pada suatu obyek dengan jarak tertentu pada periode waktu lama sehinga akan menyebabkan kejang atau kelelahan otot yang dapat dideteksi dari uji akomodasi. akomodasi. Pada pengguna astaxanthin, lebar akomodasi akan meningkat pada semua obyek dekat dan jauh. Dan efek ini mulai bermakna di minggu ke-2.(9) Para Para ahli ahli meny menyeb ebut utka kann bahw bahwaa SOD SOD dan dan anti antiok oksi sida dann enzi enzima mati tikk lain lainny nyaa (antioksidan (antioksidan endogen) bekerja sebagai antioksidan tahap awal, sedangkan vitamin atau antioksidan eksogen lain bekerja pada tahap akhir.(9)
20
Mekanisme kerja anti oksidan
Mekanisme kerja antioksidan
Ket. gb.2 : SOD – Superoxide dismutasis, Cat – Catalase, O2· – Superoxide, O2 Oxygen Oxyg en GSSH GSSH – Oxidat Oxidatee Glutat Glutathione hione,, GSHPx GSHPx – Glutat Glutathione hione Peroxidase Peroxidase,, H2O –
21
Água,OH Águ a,OH·· – Hyd Hydroxy roxyll Radical Radical,, GSH – Reduced Reduced Glutat Glutathion hione, e, H2O H2O22 – Hyd Hydroge rogenn Peroxide. Radikal bebas superoxide oleh SOD akan diubah menjadi H2O2 (Hidrogen peroxida). Selanjutnya Selanjutnya H2O2 oleh glutation glutation peroxidase dan katalase katalase diurai menjadi H2O (air). Namun ada H2O2 yang tidak tertangkap oleh glutation peroxidase dan katalase, katalase, akan terurai menjadi OH· . Radikal bebas ini akan ditangkap oleh antioksidan eksogen (scavenger) dan diuraikan menjadi molekul yang netral.(9) 2.2.7. 2.2.7. Analisa Analisa Diagnosa Diagnosa
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik didapat, yang ditandai dengan adanya makula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit, misalnya rambut dan mata.(10) Vitiligo Vitiligo terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi 0,1 sampai 0,2 persen. Di Amer Amerika ika Serik Serikat at,, diper diperkir kiraka akann inside insidensi nsinya nya sebes sebesar ar 1 persen persen.. Viti Vitili ligo go pad padaa umumnya dimulai pada masa anak-anak atau usia dewasa muda, dengan puncak onsetnya pada usia 10-30 tahun, tetapi kelainan ini dapat terjadi pada semua usia. Tida Tidakk dipe dipeng ngar aruh uhii oleh oleh ras, ras, deng dengan an perb perban andi ding ngan an laki laki-l -lak akii sama sama deng dengan an perempuan. perempuan. (12) Penyebab vitiligo yang pasti belum diketahui, diduga suatu penyakit herediter yang diturunkan secara autosomal dominan. Beberapa faktor pencetus terjadinya vitiligo antara lain: (11) 1.
Faktor mekanis
Pada 10-70% 10-70% pend penderit eritaa vitilig vitiligoo timbul timbul lesi lesi setelah setelah trauma trauma fisik, fisik, misalnya misalnya setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi 2.
Fakto aktorr sina sinarr mat matah ahar arii ata atauu peny penyin inar aran an ultr ultraa viol violet et A
Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar matahari atau UV A dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada bagian kulit yang terpajan 3.
Faktor emosi / psikis
22
Dikat Dikataka akann bahwa bahwa kira-k kira-kira ira 20% pen pende derit ritaa viti vitili ligo go berke berkemba mbang ng setel setelah ah mendapat gangguan emosi, trauma atau stres psikis yang berat 4.
Faktor hormonal
Diduga vitiligo memburuk selama kehamilan atau pada penggunaan kontrasepsi oral. Tetapi pendapat tersebut masih diragukan. (14) 5.
Gangg ngguan uan pada pada Sist istem Ok Oksid sidan-A n-Anti ntioksi ksidan dan
Stres oksidatif mungkin juga memiliki peran patogenesis yang penting terhadap terja terjadin dinya ya viti vitili ligo go.. Beber Beberapa apa penel penelit itia iann mema memasti stika kann bebe beberap rapaa teori teori stres stres oksidatif yang mungkin, yang mana hal ini menunjukkan bahwa akumulasi toksin radikal bebas terhadap melanosit akan berdampak pada kerusakan sel melanosit itu sendiri. Meningkatnya level nitrit oksida telah ditunjukkan pada melanosit yang dikultur dan di dalam serum pasien dengan vitiligo, yang dapat diasum diasumsi sikan kan bahwa bahwa nitrit nitrit oksida oksida dapat dapat mendo mendoro rong ng pad padaa autode autodestr struks uksii melanosit.(12)
23
Faktor predisposisi genetic berupa disregulasi imun pada level sel T atau sel B
Antigen Melan A antigen CLA (Cuteneous Lymphocyte-associated)
Antibody Antimelanosit (IgG antimelanosit)
Diekspresikan oleh MHC kelas II
Induksi ekspresi HLA DR dan ICAM 1 + pelepasan IL-8 dari dari melanosit
Sel T Helper
Autoantigen Tirosinase
Proses autoimun spesifik organ yang dimediatori oleh system imun seluler (cell mediated organ-
Meningkatkan aktivitas Antigen Presenting Cell
specific specific autoimmu autoimmune) ne)
Destruksi Melanosit
Menurunnya jumlah atau hilangnya Melanosit
Pembentukan melanin berkurang
VITILIGO Patogenesis pada Vitiligo.(15) Pasien dengan vitiligo memiliki satu atau beberapa makula amelanosit yang berwarna seperti kapur atau seperti susu putih. Lesi biasanya berbatas tegas, namun dapat juga tepinya mengelupas. Lesi membesar secraa sentrifugal dengan kecepatan yang tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi pada lokasi tubuh manapun, termasuk membran mukosa. Akan tetapi, lesi inisial terjadi paling sering pada tangan, lengan
24
bawah, kaki, dan wajah. Jika vitiligo terjadi pada wajah, seringkali seringkali distribusinya distribusinya pada perioral dan dan periokular.(14) periokular.(14)
Gambar 2. Tempat-tempat
predileksi pada vitiligo.(16)
Vitilig Vitiligoo diklasif diklasifikas ikasikan ikan atas atas Vitili Vitiligo go segment segmental, al, akrofasi akrofasial, al, generali generalisata sata,, dan universal. Atau dapat pula diklasifikasikan sesuai pola keterlibatan bagian kulit yaitu tipe fokal, campuran, dan mukosal Viti Vitili ligo go seri sering ng dihu dihubu bung ngka kann deng dengan an kela kelain inan an auto autoim imun un.. Ke Kela lain inan an endokrinopati yang paling sering dihubungkan dengan vitiligo adalah disfungsi tiroid, tiroid, baik baik itu hiperti hipertiroid roidisme isme ( graves graves disease) atau hipotiro hipotiroidis idisme me (tiroid (tiroiditis itis Hashim Hashimoto) oto).. Vitili Vitiligo go biasanya biasanya mendahu mendahului lui onset onset dari disfungs disfungsii troid. troid. Add Addison ison disease, disease, anemia anemia pernisio pernisiosa, sa, alopeci alopeciaa aerata, aerata, dan diabete diabetess mellit mellitus us juga juga terjadi terjadi dengan meningkatnya pasien vitiligo. Ada banyak pilihan terapi yang bisa dilakukan pada pasien dengan vitiligo. Hampir semua terapi bertujuan untuk mengembalikan pigmen pada kulit. Seluruh pendekatan pendekatan memiliki memiliki keuntungan keuntungan dan kerugian masing-masing, masing-masing, dan tidak semua terapi dapat sesuai dengan masing-masing penderita.
25
Sunscreen
Suncreen atau tabir surya mencegah paparan sinar matahari berlebih pada kulit dan hal ini dapat mengurangi kerusakan akibat sinar matahari dan dapat menc menceg egah ah terj terjad adin inya ya feno fenome mena na Ko Koeb ebne ner. r. Sela Selain in itu itu suns sunscr cree eenn juga juga dapa dapatt mengu menguran rangi gi tanni tanning ng dari dari kuli kulitt yang yang sehat sehat dan denga dengann demi demiki kian an mengu menguran rangi gi kekontrasan antara kulit yang sehat dengan kulit yang terkena vitiligo. Kosmetik
Banyak Banyak pend penderit eritaa vitili vitiligo, go, terutam terutamaa jenis jenis vitili vitiligo go fokal fokal menggu menggunaka nakann kosmetik penutup sebagai pilihan terapi yang cukup baik. Area dari leukoderma, khus khusus usny nyaa pada pada wa waja jah, h, lehe leher, r, atau atau tang tangan an dapa dapatt ditu ditutu tupp deng dengan an make make-u -upp konvensional, produk-produk self tanning, atau pengecatan topikal lain. Kosmetik memi memili liki ki keunt keuntung ungan an berup berupaa biaya biaya yan yangg murah murah,, efek efek sampi samping ng mini minima mal, l, dan kemudahan penggunaan. Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid topikal diindikasikan untuk terapi pada area vitiligo yang terbatas, terbatas, dan seringkali seringkali digunakan sebagai terapi lini pertama pada anak. Lesi pada wajah wa jah memil memilik ikii respo responn paling paling baik baik terha terhadap dap terap terapii kosti kostiko koste steroi roidd topik topikal al,, sedangkan lesi pada leher dan ekstremitas (kecuali jari tangan dan kaki) memiliki rspon yang cukup baik. Tidak diketahui mengapa lesi pada wajah memiliki respon yang lebih baik. Penjelasan yang mungkin adalah tingginya permeabilitas kulit wajah terhadap kortikosteroid, jumlah melanosit residual yang lebih banyak pada kulit wajah yang tidak terlibat, reservoir fulikoler yang lebih baik, atau kerusakan melanosit pada wajah yang lebih mudah diperbaiki. Lesi yang terlokalisir dapat diterapi dengan kortikosteroid terfluorinasi potensi tinggi selama satu sampai dua bulan, dengan dosis tepat dan secara bertahap diturunkan diturunkan menjadi kortikosteroid kortikosteroid potendi rendah. Pada anak dan pasien dengan lesi yang lebih besar, kortikosteroid kortikosteroid terfluorinasi terfluorinasi potensi sednag sering digunakna. Penggunaan kortikosteroid ini harus
26
hari-hati terutama pada dan sekitar bulu mata, sebab penggunaan kortikosteroid topikal dapat meningkatkan tekanan intraokuler dan glaukoma eksaserbasi. Pemeriksaan lampu wood dapat digunakan untuk memonitor perkembangan terap terapi. i. Jika Jika tidak tidak ada respo responn terap terapii dala dalam m 3 bu bula lan, n, terap terapii harus harus dihen dihenti tika kan. n. Repig Repigme menta ntasi si maks maksim imum um dap dapat at dica dicapai pai dala dalam m 4 bu bual alnn atau atau lebih lebih (30%(30%-40 40% % memiliki rata-rata waktu respon selama 6 bulan pada penggunaan kortikosteroid). Immunomodulator Topikal
Tacro acrollimus imus topi topika kall (oin (oinme ment nt)) 0,03 0,03% % samp sampai ai 0,1% ,1% efek efekttif un unttuk repigmentasi pada vitiligo jika digunakan dua kali sehari pada pasien vitiligo terlokalisir, terutama wajah dan leher. Dilaporkan bahwa terapi ini akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi Ultraviolet B (UV B) atau terapi laser. Tacrolimus Tacrolimus oinment secara umum lebih aman digunakan digunakan untuk anak dibandingkan dengan steroid topikal. Calcipotriol Topikal
Calcopotriol topikal 0,005% menghasilkan repigmentasi pada beberapa pasien dengan vitiligo. vitiligo. Terapi ini dapat dikombinasikan dikombinasikan dnegan kortikosteroid kortikosteroid topikal pada dewasa dan anak untuk hasil repigmentasi yang lebih cepat dengan hasil pigmentasi yang lebih stabil. Pseudocatalase
Kala Ka lata tase, se, merup merupaka akann enzim enzim yan yangg norma normall dite ditemu mukan kan pada pada kulit kulit yang yang berfungsi mengurangi mengurangi kerusakan kerusakan kulit akibat radikal bebas. Katalase Katalase dilaporkan dilaporkan memi memili liki ki kada kadarr yang yang rend rendah ah pada pada pasi pasien en viti vitili ligo go.. Tera Terapi pi peng pengga gant ntin inya ya mengg mengguna unaka kann anal analog og dari dari katal katalase ase manus manusia ia norma normall (pseu (pseudo dokat katal alase ase)) yang yang dikombinasikan dengan fototerapi narrowband UVB (NB-UVB). Terapi Sistemik
Obat Ob at-ob -obat atan an imuno imunosup supre resif sif siste sistemi mikk memi memili liki ki banya banyakk efek efek sampin sampingg potensial potensial yang kurang menguntungkan menguntungkan pada vitiligo. vitiligo. Akan tetapi, kortikosteroid kortikosteroid
27
siste sistemi mikk tela telahh digu digunak nakan an sebag sebagai ai terap terapii denyu denyutt ( pulse pulse therapy) deng dengan an hasil hasil beragam dan dapat mencegah mencegah depigmentasi depigmentasi cepat pada penyakit penyakit yang aktif. Psoralen dan Terapi Ultraviolet A
Terapi 8-methoxypsoralen oral atau topikal dikombinasikan dengan radiasi UVA (320 sampai 400 nm) atau dikenal dengan PUVA, cukup efektif untuk terapi vitili vitiligo, go, meskipu meskipunn dibutu dibutuhkan hkan wak waktu tu selama selama beb beberap erapaa bulan bulan deng dengan an frekuens frekuensii sering. Setelah dilakukan ekspos dengan UVA, psoralen berikatan dengan DNA dan menghambat replikasi sel. Bagaimana proses ini dapat memicu terjadinya repigmentasi masih belum diketahui secara pasti. PUVA menstimulasi aktivitas tirosinase (suatu enzim esensial untuk sintesis melanin) dan melanogenesis. PUVA juga merupakan merupakan imunosupresan imunosupresan lokal, dan mengurangi mengurangi ekspresi antigen vitiligovitiligoassociated melanocyte. Radiasi Narrowband Ultraviolet B
Radiasi NB (311 nm)-UVB merupakan pilihan terapi lain untuk vitiligo dan dapat dapat dipertim dipertimbang bangkan kan sebagai sebagai pilihan pilihan pertama pertama bagi keb kebanya anyakan kan pasien. pasien. Pada pasien dengan vitilido vitilido generalisata, generalisata, terapi NB-UVB NB-UVB lebih efektif dibandingkan dibandingkan dengan PUVA topikal. Jika tidak ada perkembangan atas terapi ini dalam 6 bulan, terapi NB-UVB ini harus ditinggalkan. Pada suatu penelitian, 53 persen anak dengan vitiligo mengalami lebih dari 75% repigmentasi setelah terapi NB-UVB dan 6% menunjukkan repigmentasi komplit. Sekali lagi, pigmentasi yang lebih baik dicapai dicapai pada daerah wajah, wajah, batang batang tubuh, tubuh, dan ekstrem ekstremitas itas proxima proximall daripada daripada ekstremitas distal dan lipat paha. Laser
Terapi Terapi laser laser telah telah dipelaj dipelajari ari pada beberapa beberapa percobaa percobaan, n, dan ditemuka ditemukann bahwa terapi ini paling efektif ketika diberikan tiga kali seminggu, dengan periode terapi lebih dari 12 minggu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil repigmentasi yang memuask memuaskan. an. Dosis Dosis inisial inisial adalah adalah 50-100 50-100 ml/cm2. ml/cm2. sebagaim sebagaimana ana standar standar fototerapi, laser menghasilkan hasil terapi paling baik pada wajah, dan area yang kurang responsif pada tangan dan kaki. 28
Depigmentasi
Monobensil eter dari hidrokuinon (Monobenzon) merupakan satu-satunya agen depigmentasi yang ada untuk depigmentasi sisa kulit yang normal pada pasien denga dengann viti vitili ligo go berat berat.. Monob Monobenz enzon on merup merupak akan an toksi toksinn fenol fenol yang yang merus merusak ak melanosit epidermis setelah penggunaan yang lama. Monobenzon kemudian dapat menghasilkan depigmentasi yang seragam dan merata yang secara kosmetik dapat lebih diterima oleh banyak pasien. Monobenzon Monobenzon tersedia dalam bentuk cream 20% dan dan dapa dapatt difo diform rmul ulas asik ikan an pada pada kons konsen entr tras asii hing hingga ga 40 40%. %. Indi Indivi vidu du yang yang menggunakan monobenzon harus menghindari kontak langsung dengan orang lain selam selamaa 1 jam setel setelah ah pemb pemberi erian an terap terapi, i, oleh oleh karena karena ko konta ntakk langs langsung ung dap dapat at menyebabkan terjadinya depigmentasi pada kulit yang tersentuh. Monobenzon juga bisa jadi jadi mengiritasi mengiritasi dan menimbul menimbulkan kan sensitisasi sensitisasi alergi. alergi. Autolog Thin Thiersch Grafting
Thin Thin split split-th -thic ickne kness ss grafts grafts pad padaa terap terapii viti vitili ligo go ini dida didapat patkan kan denga dengann menggunakan skalpel atau dermatom dan kemudian ditempatkan diatas lokasi kulit resipien yang telah disiapkan dengan cara yang sama atau dengan dermabrasi. Luas area kulit yang dapat digunakan dengan terapi ini antara 6-100 cm2. teknik ii juga telah berhasil digunakan untuk vitiligo pada bibir. Keuntungan teknik ini adalah cangkok kulit yang dapat melibatkan area kulit yang cukup luas dengan waktu yang relati relatiff singkat. singkat. Aka Akann tetapi, tetapi, pertimba pertimbangan ngannya nya adalah adalah terapi terapi ini membut membutuhka uhkann anestesi total dan ada resiko timbulnya scar hipertrofi pada lokasi donor maupun resipien. Suction Blister Grafts
Pada terapi ini dilakukan pemisahan antara epidermis yang viabel dari derm dermis is denga dengann produk produksi si suct suction ion blist blister er yang yang akan akan memi memisah sahka kann kulit kulit secar secaraa langsung pada dermal-epidermal junction. Epidermis berpigmen kemudian diambil dan digunakan untuk menutup kulit resipien yang telah disiapkan dengan cara dikelupas dengan menggunakan liquid nitrogen blister. Keuntungan dari suction blister grafts adalah pembentukan pembentukan scra yang minimal minimal oleh karena bagian dermis 29
tetap intak baik pada daerah donor maupun resipien. Akan tetapi, kebanyakan dokter tidak memiliki perlengkapan mekanis yang diperlukan untuk memproduksi blister pada pada daerah donor. donor.3
Gambar 9. Algoritma
penatalaksanaan vitiligo.(14)
Penentuan Penentuan diagnosis vitiligo pada kasus ini berdasarkan data-data yang didapatkan dalam rekam medik pasien. Pada anamnesis dapat diketahui bahwa adanya adanya kelu keluhan han berca bercakk putih putih pad padaa daerah daerah wa wajah jah.. Na Namu munn tida tidakk dap dapat at di pastikan lebih lanjut bagaimana bagaimana bentuk dari bercak ptuih tersebut, tersebut, dan sebe sebera rapa pa besa besarr berc bercak ak put putih, ih, namu namunn dari dari reka rekam m medi mediss dida didapa patk tkan an diagnosisnya adalah vitiligo. Pada resep di atas penggunaan penggunaan kortikosteroid kortikosteroid untuk pengobatan vitiligo cukup tepat. Pemberian antioksidan kepada pasien dimaksudkan dimaksudkan karena salah satu etiologi vitiligo adalah stress oksidatif.
30
2.3. 2.3. Usulan Usulan Rese Resep p Untu Untuk k Terap Terapii Kasus Kasus
PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN SELATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH “ULIN” BANJARMASIN Jl. A. Yani km 1,5 Banjarmasin Telp : (0511) 3252180 Nama Dokter : dr. Devy Tanda Tangan Dokter Dokter NIP : I1A 007005 UPF/Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin SIP : No. 0801/SPA/II/04/2010 0801/SPA/II/04/2010 \ Banjarmasin, 2 April 2012 R/ / Enkacort cream 1% 10 No. No. Tube I S b.d.d. extend ter m et v ue R/ Asthin force tab S s.d.d. tab I p.c (pagi) (pagi)
No XXX
Pro : An. Helmatudiniyah Umur /BB : 39 tahun (50 kg) Alamat : Jl. Kampung Melayu Darat RT 14 Banjarmasin
31
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan 5 tepat pada resep rasional, maka : 1.
Tepat obat
Cukup tepat karena diberikan kortikosteroid topical 2.
Tepat dosis
Pada resep ini dosis yang diberikan hampir tepat. Bentuk sediaan yang diberikan sudah tepat yaitu berbentuk krim dan tablet 4. Waktu dan cara penggunaan obat Pada resep ini waktu minum obat sudah tepat namun cara penggunaan obat tidak dicantumkan. 5. Tepat penderita Karena berdasarkan diagnosis pasien di diagnosis vitiligo.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Harianto, Kurnia R, Siregar S. Hubungan Antara Kualifikasi Kualifikasi Dokter Dengan Kerasionalan Kerasionalan Penulisan Penulisan Resep Obat Oral Kardiovaskuler Kardiovaskuler Pasien Dewasa Ditinjau Ditinjau Dari Sudut Interaksi Interaksi Obat (Studi Kasus Di Apotek “X” Jakarta Timur). Majalah Ilmu Kefarmasian 2006; III: 66-77
2. Lestar starii, CS CS. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. PT Pertja. Jakarta, 2001. 3. Hurul Hurul Aini, Mubasys Mubasysyir yir Hasanbas Hasanbasri, ri, Erna Kristin. Kristin. Health Health Workers Workers Complianc Compliancee to Rational Drug Use Guidelines: A Study of Three Puskesmas at Agam Distr District ict of West West Suma Sumatra tra.. Progra Program m Magi Magist ster er Ke Kebij bijaka akann dan dan Manaj Manajem emen en Pelayanan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2007 . 4. Joen Joenoe oes, s, Nani Naniza zarr Zaman Zaman.. Ars Prescribendi Prescribendi – Penulisan Penulisan Resep yang Rasional Rasional 1.Airlangga University Press. Surabaya, 1995.
5. Staf Staf Peng Pengaja ajarr Farm Farmako akolo logi gi FK Un Unla lam. m. Petu Petunju njukk prakt praktiku ikum m Farma Farmakol kolog ogii II. Banjarbaru: Bagian Farmakologi FK Unlam, 2006. 6. Werner R. R. A massage massage therapist's therapist's guide to Pathology. Pathology. 3rd edition. edition. Lippincott 33
Williams & Wilkins, Pennsylvania, USA, 2005.
7. Tjay TH, TH, Kirana Kirana R. Obat-obat Obat-obat penting: penting: khasiat, khasiat, penggunaan penggunaan dan dan efekefekefek ef ek sampingnya sampingnya Edisi V. Jakarta: Elex Media Media Komputindo; Komputindo; 2002 8. Djuanda A. Ilmu Ilmu penyakit penyakit kulit kulit dan kelami kelamin. n. Jakarta: Balai Penerbit Penerbit FKUI, 2002 9. Berita terkini Astaxanthin, Astaxanthin, antioksida antioksidann dari golongan golongan karotenoid karotenoid CDK 165/vol.35 no.6/September - Oktober 2008 10. Soepardi Soepardiman man L. Kelaina Kelainann pigmen. pigmen. Dalam: Dalam: Djuanda Djuanda A, Hamzah M, Aisah Aisah S. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2007:296 11. Adamjee Adamjee BB. Vitilig Vitiligo. o. Dalam: Dalam: SA Journal Journal of diabet diabetes es and vascular vascular disease. disease. Bloemfontein: Bloemfontein: Department Department of Dermatology, Dermatology, University of the Free State: State: 2011: 8:5-9
12. Halder RM dan Taliaferro Taliaferro SJ. Vitiligo. Vitiligo. Dalam: Wolff Wolff K, Goldsmith Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting: Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, 7th ed, New York: Mc Graw Hill. 2008: 616-622. 13. Hidayat J. Vitiligo, Vitiligo, tinjauan kepustakaan. kepustakaan. Dalam Cermin dunia kedokteran No 117. 1997. 14. Halilo Halilovic vic EK, Prohic Prohic A, Begovic Begovic B, dan Kurtovic Kurtovic MO. Associa Associatio tionn betwee betweenn vitiligo and thyroid autoimmunity. Dalam Journal of Thyroid Research: 2011 15. Aslania Aslaniann FMNP, FMNP, Noe RAM., RAM., Cuzzi Cuzzi T, Filguei Filgueira ra AL. Abnormal Abnormal histolo histologic gical al findings in active vitiligo include the normal-appearing skin. Dalam Pigment Cell Res: 2007: 20: 144-145.
34
16. Wolff Wolff K, dan Johnson Johnson RA. Fitzpat Fitzpatrick rick’s ’s Color Color Atlas Atlas and Synopsis Synopsis of Clinical Clinical Dermatology, 6th ed, New York: Mc Graw Hill. 2009: 336-339.
35