Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karya sastra merupakan hal yang indah dan tak kan habis dimakan usia. Setiap karya sastra memiliki ciri dan keunikan masing-masing. Salah satu unsur yang terkandung dalam sebuah karya sastra adalah unsur kehidupan sosial-budaya serta ragam sikap pengarang terhadapnya (Aminuddin, 2004:186). Setiap pengarang memiliki pandangan berbeda terhadap realita sosial yang terdapat di sekelilingnya. Pengarang pun memiliki kekhasan dalam menyajikan sebuah fenomena kepada pembaca. Kekhasan ini tidak bisa diintervensi oleh siapapun dan dengan alasan apapun. Hak mencipta bagi pengarang bersifat tak terbatasi, sehingga pengarang bisa menggambarkan apapun dalam bentuk yang bagaimanapun.
Seperti karya-karya Afrizal Malna yang menonjolkan kehidupan urban dan pemilihan diksi yang berbeda dari puisi-puisi pada umumnya, Afrizal Malna menggunakan obyek-obyek nyata dalam lingkungan sekitarnya sebagai bahan pembuatan puisinya. Sastra bukanlah sesuatu yang otonom melainkan terikat dengan situasi dan kondisi tempat karya itu dilahirkan (Ibrahim dalam Jabrohim, 2001: 167). Hal ini mengisyaratkan bahwa sesungguhnya sastra adalah institusi sosial yang merupakan refleksi dari kehidupan yang ada di masyarakat.
Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud unsur sosiopsikologis?
Apakah unsur-unsur Sosiopsikologis dalam puisi?
Bagaimana penerapan unsur sosiopsikologis dalam mengkaji sastra?
Bab II
PEMNBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan sosiopsikologis adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan social budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada saat cipta sastera diwujudkan.
Aminuddin (2004: 186) berpendapat bahwa puisi dan prosa fiksi bisa dikaji dengan menggunakan ilmu sosiopsikologi. Pengertian sosiopsikologis adalah sebuah ilmu interdisipliner yang terdiri dari ilmu sosiologis dan psikologis. Ilmu interdisipliner ini merupakan gabungan dari ilmu sosiologi dan psikologis. Ilmu sosiologi digunakan sebagai alat mengkaji bidang-bidang sosial budaya yang terdapat dalam karya sastra. Adapun gejala psikis dapat dianalisis dengan ilmu psikologi.
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian yang reflektif (Endraswara, 2003: 77-81). Sastra akan dipandang sebagai cermin dari kehidupan yang ada di masyarakat. Asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa kehidupan sosial akan melahirkan berbagai karya sastra. Karya sastra dianggap baik ketika mampu mewakili zamannya. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Dharma (dalam Rokhman, 2003: 60-65) yakni proyek sosiologi adalah masyarakat. Naskah-naskah sastra bersumber dari realita yang ada di masyarakat, dan akan kembali pada.
2.2 Unsur-unsur Sosiopsikologis dalam Puisi
Salah satu unsur yang terkandung dalam puisi adalah unsur kehidupan sosial-budaya serta ragam sikap penyair terhadapnya. Dalam hal ini pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami unsur itu adalah pendekatan sosiopsikologis. Bila dalam kajian ini objek kajian lewat pendekatan sosiopsikologis tersebur adalah puisi, hal itu bukan berarti proses fiksi tidak dapat dijadikan objek pembahasan. Pendekatan sosiopsikologis yang pertama adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial masyarakat, abik secara individual maupun kelompok yang mempengaruhi terwujudnya suatu gagasan dalam puisi, yang kedua terwujudnya gagasan tentang kehidupan sosial masyarakat, abaik secara individual maupun kelompok dalam suatu puisi. Dan yang terakhir adalah memahami sikap pengarang terhadap kehidupan sosial masyarakat yang dipaparkannya. Dan semua itu harus sesuai dengan realita.
Hubungan Antara Kehidupan Sosial Masyarakat dengan Gagasan Dalam Puisi
Hubungan kehidupan sosial dengan gagasan dalam puisi adalah adanya hubungan timbale balik antara kehidupan masyarakat dengan gagasan dalam puisi, hubungan timbale bali adalah penyair dapat mengankat kehidupan sosial masyarakat sebagai bahan penciptaan. Dan puisi yang diciptakan mampu menggambarkan kembali kehidupan sosial masyarakat itu kepada masyarakat pembaca serta memberikan sikap dan penilaiannya terhadap kondisi sosial masyarakat yang digambarkan.
Unsur-unsur kehidupan sosial masyarakat dalam puisi
Kehudupan sosial masyarakat dapat menjadi bahan penciptaan suatu puisi. Contoh corak kehidupan masyarakat yang diangkat menjadi bahan penciptaan itu dapat berupa adat atau kebiasaan, pandangan hidup, maupun perilaku sosoal masyarakat yang tidak ada hubungannya dengan politik atau ada hubungannya dengan politik, tetapi ada hubungannya dengan kehidupan sosial.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam usaha menemukan unsure kehidupan sosial masyarakat serta sikap penyair terhadap suatu yang terjadi, dapat dilakukan beberapa langkah-langkah berikut ini.
Membaca puisi yang akan diapresiasi secara berulang-ulang.
Menafsirkan dan menyimpulkan judul.
Menafsirkan hubungan makna antara baris yang satu dengan baris yang alinnya untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam puisi tersebut.
Mendefinisikan unsure sosial kehidupan yang dikemukakan penyair.
Mengidentifikasi sikap penyair terhadap situasi yang digambarkan.
Sikap Penyair Terhadap Corak Kehidupan Sosial Masyarakatnya
Sebagai manusia, penyair adalah aggota satuan kelompok kehu=idupan sosial masyarakat. Dilingkungannya penyair dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat yang menjadi lingkungan hidupnya. Akan tetapi sebagai individu penyair juga menampilakan sikap, penilaian terhadap suatu corak kehidupan sosial masyarakatnya. Dan hal itulah yang menjadi gambaran sikap penyair dalam karyanya.
Cara menentukan sikap penyair itu pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan memahami dan menemukan gagasan penyair sehubungan dengan corak kehidupan sosial masyarakat. Satu hal yang perlu diperhatikan, bshwa dengan memahami sikap penyair itu, maka ada dua hal yang sekaligus dapat dipahami, yaitu masalah yang berhubungan dengan karakteristik atau corak kehidupaan suatu masyarakat, kedua dapat memahami bagian karakteristik penyair sebagai bagian dari masyarakatnya.
2.3 Analisis Unsur Sosiopsikologis dalam Puisi Afrizal Malna
Analisis Pertama
Restoran dari Bahasa Asing
Aku dengar batu dilemparkan ke ruang tamu. Paru-paru penuh sapi, mencari jalan raya dan megapon. Tak ada orang sikat gigi malam itu, atau menyisir rambut, seperti dugaanmu penuh batu dari masa lalu. Mulutku penuh lendir, virus stadium lima, menyusun biografimu dari sepatu. Seperti pikiranmu yang mencari tanah air selalu: penuh serdadu, kapal dagang, dan anti-biotika. Ah, ada tamu yang lain, bikin restoran dari bahasa asing. Mereka saling menggosok sepatu di tiang listrik. Padahal aku telah jadi dirimu juga, ikut bernyanyi pula lagu-l;agu sendu, dengan baju sertaus ribu. Mengenakan juga gaya hidup Ani, di antara Sri dan Ayu: Fajar yang tenggeleam dalam tubuhmu. Di situ aku dengar bahasa tak henti-henti jadi orang asing, penuh lemari, kursi, gas dan minyak.
Aduh, udara penuh cemburu, tali sepatu, kaos kaki, obrolan tiga ribu perak. Tetapi aku dengar kepalamu berevolusi jadi jamur, jadi batu, jadi kamar mandi di malam hari. Ah, koran pagi, terasa jadi tiang listrik di situ, untuk pernyataan politik, tiga ribu perak. Udara penuh hair spray, virus terluka. Aiih, mari, jangan sombong. Kepalamu penuh batu, menghuni ruang tamu tak terjaga.
(1991)
Hubungan antara Kehidupan Sosial Masyarakat dengan Gagasan dalam Suatu Puisi
Puisi Restoran dari Bahasa Asing merupakan puisi yang berisi kritik terhadap kondisi politik serta perekonomian yang terjadi. Dalam puisi diatas pengarang menggambarkan kehidupan suatu kelompok masyarakat urban serta kondisi politik yang masih belum stabil serta dampak yang ditimbulkannya terhadap bidang ekonomi. Perekonomian yang muai buruk karena adanya penguasaan asing dalam bidang industry dan banyak produk asing yang masuk ke Indonesia. yang diceritakan dalam puisi Restoran dari Bahasa Asing merupakan ketimpangan yang terjadi akibat adanya berbagai produk asing ataupun perusahaan-perusahaan asing yang mulai berkembang sehingga banyak masyarakat local yang mengalami kemunduran dalam bidang usaha. Dalam puisi ini kehidupan tahun 90an dijadikan objek dalam pembuatannya, dan pengarang mampu mengunggkapkan kondisi yang terjadi masa itu dengan menggunakan diksi-diksi yang baru sehingga menghasilkan puitika tersendiri yang berbeda dengan puisi lainnya.
Kehidupan sosial seperti yang digamarkan dalam puisi di atas memang benar-benar ada saat masa reformasi, dimana politik masih belum stabil karena baru terjadi peristiwa besar yaitu Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Selain itu seperti yang diungkapkan dalam puisi diatas bahwa banyak orang asing berdatangan untuk membuka usaha ataupun berinvestasi di Indonesia, dan kondisi seperti itu masih terjadi sampai saat ini pun karena adanya kebijakan pemerintah yang menganut sistem perekonomian pasar bebas. Penggambaran sosial masyarakat saat itu masih sama seperti saat ini. Jadi dapat kita simpulakan bahwa terdapat hubungan antara gagasan pengarang dalam puisi dengan kehidupan sosial masyarakat saat puisi itu di buat tahun 1991.
Hubungan antara Kehidupan Sosial Masyarakat dalam Puisi
Hubungan kehidupan masyarakat baik itu secara individual ataupun kelompok dapat menjadi bahan penciptaan suatu puisi. Dalam puisi Restoran dari Bahasa Asing, kehidupan sosial masyarakat diangkat menjadi bahaan penciptaan. Kondisi sosial masyarakat yang ada hubungannya dengan masalah politik yang sedang terjadi merupakan hal yang mendominasi dalam puisi ini. Untuk meanafsirkan hubungan antara kehidupan sosial masyarakat kita dapat melakukannya dengan memahami puisi tersebut dari menafsirkan judul. Judul dari puisi tersebut adalah Restoran dari Bahasa Asing : secara konotatif restoran merupakan diksi yang dipilih pengarag untuk mengungkapkan kondisi dimana banyak pembangunan, sasesuatu yang dibangun, sesuatu yang dibuat. Sedangkan bahasa asing merupakan konotasi dari bangsa asing, yaitu bangsa asing yang memulai bisnisnya atau investasi di Indonesia. Selain itu kata restoran juga dapat diartikan tentang maraknya pembangunan restoran-restoran dari Negara asing seperti menjamurnya restoran cepat saji sekitar tahun 1990an.
Untuk langkah selanjutnya menyimpulkan isi dari puisi tersebut dan menghubungkan dengan judul puisinya. Penyair dalam puisi Restoran Dari Bahasa Asing mengemukakan bahwa pada saat itu terdapat suatu fenomena sosial yang dipengaruhi oleh politik yang terjadi. Fenomena sosial yang terjadi adalah bangsa asing yang mulai melebarkan sayap bisnisnya ke Indonesia, dengan melakukan infestasi di Indonesia. Seperti diungkap penyair pada beberapa larik puisinya dibawah ini.
"Seperti pikiranmu yang mencari tanah air selalu: penuh serdadu, kapal dagang, dan anti-biotika. Ah, ada tamu yang lain, bikin restoran dari bahasa asing. Mereka saling menggosok sepatu di tiang listrik."
Selain itu dalam puisi tersebut juga menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari maraknya perusahaan asing yang membuat kemunduran untuk perusahaan yang ada di Indonesia, seperti pabrik yang dibangun oleh bangsa asing memiliki keunggulan alat, serta tenaga ahli yang mereka bawa dari negaranya, selain itu lebih murah produkanya serta cepat krena menggunakan alat yang canggih, sedangkan pabrik di Indonesia masih menggunakan alat tradisional yang manual dan membutuhkan waktu lama serta harga yang lebih mahal, karena hal inilah terjadi kemunduran untuk pengusaha-pengusaha di Indonesia. Seperti yang diungkapkan dalam beberapa larik dibawah ini.
"Padahal aku telah jadi dirimu juga, ikut bernyanyi pula lagu-l;agu sendu, dengan baju sertaus ribu. Mengenakan juga gaya hidup Ani, di antara Sri dan Ayu: Fajar yang tenggeleam dalam tubuhmu. Di situ aku dengar bahasa tak henti-henti jadi orang asing, penuh lemari, kursi, gas dan minyak."
Sikap Penyair terhadap Corak Kehidupan Sosial Masyarakatnya
Untuk langkah berikutnya yaitu dapat melihat sikap pengarang terhadap corak kehidupan dalam puisi. Pada larik dibawah ini dapat dilihat sikap penyair terhadap keadaan sosial politik yang terjadi.
"Tetapi aku dengar kepalamu berevolusi jadi jamur, jadi batu, jadi kamar mandi di malam hari. Ah, koran pagi, terasa jadi tiang listrik di situ, untuk pernyataan politik, tiga ribu perak. Udara penuh hair spray, virus terluka. Aiih, mari, jangan sombong. Kepalamu penuh batu, menghuni ruang tamu tak terjaga."
Dari penggalan larik diatas dapat kita simpulkan bahwa pengarang adalah orang yang selalu mengamati perkembangan atau kondisi yang terjadi disekitarnya melaui koran. Selain itu penyair juga mengkritik para pembuat kebijakan bahwa pemikiran mereka itu tidak memberikan solusi dengan menyebutkan bahwa "Tetapi aku dengar kepalamu berevolusi jadi jamur, jadi batu, jadi kamar mandi di malam hari." dan "Kepalamu penuh batu, menghuni ruang tamu tak terjaga." Dari kedua larik tersebut dapat kita simpulkan bahwa pemerintah memiliki pemikiran yang tidak baik dengan menggunakan diksi jamur serta pemerintah tidak ingin disalahkan selalu berpkiran apa yang diambil merupakan keputusan baik tanpa meliha kenyataan dilapanagan dan keras kepala, serta memiliki pikiran yang setatis.
Dari semua yang diungkapkan diatas sikap penyair sangat tegas. Ia tidak menyetujui situasi yang terjadi, penyair melakukan penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang mempermudah perusahaan asing berinvestasi atau mendirikan perusahaannya di Indonesia sehingga perusahaan milik warga Indonesia mengalami kemunduran dan gulung tikar.
Analisis Kedua
Beri Aku Kekuasaan
Mereka pernah berjalan dalam taman itu, membuat wortel, semangka, juga pepaya. tetapi aku buat juga ikan-ikan plastik, angsa-angsa kayu dari Bali, juga seorang presiden dari boneka di Afrika. Kemana saja kau bawa kolonialisme itu, dan kau beri nama : Jakarta 1945 yang terancam. Beri aku waktu, beri aku waktu, untuk berkuasa.
Kau lihat juga tema-tema berlepasan, dari Pulo gadung ke Sukarno Hatta, atau di Gambir : Jakarta 1957 yang risau. Sepatuku goyah di situ. Orang bicara tentang revolusi, konfrontasi Malaysia, Amerika dan Inggris dibenci pula. Sejarahku seperti anak-anak lahir, dari kapal kolonial yang terbakar. Mereka mencari tema-tema pembebasan, tetapi bukan ayam goreng dari Amerika, atau sampah dari Jerman.
Begitu saja aku pahami, seperti mendorong malam ke sebuah stasiun, membuka toko, bank dan hotel di situ pula. Kini aku huni kota-kota dengan televisi, penuh obat dan sikat gigi. Siapakah yang bisa membunuh ilmu pengetahuan siang ini, dari orang-orang yang tak tergantikan dengan apapun. Beri aku waktu, beri aku waktu, untuk kekuasaan. tetapi sepatuku goyah, menyimpan dirimu.
Mereka pernah masuki tema-tema itu, bendera terbakar, letusan di balik pintu, jerit tangis anak-anak, dan dansa-dansi di malam hari. Lalu : Siapakah yang mengusung tubuhmu, pada setiap kata............
1991
Hubungan antara Kehidupan Sosial Masyarakat dengan Gagasan dalam Suatu Puisi
Puisi Beri Aku Kekuasaan merupakan puisi yang menggambarkan kondisi Negara yang masih saja dijajah walau telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 1945. Puisi ini memgambarkan penjajahan secara tidak langsung yang dilakukan oleh bangsa asing melalui produk-produknya yang dipasarkan di Indonesia, seperti industry speda motor atau mobil dari jepang yang mendominasi, sedangkan produksi motor nasional tidak maju dan gulung tikar.
Selain itu dalam puisi diatas terkandung beberapa kritik terhadap kondisi Negara yang masih belum stabil. Kebijakan yang tidak sesuai dan kondisi seperti ini memang benar-benar terjadi pada era 90an, pengarang merupakan perwakilan dari sekelompok masyarakat yang peduli dengan kondisi Negara yang mulai dijajah kembali oleh Negara asing, maka dari itu pengarang menulis puisi ini sebagai kritik tentang kebijakan pemerintah serta ketidak mampuannya dalam mengatasi masuknya produk impor, sedangkan ekspor menurun. Dalam puisi ini pengarang mampu menggambarkan kondisi politik yang kurang stabil menjadi sebuah puisi yang penuh dengan kritik. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa terdapat hubungan antara gagasan pengarang dengan kondisi kehidupan sosial masyarakat yang terjadi saat puisi tersebut dibuat.
Hubungan antara Kehidupan Sosial Masyarakat dalam Puisi
Hubungan dalam kehidupan masyarakat adalah Dalam puisi Beri Aku Kekuasaan masalah sosial politik yang melatar belakangi lahirnya puisi ini. Untuk mengetahui hubungan kehidupan sosial masyarakat dapat melihat judul yang dipilih pengarang. Judul dalam puisi ini adalah beri aku kekuasaan, yang bermakna bahwa tokoh aku ini yang merupakan masayarakan Indonesia mengharapkan suatu kebebasan dalam negaranya sendiri khususnya dalam bidang ekonomi, hal ini diperkuat bengan beberapa larik berikut ini.
"Kemana saja kau bawa kolonialisme itu, dan kau beri nama : Jakarta 1945 yang terancam. Beri aku waktu, beri aku waktu, untuk berkuasa."
Dalam bait pertama jelas sekali penyair menyampaikan keinginannya untuk bisa berkuasa, berkuasa disini diartikan bahwa penyair ingin berinovasi di negaranya bukan malah bangsa asing yang mendominasi pasar dinegaranya, masyarakat local hanya menjadi pekerja atau buruh sama seperti masa penjajahan. Tak ada lagi makna kemerdekaan yang sebenarnya dan hal tersebut merupakan suatu pemikiran atau cita-cita yang diinginkan sebagian masyarakat, mengapa demikian karena dengan adanya investor asing tidak semua masyarakat Indonesia dirugikan, oleh sebab itu penyair adalah sebagian dari kelompok yang dirugikan atas adanya investor asing.
Selain kritik tentang prekonomian yang dikuasai bangsa asing dalam puisi ini juga membahas tentang keamanan Negara yang diabaikan dengan membeli ALUTSISTA bekas dari Jerman, memang benar saat itu Negara tidak mampu membeli ALUTSISTA baru karena terlalu mahal nilai tukar rupiah terhadap dolar sangat kecil sehingga Negara utuk melengkapi ALUTSISTA demi keamanan negara bekas dari Negara Jerman yang merupakan sampah untuk Negara itu. Dan ini juga merpakan dampak gejolak politik serta ketidak mampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan ekonomi hal ini dapat kita lihat di larik terakhit bait kedua puisi Beri Aku Kekuasaan.
"Mereka mencari tema-tema pembebasan, tetapi bukan ayam goreng dari Amerika, atau sampah dari Jerman."
Dalam puisi ini pengarang juga mennyampaikan kondisi Negara yang tidak stabil denagan adanya konfrontasi Malaisya yang menyebabkan adanya perang, serta keluarnya Indonesia dari PBB , berbagai masalah pelik lain dalam pemerintahan. Dan itu dapat kita lihat dari beberapa larik berikut ini. Pada penggalan larik Jakarta 1957 yang risau merupakan suatu peristiwa yang terjadi di Cikini. Yaitu peristiwa dimana Presiden Soekarna mengalami peristiwa percobaan pembumuhan yang diakukan oleh pelajar dari organisasi tertentu yang memiliki banyak versi. Sedangkan pada bait kedua menjelaskan kondisi dimana kondisi Negara yang masih tidak aman karena banyak pihak yang tidak suka akan kemerdekaan Indonesia, serta banyak yang menganggap Soekarno pendukung komunis, sehingga banyak kekerasan terjadi.
"Kau lihat juga tema-tema berlepasan, dari Pulo gadung ke Sukarno Hatta, atau di Gambir : Jakarta 1957 yang risau. Sepatuku goyah di situ. Orang bicara tentang revolusi, konfrontasi Malaysia, Amerika dan Inggris dibenci pula."
"Mereka pernah masuki tema-tema itu, bendera terbakar, letusan di balik pintu, jerit tangis anak-anak, dan dansa-dansi di malam hari. Lalu : Siapakah yang mengusung tubuhmu, pada setiap kata............"
Penyai mampu menggambarkan kondisi pelik yang dialami Indonesia saat itu. Indonesia tidak aman.
Sikap Penyair terhadap Corak Kehidupan Sosial Masyarakatnya
Sikap penyairdalam puisi ini tergambar dalam larik berikut:
"Siapakah yang bisa membunuh ilmu pengetahuan siang ini, dari orang-orang yang tak tergantikan dengan apapun."
Dalam larik diatas dapat disimpulkan bahwa pengarang gelisah dengan kondisi yang dialami negaranya, sejak sebelum merdeka sampai saat ini masih saja dikuasai bangsa asing. Namun apabila bangsa ini tidak menerima bangsa asing maka bangsa ini akan tertinggal karena pengetahuan yang masuk ke Indonesia melalui bangsa asing, mereka jauh lebih maju dibandingkan Indonesia dalam segala bidang, pembangunan teknologi semuanya selalu ada campurtangan bangsa asing, sampai kapan rakyat Indonesia akan bergantung kepada mereka, maka dari itu puisi ini dibuat denganjudul beri aku kekuasaan yang bermaksud bahwa bangsa Indonesia ingin berkreasi membangun negrinya dengan usaha mereka dengan kerja keras mereka walau mungin memerlukan bantuan dari pihak asing namun bukan lah orang asing yang mendominasi namun Bangsa Indonesia sendiri.
Bab II
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan sosiopsikologis adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan social budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada saat cipta sastera diwujudkan.
Salah satu unsur yang terkandung dalam puisi adalah unsur kehidupan sosial-budaya serta ragam sikap penyair terhadapnya.
Hubungan kehidupan sosial dengan gagasan dalam puisi adalah adanya hubungan timbal balik antara kehidupan masyarakat dengan gagasan dalam puisi.
Kehudupan sosial masyarakat dapat menjadi bahan penciptaan suatu puisi.
Penilaian terhadap suatu corak kehidupan sosial masyarakatnya dan hal itulah yang menjadi gambaran sikap penyair dalam karyanta.
Hasil analisis puisi beri aku kekuasaan.
Hubungan kehidupan sosial dengan gagasan dalam puisi penyair menggambarkan kehidupan sosial masyarakat yang dipengaruhi oleh politik.
Hubungan kehidupan sosial dengan gagasan dalam puisi pengarang mampu menggambarkan suasana atau kondisi Negara saat itu dan mampu menyampaikan keinginannya sebagai wakil dari kelompok, yaitu pengarang merasa tidak dapat berkarya di negaranya karena didominasi orang asing, serta menyampaikan unsur kesejarahan
Sikap penyair yang dimunculkan adalah kegelisahan, karena bangsa indonesia tidak dapat lepas dari orang asing sejak dulu sampai sekaran ini.
Daftar Pustaka
Aminuddin, 2011, Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
. http://arif-irfan-fauzi.blogspot.com/2010/04/kajian-sosiopsikologis-pada
cyber-short.html
6