ANALISIS UNSUR INTRINSIK PUISI Analisis unsur intrinsik puisi “Bukan “Bukan Beta Bijak Berperi” Berperi” karya Rustam Rustam Effendi BUKAN BETA BIJAK BIJAK BERPERI (Rustam Effendi
Bukan beta bijak berperi Pandai mengubah madahan madahan syair Bukan bela budak negeri negeri Musti menurut undangan undangan mair Syarat sarat saya mungkiri Untai rangkaian seloka lama Beta buang beta singkiri Sebab laguku menurut sukma Susah sungguh saya sampaikan Degub-deguban di dalam dalam kalbu Lemah laun lagu dengungan dengungan Matnya digamat rasain waktu waktu Sering saya susah sesaat Sebab madahan tidak nak dating Sering saya sulit mendekat Sebab terkurung kikisan mamang Buka beta bijak berlagu Dapat melemah bingkaian bingkaian pantun Bukan beta berbuat baru baru Hanya mendengar bisikan alam alam PEMBAHASAN: 1. Persajakan Persajakan yang digunakan dalam puisi “ Bukan Beta Bijak Berperi yaitu menggunakan sajak A-B-A-B. Hal ini terlihat dalam puisi, salah satunya terdapat pada bait pertama. Bukan beta bijak berperi Pandai mengubah madahan madahan syair Bukan bela budak negeri negeri Musti menurut undangan undangan mair Pada bait pertama puisi di atas dapat kita lihat bahwa mulai dari baris pertama sampai baris keempat terdapat persamaan bunyi yang menyebabkan puisi ini disebut bersajak A-B-A-B. Misalnya pada baris pertama diakhiri dengan huruf vokal i, baris kedua diakhiri oleh konsonan r. Dua baris pertama dalam bait puisi di atas disebut A-B. sedangkan pada baris ketiga dan keempat yang juga sama
dengan baris pertama dan kedua diakhiri oleh vocal i dan konsonan r. Jadi puisi !ukan !eta !ijak !erperi" memnggunakan sajak A-B-A-B. 2. Aliterasi #literasi atau persamaan konsonan dalam satu baris pada puisi !ukan !eta !ijak !erperi" yaitu $ !ait pertama a. !ukan beta bijak berperi b. !ukan bela budak negeri !ait kedua a. %yarat sarat saya mungkiri b. !eta buang beta singkiri !ait ketiga a. %usah sungguh saya sampaikan b. Degub°uban di dalam kalbu !ait keempat a. %ering saya susah sesaat b. %ering saya sulit mendekat !ait kelima a. !ukan beta bijak berlagu b. !ukan beta berbuat baru 3. Asnansi #sonansi atau persamaan vocal dalam puisi !ukan !eta !ijak !erperi" yaitu $ '. !ait kedua '. %yarat sarat saya mungkiri (. )ntai rangkaian seloka lama '. !ait ketiga '. Matnya digamat rasain waktu !. E"#ni !unyi&bunyi bahasa yang merdu dalam puisi !ukan !eta !ijak !erperi" yakni terdapat pada bait kee,pat. Sering saya susah sesaat Sebab madahan tidak nak dating Sering saya sulit mendekat Sebab terkurung kikisan mamang !unyi&bunyi merdu dalam puisi ini disebabkan karena adanya pengulangan sengau secara berulang. $. Kak#ni !unyi&bunyi bahasa yang tidak merdu dalam puisi !ukan !eta !ijak !erperi" yakni terdapat pada bait ketiga. Susah sungguh saya sampaikan Degub-deguban di dalam kalbu Lemah laun lagu dengungan Matnya digamat rasain waktu *etidak merduan ini disebabkan oleh penggunaan konsonan&konsonan tertentu.
%.
&iksi'(e)ili*an kata Diksi yang digunakan disesuaikan dengan rimanya, s ehingga mengambil sebagian diksi dari bahasa daerah dan bahasa lain. Diksi tersebut cocok digunakan dalam puisi tersebut. +imanya sesuai dan memperindah puisi. #kan tetapi, diksi yang diambil dari bahasa tersebut kurang familiar dikalangan pembaca yang masih awam merasa kesulitan dalam menafsirkan makna dan amanat dari puisi tersebut. Diksi&diksi yang digunakan tersebut seperti, beta, bijak, berperi, madahan, mair, seloka, singkiri, sukma, laun, kalbu, mat, digamat, nak, mamang, dan alun. Diantara kata&kata tersebut ada yang masih sangat jarang digunakan dalam karya sastra misalnya $ '. !erperi berkata (. Madahan pujian -. Mair maut, kematian . %eloka jenis puisi yang mengandung ajaran/sindiran 0. %ingkiri menghindari 1. 2aun pelan&pelan, perlahan, lambat 3. Mat irama 4. 5amat berlagu, melagukan 6. Mamang peribahasa yang mengandung nasihat, bingung ketakutan Puisi !ukan !eta !ijak !erperi sangat sesuai untuk pembaca yang ingin menambah kosa kata baru di dunia kebahasaan. %elain itu, memperluas pandangan terhadap hal&hal yang baru. Ba*asa Kiasan +an Ba*asa !ahasa kiasan yang terdapata pada puisi !ukan !eta !ijak !erperi terdapat tiga macam majas, yaitu '. Majas Hiperbola '7 !ukan beta budak negeri (7 Meski menurut undangan mair '. Majas Personifikasi '7 Dapat terkurung kikisan memang (7 Dapat melemah bingkaian pantun
'. '7
'7 (7 -7 7 ,.
Majas 8autologi )ntai rangkaian seloka lama
'. Majas +epetisi !ukan beta bijak berperi !ukan beta budak negeri !ukan beta bijak berlagu !ukan beta berbuat baru
I)ajeri'I)aji 9maji yang terdapat dalam puisi !ukan !ata !ijak !erperi" adalah unsur dengaran. )nsur dengaran tersebut diterangkan pada beberapa baris puisi, yaitu '. 2emah laun lagu dengungan
(. Matya digamat rasain waktu -. Hanya mendengar bisikan alun . Ti(ra#i 8ipografi yang dimiliki oleh puisi&puisi sajak !ukan !eta !ijak !erperi merupakan jenis tipografi yang teratur karena memiliki jumlah suku kata yang sama yaitu 4&'( suku kata. %elain itu juga memiliki jumlah kata yang tidak berbeda jauh dan persamaan bunyi yang serupa. Hal tersebut dimaksudkan agar irama dan rimanya menjadi teratur dan semakin indah untuk di perdengarkan dan dinikmati pembaca. /. Te)a 8ema dari puisi !ukan !eta !ijak !erperi" adalah kebebasan berkarya sastra. 10. A)anat #manat yang dapat di ambil dari puisi !ukan !eta !ijak !erperi" adalah sebagai berikut $ '. Percayalah pada diri sendiri dalam membuat suatu karya. (. Jangan mudah putus asa dalam melakukan pekerjaan, orang lain akan tetap menghargainya. -. :arilah inspirasi dalam hidup dimana saja. . Jangan bimbang dan takut dalam melakukan hal yang dianggap benar. 0. Hendaknya kita jangan pesimistis. 11. Makna P"isi Makna dari puisi diatas adalah penulis mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat berkata dengan bijaksana. 8idak pandai mengubah pujian dari syair. Penulis bukanlah budak ;egara, walaupun harus menghadapi kematian. *etentuan penuh telah penulis abaikan. !ahkan serangkaian sajak seloka lama, penulis juga telah mengabaikanya karena penulis menganggap lagunya lahir dari jiwanya.penulis merasa kesulitan untuk dapat menyampaikan irama yang terdapat dalam hati sanubari penulis. 2agu berdengung dengan lemah dan pelan, iramanya dilagukan sesuai dengan keadaan dan waktu. *adang penulis merasakan kesusahan sesaat, karena menanti pujian. Penulis juga merasa sulit untuk mendekat karena terperangkap dan terkikis oleh kebingungan dan ketakutan. Penulis tidak pandai dalam berlagu karena dapat melemahkan rangkaian pantun. Penulis tidak melakukan hal yang baru karena hanya mendengar lantunan lagu.