ANALISIS FILM THE MIRACLE WORKER MELALUI PENDEKATAN TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME DAN TEORI KOGITIF
Disusun Guna Memenuhi Tuga Mata Kuliah Psikologi Pendidikan dengan Dosen Pembimbing : Mujahidah, M.Psi
Disusun Oleh : LELY AGUSTINA
10.1104.0032
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SAMARINDA 2012
PEMBAHASAN A. Sinopsis Film The Miracle
Film The Miracle Worker menceritakan tentang seorang anak perempuan cantik yang mempunyai keterbatasan indera, yaitu Hellen Keller. Ia mengalami kebutaan, tuna rungu dan tuna wicara. Hellen Keller merupakan anak dari pasangan Arthur Keller dan Catie Keller, ia juga mempunai kakak tiri bernama James yang diserahi perkebunan tembakau oleh ayahnya. Karena keterbatasan yang dimiliki Hellen itulah ayahnya hendak memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Namun hal tersebut ditolak oleh ibu dan bibi Hellen. Kemudian bibi Hellen menyarankan agar ayah Hellen mengirimkan surat kepada Dr. Chisolm di Baltimore guna meminta dikirimkan seorang pengasuh sekaligus pengajar untuk Hellen. Tak berapa lama surat itupun sampai pada Dr. Chisolm dan beliau langsung menugaskan Ny. Annie Sullivan untuk menjadi pengasuh sekaligus pengajar Hellen, yang notabene mempunyai latar belakang hampir serupa dengan apa yang dialaminya, bahkan ia pernah atau dibesarkan di rumah sakit jiwa. Sesampainya di kediaman keluarga Keller, Ny. Sullivan langsung melakukan pendekatan dengan Hellen. Akan tetapi ia sempat dikunci di dalam kamar oleh Hellen karena merasa terganggu akan kehadirannya. Dengan adanya kejadian tersebut tidak berarti menyurutkan niat Ny. Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen. Suatu saat, ketika keluarga Keller sedang makan bersama, seperti hari-hari sebelumnya kebiasaan Hellen selalu memakan makanan dari piring-piring anggota keluarga. Namun Ny. Sullivan tidak mau jika Hellen melakukan hal ini secara terus-menerus, akhirnya ia meminta agar seluruh anggota keluarga Keller untuk meninggalkannya bersama Hellen di ruang makan. Setelah beberapa waktu di dalam ruang makan Hellenpun akhirnya mampu makan menggunakan piring sendiri bahkan mampu juga menggunakan sendok serta garpu. Meskipun keadaan di ruang makan menjadi berantakan serta Hellen kelihatan sedikit tertekan. Melihat kekadaan tersebut keluarga Keller merasa tidak senang dan hendak memecat Ny. Sullivan, akan tetapi Ny. Sullivan bersikeras untuk menggasuh dan mengajar Hellen serta memberikan pemahaman kepada keluarga Keller bahwa Hellen sangat membutuhkannya. Selain itu Ny. Sullivan juga mengetahui bahwa Hellen mempunyai kecerdasan yang tinggi meskipun di lain sisi Hellen mempunyai keterbatasan indera. Setelah melalui perbincangan yang cukup alot akhirrnya keluarga Keller menyetujui niat Ny. Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen dengan caranya sendiri, dan ia meminta agar ia dan Hellen ditempatkan di rumah yang sebenarnya dijadikan gudang oleh keluarga Keller yang berada di samping rumah. Sebelum Hellen diajak masuk ke dalam rumah yang akan dijadikan sebagai tempat tinggalnya bersama Ny. Sullivan, ia diajak berkeliling menggunakan kereta selama berjam-jam agar Hellen merasa berada di tempat lain setelah melaksanakan perjalanan tersebut. Dengan keterbatasan waktu yang diberikan keluarga Keller kepada Ny. Sullivan dalam mengasuh dan mengajar Hellen. Ny. Sullivan sangat bersunggguh-sungguh karena merasa memiliki kemiripan latar belakang. Meskipun pada awalnya Hellen sempat merasa takut dan terganggu akhirnya Ny. Sullivan berhasil mendekati dan bahkan akrab dengan Hellen. Ia mengajarkan Hellen tentang kata-kata benda yang ada di sekitarnya dengan
menggunakan sandi tangan. Dengan cepat Hellen mampu menggunakan sandi dengan tangan yang diajarkan oleh Ny. Sullivan, akan tetapi Hellen tidak memahami apa yang diajarkannya sampai tiba hari terakhir yang diberikan oleh keluarga Keller kepadanya. Kemudian Ny. Sullivan meminta tambahan waktu kepada keluarga Keller dalam mengasuh serta mengajari Hellen. Namun keluarga Keller enggan memberikan tambahan waktu tersebut. Karena berakhirnya waktu yang diberikan kepada Ny. Sullivan, Hellenpun kembali dibawa pulang ke rumah oleh keluarga Keller. Hingga tiba waktu makan bersama keluarga Keller, sebab belum memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan kepadanya Hellen akhirnya makan kembali menggunakan kebiasaannya sebelum kedatangan Ny. Sullivan, yaitu memakan makanan dari piring-piring anggota keluarga yang makan. Oleh karena itu Ny. Sullivan kembali bersikeras untuk meminta waktu tambahan dalam mengajar Hellen agar apa yang telah diajarkannya kepada hellen tidak hilang begitu saja. Di lain pihak keluarga Keller tetap tidak mau memberikan waktu tambahan untuk Ny. Sullivan dalam mengajar dan mengasuh Hellen. Akhirnya Ny. Sullivan membawa Hellen keluar rumah dan menuju sumur pompa yang terletak di depan rumah keluarga Keller. Meskipun awalnya keluarga Keller tidak merelakan, namun akhirnya keluarga tersebut merelakannya. Selang beberapa waktu, dengan sumur pompa dan air terse but akhirnya Hellen mampu memahami apa yang selama ini diajarkan oleh Ny. Sullivan kepadanya. Kata pertama yang dipahami hellen adalah “water”, dan diikuti dengan kata-kata yang lainnya karena Hellen meminta Ny. Sullivan untuk mengajarkannya kembali tentang apa yang belum ia pahami. Kemudian Hellenpun tumbuh menjadi dewasa serta mampu menjadi seorang penngacara terkenal meskipun ia mempunyai banyak kerterbatasan, dan Ny. Sullivan tetap menjadi seorang guru. B. Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997). Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan
respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping. Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu: Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; •
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
•
Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari
penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons. C. Pengaplikasian Teori Behavioristik Dalam Film The Miracle Worker
Dalam kisah Hellen Keller dalam film The Miracle Worker ini terdapat beberapa bentuk pengaplikasian teori-teori pembelajaran (behaviorisme), antara lain ialah: •
Ibu Hellen, Catie Keller selalu memberikan permen kepada Hellen ketika ia mengamuk, guna untuk menenangkannya. Meskipun pada akhirnya hal terseut tidak disetujui oleh Ny. Sullivan karena ibunya memberikan hadiah ketika Hellen melakukan kesalahan. (koneksionisme dan pembiasaan perilaku respon).
•
Ny. Sulivan membiasakan Hellen menggunakan sandi tangan untuk memahami segala sesuatu yang ada di sekitarnya, bahkan mengajaknya berkeliling agar mengetahui dan memahami semuanya itu. Hingga akhirnya Hellen dapat memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan melalui pembiasaan-pembiasaan (pembiasaan/conditioning). Seperti mengajari Hellen mengeja kata “cake” sebelum memberinya kue dan lain sebagainya. Selain itu hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang (teori pembiasaan perilaku respon).
•
Membiasakan Hellen makan menggunakan pring sendiri, sendok dan garpu sehingga ia menjadi terbiasa melakukan hal tersebut (pembiasaan/conditioning) serta dilakukan berulang-ulang hingga Hellen mampu melakukannya (teori pembiasaan perilaku respon).
1. Kelemahan dalam film The Miracle Worker •
Meskipun teori behaviorisme berhasil digunakan Ny. Sullivan dalam mengasuh dan mengajar Hellen, akan tetapi terdapat pula peran teori pembelajaran kognitivisme dalam prosesnya. Yaitu secara kognitif Hellen tidak akan mau mempelajari apa yang diajarkan Ny. Sullivan kepadanya jika ia tidak memutuskan untuk mau diajari Ny, Sullivan pada malam pertama Hellen dan Ny. Sullivan menempati rumah bekas gudang yang berada di samping rumah keluarga Keller
•
Hellen tidak akan memahami apa yang telah diajarkan oleh Ny. Sullivan kepadanya jika ia tidak menghendaki hal tersebut
•
Meskipun proses belajar itu dapat diamati secara langsung, akan tetapi proses belajar juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diamati secara langsung. Seperti halnya kehendak atau kemauan, pengambilan keputusan dan lain sebagainya.
2. Kelebihan dalam film The Miracle Worker
Teori ini banyak digunakan oleh para pendidik dalam memberikan pendidikan pada siswa yang mengalami kesusahan dalam hal memperoleh pendidikan dan pengetahuan.
D. Teori Pembelajaran Sosial – Kognitif Albert Bandura
Setelah melihat dan memahami film The Miracle Worker ini, penulis dapat mengambil kesipulan bahwa teori yang dipakai cenderung pada teori pembelajaran yang hampir sama seperti yang dipaparkan oleh tokoh behaviorisme yaitu Albert Bandura (1925) yang terkenal dengan teori pembelajaranya dibidang sosial atau kongnitif sosial serta efikasi diri dan eksperimenya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukan anak meniru secara persis prilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. 1. Asumsi yang diberikan pada teori kognitif: •
Individu melakukan pembelajaran dengan meniru lingkungan terutama perilaku orang lain.
•
Ada keterkaitan yang erat antara lingkungan, perilaku dan pribadi dalam proses pembelajaran.
•
Hasil Belajar berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Begitu juga dalam film The Miracle Worker ini yang digunakan dalam pembelajaran adalah peniruan pada apa yang diberikan pada pendidiknya, seperti metode yang diperoleh kepada Helen dari gurunya Ny Sullivan yaitu pembelajaran yang menggunakan tangan sebagai alat untuk memahami segala sesuatu yang ada disekitarnya yang disengaja diberikan dan dilakukan oleh Helan seperti apa yang diberikan oleh Sullivan padanya. 2. Adapun faktor-faktor yang diperoleh dalam penemuan Albert ini yaitu: •
Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamatan. Seperti perhatian yang diberikan oleh Sullivan pada Helan yaitu dia meminta pada oranng tua Helan untuk tinggal bersama dirumah tanpa adanya orang tua yang mendampinginya dalam beberapa waktu karena ia ingin memberikan perhatian penuh pada Helen agar tidak banyak pengaru dari luar ataupun keluarganya untuk mempermudah sullivan memberikan teori belajarnya.
•
Penyimpanan atau proses pengingat, mencakup pada kode-kode atau simbol. Sama halnya hal yang dilakukan oleh Sullivan dalam meberikan pembelajaran pada Helen, dia menggunakan kode-kode yang berbeda-beda dalam suatu hal. Dan ini
memudahkan Helen untuk menyimpan dan mengingatnya dalam kehidupan seharihari. •
Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik. Di gambarkan pada waktu Sullivan memberikan pembelajaran memahami air dan ini sangat susah dan memerlukan kesabaran dalam mengajarinya dan butuh pembelajaran yang berulang-ulang sampai helen dapat memahaminya.
Dapat dilihat dalam film ini meiliki faktor-faktor yang mendukung pembelajaran pada siswa, diantaranya adalah: •
•
•
Memiliki ciri yang bersesuaian dengan individu Nilai prestise dari model tersebut Kualitas rasa kepuasan
Selain itu dalam teori yang ditemukan oleh Albert ini harus diperhatikan model atau teladan memiliki prinsip-prinsip sebagai gerikut; •
Tingkat
tertinggi
belajar
dari
pengamatan
diperoleh
denagan
cara
menggorganisasikan sejak awal dan mengulangi prilaku secara simbolik kemudian melakukanya. •
Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
•
Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya memiliki nilai yang bermanfaat.
3. Proses pembelajaran dalam teori bandura terjadi dalam tiga komponen (unsur) yaitu: •
Prilaku model
•
Pegaruh perilaku model
•
Proses intienal belajar.
4. Kelemahan dalam film The Miracle Worker Walaupun dalam teori ini banyak memberikan teori pembelajaran tetep saja ada kekuranganya, diantaranya: •
Proses pembelajaran dengan menggunakan penciuman dan peraba.
•
Waktu yang cukup lama.
•
Siswa susah memahami apa yang dipelajari.
•
Pengaruh lingkungan
•
Pengaruh keluarga
5. Kelebihan dalam film The Miracle Worker •
Mampu mendidik siswa walau dengan indra yang tidak sempurna.
•
Memudahkan adak didik dalam memintak atau berkomunikasi dengan orang lain.
•
Menjadikan siswa menjadi lebih mandiri dan prcaya diri walau mempunyai kelemahan dalam panca indranya.
E. Teori Kognitif Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu : •
Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.
•
Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
•
Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. •
Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
1. Dalam film ini terdapat ciri-ciri yang mengarah pada teori kognitif yang menitik beratkan pada mental dan proses berfikir menurut tingkatannya, sehingga dapat dianalisa teori kognitf yang mendasarinya yaitu; •
Usia Hellen Keller pada waktu itu sekitar 10 tahun dalam pandangaan teori kognitif itu disebut masa operasional konkrit
•
Schemata
•
Cara berfikir dan proses mental anak
•
Perkembangan nalar memerlukan pertukaran gagasan
•
Zone of proximal development menurut teori Vygotsky.
•
Scaffolding
Hellen Keller ketika diajar oleh Ny.Sullivan usianya telah mencapai 10 tahun, usia ini dalam pandangaan teori kognitif itu disebut masa operasional konkrit (7-11 tahun) pada masa ini kemampuan bahasa dan kemampuan untuk berfikir dengan bentuk simbolis mampu memikirkan operasi secara logis, masalah konkrit (yang ada) dengan cara logis memehami hukum perlindungan dan mampu mengklasifikasi dan mengurutkan memahami reversibilitas (kebalikan), dalam kondisi ini Hellen tidak bisa menggunakan potensi kemampuan bahasanya secara vokal karena ia bisu tetapi daya kemampuan berfikirnya tetap berjalan bahkan lebih cerdas dari anak-anak seusianya pada umumnya.
Disinilah Ny. Sullivan memainkan peranya, sebagai seorang psikolog ia memahami betul bahwa Hellen adalah anak yang cerdas (tidak gila) sehingga tidak perlu dibawa kerumah sakit jiwa, ia menagajari Hellen dengan menitik beratkan pada mental dan potensi akalnya yang ini merupakan proses pembelajaran dalam teori kognitif. Teori kognitif juga membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Dari film ini dapat dilihat bagaimana kesabaran Ny. Sullivan dalam mengajarkan kosa kata dan lingkungan kepada Hellen yang akhirnya juga membuahkan hasil yaitu Ny. Sullivan mampu menanamkan insight pada ruang berfikirnya Hellen. Insight yaitu pemahaman seseorang secara totalitas terhadap suatu objek ini lah yang dicapai Hellen Keller, akhirnya ia mengerti bahwa tiap kata yang diajarkan oleh Ny. Sullyvan memilki makna dan bentuk tertentu yang dapat ia rasakan dan kata/benda yang pertama ia fahami dalam film itu ialah water (air).
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan dalam menjabarkan implikasi dalam teori kognitif Pieget menagatakan memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Ny. Sullivan dalam hal ini mengerti betul bahwa dalam mendidik Hellen dia harus bisa menyentuh sisi mentalnya dan hanya dengan indra praba dan penciuman yang dimilki Hellen dia mencoba membreikan kosa kata dan bahasa sebnyak-banyak dengan menggunakan metode belajar.
Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda maka metode yang digunakan oleh Ny. Sullivan dalam mendidik Hellen sesuai dengan kekurangan dan kelebihan yang ia miliki meski terkadang dipandang kasar dan tidak manusiawi terlebih bagi anak seperti Hellen yang serba kekurangan seperti ketika Hellen menyiram mukanya, ia kemudian membalasnya, begitu juga ketika Hellen memukul mukanya ia juga membalas dengan memukul muka Hellen. Tapi, sebenarnya tidak demikian. karena apa yang diperbuat oleh Ny. Sullivan. Ia sangat memahami ilmu psikologi. Keadaan Helen memang menuntut diberi perlakuan “keras”.
Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung. Hal itulah yang dialami Hellen Keller ia baru mengerti arti sebuah gagasan ketika Ny. Sullyvan membawanya ke pompa air dan memompanya untuk mendapatkan air padahal sebelumnya ia sudah begitu banyak diajari kosa kata dan bahas oleh Ny. Sullivan namun ia tidak dapat memahaminya secara langsung sehingga sangat menguji kesabaran Ny. Sullivan untuk menjelaskannya namun akhirnya ia didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan setelah ia mengerti dan memahami gagasan atau arti sebuah kata.
Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam film ini diuraikan secara demonstratif bahwa proses berfikirnya Hellen Keller pada usia 10 tahun telah sampai pada tingkat ini. Hal ini terbukti ketika ia memahami arti sebuah kosa kata sehingga ia telah dapat mengatasi masalah utamanya yaitu berkomonukasi dengan orang sekitarnya khususnya orang tua dan gurunya. Ia tidak mungkin dapat menunjukkan rasa cinta dan terimakasihnya kepada gurunya yang diekspresikannya dengan mencium pipi Ny. Sullivan kalau ia belum mengerti sebuah masalah dan belum dapat memecahkannya.
Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Dalam kasus Hellen Keller tentu yang dimaksud dengan mengurangi bantuan bukanlah bantuan memperkenalkan padanya kosa kata baru, melainkan proses yang amat rumit yaitu proses menanamkan dalam pemikirannya pengetahuan menyeluruh tentang sebuah nama/sifat terhadap sebuah objek atau sering disebut dengan istilah insight.
6. Kelemahan dalam film The Miracle Worker
Harus diakui walau teori kognitif dalam film ini banyak berperan namun bukan berarti semua hal yang dialami oleh Hellen Keller didasari oleh teori kognitif, ada beberapa hal yang tidak tersentuh dengan teori ini diantaranya: •
Disamping proses berfikir dan mental Hellen Keller juga memerlukan proses pembiasan dan latihan
•
Tingkah laku yang dikembalikan pada reflek
•
Adanya sebuah potensi yang terbentuk sebelumnya
•
Proses belajar juga memerlukan indra raba dan penciuman
•
Pengaruh lingkungan
•
Mekanisme hasil belajar melalui stimulus respon
•
Penekanan reaksi terhadap stimulus dan reinforcement.
7. Kelebihan dalam film The Miracle Worker
Teori ini banyak digunakan oleh para pendidik dalam memberikan pendidikan pada siswa yang mengalami kesusahan dalam hal memperoleh pendidikan dan pengetahuan.
Referensi :
Mcleish, John, The Development Of Modern Behavioural Psychologi, alih bahasa Latif Zachri, Behaviorisme Sebagai Psikologi Perilaku Modern, (Bandung, Tarsito, 1986) http://iismim.blogspot.com/2010/03/miracle-worker-movie-suatu-tinjauan.html