ANALISIS BIOKIMIA URIN
Oleh : Kelompok 1 Kelas C Charlie Binta Nurillah Banna Maya Theresa Siagian Fionita Angelia Chandra Mudya Hendra Rini Riyan Pratama Putra
110115391 110115398 110115411 110115412 110115426
Laboratorium Biokimia Dapertemen Farmasi Klinis dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Surabaya 2016
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................
i
BAB I Tujuan Percobaan................................................................
1
BAB II Hasil Praktikum 2.1 Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 2.2 Pemeriksaan Kimiawi.................................................................. 2.2.1 Derajat Keasaman (pH)............................................................. 2.2.2 Uji Benedict Semikuantitatif..................................................... 2.2.3 Uji Gerhardt.............................................................................. 2.2.4 Uji Koagulasi Panas.................................................................. 2.2.5 Percobaan Kreatinin Urine........................................................ 2.2.6 Pemeriksaan Urobilinogen........................................................ 2.2.7 Uji Fehling................................................................................ 2.2.8 Penetapan kadar asam urat........................................................ BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hasil Diskusi Percobaan.............................................................. BAB IV KESIMPULAN.................................................................. Daftar Pustaka.................................................................................... Lampiran...........................................................................................
i
BAB I TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Tujuan Praktikum 1. Mengetahui sifat fisiko kimia urin 2. Mengetahui kandungan urin secara kualitatif dan semikualitatif 3. Menetapkan kadar asam urat 4. Mendeskripsikan penilaian hasil pemeriksaan analit urin 5. Menjelaskan penyebab kelainan volume urin 6. Menginterprestasikan hasil penilaian uji biokimia 1.2 Tujuan Percobaan 1.2.1 Pemeriksaan Fisik Tujuan: Mengamati sifat fisik urin 1.2.2 Derajat Keasaman Tujuan: Menentukan pH urin 1.2.3 Uji Benedict Semikuantitatif Tujuan: Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif 1.2.4 Uji Koagulasi Panas Tujuan: Menentukkan adanya protein secara kulitatif di dalam urin 1.2.5 Uji Gerhardt Tujuan: Mengetahui adanya asam asetoasetat dalam urin 1.2.6 Percobaan kreatinin urine Tujuan: Menentukkan kreatinin urin sebatas kulitatif 1.2.7 Pemeriksaan urobilinogen Tujuan: Menentukan urobilinogen dalam urine 1.2.8 Uji Fehling Tujuan: Menentukkan karbohidrat dalam urin 1.2.9 Penetapan kadar asam urat Tujuan: Menentukkan kadar asam urat
BAB II HASIL PRAKTIKUM Hasil Pemeriksaan Fisik Urin Jenis Pemeriksaan
Hasil
Keterangan
1
Volume
100 ml
Warna
Kuning
Normal
Buih
Ada buih sedikit
Normal
Kekeruhan
Tidak keruh
Normal
Bau
Aromatis
Normal
Hasil Pengamatan Analisis Urin, Derajat Keasaman dan Uji Benedict Semikuantitatif Reaksi Uji
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Derajat keasaman (pH)
6
Asam
Uji Benedict semikuantitatif Urin Praktikum
Biru Endapan Hijau
Mengandung
Glukosa 0,3 %
Biru Hijau Kekuningan
Glukosa 1%
Biru Hijau Kekuningan
Glukosa 5%
Biru Orange kecoklatan
Glukosa
Hasil Pengamatan Analisis Urin ( Koagulasi panas, Gerhart, Kreatinin, Urobilinogen, dan Fehling) Reaksi uji
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Uji Koagulasi Panas Urin Praktikan
Kuning
Sampel
Sampel A : Biru Muda
Tidak Ada Protein
Sampel B: Jernih
2
Uji Rothera
Urin Praktikan
Awal : Kuning
Tidak Terdapat Asam Asetoasetat
Sampel
Sampel A : Kuning Sampel B: Kuning
Uji Kreatinin Urin Praktikan
Merah
Sampel
Sampel A : Kuning
Mengandung Kreatinin
Sampel B: Kuning
Uji Urobilinogen Urin Praktikan
Merah
Terdapat urobilinogen
Sampel
Sampel A : Jernih
Tidak Terdapat
Sampel B: Kuning Muda
urobilinogen
Uji Fehling Urin Praktikan
Tanda endapan berwarna
Tidak Mengandung
biru jernih
Karbohidrat
3
Sampel
Sampel A : Endapan
Mengandung
merah bata, warna
Karbohidrat
merah jingga Sampel B: Endapan merah bata
Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Urat No
Umur
Kadar Asam Urat Laki-laki
Perempuan
1
19 Tahun
6,8
5,8
2
33 Tahun
7,6
8,2
3
50 Tahun
11,3
12,4
4
19 Tahun
3,9
3,3
5
19 Tahun
7,4
10,5
4
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hasil Diskusi Percobaan Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama, makromolekul biologis yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering sel pada hampir semua organisme. Protein dalam kehidupan punya peran sangat penting dan komplek dia antaranya sebagai enzim, hormone, antibody, transpoter, muscle fiber, mushroom poisons dan sebagainya. Protein di tinjau dari sifat fisikokimianya. Protein adalah senyawa organik yang kompleks berbobot molekul tinggi berupa polimer dengan monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur serta posfor. Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis asam aminonya. Berat molekul protein sangat besar sehingga bila protein dilarutkan dalam air akan membentuk suatu dispersi koloidal. Molekul protein tidak dapat melalui membran semipermiabel, tetapi masing-masing dapat menimbulkan tegangan pada membran tersebut. Unsur Karbon Hidrogen Nitrogen Oksigen Sulfat Phospat
Persentase (%) 51,0 – 55 6,5 – 7,3 15,5 – 18 21,5 – 23,5 0,5 – 2,0 0,0 – 1,5
Asam amino adalah monomer penyusun protein yang dihubungkan dengan ikatan polipepetida. Asam amino penyusun protein di sebut asam amino baku atau standar. Walaupun jumlahnya terbatas tadi dapat digunakan untuk menyusun polipeptida dengan variasi yang besar. Struktur umum asam amino mengandung satu gugus karboksil, satu gugus amino dan satu rantai samping (gugus R), semua terikat
5
pada karbon-α, kecuali glisin, yang tidak mempunyai rantai samping, karena karbonα nya mengandung dua hydrogen. Karena tidak mempunyai atom karbon asimetrik, glisin tidak bersifat optic aktif, jadi tidak punya konfigurasi D atau L. Perbedaan asam amino berdasarkan letak rantai sampingannya ( R groups) berdasarkan rantai sampingnya asam amino dibedakan atas beberapa kelompok yaitu : kelompok R alifatik, R aromatic, R mengndung sulfur, R alcohol, R bermutan positif , R bermuatan negative dan R amida.
Degradasi asam amino merupakan proses penyingkiran nitrogen asam amino yang terdiri dari tiga tahap utama yaitu transaminase , deaminasi oksidatif dan siklus urea. Beberapa enzim transaminase penting untuk diagnose penyakit seperti aspartate aminotransferase atau di kenal juga glutamate oksaloasetat transaminase (GOT). Ikatan peptide adalah ikatan amida yang menghubungkan satu asam amino dengan asam amino lain. Ikatan peptide terbentuk dari reaksi kondensasi antara gugus karboksil dari suatu asam amino dengan gugus amino dari asam amino lain. Ikatan peptide bersifat stabil, di dalam tubuh diuraikan oleh enzim proteolitik yaitu protease dan peptidase. Asam amino dalam rantai polipeptida disebut residu asam amino. Asam amino dengan gugus amino bebas di sebut terminal N ( amino terminus) dan di arah berlawanan, asam amino yang punya gugus karboksil bebas di sebut terminal C ( carboxyl terminus ).
6
Protein dibagi menjadi 2 golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisik tertentu, yaitu protein globular dan protein serabut. Pada protein globular rantairantai polipeptida berlipat rapat membentuk globular, bersifat larut dalam air dan segera berdifusi, hampir semua mempuyai fungsi gerak atau dinamik. Hampir semua enzim, protein transport pada darah, antibody dan protein penyimpanan nutrient adalah protein globular. Protein serabut bersifat tidak larut air, merupakan molekul serabut panjang. Hampir semua protein serabut memberikan peranan truktural atau pelindung. Contohnya α-keratin fibroin dan kolagen Berdasarkan strukturnya protein dibedakan atas 4 yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Struktur primer, dibentuk oleh ikatan peptide antar asam amino,sehingga merupakan urutan dari asam amino penyusun protein. Struktur sekunder, dibentuk oleh ikatan hydrogen antara oksigen karbonildan hydrogen amida pada kerangka peptide. Struktur tersier merupakan bentuk yang komplek dan kompak dari rantai polipeptida karena adanya ikatan hydrogen, ionic, disulfida dan hidrofobik. Struktur kuartener dibentuk dari dua atau lebih rantai polipeptida. Protein dapat mengalami perubahan structural. Perubahan pada suatu protein yang ditimbulkan oleh berbagai faktor dikenal sebagai denaturasi. Contoh , jika suatu larutan protein seperti albumin telur secara berlahan-lahan dipanaskan sampai kirakira 60°-70°C, larutan tersebut lambat laun akan menjadi keruh dan membentuk koagulasi. Putih telur yang mengandug albumin terkoagulasi menjadi padatan putih dengan pemanasan. Produk yang terjadi tidak akan melarut lagi dengan pendinginan dan tidak dapat membentuk lartan jernih seperti putih telur sebelum dipanaskan.
7
Kelarutan protein adalah persen dari total protein yang terdapat di dalam bahan pangan yang dpat diekstrak oleh atau larut dalam air pada kondisi tertentu. Jenis – jenis protei, seperti albumin, globulin prolamin, dan glutein dapat larut dalam air, larutan garam encer, 60 – 80 % alcohol alifatik dan 0,2 % NaOH. Kelarutan protein di tentukan oleh sifat asam aminonya di dalam larutan, di mana asam amino dapat bersifat basa atau asam. Sifat kelarutan protein tergantung pada jenis protei, jenis pelarut, pH, konsentrasi dan muatan ion serta suhu. Peran dan aktivitas protein : 1. Katalis enzimatis Hampir semua reaksi kimia dalam system biologi dikatalisis oleh makromolekul spesifik yang dikatalisis oleh makromolekul spesifik yang disebut enzim. 2. Transport dan penyimpanan Berbagai molekul kecil dan ion ditransport oleh protein spesifik. Misalnya transport oksigen dalam eritrosit oleh hemoglobin dan myoglobin. 3. Koordinasi gerak Protein merupakan omponen utama dalam otot. Kontraksi otot berlangsung akibat pergeseran dua jenis filamen protein. 4. Penunjang mekanis Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh adanya kolagen yang merupakan protein fibrosa. 5. Proteksi imun Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang berasal dari organisme lain. 6. Membangkitkan dan menghantar impuls saraf Respon sel saraf terhadap rangsang diperantarai oleh protein reseptor. Protein yang dapat dipicu oleh molekul kecil sepesifik seperti asetikolin, berperan dalam transmisi impuls saraf pada sinap yang menghubungkan selsel saraf. 8
7.
Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi Pada bakteri, protein reseptor merupakan elemen pengatur yang penting untuk meredam segmen spesifik suatu DNA dalam suatu sel. Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein factor pertumbuhan. Berikut ini beberapa uji yang di lakukan untuk mengidentifikasi protein dan
asam amino dalam protein : 1. Uji Biuret. Uji biuret bertujuan untuk mendeteksi ikatan peptide pada suatu bahan. Ikatan peptide adalah ikatan amida yag menghubungkan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Pada hasil praktikum putih telur , susu, gelatin dan air liur positif mengandung protein. Hasil tersebut terlihat dari warna yang di hasilkan. Warna yang timbul adalah warna ungu dan terbentuknya cincin. Dasar uji biuret adalah Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret CuSO4) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Intensitas warna yang dihasilkan merupakan ukuran jumlah ikatan peptida yang ada di dalam protein. Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus : -CH 2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –CONH2. Biuret adalah senyawa dengan ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea.
Reaksi :
9
2. Uji Millon. Uji millon bertujuan mengidentifikasi asam amino yang mengandung monohidroksi benzene. Hasil praktikum menunjukkan putih telur, susu dan air liur mengadung monohidroksi benzene sedangkan gelatin menunjukkan hasil negatif tidak mengandung monohidroksin benzene. Hasil tersebut ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi pink – merah. Perubahan warna tersebut di tunjukkan oleh putih telur, susu dan air liur sedangkan pada gelatin tidak mengalami perubahan warna. Pereaksi millon dapat menunjukkan hasil positif terhadap senyawa yang mengandung monohidroksi benzene atau monofenol benzene. Pereaksi yang digunakan merupakan larutan merkuri (Hg) dalam asam nitrat (HNO3). Tirosin akan ternitrasi oleh asam nitrat sehingga memperoleh penambahan gugus N=O, gugus tersebut secara reversibel (bolak-balik) dapat berubah menjadi N-OH (hidroksifenil). Merkuri dalam pereaksi millon akan bereaksi dengan gugus hidroksifenil dari tirosin membentuk warna merah.
Monohidroksi benzene
struktur gelatin
Reaksi pada uji Millon :
10
3. Uji Koagulasi Panas Uji koagulasi panas bertujuan menentukan adanya protein secara kualitatif. Pada percobaan digunakan pemanasan dengan air mendidih serta penambahan asam asetat. Perubahan yang terjadi adalah timbulnya endapan. Hasil yang kami peroleh yaitu susu dan putih telur terjadi pengendapan sedangkan gelatin tidak mengendap. Salah satu faktor yang menyebabkan denaturasi protein adalah perubahan temperature. Pemanasan putih telur merupakan contoh denaturasi protein yang tidak reversible. Suatu putih telur adalah cairan tidak berwarna yang mengandung albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur itu mengakibatkan albumin membuka lipatan dan mengendap, dihasilkan suatu zat padat putih. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan pepetida. Penambahan asam pada protein juga mengakibatkan denaturasi, sehingga terjadi penggumapalan. Pengendapan protein penting dalam rangka memisahkan protein dari larutan. Protein bersifat mengendap dalam asam mineral pekat seperti asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), dan asam asetat glasial (CH3COOH). Sebaliknya, basa tidak dapat mengendapkan protein namun mampu menghidrolisis dan dekomposisi oksidatif. Terjadinya koagulasi di sebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat ada gugus negative pada protein ketika ion H+ dari asam asetat masuk kedalam larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban dari molekul protein. 11
4. Uji Pengendapan dengan Logam Berat. Uji pengendapan dengan logam berat bertujuan untuk mengetahui pengaruh logam terhadap kelarutan protein. Pada praktikum ini digunakan Pb asetat sebagai pereaksi.
Protein dapat mengalami denaturasi irreversible dengan
adanya logam logam berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah mengendap. Protein bermuatan negatif atau protein dengan pH larutan di atas titik isoelektrik akan diendapkan oleh ion positif atau logam lebih mudah. Sebaliknya, protein bermuatan positif dengan pH larutan di bawah titik isoelektrik membutuhkan ion-ion negatife .Namun selain membentuk kompleks garam protein-logam yang sukar larut, logam berat dapat menarik sulfur pada protein sehingga mengganggu ikatan disulfida dalam protein dan menyebabkan protein terdenaturasi pula. Pada hasil praktikum dengan pereaksi Pb asetat dan CuSO4 didapatkan bahwa susu dan putih telur mengalami pengendapan sedangkan gelatin tidak mengalami pengendapan. Interaksi antara logam berat dengan protein akan membentuk senyawa kompleks protein-logam yang akan menyebabkan penurunan kelarutan protein. Protein yang terkandung dalam putih telur dan susu tersebut akan berikatan dengan jembatan garam yang telah diputuskan oleh senyawa-senyawa logam berat dan membentuk endapan logam proteinat. Protein memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat itulah, protein dapat terdenaturasi yang ditandai dengan membentuk gumpalan dan larutannya menjadi keruh. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah.
NH3+ R – CH – COO- + Pb2+
NH3+ NH3+ R – CH – COO – Pb – COO – CH – R
5. Uji Pengendapan dengan Garam Anorganik.
12
Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh garam konsentrasi tinggi terhadap kelarutan protein. pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein. Pada hasil praktikum menggunakan (NH4)2SO4 larutan susu dan putih telur memberikan hasil positif dengan indikasi terdapatnya endapan putih ataupun larutan yang menjadi putih keruh sedangkan pada gelatin didapatkan hasil negatif dengan indikasi tidak terdapatnya endapan dari hasil tersebut terjadi karena ammonium sulfat memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi daripada protein. Sehingga pada saat penambahan ammonium sulfat, ammounium sulfat akan melarut dalam air atau pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya, sehingga terbentuklah protein yang terendapkan. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Hasil dari endapan dan filtrate yang di pisahkan dan kemudian di beri pereaksi biuret menghasilkan warna ungu pada endapan susu dan putih telur. Warna filtrate dari susu dan putih telur serta gelatin menghasilkan warna ungu yang berarti mengandung ikatan peptide.
13
BAB IV KESIMPULAN Putih telur, gelatin, susu dan air liur menghasilkan warna lembayung/ungu, ini menunjukkan terdapat ikatan peptida pada semua bahan tersebut. Putih telur,susu,air liur mengandung monohidroksi benzena, sedangkan gelatin tidak mengandung monohidroksi benzena. Susu dan putih telur menghasilkan endapan setelah didihkan dan ditetesi asam asetat menunjukkan susu dan putih telur positif mengandung protein. Gelatin tidak. Susu dan putih telur dapat mengendapkan logam berat sedangkan gelatin tidak. Susu dan putih telur mengendap dan setelah di uji biuret menghasilkan warna ungu. Sedangkan gelatin tidak.
14
DAFTAR PUSTAKA Sukaryawan,M. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Sriwijaya:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bintang, M., 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga Poedjiadi, A dan F.M.Titin Supriyanti.2009. DASAR-DASAR BIOKIMIA. Jakarta: Universitas Indonesia Murray, RK., Bender, DA., Botham, KM., Kennelly, PJ., Rodwell, W., Weil, PA., 2012. Harper’s illustrated Biochemistry, 29th Ed. McGraw-Hill
15
LAMPIRAN Tugas Baca 1. Jelaskan penyebab poliuria, di tabel berikut ini ! No 1
Faktor penyebab Intake cairan berlebihan
Contoh dan Keterangan Polidipsia primer pada gangguan psikologis yang menyebabkan minum air secara konpulsif
2
Peningkatan muatan
Ureum pada gagal ginjal kronis atau glukosa
cairan tubular
akibat hiperglikemia pada diabetes militus
3 4 5
2. Apakah yang dimaksud dengan Anuria dan jelaskan penyebabnya! Anuria adalah keadaan dimana urin yang keluar sangat sedikit atau tidak ada atau kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urin. Penyebabnya adalah kegagalan fungsi ginjal, kurangnya tekanan untuk melakukan filtrasi atau bias juga terjadi radang pada glomelurus, sehingga plasma darah tidak dapat masuk ke glomelurus, kurangnya tekanan hidrostatis bisa disebabkan oleh penyempitan (kontriksi) efferent oleh hormone epinefrin atau oleh pendarahan sehingga darah tidak dialirkan ke ginjal. 3. Pemeriksaan keton menggunakan specimen urin, digunakan untuk mengetahui pasien mengalami ketoasidosis diabetikum atau tidak. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketoasidosis diabetikum Ketoasidosis adalah komplikasi dari diabetes yang mematikan yang disebabkan oleh kurangnya insulin dalam tubuh. Gejalanya adalah volume urin meningkat, kelelahan, merasa haus terus menerus dan peningkatan kadar gula darah/keton 16
Analisis Kasus 1. Dalam rangka peringatan hari kemerdekaan, diadakan bazaar di taman kota Surabaya, dimeriahkan dengan berbagai stan makanan dan mainan. Badan amal setempat mengadakan sejumlah pemeriksaan gratis salah satunya pemeriksaan gula darah. Remaja A berusia 17, yang mengikuti kegiatan bazaar tersebut, juga melakukan pemeriksaan gula darah, dimana hasil pemeriksaan gula darah sewaktunya 14,4 mmol/L. Hasil tersebut membuat keluarga khawatir, karena beberapa hari yang lalu sepupu remaja tersebut terdiagnosis mengidap diabetes. Satu jam kemudian dilakukan tes ulang menggunakan alat ukur yang dimiliki keluarga, hasilnya menunjukkan hiperglisemia dan glikosuria+++. Apakah makna hasil pemeriksaan tersebut. Jawab : Hasil tersebut belum bisa mengindikasikan remaja tersebut terkena diabetes oleh karena waktu pemeriksaan gula darah yang digunakan adalah gula darah sewaktu. Menggunakan gula darah sewaktu sebagai specimen pemeriksaan hasilnya tidaklah akurat sebab bisa jadi sebelum melakukan pemeriksaan remaja tersebut mengkonsumsi makanan atau minuman manis sehingga kadar gulanya tinggi. Untuk mengetahui apakah remaja tersebut terkena diabetes sebaiknya menggunakan gula darah puasa atau gula darah 2 jam (post prandial) yang akan menunjukkan hasil yang lebih akurat. 2. Bapak ND berusia 58 tahun mengeluhkan sakit pinggang, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan proteinuria. Pada pemeriksaan fisik terdapat edema pitting pada kedua pergelangan kakinya. Jelaskan makna dari hasil tersebut. Jawab : Proteinuria adalah sebuah kondisi dimana protein makromolekul yang hasilnya tidak tembus glomelurus ada di urin. Proteinuria menunjukkan kemungkinan gagal ginjal. Ini didukung dengan adanya keluhan pasien bahwa ia sakit pinggang 17
dan adanya edema pitting karena penumpukan cairan di jaringan akibat kurangnya protein dalam pembuluh darah.
18