ANALISIS MIKROBIOLOGI SAMPEL URIN
Disusun oleh: Nama
: Afra Nabila
NIM
: B1A015087
Kelompok
:3
Rombongan : II Asisten
: Dwi Rizki Nurjanah
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO
2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat -zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu sistem
kerjasama
tubuh
yang
memiliki
tujuan
utama
mempertahankan
keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian (Wibowo, 2005). Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh (Ganong, 2003). Urin yang dikeluarkan oleh tubuh terdiri dari berbagai unsur seperti air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, bakteri, epitel, dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin seperti kekentalannya, warna, kejernihan, bau, busa, dan sebagainya (Evelyn, 1993). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Dalam keadaan normal, urin mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 100 bakteri/mL urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 100.000 bakteri/mL (Sondakh et al., 2015). Hasil penelitian Rachman et al., (2016), melaporkan bahwa bakteri Escherichia coli sebagai salah satu jenis bakteri penyebab ISK yang sebagian besar sudah multiresisten terhadap berbagai antibiotika. Menurut Manning (2010) galur E. coli yang termasuk golongan patogen dan berdasarkan sifat virulensi dan mekanisme kerjanya yaitu Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enterohemorrhagic E.
coli (EHEC), Enteroinvasive
E.
coli (EIEC),
dan
Enteroadherent E. coli (EAEC). Bakteri penyebab ISK lain yang paling sering seperti Enterococcus spp, Klebsiella, Enterobacter spp, Proteus spp, dan Pseudomonas sp, selain
itu ditemukan Streptococcus
group B, Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia sp yang ditularkan melalui kontak seksual (Carreno, 2002). Bacteriuria adalah adanya bakteri di dalam urin yang kepadatannya dinyatakan sebagai unit pembentuk koloni (cfu) organisme per mililiter (ml ), Asymptomatic Bacteriuria merupakan isolasi jumlah kuantitatif tertentu dari bakteri yang berasal dari sampel urin yang diperoleh dari seseorang yang tidak menunjukkan gejala terkena infeksi saluran kencing (ISK), Pyuria adalah peningkatan jumlah leukosit di dalam urin, Leukocyturia adalah keadaan dimana terdapat leukosit yang tidak terdiferensiasi di dalam urin, Infeksi Saluran Kemih Akut pada perempuan adalah infeksi pada kandung kemih dengan gejala ( symptomatic) yang ditandai dengan
frekuensi, urgensi, disuria, atau nyeri suprapubik pada perempuan dengan saluran kemih yang normal (Sendi et al., 2017).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui metode deteksi bacteriuria dan identifikasi mikroorganisme yang berasosiasi dengan saluran urin.
II. MATERI DAN CARA KERJA A. Materi
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pembakar spiritus, jarum ose, pipet steril 1 ml, dan inkubator. Bahan yang digunakan yaitu sampel urin, medium Blood Agar, dan akuades.
B. Cara Kerja Isolasi
1.
Tiga tabung pengenceran dan tiga cawan petri berisi medium Blood Agar disiapkan
2.
Sampel urin sebanyak 1 ml diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet steril kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades sebagai pengenceran pertama
3.
Pengenceran dilakukan hingga 10 -3
4. Plating dilakukan pada tiap pengenceran secara spread plate pada medium Blood Agar 5.
Biakkan diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37ºC
6.
Koloni bakteri dihitung secara TPC kemudian dicocokkan dengan tabel berikut:
Rata-rata
Perkiraan jumlah bakteri per ml
Diagnosis
<25
<25000
Negatif bacteriuria
25-50
25000-100000
Suspicious
>50
>100000
Positif bacteriuria
Jumlah koloni
Uji Duga
1)
Sampel urin sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi phenol red lactose broth
2)
Sampel urin yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37ºC
3)
Hasil inkubasi diamati dengan interpretasi sebagai berikut:
Kuning : E. coli dan Enterococcus Orange : Klebsiella, Staphylococcus, dan Streptococcus Merah-keunguan : Proteus dan Pseudomonas
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 3.1 Hasil Isolasi Sampel Urin Pengenceran 10 -1
Hasil perhitungan koloni bakteri dari isolasi sampel urin pada pengenceran 10 -1 yang dapat terhitung pada medium blood agar yang pertama adalah sebanyak 480 koloni sedangkan pada medium blood agar yang kedua terhitung sebanyak 536
koloni. Jumlah rata-rata koloni bakteri dari kedua medium blood agar adalah sebanyak 508 koloni. Setelah dilakukan perhitungan koloni secara TPC, didapatkan hasil jumlah bakteri sebanyak 508 x 10 2 yang menunjukkan bahwa sampel urin didiagnosis suspicious bacteriuria. Menurut Lumbanbatu et al., (2001), bakteriuria pada saluran kemih umumnya berasal dari perineum dan orifisium uretra yang menjalar secara asenden, dan paling banyak disebabkan oleh kuman E.coli yang berasal dari flora kolon.
Gambar 3.2 Hasil Isolasi Sampel Urin Pengenceran 10 -2
Hasil perhitungan koloni bakteri dari isolasi sampel urin pengenceran 10 -2 didapatkan sebanyak 560 pada medium blood agar pertama dan sebanyak 352 pada medium blood agar kedua dengan rata-rata jumlah koloni bakteri sebanyak 456. hasil perhitungan koloni bakteri secara TPC pada pengenceran 10-2 didapatkan jumlah bakteri sebanyak 456 x 10 3 dengan diagnosis positif bacteriuria. Menurut Miesien et al., (2006), diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, serta dipastikan dengan biakan urin kuantitatif.
Gambar 3.3 Hasil Isolasi Sampel Urin Pengenceran 10 -3
Hasil perhitungan koloni bakteri dari isolasi sampel urin pengenceran 10 -3 didapatkan sebanyak 280 pada medium blood agar pertama dan sebanyak 320 pada medium blood agar kedua dengan rata-rata jumlah koloni bakteri sebanyak 300. hasil perhitungan koloni bakteri secara TPC pada pengenceran 10-2 didapatkan jumlah bakteri sebanyak 300 x 104 dengan diagnosis positif bacteriuria. Menurut Trinadi et al., (2016), Infeksi saluran kemih ditegakkan berdasarkan hasil kultur urin positif dengan bakteriuria signifikan, jumlah kuman >50.000/colony forming unit. Bakteri patogen Gram negatif yang sering menyebabkan ISK adalah E. coli, Klebsiella, dan Proteus. Sebaliknya, pada kelompok Gram positif, bakteri pathogen penyebab ISK adalah Streptococcus beta hemolitikusgrup B, Enterococcus sp, dan Staphylococcus aureus.
Gambar 3.4 Hasil Uji Duga
Interpretasi hasil dari uji duga adalah warna kuning menunjukkan sampel terinfeksi bakteri E. coli dan Enterococcus, warna orange menunjukkan sampel terinfeksi bakteri Klebsiella, Staphylococcus, dan Streptococcus, sementara warna merah keungunan menunjukkan sampel terinfeksi bakteri Proteus dan Pseudomonas. Hasil yang diperoleh dari kelompok 3 rombongan II menunjukkan hasil yang negatif karena tidak ada perubahan warna pada sampel, berarti sampel tidak terkontaminasi oleh bakteri. Menurut Kepel et al., (2016), Staphylococcus sp. merupakan sel sferis coccus Gram positif yang bergerombol seperti anggur. Organisme ini dapat tumbuh dalam banyak jenis medium dan aktif secara metabolis. Beberapa bakteri memproduksi pigmen berwarna orange atau kuning, biasanya pada media yang mengandung banyak NaCl. Klebsiella sp. merupakan bakteri gram negatif dengan bentuk basil pendek, cenderung lebih bulat dengan ujung yang membulat dan kebanyakan ditemukan terpisah pisah. Streptococcus sp. adalah bakteri sferis berbentuk kokus gram positif yang biasanya berbentuk rantai atau berpasangan ketika tumbuh pada media larutan. Pada uji fisiologi, bakteri ini nonmotil. Sedangkan menurut Goretti & Mangihot (2013), Pseudomonas aeruginosa mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm. Bakteri aerob ini mensekresikan beberapa jenis pigmen, di antaranya pyocyanin (hijaubiru), fluorescein (kuning-hijau) dan pyorubin (merah-cokelat).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan acara analisis mikrobiologi sampel urin, dapat disimpulkan bahwa dalam mendeteksi keberadaan bacteriuria di dalam
sampel urin secara mikrobiologi dapat dilakukan melalui 2 uji yaitu isolasi dan uji duga. Hasil isolasi sampel urin yang didapatkan dari ketiga pengenceran (10 -1, 10 -2, 10 -3) menunjukkan hasil yang suspicious (mencurigakan terinfeksi bacteriuria) dan positif terinfeksi bacteriuria. Sementara hasil yang didapatkan dari uji duga menunjukkan hasil yang negatif yang berarti sampel urin tidak terinfeksi oleh bakteri seperti E. coli, Enterococcus, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus, ataupun Pseudomonas. B. Saran
Saran untuk praktikum acara analisis mikrobiologi sampel urin adalah diharapkan praktikan dapat bekerja secara lebih aseptis agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan dan tidak terjadi kontaminasi oleh bakteri lainnya.
DAFTAR REFERENSI
Kepel, R. E. M., Fatimawali, & Budiarso, F. 2016. Isolasi Bakteri Resisten Merkuri Pada Urin Pasien Dengan Tumpatan Amalgam di Puskesmas Tikala Baru. J urnal e-Biomedik, 4(2), pp. 1-7. Goretti, M., dan Mangihot, T. G. 2013. Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Dekolorisasi Senyawa Pewarna Strawberry Red dan Orange Yellow dalam Kondisi Curah. Jurnal I lmiah Mahasiswa Uni versitas Surabaya 2(1): 1-15. Trinadi, I., Arguni, E., & Hermawan, K. 2016. Validasi Kriteria Diagnosis Saluran Kemig Berdasarkan Ameri can Academy of Pediatri cs 2011 pada Anak Usia 2-24 Bulan. Sari Pediatri . 18(1), pp. 17-19. Lumbanbatu, S. M., Rusdidjas, Ramayati, R., & Tobing, R. 2001. Bakteriuria Asimtomatik pada Anak Sekolah Dasar Laki-laki dan Perempuan Usia 9-12 Tahun. Sari Pediatri . 3(2), pp. 67-71. Sendi, P., Borens, O., Wahl, P., Clauss, M., & Uckay, I. 2017. Management of Asymptomatic Bacteriuria, Urinary Catheters and Symptomatic Urinary Tract Infections in Patients Undergoing Surgery for Joint Replacement. Journal of Bone and Joint I nfections. 2(3), pp.154-159.
Rachman, N. O., Prenggono, M. D., & Budiarti, L. Y. 2016. Uji Sensitivitas Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Diabetes Melitus Terhadap Seftriakson, Levofloksasin, dan Gentamisin. Berkala K edokteran. 12(2), pp. 205-213. Evelyn, C. P. 1993. Anatomi dan F isiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT Gramedia. Sondakh, F. A., Fatimawali, & Wewengkang, D. S. 2016. Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi dan Diidentifikasi dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih di
RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado Terhadap Antibiotik Amoksisilin, Gentamisin, dan Seftriakson. J urnal I lmiah F armasi . 5(4), pp. 123-129. Ganong. 2003. F isiologi K edokteran. Yogyakarta: UGM Press. Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Miesien, Tambunan, T., & Munasir, Z. 2006. Profil Klinis Infeksi Salurah Kemih pada Anak di RS. dr. Cipto Mangunkusumo. Sari Pediatri , 7(4), pp. 200-206.