Alloh
Di Atas ‘Arsy1
Banyak ceramah dari para khothib di masjid-masjid di beberapa tempat di kota Batam yang menyalahkan keyakinan bahwa Alloh di atas ‘Arsy dan mereka berkomentar miring terhadap orang-orang yang berkeyakinan d emikian bahkan berani membantah dan menyudutkan sebagian Imam Ahlus Sunnah dan Salaf yang berkeyakinan demikian. Oleh sebab itulah di sini saya sebagai pencari ilmu berusaha menjelaskan dan menyampaikan serta membantah omongan mereka yang tidak ilmiah yang sering mereka gembar gemborkan di majlis-majlis mereka seolah merekalah yang paling benar yang saya ambilkan dari kitabulloh, sunnah rosululloh dan ucapan sahabat dan tabiin serta ulama salaf yang mendukung keyakinan dan pemahaman kami bahwa Alloh di atas ‘arsy sesuai dengan
1
‘Arsy memiliki banyak arti di antaranya : sesuatu yang dijadikan atap dan jamaknya ‘urusy seperti yang Alloh ta’ala firmankan : “…suatu “…suatu negeri yang telah roboh menutupi atapnya” atapnya”, dikatakan : “Aku memberi atap pohon anggur”, anggur” , berarti yang tinggi seperti dalam ayat : “kebun“kebun-kebun yang ditinggikan dan yang tidak ditinggikan” (AlAn’am : 141), bangunan seperti firmanNya : “dan dari pohon dan dari apaapa -apa yang mereka bangun”, (AnNahl : 68) “dan apaapa-apa yang mereka bangun”. (AlA’rof : 137) dan ia serupa dengan sekedup bagi wanita di atas kendaraan (onta) di jaman dahulu….. dan majlis raja dinamakan ‘arsy ‘ arsy dikarenakan ketinggiannya sebagaimana yang disebutkan dalam ayat : “dan ia (nabi Yusuf) mengangkat kedua orangtuanya di ‘arsynya (singgasananya)”, (Yusuf : 100), “Siapa di antara kalian yang mendatangkan kepadaku ‘arsynya”, (AnNaml : 38), “Apakah demikian ‘arsymu ?” dan kemuliaan, kerajaan dan kekuasaan dinamakan juga ‘Arsy. Dan tidak ada yang mengetahui hakikat ‘Arsy Alloh kecuali hanya nama tidak sebagaimana yang dihayalkan banyak orang, seandainya demikian artinya tentu ‘ arsyNya memikulNya, maha tinggi Alloh dari yang dem ikian, mustahil ‘Arsy memikul Alloh zat yang Maha Besar…. ‘Arsy di atas langit yang ke tujuh di atas air. “Dan ‘ArsyNya di atas air”. (Hud :7)…. (AlMufrodat, ArRoghib, 1/558)
keagungan dan kemuliaanNya bukan menyerupakanNya dengan mahluk sedikit pun agar jelas kebenaran dan jalannya orang-orang yang jelek. Alloh ta’ala berfirman :
“Demikianlah Kami menerangkan ayat-ayat Al Qur'an, supaya jelas jalan orang2
orang yang berdosa dan menyelisihi jalan para rasul” rasul”.
Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsirnya : “Sebagaimana telah Kami jelaskan dalil-dalil dan hujjah-hujjah, jalan hidayah dan celaan berdebat dan menentang syari’at demikian juga Kami jelaskan ayat-ayat ayat-ayat yang dibutuhkan manusia dan supaya jelas jalannya orang-orang yang jahat dan menyelisihi rosul3
rosul”.
Mereka adalah orang yang menyelisihi rosul dan pendahulu mereka dalam banyak perkara agama yang sebenarnya telah disepakati oleh para pendahulu kita yang sholih. Dan kami diperintahkan mengembalikan segala urusan kepada kitabulloh dan sunnah rosul bukan kepada pendapat orang dan organisasi tertentu sebagai konsekuensi keimanan kita kepada Alloh dan hari ahir. Alloh ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya sepeniggalnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. 4 Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” akibatnya”.
2
AlAn’am : 55 Tafsirul Qur’anil ‘Adhim,3/235 4 AnNisa : 59 3
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata :”Mujahid : ”Mujahid seorang tabiin murid Ibnu Mas’ud sahabat dan banyak dari salaf berkata,’Yakni berkata,’Yakni kembalikanlah kepada kitabulloh dan sunnah rosulNya dan ini adalah perintah dari Alloh ‘azza wa jalla bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan manusia dari masalah ushul dan cabang agama haruslah dikembalikan kepada alkitab dan assunnah sebagaimana yang Alloh katakan : Dan apa yang kamu 5 perselisihkan padanya maka hukumnya kepada Alloh”. Apa yang diputuskan oleh alkitab dan assunnah dan dipersaksikan keabsahannya oleh keduanya maka benar. Dan tidak ada setelah kebenaran kecuali kesesatan oleh karena itu Alloh katakata katakata “Jika kamu beriman kepada Alloh dan hari ahir”. ahir”. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak berhukum kepada alkitab dan assunnah dalam masalah yang diperselisihkan maka tidak beriman kepada ALloh dan hari ahir dan 6 berhukum kepada kitabulloh dan assunnah adalah lebih baik akibatnya”. Berikut ini sebagian dalil tingginya Alloh di atas ‘Arsy : 1.
“Alloh yang Maha Penyayang tinggi di atas ‘Arsy”.
7
2.
“Naik kepadaNya kalimat yang baik dan amal sholih”.
8
3.
“Bahkan Alloh mengangkatnya (Isa ‘alaihis salam) kepadaNya”.
9
4.
“Ia mengatur segala urusan dari langit ke bumi kemudian naik kepada Alloh sehari yang ukurannya sama dengan seribu tahun dari hari yang kamu 10
hitung”. 5.
“Dan Fir’aun berkata : Hai Haman, butkanlah satu bangunan yang tinggi supaya aku dapat mencapai sebab-sebab, sebab-sebab langit-langit lalu aku melihat sesembahan Musa dan aku sungguh mengira ia berdusta”. 5
ASySyuro : 10. Tafsirul Qur’anil ‘Adhim,2/301 ‘Adhim, 2/301 7 Thoha : 5 8 Fathir : 10 9 AnNisa : 158 10 AsSajadah : 5 6
11
6.
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi 12
itu berguncang?” berguncang?” 7.
“Mereka (malaikat-malaikat) (malaikat-malaikat) takut kepada robb mereka yang di atas mereka dan mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka”.
13
8.
“Malaikat-malaikat “Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepadaNya dalam sehari yang lamanya 14
limapuluh tahun”. 9.
“Kemudian Ia meninggi di atas langit dan ia i a adalah asap”.
15
10.
“Yang mencipta langit-langit langit-langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya selama enam hari kemudian meninggi di atas ‘Arsy”.
16
11.
“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan 17 malaikat dalam naungan awan” awan”. 12.
13. 8. Kemudian dia mendekat, lalu turun, 14. 9. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah
atau lebih dekat (lagi). 11
18
Ghafir : 36-37 AlMulk : 16. Ayat ini menunjukkan rahmat dan penyabarnya Allah Ta’ala, tidak segera mengazab orang -orang yang berbuat dosa sebagaimana disebtukan dalam surat Fathir : 45 (Tafsir Ibnu Katsir) Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala di atas langit atas langit bukan di mana-mana sebagaimana keyakinan yang batil. 13 AnNahl : 50 14 AlMa’arij : 4 15 AdDuhkhon : 11 16 AlHadid : 4 17 AlBaqoroh : 210 12
15. 10. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang
telah Allah wahyukan. 16. 11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
19
17. 12. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang
apa yang telah dilihatnya? 18. 13. Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang 20
asli) pada waktu yang lain”. lain”. 19.
21
“Ketika Alloh berkata : Hai Isa sungguh Aku Ak u mewafatkanmu dan mengangkatmu kepadaKu”.
22
20.
“padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang Yahudi yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak merasa yakin membunuh `Isa. Tetapi (sebenarnya), Allah telah mengangkat 23 `Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Bijaksana ”. 21.
“Kemudian semua mahluk dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) 24 kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat” cepat ”. 22.
18
Pada saat itu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Jibril dalam rupa aslinya memiliki 6 00 sayap. (Dalam Bukhari, Ibnu Katsir) 19 Maksudnya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Alloh Ta’ala dengan dengan hatinya. Beliau melihat Alloh Ta’ala dengan denga n hatinya dua kali sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Muslim dari banyak sahabat. Adapun riwayat yang menyebutkan beliau melihatNya dengan mata kepala tidak ada yang shahih. (Ibnu Katsir) 20 AnNajm : 8-10. Yakni kedua kalinya pada malam Isra. (Ibnu Katsir) 21 Maksudnya membuatnya tidur karena beliau belum meninggal dan akan turun ke dunia mendekati hari kiamat. 22 Ali Imron : 55. 23 AnNisa : 167-158 24 AlAn’am : 62
“Seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Allah mereka mereka akan mengatakan yang sama. Allah berfirman: "Bukankah 25
kebangkitan ini benar bukan kebatilan yang kalian sangka”. sangka”. 23.
“Katakanlah hai Muhammad seandainya orang-orang orang-orang yang mengingkari hari kiamat niscaya kamu melihat keanehan pada mereka, ketika orang26
orang yang kafir itu menundukkan kepalanya karena malu di hadapan Alloh Ta’ala…”.
27
24.
“Dan manusia dihadapkan kepada robbmu dengan berbaris”.
28
ayat-ayat yang dalam point-point di atas ini semuanya menunjukkan bahwa Alloh tidak pada mahlukNya dan Ia berada di atas ‘Arsy tidak perlu ditanyakan bagaimananya dan tidak menetap seperti mahluk. Maha Suci 29
dan Besar Alloh dari apa yang mereka sifatkan.
Dan meskipun Alloh di atas ‘Arsy akan tetapi tetapi Ia tidak membutuhkannya bahkan yang demikian itu terdapat hikmah yang kita tidak mengetahuinya. Dan keadaan tinggi di atas yang di bawah tidak mengharuskan yang di bawah meliputi dan memikul yang di atasnya dan tidak harus yang di atasnya membutuhkan yang di bawahnya. Lihatlah langit-langit yang di atas bumi apakah langit-langit membutuhkan bumi ? Maka Alloh lebih besar dan mulia keadaannya untuk membutuhkan apa-apa yang di bawahNya. Bahkan kelaziman ketinggianNya adalah kehususan zatNya, yang bawah membutuhkan Alloh, Ia tidak membutuhkan yang bawah, Ia meliputi semua yang di bawah, maka Ia di atas ‘Arsy dengan kekuasaanNya, tidak membutuhkannya, dan sebaliknya ‘Arsy yang membutuhkanNya, Ia meliputi ‘ArsyNya dan ‘Arsy tidak meliputiNya. Dan kelaziman ini tidak ada pada mahluk. Dan orang-orang yang tidak menetapkan ketinggian Alloh seandainya merinci dengan rincian tersebut niscaya mereka mendapat petunjuk, mengetahui keselarasan antara akal dengan AlQur’an, berjalan di belakang dalil. Namun 25
AlAn’am :30 Disebabkan kekafiran dan kesyirikan yang mereka kerjakan di dunia. (Fathul Qadir,185) 27 AsSajdah : 12 28 AlKahfi : 48 29 Al Ibanah min Ushulid Diayanah, Abu Musa AlAsy’ary, 125 -126 26
sayang mereka berpisah dari dalil lalu mereka sesat dari jalan yang lurus. Dan urusannya seperti yang dikatakan Imam Malik ketika beliau ditanya tentang bagaimana tingginya(semayamnya) Alloh di atas ‘Arsy beliau menjawab : istiwa’ ma’lum (jelas) dan bertanya bagaimananya tidak diketahui”. Abdulloh diketahui”. Abdulloh bin Rowahah mendendangkan syair yang menyebutkan bahwa ‘Arsy di atas semua mahluk dan Alloh di atas semuanya dan juga Hisan bin Tsabit T sabit berkata dalam puisinya menyatakan demikian : Aku bersaksi bersaksi dengan dengan ijin Alloh bahwa Muhamma Muhammad d adalah adalah utusan utusan yang di atas langit-langit dari ketinggian 30
Dan Abu Yahya dan Yahya keduanya punya amal dari robbnya beribadah kepadaNya Dan yang memusuhi Yahudi adalah bin Maryam seorang utusan yang datang dari sisi pemilik ‘Arsy 31
Dan saudara Ahqof ketika berdiri di tengah-tengah mereka memerangi berhala-berhala dan berbuat keadilan
32
Dari Abi Huroiroh rodhiallohu ‘anhu dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam : Ketika Alloh menetapkan penciptaan menulis di kitab dan Ia di atas ‘Arsy berkata : 33
RahmatKu mendahului marahKu”. Dan Diriwayatkan Imam Muslim dari Nabi dalam tafsir ayat : AlHadid 3 : Engkau yang pertama maka tidak ada yang sebelumMu sesuatu pun, Engkau yang ahir maka tidak ada sesuatu pun yang lebih ahir dariMu dan Engkau yang Tinggi dan dan tidak ada yang lebih tinggi dariMu”. Imam Bukhori meriwayatkan dari Zainab rodhiallohu ‘anha bahwa ia membanggakan dirinya terhadap para istri nabi yang lainnya dan mengatakan : Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian dan aku dinikahkan Alloh dari atas langit34
langit”.
30
Nabi Zakariya ‘alaihis salam Nabi Hud ‘alaihis salam 32 Musnad Abu Ya’la (2653)juz Ya’la (2653)juz 5,. 5,. Al’Uluw, Dzahabi, hal. 40 dan Ibnu Abi Syaibah 8/507 no. 6068. 33 HR.Bukhori (7422) dan Muslim (2751) 34 HR.Bukhori (7420) dari Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu. 31
Barangsiapa mendengar hadits-hadits dan uacapan salaf akan menemukan banyak dalil yang tak terhitung darinya penetapan ketinggian Alloh. Dan tidak diragukan bahwa ketika Alloh mencipta mahluk tidak mencipta mereka dalam zatNya. Maka jelaslah bahwa ia mencipta mereka di luar zatNya. Seandainya Ia tidak bersisifat tinggi, bersamaan Ia tegak berdiri sendiri tidak bercampur dengan alam, niscaya Ia bersifat dengan lawannya. Karena yang menerima sesuatu tidak luput darinya atau dari lawannya. Dan lawan ketinggian adalah rendah dan ini merupakan sifat tercela secara mutlak karena ia tempat menetap Iblis, pengikut dan tentara-tentaranya.
35
Jika anda mengatakan : Kami tidak menerima bahwa Ia menerima sifat ketinggian sampai kelaziman meniadakannya berarti menetapkan lawannya (sifat rendah). Jawab : Kalau Ia tidak menerima sifat (tidak bersifat) tinggi maka Ia tidak mempunyai hakikat yang berdiri sendiri. Sehingga kalau anda menetapkan bahwa Ia mempunyai zat yang berdiri sendiri tidak bercampur dengan alam dan Ia ada di luar alam bukan ada di angan semata bahkan wujudnya di luar angan secara pasti, dan semua orang berakal pasti mengetahui bahwa zat yang demikian wujudnya maka : Bisa jadi di luar alam atau di dalam alam. Dan mengingkarinya berarti mengingkari apa yang paling jelas dan nampak dari perkara-perkara yang tidak perlu penelitian secara pasti. Maka yang demikian itu tidak b oleh diambil dalilnya dengan dalil kecuali jika alam sangat berbeda, lebih jelas dan nampak dariNya. Jika sifat ketinggian adalah sifat kesempurnaan, tidak ada kekurangan padanya dan tidak ada kelaziman kekurangan dan tidak terlarang, tidak menyelisihi kitab, assunnah dan ijma’, maka meniadakan hakikatnya adalah kebatilan dan kemustahilan yang tidak ada dalam syari’at sama sekali. Lalu bagaimana jika tidak memungkinkan menetapkan wujudNya, membenarkan rosul-rosulNya, iman kepada kitabNya dan apa yang dibawa rosul-rosulNnya kecuali dengan menetapkan ketinggianNya? Lalu bagaimana pula jika ditambah persaksian akal
35
Dan juga tempat kotoran-kotoran. Alloh ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang orang munafik di kerak api neraka”. (AnNisa : 145) dan berfirman : Kami jadikan Kami jadikan keduanya di bawah kaki kami agar keduanya menjadi orang- orang yang di bawah”. (Fushshilat : 29)
yang bersih dan fitrah yang lurus dan nash-nash yang bermacam-macam atas ketinggian Alloh atas mahlukNya? Dan ada delapan belas macam dalil atas ketinggian Alloh : 1. Ketegasan atas ketinggian Alloh dengan memakai partikel min yang memastikan ketinggian zatNya seperti firmanNya : “Mereka takut kepada robb mereka yang di atas mereka dan mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka”.
36
2. Alloh menyebutkan ayat tanpa adanya partikel seperti firmanNya : 37
“Dan Dialah “Dan Dialah yang Maha Kuat di atas hamba-hambaNya”. hamba-hambaNya”.
3. Ketegasan bahwa malaikat-malaikat naik kepadaNya. Alloh ta’ala berfirman : 38
“Malaikat-malaikat Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepadaNya”.
4. Ketegasan kalimat yang baik dan amal sholeh naik kepadaNya seperti firmanNya :
39
“Kalimat yang baik dan amal sholih naik kepadaNya”. 5. Ketegasan sebagian mahluk naik kepadaNya :
“Bahkan Alloh mengangkatnya (Isa) kepadaNya”.
40
41
“Ingatlah ketika Alloh berkata, Ya Isa sungguh Aku mewafatkanmu dan mengangkatmu kepadaMu”.
42
6. Ketegasan dengan ketinggianNya secara mutlak yang menunjukkan atas seluruh tingkatan ketinggian secara zat, kekuasaan dan kemuliaanNya. 36
AnNahl : 50 Al An’am :18 38 AlMa’arij : 4. 39 Fathir : 10. 40 AnNisa : 158. 41 Yakni membuatnya tidur terbukti nanti di ahir jaman beliau turun ke dunia untuk memerangi orang-orang kafir, mematahkan salib-salib salib- salib dan menegakkan syari’at islam. 42 Ali Imron : 55 37
Seperti firmanNya : “Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung”. “Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
43
44
“Sesungguhnya Ia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
45
7. Ketegasan bahwa kitab AlQur’an turun dariNya : “AlQur’an ini diturunkan dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
46
“AlQur’an ini diturunkan dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
47
“AlQur’an ini dari Alloh yang Maha Pengasih dan Maha 48
Penyayang”.
“Turunnya AlKitab dari Alloh yang Maha Bijaksana lagi 49
Maha Terpuji”. Terpuji”.
1. Haa Miim. 2. Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan segala sesuatu dan jelas 50
maknanya , 3. sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam lailatul qodar 51
yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. 4. Pada 52
malam itu dijelaskan dan dirinci segala urusan yang tidak berubah, 5. (yaitu) urusan yang telah ditetapkan dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul”. rasul-rasul”.
43
AlBaqoroh : 255 Saba’ : 23 45 AsySyuro : 51 46 Ghafir : 2 47 AzZumar : 1 48 Fushshilat : 2 49 Fushshilat : 42 50 Lihat azZukhruf ayat 2, tafsir tafsir Ibnu Katsir dan As Sa'dy. 51 AlQur'an diturunkan pada bulan Ramadhan, Alloh Ta’ ala pemberi pengetahuan mana yang bermanfaat dan mudharat secara syar’I untuk menegakkan hujjah kepada semua Manusia. (Ibnu Katsir) 52 Dukhan : 1-5. Pada malam itu ditulis dan ditetapkan apa yang akan terjadi selama setahun yang sesuai dengan catatan yang di kitab lauh mahfudz. Ditetapkan rizki, ajal dan sebagainya. (Fathul Qadir dan Ibnu Katsir) 44
8. Ketegasan dikhususkannya sebagian mahluk ada di sisiNya dan sebagiannya lebih dekat kepadaNya dari sebagian yang lainnya. Seperti firmanNya : “Sesungguhnya orangorang-orang yang di sisi robbmu”.
53
54
“Dan milikNya yang di langit-langit langit-langit dan di bumi dan yang di sisiNya”. Dan terdapat perbedaan antara
dan
dari Malaikat-malaikatNya Malaikat-malaikatNya dan
hamba-hambaNya yang husus. husus. Dan sabda Nabi tentang kitab yang yang Alloh tetapkan 55
untuk diriNya bahwa ia di sisiNya di atas ArsyaNya.
9. Ketegasan bahwa Alloh ta’ala di atas langit menurut ahli tafsir ahlus sunnah 56
dilihat dari dua sisi : fi bermakna di atas atau tinggi di atas langit, mereka tidak berselisih dan tidak bisa diartikan kepada makna yang lainnya. 10. Ketegasan istiwanya Alloh dengan memakai kata tambahan ‘ala yang dihususkan menempati kata ‘Arsy yang merupakan mahluk paling atas diiringi dengan kata tsumma yang menunjukkan kejadiannya berurutan dan ada jarak antara satu kejadian dengan kejadian yang lainnya.
57
11. Ketegasan mengangkat tangan kepada Alloh dalam berdo’a sebagaimana kata Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam :”Sesungguhnya Alloh malu terhadap hambaNya yang mengangkat kedua tangannya kepadaNya k epadaNya dan 58
mengembalikannya dengan kosong”. Dan yang mengatakan bahwa ketinggian Alloh hanya kiblat doa adalah pendapat batil secara pasti dan fitrah manusia. 12. Ketegasan turunnya Alloh tiap malam ke langit dunia dan turun menurut kesepakatan umat adanya dari atas ke bawah. 13. Isyarat akan ketinggian Alloh secara perasaan sebagaimana diisyaratkan kepadanya oleh orang yang paling mengetahui tentang robbnya dan kewajiban 53
AlA’rof : 206 AlAnbiya : 19 55 Muttafaq alaihi. 54
56
Seperti firman Alloh ta’ala :
“Apakah kamu merasa aman terhadap yang di langit
?(AlMulk : 17) di langit dalam ayat ini artinya di atas langit seperti ayat : “Dan akan aku salib kalian di pangkal batang korma”, (Thoha : 71)artinya di atas batang korma. Dan terkadang di langit diartikan tinggi karena sesuatu yang tinggi di atasmu dikatakan langit. Maka atap rumah dinamakan langit-langit. 57 Seperti firmanNya : “Sesungguhnya Robbmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy ”. (AlA’raf:54) 5858 Hadits hasan riwayat Abu Dawud (1488), Tirmidzi (3856, )Ibnu Majah (3865) dan Ahmad (5/438) dari Salman rodhiallohu ‘anhu.
dirinya kepadaNya. Ketika dalam satu perkumpulan yang terbesar yang tidak pernah seorang pun berkumpul sebanyak itu, beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada manusia : Kalian diminta pertanggungjawaban dariku, lalu kalian akan berkata apa ? Mereka menjawab : Kami menyaksikan bahwa anda telah menyampaikan, menunaikan tugas rosul dan menasihati. Lalu beliau mengangkat jarinya yang mulia ke arah langit langit kepada yang di atas segalanya segalanya sambil berkata : Ya Alloh saksikanlah. Maka kami seolah menyaksikan dengan jari yang mulia itu yang diangkatnya ke arah Alloh dan lisannya yang mulia berkata kepada zat yang ditunjuk dengan jarinya : Ya Alloh saksikanlah. Dan kami menyaksikan bahwa beliau telah menyampaikan dengan jelas, menunaikan risalah robbnya sebagaima yang diperintahkanNya dan menasihati umatnya dengan sepenuh nasihat sehingga dengan keterangan dan penyampaian beliau tidak kita perlu ucapan orang-orang yang bicara berlebihan dan kebodohan orang-orang yang bicara. Alhamdulilahi robbil ‘alamin. 14. Ketegasan dengan lafadz “di mana” seperti ucapan orang yang paling mengetahui Alloh, paling menasihati umat dan d an fasih keterangannya tentang makna yang benar dengan lafadz yang tidak tid ak mengandung kebatilan sedikit pun “di manakah Alloh ?” dalam banyak kesempatan. 15. Persaksian Nabi ata keimanan orang yang mengatakan robbnya di atas langit. 16. Berita dari Alloh tentang Fir’aun yang berusaha naik ke langit untuk melihat robb Musa lalu ia mendustakan apa dikabarkan Musa ‘alaihis salam bahwa Alloh di atas langit yang tujuh, Ia berfirman :
36. Fir`aun berkata : "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi 59
supaya aku sampai ke sebab-sebab, 37. (yaitu) sebab-sebab langit, supaya aku 60
dapat melihat Rob Musa dan sesungguhnya aku menyangka dusta”. dusta”.
59
Terjemah sesuai tafsir (Ibnu Jarir) Bangunan yang amat tinggi itu terbuat dari tanah yang dibakar. (lihat al Qoshash: 38, Ibnu Katsir) 60 Ghafir : 36-37.
17. kabar dari Nabi shollallohu ‘alahi wa sallam ulang aliknya beliau antara Musa dan Alloh pada malam mi’roj dengan untuk unt uk meminta keringan sholat, maka beliau naik kepada Alloh kemudian kembali kepada Musa berkali-kali.
61
18. nash-nash dari alkitab dan assunnah atas melihatnya penduduk sorga kepada Alloh dan kabar dari nabi shollallohu ‘alahi wa sallam bahwa Alloh dilihat di atas oleh penghuni sorga seperti mereka melihat bulan purnama yang terang benderang tanpa ada awan sedikit pun.
62
Ada yang menafsirkan fauqo dengan lebih baik, artinya Alloh lebih baik dari hamba-hambaNya, hamba-hambaNya, Alloh lebih baik daripada ‘Arsy, sebagaimana dikatakan : Raja di atas menterinya, dinar di atas dirham. Ini adalah pernyataan yang diingkari akal yang sehat dan ditakuti oleh hati yang baik ! Karena orang yang mengatakan : Alloh lebih baik daripada hamba-hambaNya, hamba-hambaNya, lebih baik daripada ‘ArsyNya, ‘ArsyNya, sama seperti perkataan : Salju Salju adalah dingin, api adalah panas, matahari lebih terang dari lampu, langit lebih tinggi daripada atap rumah, gunung lebih berat daripada batu, rosululloh lebih utama daripada fulan seorang yahudi dan langit di atas bumi ! demikian ini bukanlah pujian maupun pengagungan bahkan termasuk ucapan yang rendah dan jelek. Bagaimana pantas kalam Alloh diartikan demikian yang seandainya manusia dan jin seluruhnya berkumpul untuk saling menolong untuk membuat satu ayat yang semisalnya mereka tidak mampu membuatnya ? Bahkan itu adalah peremehan sebagaimana yang dikatakan : Bukankah kamu tahu kalau pedang berkurang harganya kalau dikatakan pedang itu lebih tajam daripada daripada tongkat.
Dan kalau ada orang mengatakan bahwa batu permata lebih baik daripada kulit bawang dan kulit ikan pasti orang-orang berakal akan mentertawakannya dikarenakan berbedaan yang jauh antara kedua benda itu. Maka perbedaan antara kholik dan mahluk amat besar dan amat besar kecuali apabila keadaannya mengharuskan demikian sebagaimana yang dikatakan Nabi Yusuf ‘alaihis salam :
61
Muttafaq ‘alaihi. Dalam riwayat Muslim.
62
“Hai, “Hai, dua teman sepenjaraku, apakah tuhan-tuhan yang berbeda-beda itu lebih 63
baik atau Alloh yang Maha Esa dan Perkasa?”
“Apakah Alloh itu lebih baik ataukah apa-apa yang mereka persekutukan ?”
64
“Dan Alloh lebih baik dan lebih kekal”.
65
Dan ketinggian Alloh itu mutlak yang meliputi tingginya keperkasaan dan pengaturan, ketinggian kekuasaan, ketinggian zatNya dan yang lainnya. Barangsiapa menetapkan sebagian ketinggian dan meniadakan sebagiannya maka ia mengurangi kemuliaan Alloh dan keinggian Alloh mutlak dari segala sisi. Dan ketinggian Alloh ta’ala ditetapkan menurut dalil naqli, aqli dan fithrah. Adapun tetapnya menurut akal dilihat dari beberapa sisi : Pertama : ilmu pasti bahwa setiap dua wujud, wu jud, salah satunya berjalan pada yang lainnya berdiri dengannya seperti sifat dan bisa jadi berdiri sendir terpisah dari yang lainnya. Kedua : ketika Ia mencipta alam, bisa jadi alam di dalam zatNya atau di luar zatNya. Yang pertama batil berdasarkan kesepakatan, kedua karena bisa dipastikan Ia menjadi tempat kotor, maha suci Alloh dan Maha Tinggi dan Besar dari yang demikian. Kedua megnharuskan alam terjadi di luar zatNya sehingga terpisah dariNya karena pendapat yang mengatakan Alloh tidak terpisah dengan alam tidak masuk akal. Ketiga : omongon orang yang mengatakan bahwa Alloh tidak di dalam dan tidak di luar alam mengharuskan peniadaan wujudnya Alloh secara keseluruhan, ini tidak masuk akal, sehingga Alloh ada di dalam atau di luar alam. Yang pertama batil dipastikan yang kedua yang benar.
63
Yusuf : 39 AnNaml : 59 65 Thoha : 73 64
Adapun tetapnya ketinggian Alloh berdasarkan fithrah karena semua manusia dengan tabiat dan hatinya yang masih bersih dan suci mengangkat tangan mereka ketika berdoa dan menghadapkan hati mereka ke atas ketika merendahkan diri di hadapan Alloh. Dan Imam Muhammad bin Thohir AlMaqdisi menyebutkan bahwa Syaikh Abu Ja’far AlHamdzan menghadiri majlis Ustadz Abul Ma’ali AlJuwaini yang terkenal dengan Imam Haramaini yang sedang membantah sifat ketinggian Alloh dan ia berkata : Alloh ada dan ‘Arsy tidak ada dan sekarang Ia ada pada yang dahulu berada”. Syaikh Abu Ja’far berkata :” Hai :” Hai ustadz, kabarkan kepada kami tentang kepastian yang kami temukan dalam hati kami ! sesungguhnya tidak ada seorang pun yang mengenal Alloh yang mengatakan kecuali menemukan dalam hatinya kepastian mencari ketinggian zatNya, tidak menoleh ke kanan dan kiri, lalu bagaimana kami menolak kepastian dari hati kami ini ? Syaikh Muhammad bin Thohir berkata : Lalu Syaikh Abul Ma’ali memukul kepalanya dan turun dari singgasananya dan menangis dan berkata : AlHamdzani membingungkanku, 66
AlHamdzani membingungkanku !” Yang dimaksudkan Syaikh bahwa ketinggian Alloh diketahui oleh fitrah manusia tanpa harus mempelajarinya dari para rosul, menemukan secara pasti menghadap Alloh dan mencariNya di atas langit. Mereka membantah : kebanyakan orang-orang berakal mengingkari dalil fitrah, seandainya dalil fitrah ini perkara yang darurat dan pasti tentu orang-orang berakal tidak berselisih padanya, bahkan ini adalah kaidah yang samar dan hayalan. Jawab : jika akal menerima pendapat anda maka ia lebih menerima pendapat kami, jika akal menolak pendapat kami maka ia lebih menolak pendapat anda, jika pendapat kami batil menurut akal anda maka pendapat anda lebih batil, jika pendapat anda benar menurut akal maka pendapat p endapat kami lebih diterima oleh akal. Karena pengakuan darurat, kepastian itu masing-masing mempunyainya. Maka kami katakan secara pasti kebatilan pendapat anda dan anda pun mengatakan yang sama bahwa pendapat kami kami batil. Jika anda katakana : kepastian kepastian yang anda menvonis atas kebatilan pendapat kami adalah salah satu hokum keraguan bukan hokum akal. Maka kami kami jawab dengan jawaban yang semisal dengan 66
Atsar ini disebutkan dalam kitab Siyar A’lamin Nubala’ (18/477) karya Dzahabi dengan sanad shohih juga disebutkan dalam kitab Al’Uluw (188 -189)
jawaban anda dan kebanyakan manusia manusia – – mereka mereka bukan bagian dari kami dan bukan dari bagian anda – anda – menyetujui menyetujui kami. Jika hokum fitrah anak Adam diterima maka kami terima pendapat anda dan jika hokum tersebut tertolak maka kami menolak semua pendapat anda. Sesungguhnya anda membangun pendapat anda itu atas dasar pembukaan yang telah ma’lum dengan fitrah manusia dan kebatilan akal-akal kita. Dan dalil yang datang dari para rosul itu memihak kami tidak memihak anda, ciri has kami menerima dalil sedangkan di antara kita berserikat pada akal. Jika anda kataka : Sebagian orang pintara (berakal) berpendapat dengan pendapat kami. Kami katakan : Tidak seperti itu, karena orang-orang yang menegaskan bahwa pencipta alam adalah sesuatu yang ada tidak di atas alam, tidak terpisah dengan alam maupun menempati alam adalah sekelompok kecil ahli fikir dan orang pertama yang berpemikiran demikian dalam Islam adalah Jahm bin Shofwan dan pengikut-pengikutnya. Dan ia membantah dalil fitrah atas ketinggian Alloh bahwa langit adalah kiblatnya doa sebagaimana Ka’bah adalah ad alah kiblatnya sholat kemudian kiblat tersebut batal dengan diletakkannya dahi di bumi ditambah ia tidak di arah bumi. Bantahan tersebut dapat dijawab dari banyak sisi : Pertama : Perkataan anda bahwa langit adalah kiblat do’a tidak pernah perna h dikatakan oleh seorang salaf pun, Alloh tidak menurunkan dalil atasnya dan ini adalah perkara syari’at dan agama sehingga tidak mungkin tidak diketahui atas seluruh salaf umat ini. Kedua : Sesungguhnya kiblat do’a adalah kiblat sholat dan disunnah disunnah bagi orang yang berdo’a untuk menghadap kiblat. Dan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa 67
sallam ketika berdo’a menghadap kiblat dalam da lam banyak tempat. Barangsiapa mengatakan bahwa kiblat doa bukan kiblat sholat atau ada dua kiblat satunya 67
Seperti disebutkan dalam Bukhori (1012) dan Muslim (194) dari hadits Abdullah bin Zaid, ketika beliau berdoa meminta hujan menghadap kiblat, membalikkan sorbannya dan sholat dua roka’at. Dalam Bukhori (3960) dan Muslim (1794) dari hadits Ibnu Mas’ud beliau menghadap kiblat dan mendo’akan laknat atas sekelompok quraisy : Syaibah bin Robi’ah, ‘Utbah bin Robi’ah, AlWalid bin ‘Utbah dan Abu Jahl bin Hisyam. Dalm shohih Muslim (763) dari hadits Umar bin Khothob ketika perang Badr beliau melihat orang-orang musyrik lalu menghadap kiblat kemudian menengadahkan kedua tangannya berdoa kepada robbnya.
Ka’bah dan yang lain langit maka telah mengadakan kebid’ahan dalam agama dan menyelisihi semua salaf. Ketiga : Kiblat adalah apa yang seorang hamba menghadap kepadanya dengan wajahnya sebagaimana Ka’bah dihadapi ketika menyembelih, berdo’a, sholat dan dzikr sebagaimana orang yang hendak meninggalkan dan dikubur dihadapkan ke arahnya oleh karena itu dinamakan wajhah menghadap (istiqbal) berbeda dengan membelakangi (istidbar), istiqbal dengan wajah dan istidbar dengan pantat. Adapun apa yang sejajar dengan seseorang dengan kepala, pinggang atau kedua tangannya tidak dinamakan kiblat, baik secara hakikat maupun majaz. Kalau langit adalah kiblat do’a maka orang yang berdoa disyariatkan menghadapkan wajahnya ke arah langit dan ini tidak disyari’atkan. Dan tempat yang kedua tangan di angkat kepadanya tidak dinamakan kiblat baik secara hakikat maupun majaz karena kiblat doa adalah perkara syariat yang mengikuti syariat dan para rosul tidak memerintahkan orang yang berdo’a menghadapkan wajahnya ke arah langit bahkan mereka melarangnya. Dan ma’lum bahwa menghadapkan dengan hati, bersandar dan mencari yang ditemukan oleh orang yang berdo’a dari jiwanya adalah perkara tabiat yang dilakukan oleh orang muslim, kafir, alim dan bodoh dan kebanyakan yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang terjepit dan meminta pertolongan kepada Alloh sebagaimana orang yang tertimpa marabahaya segera berdoa kepada Alloh secara tabiat bersamaan dengan itu bahwa kiblat bisa berubah dan dihapus hukumnya sebagaimana berpindahnya kiblat ke batu ke arah Ka’bah. Dan perkara menghadap langit dalam berdoa adalah perkara yang kuat dalam tabiat manusia dan bahwa orang yang menghadap kiblat mengetahui bahwa Alloh tidak berada di kiblat berbeda dengan orang yang berdo’a berdo’a ia menghadap kepada pencipta dan pengaturnya dengan mengharap rohmat turun dari sisiNya. Adapun batalnya arah kiblat dengan meletakkan wajah di bumi maka dalil yang amat jelek dan sangat rusak. Sesungguhnya orang yang meletakkan wajahnya di bumi bertujuan menghinakan dan merendahkan diri kepada Alloh yang berada di atasnya bukan mencondongkan kepadaNya, karena ia di bawahNya ! Yang demikian ini tidak mungkin terbetik di hati orang yang sujud. Akan tetapi dikisahkan dari Bisyr alMarisi bahwa dalam sujudnya ia berkata : Maha Suci Alloh
Robbku yang Maha Rendah !! Maha Suci, Tinggi dan Besar Alloh dari yang diucapkan orang yang menentang dan dholim itu dan sesungguhnya orang yang meniadakan sifat ketinggia Alloh pantas menjadi zindiq jika Alloh tidak menurunkan menurunkan rahmatNya kepadanya. Alloh ta’ala berfirman :
“Kami membolak-balikkan hati dan penglihatan mereka sebagaimana mereka tidak beriman pada permulaannya dan Kami membiarkan mereka bermain-main 68
dalam kesesatan” kesesatan”.
Hadits-hadits Rosulillah yang menetapkan Ketinggian Alloh
Adapun hadits-hadits hadits-hadits yang menetapkan ketinggian Alloh ta’ala sangat banyak yang akan saya nukilkan sebagiannya sebagian nya dari kitab Mukhtashor Al’Uluw karya Imam AdzDzahabi yang diringkas oleh AlImam AlAlbani yang mana dalam kitab tersebut disampaikan 33 hadits dan banyak ucapan imam tabi’in yang menetapkan ketinggianNya. Untuk meringkas waktu maka saya sebutkan beberapa hadits dan ucapan tabiin saja. Imam Dzahabi berkata : 1. Hadits Mu’awiyyah bin AlHakam AsSulamy rodhiallohu ‘anhu
“Aku mempunyai banyak kambing yang digembalakan antara gunung Uhud dan AlJawaniah (sebelah kiri Madinah) oleh budak bu dak perempuanku. Pada suatu hari aku menjenguknya dan aku mlihat seekor srigala memangsa seekor dombaku- aku adalah lelaki biasa dari anak cucu Adam – Adam – maka maka aku sangat menyesali keteledorannya maka aku memukulnya dengan keras dan menemui Rosululloh dan aku laporkan peristiwa tersebut, maka yang demikian itu sangat berarti bagiku. Aku katakan : Hai rosululloh, bolehkah aku membebaskannya ? Beliau berkata : Panggillah ia ke mari!. Maka aku memanggilnya. Beliau bertanya : Di manakah Alloh ? Ia menjawab : Di di atas langit. Rosululloh bertanya : Siapakah 68
AlAn’am : 110 Lihat Syarh ‘Aqidah Thohawiyyah juz 1 hal 401 -424, Imam Abul ‘Izzi AlHanafi, tahqiq Yasin al’Adany.
aku ? Ia menjawab : Kamu adalah rosululloh. Rosululloh berkata : Bebaskanlah sesungguhnya ia adalah seorang perempuan yang beriman”. Hadits shohih diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Nasai dan selain mereka dari para imam dalam karya-karya mereka, mereka melewatinya tanpa menafsirkan dengan penyimpangan dan penyelewengan. Inilah pendapat kami tiap orang yang ditanya di manakah Alloh maka dengan segera akan mengatakan di atas langit. Maka dalam hadits di atas ada dua masalah : pertama : Disyari’atkan menanyakan Disyari’atkan menanyakan : Di manakah Alloh, kedua : dan jawabannya Alloh di langit, barangsiapa barangsiapa mengingkari dua masalah ini maka mengingkari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. 3. Hadits Jabir rodhiallohu ‘anhuma bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan dalam khotbahnya di hari ‘Arofah : “Apakah aku telah menyampaikan ? Sahabat berkata : Ya – Ya – maka maka beliau mengangkat kedua jemarinya ke arah langit dan menunjuk ke arah mereka dan berkata : Ya Alloh saksikanlah”. HR. Muslim. 4. Hadits Abi Huroiroh rodhiallohu bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya malaikat-malaikat malaikat-malaikat bergantian mengawasi kalian, malaikat malam dan malaikat siang, bertemu pada sholat subuh dan sholat ashar, kemudian malaikat yang bermalam di sisi kalian naik kepada Alloh melaporkan, lalu Alloh menanyakan tentang mereka dan Ia lebih mengetahui tentang mereka : Bagaimana kamu meninggalkan hamba-hambaKu ? Malaikat-malaikat berkata : Kami mendatangi mereka dan meninggalkan mereka dalam keadaan sholat”. Hadits muttafaq ‘alaihi. 5. Hadits Hadits Abi Sa’id rodhiallohu berkata : Berkata Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam :
“Mengapa kamu tidak percaya kepadaku sedangkan aku dipercaya oleh yang di langit datang kepadaku berita dari langit pagi dan sore”. Hadits Muttafaq ‘alaihi. 6. Hadits Abi Huroiroh rodhiallohu berkta Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dan demi yang jiwaku di tanganNya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu ia menolak maka yang di langit murka kepadanya sampai suaminya meridhoinya”. Hadits riwayat Muslim.
Ucapan Imam Tabiin Tentang Tingginya Alloh di Atas ‘Arsy
1. Ka’ab AlAhbar : Alloh ta’ala berkata dalam kitab Taurot : Aku Alloh di atas hamba-hambaKu, hamba-hambaKu, ArsyKu di atas semua mahlukKu dan Aku di atas ‘ArsyKu mengatur segala urusan hambaKu dan tidak ada yang tersembunyi baik yang di langit dan di bumi bagiKu”. Riwayatnya Riwayatnya terpercaya. 2. Dari Masruq kalau ia mengabarkan sesuatu dari ‘Aisyah selalu berkata : “Telah mengatakan kepadaku wanita yang jujur anak orang jujur, kekasih Alloh wanita yang dibela dari atas langit yang tujuh. Sanadnya shohih. 3. Dari ‘Ubaid bin ‘Umair : Alloh ta’ala turun di pertengahan malam ke langit dunia dan berkata : Siapa yang meminta kepadaKu, lalu aku beri ? Siapakah yang meminta ampun kepadaKu lalu aku ampuni ? Ketika masuk subuh maka Ia naik. Dikeluarkan oleh Abdulloh bin Ahmad dalam kitabnya R odd ‘alal ‘alal Jahmiah. 4. Dari Syuraih bin ‘Ubaid : Naik kepadaMu suari tasbih dan pensucian kepadaMu, Maha Suci Engkau yang memiliki kekuasaan, di tanganMu seluruh kerajaan, kunci-kunci kunci-kunci ghaib dan kekuasaan”. Sanadnya shohih. 5. Dari Qotadah : Hai robbku Engkau di langit dan aku di bumi, lalu bagaimana kami mengetahui mengetahui keridhoanMu dari murkaMu murkaMu ? Ia berkata : Jika Aku ridho kepadamu maka aku mengangkat pemimpinmu orang yang baik dan jika Aku marah kepadamu maka Aku mengangkat pemimpinmu orang yang jelek”. 6. AlFarro Imam Nahwu Nahw u : Berkata Ibnu Abbas tentang “ Kemudian Ia istawa di atas langit” artinya langit” artinya naik : Maka ini seperti ucapanmu kepada seseorang : Ia duduk
kemudian ia istawa (naik) berdiri dan ia berdiri kemudian istawa (tegak untuk) duduk, maka semuanya dalam bahasa Arab diperbolehkan. Dan masih banyak lagi ucapan ulama besar yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu bila anda hendak mengecek maka bacalah kitab yang telah kami sebutkan di atas. Wallohu a’lam bish showab. Berikut kami sampaikan sebagian hujjah mereka yang y ang dho’if dari dari kisah Ibnu Bathuthoh yang tidak benar atau dusta.
Kedustaan Ibnu Bathuthoh Banyak orang yang notabene mereka mengaku ahlus sunnah akan tetapi amalannya jauh dari ahlus sunnah, mengaku bermadzhab Syafi’I tetapi ibadah jauh juga dari fiqih Imamnya, suka mengadakan kebid’ahan dan kesyirikan dengan berdoa di kubur dan memakai jimat-jimat semacam batu akik yang sekarang sedang marak. Dan yang tidak kalah jeleknya dari amalan mereka adalah mencela Imam Salaf Ahlus Sunnah semacam Ibnu Taimiyyah, AlAlbani, Muhammad bin Abdil Wahhab yang kedua terahir mereka sebut Dajjal. Di antara celaan mereka kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah dengan memakai ucapan Ibnu Bathuthoh di bawah ini. Silakan pembaca cermati :
Ibnu Bathuthoh berkata : Ia tinggal di Damaskus termasuk ulama senior ahli fiqih 69 bermadzhab Hambali , Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah, tokoh besar di Syam. Ia 70 membahas banyak ilmu namun ada sesuatu di akalnya. Penduduk Damaskus sangat membesarkan dan menghormatinya, ia suka menasihati kaum muslimin di
69
Tidak ada ulama salaf yang menyebut Ibnu Taimiyyah bermadzhab Hambali, dalam banyak kitab dan fatwa beliau baik dengan terang-terangan maupun metode menulis dan berfatwa beliau adalah seorang yang bermadzhab salaf tidak menganut satu madzhab pun. Silakan baca kitab-kitab beliau pasti anda akan menemukan seperti yang saya katakan. Meskipun demikian beliau sering membawakan ucapan Imam Ahmad sebagai penguat atas pendapat yang beliau sampaikan setelah membawakan dalil dari alkitab dan as sunnah dan ucapan sahabat serta tabiin. 70 Nampak dari ucapan Ibnu Bathuthah sangat dengki dan mengada-ada serta penuh dengan kontradiksi di mana ia katakan bahwa Syaikhul Islam seorang ahli fiqih besar dari madzhab Hambali dan penduduk Syam sangat menghormati tetapi ia katakan : “Di akalnya ada sesuatu….” Bagaimana bisa seorang yang diagungkan dan dihormati kaum muslimin akalnya ad a sesuatu ? Kemudian seandainya ia hadir di majlis beliau di hari Jum’at menasihati dan mengingatkan manusia di atas Mimbar Masjid Jami’ dan di antara ucapan beliau : “Alloh turun ke langit dunia seperti turunnya aku ini”, sementara ia sampai di Damaskus p ada hari Kamis pada tanggal ke sembilan bulan Romadhon dan Ibnu Taimiyyah sudah diikat dan dipenjara di Qol’ah, Damaskus pada hari Senin pada tanggal 10 Sya’ban, menurut kesepakatan ahli sejarah ! semoga Alloh menjauhkan k ita dari ketergelinciran dan kedustaan.
71
atas mimbar dan mengatakan sesuatu yang diingkari oleh ahli fiqih dan ahirnya mereka mengadukannya ke raja Nashir. Kemudian ia memerintahkan agar ia diasingkan di Mesir. Para hakim dan ahli fiqih berkumpul di majlis raja Nashir, Syarofuddin AzZawawi AlMaliki berbicara dan menyebutkan bahwa orang ini mengatakan demikian dan demikian dan menyebut beberapa orang yang mengingkari Ibnu Taimiyyah. Kemudian raja menghadirkanya dan mempersilakan duduk di depan para hakim agung, seorang hakim bertanya : Apa yang kamu katakan ? Ia menjawab : Laa ilaha Illa Alloh. Hakim bertanya lagi dan ia mengulangi jawaban yang sama. Lalu raja memerintahkan agar ia dipenjara. Maka ia tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Di penjara menulis kitab Tafsir yang berjudul Bahrul 72 Muhith sekitar empat puluh jilid. Kemudian ibunya mendatangi raja dan meminta agar ia dilepas. Maka raja melepasnya sampai terjadi peristiwa yang kedua kalinya dan ketika itu aku di Damaskus pada hari Jum’at dan ia sedang menasihati dan mengingatkan mengingatkan banyak manusia di atas mimbar masjid jam’I dan di antara ucapannya adalah Alloh turun ke langit dunia seperti turunnya aku ini. Dan ia turun satu tangga dari tangga mimbar. Lalu ahli fiqih madzhab Malik yang bernama Ibnu Zahra’ membantahnya dan mengingkari mengingkari apa yang ia katakan. Kemudian kaum muslimin berdiri menghampirinya dan memukulinya dengan tangan dan terompah mereka sampai imamahnya terjatuh dan Nampak di atas kepalanya dan mereka membawanya ke rumah ‘Izzuddin bin Muslim seorang hakim madzhab Hanbali lalu ia memerintahkan agar ia dipenjara dan menghukumnya, kemudian ahli fiqih Maliki dan Syafii mengingkari keputusan hukumnya dan ahirnya permasalahannya diangkat kepada raja Saifuddin lalu ia menulis surat kepada raja Nashir yang berisi tuduhan-tuduhan tuduhan-tu duhan syar’I atas Ibnu Taimiyyah di antaranya mentalak tiga dengan satu kalimat tidak sah talaknya kecuali jatuh satu talak, seorang musafir yang berniat mengunjungi kubur yang dikeramatkan Alloh menambahnya kebaikan maka tidak mengqoshor sholat dan yang serupa dengan. Maka setelah membaca surat ini raja Nashir menangkap dan memenjarakan Ibnu Taimiyyah Taimiyyah di Qol’ah hingga wafatnya. (Rihlah Ibnu Bathuthoh, 1/43).
71
Kalau ahli fiqih yang tidak sependapat dan fanatik dengan golongan dan madzhabnya tentu mengingkarinya kalau ahli fiqih yang bermadzhab salaf pasti menyetujuinya seperti murid-muridnya yang mereka adalah para Imam dan tokoh di jamannya seprti Ibnul Qoyyim, Ibnu Rojab, Ibnu Katsir, Dzahabi dan lain-lainnya. 72 Kitab ini ditulis oleh Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf bin Hayyan dari Andalusia wafat tahun745H. Tidak ada karya beliau berjudul demikian. Adapun tafsir beliau terkumpul dalam kitab besar dan legendarisnya Majmu’ Fatawa.
Ahmad Hamdani bin Muslim