Tugas MAKALAH
AGAMA
" Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan Dunia dan Kesalamatan Akhirat"
Oleh :
VITA
F1C118008
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Halu Oleo
Kendari
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah swt. yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya mampu menyelasaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah agama islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang cara meraih kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, informasi, refernsi, dan berita. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Namun kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi bisa teratasi. Untuk itu kepada dosen mata kuliah agama, saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang serta mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Kendari, 17 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Makna Kebahagiaan Menurut Pandangan Islam
Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan Kebahaigaan
Mengapa Manusia Harus Beragama dan Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan Umat Manusia
Membangun Argumen Tentang Tauhidullah sebagai Satu-satunya Model Beragama yang Benar
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Komitmen terhadap Nilai-nilai Tauhid untuk Mencapai Kebahagiaan
BAB III PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seorang hamba yang mampu menunjukan sikap tobat (melakukan introspeksi dan koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan, serta menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial dan profesional. Pada sisi lain, kebahagiaan itu menjadi tidak lengkap jika tidak mewujud dalam kehidupan konkret dengan jalan membahagiakan orang lain.
Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia di dunia bahkan di akhirat. Semua orang tentunya ingin bahagia di dunia dan selamat hingga ke akhirat. Namun hanya sedikit orang yang mengerti arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat merupakan idaman setiap orang, bahkan menjadi simbol keberhasilan sebuah kehidupan. Tidak sedikit manusia yang mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Menggantungkan cita-cita menjulang setinggi langit dengan puncak tujuan tersebut, yaitu bagaimana meraih kebahagiaan hidup. Dan ini menjadi cita-cita setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir terhadap Allah.
Apabila kebahagiaan itu terletak pada harta benda yang tertumpuk-tumpuk, mereka telah mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Nyatanya, itu tak pernah diraih dan membuat pengorbanannya sia-sia. Apabila kebahagiaan itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan, mereka juga telah siap mengorbankan apa saja demi memperoleh apa saja yang diinginkannya. Tapi tetap saja kebahagiaan itu tidak akan pernah didapatkannya. Apabila kebahagiaan itu terletak pada ketenaran nama, mereka telah berusaha untuk meraihnya dengan apapun juga dan mereka tidak mendapati apa yang disebut kebahagiaan.
Rumusan masalah
Apa makna kebahagiaan menurut pandangan islam?
Bagaimana konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju Tuhan dan kebahagiaan?
Mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama dapat membahagiakan umat manusia?
Bagaimana cara membangun argumen tentang tauhidullah sebagai satu-satunya model beragama yang benar?
Bagaimana cara mendeskripsikan esensi dan urgensi komitmen terhadap nilai-nilai tauhid untuk mencapai kebahagiaan?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui makna kebahagiaan menurut pandangan islam.
Memahami konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju Tuhan dan kebahagiaan.
Untuk mengetahui alasan manusia harus beragama dan peran agama dalam membahagiakan umat manusia.
Untuk mengetahui cara membangun argumen tentang tauhidullah sebagai satu-satunya model beragama yang benar.
Untuk mengetahui cara mendeskripsikan esensi dan urgensi komitmen terhadap nilai-nilai tauhid untuk mencapai kebahagiaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Makna Kebahagiaan Menurut Pandangan Islam
Berbicara tentang arti kebahagiaan sejati atau kebahagiaan hakiki, islam mempunyai pandangan mengenai pengertian atau arti dari kebahagiaan sejati berdasarkan dalil dari firman Allah swt. dalam Kitabullah Al-Qur'an dan juga dalil Hadits Nabi Muhammad saw. Kebahagiaan sejati seseorang tidak bisa diukur dengan banyaknya harta atau kekayaan, status atau pangkat sosial dalam kemasyarakatan dan atau semua kemewahan yang dimiliki oleh seseorang. Kebahagiaan yang sesungguhnya atau sejati terletak pada ketenangan hati seseorang. Sudah banyak orang yang kaya raya dengan harta kekayaan mereka, namun kekayaan yang mereka miliki tidak bisa menjadikan hati mereka menjadi tenang, akan tetapi sebaliknya justru harta kekayaan yang mereka kumpulkan membuat mereka lalai, lupa dan sibuk untuk senantiasa mengejar kekurangan. Hal ini karena beberapa harta benda dan kekayaan yang mereka miliki masih saja mereka anggap kurang.
Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya yang berbunyi:
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ . حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ
Artinya: "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur" (QS. At-Takatsur: 1-2)
Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati atau ketenagan jiwa yang merupakan anugerah dari Allah swt. yang sangat berharga. Setiap orang pasti mengingikannya, namun hanya sedikit sekali orang yang mendapatkannya. Hal ini karena banyak manusia yang melupakan penciptanya, melupakan Dzat pemberi kebahagiaan, dan melupakan tentang Dzat sang pencipta ketenangan didalam jiwa atau hati yang sebenarnya. Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya,
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيم
Artinya: "Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengeahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Fath: 4) yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi adalah penolong yang dijadikan Allah bagi orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin, dan lain sebagainya. Dari penjelasan firman Allah swt. tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang menginginkan kebahagiaan, ingin mempunayi hati dan jiwa yang tenang, tetapi lupa kepada sang penciptanya, maka semua keinginannya tersebut hanyalah sia-sia belaka.
Oleh sebab itu, untuk mencari dan kemudian mendapatkan kebahagiaan sejati adalah dengan cara :
Selalu mengingat Allah swt. sebagaimana dalam penjelasan firman Allah swt tersebut bahwa Allah-lah Dzat yang memberi, menciptakan dan menentukan kebahagiaan pada hamba-Nya.
Berusahalah selalu untuk memperoleh ketenangan dalam jiwa dan hati dengan bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.
Allah swt. adalah pemberi ketenangan kepada siapapun yang di kehendaki-Nya, sebagaiman firman Allah swt. yang lain,
:وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ ءَايَةٞ مِّن رَّبِّهِۦۚ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَنۡ أَنَاب
Artinya: "Orang-orang kafir berkata; "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya" (QS. Ar-Ra'd :27)
Dan juga Allah berfirman:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا . ذَٰلِكَ ٱلۡفَضۡلُ مِنَ ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ عَلِيمٗا
Artiya: "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama dengan orang-orang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui." (QS. An-Nisa : 69-70)
Itulah janji-janji Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, maka mereka akan mendapatkan anugerah dan kebahagiaan sejati. Bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, janji-janji tersebut bukanlah diperuntukkan bagi orang-orang yang durhaka kepada Allah swt. Perlu diingatkan kembali bahwasanya kemewahan, kedudukan, jabatan, dan segala kemegahan yang ada di dunia ini hanyalah semu belaka dan tidak akan ada yang abadi dan pasti akan musnah dan rusak. Hidup di dunia ini hanyalah tempat lintasan belaka yang merupakan sarana dalam mencari bekal untuk menempuh perjalanan menuju akhirat. Dan sebaik-baik bekal itu adalah bekal taqwa.
Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan Kebahagiaan
Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu menunjukan sikap tobat (melakukan introspeksi dan koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai dan kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan. Berikut pendapat dari beberapa ahli mengenai makna kebahagiaan:
Pendapat Al-Alusi
Menurut Al-Hulusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai keinginan atau cita-cita yang dituju dan diimpikan. Pendapat lain menyatakan bahwa kebahagia adalah tetap dalam kebaikan atau masuk kedalam kesenangan dan kesuksesan.
Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berpendapat bahwa kebahagiaan itu adalah perasaan senang dan tenteram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik. Sebab, hati yang sehat dan berfungsi dengan baik bisa berhubungan dengan Tuhan sebagai pemilik kebahagiaan. Yaitu pemilik kebahagiaan, kekayaan, kesuksesan, kemuliaan, ilmu dan hikmah.
Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa bahagia terbagi dua yaitu:
Kebahagiaan hakiki.
Bahagia hakiki adalah kebahagiaan ukhrawi, kebahagaiaan ukhrawi akan diperoleh dengan modal iman, ilmu dan amal. Kebahagiaan ukhrawi adalah kebahagiaan rohani dan abadi.
Kebahagiaan majasi.
Kebahagiaan majasi adalah kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan duniawi bisa didapat oleh orang yang beriman dan bisa didapat oleh orang yang tidak beriman. Ibnu Athaillah mengatakan "Allah memberikan harta kepada orang yang dicintai Allah dan kepada orang yang tidak dicintai Allah, tetapi Allah tidak akan memberikan iman kecuali kepada orang yang dicintainya". Kebahagiaan duniawi adalah kebahagiaan yang fana tidak abadi. Kebahagiaan duniawi ada yang melekat pada dirinya dan ada yang melekat pada manfaatnya. Diantara kebahagiaan duniawi adalah memiliki harta, kedudukan terhormat, dan keluarga yang mulia.
Orang yang ingin menggapai kesempurnaan hidup, tetapi tidak memiliki harta bagaikan orang yang mau pergi berperang tanpa membawa senjata, atau seperti orang mau menangkap ikan tanpa pancing atau jaring. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad saw. bersabda, "Harta yang terbaik adalah harta yang ada pada seorang laki-laki yang baik pula (shaleh)". (HR. Ibnu Hibban). "Sebaik-baik pertolongan adalah pertolongan yang dapat membantu kita semakin bertaqwa kepada Allah." (HR. Ad-Daruqutni).
Diantara kebahagiaan duniawi adalah memiliki keluarga, anak-anak yang shaleh, dan istri yang shalehah pula. Istri yang shalehah bagaikan kebun yang dapat mengikat pemiliknya, yaitu suami untuk tidak terjerumus pada hal-hal yang diharamkan Allah azza wajalla. Nabi Muhammad menyatakan, "sebaik-baik pertolongan untuk keutuhan beragama adalah istri yang shalehah" menyangkut keutamaan anak. Nabi Muhammad saw. bersabda, "jika anak Adam meninggal dunia, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya." (HR. Thabarani). Jika kita membuka kembali pendapat Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah bahwa untuk menggapai kebahagiaan itu mengharuskan adanya kondisi hati yang sehat (qalbun sailim), maka yang perlu kita lakukan adalah mengetahui karakteristik hati yang sehat dan cara mengobati hati yang sakit agar hati dapat kembali sehat.
Karakteristik hati yang sehat adalah sebagai berikut:
Hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat. Adapun makanan yang paling bermanfaat untuk hati adalah makanan "iman", sedangkan obat yang paling bermanfaat untuk hati adalah Al-Qur'an.
Selau berorientasi ke masa depan dan akhirat. Untuk sukses pada masa depan, kita harus berjuang pada waktu sekarang. Orang yang mau berjuang pada waktu sekarang adalah pemilik masa depan, sedangkan yang tidak mau berjuang pada waktu sekarang menjadi pemilik masa lalu.
Selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, dan kenikmatan kecuali dengan ridha-Nya dan dekat dengan-Nya. Berzikir kepada Allah adalah makanan pokoknya, rindu kepada Allah adalah kehidupana dan kenikmatannya.
Tidak pernah lupa dari mengingat Allah (berdzikir kepada Allah), tidak berhenti berkhidmat kepada Allah, dan tidak merasa senang dengan selain Allah swt.
Jika sesaat saja lupa kepada Allah segera segera ia sadar dan kembali mendekat dan berdzikir kepada-Nya.
Jika sudah masuk dalam shalat, maka hilanglah semua kebingungan dan kesibukan duniawinya dan segera ia keluar dari dunia sehingga ia mendapatkan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan dan berlinanglah air matanya serta bersukalah hatinya.
Perhatian terhadap waktu agar tidak hilang sia-sia melebihi perhatian kepada manusia lain dan hartanya.
Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas amal bukan kepada amal semata.
Beberapa sebab yang dapat merusak hati manusia sehingga fungsi hati terganggu dan menjadi tidak normal atau sakit:
Banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik.
At-Taman (berangan-angan)
Menggantungkan diri kepada selain Allah
Asy-Syab'u (terlalu kenyang)
Terlalu banyak tidur
Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna
Berlebihan dalam berbicara
Usman bin Hasan Al-Khaubawi mengutarakan bahwa indikator manusia yang bahagia itu adalah sumber rezekinya ada di negaranya; mempunyai keluarga yang shaleh, yakni istri dan anak-anak yang membanggakan dan membahagiakan, serta berada dibawah penguasa adil yang tidak zhalim.
Indikator berikutnya adalah rezekinya dapat membantu seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah; meskipun kaya, ia tidak berorientasi kepada dunia tetapi berorientasi terhadap kehidupan masa depan dan akhirat; semangat dalam beribadah; tidak banyak berbicara dalam hal-hal yang tidak berguna; menjaga kewajiban shalat; bersikap warak yakni hati-hati dalam memanfaatkan sumber kehidupan agar tidak terjerumus kepada yang syubhat apalagi yang haram; bergaul dengan orang-orang shaleh; bersikap tawadu dan tidak sombong; bersikap dermawan dan tidak sebaliknya yaitu pelit; bermanfaat untuk umat manusia yang lain; dan tidak pernah lupa terhadap kematian.
Mengapa Manusia Harus Beragama dan Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan Umat Manusia
Kunci beragama berada pada fitrah manusia. Fitrah itu sesuatu yang melekat dalam diri manusia dan telah menjadi karakter (tabiat) manusia. Kata "fitrah" secara kebahasaan memang asal maknanya adalah "suci". Yang dimaksud dengan suci adalah suci dari dosa dan suci secara genetis. Meminjam term Prof. Udin Winataputra, fitrah adalah lahir dengan membawa iman. Berbeda dengan konsep teologi islam, teologi tertentu berpendapat sebaliknya yaitu bahwa setiap manusia lahir telah membawa dosa yakni dosa warisan. Di dunia, menurut teologi ini, manusia dibebani tugas yaitu harus membebaskan diri dari dosa itu. Adapun dalam teologi islam, seperti telah dijelaskan bahwa setiap manusia lahir dalam kesucian yakni suci dari dosa dan telah beragama yakni agama islam. Tugas manusia adalah berupaya agar kesucian dan keimanan terus terjaga dalam hatinya hingga kembali kepada Allah.
Membangun Argumen tentang Tauhidullah sebagai Satu-satunya Model Beragama yang Benar.
Tauhidullah membebaskan manusia dari takhayul, khurafat, mitos, dan bidah. Tauhidullah menempatkan manusia pada tempat yg bermartabat, tidak menghambakan diri kepada mahluk yang lebih rendah derajatnya daripada manusia. Manusia adalah mahluk yang paling mulia dan paling sempurnah disbanding dengan mahluk-mahluk Allah yang lain. Itulah sebabbnya Allah memberikan amanah dan khilafah pada manusia. Manusia adalah roh alam, Allah menciptakan alam karena Allah menciptkan manusia sempurnah (insan kamil). Sekiranya tidak ada insan kamil, maka Allah todak perlu mincaptakan ala mini demikian menurut hadits qudsi yang menyatakan, "Dan manusia yang bertauhidullah dengan benarlah yang berpotensi untuk mendekati posisi insane kamil." Rasulullah bersabda, "La ilaha illallah adalah bentengku barang siapa yang masuk kedalam bentengku, maka ia aman dari azab." (Al-hadits).
Setiap orang harus bersikap hati hati bahwa tauhtdullah yang merupakan satu-satunya jalan menuju kebahagiaan menurut Said Hawa dapat rusak dengan hal-hal sebagai berikut.
Sifat Al-Kibr (sombong)
Sifat Azh-Zhulm (kezaliman) dan sifat Al-Kizb (kebohongan)
Sikap Al-Ifsad (melakukan perusakan
Sikap Al-Ghafiah (lupa)
Al-Ijram (berbuat dosa)
Sikap ragu menerima kebenaran.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Komitmen terhadap Nilai-nilai Tauhid untuk Mencapai Kebahagiaan
Nilai-nilai hidup yang dibangun diatas jiwa tauhid merupakan nilai positif, nilai kebenaran dan nilai ilahi yang abadi yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Nilai mutlak dan universal yang terdapat didalamnya dapat menjadikan misi agama ini sebagai rahmatan lil 'alamin agama yang membawa kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan umat manusia lahir dan batin. Komitmen terhadap nilai-nilai universal Al-Quraan menjadi syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan. Roh kebahagiaan adalah jiwa tauhid yang diatas jiwa tauhid itu nilai-nilai universal dibangun. Komitmen terhadap nilai-nilai itu merupakan metodi dan strategi untuk mendapat kebahagiaan.
Nilai-nilai universal yang perlu ditanamkan agar menjadi roh kehidupan itu adalah:
Al-Amanah
Al-amanah artinya terpercaya. Mengapa seseorang terpercaya dan dipercayai? Karena ia jujur. Kejujuran menyebabkan sesorang dipercaya (al-amin)
Al-Adalah
Al-Adalah secara etimologis artinya keadilan. Keadilan dalam perspektif etika islam adalah adanya keseimbangan antara hak dan kewaiban. Sesuatu yang menjadi hak kita , maka menjadi kewajiban bagi orang lain. Sebaliknya sesuatu yang menjadi hak orang lain maka menjadi kewajiban kita.
Al-Huriyah
Kebebasan manusia dalam berkehendak dan mewujudkan kehendak dengan perbuatan adalah hak asasi manusia. Manusia mempunyai kebebasan untuk berfikir dan mengembangkan pemikirannya lewat ilmu, filsafat, atau pembharuan pemahaman terhadap agama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan hidup manusia adalah sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Kebahagiaan yang diimpikan adalah kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Untuk menggapai kebahagiaan termasuk mustahil tanpa landasan agama. Agama yang dimaksud adalah agama tauhidullah. Kebahagiaan hakiki itu adalah milik Allah, kita tidak dapat meraihnya kalau tidak diberikan Allah. Untuk meraih kebahagiaan itu, maka ikutilah cara-cara yang telah ditetapkan Allah dan agama-Nya. Jalan mencapai kebahagiaan selain yang telah digariskan Allah adalah kesesatan dan penyimpangan. Jalan sesat itu tidak dapat mengantar kita ke tujuan akhir yaitu kebahagiaan. Karena didalamnya ada unsur syirik. Dan syirik adalah landasan teologis yang sangat keliru dan tidak diampuni. Jika landasannya salah, maka bangunan yang ada diatasnya juga salah dan tidak mempunyai kekuatan alias rapuh. Oleh Karena itu, hindarilah kemusyrikan supaya pondasi kehidupan kita kokoh dan kuat. Landasan itu akan kokoh dan kuat kalau berdiri diatas tauhidullah.
Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya akan lebih fokus dan lebih details lagi dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak tentunya. Sehingga kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Munawar, Rahmat., Syahidin. 2005. Fungsi Masjid. (Modul). Jakarta:Direktorat Urusan Agama Islam Kemenag RI. 2005. Sejarah Masjid. (Modul). Jakarta: Direktorat Urusan Agama
Islam Kemanag RI. Syahidin & Rahmat Munawar. 2005. Koordinasi Lintas Sektoral Masjid, (Modul). Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam Kemenag RI.
--------. 2005. Standarisasi Pengelolaan Masjid. (Modul). Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam Kemenag RI.
Syahidin. 2005. Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: CV Atfabeta
Digital
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI (dalam Al-Qur'an Digital)
http://kliping.co/contoh-daftar-isi-makalah-dan-karya-tulis-ilmiah/
https://islamwiki.blogspot.com/2014/12/arti-kebahagiaan-sejati-dalam-islam.html?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C8703431782