TUGAS TUTORIAL ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM PENCERNAAN PADA NEONATUS
O L E H NAMA: ELVIZA NIM :164210434
POLTEKKES KEMESKES RI PADANG PRODI D III KEBIDANAN BUKITTINGGI TA 2017/2018
ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM PENCERNAAN PADA NEONATUS
Sistem pencernaan /Digestive adalah sistem tubuh yang mempunyai peranan penting dalam:
Menyediakan nutrien bagi tubuh
Pengeluaran sisa pencernaan keluar tubuh
Pertahanan tubuh dari mikroorganisme yang masuk melalui makanan
Nutrien merupakan zat yang sangat di butuhkan oleh tubuh untuk pembentukan energi yang diperlukan oleh setiap jariangan dalam melakukan aktivitas. Pada masa Intrauterin pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui plasenta, namun begitu bayi lahir hubungan dengan ibu lewat plasenta di putus dan di gantikan dengan sistem pencernaan yang bekerja sama dengan sistem cardiovaskuler dan si stem respirasi. BBL harus memulai memasukkan(menelan), mencerna dan mengabsorbsi makanan.
BBL cukup bulan belum mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali amilase pankreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaaan bahkan sudah ditemukan pada bayi yang berat badan lahirnya rendah. Suatu mekanisme khusus, yang terdapat pada BBL normal dengan berat lebih dari 1500 g, mengoordinasi refleks pernapasan, refleks menghisap, dan refleks menelan yang diperlukan pada pemberian makan pada bayi. BBL melakukan tiga samp ai empat isapan kecil setiap kali mengisap. BBL tidak mampu memindahkan makanan dari bibir ke faring, sehingga putting susu (atau botol susu) harus diletakkan cukup dalam di mulut bayi.
Saat bayi lahir
tidak terdapat bakteri dalam saluran cernanya. Segera setelah lahir,
orifisium oral dan orifisium anal memungkinkan bakteri dan udara masuk. Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah lahir. Biasanya konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bagian bawah usus halus dan terutama di usus besar. Flora normal usus membantu sintesis vitamin K, asam folat, dan biotin.
Kapasitas lambung bervariasi dari 30-90 ml, tergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi.
Beberapa faktor, seperti waktu pemberian makan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta stress psikis dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung.
a. Pencernaan Keasaman lambung bayi saat lahir umumnya sama dengan keasaman lambung orang dewasa, tetapi akan menrun dalam satu minggu dan tetap rendah selama dua sampai tiga bulan. Pencernaan dan absorpsi nutrien lebih lanjut berlangsung di usus halus. Sekresi pankreas, sekresi dari hati melalui saluran empedu, dan sekresi dari duodenum membaut proses yang kompleks ini dapat berlangsung. Kemamupuan bayi baru lahir untuk mencerna karbohidrat, lemak dan protein diatur oleh beberapa enzim tertentu. Kebanyakan enzim ini telah berfungsi saat bayi lahir, kecuali enzim amilase dan lipase. Oleh karena itu, BBL yang normal mampu mencerna karbohidrat sederhana dan protein, tapi terbatas dalam mencerna lemak.
b. Tinja Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama janin dalam kadungan berasal dari cairan amnion dan unsur-unsurnya, dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium berwarna hijau kehitaman, konsistensinya kental, dan mengandung darah samar. Mekonium pertama yang keluar steril, tetapi beberapa jam kemudian semua mekonium yang keluar mengandung bakteri. Sekitar 60% bayi normal yang cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam 12 jam pertama kehidupannya. Jumlah feses pada BBL cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil, berwarna coklat sampai hijau akibat adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. BBL yang diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan tinja daripada mereka yang diberi makan kemudian. Tinja dari bayi yang disusui ibunya dan tinja dari bayi yang minum susu botol tidak sama. Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak, berwarna kuning emas dan tidak mengiritasi kulit bayi. Distensi otot lambung menimbulkan relaksasi dan kontraksi otot kolon. Akibatnya, bayi sering buang air besar saat diberi makan atau segera setelah itu. Keadaan ini dikenal dengan refleks gastrokolik. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada minggu kedua kehidupannya.
Dengan tambahan makanan padat, tinja bayi secara bertahap mulai menyerupai tinja orang dewasa.
Perbedaan karakteristik sistem pencernaan intrauterine dan ekstrauterine: a. Intra Uterin - Sistem Gastrointestinal relatif inaktif ( tidak ada makanan yang diterima melalui organ gastrointestinal) - Reflek makanan sudah ada ,bayi menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan menghisap - Pada bagian bawah abdomen refleks peristaltik tidak aktif sehingga tidak terjadi pengeluaran mekonium, kecuali pada fetal distres (air ketuban bercampur mekonium) b. Ekstra Uterin - Sistem Gastrointestinal aktif ( ada makanan yang masuk melalui organ gastrointestinal) - Refleks makanan ada dan semakin baik, bayi sudah mampu mencerna dan mengemulsikan ASI atau susu formula - Pada bagian bawah abdomen peristaltik sudah aktif , sehingga bayi mengelaurkan feses. Tidak adanya feses dalam 48 jam pertama mengindikasikan obstruksi isi usus.
Sumber: -
Varney,Helen.2008.”Verney’s midwifery. jakarta hal.885 Prawirohardjo,sarwono.2014.”ilmu kebidanan”.jakarta: PT bina pustaka sarwono prawirohardjo hal.161 - Nurhidayah,ikeu.”adaptasi fisiologis sistem digestive pada neonatus .pdf : laterna indonesia - Konsep asuhan neonatus bayi dan balita pdf