Abses Tuba Ovarium Latar Belakang Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantaraan traktus genetalis. Radang alat kandungan mungkin lebih sering terjadi di negara tropis karena organ kewanitaan menjadi mudah sekali lembab karena udara yang panas sehingga menyebabkan sering berkeringat sedangkan personal hygiene masih kurang terjaga, infeksi veneris belum terkendali, serta perawatan persalinan dan abortus yang belum memenuhi syarat-syarat. Tetapi dengan adanya antibiotika pada umumnya infeksi alat kandungan berkurang. Infeksi alat kandungan dapat menentukan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu kehidupan sex. Pengertian a. Tuba adalah saluran (kamus kedokteran). Tuba uterina / fallopii adalah saluran telur, berjalan disebelah kiri dan sebelah kanan sebuah dari sudut uterus ke samping, di tepi atas ligamen lebar ke arah sisi pelvis. b. Ovarial adalah indung telur. Ovarial / ovarium adalah alat kelamin wanita yang berbentuk biji kenali, terletak di kanan dan kiri uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. c. Abces adalah rongga yang terjadi karena kerusakan jaringan / bengkak. Tuba ovarial abces adalah pembekakan pada tuba ovarium yang disebabkan oleh infeksi. Patofisiologi/Etiologi Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke tuerus lalu ke tuba dan atau parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini bisa terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologik sebelumnya. Mekanisme pembentukan ATO yang pasti sukar ditentukan, tergantung sampai dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen tuba masih
terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan, keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menhebat dapat terjadi pecahnya abses. Penatalaksanaan a. Curiga ATO utuh tanpa gejala Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1 minggu. Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan untuk laparatomi b. ATO utuh dengan gejala : Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi o bservasi ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2 - Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 48 -72 jam Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh organ genetalia interna c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan, keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menhebat dapat terjadi pecahnya abses. Penatalaksanaan a. Curiga ATO utuh tanpa gejala Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1 minggu. Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan untuk laparatomi b. ATO utuh dengan gejala : Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi o bservasi ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2 - Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 48 -72 jam Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh organ genetalia interna c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
LAPARATOMI 1. Pengertian Pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Ada 4 cara, yaitu; a. Midline incision b. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm). c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy. d. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy. 2. a. b. c. d. e. 3. a. b. c. d.
Indikasi Trauma abdomen (tumpul atau tajam) Peritonitis Perdarahan saluran pencernaan. Sumbatan pada usus halus dan usus besar. Masa pada abdomen Komplikasi Ventilasi paru tidak adekuat Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
4. Latihan-latihan fisik Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konseling 2.1.1 Pengertian Konseling
Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin “Consilium” artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami sedangkan dalam bahasa Angglo Saxon istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti menyerahkan atau menyampaikan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, konseling berarti pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang. Dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia, konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah yang berakhir pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang mengalami hambatan, memecahkan sesuatu melalui pemahaman terhadap fakta,harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Sagala, 2011). Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Sulastri, 2009). 2.1.2 Tujuan Konseling Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal: 1.
Menyampaikan informasi dan pilihan pola reproduksi
2.
Memilih metode KB yang diyakini
Universitas Sumatera Utara
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif d.
Memulai dan melanjutkan KB
e.
Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia.
2.1.3 Fungsi Konseling
a. Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya masalah kesehatan. b. Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, social, cultural, dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan. c. Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling. d. Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat. 2.1.4 Langkah-Langkah Konseling KB
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulang- ulang karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara
SA : SA pa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempatyang nyamanserta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang diperoleh. T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengalami pengalaman Keluarga
Berencana. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita didalam hati klien. U : Uraian kepada klien mengenai dan pilihannya dan diberi tahu apa pilihan kontrasepsi, bantu klien pada jenis kontrasepsi yang diingini. TU : banTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. J : Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya. U Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan (Saifuddin, 2006). 2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah/ menghalangi dan “Konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma (Fertitest, 2010). Universitas Sumatera Utara
Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran 2001) adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern. 1.
Kontrasepsi sederhana Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode suhu badan basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap serviks, dan spermisid.
2.
Kontrasepsi Modern Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal, yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit). 2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Hartanto, 2003).
2.3. Intra Uterine Devices (IUD)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 2.3.1 Pengertian
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Jenis IUD
Adapun jenis-jenis dari IUD yaitu: 1.
Cooper-T Berbentuk T terbuat dari bahan polyetheleb dimana bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek anti fertilasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
2.
Cooper-7 Berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertical 32 mm, ditambahkan gulungan tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga halus pada jenis Cooper-T.
3.
Multi Load Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan kanan terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga untuk menambah efekt ifitas.
4.
Lippes Loop Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah (Lalik, 2010). Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Efektifitas IUD Gambar 2.1 Jenis-jenis IUD
AKDR/IUD efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir 100%, yang bergantung pada alatnya. AKDR terbaru, seperti T 380A, memiliki angka kegagalan yang jauh lebih rendah pada semua tahap pemakaian tanpa ada kehamilan setelah 8 tahun pemakaian (Everett, 2007). Cupper T-380 A primadona BKKBN. Pertimbangan mengapa BKKBN memilih Cupper T-380 sebagai primadona: 1.
Teknik pemasangan mudah, tidak sakit
2.
Efektifitas tinggi
3.
Kejadian ekspulsi rendah
4.
Tidak mudah menimbulkan perforasi
5.
Tidak banyak menimbulkan komplikasi
6.
Tidak banyak menimbulkan trauma
7.
Kembalinya kesuburan berjalan lancar (Manuaba, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme Kerja IUD adalah sebagai berikut: 1.
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2.
Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3.
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4.
Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Saifuddin,
2006). 2.3.5 Keuntungan IUD
Keuntungan dari IUD ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
2.
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3.
Metode jangka panjang
4.
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5.
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Universitas Sumatera Utara
6.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7.
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
8.
Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT380A)
9.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
10.
Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
11.
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12.
Membantu mencegah kehamilan ektopik
2.3.6 Kerugian IUD
1.
Efek samping yang umum terjadi: - Perubahan pada siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan) - Haid lebih lama dan banyak - Perdarahan (spotting) antarmenstruasi - Saat haid lebih sakit
2.
Komplikasi lain: - Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. - Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia - Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
3.
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4.
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
Universitas Sumatera Utara
5.
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas
6.
Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
7.
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
8.
Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi setelah pemasangan AKDR (Saifuddin, 2006)
2.3.7 Indikasi IUD
1.
Usia reproduktif
2.
Keadaan nulipara
3.
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
4.
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5.
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6.
Risiko rendah dari IMS
7.
Tidak menghendaki metode hormonal
8.
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
9.
Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:
1.
Perokok
2.
Sedang menyusui
3.
Gemuk ataupun yang kurus
4.
Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
Universitas Sumatera Utara
5. Sedang memakai antibiotika atau anti kejang Begitu juga Ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan AKDR: 1.
Penderita tumor jinak payudara, kanker payudara
2.
Tekanan darah tinggi
3.
Pusing-pusing, sakit kepala
4.
Varises di tungkai atau di vulva
5.
Penderita penyakit jantung
6.
Pernah menderita stroke
7.
Penderita diabetes dan penyakit hati atau empedu
8.
Epilepsi
9.
Setelah pembedahan pelvic
10.
Penyakit tiroid
11.
Setelah kehamilan ektopik (saifuddin, 2006)
2.3.8 Kontraindikasi IUD
Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara mutlak, apabila:
1.
Kehamilan
2.
Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab didiagnosis dan diobati, AKDR dapat dipasang.
3.
Kelainan pada uterus missal uterus bikornu
4.
Alergi terhadap komponen AKDR mis, tembaga.
5.
HIV/AIDS karena penurunan sistem imun dan peningkatan risiko infeksi
6.
Infeksi panggul atau vagina; bila telah diobati, AKDR dapat dipasng.
Universitas Sumatera Utara
Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara relatif, apabila: 1.
Riwayat infeksi panggul
2.
Dismenorea dan/atau menoragi
3.
Fibroid dan endometriosis
4.
Terapi penisilamin dapat mengurangi keefektivan tembaga (Everett, 2008)
2.3.9 Waktu Penggunaan IUD
1.
Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
2.
Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
3.
Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amonorea laktasi (MAL).
4.
Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7
hari) apabila tidak ada 5.
gejala infeksi
Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Saifuddin, 2006).
2.3.10 Pemeriksaan Ulang IUD
Setelah pemasangan IUD perlu dilakukan control medis dengan jadwal: a.
Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis.
b.
Jadwal pemeriksaan ulang:
1.
Dua minggu setelah pemasangan
2.
Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
3.
Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
4.
Setiap enam bulan sampai satu tahun
Universitas Sumatera Utara
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai: 1. 2. 3. 4. 5. 2.4 2.4.1
Ingin hamil kembali Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus. Terjadi infeksi Terjadi perdarahan Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR (Manuaba, 2001). Pengetahuan dan Sikap PUS (Pasangan Usia Subur) Pengetahuan ( Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut tim kerja dari WHO, Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1.
Awareness (Kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2.
Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.
Evalution (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.
Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
Universitas Sumatera Utara
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru selesai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. 1.
Tahu ( Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari/rangsangan yang telah diterima.
2.
Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
3.
Aplikasi ( Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4.
Analisis ( Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluasi ( Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. 2.4.2 Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Dengan kata lain, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Beberapa tingkatan sikap antara lain yaitu: 1. Menerima Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek
1. 2. Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung Jawab Bertanggung jawab atas semua jawaban yang dipilihnyadengan segala resiko (Notoadmodjo, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah : Pengalaman Pribadi Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan kelompok, akan sangat mungkin kita akan mempunyai 2. Universitas Sumatera Utara
3. sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang sangat mengutamakan kepentingan perorangan. Orang yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantaranya komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain. Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Institusi/Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai salah satu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Faktor emosi dalam diri individu Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan serta berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut Walgito (2003) dalam Azwar adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap objek menunjukan pengetahuan tersebut mengenai objek yang bersangkutan
Pasangan Usia Subur (PUS) 2.5
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami isteri yang isterinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempun usia subur yang berstatus janda atau cerai.
A. Kontrasepsi TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti ”melawan” atau ”mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun,dkk. 2008. hal.27). Secara umum, menurut cara penatalaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi dua, yaitu: 3.
Cara temporer (spacing), yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.
4.
Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri kesuburan dangan cara mencegah kehamilan secara permanen.
Adapun syarat-syarat alat kontrasepsi yaitu: f. Aman pemakaiannya dan dipercaya g.
Tidak ada efek samping yang merugikan
h.
Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
i. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan j. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya k.
Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit
l. Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat
m.
Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Proverawati,dkk. 2010. hal.1-2).
B. Kontrasepsi Suntik
Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. 1. Suntikan progestin
Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung progestin dan banyak di pakai sekarang ini adalah: 3.
DMPA (Depo Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikkan secara intramuscular di daerah bokong.
4.
NET-EN (Norethindrone enanthare) atau Noristerat: Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu (Pinem, 2009. hal.269).
a. Cara Kerja:
5.
Mencegah ovulasi
6.
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
7.
Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga kurang baik untuk implantasi ovum yang telah dibuahi.
8.
Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Speroff & Darney, 2005. Hal. 184).
b. Keuntungan Kontrasepsi ini adalah :
8.
Efektifitasnya tinggi.
9.
Sederhana pemakaiannya.
10.
Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya dilakukan 4x setahun).
4. Reversibel. 5. Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anaknya (Prawirohardjo, 2008. hal.551). c. Efek Samping :
5.
Adanya gangguan haid, berupa: a) Siklus haid memenjang atau memendek. b) Perdarahan bayak atau sedikit. c) Perdarahan tidak teratur ataupun perdarahan bercak. d) Tidak haid sama sekali.
6.
Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi defisiensi estrogen sehingga dapat menyebabkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, jerawat, dan meningkatnya resiko osteoporosis (Meilani,dkk. 2010. hal.108).
7.
Amenorea (tidak terjadi perdarahan), perdarahan/perdarahan bercak (spotting), meningkat/menurunnya berat badan (Saifuddin, 2006).
d. Waktu Pemberian dan Dosis
Depo provera sangat cocok untuk program post partum oleh karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan. Suntikan Depo provera tidak akan mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa post partum, karena dalam masa ini terjadi amenorea laktasi. Untuk program post partum Depo proverawati disuntikkan sebelum ibu meninggalkan Rumah sakit; sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 s/d hari ke-5. Depo
proverawati disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus intramuskular dalam (Proverawati, 2008. hal.37). 2. Suntikan Kombinasi
Suntikan kombinasi yang beredar di pasaran Indonesia adalah kombinasi antara 25 mg medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipinoat yang diberikan secara injeksi intramuskular sebulan sekali (Cyclofem). Cara kerja kombinasi ini pada prinsipnya sama dengan kerja pil kombinasi. Yang membedakan adalah lebih secara teknis karena isi dari kontrasepsi suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka resiko terhadap hipertensi dan vaskularisasi yang disebabkan oleh hormone ini praktis tidak terjadi. Maka kontrasepsi suntik ini lebih aman di pakai untuk perempuan yang hipertensi. Demikian juga pada perempuan yang mempunyai migrain juga lebih aman menggunakan kontrasepsi ini (Meilani,dkk. 2010. hal.106). a. Cara Kerja:
6.
Menekan ovulasi.
7.
Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
8.
Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
9.
Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2006).
b. Keuntungan Kontrasepsi:
13.
Sangat efektif, (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama.
14.
Resiko terhadap kesehatan kecil, efek samping sangat kecil.
15.
Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.
16.
Tidak perlu dilakukan periksa dalam.
17.
Jangka panjang.
18.
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik (Pinem, 2009. hal.276).
c. Efek Samping Yang Sering Terjadi:
5.
Efek samping yang timbul sama dengan efek samping kontrasepsi oral kombinasi. Perdarahan tidak teratur, terjadi terutama selama tiga bulan pertama, dan sebagian besar klien mengalami siklus menstruasi teratur setelah tiga bulan.
6.
Efek samping lain yang sering muncul adalah nyeri tekan payudara, peningkatan tekanan darah, timbul jerawat, dan peningkatan berat badan (Varney,dkk. 2007. hal.484).
7.
Amenorea, mual/pusing/muntah, perdarahan/perdarahan bercak (spotting), perubahan suasana hati, penurunan libido (Pinem, 2009. hal.280).
C. Kontrasepsi Pil
Pil KB memberikan keuntungan yaitu tetap membuat menstruasi teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan juga dapat kembali pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil ini. Cara kerja pil KB adalah dengan mencegah pelepasan sel telur. Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara teratur. 1. Pil Kombinasi
Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pil adalah pil KB yang mengandung kombinasi derivate estrogen (contoh: etinil estradiol) dan derivate progestin (contoh: levonorgestrel) dalam dosis kecil (Proverawati,dkk. 2010. hal.40).
a. Jenis Pil Kombinasi:
9.
Monofasik Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
10.
Bifasik Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 teblet tanpa hormon aktif.
11.
Trifasik Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Glasier & Geiebb, 2006. hal.38-39 ).
10.
Cara Kerja: Menekan ovulasi Mencegah implantasi Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Saifuddin, 2006).
11.
Keuntungan: Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir 100%, daya guna pemakaian 95-98%. Frekuensi koitus tidak perlu di atur. Siklus haid jadi teratur.
4. Keluhan-keluhan disminorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali (Prawirohardjo, 2008. hal.549). d. Kelemahan:
5.
Pil harus diminum setiap hari
6.
Dapat mengurangi produksi ASI (karena terdapat hormone estrogen)
7.
Kenaikan metabolisme sehingga sebagian akseptor akan menjadi lebih gemuk
8.
Dapat meningkatkan tekanan darah (pada kontrasepsi yang menggunakan turunan estrogen yang jenisnya etinilestradiol)
9.
Tidak mencegah infeksi menular seksual (PMS) (Meilani,dkk. 2010. hal.93).
c. Efek Samping:
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain : 12.
Peningkatan resiko thrombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke dan kanker leher rahim.
13.
Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
14.
Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan penurunan libido.
15.
Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
16.
Kembung.
17.
Perdarahan bercak atau spotting (terjadi 3 bulan pertama).
18.
Pusing.
19.
Amenorea
20. Nyeri payudara. 10. Kenaikan berat badan (Proverawati,dkk. 2010. hal.44). 11.Perdarahan tidak teratur, mual, pusing, nyeri payudara, berat badan sedikit naik, berhenti haid, jerawat, dapat meningkatkan tekanan darah, Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubunagn seksual berkurang (Sulistiawati, 2011. hal.69). 2. Mini Pil
Mini pil hanya mengandung progestin saja (contoh: nerotindron, norgestrel, atau linestrenol) dalam dosis rendah. Oleh karena itu, mini pil cocok untuk ibu menyusui karena tidak mengandung derivat estrogen sehingga tidak mempengaruhi produksi ASI. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Contoh mini pil yang beredar di pasaran adalah exluton dan mini pil (Proverawati,dkk. 2010. hal.48). a. Ada 2 jenis mini pil, yaitu:
7.
Kemasan dengan isi 35 pil. Pil ini mengandung 300 mg levonogestrel atau 350 mg noretindron.
8.
Kemasan dengan isi 28 pil. Pil ini mengandung 75 mg desogestrel (Saifuddin, 2006).
b. Cara Kerja Mini Pil:
5.
Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus
6.
Perubahan pada motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
7.
Perubahan dalam fungsi korpus luteum
8.
Mengentalkan lender serviks yang mengganggu penetrasi atau daya hidup spermatozoa
5. Endometrium berubah sehingga menghalangi implantasi ovum yang telah dibuahi (Pinem, 2009. hal.263). c. Keuntungan:
6.
Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang menyusui.
7.
Sangat efektif pada masa laktasi.
8.
Dosis gestagen rendah.
9.
Tidak menurunkan produksin ASI.
10.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
11.
Kesuburan cepat kembali.
12.
Tidak memberikan efek samping estrogen.
13.
Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler, resiko tromoemboli vena dan resiko hipertensi.
14.
Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes mellitus dan migraine.
15.
Cocok untuk perempuan yang tidak bisa mengkonsumsi estrogen.
16.
Dapat mengurangi disminorea (Meilani,dkk. 2010. hal.101)
d. Efek Samping:
c.
Perdarahan tidak teratur/terganggunya pola haid (spotting, amenorhea).