TRANSAKSI VALUTA ASING DAN DAMPAKNYA DENGAN ADANYA PERUBAHAN NILAI MATA UANG (INFLANSI) MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional Dosen: Dr. Heni Nurani, SE,M.Si.,Ak.,CA Astty Widiyanti
(5211151008) (5211151008)
Siti Mulyani
(5211151012) (5211151012)
Riksa Pangestu
(5211151015) (5211151015)
Hana Livia H
(5211151020) (5211151020)
Nurdin
(5211151022)
Neng Madina Aghna
(5211151030) (5211151030)
Tanggal : 19 Desember 2017 AKUNTANSI A – 2015
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2017
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami “
dapat menyelesaikan makalah tentang Transaksi Valuta Asing dan Dampaknya ”
dengan Adanya Perubahan Nilai Mata Uang (INFLASI) . Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini . Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Transaksi Valuta Asing dan Dampaknya dengan Adanya Perubahan Nilai Mata Uang (INFLASI) ini (INFLASI) ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Cimahi , 19 Desember 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ............................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................. .......................................................................................................................... .............................................................ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... ...................................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang Masalah............................................................ .................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................ ............................................. 1
1.3
Tujuan .............................................................. ................................................................. . 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. ....................................................................................................... ...................................... 2 2.1
Pengertian ................................................................ ........................................................ 2
2.2
Penyebab Inflasi ............................................................... ............................................. 2
2.3
Dampak Inflasi ....................................................... ........................................................ 3
2.4
Cara Mengatasi Inflasi ............................................................... .................................. 3
2.5
Jenis – Jenis Penyesuaian Inflasi.......................................................................... .... 4
2.6
Dampak Inflasi Terhadap Mata Uang ........................................................ ............ 8
2.7
Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang ....................................... 9
BAB III KESIMPULAN .................................................................. ..................................................................................................... ................................... 12 DAFTAR PUSTAKA .......................................................... ......................................................................................................... ............................................... 13
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan sangat terkait dengan perubahan harga (inflasi), karena selama periode perubahan harga tersebut laporan keuangan dapat berpotensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga tersebut. Perubahan harga (inflasi) adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpanan dari convensional historical cost accounting cost accounting yang memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli.
1.2 Rumusan Masalah a. b. c. d.
Apa Pengertian Inflasi? Apa Jenis –Jenis Penyesuaian Inflasi? Bagaimana Dampak Inflasi Terhadap Mata Uang? Apa Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang?
1.3 Tujuan a. b. c. d.
Mengetahui pengertian Inflasi Mengetahui Jenis-Jenis Penyesuaian Inflasi Mengetahui Dampak Inflasi Terhadap Mata Uang Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang
1
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian
Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga umum barangbarang yang tidak sesaat. “Inflasi adalah kenaikan harga barang -barang yang bersifat umum dan terus- menerus” Rahardja dan Manurung (2008:165).Secara garis besar inflasi terjadi pada kenaikan harga dan dalam waktu yang lama. Milton Friedman dalam Murni (2006:202) mengatakan inflasi ada dimana saja dan selalu merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan moneter yang berlebihan dan tidak stabil. “Tingkat inflasi ini biasanya dinyatakan dalam persenper tahun” (Berlianta, 2005: 12).Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada dua jenis perubahan harga yaitu : 1. Perubahan Harga Secara Umum Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation ( inflation), ), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation (deflation). ). 2. Perubahan Harga Secara Spesifik (Khusus) Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan harga dalam permintaan dan penawaran.
2.2
Penyebab Inflasi Penyebab terjadinya inflasi secara umum bisa dibedakan menjadi 2,
yaitu: 1. Demand-pull Inflation Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor ‐faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full situasi full employment . Inflasi yang ditimbulkan oleh
3
permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand pull inflation. inflation . 2. Cost-push Inflation Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input ( input ) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output ( output ) yang dihasikan ikut naik.
2.3 Dampak Inflasi Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian secara luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat negatif atau pun positif, tergantung pada tingkat keparahannya. 1. Dampak positif Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat itu tingkat bunga kredit adalah 15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi, karena para pengusaha/ wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa. 2. Dampak Negatif Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak sedikit terhadap perekonomian, terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Dampak inflasi tersebut, antara lain:
Dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi) Mendorong penanaman modal spekulatif Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan Menimbulkan masalah neraca pembayaran
2.4 Cara Mengatasi Inflasi 1. Kebijakan Moneter Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang beredar. Dengan demikian, secara teoretis relatif mudah untuk mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar
4
terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang. 2. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi inflasi adalah dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah. 3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan kebijakan non-moneter/ non-fiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil produksi, menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan harga, serta distribusi barang.
2.5 Jenis – Jenis Penyesuaian Inflasi Rangkaian statistik yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini. 1. Penyesuaian Tingkat Harga Umum Model biaya historis‐dolar konstan mempertimbangkan perubahan harga ini dengan mengukur laba sedemikian rupa sehingga pendapatan tersebut mencerminkan jumlah maksimum sumber daya yang dapat didistribusikan ke berbagai pihak yang berhak selama periode tertentu, dan pada saat yang sama mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memperoleh jumlah barang dan jasa yang secara umum sama, pada akhir periode, dengan jumlah barang dan jasa yang dapat diperolehnya pada awal periode. Singkatnya, mata uang tetap (biaya historis) adalah jumlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli) umum.
5
Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya (yaitu daya beli tetap biaya historis). Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan : GPL
= Indeks harga umum
c
= Tahun berjalan
td
= Tanggal transaksi
PPE
= Setara daya beli umum
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhir periode. Jika semua transaksi dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan. Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :
6
2. Penyesuaian Biaya-Kini Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu : 1. Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. 2. Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan. 3. Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum Operasi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini, disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak. Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan
7
kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya. Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai berikut : a. Persediaan Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur. b. Harga Pokok Penjualan Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyatakan ulang. c. Aktiva Tetap Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut. d. Depresiasi Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan sebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent. e. Penyajian ulang ekuitas pemegang saham Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya. f.
Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva non-moneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
8
g. Hasil dari kepemilikan aktiva non-moneter Pos ini menunjukkan perubahan dalam nilai aktiva non-moneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi. h. Akumulasi hasil moneter ekuitas Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
Berikut adalah kebijakan akuntansinya :
Dasar penyajian Komparabilitas Persediaan Aset tetap Penyusutan Penyajian uang ekuitas pemegang saham Defisit atas penyajian ulang ekuitas pemegang saham Laba atau rugi dari posisi moneter
2.6 Dampak Inflasi Terhadap Mata Uang Inflasi memiliki dampak posistif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi yang terjadi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang posistif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan melakukan investasi. Sebaliknya alam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau melakukan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh, seorang pensiunan pegawai negri tahun tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau 13 tahun kebudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunannya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
9
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari pada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi meneybabkan naiknya biaya prodduksi hingga pada akhirnya merugikan produsen maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, tidak sanggup mengikuti laju inflasi usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang Di samping tingkat inflasi dan suku bunga, nilai tukar mata uang sering digunakan untuk mengukur level perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana hampir sebagian besar negara-negara di dunia saat ini terlibat dalam aktivitas ekonomi pasar bebas. Bagi perusahaan investasi dan investor mancanegara, nilai tukar mata uang akan berdampak pada return dan portofolio investasinya. Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang negara lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata uang akan mempengaruhi aktivitas perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar yang menguat akan menyebabkan nilai ekspor negara tersebut lebih mahal, dan impor dari negara lain lebih murah, dan sebaliknya.
10
Berikut 6 faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang antara dua negara, yaitu : 1. Perbedaan Tingkat Inflasi Antara Dua Negara Suatu negara dengan tingkat dengan tingkat inflasi konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya. 2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antara Dua Negara Suku bunga, bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut. 3. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan antara dua negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang. 4. Hutang Publik (Public Debt) Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public maka public debt membengkak. membengkak. Public debt yang debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
11
5. Ratio Harga Ekspor Dan Harga Impor Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor. 6. Kestabilan Politik Dan Ekonomi Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
12
BAB III KESIMPULAN Tinggi rendahnya tingkat inflasi, yang salah satu sebabnya adalah kebijakan moneter tidak hanya berdampak pada kenaikan harga di dalam negeri, namun juga dapat berpengaruh pada perekonomian luar negeri Indonesia, melalui perubahan kurs valuta asing yang dipengaruhi oleh inflasi. Demikianlah beberapa gambaran mengenai dampak dan hubungan perubahan inflasi akibat kebijakan moneter Perubahan harga merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu peningkatan maupun suatu penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah inflasi, sedangkan penurunan harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi. Perubahan harga disini terdapat dua jenis yaitu perubahan harga umum maupun perubahan harga spesifik. Perubahan harga umum merupakan perubahan harga secara keseluruhan komoditi, sedangkan perubahan harga khusus merupakan perubahan harga komoditi tertentu. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidakakuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan. Terdapat dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan penyesuaian terhadap terhadap inflasi, yaitu : 1. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. 2. Akuntansi untuk perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.
13
DAFTAR PUSTAKA https://ardra.biz/ekonomi/analisis-fundamental-ekonomi/pengaruh-inflasi terhadap-kurs/ http://id.wikipedia.org http://www.karyatulisilmiah.com