TA PENGANTAR
1
KATA PENGANTAR
Buku ini dibuat untuk mempermudah proses belajar mengenai inversi seismik dan tutorial pengerjaannya menggunakan software Hampson rusell seri CE8/R4.2. Penulis membuat buku ini tidak untuk kepentingan komersil. Penulis membuat tutorial software HRS ini berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang didapat saat pengerjaan Tugas Akhir. Dalam buku ini, hanya sedikit teori yang dimasukkan oleh penulis, untuk lebih lengkapnya bisa melihat di HapsonRusell Asistant pada help software. Buku ini merupakan edisi pertama penulis, karena penulis akan membuat buku edisi selanjutnya tentunya mengenai seismik inversi yang lebih detail lagi dan memungkinkan software dengan seri yang berbeda. Dalam pembuatan buku ini penulis sangat menyadari banyak kekeliruan dan kekurangan, untuk itu kami menerima kritikan yang bersifat membangun. Jika pembaca ingin berdiskusi, memberi masukan,kritikan,dll bisa menghubungi penulis melalui alamat e-mail yang ada. Yogyakarta, April 2013
Penyusun
e-mail:
[email protected] [email protected]
2
Pengantar....
Sebelum masuk ke tahap seismik inversi, kita pahami dulu mengenai seismik konvensional. Pengukuran seismik konvensional (data seismik hasil pengukuran) hanya mendapatkan informasi bawah permukaan berdasarkan nilai kontras akustik impedance, yang disebut dengan koefisien refleksi. Rumusan dari nilai koefisien refleksi dapat ditulis sebagai berikut:
Karena dalam eksplorasi seismik terdapat juga data wireline log, dimana informasi dari wireline log adalah nilai AI tersebut, dengan cara mengalikan nilai Log Vp dengan Log density. Maka dengan menggabungkan kedua data tersebut (log dan seismik), akan didapatkan persebaran nilai Akustik Impedance melalui data seismik, tetapi tetap dikontrol oleh data log. “Seismik inversi adalah proses pemodelan kondisi bawah permukaan yang sebenarnya, berdasarkan data log sebagai kontrolnya dan data seismik sebagai media persebaran horisontal” Metode seismik inversi dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan data seismik yang digunakan, yaitu : post-stack : post-stack seismic inversion dan inversion dan pre-stack pre-stack seismic inversion. inversion. Data seismik post-stack adalah data seismik yang mengasumsikan amplitudo seismik hanya dihasilkan oleh R(0 0), sehingga post-stack seismic inversion hanya dapat digunakan untuk menghasilkan tampilan model AI saja. Sementara data seismik pre-stack masih mengandung mengandung informasi sudut (R(θ)), sehingga pre-stack seismic inversion inversion dapat digunakan untuk menghasilkan parameter – parameter, selain AI, seperti : EI, Vp/Vs, serta lambda-rho lambda-rho dan murho. rho.
3
Inversi AI: Suatu proses pembalikan nilai koeficien refleksi (Rc) menjadi nilai
AI, dengan data log sebagai kontrolnya, dan seismik post-stack sebagai media persebaran secara horisontalnya. Metode inversi AI dibagi menjadi tiga, yaitu model based, sparse spike dan recursive.
Sebagai dasar inversi yang berbasis pre-stack, adalah konsep Ampilute Versus Offset (AVO) ataupun Amplitude Versus Angle (AVA)
Konsep AVO menggambarkan bahwa semakin besar offset/sudut datang, seharusnya amplitudo gelombang seismik akan semakin kecil, tetapi pada kondisi adanya reservoar yang terrdapat hidrokarbon, responnya bukan semakin mengecil, tetapi akan membesar (walaupun nilai RC-nya negatif). Dalam perkembangannya, terdapat beberapa metode inversi berbasis AVO, diantaranya Inversi Elastic Impedance, Simultaneous Inversion, LMR dan Extended Elastic Impedance.
Inversi EI: Suatu proses pembalikan nilai RC menjadi nilai EI, dengan data log
sebagai kontrolnya, dan data seismik pre-stack (near,mid,far) menjadi media persebaran secara horisontal. Berbeda dengan pengerjaan inversi AI, pengerjaan inversi EI memerlukan data seismik pre-stack, artinya data tersebut belum dijumlahkan berdasarkan CDP/sudutnya. Untuk proses pengerjaannya, data gather seismik dibuat menjadi angle gather.
4
Inversi Simultan: Inversi yang dilakukan secara bersama-sama, menggunakan
data partial stack (near,mid dan far stack). Dimana hasilnya berupa P-Impedance, S-Impedance dan density, dari hasil tersebut bisa ditransformasi menggunakan rumus menjadi sifat fisika lainnya yaitu lambda mu rho. Inversi Extended Elastic Impedance: Inversi yang dilakukan pada sudut datang
tidak sama dengan 0. Sudut diperlebar pada renta ng -90 s/d 90. Dalam pengolahan sudut sudut EEI akan berkorelasi dengan log-log tertentu dari data sumur. Kemudian satuan impedansi yang telah didapat akan diinversi untuk pendapatkan penampang bumi sesungguhnya.
5
BAB I Import data log dan Crossplot 1. Import data log Open Geoview pada HRS, kemudian klik New, simpan nama project Kemudian akan muncul window:
Kemudian klik Import Data > Logs, Check Shots, Tops................
1
Akan ada window seperti disamping, cari data sumur dalam format. LAS, klik Add, kemudian Next
ganti nama sumur yang akan ditampilkan, misalnya A. Klik Next
Pada window disamping, klik View File Contents untuk mengetahui informasi koordinat X&Y. Pada KB elev dan surface elev, nilainya dapat dilihat dari report log yang ada. Klik Next
Ada informasi mengenai Latitude dan longitude, oleh karena itu nilainya perlu diconvert terlebih dahulu menjadi UTM.
2
Akan muncul window seperti diatas, klik pada Import log untuk memunculkan log yang ada dalam sumur A. Kemudian klik OK. Jika sukses, akan muncul kolom seperti berikut:
Klik Ok kemudian akan munculpilihan metric dan imperial. Klik Metric, kemudian ok.pemilihan ini tidak akan mengubah data log yang ada. Klik OK
Dalam well eksplore akan muncul:
Data log pada sumur A sudah masuk dalam base.
3
Untuk memasukkan data marker, klik pada Tops,kemudian akan muncul window dibawah. Masukkan nama marker, Start Measured Depth dan End Measured Depth. Kemudian klik Update. Perhatikan nilai kedalamannya apakah dari Kelly Bushing atau tidak, tergantung data yang ada. Import data marker ini juga bisa dilakukan seperti pada import data log sebelumnya.
Jika well-nya deviated, masukkan nilai deviated geometry-nya. Klik Deviated geometry kemudian isi measured depth, X-coord dan Y-coord. Klik Update. Untuk mempermudah, bisa juga data yang ada di import seperti data log sebelumnya.
4
Membaca data Log melalui menu eLog
Klik eLog, kemudian New Project, kemudian simpan nama project > OK Akan muncul window seperti dibawah:
Klik Apply > Open
Data log akan terbaca seperti diatas. Untuk mengatur tampilan dan formatnya, klik pada icon mata, kemudian akan muncul:
5
Pada Layout, digunakan untuk mengatur tampilan log dalam beberapa track/kolom. Log GR, Sp dan Caliper berada pada track 1, track2 terdapat log RHIB dan NPHI, track 3 log resistivytas dan track 4 log P-wave. Klik Ok
Pada Curves, digunakan untuk mengatur satuan dan tampilan. Untuk log resis, dirubah scalenya kedalam Log, yang lainnya teteap Linear. Dalam track 2, terdapat 2 log yaitu NPHI dan RHOB, log ini digunakan secara quick look untuk mengetahui zona target, caranya rubah skala nilai sal ah satu log tersebut dari besar ke kecil, dan yang satu sebaliknya, kemudian pada fill Option pilih One color, pada Area pilih to other Curve on-Left, dan pada other Curve pilih log NPHI, karena yang diatur dalam log RHOB. Klik Apply > OK.
6
Hasilnya: Terlihat pada track 2, antara log RHOB dan NPHI terdapat cross over yang ditandai dengan warna kuning, dan skala warna salah satu log menjadi terbalik.
Membuat log hasil perhitungan/log yang tidak didapat dari akuisisi lapangan Klik transforms ,kemudian akan muncul window:
Untuk membuat log P-Impedance (yang akan digunakan untuk proses in versi AI), klik P-Impedance, kemudian muncul:
7
Pilih well yang akan digunakan, Next
Anda dapat merubah nama Output P-Impedance,kemudian Klik Next Window disamping menunjukkan rumus dari log P-Impedance, Dimana P-Impedance=AI = Vp*RHOB (density) Klik OK
Kemudian membuat log S-Impedance, dengan langkah-langkah seperti diatas, tinggal memilih S-Impedance pada transform. Untuk membuat log ini, kita harus punya data log Vs, jika tidak, bisa dibuat syntetic log Vs melalui FRM (Fluid Replacement Modelling) ataupun persamaan Castagna. Tetapi anda harus
8
mempunyai log Vs yang berada di sumur lainnya sebagai acuannya, misalkan terdapat dua sumur, A dan B, pada sumur A mempunyai log Vs dan sumur B tidak mempunyai log Vs, anda harus membuat terlebih dahulu log Vs melalui FRM atau castagna pada sumur A, kemudian hasilnya bandingkan dengan log Vs hasil lapangan sesungguhnya, jika akurat (hampir sama) maka dapat dibuat log Vs untuk sumur B menggunakan FRM atau Castagna. jika tidak, kita tidak bisa membandingkan hasil FRM dengan data log Vs asli dari lapangan tersebut. Untuk proses inversi Elastic Impedance, dapat dibuat log hasil perhitungan melalui transform seperti diatas, data yang diperlukan adalah log Vp, Log Vs dan log density. Caranya, pada Transform, pilih Elastic Impedance, kemudian ikuti langkah yang sama dengan pembuatan log P-Impedance.
Untuk membuat log lainnya, misal LMR, ikuti langkah seperti sebelumnya.
9
2. CROSSPLOT Analisa crossplot ini untuk mengetahui kesensitifan dari log yang sudah ada maupun dari log turunan, tujuan dari crossplot ini juga untuk menentukan cut-off suatu nilai fisis pada batuan, misalnya nilai Gamma ray (jika belum diketahui dari analisa petrophysic), nilai akustik impedan, dll. Crossplot juga berguna untuk memisahkan anomali keberadaan hidrokarbon maupun pemisahan litologi.
Langkah-langkahnya: Pada eLog, klik Crossplot > General
Kemudian pilih log apa saja yang akan dilakukan crossplot.
Kemudian pilih well mana yang akan digunakan.
10
Pada view selanjutnya hanya mengatur log apa yang menjadi Xaxis dan Y-axis, serta judul crossplot
Kemudian pilih satuan log dan log yang digunakan. Next
11
Atur time/depth berapa sampai berapa yang akan dicrossplot. Jika dilakukan hanya pada zona target, tambahkan up&down berapa ms/berapa m tergantung satuan yang kita gunakan.
Hasilnya seperti disamping. Atur X, Y dan Color key jika ingin dirubah-rubah data log apa yang di crossplot. Untuk melihat sectionnya, klik crosssection
crosspada
Jika ingin menandai zona/ membagi zona. Klik Zones, kemudian muncul window disamping. Pada Current Zone Selection untuk memberi nama zona. Hasilnya seperti dibawah.
12
BAB II LOADING DATA SEISMIK DAN TRANSFORMASI DATA SEISMIK 1. Loading/Input Data seismik
Supaya data seismik dapat ditransformasi dari gather ke yang lainnya, buka seismik di menu AVO. Langkah-langkahnya: Open AVO
Kemudian akan muncul tampilan seperti berikut: Ada 3 pilihan: Start New Project kita pilih jika akan membuat project baru. Open existing Project berarti membuka/memilih project yang sudah ada sebelumnya. Open previous project berarti menggunakan project yang telah dibuka sebelumnya
Klik salah satu item dari 3 pilihan diatas,kemudian akan muncul window seperti dibawah:
Pertama-tama kita akan memasukkan/load data seismik gathern ya.
13
Caranya, klik Data Manager-Import data-Open seismic-From SEG-Y File
Akan muncul view seperti dibawah:
Pilih dimana data seismik kita disimpan, kemudian Add, setelah itu klik Next
Pada window diatas, pilih 3D/2D line. Tergantung dari data yang kita punya, kemudian klik Next.
14
Kemudian akan muncul window diatas, untuk mengetahui data kita mempunyai informasi X&Y coordinate, klik di Header Dump, akan muncul informasi seperti dibawah. Dalam kotak merah, terdapat data Inline,Xline,X&Y coordinat. Berarti pada kedua pilihan tersebut kita klik Yes.
Setelah itu klik Next
15
Informasi pada kolok-kolom diatas (kotak merah) diisi berdasarkan data yang ada dalam Trace Header yang ada didalam Header Dump. Klik Header Dump, kemudian akan muncul window seperti dibawah,
kemudian pada Display, klik Trace Header
Sebagai contoh:Source X coor terletak pada byte 7376, kemudian inline number terletak pada byte 173-178 Akan muncul window: 1. 4-byte integer berarti 1 kolom tersebut berisi nilai1-4, 5-8,dst 2. Byte (161-180)berarti kolom pertama 161-164, 165-168,169172,173-176,177-180. 3. Berdasarkan informasi diatas,Inline terletak pada byte 173, yang berarti terdapat p ada kolom 4,dengan nilai 1004.
Informasi lainnya diisi dengan cara seperti diatas, kemudian klik Next, akan muncul window:
16
Warna biru menunjukkan Inline, dan Merah menunjukkan X-Line. Ini menggambarkan geometri dari data seismik yang ada. Kemudian Klik OK!
Data seismik akan mucul seperti dibawah:
2. Merubah data gather menjadi super gather, angle gather, partial stack Attribute volume dan CDP stack
Untuk mengerjakan inversi EI,simultan maupun EEI. Data yang diberikan akan berupa gather maupun super gather. Data gather ini akan mempunyai kapasitas yang besar, karena data tersebut merupakan data pre stack yang belum dijumlahkan per cdp. Untuk mentransformasi data gather ini, bisa dilakukan dalam menu AVO.
17
a. Mentransformasi data gather menjadi Super gather
Data super gather tersebut merupakan hasil penjumlahan beberapa CMP yang berdekatan, hal ini akan menyebabkan data super gather memiliki S/N ( signal to noise ratio) ratio) yang tinggi dan menghilangkan noise yang bersifat random (acak).
Langkah-langkahnya:
Pada menu AVO, klik Process - Super
Akan muncul window seperti disamping, kemudian klik Next
Pada number of offsets biarkan nilainya 10, Kemuadian ganti Size of Rolling Window menjadi 5, ini akan membuat super gather tiap rata-rata 5 cdp. Kemudian klik Next
18
Klik OK
Data super gather akan muncul seperti diatas. b. Selanjutnya Merubah data super gather menjadi angle gather
Proses Proses angel gather dilakukan untuk membawa tiap-tiap trace dalam kawasan offset ke kawaan sudut (angle (angle), ), proses ini dilakukan dengan ray tracing menggunakan fungsi kecepatan ( Gambar IV.14). Dalam program Hampson Russel fungsi kecepatan yang digunakan menggunakan staright ray ray dan ray parameter yang secara sistematis dituliskan dalam bentuk: 1. dengan :
19
x:offset;
2. Ray Parameter
Dengan:
Perubahan ini dapat digambarkan:
Sumber: Hampson - Russell (angle gather teory)
Langkah-langkahnya Langkah-langkahnya di software HRS:
Klik Process kemudian pilih Angle Gather
20
Muncul window seperti disamping, klik Next
Number of angle 10, berarti akan dibuat 10 trace/bin dalam rentang sudut 0-45
Klik Open Well Log, kemudian akan muncul window seperti dibawah.kemudian pilih P-wave yang digunakan.
21
Selanjutnya klik OK, kemudian Next. Muncul window seperti disamping, klik Next
Data Angle Gather akan muncul seperti dibawah, Lihat diujung kiri atas, akan ada tulisan angle, yang berarti data tersebut sudah dirubah dari kawasan offset ke kawasan sudut. Setelah itu lihat nilai rentang sudut yang ada dalam data. Ini berguna untuk membagi data seismik dalam beberapa rentang sudut (partial stack)
Misalkan kita pilih rentang sudut yang ada 3-30 0
c. Merubah data Super gather menjadi partial stack (near,mid,far).
Dalam pengerjaan Inversi EI dan Inversi Simultan, dibutuhkan data partial stack (near,mid,far). Karena pada Inversi EI, akan melihat perubahan amplitudo dari dekat, mengengah dan jauh, logikanya semakin
22
besar offsetnya, maka tentunya semakin besar sudut datangnya, dan amplitudonya akan mengecil, hal ini dikarenakan jarak yang jauh antara source dengan receiver sehingga amplitudonya akan semakin mengecil (karena semakin banyak partikel batuan yang dilewati). Hal ini terjadi dalam kondisi normal, tetapi jika terdapat suatu batuan reservoar yang terisi gas/minyak, maka kasus diatas dapat berubah. Penampang seismik near angle stack akan hampir sama dengan penampang Akustik Impedan, karena rentang sudut yang diambil pada near angle stack biasanya tidak jauh dari sudut 0 (AI). Pada
kasus
Inversi
Simultan,
dimana
konsepnya
adalah
menginversi secara bersama-sama. Dari near,mid dan far ini akan di inversi secara bersamaan untuk mendapatkan penampang P-Impedance, SImpedance dan Density. (lebih lengkap lihat Bab awal pengantar Inversi)
Langkah-langkahnya di software HRS:
Klik Process – Stack – Range Limited Stack
Kemudian akan muncul window:
23
Klik Next
Akan muncul window seperti disamping, ganti Types of ranges menjadi 3, artinya kita memerintahkan software untuk membagi data super gather menjadi 3 rentang sudut (0 0-150, 150-300 dan 300-450). Klik Open well log untuk memilih P-wave yang digunakan. Klik OK Kemudian klik Next
24
Kemudian akan muncul 3 penampang seismik yang biasa disebut near,mid dan far Angle stack : 1. Near Angle Stack
2. Mid Angle Stack
3. Far Angle Stack
25
d. Merubah data dari super gather ke AVO Attribute volume
Perubahan ini dilakukan untuk proses inversi Extended Elastic Impedance (EEI), sebelumnya data gather sudah dirubah terlebih dahulu ke super gather (langkah-langkahnya sudah ada didepan).
Pada menu AVO, pilih AVO Attribute Volume
Akan mucul window seperti dibawah, pada Output Volume File ketik nama file yang akan keluar/akan disimpan. Kemudian Next
Setelah itu muncul window seperti dibawah. Pada Open Well Log pilih Log P-wave yang digunakan. Kemudian pada Type of Analysis pilih A/B (Two Term Aki-Richards). Kemudian klik Next.
26
Kemudian akan muncul window disebelah kiri, klik Next kemudian akan muncul window disebelah kanan. Klik OK.
Data atributte volume akan keluar seperti dibawah: Attribute A (Intercept)
27
Gradient (B)
e. Merubah data dari super gather ke CDP stack
Untuk inversi Akustik Impedan, diperlukan data CDP stack yang berbasis zero offset. Jadi data super gather akan dijumlahkan berdasarkan CDP ( Common Depth Point) yang ada
Sumber: Hampson - Russell (angle gather teory)
CDP terletak dibawah permukaan/ proyeksi dari CMP CMP terletak di permukaan (Common Mid Point)
28
Langkah-langkahnya: Pada menu AVO, pilih Process > Stack > CDP Stack
Muncul window disamping, kemudian output volume nya diganti sesuai dengan nama yang ingin kita simpan. Klik Next
Kemudian akan muncul window disebelah kiri, klik Next kemudian akan muncul window disebelah kanan. Klik OK.
29
Hasilnya:
30
BAB III
1.
Ekstrak Wavelet Ekstrak wavelet memegang peranan yang sangat penting dalam proses
inversi. Banyak cara menghasilkan wavelet , antara lain, mengambil wavelet dari lokasi sekitar well (use well), membuat wavelet ricker dengan menentukan parameternmya sendiri, membuat wavelet bandpass dan Wavelet juga dapat dihasilkan dari data seismik itu sendiri (statistik). Hal ini diharapkan akan didapat wavelet yang terbaik karena memiliki bentuk yang paling mirip dengan seismiknya. Langkah-langkahnya: Pembuatan wavelet ini bisa dilakukan di STRATA maupun eLog Untuk langkah di bawah, dilakukan dalam menu STRATA. a.
Ekstrak wavelet dari well.
Open strata > Wavelet > Use well
Muncul window seperti disamping, pilih well yang akan digunakan. Klik Next Kemudian pilih volume seismik yang digunakan. Klik Next
Kemudian pada window berikutnya pilih constant time atau dari Horizon, tergantung keperluan pengekstrakan wavelet dan window yang diinterpretasi.
31
Setelah itu anda memasukkan nama wavelet-nya, kemudian wavelet length dan taper length, pada extraction Type, pilih Constant Phase. Wavelet length adalah panjang gelombang seismik dalam penelitian, kita bisa melihatnya dengan mengekstrak spektrum amplitude data seismiknya terlebih dahulu. Hasilnya seperti disamping.
Ekstrak wavelet dari data seismik secara Statistic ,
Yang dimaksudkan statistic disini adalah pengambilan wavelet dari data seismik yang ada, kemudian dihitung secara statistik. Extract Wavelet > Statistical
Setelah itu pilih rentang time data seismik yang akan di ekstrak, kemudian pilih dari Inline berapa sampai Xline berapa, tergantung dari kegunaan. Misal kita akan mengekstrak dari semua cube data seismik (3d) maka inline dan Xline diisi sesuai data seismik. Jika hanya ingin beberapa inline dan Xline disekitar well, isi sesuai data inline dan Xline sesuai data well.
32
Setelah itu pilih Apply to the complete seismic time window jika akan diekstrak berdasarkan rentang waktu sesuai yang diatur sebelumnya. Bisa juga memilih Apply to a target zone, untuk constant time ataupun berdasarkan data horizon.
Kemudian memberi nama wavelet yang akan di ekstrak, mengatur window length dan taper length serta memilih phase type (minimum phase dan constant phase), tergantung dari data seismik. Next, kemudian didapat hasil seperti dibawah.
Wavelet bandpass
Membuat wavelet dari bandpass berarti kita akan mengatur sendiri parameter yang ada, seperti low cut, high cut, low pass dan high pass . Untuk membuat wavelet ini, terlebih dahulu kita harus mengekstrak spectrum amplitude dari data seismik yang ada, sehingga kita mengetahui frekuensi yang ada dalam data seismik. Wavelet > Create Bandpass Wavelet
33
Atur low cut, high pass, low pass dan high cut terlebih dahulu. Kemudian wavelet length dan tipe phase-nya. Ricker Wavelet
Dalam pembuatan melalui ricker wavelet ini, frekuensi yang dimasukkan hanya frekuensi dominan dari data seismik. Kemudian wavelet length dan tipe phase data seismik.
34
2. Koreksi Check shot Sebelum melakukan well seismic tie, kita harus mengkoreksi checkshot yang ada, pertama kita input terlebih dahulu data checkshot melalui well eksplore seperti di BAB I. Kemudian pada eLog, pilih edit > Check Shot correrction.
Setelah itu muncul window seperti dibawah, bisa diganti tipe interpolasinya antara lain Spline, linear dan polinomial. Hasilnya berbagai tipe tersebut seperti dibawah.
35
3. Well seismic tie Proses well seismic tie merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan, well seismic tie berarti menyamakan posisi sumur yang berada dalam domain depth dengan seismik yang mempunyai domain time. Setelah dikoreksi checkshot, klik Correlate > OK.
Muncul window seperti dibawah, warna biru menunjukkan trace syntetic, warna hitam merupakan trace seismic real, dan yang merah merupakan data trace yang diambil dari data seismic. Klik Snap, pilih peak, trough atau zero crossing. Kemudian klik pada trace syntetic dan trace real, klik Strech. Lihat current corr, dan time shift. Usahakan nilainya diatas 0,6 dengan time shift 0.
36
Klik Parameter untuk mensetting startend zona yang dikorelasi, kemudian apply. Warna merah dan biru pada gelombang, jika belum menyatu berarti masih ada time shift. Jika berhimpit berarti time shiftnya 0.
Jika time shift sudah mendekati 0. coba dengan klik Apply shift, jika berubah menjadi 0. Klik OK,kemudian nama P-wave bisa diganti, klik OK 4. Picking horizon
Picking horizon merupakan tahapan setelah well seismic tie. Picking horizon berarti mencari kemenerusan lapisan pada data seismik.picking horizon ini dilakukan pada menu STRATA, setelah input data seismik,kemudian pilih horizon > picking horizons > OK . Kemudian pilih yes jika ingin melihat peta yang dipicking secara langsung.
Kemudian pilih pada snap, peak atau trough atau zero crossing. Kemudian picking, hasilnya seperti disampingnya. Klik OK
37
BAB IV INVERSI AI dan EI Dalam tahapan pengerjaan inversi AI dan EI, bedanya hanya penampang seismik dan log yang digunakan (Bab II). Pengerjaan inversi EI membutuhkan data near,mid dan far (bisa juga near dan far saja), perlu diperhatikan bahwa penampang seismik tersebut merupakan seismik post-stack, hanya sudutnya saja yang berbeda-beda. Jadi tahapan pengerjaan dari pembuatan model awal sampai dengan inversi prosesnya sama. Sebelum dilakukan inversi, transformasi terlebih dahulu log P-Impedance, S-Impedance dan Elastic Impedance (BAB I). Sebelum dilakukannya inversi, perlu dibuat terlebih dahulu model awal, model awal dibuat untuk mengontrol hasil inversi supaya tidak jauh berbeda dengan model dan untuk mendapatkan frekuensi rendah yang hilang.
1. Membuat Model awal Pada strata, Input data seismik, kemudian input data horizon. Untuk membuat model awal, klik Model > Build/Rebuild
Masukkan nama model, kemudian pilih Typical setup for Acoustic Impedance inversion untuk inversi AI, untuk inversi EI pilih Typical setup for Elastic Impedance
38
Pilih use well logs from database
Jika ingin membuat model awal AI, maka hanya P-wave,densiy dan P-impedance yang keluar. Jika Ei, maka akan ada tambahan Swave dan S-Impedance
Pilih horizon yang digunakan
39
Pilih well yang digunakan
Pada tahap ini frekuensi yang rendah bisa dimasukkan, pada Highcut frequency
2. Analysis pre-inversi Sebelum dilakukan Inversi, sebaiknya dilakukan analisa pre-inversi, untuk melihat kecocokan. Pada STRATA, pilih Analysis > Post Stack Analysis > Model based. Jika yang kita gunakan adalah mdoel based.
40
Pilih Volume seismic
data
Selanjutnya atur dari time berapa sampai berapa yang akan dianalisa
41
Klik OK, kemudian akan muncul view seperti dibawah:
Kemudian muncul juga window satu lagi untuk mengatur perubahan parameter Atur target zone, berdasarkan Horizon, kemudian tambahlan plus disini maksudnya dari horizon, berapa ms ke atas dan kebawah.
42
Selanjutnya kita dapat mengatur parameter hard Constrain dan soft Constrain. Hard constrain berarti pembatasan secara ketat, dimana kita bisa mengatur perubahan hasil inversi kita dari model awal pada up dan lower, artinya perubahan keatas dan kebawah seberapa besar. Jika Soft Constrain, misalkan kita masukkan 0,2 itu berarti model awal kita yang dipakai hanya 0,2, sisanya 0,8 dari syntetic trace . parameter lainnya yang bisa diatur adalah iterasi, prewhitening dan ukuran blok rata-rata, nilai ini dicoba secara trial and error sampai mendapatkan nilai inversi yang mendekati original log, dengan error yang kecil. Setelah semua kita pilih, klik Apply.
3. Inversi AI dan EI STRATA > Inversion > Post stack inversion > pilih metode yang digunakan (model based, sparse spike maupun recursive)
43
Pada window berikut, atur rentang time seismik yang akan di inversi.
Kemudian, atur dari rentang horizon, tambahkan ke atas dan kebawah beberapa ms, misal 25 ms. Hal ini digunakan jika ada horizon yang kurang smooth/melenceng.
Kemudian window dibawah, atur seperti pada penjelasan sebelumnya no 2 pada bagian analisa pre-inversi.
44
Kemudian next dan didapatkan penampang hasil inversi.
45
BAB V EXTENDED ELASTIC IMPEDANCE (EEI) Extended Elastic Impedance (EEI) merupakan inversi pada sudut datang tidak sama dengan 0. Teorinya mengungkapkan kita dapat memperpanjang rentang sudut dari – 90º s/d +90º (Whitcombe, 2002) EEI cocok digunakan untuk identifikasi litologi dan identifikasi kandungan fluida dalam tubuh reservoar
(Whitcombe et al, Geophysics, 2002) Nilai sin² θ dalam persamaan Zoeprit terbatas untuk nilai reflektivitas ( nilai sinus untuk semua sudut bernilai hanya dari rentang -1 s/d 1) Log EEI dapat dihitung jika sebuah sumur mempunyai log Vp, log Vs, dan log log densitas. Log EEI merupakan satuan impedansi dengan input sudut-sudut EEI yang telah berkorelasi tinggi dengan log yang akan diinversi.
46
Berikut contoh elog dari sebuah sumur yang memiliki syarat untuk diinversi EEI (log Vp, log Vs, dan log densitas)
47
Buka software Geoview pada software HRS, kemudian klik AVO. Klik Modelling > 3D Model > build/Rebuild a Depth Model.
48
Pilih sumur (well) yang telah memenuhi syarat
49
50
Bentuk sebuah geometri.
Dalam hal ini, trik pertama adalah mendapatkan sebuah header terhadap sudut EEI. Number of trace dapat diasumsikan sebagai jumlah sudut EEI, yakni dari rentang -90 s/d 90. Jumlahnya = 181. Maka number of inline = 181 Harga nilai X berada pada nilai -90, artinya sudut EEI berada pada koordinat X, dengan letak sudut awal (-90) berada paling kiri dari trace. X= -90
Pilih log yang dibutuhkan pada saat pengolahan log EEI, dalam hal ini log yang dibutuhkan adalah 3 log utama, yaitu log Vp, log Vs, dan log densitas. Pilih log yang akan diinversi EEI, dalam hal ini kita ambil contoh log Gamma Ray untuk litology, log Porositas untuk fluida, Water saturation, Vp/Vs, PImpedance (AI), dan Poisson ratio.
51
Pilih awal dan akhir dari kedalaman log yang akan dianalisis. Contoh : 0 s/d 722 (m) Pilih sampling rate. Dalam hal ini nilai sampling rate harus sama dengan sampling rate sumur pada saat melakukan proses logging.
52
Terbentuk sebuah Peta bawah permukaan lengkap dengan sumur di dalamnya Setting sumur pada inline 91, artinya sumur ini berada pada sudut X = 0. Log yang diinput adalah log AI. Sebagai interpretasi awal log AI akan berkorelasi maksimum dengan log EEI = 0.
53
Proses selanjutnya, klik process > utility > trace maths. Dalam pengolahan dibutuhkan ketiga log utama, atur usage menjadi used Ubah nama sesuai dengan perintah di bawah.
54
Ubah nama output volume menjadi EEI-logs
55
56
Copy script EEI.prs pada LAMPIRAN, kemudian paste pada menu parser
NB : script dapat dilihat pada LAMPIRAN
57
Hasil akan menunjukkan spektrum impedansi – 90º to +90º. Sebagai analisis awal, input log P-Impedance Kemudian gunakan menu trace math untuk mengkroskorelasikan log EEI terhadap log yang akan diinversi. Sebagai langkah awal akan dilakukan cross corelation antara EEI log vs log porositas Ubah nama EEI log volum menjadi ref, kemudian log volume porositas menjadi input. Kemudian pada menu usage, setting ke dalam used. Dalam output volumenya, ubah nama sesuai nama log, misalnya xcor_por
58
Script dari cross corelation dapat dilihat di lampiran. Atur parameter seperti sampling rate (s int) yang sesuai : 0.2 Input start depth : 550 m Input end depth : 710 m Output start depth : 160 m Max Delay : 0
59
NB : fokuskan pada zona target saja
Hasil yang diperoleh masih acak dan belum terlihat menarik. Atur paramete r (mata) kemudian ke menu scale untuk mengubah plot. Mean : 0 dan Std : 1 Atur juga pewarnaan dari color key.
60
Sehingga penampang terlihat lebih jelas
61
Kemudian lakukan kros korelasi EEI log terhadap log lain yang akan diinversi. Misalnya log Gamma ray. Atur sedemikian rupa pada menu trace math seperti petunjuk sebelumnya.
62
Kemudian terlihat dalam hasil berupa spektrum reflektivitas kross korelasi EEI log dengan Gamma ray
Melalui langkah di atas berarti telah didapatkan dua contoh cross correlation, yakni log porositas untuk fluida dan log gamma ray untuk litologi. Sekarang akan dilakukan crossplot antara log EEI terhadap log-log tersebut. Kegunaannya untuk mendapatkan nilai sudut yang berkorelasi maksimum terhadap log yang bersangkutan. Menurut Whitcombe (2002) setiap l og akan
63
memiliki kemiripan sesuai parameter korelasi dengan log EEI. Untuk membuktikan hal ini dapat dilakukan pada menu crossplot window.
64
Hasil menunjukkan cross corelation antara porosity log terhadap spektrum EEI log. X : sudut korelasi (ambil nilai maksimum atau minimum) Y : korelasi
65
Jika diperbesar, dapat dilihat log porosity berkorelasi maksimum pada sudut 45 0 dengan nilai korelasi sebesar 0.925 Kemudian lakukan proses yang sama untuk mengetahui cross correlation log Gamma ray terhadap log EEI….
66
Hasil perbesaran menunjukkan korelasi maksimum pada sudut 65 dengan korelasi sebesar 0.310 Kemudian buktikan bahwa log AI akan berkorelasi maksimum dengan log EEI (0)
67
Parameter yang paling penting diperhatikan adalah Pilih Sudut korelasi yang memiliki korelasi paling maksimum/minimum (mendekati 1 atau mendekati -1) Kemudian perhatikan nilai korelasinya, nilai korelasi sebaiknya di atas 0.7. Proses berikutnya adalah menentukan reflektivitas log EEI yang telah diketahui dari proses sebelumnya Dari rumus R= A + B tanx, didapatkan nilai reflektifitas log-log EEI yang sensitif. A= Intercept, B= Gradient yang sudah didapatkan pada langkah sebelumnya. X=sudut korelasi. Intercept merupakan penampang pada saat offset 0, sudut datang 0. Gradient merupakan perubahan sudut datang dan amplitudo, seiring dengan bertambahnya offset (AVO). Sebagai interpretasi awal, pada saat x=0 berarti gradient tidak ada, maka R = A = Penampang Intercept itu sendiri, yang berarti EEI(0) = AI
68
Langkah awalnya, pada menu AVO, klik Process > utility > Trace Maths
Kemudian muncul window berikut: Pada Variable Name, ganti dengan A dan B, dan pada Usage, ganti menjadi used
Akan muncul window seperti di sebelah kiri, kemudian pada Output Volume File, isi dengan nama file yang kita inginkan. Klik Next
69