LATAR BELAKANG Survey seismik dilakukan untuk mendapatkan rekaman data seismik dengan kualitas yang baik. Penilaian baik tidaknya data seismik adalah dari perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi dengan sinyal gangguan atau noise yang diterima. Semakin banyak sinyal refleksi serta semakin sedikit noise yang diterima maka kualitas perekaman data seismik semakin bagus. Keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) juga mempengaruhi kualitas perekaman. Secara garis besar eksplorasi seismik dibagi menjadi eksplorasi seismik dangkal dan eksplorasi seismik dalam. Eksplorasi seismik yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon (minyak dan gas bumi) adalah eksplorasi seismik dalam. Sedangkan eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Kedua jenis eksplorasi seismik tersebut memiliki resolusi dan akurasi yang berbeda. Seismik refleksi terbagi atas tiga bagian yaitu akuisisi data seismik, proses data seismik, dan yang terakhir adalah interpretasi data. Akuisisi data adalah untuk memperoleh data seismik dari area yang disurvey. Dari proses data seismik akan diperoleh penampang seismik permukaan bawah tanah. Setelah data seismik diproses maka dilakukan interpretasi untuk menganalisa keadaan geologi di bawah permukaan dan juga untuk memperkirakan komposisi material batuan di bawah permukaan tersebut. Proses akuisisi data sangat penting karena mempengaruhi kualitas data seismik. Kualitas data seismik yang baik akan menghasilkan penggambaran penampang seismik bawah tanah yang baik sehingga proses interpretasi juga dapat dilakukan dengan baik.
KONSEP GELOMBANG SEISMIK Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan maupun osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain, berarti ada transportasi energi. Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien stress) malawan gayagaya elastik. Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi diantara keduanya. Apabila medium hanya memunculkan gelombang longitudinal saja (misalnya di dalam fluida) maka dalam kondisi ini gelombang seismik sering dianggap sabagai gelombang akustik. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena siesmik refleksi mempunyai kelebihan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah permukaan. Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu sumber getar. Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah permukaan sebagai gelombang
getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan mengalami pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang akan berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas, porositas, umur batuan, kepadatan, dan kedalama batuan. Galombang yang dipantulkan akan ditangkap oleh geophone di permukaan dan diteruskan ke instrument untuk direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan penampang seismik. SUMBER GELOMBANG SEISMIK Sumber gelombang seismik pada mulanya berasl dari gempa bumi alam yang dapat berupa gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi dalam seismik eksplorasi sumber gelombang yang digunakan adalah gelombang seismik buatan. Ada beberapa macam sumber gelombang seismik buatan seperti dinamit, benda jatuh, air gun, water gun, vaporchoc, sparker, maupun vibroseis. Sumber gelombang seismik buatan tersebut pada hakekatnya membangkitkan gangguan sesaat dan lokal yang disebut sebagai gradien tegangan (stress). Gradien tegangan mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya di dalam medium sehingga terjadi pergeseran titik materi yang menyebabkan deformasi yang menjalar dari suatu titik ke titik lain. Deformasi ini dapat berupa pemampatan dan perenggangan partikel-partikel medium yang menyebabkan osilasi densitas/tekanan maupum pemutaran (rotasi) partikel-partikel medium. Apabila medium bersifat elastis sempurna maka setelah mengalami deformasi sesaat tadi medium kembali ke keadaan semula. JENIS GELOMBANG SEISMIK Secara garis besar gelombang seismik dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1. Menurut cara bergetarnya
Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Gelombang Primer (longitudinal/compussional wave) Gelombang primer dalah gelombang yang arah getarannya searah dengan arah bergetarnya gelombang tersebut. Gelombang ini mempunyai kecepatan rambat paling besar diantara gelombang seismik yang lain. 2. Gelombang Sekunder (transversal/shear wave) Gelombang sekunder adalah gelombang yang raah getarannya tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang. Gelombang ini hanya dapat merambata pada material padat saja dan mempunyai kecepatan gelombang yan lebih kecil dibandingkan gelombang primer. 2. Menurut tempat menjalarnya
Berdasarkan tempat menjalarnya, gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu gelombang tubuh (body wave) yang menjalar masuk menembus medium dan gelombang permukaan (surface wave) dimana amplitudonya melemah bila semakin masuk ke dalam medium. Beberapa tipe gelombang permukaan yaitu: 1. Gelombang Rayleigh Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang merambat pada batas permukaan saja dan hanya dapat merambat pada media padat serta arah getarannya berlawanan arah dengan
arah perambatannya. 2. Gelombang Love Gelombang love adalah gelombang yang hanya merambat pada batas lapisan saja an bergerak pada bidang yang horisontal saja. 3. Gelombang Tabung Gelombang tabung merupakan gerak/aliran fluida di sepanjang sumur pengeboran. Gerakan fluida ini diakibatkan oleh getaran dinding sumur yang merambat dalam arah axial. Gelombang tabung mempunyai tiga proses yaitu pertama adalah kontraksi dinding sumur, kedua adalah merenggangnya dinding sumur, dan ketiga adalah aliran fluida di dalam lubang sumur. 3. Menurut bentuk muka gelombang
Muka gelombang adalah suatu bidang permukaan yang pada suatu saat tertentu membedakan medium yang telah terusik dengan medium yang belum terusik. Muka gelombang merupakan potret dari penjalaran usikan. Berdasarkan bentuk muka gelombang (wave front) , gelombang seismik dapat dibedakan atas empat macam yaitu: 1. Gelombang Bidang Gelombang bidang/datar ditimbulkan oleh sumber terkomilasi. Gelombang bidang menjalar sepanjang satu arah tertentu dengan muka gelombang yan berupa bidang datar tegak lurus pada arah perambatan. 2. Gelombang Silinder Gelombang silinder ditimbulkan oleh sumber usikan yang seragam dan terletak di sepanjang suatu garis lurus. Gelombang silinder menjalar ke semua arah tegak lurus pada garis sumbu dengan kecepatan yang sama. 3. Gelombang Bola Gelombang bola/sferis ditimbulkan oleh sumber berupa titik (point source) yang menjalar ke segala arah menuju ke pusat bola atau menjauhi pusat bola dengan kecepatan yang sama. 4. Gelombang Kerucut Gelombang kerucut ditimbulkan oleh adanya sumber yang bergerak. Dalam hal ini sumber bergerak lebih cepat dari pada sepat rambat gelombang itu sendiri dan muka gelombangnya berupa kerucut-kerucut bersumbu. TAHAPAN SEISMIK
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang umumnya dipakai untuk penyelidikan hidrokarbon. Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan dengan metode geofisika lainnya, misalnya metode grafitasi, magnetik, dan lain-lain. Namun metode seismik refleksi adalah yang paling mudah memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran atau model geologi bawah permukaan dikarenakan data-data yang diperoleh labih akurat. Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu: 1. Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik): semua kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan data sejak survey pendahuluann dengan survey detail. 2. Pengolahan data seismik (processing data seismik): kegiatan untuk mengolah data rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk penampang seismik migrasi.
3. Interpretasi data seismik: kegiatan yang dimulai dengan penelusuran horison, pembacaan waktu, dan plotting pada penampang seismik yang hasilnya disajikan atau dipetakan pada peta dasar yang berguna untuk mengetahui struktur atau model geologi bawah permukaan. AKUISISI DATA SEISMIK Secara umum kegiatan akuisisi data seismik adalah dimulai dengan membuat sumber getar buatan, seperti vibroseis atau dinamit, kemudian mendeteksi dan merekamnya ke suatu alat penerima, seperti geophone atau hidrophone. Getaran hasil ledakan akan menembus ke dalam permukaan bumi dimana sebagian dari sinyal tersebut akan diteruskan dan sebagian akan dipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang dipantulkan kembali tersebut akan direkam oleh alat perekam di permukaan. Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan kembali oleh bidang refleksi yang kedua snyalnya akan diterima kembali oleh alat perekam dan seterusnya hingga ke a;at perekam yang terakhir. Alat perekam akan menghasilkan data berupa trace seismik. PROSES DATA SEISMIK Data yang telah didapatkan dari hasil akuisisi akan diproses sehingga meningkatkan daya resolusi secara vertikal maupun horisontal yang dapat menghasilkan keadaan bawah permukaan yang sesungguhnya yaitu berupa migrated time section yang mudah untuk diinterpretasikan oleh para interpreter untuk mencapai hasil yang maksimum pada saat ekploitasi. HUKUM FISIKA GELOMBANG SEISMIK Gelombang seismik mempunyai kelakuan yang sama dengan kelakuan gelombang cahaya, sehingga hukum-hukum yang berlaku untuk gelombang cahaya berlaku juga untuk gelombang seismik. Hukum-hukum tersebut antara lain: 1. Huygens mengatakan bahwa gelombang menyebar dari sebuah titik sumber gelombang ke segala arah dengan bentuk bola. 2. Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh di atas bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan jika sudut datang gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan dipantulkan jika sudut datangnya lebih besar adri sudut kritisnya. Gelombang datang, gelombang bias, gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar. KECEPATAN DAN RESOLUSI 1. Kecepatan Sebagai Alat Diagnosa Sifat alamiah dari sedimen seerti porositas, densitas, temperatur, ukuran butir, saturasi gas, frekuensi, dan tekanan berpengaruh terhadap kecepatan. Pertambahan kecepatan dipengaruhi oleh takanan eksternal, ukuran butir dan densitas. Kecepatan akan berkurang pada sedimen yang porous dan atau mempunyai takanan pori yang besar.
2. Pengukuran Kecepatan Pengukuran kecepatan didasarkan pada perubahan waktu tiba pantulan (arrival time) sebagai perubahan jarak dari sumber getar sampai geophone. Jarak tersebut dikenal dengan offset, sedangkan perbedaan waktu dari offset disebut normal moveout. Kecepatan sebagai implikasinya disebut stacking velocity. 3. Resolusi Resolusi didefinisikan sebagai jarak terkecil antara dua kenampakan yang dapat memisahkan adanya dua kenampakan tersebut. Pola refleksi dengan dua interface akan nampak pada suatu pembagian dengan ketebalan 1/4 panjang gelombang, sedangkan jika ketebalannya kurang dari itu maka hanya akan nampak satu interface saja. Batas ketebalan lapisan yang dapat memberikan pantulan adalah sekitar 1/3 dari panjang gelombang. Frekuansi gelombang seismik lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi yang digunakan pada log sumur, sehingga kemampuan perubahan seismik jauh lebih besar, sekitar 100 kali lipat. Semakin kecil frekuensi dan kecepatan, maka gelombang akan semakin besar. TOPOGRAFI Survey topografi dilakukan untuk menentukan titik-titik trace dan shoot point dengan akurat sesuai dengan desain rencana yang diberikan oleh klien. Survey topografi dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan drilling dan recording. Output dari topografi di lapangan adalah berupa patok-patok titik trace dan shoot point, output lainnya adalah berupa peta, sketch line, dan elevasi. Survey topografi dalam seismik merupakan suatu proses untuk menentukan koordinat di lapangan (X,Y,Z) berdasarkan koordinat yang ada di peta (koordinat teoritik), dalam hal ini koordinat teoritik yang ada hanyalah koordinat planimetris, sedangkan elevasinya ditentukan berdasarkan pengukuran di lapangan. Kordinat teoritik sendiri dibuat berdasarkan parameter-parameter yang diberikan oleh client. Biasanya client hanya akan memberikan koordinat awal dan akhir line, interval trace, dan interval shot point. DATA TEORITIS TOPOGRAFI Data teoritis diperoleh dari hasil perhitungan yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam pengukuran di lapangan. Data yang diperoleh adalah trace awal dan trace akhir yang diberikan oleh klien dengan koordinat yang telah ditentukan. Dari trace awal dan trace akhir tersebut kemudian dibuat trace-trace penghubung dengan menggunakan perhitungan berikut: 1. Menentukan besar sudut azimut (α) dari trace awal (A) 2. Kemudian lintasan tersebut dibagi dalam jarak d = 30 m (jarak antar trace), dan diperoleh nilai x dan y untuk setiap trace dalam lintasan.
Dimana: A : Trace awal B : Trace akhir 1 : Trace pertama dengan jarak 30 m dari A
Data teoritis dapat dihitung dengan menggunakan Microsoft Exel, kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam program Autocad, dan setelah itu dapat ditampilkan sebagai peta navigasi. Data teoritis dimasukkan ke dalam memory card yang terpasang pada total station. Data teoritis tersebut kemudian digunakan sebagai acuan tim survei topografi dalam melakukan pengukuran. PENGUKURAN TOPOGRAFI Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode stake out, dengan menggunakan electronic total station (ETS). Metode ini menempatkan posisi titik-titik di lapangan berdasarkan data koordinat teoritis. Pengukuran terikat pada titik-titik kontrol, hal ini bertujuan untuk menjaga agar titik-titik tersebut tidak melenceng terlalu jauh dangan koordinat teoritisnya. Pada pengukuran lintasan baru, penentuan titik dilakukan dengan menjadikan titik BM terdekat sebagai titik ikat. Pengukuran arah dan jarak patok didapat dari pembacaan pada ETS yang merupakan posisi dari stick prisma. Stick prisma ditempatkan pada posisi sesuai dengan koordinat teoritik. Selama pengukuran kita menggunakan tiga buah stick prisma, satu buah untuk back shoot, satu untuk fore shoot, dan satu untuk point shoot. Back shoot dan fore shoot dalam posisi diam sedangkan point shoot bergeser sesuai dengan titik-titik yang ingin diukur. Setelah itu posisi fore shoot dijadikan sebagai posisi ETS, atau biasa disebut dengan sentring paksa. Sedangkan posisi ETS sebelumnya dijadikan posisi back shoot. Data yang diambil adalah berupa jarak miring, karena dari jarak miring kita bisa memperoleh ketinggian. Dilakukan pengukuran azimut matahari minimal sebanyak satu kali pada awal atau akhir pengukuran. Tujuan pengamatan azimut adalah untuk mengontrol koreksi pengukuran pada hari itu. Stake out koordinat merupakan kegiatan utama di lapangan pada survei topografi. Pada pekerjaan ini digunakan alat Sokkia SET303R, di mana alat ini digunakan untuk menentukan titik-titik trace dan shoot point di lapangan yang datanya bersumber dari koordinat teoritik. Selain itu ditentukan juga elevasi dari MSL untuk titik-titik trace dan shoot point. Biasanya untuk membedakan antara trace dan shoot point digunakan patok yang berbeda. Untuk trace patok yang digunakan adalah berwarna biru sedangkan untuk sp patoknya berwarna merah. gbr Selanjutnya untuk start dan ending koordinat line sudah ditentukan oleh client, kemudian selanjutnya dapat ditentukan jumlah source dari koordinat yang diberikan oleh client. Biasanya untuk source pada 2D hanya ada pada SP ganjil. Akan tetapi apabila medan yang akan dilewati tidak memungkinkan diproduksi SP ganjil (seperti perkampungan, sungai, dan sebaginya) maka dibuat SP genap untuk kompensasi SP yang hilang, sehingga jarak antara SP normal dengan SP kompensasi menjadi 30 m. Secara geometrik perbedaan antara seismik 3D dan 2D terletak pada penempatan source dan trace. Untuk 2D source dan trace terletak pada satu line, sedangkan pada 3D source dan trace terletak
pada line yang berbeda, di mana terdapat Source Line (SL) dan Receiver Line (RL). Untuk optimalisasi pengukuran maka awal pengukuran (start line) tidak dilakukan di awal atau akhir line. Hal ini disebabkan belum tersedianya akses menuju awal atau akhir line. Untuk mengatasi hal tersebut maka ada beberapa cara yang dilakukan, di antaranya: 1. Pengukuran traverse. Pengukuran ini pada dasarnya adalah membuat suatu poligon terikat sempurna dari titik-titik GPS yang sudah diamati, di mana titik tersebut dijadikan kontrol. Penempatan titik-titik traverse ditempatkan sepresisi mungkin dengan perpotongan line, untuk memudahkan start line. 2. Translock koordinat. Pada prinsipnya proses ini sama dengan pengikatan ke muka pada poligon, di mana ditentukan 2 buah titik GPS yang sudah fix untuk dijadikan titik ikat dalam menentukan titik translock. Sebelum melakukan pengukuran topografi, terlebih dahulu dilakukan koordinasi dengan departemen maupun sub pekerjaan yang lain, terutama yang waktu pekerjaannya berdekatan dengan pengukuran topografi, seperti rintis, bridging dan drilling. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi “kejar-kejaran” waktu pekerjaan apalagi sampai terjadi overlap waktu pekerjaan. Setelah didiskusikan maka dibuat program dari pengukuran topografi, yang selanjutnya akan diikuti oleh rintis, bridging, drilling, dan recording. Departemen Topo juga melakukan pendampingan terhadap departemen yang lain seperti penjelasan akses lokasi, eksistensi patok-patok trace dan Sp, sampai terjadinya offset dan kompensasi. Secara teknis sebelum melakukan pengukuran stake out, maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran sunshot untuk medefinisikan azimuth awal dari titik start line. Selanjutnya dilakukan pengukuran stake out, di mana koordinat teoritik yang sudah ada dan dimasukkan pada memory alat dan “dipanggil” untuk menentukan koordinat trace dan shoot point di lapangan. Titik-titik trace dan shoot point ditentukan dari titik-titik ikat poligon yang sudah fix atau dengan kata lain titik-titik poligon ini adalah titik-titik kerangka dasar utama. Pada sesi akhir pengukuran dilakukan kembali sun shot sebagai kontrol azimuth akhir. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya distorsi dari line yang diukur. gbr Selanjutnya pada waktu pengukuran ketika terjadi perpotongan antar line (crossing) maka pengukuran diikatkan pada titik fix line tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh koordinat titik-titik ikat tersebut melalui proses perataan. Sedangkan pada proses stake out koordinat seismik 3D pengukuran dilakukan dari start line yang kemudian diikatkan dalam 1 blok, untuk mendapatkan koordinat titik-titik blok dari tiap loop. Blok-blok ini biasanya dipisahkan atas beberapa swath sesuai dengan banyaknya SL dan RL. Biasanya lebar blok ini disesuaikan dengan ketelitian jarak. Jadi, setiap ketelitian tutupan blok berbanding terbalik dengan jaraknya, di mana apabila jarak blok panjang maka koreksinya kecil, sedangkan apabila jarak blok pendek, maka koreksinya besar. Sebisa mungkin blok ini menutup pada tiap-tiap ujung SL dan RL supaya koordinat titik-titik blok yang dihasilkan lebih bagus. Pada waktu pengukuran dilakukan juga penanaman BM seismik. BM ini dibuat untuk merekonstruksi titik-titik line yang dibutuhkan ataupun ketika ada program pengembangan survei. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan BM
seismik ini adalah: - Distribusi BM merata (mengcover) keseluruhan line. - Akses jalan menuju BM. - Melakukan pensosialisasian kepada masyarakat sekitar bahwasannya BM tersebut sangat penting dan tidak boleh diganggu, bahkan kalau perlu diberikan sanksi apabila ada yang mengganggu. Hal lain yang tak kalah penting pula adalah dalam hal pemasangan. BM seismik dipasang berpasangan, baik itu dengan BM GPS maupun dengan sesama BM seismik sendiri. Hal ini dilakukan untuk pendefinisian datum apabila akan dilakukan rekonstruksi. PENGOLAHAN DATA TOPOGRAFI Data hasil pengukuran di lapangan kemudian diproses lebih lanjut. Proses data tersebut menggunakan bantuan komputer. Data dari ETS diolah oleh software pemetaan Swift. Hasil perhitungan berupa data koordinat x, y, dan z. Setelah itu kita dapat memperoleh perbedaan antara data teoritik dengan pengukuran di lapangan. Pemrosesan data ini dilakukan harian, kemudian dikumpulkan menjadi satu poligon yang terikat sempurna maupun tertutup (loop). Pemrosesan harian atau dengan kata lain pasca pengukuran dimaksudkan untuk mengecek hasil ukuran apakah mengalami distorsi atau tidak, dalam hal ini pemrosesan harian bersistem poligon lepas. Apabila mengalami distorsi sampai sejauh mana distorsi yang telah terjadi, apakah masuk toleransi atau tidak. Hal yang paling mendasar adalah pada seismik 3D yang dipertahankan adalah posisi Sp dan trace, di mana toleransi dari tiap titik adalah ± 5 m. Sedangkan pada seismik 2D yang dipertahankan adalah interval dari tiap Sp. Sumber utama dari data topografi ini adalah hasil pengukuran stake out di lapangan (x,y) dan hasil pengukuran elevasi (z). Adapun data yang menunjang dari data ukuran utama ini adalah data sun shot (di awal dan di akhir pengukuran), dan apabila di awal line maka ada koordinat start line. Pada prinsipnya penghitungan koordinat dalam pekerjaan seismik ini terdiri dari dua sistem penghitungan yaitu poligon terikat sempurna dan poligon tertutup. Tidak ada perbedaan yang cukup mendasar dari keduanya, hal yang membedakan adalah pada syarat salah penutupnya. Secara teknis line yang diukur harus terikat, apabila di ujung line tidak ada titik kontrol, maka dibuat akses terpendek ke line sebelahnya untuk membuat looping poligon. Hal ini dilakukan untuk melakukan mekanisme kontrol kualitas terhadap data hasil ukuran dengan toleransi yang sudah ditentukan. Sedangkan pada pengukuraan line yang berpotongan (crossing) titik-titik fix dari line-line yang berpotongan saling diikatkan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh koordinat titik-titik crossing melalui mekanisme hitung perataan. Perataan di atas dilakukan setelah semua hasil ukuran dari tiap seksi dicek dengan toleransi, baik itu melalui pengecekan poligon terikat sempurna maupun dengan poligon loop. RINTIS DAN BRIDGING Rintis dan bridging bertujuan untuk mempermudah akses di lintasan yang akan dilalui. Dilakukan sepanjang lintasan atau jalan akses menuju lintasan dengan lebar rintisan maksimum 2 m, dengan seminimal mungkin membuat kerusakan di sepanjang rintisan.
Bridging dilakukan apabila lintasan melewati sungai, kanal, lembah, atau rawa. Terdapat dua macam titian atau bridging, yaitu on the fly (melayang di atas tanah) dan on the ground (menapak pada tanah). Kualitas bridging harus baik karena sangat berpengaruh pada pengerjaan drilling dan recording. Kreiteria-kriteria bridging, baik on the fly maupun on the ground, yang bagus adalah: 1. Pijakan diameter kayu 15 cm. 2. Tangan-tangan diameter kayu 8 cm. 3. Siku-siku (Skor) diameter kayu 10 cm. 4. Anti slip diameter kayu 5 cm 5. Siku-siku (skor) dipasang setiap 2m. 6. Anti Slip dipasang setiap 1m. 7. Semua terpasang kokoh atau kuat.
Untuk daerah yang menanjak akan dibuat tangga atau step. Kriteria-kriteria step yang abik adalah: 1. Pijakkan diameter kayu 15 cm. 2. Tangan-tangan diameter kayu 8 cm. 3. Siku-siku (skor) diameter kayu 10 cm. 4. Anak tangga diameter kayu 10 cm. 5. Jarak anak tangga 25 cm. 6. Semua terpasang kokoh atau kuat.
Adapun bentuk-bentuk lain dari bridging biasanya disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, di antaranya Platform (untuk penyimpanan pipa drilling), jembatan (bridging yang melewati sungai), dan Jety (dermaga dari kayu-kayu untuk berlabuh, biasanya di tepi sungai).
Untuk mekanisme kontrol kualitas dari bridging, maka dilakukan pengecekan di lapangan oleh checker. Checker ini bertugas menginventarisir dan menilai eksistensi bridging di lapangan. Adapun kriteria dari penilaian ini berdasarkan ketetapan-ketetapan yang telah disepakati. Parameter-parameter penilaian ini terdiri dari: 1. Good; Suatu bridging dikatakan good apabila bridging yang ada di lapangan > 90% sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 2. Fair; Suatu bridging dikatakan fair apabila bridging yang ada di lapangan cukup kuat menahan aktivitas yang akan terjadi, padahal dilihat dari ketentuan tidak seluruhnya terpenuhi seperti anti slip dan kayunya kurang dari ketentuan. Untuk nilai kuantitatif kondisi fair digolongkan antara 75-90 %. 3. Poor; Suatu bridging dikatakan poor apabila bridging yang ada di lapangan tidak mampu menahan aktivitas yang akan terjadi, dan sangat rentan untuk menimbulkan kecelakaan, seperti kayunya kurang dan tidak dipaku. Untuk nilai kuantitatif dari poor digolongkan < 75%. SEISMOLOGY DAN SEISMIK DRILLING Departemen seismologist bertanggung jawab melakukan pengeboran lubang shot point dan melakukan penanaman bahan peledak dengan baik. Drilling dilakukan sebelum perekaman dilaksanakan. Selama operasi drilling dilakukan pengeboran pada titik tembak dengan toleransi kedalaman yang telah ditentukan oleh rekanan. Setelah itu lubang diisi dengan bahan peledak, kemudian tamping. Hasil dari drilling dilapangan adalah lubang siap tembak. Output dari drilling yang lain adalah berupa data kedalaman pengisian bahan peledak, dan banyaknya bahan peledak yang digunakan pada setiap lubang. Selain itu drilling juga harus memberikan data shot point
yang di offset atau di kompensasi. Litologi sangat berpengaruh pada produktifitas pengeboran. Pada litologi yang keras produktifitas pengeboran akan mengecil. Hambatan lain yang sering ditemukan adalah pada daerah berpasir yang dapat menyebabkan pipa bor terjepit. Pada areal koral sering terjadi lubang runtuh ketika pipa bor dicabut. Pengeboran juga akan terhambat pada daerah yang sulit ditemukan air. PERALATAN SEISMIK DRILLING A. Mesin Power Rig Adalah mesin pemutar bor yang digunakan pada pemboran. Mesin ini sesuai untuk melakukan pengeboran dengan kedalaman 22 sampai 30 m. Membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Dapat menembus batuan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan rotari. B. Mesin Dephi Pump Alat ini berfungsi untuk menyedot air dan mengalirkannya ke lokasi pengeboran. C. Mesin Mud Pump Mud Pump berfungsi untuk menyedot air yang bercampur dengan cutting pemboran dan mengalirkannya menuju pipa bor. Lumpur ini berfungsi untuk menekan tanah agar gembur, mengangkat cutting hasil pengeboran dan melindungi mata bor agar tidak bergesekan langsung dengan batuan. Jika lubang bor sangat dalam, maka mesin mud pump dapat dirangkai secara seri untuk memperbesar tekanan. D. King Swivel Alat ini digunakan untuk menyambung selang dari mud pump ke pipa bor. King swivel tidak dilakukan pada pengeboran dengan menggunakan power rig dan Jackro. King swivel digunakan pada pengeboran dengan metode flushing. E. Pipa Bor Pipa bor berguna untuk mengalirkan air atau lumpur ke dalam lubang bor selama pengeboran. Pipa bor memiliki panjang 1,5 m dengan persambungan pada kedua ujungnya. F. Mata Bor Mata bor berguna untuk mengikis tanah atau batuan pada lubang bor. Pada mata bor terdapat lubang untuk mengalirkan air atau lumpur. G. Tripus Tripus adalah mata bor khusus yang terbuat dari intan kasar. Mata bor ini digunakan untuk menghancurkan batuan keras, tetapi tidak bisa bekerja pada batuan halus atau tanah lembut. H. Kunci Inggris Alat ini digunakan untuk menyambung dan melepaskan pipa bor. Selain itu juga
difungsikan untuk mengangkat dan melepaskan pipa bor. I. Fire Hose Fire Hose adalah selang air yang digunakan untuk mengalirkan air ke tempat pengeboran. J. Polimer Polimer digunakan untuk menghindari terjadinya keruntuhan pada dinding lubang bor. Cairan ini digunakan dengan cara mencmpurkannya dengan air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam pipa bor. Cairan ini sangat dibutuhkan terutama pada tanah yang berpasir. K. Ginagol Alat ini digunakan untuk menyaring air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam pipa bor. L. Lastok Alat ini berupa pipa yang digunakan untuk memasukkan bahan peledak ke dalam lubang pengeboran. Lastok terbuat dari bahan alumunium untuk menghindari timbulnya api, yang dapat menyulut bahan peledak, akibat gesekan. M. Dummie Load Dummie load berfungsi untuk memeriksa kebersihan dan kedalaman lubang bor. Dummie load memiliki bentuk silinder panjang yang memiliki diameter hanya sedikit lebih kecil dari pada diameter lubang bor. N. Daya Gel Daya Gel adalah salah satu jenis bahan peledak yang berbentuk gel. Daya Gel berbentuk batang dengan panjang 0,25 m, diameter 3 inci, dan berat 0,5 kg. Daya Gel dikemas dalam plastik dan diberikan lapisan lilin agar terlindungi dari air. Daya Gel merupakan bahan peledak pasif karena membutuhkan stimulant dari detotator agar dapat meledak. O. Detonator Detonator adalah bahan peledak aktif yang berfungsi sebagai sumbu ledak. Detonator dapat meledak apabila diberikan tegangan di atas 6 volt. Proses peledakannya adalah sebagai berikut: - Detonator dimasukkan ke dalam Daya Gel - Kabel detonator diberikan arus listrik - Detonator meladak akibat arus listrik tersebut - Daya Gel meledak karena dipicu oleh ledakan detonator P. Speedy Loader Speedy loader berupa plastik berbentuk kerucut yang dipasang bersama Daya Gel dan detonator. Speedy loader berbentuk kerucut di pasang di bagian depan Daya Gel yang berfungsi untuk mempermudah bahan peledak untuk dimasukkan ke dalam lubang bor. Q. O Ring
O Ring adalah cincin besar yang terbuat dari plastik untuk mengikat kabel detonator. Fungsinya adalah untuk mempermudah dalam mengambil kabel detonator yang ditanam di dalam lubang bor. R. Anchor Ancor adalah besi yang dipasang di bagian luar bahan peledak yang berfungsi untuk menahan bahan peledak agar tidak terdorong kelaur lubang bor.
UNIT REGU SEISMIK DRILLING
A. Driller Driller adalah orang yang bertugas untuk mengatur dan mengawasi proses pengeboran. Dalam melakukan tugasnya driller harus mempunyai lisensi yang dikeluarkan oleh BP Migas. B. Shooter Shooter adalah orang yang bertugas untuk merangkai bahan peledak sesuai dengan prusedur BP Migas dan mengawasi proses pemasukan bahan peladak ke dalam lubang bor yang dilakukan oleh kru pre-loading. Shooter beertugas untuk melakukan pengecekan detonator setelah dirangkai, setelah dimasukkan ke dalam lubang bor, dan setelah di tamping.
C. Kru Bor Kru bor bertugas untuk melakukan pengeboran. Dalam satu unit terdapat empat kru bor. Satu buah kru terdiri dari 9 sampai 10 orang yang bekerja dengan sebuah mesin bor. Pembagian tugasnya adalah ada yang mengoperasikan mud pump, mengumpulkan cutting, memasang pipa bor, dan memegang mesin bor. D. Kru Water Relay Tugas utama kru water relay adalah membawa air ke lokasi pengeboran. Dalam satu kru water relay terdapat kurang lebih 10 orang. Peralatan yang digunakan tergantung pada lokasi pengeboran. E. Kru Pre-Loading Kru pre-loading bertugas untuk membawa bahan peledak ke lokasi pengeboran dan memasukkannya ke dalam lubang bor. Dalam satu kru terdapat kurang lebih 9 orang. Pembagian tugasnya dalaha ada yang melakukan tamping, membawa bahan peledak, dan ada yang membawa detonator. PEREKAMAN DATA (RECORDING) Departemen recording dibawah Seismologist bertanggung jawab melakukan perekaman dengan produktifitas yang baik dengan tetap menjaga kualitas data. Uraian pekerjaan perekaman antara lain: 1. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pekerjaan perekaman data seismik. 2. Mengkoordinasikan dan mengawasi transportasi peralatan perekaman di lapangan. 3. Memasang, membongkar, mengangkut serta merawat instrumen beserta kelengkapannya di lapangan. 4. Memasang geophone pada lintasan survey sampai mencapai lapisan tanah yang stabil dengan bantuan alat penekan geophone dengan jarak antar geophone sesuai parameter lapangan yang telah ditetapkan oleh rekanan. 5. Pada permukaan yang keras, misalnya batu gamping atau kerikil, menggunakan super planter untuk melubangi tanah sehingga geophone terpasang dengan stabil. 6. Merawat keseluruhan peralatan lapangan mulai dari geophone, kabel, FDU, alat kontrol utama serta peralatan perekaman lainnya. 7. Memasang dan menghubungkan group geophone pada lintasan serta menyambungkannya ke FDU. 8. Memasang LAUL, LAUX, baterai, kabel dan peralatan lainnya pada posisi-posisi yang diperlukan sehingga pekerjaan perekaman berjalan dengan baik. 9. Membuka lubang bor yang telah diisi bahan peledak dan menyambungkan kabel detonator dengan firing line blaster. 10. Melakukan tes detonator. Jika detonator bekerja dengan baik maka pekerjaan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Yang dimaksud detonator bekerja dengan baik adalah memenuhi persyaratan untuk diledakkan. 11. Meledakkan bahan peledak dengan koordinasi dengan observer yang berada di Labo. 12. Melakukan bor ulang atau bor lubang baru kemudian mengisinya dengan bahan peledak dan merekam kembali data titik tembak tersebut jika sebelumnya terjadi misfire.
Posisi lubang baru adalah pada radius maksimum 5 m dari lubang sebelumnya. 13. Memperbaiki geophone, kabel, LAUL, LAUX, dan peralatan lainnya yang rusak. 14. Perekaman data dilakukan pada dua buah tape sekaligus. 15. Melepas geophone dari tanah dan sambungannya dengan FDU, melepas kabel link dan menggulungnya. UNIT DAN PERALATAN RECORDING A. Kru Bentang Kru bentang bertugas untuk membentang kabel link FDU dan geophone di lintasan sesuai dengan trace. Hasil dari kru bentang adalah kabel link yang telah terpasang dan geophone siap rojok. Peralatan yang dibawa oleh kru adalah kayu atau bambu untuk menggotong kabel dan geophone, dan juga radio HT yang dibawa oleh mandor. B. Team Rojok Kru rojok bertugas untuk menanam geophone dengan baik. Kualitas rojokan sangat berpengaruh pada kualitas perekaman, karena menanam geophone dengan tidak baik dapat menyebabkan potensial noise menjadi lebih besar atau sebaliknya geophone tidak dapat mendeteksi getaran dengan tidak baik. Kru rojok membawa tali chaining untuk mengukur jarak antar geophone, super planter untuk membuat lubang di tanah tempat menanam geophone, dan pipa rojok untuk menanam geophone. Peralatan yang dibawa oleh team rojok adalah: 1. Super planter 2. Planting hole 3. Tali chaining 4. Radio HT 5. Program kerja 6. P3K 7. Blanko toolbox meeting 8. Helm + sarung tangan + sepatu 9. Kacamata 10. Masker hidung C. Team Labo Kru Labo bertugas untuk menyiapkan lokasi Labo, seperti antena Labo, membentang kaber transfer dari Labo ke line, dan mendirikan tenda Labo. Kru labo juga sangat berperan dalam perpindahan Labo. Peralatan yang dibawa oleh kru Labo adalah: 1. Tiang antena 2. Antena repeater 3. Radio repeater 4. Tali labrang 5. Conector 6. Kabel antenna 7. Seling katrol 8. Linggis untuk labrang
9. Paku ground + kabel ground 10. Baterai + jumper power 11. Harnes (tali pengaman) 12. Tool set (kunci-kunci, contact cleaner) 13. Radio HT 14. Program kerja 15. P3K 16. Blanko toolbox meeting 17. Helm + sarung tangan + sepatu 18. Kacamata hitam 19. Masker hidung D. Observer Line Observer bertugas untuk melakukan trouble shooting di lintasan. Pada partai Elnusa A5.43 observer bertanggung jawab untuk mengawasi proses penanaman geophone. Ada juga observer yang bertugas untuk mengawasi cek leakage di lapangan. Observer line bekerja di bawah partai Elnusa. Peralatan yang bibawa adalah: 1. Tang potong 2. Tang long nose 3. Obeng 4. Contact cleaner 5. Short KCK (resistor) 6. Radio HT 7. Program kerja 8. P3K 9. Blanko toolbox meeting 10. Helm + sarung tangan + sepatu 11. Kacamata 12. Masker hidung E. Team Check Leakage Kru rojok bertugas mengecek leakage string geophone dan cek kabel link dengan LT setelah dibangkit sebelum dibentang kembali dilintasan. Cek leakage sangat penting untuk memastikan geophone yang dimasukkan ke lintasan dalam keadaan baik agar dapat mengurangi pergantian geophone atau kabel di lintasan sehingga mempermudah trouble shooting. Cek leakage geophone menggunakan string scan. Peralatan yang bibawa adalah: 1. LT set ( cable conector) 2. Baterai + jumper power 3. LAUL 4. Tool set (paku + pita + lem + tang jepit + tali rafia) 5. String scan 6. Contact cleaner 7. Multimeter 8. Ember + drum 9. Terpal + paying
10. Compressor 11. BBM 12. Radio HT 13. Program kerja 14. P3K 15. Blanko toolbox meeting 16. Helm + sarung tangan + sepatu 17. Kacamata 18. Masker hidung F. Shooter Redrill Kru shooter redrill bertugas melakukan penembakan ulang atau redrill akibat terjadinya misfire. Dalam satu kru shooter terdapat seorang shooter yang bekerja dibawah partai Elnusa. Shooter yang bekerja harus mempunyai lisensi sebagai shooter. Kru shooter redrill membawa peralatan yang sama dengan kru shooter produksi ditambah dengan alat untuk melakukan flushing. Alat yang dibutuhkan untuk melakukan flushing antara lain mata bor, mud pump, pipa bor, king swivel, ginagol, selang hisap, dan polimer. Shooter redrill juga harus membawa dan merakit bahan peledak dan detonator. Misfire yang harus dilakukan redrill diantaranya adalah; lost hole, line cut, lost wire, dead after shoot (DAS), short wire, dead cap, weak shoot, cap only, no CTB and UHT, lost record, dan wrong spread. Peralatan yang bibawa adalah: 1. Mud pump 2. King swivle 3. Mata bor + nipple 4. Pipa bor 5. Selang king swiple 6. Selang hisap 7. Saringan selang hisap 8. Kunci pipa 9. Cangkul 10. Dirigen 20 liter 11. Firing line 12. Lastok + dummy + planting hole 13. Pancing lubang 14. Kotak handak + kunci kotak handak 15. Baterai kering 16. Blaster slave 17. Tool set 18. Cap tester 19. Capsim (up hole test) 20. Antenna pecut (antenna Ringo) 21. Polimer 22. BBM 23. Oli 24. Pompa sedot bensin 25. Radio HT
26. Program depth charge 27. P3K 28. Blanko toolbox meeting 29. Helm + sarung tangan + sepatu 30. Kacamata 31. Masker hidung 32. Parang G. Shooter Produksi Kru shooter bertugas untuk meledakkan shoot point. Peralatan yang di bawa adalah blaster master-slave untuk memberikan arus untuk meledakkan detonator. Dalam satu kru shooter terdapat seorang shooter yang bekerja dibawah partai Elnusa. Shooter yang bekerja harus mempunyai lisensi sebagai shooter. Blaster slave dilengkapi dengan radio frekuensi sebagai alat komunikasi, penerima sinyal untuk meledakkan deto dari Labo, dan mengirim data seperti uphole time dan confirm time break ke Labo. Kru shooter juga membawa firing line yang terdiri dari dua line, yaitu untuk dihubungkan ke kabel deto dan satu lagi untuk dihubungkan dengan up hole geophone. Kru shooter juga harus membawa pancing untuk mempermudah mengambil O Ring yang ditanam di lubang SP. Peralatan yang bibawa adalah: 1. Baterai kering 2. Blaster slave 3. Firing line 4. Geophone up hole 5. Capsim 6. Tool set 7. Planting hole 8. Pancing lubang 9. Antena pecut (antenna Ringo) 10. Radio HT 11. Program kerja 12. P3K 13. Blanko toolbox meeting 14. Helm + sarung tangan + sepatu 15. Kacamata 16. Masker hidung H. Team Repeater Kru repeater bertugas untuk memasang antena repeater. Kru repeater juga mendirikan tower untuk memasang antena. Pada area yang tidak memungkinkan untuk mendirikan tower, antena juga dapat dipasang di atas pohon. Penempatan repeater harus diperhitungkan agar dapat menghubungkan kedua belah pihak yang berkomunikasi. Ketinggian repeater juga harus lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi di sekitarnya. Peralatan yang bibawa adalah: 1. Antenna repeater 2. Radio repeater 3. Tali labrang
4. Conector + spare jumper conector 5. Kabel antena 6. Paku ground + kabel ground 7. Baterai + jumper power 8. Harness (tali pengaman) 9. Tool set (kunci-kunci, contact cleaner) 10. Radio HT 11. Program kerja 12. P3K 13. Blanko toolbox meeting 14. Helm + sarung tangan + sepatu 15. Kacamata 16. Masker hidung I. Kru Baterai Kru baterai bertugas untuk memasang baterai pada LAUL atau LAUX di lintasan. Satu kru bertugas untuk memasang satu baterai dan dipimpin oleh seorang mandor telepon. Satu kru membawa spare dua string geophone dan satu roll kabel link. Selain memasang kabel, kru mandor telepon juga bertugas untuk melakukan trouble shooting dan menjaga noise di lintasan. PEMBENTANGAN KABEL DAN PENANAMAN GEOPHONE Pembentangan kabel adalah pekerjaan tahap pertama pada recording. Pembentangan kabel dilakukan oleh kru bentang. Satu kru bentang dapat membawa 8 roll kabel link dan 32 string geophone. Tugas kru bentang adalah menyambungkan kabel dan geophone dengan baik sesuai dengan lintasan dan tracenya. Satu orang kru bentang biasanya membawa satu roll kabel link atau dua string geophone. Setelah pembantangan maka pekerjaan seklanjutnya adalah penanaman geophone yang dilakuakann oleh kru rojok. Peralatan yang dibutuhkan antara lain adalah super planter untuk membuat lubang tempat geophone akan ditanam, planting hole untuk menanamkan geophone, dan tali chaining untuk mengukur jarak antar geophone agar sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.
Penanaman Geophone (Rojok) Hal yang harus diperhatikan pada penanaman geophone adalah: - Kedalaman geophone harus tepat, tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu jauh, yaitu geophone tertanam pada koplingnya sehingga geophone dapat menerima siyal getaran seismik dengan baik. - Posisi geophone harus tegak agar geophone dapat menerima gelombang seismik dengan maksimal. - Penanaman geophone harus hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan. - Tidaklah bagus apabila geophone yang ditanam mengenai agar, karena dapat menimbulkan noise apabila pohon akar tersebut bergoyang tertiup angin. A. Jenis Bentangan 1. Bentangan Normal Pada satu string geophone atau satu trace terdapat 18 buah geophone. Pada bentangan normal jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah: JarakAntarTrace – JarakAntarTrace*JumlahGeophonePerTrace Karena jarak antar trace adalah 30 m maka jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah 28,33 m, maka jarak antar geophone adalah 28,33m/(18-1) atau sama dengan 1.667 m. Posisi bentangan geophone sejajar dengan lintasan sehingga semua geophone yang
terbentang berada tepat dilintasan. 2. Bentangan Simetri Apabila geophone tidak dapat dibentang normal maka alternatif pertama yang dilakukan adalah membentang geophone secara simetri. Pada prinsipnya membentang geophone secara simetri sama dengan membentang geophone secara normal, hanya saja jarak antar geophone yang diperkecil, tetapi jarak antar geophone yang satu dengan yang lainnnya harus sama. Membentang geophone secara simetri dapat disebabkan karena trace berada di dekat jalan, sungai, kanal atau sebab-sebab yang lain yang dapat menyebabkan geophone tidak dapat dibentang secara normal. Kekurangan bentangan simetri adalah menyebabkan geophone lebih sensitif terhadap noise dan lebih mudah mendeteksi ground roll dibandingkan apabila geophone dibentang secara normal. 3. Bentangan Group Membentang geophone secara group adalah alternatif terakhir apabila goephone tidak dapat dibentang secara normal maupun simetri. Penyebab geophone dibentang secara group sama dengan halnya mengapa geophone dibentang secara simetri, yaitu diantaranya karena geophone berada di dekat jalan, sungai atau kanal dan lintasan juga berpotongan dengan jalan, sungai atau kanal tersebut. Bentangan yang di group adalah yang paling sensitif terhadap noise dari luar dan ground roll karena jarak antar geophone yang berdekatan. Tetapi bentangan group juga lebih sensitif dalam menerima getaran seismik. Dalam monitor record dapat terlihat bahwa bentangan yang digroup akan menghasilkan amplitudo getaran yang lebih besar dan relatif lebih lama dalam mendeteksi getaran. Parameter bentangan group adalah geophone ditanam secara melingkar dengan diameter lingkaran sebesar 1 m. Harus diatur sedemikian rupa agar jarak antar geophone sama besar. B. River Crossing River Crossing dilakukan apabila lintasan berpotongan dengan sungai yang cukup lebar sehingga kita tidak dapat menghubungkannya dengan menggunakan kabel link. Bisanya pada River Crossing terdapat trace yang mati karena trace tersebut berada di tengahtengah sungai dan tidak memungkinkan untuk di kompensasi maupun di offside. Pada River Crossing kita menggunakan kabel transverse yang panjangnya dapat mencapai 200 – 300 m. kabel tranverse tersebut menghubungkan antara dua Laux yang masing-masing berada di kedua sisi sungai yang saling berseberangan. Kabel transverse tersebut terhubung pada port transverse Laux, apabila kabel transverse tersebut terhubung dengan port Left Transverse pada salah satu Laux maka pada Laux yang satunya lagi harus terhubung pada port Right Transverse. Hal yang sangat penting dan berbahaya pada pengerjaan River Crossing adalah pembentangan kabel transverse di sungai. Pembentangan kabel transverse adalah dengan menggunakan perahu kecil. Pada perahu tersebut telah dipasang sebuah roda besar untuk menggulung ataupun untuk mengulur kabel. Pada saat pengangkatan kabel seringkali
terjadi kabel tersangkut di dasar sungai. Apabila hal ini terjadi maka hal yang terpaksa dilakukan adalah memotong kabel transverse tersebut. PEMASANGAN INSTRUMEN RECORDING A. Pemasangan Instrumen 2D Labo dihubungkan ke lintasan dengan menggunakan kabel transverse. Kabel transverse dari Labo dihubungkan dengan LAUX yang berada di lintasan. Apabila kabel transverse dihubungkan di port right transverse di Labo, maka pada LAUX kabel transverse tersebut dihubungkan ke port left transverse dan demikian juga apabila dilakukan hal sebaliknya. Kemudian LAUX akan terhubung dengan kabel link FDU melalui port High Line dan Low Line. Port high line terhubung ke trace besar sedangkan low line terhubung ke trace kecil. Di setiap 10 kabel link atau sama dengan setiap 40 trace atau FDU dari LAUX dipasangan LAUL. Sebenarnya jumlah FDU maksimal adalah 60 FDU dengan panjang kabel antar FDU 30 m, 48 FDU dengan jarak kabel antar FDU 55 m, dan 40 FDU jika panjang kabel antar FDU 75 m. Namun dengan bertambahnya usia dari kabel dan instrumen yang lain maka kerakteristik tersebut akan berkurang. Maka untuk menghindari kegagalan pada saat perekaman maka kita menggunakan parameter yang berada di bawah kemampuan maksimal instrumen. Apabila LAUX tidak tersedia, maka posisi LAUL dapat digantikan dengan LAUX tetapi sebaliknya kita tidak dapat menggantikan fungsi LAUX dengan LAUL.
Pemasangan instrument pada survey 2D B. Pemasangan Instrumen 3D Pada perekaman 3D terdapat lebih dari satu lintasan yang aktif pada satu titik tembakan. Dalam satu lintasan dibutuhkan minimal satu buah LAUX. LAUX berfungsi untuk menghubungkan lintasan yang satu dengan lintasan yang lain, dan juga burfungsi untuk
menghubungkan Labo ke kabel di lintasan. Koneksi antar lintasan melalui port Left Transverse dan Right Transverse pada LAUX, kabel yang digunakan adalah kabel transverse. Lintasan-lintasan pada perekaman 3D adalah sejajar dan jarak antar lintasan adalah saman antara lintasan yang satu dengan yang lainnya. Yang perlu untuk diperhitungkan adalah jumlah channel aktif maksimal. Kabel transverse mempunyai kemampuan maksimal untuk 2000 channel aktif. Sedangkan satu line mempunyai kemampuan 1000 channel aktif.
Channel aktif maksimum
Pemasangan instrument pada survey 3D
INSTUMEN TEST
Intrument Test dilakukan setiap hari sebelum perekaman dilakukan. Intrument Test dilakukan untuk memeriksa apakah FDU yang digunakan dalam kondisi bagus atau tidak. Semua FDU yang digunakan pada hari itu harus sudah menjalani Daily Instrument Test. Hasil Instrument Test pada panel Numeric disimpan sebagai bukti Instrument Test telah dilakukan.
Setup
Tampilan window Test
Untuk melakukan Instrument Test posisi Tab harus berada pada posisi Instrument. Hasil tes akan keluar pada tampilan Numeric dan Graphic. Pada kotak Absolute Spread kita menspesifikasikan posisi line dan receiver yang ingin di tes. Kotak Aux Descr digunakan untuk mendeskripsikan auxiliary channels yang ingin di tes. Gain yang ingin digunakan pada Instrument Test dapat dipilih apakah menggunakan G1 atau G2. Record Length / panjang perekaman dapat dipilih dari 1 – 99,9 detik. Tetapi pada tes Instrument Crosstalk panjang perekaman minimum adalah 5 detik pada Sample Rate 2 ms. Pada Daily Instrument Test kita harus merekam datanya, sehingga posisi pada tombol pilihan Record adalah Yes. Jenis-jenis tes yang dilakukan adalah: 1. Instrument Noise (µV) Selama tes channel input di short dengan menggunakan resistor internal. Geophone tidak terpasang. 2. Instrument Distortion (dB) Selama tes geophone tidak terhubungkan. Generator pada FDU digunakan sebagai input channel yang sedang di tes. 3. Instrument Crosstalk (dB)
Tes ini terdiri dari dua tahap. Selama tahap pertama generator tes memberikan sebuah sinyal sinusoidal ke test network pada setiap FDU genap. Converter ADC pada setiap FDU ganjil mengukur tegangan yang dihasilkan pada test network-nya. Generator tes pada setiap FDU ganjil tidak diaktifkan. Kemudian pada tes tahap kedua sinyal sinusoidal diberikan pada setiap FDU ganjil dan tegangan yang dihasilkan diukur pada tes network setiap FDU genap. 4. Instrument Gain/Phase Error (%) Tes ini memberikan error maksimum pada amplitudo dan fase. Geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites. 5. Common Mode Rejection (dB) Selama tes, geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites. Apabila setelah dilakukan Instrument Test ternyata ada FDU yang rusak maka harus dilakukan pergantian. Setelah pergantian FDU dilakukan maka dilakukan Instrument Tes ulang. Instrument Test sangat penting karena hasilnya mencerminkan kualitas alat yang digunakan. PENEMBAKAN
Operation
Tampilan window
Ketika pilihan SOURCE dipilih pada menu Preference, maka pada panel utama Operation menyediakan sebuah tabel yang berisi informasi akuisisi dari data dan memungkinkan observer untuk memilih source point yang akan ditembak. Disebelah bawah panel terdapat hasil dari akuisisi dan informasi proses akuisisi data tersebut, yaitu Internal Time Break (ITB) dan Transmit Error. Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data
terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
pada window Operation
Tampilan panel Result
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms. TB Window adalah interval waktu yang mulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. Jika TB muncul dalam interval tersebut, kemudian akuisisi dimulai. Jika TB tidak muncul maka 408XL membuat sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai. Tabel operasi source harus didefinisikan dengan menggunakan panel Source Operation Setup pada menu Preference. Kolom pada panel utama Operation adalah sama seperti pada panel Operation Setup Selama akuisisi sebuah pesan ASCII diterima dari kotak blaster (melalui adaptor XDEV pada Auxiliary line) yang terdiri dari nilai: 1. Uphole Time (UHT) Uphole Time adalah waktu pulsa dari ledakan terdeteksi oleh uphole. Ditentukan dengan menganalisa sinyal dari geophone uphole. 2. Confirmed Time Break (CTB) CTB adalah banyaknya waktu dari arus yang mengalir ke detonator lebih besar dari 4 amps. Mulainya arus mengalir adalah sebagai awal dari Time Break. Panel Process Type Setup digunakan untuk menyediakan informasi dari tipe pemprosesan data. Record Length (1,0 – 99,9 detik) adalah lamanya waktu perekaman data. Pada model Impulsive, waktu ini sama dengan lamanya akuisisi data. Refraction Delay (0 – 64.000 ms) adalah selisih waktu antara Time Break yang diterima oleh 408XL dengan dimulainya akuisisi. TB Window (0 – 64.000 ms) adalah interval waktu yang dimulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. If TB muncul pada interval tersebut maka akuisisi dimulai. Jika tidak maka 408XL akan menghasilkan sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai. AUX Process Descriptor adalah untuk mendefinisikan proses yang ingin dilakukan pada channel auxiliary.
Type Setup pada window Operation
Tampilan menu Process
Panel Process Type Setup seperti yang di bawah terdiri dari sebuah tabel yang berisi karakteristik dari perencanaan Shot Point secara berurutan.
Tampilan menu Operation Source Setup pada window Operation Spread Option memungkinkan kita untuk memilih antara “Absolute” dan “Generic”. Dengan memilih “Absolute” kita harus menspesifikasi spread dari akuisisi yang akan digunakan secara komplit untuk setiap tembakan. Ketika kita mengisi file SPS ke database pada dengan menggunakan Log, maka akan secara otomatis akan mengaktifkan tabel operasi dengan menggunakan spread Absolute. Sebuah spread “Generic” akan mendeskripsikan pola dari channel aktif. Generic sangat berguna jika pemprograman spread diselesaikan secara manual dan kita tidak ingin mengubah deskripsi setiap kali spread bergeser. Shot/Vp Id adalah untuk nomor Shot point atau Vibrated Point. Break Point adalah untuk memberikan identitas apakah pada Shot Point tersebut sudah dilakukan penembakan atau belum. Source Line untuk menandakan pada Line berapa sumber getaran atau Shot Point
berada. Source Receiver adalah untuk menandakan pada Line berapa Receiver atau geophone berada. Sfl, Spread First receiver Position Number, adalah Receiver Position atau nomor trace terendah pada spread. Pada generic spread Sfn diisi oleh operator, sedangkan pada absolute spread Sfl secara otomatis akan dihitung oleh sistem. Dengan menekan tombol GO maka Firing Order akan terkirim. Dengan menekan ABORT maka akan menginterupsi shot point yang sedang ditembak setelah proses akuisisi selesai. Sebuah kotak dialog akan tampil dan memberikan pilihan apakah ingin merekam data atau menggagalkan shot point. Pilih OK jika ingin merekam akuisisi. Jika memilih CANCEL maka proses akuisisi tidak akan direkam. Selama penembakan dapat terjadi kegagalan-kegagalan atau disebut juga dengan Misfire. Ada Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill, dan ada juga yang tidak. Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill diantaranya adalah: 1. Dead Cap Dead Cap terjadi karena detonator tidak aktif, atau dapat juga terjadi karena kabel detonatornya terlepas atau open. Dapat terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster yang terlalu besar. 2. Short Wire Short Wire terjadi karena kabel detonator terkelupas dan terhubung dengan kabel pasangannya dai polaritas yang berbeda. Short Wire terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster terlalu kecil. 3. Lost Wire Lost Wire atau hilangnya kabel detonator dapat terjadi karena dua hal. Yang pertama dapat terjadi karena kabel detonator tersebut terperosok ke dalam lubang sehingga tidak mungkin lagi untuk diambil. Atau dapat juga hilang karena diambil atau ditarik oleh orang secara sengaja maupun tidak sengaja. Biasanya ada beberapa orang warga setempat yang sengaja mengambil kabel detonator tersebut untuk dijual. 4. Lost Hole Lost Hole atau hilang lubang dapat terjadi karena hilangnya patok shot point sehingga shooter tidak dapat mencari posisi lubang tembak. Adanya kompensasi dan offside akan mempertambah sulit shooter dalam mencari lubang tembak terutama apabila patoknya hilang. 5. Cap Only Cap Only terjadi karena pada saat penembakan hanya detonatornya saja yang meledak sedangkan bahan peledaknya tidak, sehingga getaran yang dihasilkan tidak cukup kuat. 6. Weak Shot Weak Shot terjadi karena hanya sebagian dari bahan peledak saja yang ikut meledak sehingga getaran yang dihasilkannya lemah. 7. No CTB & UHT No CTB & UHT terjadi karena 408XL tidak dapat menerima Confirm Time Break dan
Uphole Time dari blaster slave. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah karena komunikasi radio yang buruk. Komunikasi radio yang buruk dapat menyebabkan No CTB & UHT dikarenakan pengiriman data CTB dan UHT dari blaster slave ke blaster master di LABO adalah melalui transmisi radio. No UHT dapat terjadi karena shooter tidak memasang geophone Uphole dengan baik. 8. DAS (Dead After Shot) DAS adalah kegagalan yang muncul setelah penembakan dilakukan. Sebelum penembakan dilakukan tidak ada kerusakan pada detonator yang terukur. Tetapi setelah penembakan dilakukan terjadi kerusakan pada detonator yang terdeteksi. 9. Low Frequency Low Frekuency terjadi karena rendahnya frekuensi yang dihasilkan oleh sumber getar. Low Frequency menyebabkan data yang terekam tidak bagus. Low Frequency dapat disebabkan karena areanya yang menyerap energi dari sumber getar, atau karena penanaman bahan peledak yang kurang dalam. 10. Line Cut Line Cut terjadi karena adanya kegagalan pengiriman data melalui kabel pada saat akuisisi data sehingga sebagian data hilang. Line Cut biasa terjadi karena transmission error yang disebabkan oleh efek statik. Efek statik sering terjadi apabila cuaca mendung atau berawan. Efek statik dapat terjadi pada saat proses akuisisi berlangsung sehingga sulit untuk diprediksi. 11. Wrong Spread Wrong Spread terjadi karena tidak cocoknya antara shot point yang ditembak dengan channel yang aktif. Wrong spread dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah karena adanya kesalahan pada pemprograman yang dilakukan oleh operator Labo. Wrong Spread juga dapat terjadi karena kesalahan posisi yang dilakukan oleh shooter. Wrong Spread dapat dihindari dengan mencek program sebelum penembakan, dan mencek posisi shooter. 12. Lost Record Lost Record terjadi karena kegagalan dalam merekam data ke dalam cartridge setelah data berhasil diakuisisi. Lost Record dapat terjadi karena recorder sedang di bypass, atau juga dapat terjadi karena konektivitas yang tidak baik antara cartridge dengan PRM. CEK LINTASAN/ CEK TRACE (SN408XL) Cek lintasan dilakukan sebelum dilakukan perekaman. Cek lintasan dilakukan untuk memeriksa kondisi kabel, FDU, geophone, LAUX, LAUL, dan baterai dil lintasan. Cek trace dilakukan di Labo, kemudian Labo mengintruksikan kepada observer line atau mandor telepon di lintasan untuk melakukan trouble shooting sesuai dengan analisa yang dilakukan di Labo. Di labo, cek lintasan dilakukan dengan menggunakan window Line pada software Solaris
yang digunakan. Dengan menggunakan window Line kita dapat melihat kegagalan pada instrumen di lintasan, baik kabel, FDU, geophone, LAUX, LAUL, dan baterai. Kegagalan tersebut diindikasikan dengan warna merah pada lambang instrumen pada window Line. Kita juga dapat melihat nilai numeriknya.
Tampilan window Line Keterangan: (1) Tab untuk memilih tampilan yang diinginkan. (2) Indikator warna merah akan muncul pada tab apabila terjadi kegagalan pada tampilan tersebut. (3) Peinrtah untuk membuka sebuah clone dari window utama Line. Pada panel clone kita dapat memilih tampilan yang berbeda. (4) Tombol ini digunakan untuk memilih tipe tes yang ingin dilaksanakan. Hasil tes dapat ditampilkan dengan menekan tombol GO. (5) Tab untuk memilih tampilan grafik dan numerik. (6) Tombol untuk mematikan dan menghidupkan power supply ke line. (7) Menampilkan banyaknya elemen yang mengalami kegagalan, dan banyaknya elemen yang terdeteksi. (8) Lokasi pointer mouse yang berada di panel grafik. (9) Legenda: menampilkan batasan Quality Control yang telah diprogram sebelumnya. Pada tampilan grafik, elemen yang dites akan berwarna hijau jika elemen tersebut berada pada limitnya, dan akan menunjukkan warna merah atau biru apabila berada diluar limit yang telah ditentukan. (10) Tombol zoom out yang akan menampilkan faktor zoom sebelumnya. (11) Tombol view all yang akan menghilangkan zoom. Terdapat tiga pilihan tampilan pada window Line, yaitu topographic view, numeric view, dan histogram view. A. Topographic View
Topographic View
Tampilan window Line
Pada tampilan Topographic kita dapat melihat hasil cek elemen di lintasan dalam bentuk grafik. Kita dapat memilih informasi yang akan ditampilkan, diantaranya adalah: - informasi dari survei - informasi unit-unit di lapangan - informasi dari level noise Dengan mengklik tombol GO pada tampilan Sensors dan Instrumen maka akan dilakukan tes QC yang dipilih pada unit yang telah dipilih. Apabila tidak ada unit yang dipilih, maka tes akan dilakukan pada seluruh survei. Hal ini akan menghapus hasil tes sebelumnya, dan unit-unit akan menampilkan warna biru sampai tes selesai dan hasil tes yang baru tersedia. Apabila kita melakukan tes dan terdapat unit yang berwarna abu-abu hal tersebut berarti unit tersebut sibuk. Apapun tampilan informasi yang ditampilkan, hasil tes yang lain hanya perlu dilakukan dengan satu kali klik. 1. Tampilan Sensors
Topographic View tab Sensor
Tampilan window
Dari tampilan ini kita dapat melihat tipe dari sensor yang digunakan, dan hasil tes yang dilakukan dari seluruh survei yang digunakan. Pada partai ini tipe sensor yang digunakan hanya geophone. Jenis tes yang dapat dilakukan antara lain: - Resistance : Tes Resistance/hambatan dilakukan untuk melihat apakah hambatan geophone berada pada batas yang telah ditentukan. Batasan hambatan yang dapat ditoleransi adalah 1.200
– 1.800 Ohm. Apabila geophone masih dalam toleransi tersebut maka tampilan sensor akan berwarna hijau, apabila hal yang sebaliknya terjadi maka sensor akan berwarna merah. Hambatan geophone dapat lebih kecil dari 1.200 Ohm akibat geophone tersebut terguncang akibat adanya aktivitas di sekitar geophone tersebut, atau dapat juga disebabkan karena terjadi short di goephone tersebut. Sedangkan hambatan geophone yang lebih besar dari 1.800 Ohm akibat terjadinya mati separuh/half dead pada geophone. Mati separuh tersebut dapat terjadi karena adanya open pada geophone. Apabila terjadi kegagalan pada hambatan geophone maka solusi yang pertama dilakukan adalah melihat apakah ada aktivitas di lintasan tang menyebabkan geophone bergetar, apabila tidak ada maka langkah berikutnya adalah dengan mengganti geophone tersebut dengan yang baru. - Tilt : Tes Tilt dilakukan untuk melihat kualitas dari rojokan. Tes Tilt akan menunjukkan kegagalan apabila geophone dirojok tidak dengan posisi tegak. Geophone yang yang belum dirojok juga akan menunjukkan kegagalan pada tampilannya yang diindikasikan dengan warna merah. Apabila terjadi kegagalan pada Tilt maka hal pertama hal pertama yang dilakukan adalah mencari informasi apakah geophone tersebut sudah dirojok atau belum, apabila geophone tersebut sudah dirojok tetapi masih menunjukkan kegagalan Tilt maka solusi berikutnya adalah dengan melakukan rojok ulang. - Leakage : Tes Leakage adalah untuk memeriksa apakah ada kebocoran arus pada geophone. Leakage dapat terjadi karena kabel geohone yang terkelupas atau casing geophone yang pecah. Kasus leakage lebih banyak terjadi pada lokasi yang berair. Leakage juga dapat terjadi apabila kepala take out geophone kotor. Leakage juga dapat terjadi apabila ada aktivitas dilapangan yang menyebabkan geophone bergetar. Solusi pertama yang dilakukan apabila terjadi kasus leakage adalah dengan membersihkan take out geophone, apabila hal tersebut sudah dilakukan tetapi leakage masih terjadi maka harus dilakukan pergantian geophone. Kasus leakage dapat dikurangi dengan memastikan konektor antara take out geophone dengan FDU tidak basah, yaitu dengan menggantung FDU tersebut dan melindunginya agar tidak terkena tetesan air hujan. 2. Tampilan Seismonitor Pada Seismonitor kita dapat melihat sinyal input dari sensor. Seismonitor menampilkan spread yang aktif : - Sensor yang aktif muncul sebagai kotak-kotak berwarna hijau, - Sensor yang mati muncul sebagai kotak-kotak berwarna merah, - Sensor yang di-mute muncul sebagai kotak-kotak berwarna biru tua, - Trace yang tidak ada sensor di tampilkan dengan tanda tambah berwarna kuning.
Topographic View tab Sensor
Tampilan window
Ketika seismonitor diaktifkan, tampilan ini memungkinkan kita untuk memonitor realtime noise. Terdapat delapan tingkat besarnya noise pada setiap receiver dengan kenaikan sebesar 6 dB, tingkatan noise tersebut juga diwakilkan dengan tinggi dan warna (dari hijau sampai merah) tergantung pada gain yang dipilih pada seismonitor. Warna merah adalah tingkat skala tertinggi. Sedangkan warna hijau berarti tidak ada noise yang diterima oleh geophone.
seismonitor ketika penembakan
Tampilan window
Dari seismonitor kita dapat melihat noise-noise yang terdeteksi oleh geophone. Dengan menggunakan gain 42 dB kita masih dapat melakukan penembakan walaupun masih terdapat noise yang berwarna putih (-30 dB) sampai noise yang berwarna kuning (-18 dB), hal tersebut dikarenakan getaran noise tersebut masih terlalu lemah dibandingkan
dengan getaran seismik yang ingin diukur. Namun harus diperhatikan noise yang konstan, seperti noise akibat mesin, karena walaupun noise yang diterima kecil tetapi akan merusak data. Sedangkan noise yang disebabkan oleh tegangan tinggi, walaupun terekan, masih dapat dihilangkan dengan melakukan notch pada frekuensi tegangan tinggi tersebut (50 Hz di Indonesia). 3. Tampilan Instrument Tampilan ini menunjukkan konektivitas dari instrumen di lapangan yang berada pada survei.
Topographic View tab Instrument
Tampilan window
Dengan memilih tampilan Instrumen kita dapat melihat hasil dari self-test yang muncul pada panel grafik. Kode pewarnaannya adalah sebagai berikut : - Hijau : Unit yang teridentifikasi dan hasil self-testnya benar - Jingga : Unit yang teridentifikasi tetapi tidak ada self-test yang dilakukan, hal ini terjadi karena ada masalah dalam transmisi. - Merah : Unit yang tidak dapat digunakan karena self-testnya mengalami kegagalan.
window tab Instrument
Pilihan tampilan pada
Apabila terjadi bad auto test pada FDU maka harus dilakukan pergantian kabel link. Sebelum menggantinya kabel link maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencek apakah kabel link penggantinya dalam kondisi bagus. Kabel link yang baru tersebut diperiksa dengan menyambungkannya pada line sehingga dapat dicek oleh Labo. Kabel tersebut disambungkan ke line sebelum dibentang atau masih dalam keadaan tergulung. Setelah dicek dan hasilnya bagus maka baru kemudian kabel link tersebut
dibentang, disambungkan ke kabel berikutnya, dan menyambungkan take out geophonenya ke FDU. Kabel lama yang rusak dikeluarkan, diberikan pita merah dengan diberikan keterangan jenis kerusakan yang terjadi. Serial Number kabel link yang rusak tersebut dicatat, demikian juga dengan nomor FDU yang mengalami kerusakan. Hal tersebut untuk mempermudah proses perbaikan kabel link tersebut yang dikerjakan di gudang Labo. Apabila terjadi Transmit Error pada kabel diantara FDU maka akan direpresentasikan pada panel Instrument dengan kabel penghubung antar FDU yang berwarna kuning. Transmit Error terjadi apabila kabel tidak dapat mentransfer data dengan baik. Apabila terjadi transmit error maka harus dilakukan pergantian kabel link. Apabila terjadi transmit error pada saat perekaman dapat menyebabkan Line Cut. 4. Tampilan Batteries Tampilan ini menunjukkan tampilan power supply unit yang berada di dalam survey. Tombol di pojok atas kiri memungkinkan kita untuk menampilkan atau menyembunyikan beberapa elemen. Kita dapat mengatur tegangan baterai minimum yang digunakan di Line dengan menggunakan Threshold. Apabila ada baterai yang berada di bawah batas minimum yang telah kita tentukan maka tampilan baterai akan berwarna merah. Baterai yang lemah harus dikeluarkan untuk diisi kembali. Pemasangan jumper baterai yang tidak bagus dapat menyebabkan tegangan baterai yang terukur menjadi lebih kecil dari tegangan baterai yang sebenarnya. Tegangan operasional LAUX dan LAUL adalah 10,5 – 15 Volt DC.
Topographic View tab Batteries
Tampilan window
B. Numeric View Pada tampilan numeric kita dapat melihat hasil tes yang diperoleh dalam bentuk numerik. Apabila ada sensor, FDU, atau baterai yang mempunyai karakteristik diluar yang telah ditentukan, maka nilai karakteristik sensor, FDU, dan baterai tersebut pada tabel akan mempunyai latar belakang warna merah. Kita juga mempunyai pilihan untuk hanya menampilkan yang memiliki kegagalan saja dengan memilih Only Error. Tipe data yang bisa dipilih adalah:
1. Sensors Dari tipe data sensor kita dapat melihat beberapa informasi, diantaranya adalah serial number dari FDU tempat geophone dipasangkan, nomor lintasan, nomor trace, tipe sensor (pada proyek Elnusa A5.43 menggunakan geophone), besar hambatan geophone (Ohm), besarnya noise pada geophone (μV), nilai leakage geophone (MOhm), nilai tilt geophone (%).
Numeric View tab Sensor
Tampilan window
2. Instruments Dari tampilan ini kita bisa melihat nilai-nilai karakteristik dari FDU seperti Serial Number, nomor Line, nomor trace, status Auto Test, besarnya Distorsi (dB), Noise (μV), Common Mode Rejection Ratio (dB), Gain Error (%), dan Phase Error (μs).
Numeric View tab Instrument
Tampilan window
3. History Di History kita dapat melihat Serial Number, nomor Line, nomor trace dari instrumen (Control Module, FDU, LAUX, LAUL) dan juga tanggal beserta waktu alat-alat tersebut terlihat pertama dan terakhir kali pada survey.
Numeric View tab History C. Histogram View
Tampilan window
Kita dapat melihat hasil dari Sensor Tests dan Instrument Test dalam bentuk grafik pada panel utama Histogram View.
View
Tampilan window Historic
PENYIMPANAN DATA Penyimpanan data dilakukan pada dua buah tape. Perekaman tape menggunakan Cartridge Drive yang terhubung dengan Processing Module (PRM). Pada Cartridge Drive tersebut terdapat dua buah device, dimana masing-masing device untuk merekam pada satu tape. Sebelum perekaman dilakukan, harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: 1. Cartridge Drive sudah dibersihkan dengan menggunakan cleaner sehingga tidak terjadi kegagalan dalam perekaman karena Cartridge Drive kotor. 2. Tape yang akan direkam sudah dimasukkan ke dalam Cartridge Drive dan dalam keadaan Ready. 3. Pengaturan Recorder pada posisi Data. 4. Memeriksa apakah nomor tape dan Record Number sudah sesuai. 5. Setelah penembakan harus diperhatikan indikator Recorder apakah perekaman dapat berlangsung dengan baik atau tidak.
Setup
Tampilan menu Records
Dengan menggunakan Record Setup kita dapat mengatur Record Number dan Test Record Number, nomor tape, dan juga jumlah file maksimum dalam setiap tape. Test Record Number digunakan untuk penomoran file Instrument Test. Apabila kita memasukkan angka 202 pada Record Number, maka file pertama akan memiliki nomor 202 dan file berikutnya akan secara otomatis naik satu nilai menjadi 203 dan begitu seterusnya, begitu juga halnya dengan Test Record Number. Setiap harinya Test Record Number akan dimulai dengan angka 9001. Namun pada Record Number akan melanjutkan angka pada hari sebelumnya. Panel Recorder digunakan untuk mengontrol perekaman. Untuk dapat merekam pada tape, kita harus memilih pilihan “Record on Tape” pada panel Install. Dengan menekan “MANUAL” maka akan mengaktifkan tombol kontrol (INIT, EOF, AGAIN, dan PLAYBACK) dan akan mengisolasi tahap recorder pada 408XL. Maka akuisisi data akan tertahan sampai Recorder dipindahkan ke posisi AUTO kembali.
Recorder
Tampilan window
Dengan memilih “AUTO” akan menghubungkan recorder stage ke stage sebelumnya pada 408XL. SCSI bus dapat dihubungkan sampai dengan empat buah recorder. Ketika sebuah recorder terhubungkan dengan bus dan dihidupkan, sebuah lampu indikator akan muncul pada panel “Device”. Lampu indikatornya ialah: - Lampu indikator tidak muncul: hal ini mengindikasikan kalau recorder tidak terhubungkan atau belum dinyalakan. - Lampu indikator merah: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah dinyalakan, tetapi cartridge belum dimasukkan. - Lampu indikator jingga: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah dinyalakan, dan cartridge sudahdimasukkan. - Lampu indikator hijau: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah dinyalakan, cartridge sudahdimasukkan, dan sedang digunakan untuk perekaman. Ketika kita memilih ”MANUAL” maka pengoperasian secara manual seperti EOF, AGAIN, dan PLAYBACK akan aktif. 1. EOF Dengan memilih tombol ini maka akan menyebabkan End of File kedua yang akan ditulis setelah file terakhir. Sebuah EOF akan secara otomatis tertulis pada akhir setiap record. EOF yang kedua diinterpretasikan sebagai akhir dari tape. Hal ini akan menyebabkan file count berubah kembali menjadi 0. End of Tape juga akan secara otomatis muncul apabila jumlah file yang terekam pada tape sudah mencapai batas maksimum yang telah ditentukan. 2. AGAIN Dengan memilih tombol ini akan menyebabkan record yang sama akan ditulis kembali ke tape yang baru, contohnya ketika terjadi kegagalan untuk menulis record secara keseluruhan. Ketika tombol “DATA” aktif, dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan
record akan ditulis kembali ke dalam tape. Tetapi dengan tombol “TBP” yang aktif, maka dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan record di-playback pada monitor record. Dengan tombol “File” yang aktif, dengan menekan tombol “AGAIN” akan membuka MEDIA VIEW yang menampilkan disk space yang tersedia, dan menampilkan nama dan ukuran file yang sudah disimpan. 3. PLAYBACK Dengan menekan tombol PLAYBACK akan menampilkan sebuah kotak dialog yang memungkinkan kita untuk memilih jenis Playback yang kita inginkan.
pada window Recorder
Tampilan menu Playback
Tipe-tipe dari Playback yang tersedia adalah: 1. Last Record Digunakan untuk melakukan playback pada record yang sebelumnya. Tape akan mencari header dengan Record Number yang sesuai dengan Record Number dari file terakhir yang direkam. Last Record juga berfungsi untuk memposisikan record terakhir pada akhir dari tape. 2. Next Record Next Record digunakan untuk melakukan playback pada record berikutnya. 3. Forward Forward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada setelah posisi di tape pada saat itu. 4. Backward Sedangkan Backward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada di posisi sebelumnya. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah pengemasan tape hasil perekaman yang ingin dibawa ke Basecamp. Setiap tape harus diberikan identitas seperti nomor tape, tanggal perekaman, dan Record Number pada tape. Tape sangat rentan terhadap medan magnet. Apabila tape terkena medan magnet yang cukup besar maka data yang berada
pada tape dapat rusak, sehingga tape harus dilindungi dari medan magnet. Tape hasil perekaman harus dibungkus dengan alumunium foil agar tidak dapat ditembus oleh medan magnet. Kendaraan yang membawa tape tidak diperbolehkan menyalakan radio karena akan speaker yang menyala akan menghasilkan medan magnet. Tape juga harus dihindarkan dari medan magnet lainnya seperti radio HT. CENTRAL CONTROL UNIT (LABO) Central Control Unit 408XL menggunakan UNIX sebagai sistem operasinya. Human Control Interface atau HCI adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya interaksi antara Central Control Unit (CCU) dengan operator. Akuisisi data dapat dengan menggunakan satu atau dua modul akuisisi CMXL untuk mencapai kapasitas maksimum yang mencapai 20.000 channel pada Sample Rate 2 ms. Perekaman, plotting, proses correlation dan stack dilakukan oleh sebuah software tambahan pada PRM atau Processing Module. PRM berkomunikasi dengan unit-unit lainnya dengan menggunakan bus SCSI. HCI berhubungan dengan modul-modul lainnya dengan menggunakan jaringan ethernet. Data yang mentah atau yang sudah diproses direkam pada sebuah media magnet (cartridge drive). Proses filterisasi secara digital dapat dilakukan pada data yang direkam atau data yang di-playback, untuk menampilkan notch-filtered atau bandpass-filtered dari trace seismik pada sebuah plotter. Peralatan tambahan seperti printer atau plotter dapat dihubungkan dengan central control unit untuk menyediakan hard copy dari data, log operasi, dan parameter-parameter. Central control unit mempunyai kemampuan untuk menampilkan sebuah monitor noise dari keseluruhan spread dengan real time, tanpa adanya delay atau data yang hilang karena proses yang tersegmentasi. Dengan menggunakan SQC-Pro, sebuah perangkat lunak Quality Control seismik secara on-line, Quality Control yang secara barlanjut dapat dilakukan secara paralel dengan akuisisi data tanpa memperlambat pengoperasian pada pengambilan data 2-D maupun 3D. HUMAN CONTROL INTERFACE (HCI) Operator dapat mengontrol keseluruhan keseluruhan sistem dengan melalui sebuah Human Computer Interface (HCI) yang terbuat dari sebuah workstation dengan sebuah monitor dengan resolusi tinggi, sebuah keyboard, dan sebuah mouse. Pada Sercel SN408XL Human Control Interface (HCI) menjadi satu kesatuan dengan sebuah processing module (PRM). PRM yang digunakan adalah sebuah workstation Sun Blade 2000. Fungsi utama sebuah HCI adalah: 1. Untuk mengontrol pengoperasian, mengatur parameter, mengubah dan menampilkan keseluruhan sistem. 2. Menampilkan keseluruhan perangkat elektronik yang terhubungkan dengan central control unit, termasuk auxiliary dan shot point. 3. Memilih dan mengatur spread, memonitor energi sebelum dan selama penembakan. 4. Menampilkan aktifitas dari keseluruhan sistem.
5. Menampilkan, menganalisa dan menyimpan hasil tes dari spread. 6. Membukukan secara otomatis data dari observer report. 7. Menampilkan grafik perencanaan posisi sumber dan penerima. 8. Menampilkan atribut sumber dan penerima dengan kode pewarnaan. 9. Mencetak semua parameter, dan hard copy dari laporan produksi harian dengan menggunakan printer standar yang dipasangkan pada HCI. 10. Melakukan acceptance test dari central control unit secara otomatis. Parameter yang dimasukkan melalui HCI akan di-download ke modul CMXL.
Port Belakang PRM CONTROL MODULE
Control Module SN408XL
CMXL terdiri dari sebuah unit 408XL dan sebuah perangkat lunak PRM. Fungsi utama dari sebuah modul 408XL adalah: 1. sebagai interface antara central control unit dengan perangkat elektronik di lapangan. 2. Menghasilkan Firing Order dan menerima Time break. 3. Mengatur dan mengontrol line. 4. Mengontrol auxiliary line. 5. Mengumpulkan data dari perangkat elektronik lapangan. 6. Mengumpulkan data dari status sistem yang akan dikirim kembali ke HCI.
SN408XL
Tampilan Belakang CM
Perangkat lunak PRM dapat dipasang pada workstation HCI, atau untuk kapasitas yang lebih besar dapat disimpan pada terminal terpisah. PRM memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah: 1. Menformat data dari atau ke cartridge drive, plotter dan SQC-Pro. 2. Mengedit noise. 3. Correlation dan stacking. Sebuah 408XL mempunyai spesifikasi-spesifikasi sebagai berikut: 1. Temperatur penyimpanan: -40 sampai 70ºC. 2. Temperatur operasi: 0 sampai 40ºC. 3. Daya yang dibutuhkan: 110/220 V, 50/60 Hz, 450 W. 4. Konsumsi daya: - 53 W dengan 1 pasang LCI/LMP - 95 W dengan 2 pasang LCI/LMP - 136 W dengan 3 pasang LCI/LMP - 178 W dengan 4 pasang LCI/LMP - 219 W dengan 5 pasang LCI/LMP 5. Kelembapan: 20-80%. 6. Berat:
- Rack-mount: 23,5 Kg. - Standalone (dengan penutup): 38 Kg. 7. Ukuran (H×W×D) - Rack-mount: 355 × 480 × 560 mm. - Standalone (dengan penutup): 460 × 580 × 720 mm. Setiap modul 408XL dilengkapi dengan: 1. Sebuah APPA4 (power supply) 2. Paling sedikit sebuah LCI (Line Control Interface) 3. Paling sedikit sebuah LMP_S (Line Memory Processor and SCSI) 4. Sebuah nomor dari board LCI/LMP_S yang tergantung dari kapasitas maksimum dari sistem.
Untuk koneksi dengan
408XL kabel yang digunakan adalah: 1. UTP (10BaseT) straight, untuk menghubungkan ethernet switch dengan PRM, HCI, dan 408XL. 2. RJ45 (10 Base T) twisted wire, untuk menghubungkan PRM dengan real-time Quality Control (SQC-Pro). 3. VHDCI – SCSI3, 1,5 m yang di suplai dengan board SCSI. Dengan tambahan sebuah adapter. Digunakan untuk menghubungkan tape drive dengan PRM. 4. Kabel DB37, VERSATEC Long Line interface, menghubungkan antara PRM dengan plotter. 5. VHDCI – SCSI3, 1,5 m yang di suplai dengan board SCSI. Dengan tambahan sebuah adapter. Digunakan untuk menghubungkan antara PRM dengan 408XL.
PERIPHERAL 1. Tape Drive Tape cartridge dapat digunakan sebagai sebuah media magnetik pada sistem 408XL untuk perekaman dalam format demultiplex. Dengan menggunakan cartridge drive kita dapat merekam pada sebuah cartridge tape 3480 IBM secara langsung di lapangan. Untuk perekaman dengan drive ganda, sebuah perangkat lunak standar menyediakan perekaman alternatif atau secara simultan tanpa dibutuhkan alat tambahan. 2. Plotter
Sebuah plotter dapat dihubungkan ke 408XL untuk menampilkan hasil perekaman data seismik pada kertas. Plotter dapat digunakan dengan model read-after-write atau dengan play-back. Sebuah CMXL dapat menggunakan dua buah plotter. Plotter yang digunakan pada proyek A5.43 adalah Veritas 12. 3. Real-time Quality Control (SQC-Pro) Dengan menggunakan SQC-Pro, sebuah perangkat lunak Quality Control seismik secara on-line, Quality Control yang secara barlanjut dapat dilakukan secara paralel dengan akuisisi data tanpa memperlambat pengoperasian pada pengambilan data 2-D maupun 3D. INSTUMENT TEST SERCEL SN408XL
Instrument test dilakukan untuk memeriksa apakah instrumen, field digitilizer unit, yang digunakan dilapangan dalam keadaan baik atau tidak. Seluruh instrument yang ingin dites harus tersambung dengan 408XL. Seluruh field digitilizer unit dites dengan parameter parameter record length: 5 s, dan Sample Rate: 2 ms. Spesifikasi-spesifikasi hasil tes adalah: - Max. Distortion : -103 dB. - Min. Common-Mode Rejection : 100 dB. - Max. Gain error : 1.0 %. - s.µ Max. Phase error : 20 - V.µ Max. Noise (0dB gain, 1600 mV scale) : 0.7 - V.µ Max. Noise (12dB gain, 400 mV scale) : 0.25 - Min. Crosstalk rejection: 110 dB. Ada bermacam-macam intsrument test yang dilakukan, diantaranya adalah daily instrument test, monthly instrument test, dan end of job instrument test. 1. Daily Instrument Test Daily instrument test dilakukan setiap hari sebelum perekaman dilakukan. Instrumen yang dites adalah seluruh instrumen yang akan digunakan pada hari itu. Parameter gain dan filter type yang digunakan pada instrument test sesuai dengan parameter-parameter produksi, yaitu fix gain G1: 1600 mV (0 dB), dan fiter type 0,8N Minimum Phase. 2. Monthly Instrument Test Monthly instrument test dilakukan setiap bulan. Instrumen yang dites adalah seluruh instrumen yang digunakan pada proyek. Berbeda dengan daily instrument test, monthly test dilakukan sebanyak empat kali dengan parameter yang berbeda-beda. Parameter gain dan filter type yang digunakan pada monthly instrument test adalah: 1. Fix gain G1: 1600 mV (0 dB), filter type 0,8N minimum phase. 2. Fix gain G2: 400 mV (12 dB), filter type 0,8N minimum phase. 3. Fix gain G1: 1600 mV (0 dB), filter type 0,8N linear phase. 4. Fix gain G2: 400 mV (12 dB), filter type 0,8N linear phase.
3. End of Project Instrument Test Pada prinsipnya end of project instrument test sama dengan monthly instrument test, hanya saja end of job instrument test dilakukan pada setelah perekaman berakhir.
Blok diagram sederhana dari rangkaian di dalam FDU ketika kita melakukan instrument test atau sensor test dengan menggunakan HCI, TMS408 workstation, atau LT408 Di dalam rangkaian setiap FDU terdapat sebuah generator arus (Digital-to-Analog Converter), dan sebuah test network. Input yang masuk pada channel akuisisi akan dipilih berdasarkan jenis tes yang dilaksanakan: 1. sinyal dari sensor (contohnya Noise test) 2. sinyal dari sensor dan DAC (contohnya Tilt test) 3. sinyal dari DAC dan test network (contohnya Gain test) Sinyal tes yang dibutuhkan (tegangan DC, gelombang sinusoidal atau pulsa) daihasilkan oleh DAC FDU dari sinyal digital standar yang tersimpan pada LAU. Tegangan output maksimum adalah 2828 mV pada gain G1600 dan 707 mV untuk gain G400 (arus DAC maksimum × RNetwork; RNetwork = 4 kΩ atau 1kΩ). Frekuensi test yang tersedia pada DAC adalah: 7,8125 Hz; 15,625 Hz; 31,25 Hz; 62,5 Hz; 125 Hz; 250 Hz; 500 Hz dan 1000 Hz. Besarnya sinyal input yang masuk ke DAC bergantung pada gain pre-amplifier yang dipilih (1,6√2for 0 dB, 0,4√2 for 12 dB). Tahapan tes dikomposisikan dengan beberapa langkah yang berbeda: 1. Transient step untuk rangkaian analog: Beginning time (Tb) dan End time (Te). 2. Measurement steps (Tm), lamanya tergantung pada tipe dari tes, tipe filter dan sample rate.