Muhammadiyah Sebagai
Gerakan Tajdid
Latar Belakang Muhammadiyah didirikan •
•
Kondisi pengamalan ajaran Islam masyarakat Indonesia yang mengalami pencampuran dengan ajaran yang bertentangan dengan Islam (adanya sinkretisme ajaran Islam) Pengaruh pembaharuan pemikiran Islam di Pengaruh Timur Tengah yang diterima oleh K.H. Ahmad Dahlan ketika belajar di Arab Saudi
Pengertian Tajdid •
•
Tajdid berasal dari bahasa Arab yang berarti pembaharuan Tajdid mempunyai dua arti: 1. Dalam bidang akidah dan ibadah, tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan Sunnah Nabi saw 2. Dalam bidang muamalat duniawiah, tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif sesuai tuntutan zaman
Pengertian Tajdid •
•
Pemurnian ibadah berarti menggali tuntunannya sedemikian rupa dari Sunnah Nabi saw untuk menemukan bentuk yang paling sesuai atau paling mendekati Sunnah beliau Berkaitan dengan akidah, pemurnian berarti melakukan pengkajian untuk membebaskan akidah dari unsur-unsur khurafat dan tahayul
Pengertian Tajdid •
•
Tajdid di bidang muamalat duniawiyah (bukan akidah dan ibadah khusus), berarti mendinamisakikan kehidupan masyarakat sesuai dengan capaian kebudayaan yang dicapai manusia di bawah semangat dan ruh al-Quran dan Sunnah Dalam aspek ini beberapa norma di masa lalu dapat berubah bila ada keperluaan dan tuntutan untuk berubah
Pengertian Tajdid •
Misalnya di zaman lampau untuk menentukan masuknya bulan kamariah baru, khususan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, digunakan rukyat sesuai dengan hadis-hadis rukyat dalam mana Nabi saw memerintah melakukan rukyat. Namun pada zaman sekarang tidak lagi digunakan rukyat melainkan hisab, sebagaimana dipraktikkan dalam Muhammadiyah
Pengertian Tajdid •
Tajdid bukan sekadar ‘iadat al -syaiy ka al-mubtada (mengembalikan sesuatu pada asal mulanya), tetapi juga bermaka al-ihya (menghidupkan sesuatu yang mati) atau bahkan alishlah (membangun, mengembangkan, memperbarui)
Paradigma Tajdid Muhammadiyah •
•
Tajdid ialah ikhtiar menemukan kembali substansi agama untuk pemaknaan baru dalam pengungkapannya dalam suatu konteks baru yang berubah, baik melalui purifikasi maupun dinamisasi. Purifikasi atau pemurnin ialah mengembalikan ajaran Islam pada yang asli sebagaimana telah ditentukan segala sesuatunya secara baku dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang sahih
Paradigma Tajdid Muhammadiyah •
•
Sedangkan dinamisasi atau pembaruan ialah memperbarui urusan-urusan keagamaan sesuai pesan substansial ajaran Islam Paradigma tajdid semacam ini yang menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan yang cenderung eklektik atau berada di tengah (tawazun, tawasuth), sehingga dapat dikatakan sebagai berdiri dalam posisi paradigma wasithiyyah
Karakter Wasatiyah Muhammadiyah •
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang sejak awal menampilkan tajdid yang bersifat pemurnian (tajrid , tandhif ) sekaligus pembaruan (tajdid , ishlah) secara seimbang
Karakter Wasatiyah Muhammadiyah •
Strategi dan orientasi gerakannya yang istiqamah sejak kelahirannya memilih jalur dakwah pembinaan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarbenarnya dan tidak memilih jalan perjuangan politik-praktis di ranah kekuasaan negara sebagaimana halnya partai politik
Karakter Wasatiyah Muhammadiyah •
Orientasi gerakan pada praksis yakni menghadirkan Islam selain dalam dakwah bi-lisan tetapi lebih penting lagi dalam dakwah bil-hal dengan mendirikan berbagai amal usaha pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya
Karakter Wasatiyah Muhammadiyah •
•
Menempatkan dan memerankan diri sebagai gerakan pembaruan atau reformisme atau modernisme Islam sepanjang kemauan atau prinsip ajaran Islam Kepribadian Muhammadiyah yang diwujudkan dalam sifat-sifat yang menunjukkan sosok tengahan
Pembaharuan Muhammadiyah 1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; 2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; 3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; 4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar
Sumber Ajaran Islam Menurut Muhammadiyah 1. Pasal 4 ayat (1) Anggran Dasar Muhammadiyah yang telah dikutip di atas yang menyatakan bahwa gerakan Muhammadiyah bersumber kepada al-Qur’an dan As-Sunnah 2. Putusan Tarjih Jakarta 2000 Bab II angka 1 menegaskan, “Sumber ajaran Islam adalah alQuran dan as-Sunnah al-Maqbūlah ( )
Posisi Akal dan Ijtihad dalam Muhammadiyah •
Dalam MKCH Muhammadiyah ditegaskan bahwa Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan; Al-Qur’an : Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW; Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
Ijtihad Menurut Muhammadiyah •
Mengerahkan segala kemampuan akal dalam menggali sumber ajaran Islam untuk mendapatkan kepastian hukumnya berdasarkan wahyu dengan metode dan pendekatan tertentu (HPT Muhammadiyah)
Ijtihad dalam Muhammadiyah •
Posisi ijtihad bukan sebagai sumber hukum melainkan sebagai metode penetapan hukum, sedangkan fungsi ijtihad adalah sebagai metode untuk merumuskan ketetapanketetapan hukum yang belum terumuskan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah
Ruang Lingkup Ijtihad •
•
Masalah-masalah yang terdapat dalam dalil-dalil dhanni. Masalah-masalah yang secara eksplisit tidak terdapat dalam Alqur’an dan Al-Sunnah
Metode Ijtihad Muhammadiyah •
•
•
Bayani (semantik) yaitu metode yang menggunakan pendekatan kebahasaan Ta’lili (rasionalistik) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakanpendekatan penalaran Istislahi (filosofis) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan kemaslahatan
Pendekatan dalam menetapkan hukum-hukum ijtihadiah •
Al-Tafsir al-ijtima’i al-ma’asir (hermeneutik)
•
Al-Tarikhiyyah (historis)
•
Al-Susiulujiyah (sosiologis)
•
Al-Antrufulujiyah (antropologis)
Teknik dalam menetapkan hukum •
Ijmak
•
Qiyas
•
Mashalih Mursalah
•
Urf
Ta’arudh Al-Adillah •
Ta’arudh Al-Adillah adalah pertentangan beberapa dalil yang masing-masing menunjukkan ketentuan hukum yang berbeda
Ta’arudh Al-Adillah •
Jika terjadi ta’arudh diselesaikan dengan urutan cara-cara sebagai berikut : –
–
Al-Jam’u wa al-taufiq, yakni sikap menerima semua dalil yang walaupun dhahirnya ta’arudh. Sedangkan pada dataran pelaksanaan diberi kebebasan untuk memilihnya (tahyir). Al-Tarjih, yakni memilih dalil yang lebih kuat untuk diamalkan dan meninggalkan dalil yang lebih lemah.
Ta’arudh Al-Adillah –
–
Al-Naskh, yakni mengamalkan dalil yang munculnya lebih akhir Al-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari dalil baru