LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
Disusun oleh: Diah Khursyana 16/399107/PT/07225 Kelompok XI
Asisten : Rhizal Dziki Nuva
LABORATORIUM LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS GADJAH G ADJAH MADA YOGYAKARTA 2018
BAB I PRINSIP KERJA
Penetapan kadar bahan kering Prinsip kerja penetapan kadar bahan kering ialah air yang terkandung di dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya apabila bahan pakan dipanaskan pada suhu 105°C sampai 110°C dengan tekanan udara bebas hingga bobot cuplikan pakan stabil. Pemanasan pada suhu 105°C sampai 110°C dilakukan agar air yang terkandung dalam bahan pakan. Kadar bahan kering maka dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. Kadar air =
(+)−()
× 100%
Kadar bahan kering = 100% Keterangan : X = bobot silica disk Y = bobot cuplikan pakan Z = bobot culikan pakan + silica disk setelah dioven 105-110°C
Penetapan kadar bahan organik Prinsip kerja dalam penetapan kadar bahan organik yaitu suatu bahan pakan bila dibakar pada suhu 550-600°C selama 2 jam maka semua zat organiknya akan terbakar sempurna menghasilkan oksida yang menguap yaitu berupa CO2, H 2O, dan gas-gas lain, sedangkan yang tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu. Bahan pakan dibakar menggunakan tanur pada suhu 550-600° yang bertujuan agar bahan organik dalam sampel menguap. Kadar bahan organik dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini.
Kadar abu =
−
× 100%
Kadar bahan organik = 100% % Keterangan : X = bobot silica disk kosong Y = bobot sampel awal Z = bobot sampel + silica disk setelah dibakar dalam tanur
Penetapan kadar protein kasar Prinsip penetapan kadar protein kasar adalah asam sulfat pekat dengan katalisator tablet Kjehltab yang berisi selenium dan K2SO4 dapat memecah ikatan N organik menjadi (NH4)2SO4. (NH4)2SO4 dalam suasana basa akan melepaskan NH 3. Metode yang digunakan untuk penetapan kadar protein kasar adalah metode Kjeldahl dengan 3 tahapan yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Proses destruksi merupakan proses perubahan N organik menjadi ammonium sulfat (NH4)2SO4 dengan adanya penambahan H2SO4 dan tablet Kjehltab. Proses destruksi dilakukan dengan memasukkan bahan pakan seberat 0,5 gram, H2SO4 pekat 20 ml dan seperempat tablet Kjehltab ke dalam tabung destruksi yang kemudian dimasukkan ke dalam kompor destruksi lalu dipanaskan pada suhu 420°C selama 1 jam. Pemanasan 420°C akan merusak kandungan protein dalam bahan pakan, sehingga N organik akan terlepas. Penambahan H2SO4 berfungsi untuk memecah N. Tablet Kjehltab berfungsi sebagai katalisator yang terdiri selenium dan K2SO4. Selenium berfungsi untuk mengefektifkan pelepasan N dan K 2SO4 berfungsi untuk menurunkan titik didih H2SO4. Reaksi destruksi sebagai berikut. N Organik + H₂SO₄ → (NH₄)₂SO₄ + H2O + NO2 + NO3 Hasil dari destruksi kemudian masuk ke tahapan destilasi. Prinsip dari destilasi yaitu memecah (NH4)2SO4 menjadi NH3 yang selanjutnya akan ditangkap oleh H3BO3. Hasil destruksi berwarna bening dan pekat maka perlu dilakukan pengenceran agar tidak terlalu pekat. Hasil destruksi yang
telah diencerkan dimasukkan ke dalam tabung destilasi kemudian ditambah NaOH 50% melalui dinding tabung dengan menekan kebawah tuas dispensing. NaOH berfungsi untuk mengubah (NH4)2SO4 menjadi NH4OH yang jika dipanaskan akan berubah menjadi gas NH 3. Uap panas dialirkan ke dalam campuran (NH4)2SO4 dan NaOH dengan menurunkan handle steam sehingga NH3 akan menguap bersama dengan H 2O. NH3 kemudian dialirkan ke dalam tabung erlenmeyer yang sudah berisi larutan H3BO3 dan indikator mix. NH3 ditangkap oleh H3BO3 menjadi (NH4)3BO3 yang ditandai dengan warna hijau. Indikator mix terdiri dari bromcresol green, methyl red dan methanol . Bromcresol green sebagai indikator larutan dalam suasana basa karena akan berubah menjadi warna hijau, methyl red sebagai indikator larutan dalam suasana asam karena akan menjadi warna merah, methanol berfungsi sebagai pelarut bromcresol green dan methyl red. Proses destilasi diakhiri apabila larutan yang ada dalam tabung erlenmeyer sudah berisi larutan sebanyak 200 ml. Reaksi destilasi sebagai berikut. (NH4)2SO4 + 2NaOH → 2NH4OH + Na2SO4
2NH3
2H2O
3NH3 + H3BO3 → (NH4)3BO3 Proses titrasi dilakukan untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga timbul perubahan warna dari warna hijau menjadi warna perak (titik isoelektrik). Warna perak menandakan bahwa semua senyawa N telah berikatan dengan HCl. Prinsip dari titrasi ialah mengukur HCl yang bereaksi dengan NH3. Reaksi ini bertujuan untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Reaksi titrasi sebagai berikut. (NH4)3BO3 + 3HCl → 3NH4Cl + H3BO3
Rumus perhitungan kadar protein kasar adalah sebagai berikut: Kadar protein kasar =
(X - Z) × N × 0,014 × 6,25 × 100% Y
Keterangan : X = Jumlah titrasi sampel (ml) Y = Bobot sampel awal N = Normalitas HCL Z = Jumlah titrasi blanko (ml)
Penetapan kadar serat kasar Prinsip penetapan kadar serat kasar adalah semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut dalam perebusan H2SO4 1,25 % (0,225 N) dan dalam NaOH 1,25 % (0,313 N) yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang masih tertinggal disaring dengan glass wool dan Crucible. Hilangnya bobot setelah dibakar 550 sampai 600 °C adalah serat kasar. Perebusan H2SO4 berfungsi untuk merenggangkan dinding sel dengan cara menghidrolisis karbohidrat dan protein, selain itu juga disesuaikan dengan pH yang ada dalam lambung.. Perebusan NaOH dapat berfungsi untuk melarutkan isi sel dan untuk penyabunan lemak, selain itu juga disesuaikan dengan pH yang ada dalam usus. Penambahan alkohol berfungsi untuk melarutkan lemak setelah perebusan yang mungkin masih terdapat dalam serat kasar. Hasil saringan dari perebusan H2SO4 dan NaOH dimasukkan pada oven pengering pada suhu 105 samoai 110°C yang bertujuan agar air dalam hasil saringan tersebut menguap sehingga tinggal tersisa serat kasar dan abu. Proses selanjutnya yaitu proses tanur yang berfungsi untuk memisahkan serat kasar dan abu . Untuk menghitung penetapan kadar serat kasar digunakan rumus:
Kadar serat kasar =
X-Z Y
× 100%
Keterangan : X = bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven 105 o C Y = bobot sampel awal Z = bobot sisa pembakaran 550 – 600o C
Penetapan kadar lemak kasar Prinsip penetapan kadar lemak kasar adalah lemak kasar dapat diekstraksi dengan menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain, ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Tujuan penambahan petroleum benzene adalah untuk melarutkan lemak karena sifat petroleum benzene adalah non polar, serta memiliki titik didih yang rendah yaitu 60 sampai 80°C. Sampel ekstraksi dibungkus dengan kertas saring bebas lemak agar lemak larut dengan sempurna tidak ada yang terting gal di kertas saring. Penetapan kadar lemak menggunakan tiga sampel untuk mengurangi eror. Sampel di ekstraksi menggunakan seperangkat alat sohxlet yang terdiri dari beberapa bagian dan memiliki fungsi yang berbeda. Kompor ekstraksi berfungsi untuk memanaskan petroleum benzene hingga mengeluarkan uap. Kondensor berfungsi untuk mengkondensasi uap petroleum benzene. Tabung ekstraktor berfungsi untuk tempat ekstaksi sampel, proses larutnya lemak pada sampel oleh pelarut petroleum benzene. Tabung penampung berfungsi untuk menampung larutan hasil ekstraksi yang mengandung lemak. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam. Hasil ekstraksi sampel lalu dipanaskan dalam oven pengering dengan suhu 105 sampai 110°C selama 8 sampai 24 jam atau sampai berat stabil, hal ini bertujuan agar air dalam sampel menguap. Untuk menghitung penetapan kadar ekstrak ether digunakan rumus :
Kadar abu =
X-Z Y
× 100%
Keterangan : X = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105o C (belum diekstrasi) Y = bobot sampel awal Z = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105o C (setelah diekstrasi)
Penetapan kadar ETN (Ekstrak Tanpa Nitrogen) Prinsip penetapam kadar ETN yaitu dengan mengurangi 100% dengan total presentase serat kasar, presentase lemak kasar, presentase serat kasar, dan presentase abu sehingga dapat diperoleh kadar ETN. Ekstrak tanpa nitrogen terdiri dari karbohidrat yang mudah larut terutama pati yang kecernaannya tinggi. Untuk menghitung penetapan kadar ekstrak tanpa nitrogen digunakan rumus: Kadar ETN (% BK) = 100% - (% Abu + % PK + % SK + % EE) Keterangan : ETN = ekstrak tanpa nitrogen SK = serat kasar EE = ekstrak ether PK = Protein kasar
Penetapan kadar TDN (Total Digestible Nutrien) Total digestible nutrien merupakan jumlah nutrien yang dapat dicerna oleh ternak Prinsip penetapan kadar TDN yaitu dengan menjumlahkan fraksi dalam analisis Wendee yang tercerna. Untuk menghitung penetapan kadar TDN digunakan rumus : TDN = SKT % + PKT % + ETNT % + (EET % x 2,25) Keterangan : SKT = serat kasar tercerna
PKT = protein kasar tercerna ETNT = ekstrak tanpa nitrogen tercerna EET = ekstrak ether tercerna Prediksi nutrien tercerna bahan pakan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi berdasarkan hasil analisis proksimat dengan langkah-langkah melihat jenis ternak, kelas bahan pakan yang digunakan, dan komposisi kimia bahan pakan. Rumus penetapan kadar TDN untuk ternak kambing dengan bahan pakan kelas 4, sebagai berikut. % TDN
= 22,822 – 1440 (CF) – 2875 (EE) + 0,655 (NFE) + 0,863
(Pr)
+ 0,020 (CF)2 – 0,078 (EE)2 + 0,018 (CF) + 0,045 (EE) (NFE) – 0,085 (EE) (Pr) + 0,020 (EE)2 (Pr) Ketererangan : CF
= Serat Kasar
EE
= Ekstrak Ether
NFE = Ekstrak Tanpa Nitrogen Pr
= Protein
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Proksimat Pakan Jadi Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et al. (2002) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Setyono et al. (2009) menambahkan, pengurangan bahan kering dengan abu akan menghasilkan bahan organik. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data hasil analisis proksimat dari sampel bahan pakan dengan komposisi meliputi kulit ari coklat, pollard, DDGS, CGF, dan kopi sebagai berikut. Tabel 1.Hasil analisis proksimat Parameter Hasil Bahan Kering 87,52% Bahan Organik 91,15% Protein Kasar 16,66% Serat Kasar 9,47% Lemak Kasar 4,36% ETN 60,66% TDN 23,096% Berdasarkan hasil analisis proksimat diketahui bahwa bahan pakan yang digunakan tersebut mengandung protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%, sehingga dapat disimpulkan bahan pakan yang digunakan termasuk bahan pakan kelas 4 yaitu sumber energi. Zakariah (2016) menyatakan bahwa bahan pakan sumber energi adalah jenis bahan pakan yang memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20% serat kasar kurang dari 18% , dan dinding sel kurang dari 35%. Bahan pakan kelas ini umunya berasal dari bahan sisa atau hasil samping dari industri, sebagai contoh bahan pakan sumber energi adalah dedak, pollard,
ketela pohon dan molasses. Berdasarkan kegiatan praktikum menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur. Evaluasi dan Formulasi Ransum Evaluasi dan formulasi ransum dilakukan untuk mengetahui apakah ransum yang diberikan untuk ternak telah memenuhi kebutuhan nutriennya, dan apabila ransum yang diberikan belum mencukupi maka dilakukan penambahan bahan pakan dan reformulasi ransum sampai kebutuhan nutrien ternak tercukupi. Berdasarkan praktikum yang dilakukan ternak yang digunakan yaitu kambing dengan bobot badan 50 kg, memiliki kebutuhan bahan kering 4,5% dari bobot badan dan kebutuhan protein kasar 15% dari bahan kering, dan kebutuhan bahan kering 5% dari berat badan. Pakan yang diberikan adalah hijauan dan konsentrat dengan perbandingan pemberian 70% hijauan dan 30% konsentrat. Kebutuhan bahan kering pada kambing sudah terpenuhi, karena bahan kering yang dibutuhkan adalah 2,25 kg dengan bahan kering hijauan yaitu rumput gajah dan rumput Branchiaria brizantha
sebesar 1,575 kg dan bahan kering
konsentrat yaitu pakan jadi sebesar 0,675 kg. Kebutuhan protein kasar pada kambing ialah sebesar 0,3375 kg dengan protein kasar hijauan 0,137025 kg dan protein kasar konsentrat sebesar 0,112455 kg, sehingga protein kasar kurang sebesar 29,7 %. Kekurangan protein kasar yang dibutuhkan ternak harus dipenuhi. Pemenuhan kekurangan protein kasar tersebut dilakukan dengan cara menambahkan dua kelas bahan pakan yaitu sumber energi dan sumber protein, dua macam bahan pakan sumber energi yaitu pakan jadi, dedak serta dua macam bahan pakan sumber protein yaitu bungkil kedelai dan bungkil biji kapas dengan menggunakan metode pearson’s square. Sutrisno et al. (2015) menyatakan bahwa pearson’s square adalah cara yang sederhana untuk menghitung jumlah pakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Pearson’s square dapat digunakan untuk menentukan kuantitas setiap bahan pakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat gizi tertentu dalam campuran bahan pakan. Berdasarkan
penyusunan ransum yang telah dilakukan dengan metode pearson’s square yang di formulasikan untuk memenuhi kekurangan PK diperoleh data yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Bahan Pakan
Tabel 2. Formulasi Ransum Proporsi PK (BK)(%) As fed (Kg) (%) 35 3,2 4,375 35 2,9 3,15
Harga
Rumput gajah Rp 350 Branchiaria Rp 252 brizantha Pakan jadi 8,22 1,3 0,2108 Rp 569,16 Dedak 8,22 1,1 0,2145 Rp 643,50 Bungkil kedelai 5,43 2,8 0,1420 Rp 1.065 Bungkil biji kapas 8,13 3,6 0,2128 Rp 893,76 Total 100% 14,9 8,3051 Rp 3.773,42 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah bahan pakan yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar (asfed ) dan harga konsentrat per Kg. Formulasi ransum kebutuhan ternak sudah terpenuhi dengan menggunakan hijauan Branchiaria brizantha, rumput Gajah, pakan jadi, dedak, bungkil biji kapas dan bungkil kedelai dengan proporsi tertentu. Branchiaria brizantha menyumbangkan asfed sebesar 3,15 kg dan PK 2,9%, rumput gajah menyumbangkan asfed sebesar 4,375 kg dan PK 3,2%, pakan jadi menyumbangkan asfed sebesar 0,2108 kg dan PK 1,3%, dedak menyumbangkan asfed sebesar 0,2145 kg dan PK 1,1%, bungkil kedelai menyumbangkan a fed sebesar 0,1420 kg dan PK 2,8%, bungkil biji kapas menyumbangkan asfed sebesar 0,2128 kg dan PK 3,6%. Berdasarkan formulasi yang telah dilakukan, ransum untuk mencukupi kebutuhan ternak kambing didapatkan harga sebesar Rp 454,35/kg dengan kebutuhan tiap harinya adalah 8,3081 kg total biaya ransum sebesar Rp 3.773,42. Pemilihan bahan pakan dedak padi dalam ransum dikarenakan dedak padi murah dan nutriennya baik, namun penggunaannya terbatas karena dedak memiliki anti nutrien yang tidak baik untuk pencernaan ternak dan dapat menurunkan kelarutan protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2008) yang menyatakan bahwa harga dedak padi cukup murah dan kandungan unsur nutrisinya cukup baik. Wahyuni (2011) menyatakan
bahwa batasan penggunaan dedak padi dalam ransum komersial sangat terbatas yaitu sekitar 10% sampai 20%, karena dedak padi memiliki anti nutrien yang disebut fitat. Senyawa mudah bereaksi dengan protein membentuk kompleks fitat-protein yang dapat menurunkan kelarutan protein. Sukaryana et al. (2011) menambahkan bahwa proses fermentasi dapat meminimalkan pengaruh antinutrisi dan meningkatkan kecernaan bahan pakan dengan kandungan serat kasar tinggi yang ada pada dedak padi. Pemilihan bungkil kedelai sebagai bahan pakan sumber protein karena kandungan protein bungkil kedelai yang tinggi yaitu 51,9% namun proporsi penggunaannya sedikit dikarenakan bungkil kedelai memiliki anti nutrien yang tidak baik pertumbuhan ternak. Sari (2016) menyatakan bahwa penggunaan bungkil kedelai berkisar antara 15 sampai 30%, bungkil kedelai mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan ternak. Pemilihan bahan pakan sumber protein lain yaitu bungkil biji kapas digunakan untuk ransum karena harganya murah dan mudah didapat, namun penggunaanya terbatas karena bungkil biji kapas memiliki anti nutrien yaitu gosipol. Imamsyah (2008) menyatakan bahwa bungkil biji kapuk
selain
memiliki
protein
yang
tinggi
juga
memiliki
zat anti nutrisi yaitu gosipol dan asam lemak siklopropinoid yang dapat menurunkan daya cerna ternak, sehingga penggunaannya sebagai bahan pakan ternak perlu dibatasi yakni sebanyak 10%.
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dengan pakan jadi yang telah di analisis proksimat merupakan bahan pakan kelas 4 yaitu konsentrat sumber energi dengan komposisi bahan antara lain kulit ari coklat, pollard, DDGS, CGF, dan kopi. Pemberian pakan hijauan dan kosentrat pakan jadi dengan proporsi 70:30 tidak mencukupi kebutuhan PK sebesar 29,7%. Berdasarkan reformulasi yang telah dilakukan untuk mencukupi kebutuhan harian diperlukan proporsi rumput gajah 35%, Branchiaria brizantha 35%, pakan jadi 8,22%, dedak 8,22%, bungkil biji kapas 8,13%, dan bungkil kedelai 5,43 % dari total ransum sehingga didapatkan harga sebesar 454,35/kg dengan kebutuhan pakan ternak kambing tiap harinya adalah 8,3081 kg sehingga total biaya ransum sebesar Rp 3.773,42.
DAFTAR PUSTAKA Agus, A. 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Penerbit Ardana Media. Yogyakarta. Hartadi H., S. Reksohadiprojo, A. D. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada Uivesity Press, Yogyakarta. Imamsyah, T. A. G. 2008. Pengaruh Penggunaan Bungkil Biji Kapuk (Ceiba pentandra) dalam Ransum terhadap Kecernan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Domba Lokal Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Mc Donald, P., R.A. Edwards, J.F.G Greenhalgh, and C.A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. Dalam : Priambada, N.P. 2009. Kecernaan Serat Kasar Pada Babirusa (Babirousa babirussa) yang Diberi Pakan Kangkung dan Ketela di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Sari, W. 2016. Sifat fisik bungkil kedelai sebagai pakan ternak dari berbagai ukuran partikel. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Setyono, H., Kusriningrim, Mustikoweni, T. Nurhajati, R.Sidik, Agustono, M.A. Al Arif, M. Lamid, A. Monica, dan W. Paramita. 2009. Teknologi Pakan Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Sukaryana Y., U. Atmomarsono, V. D. Yunianto, dan E. Supriyatna. 2011. Peningkatan nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler..JITP, 1(3): 167-172. Sutrisno, A., J. Wibowo, dan H. B. Setiawan. 2015. Rancang bangun aplikasi pengoptimalan komposisi pakan kambing peranakan etawa menggunakan metode pearson’s square pada peternakan Nyoto. Jsika. 4(2): 1-9. Wahyuni, S. 2011. Efek ransum mengandung dedak padi fermentasi oleh Aspergillus ficuum terhadap kualitas telur ayam. Jurnal Ilmu Ternak. 11(1):44-48. Zakaria, M. A., 2016. Teknologi dan Fabrikasi Pakan. Pustaka Almaida. Makassar.
LAMPIRAN Penyusunan ransum Diketahui :
Kebutuhan ternak BB kambing
=50 kg
Kebutuhan BK
= 4,5% BB
Kebutuhan PK
= 15% BK
Pakan Tabel 3. Jenis Bahan Pakan yang Digunakan
Bahan Pakan %BK %PK (BK) Harga /Kg Rumput gajah 18 9,1 Rp 80 Brachiaria brizantha 25 8,3 Rp 80 Bungkil kedelai 86 51,9 Rp 7500 Bungkil biji kapas 86 44,2 Rp 4200 Pakan jadi 87,52 16,6 Rp 2700 Dedak 86 13,8 Rp 3000 Catatan : Perbandingan hijauan : konsentrat = 70 : 30 Perbandingan rumput gajah : brachiaria brizantha = 50 :50
Ditanya : formulasi ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak? Jawab : 1. Menentukan kebutuhan ternak Kebutuhan BK
o
= 4,5% BB = 4,5% × 50 kg = 2,25 kg = 2250 gram
o
Kebutuhan PK
= 15% × kebutuhan BK = 15% × 2.250 gram = 337,5 gram
2. Evaluasi pemberian (rumput dan pakan jadi) o
BK rumput BK rumput gajah
= 50% × 70% × kebutuhan BK = 50% × 70% × 2.250 gram =787,5 gram
BK rumput Brachiara brizantha = 50% × 70% × kebutuhan BK = 50% × 70% × 2.250 gram =787,5 gram Total BK rumput = 1.575 gram o
BK Pakan jadi BK Pakan jadi
= 30% × kebutuhan BK = 30% × 2.250 gram = 675 gram
Kebutuhan BK pakan
= BK rumput + BK pakan jadi = 1.575 gram + 675 gram = 2.250 gram (CUKUP)
o
PK rumput Rumput gajah
= 50% × 9,1% × BK rumput = 50% × 9,1% × 1.575 gram = 71,6625 gram
Rumput Brachiaria brizantha
=
50% × 8,3% × BK
rumput = 50% × 8,3% × 1.575 gr = 65,3625 gram PK rumput
= PK rumput gajah + PK Brachiaria Brizantha = 71,6625 gram + 65,3625 gram = 137,025 gram
o
PK pakan jadi PK pakan jadi
= 16,66% × BK pakan jadi = 16,66% × 675 gram = 112,455 gram
Kebutuhan PK pakan
= PK rumput + PK pakan jadi = 137,025 gram + 112,44 gram = 249,465 gram (KURANG)
3. PK tidak tercukupi, harus di reformasi % kekurangan PK
= =
( ℎ − ℎ) () (, −,)
× 100%
× 100%
= 29,7% (PK konsentrat) 4. Pearson square Tabel 4. Reformulasi Ransum Kelas Pakan Bahan pakan Sumber energi Pakan jadi Dedak Total Sumber protein
Proporsi (%) 50% 50%
Bungkil kedelai Bungkil biji kapas
Total
100% 40% 60% 100%
SE 15,23%
17,58% 29,7%
47,28% SP
14,47% + 32,05%
PK (PK) 16,66% × 50% = 8,33 % 13,8% × 50% = 6,9% 15,23% 51,9%× 40% = 20,76% 44,2%× 60% = 26,52% 47,28%
Tabel 5. Cek Proporsi dan PK Bahan Pakan Bahan Pakan Sumber Energi
Cek Proporsi 17,58% × 100% 32,05% = 54,85% , × 100% =
Sumber Protein
PK Cek 54,85 × 15,23 = 8,35% 100 45,15
× 47,28% 100 = 21,35% 29,7%
,%
45,15%
Total
100%
5. Proporsi masing-masing Hijauan o
Rumput Gajah
50% × 70% = 35%
o
Brachiaria brizantha
50% × 70% = 35%
Konsentrat o
Pakan jadi
50% × 30% × 54,85% = 8,22%
Dedak
50% × 30% × 54,85% = 8,22%
o
o
Bungkil biji kapas
60% × 30% × 45,15% = 8,13%
o
Bungkil kedelai
40% × 30% × 45,15% = 5,42%
6. Cek pemenuhan kebutuhan Tabel 6. Cek Pemenuhan Kebutuhan Bahan Pakan Rumput gajah Branchiaria brizantha Pakan jadi Dedak Bungkil kedelai Bungkil biji kapas Total
Proporsi (%)
PK (%)
BK (%)
Asfed (kg)
Harga
35
3,2
0,7875
4,375
Rp
350
35
2,9
0,7875
3,15
Rp
252
8,22 8,22
1,3 1,1
0.1845 0,1845
0,2108 0,2145
Rp Rp
569,16 643,50
5,43
2,8
0,1221
0,1420
Rp
1.065
8,13
3,6
0,1830
0,2128
Rp
893,76
100%
14,9
2,249
8,3051
Rp 3.773,42
7. Harga ransum per kg Harga ransum/kg ∶
., , kg
= 454,35/
8. Harga ransum per hari Konsumsi ransum per hari : 8,3051 kg Harga ransum per kg
: Rp 454,35
Harga ransum/hari
:8,3051
× 454,35
= 3.773,42