4/16/2013
PENDAHULUAN
Referensi
To ks ks ik ik ol ol og ogi a da dal ah ah i lm lm u ya ng ng m em em pe pe la laj ar ari r ac ac un un d an an k er er ac acu na na n d an an pengaruhn peng aruhnya ya terhad terhadapkesehatanmakhlukhidup apkesehatanmakhlukhidup
SEAWRIGHT , A.A. 1989. 1989. Animal Health in Australia Vol. 2 (Second Edition): Chemical and plant poisons. Beareau of Rural Research. Department of Primary Industries and Energy. Australi an Government Publishing Services. Canberra – Australia. BURROWS, G.E., and R.J. T YRL, 2001. 2001. Toxic plants of North America. Iowa State University Press, Ames – USA. CHEEKE, P.R., 1989. 1989. Toxicants of plant origin. CRC Press, Florida – USA. KINGSBURY, J.M., 1964. 1964. Poisonous plants of the United States and Canada. Prentice Hall, Englewood, New Jersey – USA. HAYNE, 1989. 1989. Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Li tabang Kehutanan, Departemen Kehutanan – Indonesia.
Informasi Inform asi dan pe peng ngeta etahua huan n ten tentan tang g tan tanam aman an be berac racun un mas masih ih terb terbata atas s di Indonesia
Keterbatasan kemampuan dalam mengenali dan mendiagnosa keracunan tanaman beracun.
•
•
Kesulitan dalam mendiagnosa keracunan tanaman.
•
Sering ditafsirkan sebagai penyakit infeksius.
1. Faktor 1. Faktor Faktor--faktor - faktor faktor toksisitas tanaman beracun
1. Faktor tanaman (spesies, kondisi dan tingkat pertumbuhan)
EVERIST, S.L., S.L., 1972. Poisonous plant of Australia. Angus and Robertson Publisher. Melbourne – Australia.
2. Faktor hewan (spesies, kondisi, kebiasaan dan riwayat) •
•
Tanaman mungkin bersifat toksik untuk rumi nansia, tetapi tidak untuk monogastrik – metabolisme rumen. Hewan dengan kondisi buruk lebih peka daripada hewan d engan pakan yang baik.
•
Mengetahui jenis tanaman yang beracun pada lokasi setempat.
•
Beberapa bagian tanaman sangat toksik, tetapi bagian lain t idak.
•
Tanaman muda mungkin lebih toksik daripada tanaman dewasa.
•
Beberapa tanaman pada pagi hari lebih toksik daripada sore hari.
2. Toksin dalam tanaman A. Struktur kimia: Alkaloid (struktur heterosiklik; N dan bersifat basa) Senyawa pengikat metal (metaloid binding agent)
•
Hewan kelaparan akan mengkonsumsi berbagai jenis hijauan tanpa pilih.
OH) Phenol (aromatik dan – OH)
•
Pada lokasi baru, ternak belum berpengalaman dengan hijauan setempat .
Sesquiterpen Sesquiterpenoid oid lactone(keton).
3. Faktor lingkungan (musim, iklim dan tanah) •
•
•
•
Tanaman tumbuh dengan baik pada musim tert entu. Pada kondisi berawan dengan dan sedikit hujan akan merangsang toksisitas tanaman yang mengandung cyanogenic glycoside. Tanaman pada lahan yang mengandung nitroten tinggi, dapat mengandung nitrat yang tinggi. Tanaman pada lahan dengan kandungan selenium tinggi, akan mengandung Se yang tinggi pula.
Glikosida. Alkohol. Protein dan asam amino.
B. Pengaruh fisiologis Hepatotoksin
Nephrotoksin
Neurotoksin
Myotoksin
Secara umum klasifikasi toksin dalam tanaman: 1. Logam berat •
•
•
2. Mineral non-logam berat •
•
Senyawa flourine – flourine – leguminosae Acacia (Acacia sp., Gastrolobium sp. dan Oxylobium sp). Senyawa nitrogen anorganik anorganik – – nitrat dan nitrit.
3. Senyawa organik organik A. Nitrogenous •
Cyanogenic glycoside – keracunan sianida
•
Glucosinolate – Glucosinolate – menimbulkan gondok (goitrogenik).
•
Alkaloid.
•
•
•
Plumbum (Pb), arsen (As) dan kadmium (Cd) – kontaminasi – kontaminasi tanah. Tembaga (Cu) (Cu) dan molybdenium (Mo) (Mo) – – akumulasi pada tanaman. Selenium
Terpen – Terpen – sesquiterpenes, sesquiterpenes, diterpenes dan triterpenes padaCentaurea, padaCentaurea, Xanthium, Xanthium, Euphorbia dan Lantana camara. camara.
•
Phenol – Phenol – Gossypium (gossypol) danQuercus dan Quercus (tannins).
•
Alkohol – Alkohol – Eupatorium (tremetol).
•
Quinones – Quinones – Xanthium Xanthium pungens. pungens.
•
Resin dan resinoids resinoids – – Canabis (canabinbinoids) dan Asclepias (resinoids).
Asam amino amino – – kerusakan kerusakan hati dan goitrogenik. Indospicine padaIndigofera padaIndigofera spicata (hepatotoksik) dan mimosin padaLeucaena pada Leucaena leucocephaladan leucocephaladan Mimosa pudica (goitrogenik). Toxalbumin – Toxalbumin – gastroenteritis padaRicinus pada Ricinusdan dan Jatropha Jatropha..
B. Non-nitrogenous •
Oksalat – Oksalat – Setaria anceps. anceps.
•
Derivat coumarins – coumarins – hepatotoksik dan karsinogenik.
•
Steroids dan triterpenoid glycosides – cardiotoksik (digitalis).
1
4/16/2013
PATOLOGI KERACUNAN KERACUNAN TANAMAN c. Receptor mediated
1. Reaksi Fisiologi pada Toksin Tanaman Respon molekuler Respon seluler Respon jaringan Respon hewan
Banyak penyakit yang menimbulkan respon yang sama, tetapi hanya beberapa saja yang menimbulkan lesio spesifik (patognomonik )
Respon populasi ternak
2. Mekanisme kerusakan akibat tanaman beracun a. Kerusakan mekanis Umumnya berasal dari jenis rumput: Cocklebur/ Xanthiumsp (obstruksi lambung); kristal oksalat (iri tasi pada mulut, pharyngs, rumen dan mulut)
b. Iritasi lokal
Acetylcholine receptor (Larkspur/ Delphimiumsp); Nicotinic acetylcholine receptor (Lupin, Tembakau, Coniine).
d. Inhibisi enzim Glycosidase inhibitor (Swainsonine); Trypsin dan amylase inhibitor (Kedelai); vitamin K antagonis (Dicumarol); mito sis inhibitor (Lupinosis); cholinesterase inhibitor ( Solanum)
e. Antinutrisi Indospicine (arginine analog); mimosine; toksisitas selenium; antitrypsin; antiamylase; thiaminase.
f. Sitotoksisitas DNA/protein alkilasi (kerusakan protein); hambatan fosforilasi oksidasi (cyanogenic glycoside, fluoroacetate); hambatan permeabilitas membran (digitalis); kerusakan fisik pada seluler (Ca++); kholestasis ( Lantana)
Kontak dermatitis (Urticaria sp.); stomatitis/gastritis (tannins, phenolic, astringens dan saponin); iritasi (oksalat); proteolitik (bromelin, papain dan lectins)
f. Cardiotoksik atau myotoksik
3. Toksisitas pada jaringan
Whitesnakeroot ( Eupatorium rugosum), Oleander ( Nerium oleander ) dan Milkweed ( Asclepias sp), Thermopsis
a. Neurotoksik Locoweed ( Astragalus sp), yellowstar thistle(Centaurea solstitialis), larkspur ( Delphinium sp), hemlock (Conium maculatum), death camas( Zigodenus sp), bracken fern ( Pteridium sp) dan Jimsoweed( Datura sp)
g. Kematian mendadak tanpa lesio Nitrat ( Sorghum, berbagai jenis rumput, oats, hay dll); sianida ( Sorghum)
b. Hepatotoksik Tanaman PA, Tetradyma, St. Johnwort ( Hypericum perforatum) dan Cocklebur( Xanthium sp)
c. Nephrotoksik Tanaman oksalat ( Halogeton), Oak tree(Quercus sp).
d. Toksin reproduksi Pinus ponderosadan brooweed; teratogen (Veratrum dan Lupine)
e. Toksin gastrointestinal Enzim proteolitik (nenas, pepaya); enzim inhibitor (inhibitor trypsin dan amylase); Dieffencachia sequine; oak tree, phenolic dan tannin; rumput/hay (nitrate/nitrite, saponins)
FOTOSENSITISASI
Klasifikasi fotosensitisasi 1. Fotosensitisasi primer (Tipe I) – langsung dari toksin tanaman.
Kasus keracunan tanaman sering ditandai dengan reaksi fotosensitisasi. Fotosensitisasi adalah gejala dermatitis atau konjungtivitis atau cutaneous hyperesthesia yang berkembang pada hewan terpapar oleh sinar matahari. Dalam hal ini terjadi peningkatan kepekaan terhadap cahaya matahari akibat deposisi molekul yang mampu mengabsorbsi gelombang cahaya pada kulit.
2. Fotosensitisasi sekunder atau hepatogenous Tipe ( II) – akibat kerusakan hati. Fotosensitisasi primer B eb er apa t an am an me ng an du ng s en ya wa f luo re sce nt y an g m amp u merangsang pigmen kulit. Setelah diabsorbsi dari lambung, senyawa ini masuk ke dalam aliran darah portal dan tidak diekskresikan secara sempurna olehhati tetapitetap beradadi dalamsirkulasiperiferdan mencapai kapilerkulit. Tanaman/senyawaan tersebut antara lain: 1. Fagopyrum esculentum (boekweit; buckweat) – mengandung pigmen helianthrone. 2. Seledri – mengandung furocoumarine. 3. Phenothiazine – berubah menjadi phenothiazine sulphoxide (rumen) dan menjadiphenothiazone (hati).
Seledri
2
4/16/2013
Fotosensitisasi sekunder/hepatogenous Kebanyakan fotosensitisasi pada hewan bersifat sekunder akibat kerusakan hati. Banyak tanaman yang dapat menimbulkan kerusakan hati dan senyawa penyebab fotosensistisasi dikenal dengan phylloerythrin. Phylloerythrin berasal dari chlorophyl tanaman yang mengalami metabolisme melalui proses mikrobial di dalam saluran pencernaan. Senyawa ini masuk ke dalam darah portal dan diekskresikan oleh hati ke dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Akibat kerusakan jaringan hati, maka hati tidak mampu menyerap phylloerythrin dari darahsinusoiddanmengekskresikannyake dalamempedu. Jenis tanaman tersebut antara lain: 1.
Lantana camara(bunga pagar, tai kotok) – mengandung Lantadene.
2. Cengkeh. 3.
Dermatitis akibat Hypericum perforatum pada kuda -Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Leguminosa.
Dermatitis pada domba -Dr. Bryan Stege lmeier (PPRL – USDA)
Dermatitis pada domba -Dr. Bryan Stege lmeier (PPRL – USDA)
Phylloerythrin -Dr. Bryan Stegelme ier (PPRL
Pembengkakan hati (megalohepatik) Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
– USDA)
TANAMAN BERACUN BAGI TERNAK
Cholestasis – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Dermatitis akibat Hypericum perforatum pada kuda -Dr. B ryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Dermatitis - Dr. BryanStegelmeier (PPRL – USDA)
2. Crotalaria spp (orok(orok-orok; kekecrekan) Tercatat sebanyak 600 spesies di seluruhdunia dan 10 spesies diantaranya terdapat di
1. Ageratum 1. Ageratum conyzoides (Babadotan) Merupakantanamanperduyang tumbuhdi daerahbasahdan berawa. Termasukdalam famili Asteraceae danbanyakditemui di Indonesia. Rasa pahit danmengeluarkanaroma kurangsedap sehingga kurangi diminati
ternak.
Indonesia.Dua spesiesbersifatberacunyaituC. incana dan C. retusa . Merupakan tanamantahunanyang tumbuhtegak denganketinggian mencapai 1 – 2 m.
Daunsederhanaberbentuklonjongdengan susunan 3 dalamsatu rangkai. Penyebab hepatotoksisitas terutama pada keracunan kronis. Keracunan terjadi pada
kudayang berlangsungsecara perlahandanprogresif. Gejala klinis terjadi dalam beberapa minggu – bulan berupa penurunan kelenturan
kulit,emasiasi,mangantukdan kurangwaspadaterhadap lingkungansekitar.
Toksisitas – keracunan babadotan pernah terjadi di Sumatera Utara pada sejumlah sapiuyang barudidatangkan dari propinsi lain.Perubahan padaorgan hati merupakan perubahan patologi yang konsisten ditemukan pada sapi terpapar, antara lain: anisokariosis sel hati, megalositosis dan proliferasi sel saluranempedu. Rödel dan Wiedenfeld (1991) melaporkan bahwa A. Conyzoides mengandung senyawa toksik pyrrolizidine alkaloid (PA) yang terdiri darilycopsamin dan echinatine.
Crotalaria spectabilis – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
3
4/16/2013
Toksisitas
Gejala Klinis
Toksin adalah macrocyclic diester pyrollizidine alkaloid (PAs) yang meliputi sebanyak 11 jenis PAs, seperti monocrotaline dan anacrotine.
Nafsu makan menurun dan ke hilangan berat badan.
C. incana mengandung anacrotine, integerrimine dan usaramine, sedangkan C. retusa mengandung monocrotaline dan retusamine.
Kehilangan vigor kulit, inkoordinasi, ikterus dan lemah. Pada sapi mirip kuda yang terdiri dari depresi, salivasi, ataksia, bloat, ikterus, tenesmus dan diare berdarah.
Monocrotaline adalah senyawa yang paling toksik yang mengalami biotransformasi didalam hati menjadi metabolit toksik yaitu pyrrol.
Keracunan PA pada kuda
Keracunan PA pada sapi
Metabolisme PA.
Patologi Makroskopis: perdarahan luas pada permukaan jantung, mesentery, lemak, mukosa
lambung dan visceral. Pembendungan paru-paru dan penimbunan cairan di dalam rongga dada, jantung
dan/atauabdominal. Limpa bengkakdan anemis. Hati mengeras, sedikit mengecil, bewarna kuning atau gelap dan mottled dengan foci
iregularbewarnamerahkecoklatan – nutmegliv er. Mikroskopis: emphysema pulmonum dan atelektasis dengan oedema interstitialis .
Degenerasitubulusginjal danfibrosisinterstitialis. Acute hepatic necr osis
Hati mengalami centrolobular hepatic necrosis, fibrosis pada inter- dan intra-lobular,
Haemorrhagic hepatic necrosis
prolif erasi sel saluran empedu, fibrosis vena portal dan centralis, hypertofi sel hati, karyomegalidanhyperplastic nodules.
Pengobatan Hanya dapat dila kukan dengan perawatan pendukung yaitu dengan meberikan cairan
secara parenteraldanpemberiandietproteinrendah untuk menguranginitrogen. Secaraumumdilakukanuntuk meningkatkankandunganhepaticglutathion(GSH).
Hepatic necrosis dan fibrosis
3. Eupatorium sp (teklan)
Dua dari 600 – 1000 spesies dilaporkan menimbulkangangguan kesehatan ternak yaitu E. adenophorum (Crofton weed) penyebab Numinbah horse sickness pada kuda di Australia dan E. rugosum (white snakeroot) yang menimbulkan milk sickness pada manusiadan trembles padahewan diAmerika Utara. DiIndonesiaterdapat1 spesiesyangmiripdengancroftonweedyaitu E. riparium.
Gejala Klinis N um in ba h h or se s ic kn es s d it an da i d en ga n c ep at l ela h, e mp hy se ma k ro ni s, s ua ra pernapasandan cairandi dalampleura,depresi kemudian mati
Megalocytosis
Patologi
Makroskopis: kelainan padaparu-paru dimanagagal kolaps sewaktu rongga thorax dibuka. Fibrosis interstitial dan subpleura, multiple abses, thrombosis dan/atau kavitasi. Oedema pulmonum dan hydrothorax. Mikroskopis: interstitial fibrosis dan epitelialisasi alveolar linning cells, cairan serofibronosa di dalam alveol, abses dan bronciectasis. Percobaan pada mencit menghasilkan kerusakan hati berupa focal hepatic necrosis dan hiperplasia sel pembuluh empedu. Toksin penyebab kerusakan hati diketahui sebagai dehydryageraphorone.
H
O 2
1
3 15
7
6 5
4
H 8 9
H
10 O
12 11 13 Struktur kimia 9-oxo-10,11-dehydroagera-phorone (euptox), senyawa toksik Eupatorium adenophorum bagimamalia. E. adenophorum
E. rugosum
4
4/16/2013
4. Lantana camara (tai kotok) Merupakanperduasli daerahtropisdan subtropis. Mengeluarkan bau khas, tumbuh tegak, banyak cabang, tinggi berkisar antara
¼-4m. Daunsederhanadengan bagianpinggirbergerigi. Warna bunga bervariasi mulai dari putih, merah, kuning, orange, ungu atau
campuran. Gambar 3.1.1 . Kerusakan hati secara fokal p ad a m e nc i t y an g d ibe r i d ie t t an am an 1 6 % selama5 hari.H&E. x100.
Gambar 3.1.2 . H at i me nc it y an g d ibe ri d ie t t an am an 1 6 % s e la ma 3 h ar i me n un -j uk k an traktuse mpeduberisi penebalan dindings aluran e mpe du de ng an s el r ad an g d an k er us ak an epiteliumlining.H&E. x200.
Berdasarkan warna bunga,tanaman ini dibagi menjadi dua kelompok utama
yaitumerahdanpink.Warna merahpalingtoksikdibandingwarna lainnya.
H
Gambar 3.3. H at i me nc it y an g d ibe ri d ie t tanaman10% selama35 hari denganperubahan berupa fokus kecil nekrosis yang dikelilingi oleh hepatosit bewarna pink (panah) dimanarege nerasi mulaite rjadi.H&E x100.
G am ba r 3 . 4. H at i me nc it yang d ibe ri die t tanaman10% selama 35 hari denganperubahan berupa moderate biliary ductular hyperplasia (H). P= portalvein. H&Ex100.
Lantana putih (non toksik)
Lantana merah (toksik)
Toksin
Gejala Klinis
Mengandung toksin asam triterpenoid yang dikenal sebagai Lantadene A atau
Keracunan terjadi pada sapi, dombadan kambing yang sering terjadi pada saat
rhemannicacid. Dosis toksiksecara oral pada dombasebesar 60 mg/kg dansecara IVsebesar 4 mg/kg. DaunmerupakansumberLantadeneA danbagian lainlebihrendah.
Struktur lantadene A
Lantana toksisitas pada sapi
Pembengkan hati dan distensi kantong empedu.
Patologi C ho le st as is
m er up ak an p er ub ah an m ak ro sk op is u ta ma y an g d iik ut i d en ga n pembengkakan hati, bewarna orange akibat warna cairan empedu dan distensio kantongempedu. Ginjal membengkakkarena terjadioedemaperirenal.
Mikroskopisterlihat degenerasi periportalhati, pembengkansel hatidan berisimultiple
inti. Oedema dinding kantong empedu dan tubular necrosis yang berisi protein cast. Degenerasimyocardiumdan fibrosisserta kongestidanoedema pulmonum.
hewandipindahkanke tempatbaru dankesulitan mendapatkanpakan.
Keracunan akut: depresi, kehilangan nafsu makan, penurunan motilitas rumen
dan kelainan kulit akibat fotosensitisasi hepatogenous. Telinga membengkak, berat dan panas. Kematian akibat kombinasi kerusakan hati dan kegagalan ginjal. Keracunan kronis: gejala fotosensitisasi, desquamasi kulit, gatal, peradangan sclera, kelainan kornea mata dan peningkatan sensitivitas terhadap sinar matahari.
Dermatitis pada sapi akibat keracunan Lantana camara - Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Dermatitis pada ambing akibat keracunan Lantana camara - Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Cholestasis
Pengobatan Keluarkan toksin dari rumen dengan menggunakan arang aktif atau bentonite. Lakukan perawatan pendukung dengan memberikan cairan, elektrolit dan
glukosa. Antidota sodium thiosulfat 0,5 g/kg BB secara IV. Basmi lantana dengan menggunakan herbisida.
5
4/16/2013
5. Leucaena leucocephala (Petai cina)
Tumbuh didaerahtropisdan subtropis.Telahdibudidayakandi Indonesia.
Bersifat palatable, mudah dicerna dan memiliki gizi karena mengandung 25% protein,tetapi rendahkadar sodiumdaniodium.
Beracunkarena mengandung asam aminonon-protein yaitumimosinyang mencapai 12%pada tanamanmuda.
Tanamanmuda jugamengandungenzim yang dapatmemecah mimosin menjadi 3,4dihydroxypyridine (DHP)yaitu metabolityangberacun.
6. Melia azedarach (mindi) Tanaman asli Asia yang terdiri dari 10 spesies. Dua diantaranya terdapat di Indonesia yaitu M azedarach (mindi kecil) dan M. dubia (mindigede).
Toksisitas Toksin adalah tetranortriterpenoid yang dikenal dengan meliatoxin .
Gejala Klinis Dua sindrom keracunan mindi yaitu gejala pencernaan (mual, muntah, konstipasi, diare berdarah) dan gejala syaraf (mudah terkejut,depresi,lemahjantungdan dyspnoea.
Gejala klinis – pada hewan non-ruminansia akan menimbulkan alopesia, kurangnafsu makan, kehilangan bobot badan,fertilitas rendah, aborsi, erosi kukukaki dan kematianternak.
Patologi
P ad a he wa n r um ina nsi a t erl ih at p en ur un an n af su m ak an , m al as , peradangan dan erosi pada mukosa pharyngs dan mulut, salivasi berbusa dan rontok bulu (akut); gondok, erosi esophagus, penurunan fertilitas, anak lahirdenganbobot badanyang rendahsertacataracbilateral.
Makroskopis: focal oedema, hyperemia mucosa lambung dan usus halus, distensi lambung berisi gas.
Mikroskopis: nekrosis epitel mukosa lambung dan usus, nekrosis sel lymph follicle, hyalin cast pada tubulus ginjal.
Dilaporkan menimbulkan myodegenerasi otot skeletal.
Pengobatan Keluarkan tanaman beracun dari lambung dengan menggunakan gastric lavage.
7. Manihot utilissima (ketela pohon, singkong)
Pengobatan
Merupakan tanaman yang mengandung cyanogenic glycoside yang dapat menghasilkanasamhidrosianat(HCN). Cyanogenic glycoside dihidrolisasi oleh asam lambung untuk menghasilkan HCN yangberacunbagi hewan. Keracunan sianida sering terjadi pada ruminansia daripada monogastrik, karena memerlukanpH yangsangatrendahuntuk menghasilkansianida.
Toksisitas
Ion sianida berikatan dengan methaemoglobin menghasilkan cyanomethaemoglobin. Pengubatan dilakukan untuk meningkat methaemoglobin dalam darah agar sianida dapat berikatan dengan cytochrom oksidase untuk mengasilkan cyanomethemoglobin. Sehingga sianida dilepaskan secara perlahan dari cyanomethemoglobin agar bereaksi dengan thiosulfat yang merubahnya menjadi thiocyanate,
Dilakukan
dengan menggunakan sodium thiosulfat sebesar 0,25 – 0,5 g/kg BB (IV) atausodiumnitratsebesar10 mg/kgBB (IV).
HCN dilepas dari tanaman di dalam rumen dan segera diabsorbsi. Dalam jumlah besar sianida menghambat cytochrome oksidase dan menghambat respirasi seluler. Dapat menimbulkan kematian ternak.
Gejala Klinis Pernapasan dalam dan cepat, denyut nadi iregular dan lemah, salivasi, spasmus otot, kejamg, koma dan mati. Darah bewarna merah pucat karena mengandung oxyhaemoglobin.Kematianakibatanoksiaotak.
8. Panicum maximum (Rumput benggala) Merupakan rumput tahunan yang tumbuh dengan cepat berupa rumpun-rumpun yang besar, memiliki akar serabut yang tumbuh jauh ke dalam tanah, tinggi mencapai 1 – 2,5 m,daun banyakdan lancip.
Toksisitas
Fotosensitisasi dikaitkan dengan saponin, seperti dichotomin. Berbagai jenis Panicum spp dapat menimbulkan kelainan hati dan kulit antara lain: P. coloratum, P. dichhotomifolium dan P. maximum di Amerika Utara dan Afrika Selatan dan P. miliaceumdan P. maximum di AustraliadanAmerikaSelatan(Bedottiet al ., 1991).
Spesies ini juga mengandung saponin yang terdiri dari furostanol dan spirostanol yang merupakandiosgenindan/atauyamogenin.
Saponin
bereaksi dengan k alsium, mengalami presipitasi sebagai garam kalsium insolubel di dalam saluran empedu. Presipitat tersebut adalah garam epismilagenin βD-glucorinide(Milesetal ., 1992).
Toksisitasditandaidengankristalsaponindi P. virgatum – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
dalamempedu.
P. coloratum – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Toksin
Mengandung toksin cyanogenic glycoside, nitrates atau oksalat yang dapat menimbulkan fotosensitisasihepatogenous. Anak domba lebih peka terhadap keracunanPanicum spp. Struktur yamogenin – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
6
4/16/2013
Gejala Klinis Gejala
klinis berkaitan dengan nekrosis jaringan disekitar kapiler kulit dimana sinarUV memasukitubuhhewan.
Lesio
umumnya terjadi pada bagi-an kepala berupa pembengkakan dan kerontokanbul u.
Kulit
Domba dengan gejala fotosensitisasi – Dr. Bryan Stegelmei er (PPRL – USDA)
terkelupas pada bagian ujung telinga, kelopak mata, sekitar mata, dekat bibirdanhidung.
Hiperemia pada coronary band, pincang, icterus ringan dan depresi.
Pada kuda mengalami kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan dan kadang-kadang dapat dijumpai hepatoencephalopathy dengan kepala menunduk.
Patologi Perubahan
makroskopis terbatas pada kulit bagian yang terkena langsung dengan sinar matahari.
Secara
mikroskopis terjadi nekrosis ringan pada proximal convoluted tubules ginjal, focal myocarditis, haemorrhagi jantung dan degenerasi hati. Pada hati terjadi pembengkakan dan nekrosis sel hati, peradangan saluran empedu dan dijumpai bentukan kristal pada saluran empedu, bile canaliculi dan sel Kupffer.
Hepatic necrosis – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Crystal cleft – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
PENGOBATAN 1. Jauhkan dari rumput Panicum spp. 2. Tempatkan di tempatyang teduh. 3. Lakukan perawatan yang baik. Nekrosis kulit – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
Nekrosis proximal convoluted tubules pada ginjal – Dr. Bryan Stegelmeier (PPRL – USDA)
4. Terapkan manajemen peternakan yang baik.
9. Persea americana (alpokat)
Berasal daribenuaAmerika dan dibudidayakansecaraekstensifdi berbagainegara. 3 varietas utama yaitu var. Guatemalan, Mexican dan West Indian. Hanya Guatemalanyangbersifattoksik. Seluruh bagian tanaman bersifat toksik bila dimakan ternak. Biji sangat toksik bagi babi. Terdapat
Toksisitas
Daunalpokatmenimbulkannon-infectiousagalactiadanmastitispadahewanlaktasi.
Kelenjar
ambing (kambing) terlihat oedematous dan susu mengalami pengerasan. Terjadi penurunan aktivitas saluran pencernaan dan anasarca meluas meliputi leher sampaidada.
Pada hewan laktasi efek utamanya adalah non-infectious mastitis dengan kehilangan produksi susu yang nyata (Craigmill et al ., 1984; 1989). Mastitis terjadi pula pada mencit yang diberi diet alpokat (Sani et al ., 1994). Pada hewan non-laktasi dengan dosisyanglebih tinggidapatmenimbulkancardiomyopathy(Sanie tal ., 1991).
Nekrosis kelenjar susu dan nekrosis myocardium disebabkan oleh R-enantiomer dari persin, suatu rantai panjang senyawa unsaturated yang diisolasi dari daun alpokat (Oerlich, etal ., 1995).
Gambar 9.1. Buah alpokat P. americana var. Guatemalan. Ukuranbuah beragamdan kulit kasar.
Gambar 9.2. Struktur persin[(Z,Z)-1-acetyloxy-2-hydroxy12,15-heneicosadien-4-one], senyawa toksik dari daun alpokatterhadapkelenjarambingdan jantung.
7
4/16/2013
Gejala Klinis Mas titis terjadi dalam 24 jam setelah diberi daun alpokat. Kel enjar ambing mengeras dan bengkak. Produksi susu turun 75% dan susu berlendi r seperti keju. Oed ema subcutaneous dari leher hingga dada, batuk, lemah/depresi, malas
bergerak, sulit bernapas dan cardiac arythmia. Figure 9.3. Lateral radiographs showing cardiac shadowenlargement and pleural effusion. 1A : before dosing with avocado leaf; 1B : about 48 hours after dosing.
Patologi
Makroskopis: kelenjar susu oedematous dan hyperemia; oedema subkutis dan paruparu; kongesti umum pada paru-paru, hati dan l impa; hydropericardium, hydrothorax dan ascites; oedema kantung empedu dan jaringan perirenal. Jantung pucat dan lemah.
Mikroskopis: oedema kelenjar ambing dan degenerasi serta nekrosis epithelium acinar secretory. Interstitial oedema pada jantung dan degenerasi myocardial. Figure 9.4. Myocardiumof goat 48 hours after dosing freeze dried avocado le af, showing areas of dark staining, shrunken fibres and interstitial oedema (arrows). H&E. x250.
Figure 9.5. An area of myocardium showing a focus of degenerate muscle fibres. H&E. x250.
10.. Pteridium sp (pakis 10 (pakis)) Terdapat beberapa jenis pakis, antara lain P. esculentum, P. revolutum dan P.
aquilinum. P.escul entum dan P. aquilinum banyakditemukandiIndonesia. Seringditemukantumbuhpadatempat-tempatteduhdan bernaung.
Figure 9.6. Myocardium of mouse fed 10% avocado le af in the diet for 3 days showing patchy areas of eosinophilic hyaline fibres containing pyknotic nuclei (arrows). H&E x200.
Toksisitas – k era cu nan p aki s d ap at mu nc ul p ada beberapa spesies hewan yang mengkonsumsi daun dan rhizoma tanaman. Keracunan dicirikan dengan efek radiomimetikpadasapi.
Figure 9.7. Myocardium of mouse fed 10% avocado le af in the diet for 7 days showing intersti tial infiltration with inflammatory cells . H &E x200.
Toksin tanaman ini dikenal dengan norsesquiterpene glucoside atau ptaquilosida yang dapat menimbulkan efekradiomimetikpada anaksapi
Pteridium sp. Figure 9.8. Mammary gland of lactating mouse fed 5% avocado leaf diet for 5 days showing acini containing des quamated necrotic epithelial cells and fat globules. The inters titial tissue (I) is oedematous with slight infiltration by inflammatory ce lls. H.E. x200.
Figure 9.9. M ammarygland of a mouse dosed with persin on the 5th day of lactation with total loss of its litte r within 7 days. In necrotic lobules, there are residual areas of necrotic acini containing newly proliferated non secreting epithelial cell masses. H.E. x200
11.. Senecio spp (jonge) 11
Patologi – hewan ditemukan mati dengan gejala fibrinous pleuro-pneumonia terminal seperti gejala pasteurelosis.Terjadi hemorrhagi multiple pada jaringan s ub ku ta ne us i nt ram us ku le r d an s ub ser eu s ya ng be ri si d ar ah e nce r d an hemorrhagi pada paru-paru, myocardium, dinding saluran pencernaan dan mukosakantongempedu.
Gejala Klinis:
Tersebar luas diseluruh dunia dengan variasi spesies mencapai 1.000 – 3.000 spesies. Di Indonesia hanya terdapat 2 jenis yaitu S. indicus dan S. sonchifolius yang bersifat toksik.
Mengandung PA dan dapat menimbulkan kerusakan hati berupa veno occlussiv e. Mekanisme toksisitas sama dengan Crotalaria.
S. madagasca riensis
Sama dengan Crotalaria
Patologi
Makroskopis: hati mengeras, mengecil, fibrosis dan bewarna kekuningan.
Mikroskopis terdapat 4 tipe perubahan hati yaitu (1) centrolobular hepatic necrosis; (2) proliferasi sel saluran empedu dan portal fibrosis; (3) megalocytosis; dan (4) fibrosis disekitar vena centralis.
Pengobatan:
S. hydropholoides
G ej al a kl ini s – di tan da i de ng an s ekr esi c ai ra n seromucoid yang bercampur darah pada hidung, feses berdarah, hemorrhagi membran mukosa, anemia, leucopenia,thrombocytopenia,pyrexiadan depresi.
Sama dengan Crotalaria
S. jacobea Hepatic necrosis
Hepatic fibrosis
8
4/16/2013
Makroskopis
12. Jatropha sp (jarak pagar) Di Indonesia terdapat 3 spesies tanaman jarak yaituJatropha curcas, Jatropha gossypifolia dan Jatropha multifida. Toksisitas – tanaman ini mengandung diterpenoid tigliane, daphnane dan ingenane ester. Patologi – menimbulkan gastroenteritis dan pembengkakan berbagai organ.
Beberapa Jenis Tanaman Beracun Lainnya
Mikroskopis
Dilatasi sinusoid dan kerusakan basement membrane pembuluh darah.
Fokal hepatik nekrosis
Oedema pulmonum disertai kongesti
Nekrosis serabut otot jantung
Nerium oleander (oleander)
Zigadenus sp. (death camas)
Asclepias sp. (milkweeds)
Conium maculatum (hemlock)
Hypericum perforatum (St. Johns Wort)
Astragalus sp. (Locoweed) Eupatorium rugosum (white snakeroot)
9