TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN
ypr i nus ca car pi o) PEMBENIHAN IKAN KOI ( C ypr Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan
Disusun Oleh :
JIHAN SYAFITRI
230110150146
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan
“
Makalah Pembenihan
Ikan Koi telah terselesaikan dengan tepat waktu. ”
Melalui penyusunan makalah ini diharapkan penyusun sebagai mahasiswa yang mengambil mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan mempunyai bahan rujukan sebagai bahan acuan dalam perkuliahan, pengetahuan dan pembelajaran mengenai pembenihan ikan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah mengenai Pembenihan Ikan Koi ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Jatinangor, Maret 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii I
II
III
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Tujuan ......................................................................................... 1.3 Manfaat .......................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Koi ...................................................................................... 2.1.1 Morfologi Ikan Koi ..................................................................... 2.1.2 Siklus Hidup Ikan Koi ................................................................ 2.1.3 Habitat Ikan Koi.......................................................................... 2.2 Pembenihan Ikan Koi.................................................................. 2.2.1 Persiapan Sarana Pemijahan ....................................................... 2.2.2 Pemilihan Induk .......................................................................... 2.2.3 Pemijahan Induk ......................................................................... 2.2.4 Morfologi Ikan Koi ..................................................................... 2.2.5 Siklus Hidup Ikan Koi ................................................................ 2.2.6 Perawatan dan Seleksi Bibit .......................................................
3 3 4 5 5 5 6 7 8 9 10
PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................. 3.2 Saran ...........................................................................................
11 11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
iii
12
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Negara Indonesia yang terletak pada daerah tropis menyimpan keragaman hayati yang tinggi, termasuk keragaman ikan hias air tawar. Komoditas ikan hias air tawar merupakan komoditas unggulan yang paling banyak diminati masyarakat. Hingga saat ini perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias yang memiliki keunikan baik dari bentuk tubuh, warna dan bahkan varietasnya yang beragam. Salah satu komoditas unggulan air tawar yang hingga saat ini masih diminati oleh masyarakat adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya telah dibudidayakan. Dalam membudidayakan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur maupun dalam menyusun sarangnya (Ipteknet, 2008). Nenek moyang ikan koi (Cyprinus carpio) adalah ikan mas atau carp yang berasal dari Asia Timur. Ikan koi ditemukan pada zaman Dinasti Cina pada tahun 265-315 sebelum Masehi di Cina, kemudian diperkenalkan ke Jepang (Penebar Swadaya, 2008). Pusat pembenihan ikan koi (Cyprinus carpio) di Jepang berada di daerah penggunungan Ojiya, Nigata. Di Indonesia p[ada tahun 1975, ikan koi (Cyprinus carpio) sudah dikenal sebagai ikan hias yang diusahakan oleh para petani ikan mas Cisaat Sukabumi Jawa Barat. Hanya saja, ikan koi (Cyprinus carpio) masih ikan seleksi dari ikan mas yang digunakan untuk lauk. Sejalan dengan perkembangan zaman, kini sudah banyak anggota masyarakat yang secara khusus membudidayakan ikan koi (Cyprinus carpio) dan tidak lagi didominasi petani ikan di salah satu wilayah, tetapi sudah menyebar keseluruh wilayah (Susanto, 2008). Permintaan ikan koi (Cyprinus carpio) untuk kebutuhan para penggemar ikan hias (hobbies) semakin mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Seiring dengan permintaan pasar tersebut, ketersediaan benuh ikan koi baik di Balai Benih Ikan milik pemerintah maupun rumah tangga masih belum bias memenuhi
1
2
kebutuhan pasar. Hingga sekarang ini ketersediaan benih ikan koi tidak secara kontinyu dan hanya bersifat musiman. Untuk itu agar dapat memperoleh benih ikan dalam mengembangkan usaha budidaya khususnya ikan koi, diperlukan pengetahuan, wawasan mupun keteramplan untuk melakuakan pembenihan Ikan Koi.
1.2
Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah Pembenihan Ikan Koi ini adalah:
1.3
Mengetahui Siklus Hidup Ikan Koi
Mengetahui tahapan pembenihan Ikan Koi
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah Pembenihan Ikan Koi ini adalah menambah dan meningkatkan wawasan mahasiswa perikanan dalam melakukan pembenihan Ikan Koi serta menjadi referensi bacaan untuk melakukan pembenihan Ikan Koi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan Koi
Ikan koi (Cyprinus carpio) dan ikan mas mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat karena berasal dari family, genus dan spesies yang sama. Menurut Hikmat (2002), klasifikasi ikan koi (Cyprinus carpio) adalah sebagai berikut : Filum
: Chordata
Class : Osteichthyes Ordo
: Cypriniformes
Family : Cypridae Genus : Cyprinus Spesies: Cyprinus carpio
2.1.1
Morfologi Ikan Koi
Menurut Susanto (2002), dalam Berkat (2012) ikan mas koi ( Cyprinus carpio) mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo yang mempunyai alat gerak berupa sirip terdiri dari sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus dan satu sirip ekor. Selain sirip sebagai sarana penggerak, ikan koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, ikan mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan ikan koi. Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
3
4
Badan ikan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedangkan lapisan dalam di sebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi permukaan badan atau menahan parasit yang menyerang ikan koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat diperlukan sekali oleh ikan koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi mempr oduksi larutan dengan 4 macam sel warna yang berbeda. Adapun keempat sel yang diproduksinya adaJah melanophore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan penyerapan sel-sel warna. Sisik ikan koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan te rgambar garis-garis yang bisa di jadikan patokan untuk menperkirakan umur koi.
2.1.2
Siklus Hidup Ikan Koi
Amri dan Khairuman (2002), menyatakan bahwa ikan mas dan ikan koi adalah jenis ikan air tawar yang berkerabat sangat dekat karena merupakan spesies yang sama tetapi berbeda rasa tau strain, begitu juga dalam siklus hidupnya ikan koi sama dengan ikan mas. Perkembangan didalam gonad yakni ovarium pada ikan betina yang menghasilakan telur, dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma. Embrio akan tumbuh dalam telur yang telah dibuahi spermatozoa. Dua sampai tiga hari telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva dengan ukuran berkisar antara 0,5-0,6 mm dengan bobot antara18-20 mg. Larva kemudian berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari, setelah 2-3 minggu kebul akan menjadi burayak (stadia benih) yang mempunyai ukuran panjang1-3 cm dan bobot 0,1-0,5 gram. Dalam waktu 2-3 minggu kemudian burayak menjadi putihan ( benih besar) yang mempunyai ukura panjang 3-5- cm dengan bobot 0,5-2,5 gram, dan dalam waktu tiga bulan putihan akan tumbuh menjadi gelondongan (ikan
5
remaja) yang mempunyai bobot 100 gram dan gelondongan tersebut akan tumbuh terus sampai menjadi induk.
2.1.3
Habitat Ikan Koi
Habitat ikan koi (Cyprinus carpio) adalah perairan yang kedalamannya mencapai 1 meter, mengalir pelan dan subur yang ditandai melimpahnya makanan alami, misalnya rotifer, rotatoria, udang-udanganrenik, dan lain-lain. Sebaliknya larva ikan koi menyukai perairan dangkal, tenang dan terbuka (tidak ternaungi pepohonan yang rindang). Ikan koi (Cyprinus carpio) hidup ada iklim sedang di perairan tawar, ikan ini cocock hidup pada 8-30 0C. Ikan koi (Cyprinus carpio) tidak tahan mengalami goncangan penurunan suhu yang drastic dan tiba-tiba, penurunan suhu hingga 5 0C dalam tempo yang singkat dapat menyebabkan ikan koi (Cyprinus carpio) stess. Pada suhu rendah, 7 0C ikan koi (Cyprinus carpio) akan bergerak dengan lambat dan cenderung berada di dasar air. Meskipun termasuk hewan air tawar, t etapi ikan koi (Cyprinus carpio) masih bisa bertahan di perairan air payau dengan kadar garam 20-30 ppm.
2.2
Pembenihan Ikan Koi
Pembenihan pada ikan koi tediri dari beberapa tahap diantaranya Persiapan Sarana Pemijahan, Pemilihan Induk, Pemijahan Induk, Penetasan Telur, Perawatan Larva dan Perawatan dan Seleksi Bibit :
2.2.1
Persiapan Sarana Pemijahan
Pertama kali yang harus dipersiapkan untuk pemijahan adalah kolam. Kolam di keringkan di bawah terik matahari. Pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah telur yang mungkin hanyut. Telur ikan koi menempel (adesif) sifatnya. Biasanya koi akan bertelur di bawah tanaman atau bahan apa saja yang bisa dipakai untuk menempelkan telurnya. Oleh karena itu, sediakan penempel telur yang memadai agar telur koi bisa selamat.
6
Penempel telur bisa menggunakan kakaban, yang dipakai untuk memijahkan ikan koi. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dipaku. Kakaban yang baik terbuat dari ijuk yang panjang dan rata, panjang 120 cm dan lebar 40 cm. jumlah kakaban yang diperlukan disesuaikan dengan besar induk betina, biasanya 4-6 buah untuk setiap 1 kg induk betina. Agar bisa mengapung, kakaban disusun di atas sepotong bambu yang masih utuh. Diatas kakaban diberi bambu dan diikat agar kumpulan kakaban tidak tercerai-berai ketika pasangan induk memijah. Sebelum dipasang, kakaban dibersihkan, dicuci dan dibilas agar terbebas dari lumpur. Kakaban dipasang setelah kolam diisi air. Air selalu mengalir ke kolam pemijahan untuk merangsang pasangan koi yang akan memijah. Sealin kakaban, tempet menempel telur bisa juga menggunakan tanaman Hydrilla yang disusun atau potongan tali raffia sebagai pengganti ijuk.
2.2.2
Pemilihan Induk
Seleksi induk harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gangguan fisik atau psikis. Ikan koi yang mengalami gangguan fisik atau psikis akan menjadi stress sehingga ikan tidak akan memijah. Memilih induk ikan koi cermat dan teliti agar memperoleh induk yang baik dan sehat. Pemijahan ikan koi dilakukan pada induk-induk yang baik dan sehat. Menurut Arie (2005) menyatakan, melakukan pemijahan ikan koi harus di lakukan seleksi calon induk yang baik, yaitu : -
Umur ikan untuk dipijahkan berkisar antara 2 tahun bagi betina dengan berat 2 kg/ekor.
-
Induk jantan berumur 1 tahun dengan berat 1 kg/ekor.
-
Bentuk badan keselurahan mulai mulut sampai sirip ekor harus mulus, sehat dan sirip tidak rusak, garis sisik linea literalis posisinya sama.
-
Bagian kepala induk ikan koi relative lebih kecil dari pada bagian badannya.
-
Sisik induk lebih tersusun secara teratur
-
Pangkal ekor besar dan kuat tidak melengkung.
7
Dalam penyeleksian induk ini, ada hal penting yang harus diperhatikan terutama bagi para pembudidaya pemula atau penggemar ikan koi (Cyprinus carpio) agat tidak salah dalam menentukan induk jantan dengan induk betina. Ada berapa perbedaan antara ikan koi jantan dengan ikan koi betina diantaranya: Indukan Jantan
pada overculum terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika di raba terasa kasar
Indukan Betina
pada overculu terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba
induk yang telah matang jika diurut
pada induk yang telah matang, perut
pelan ke arah lubang genital akan keluar
terasa lembek dan lubang genital
cairan berwarna putih
kemerah-merahan
gerakan gesit dan lincah
gerakan cenderung lamban
2.2.3
Pemijahan Induk
Induk terpilih yang sudah betul-betul matang dilepaskan kedalam kolam atau bak pemijahanyang sudah dipersiapkan. Pemijahan dilakukan dalam bak yang terbuat dari semen, sebelum bak digunakan dilakukan pencucian, pengeringan selama 2 hari, kemudian dilanjutkan dengan pengisian air dengan ketinggian 100 cm (Takano, 2003). Adapun teknologi dalam pemijahan koi dapat dilakukan secara persiapan kakaban, kemudian induk betina dimasukkan terlebih dahulu kedalam kolam agar induk betina melakukan adaptasi yang cukup sehingga induk tidak stess. Dengan demikian telur yang di keluarkan dapat banyak dan berkualitas. Setelah 2-3 jam, induk jantan dilepaskan ke kolam pemijahan dengan perbandingan 1 induk betina dan 3-4 ekor induk jantan. Perkawinan biasanya terjadi pada malam hari sekitar 22.00 dan selesai pada pukul 04.00. Sperma yang dihasilkan oleh induk jantan kemudian membuahi sel telur yang yang menempel pada kakaban. Setelah penuh telur pada kakaban kemudian kakaban dipindahkan kekolam penetasan. Luas kolam bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar
8
matahari, tidak terlalu rebut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain. Kemudian sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalu kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m. Satu kolam lagi ada yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk mensuplai pakan benih ikan jika kuning telur ikan koi telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm, luas kolam antara 6-10 m2. Induk ikan koi di masukkan sekitar pukul 16-00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jantan dibelakangnya. Induk jantan menempelkan badanya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina segera di ikuti jantan dengan mengeluarkan cairan sperma. Telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas, dan ada juga sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Perkawinan selesai pada pagi hari, dan induk segerah dipisahkan dari telurnya. Jika induk terlambat dipisahkan telur ikan bisa habis dimakan induknya.
2.2.4
Penetasan Telur
Penetasan telur ikan koi (Cyprinus carpio) dilakukan dengan membiarkan kakaban yang ditempelin telur tetap pada bak pemijahan dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap membiarkan telur menetas di kolam tersebut, atau dengan memindahkan telur ikan ke kolam penetasan telur. Cara pertama lebih praktis karena menghemat lahan (kolam). Menurut Susanto (2002) dalam Tambunan (2006), agar telur ikan koi Cyprinus carpio) menetas dengan baik maka telur-telur tersebut harus terendan di dalam air dengan suhu yang konstan. Jika suhu terlalu dingin maka penetasan telut ikan koi akan berlangsung lama. Sedangkan jika suhu terlalu tinggi te lur-telur tidak dapat menetas (membusuk). Suhu yang normal dalam penetasan telur ikan koi adalah anatara 270C-300C. Setelah 28-29 jam telur yang terbuahi akan berubah warna menjadi kuning dan akan terlihat bintik mata dari telur tersebut. Kemudian setelah 48-72 jam telur menetas dan larva akan terlihat bergerombol disekitar
9
kakaban atau pinggiran kolam. Untuk meningkatkan kandungan oksigen didalam air dilakukan penambahan aerasi agar penetasan telur lebih berlangsung dengan baik. Kakaban harus dalan keadaan terandan dalam air, Sehingga telur tidak kontak langsung dengan udara (Daelami, 2001 dalan Tambunan 2006).
2.2.5
Perawatan Larva
Menurut Deden (2002) Bibit koi hasil penetasan masih berada pada masa peralihan. Kondisinya masih kritis sehingga masih membutuhkan pakan yang tepat ukuran, komposisi, jumlah, dan kualitas. Penyediaan pakan yang memenuhi syarat bisa mengurangi resiko kematian bibit koi. Sampai saat ini, rotifer adalah pakan awal baik bagi larva ikan koi. Benih yang sudah berenang bebas harus dipindahkan kekolam pembesaran (Arie, 2005). Kolam pembesaran ini harus dipersiapkan, agar ditumbuhi pakan alami, seminggu sebelum pemijahan. Kolam dikeringkan selama dua hari di bawah terik matahari dan disemprot dengan pestisida agar binatang yang tidak diperlukan mati. Pestisida yang dipakai Dipherex atau Nogos dengan dosis 0,5-1,0 ppm. Kemudian untuk menyediakan pakan alami berupa binatang renik, kolam dipupuk dengan kotoran ayam dan jerami. Jerami ditindih dengan batu dan diletakkan di sudut-sudut kolam. Volume kotoran ayam 1,5 kg/m 2. Pintu pemasukan air ke kolam harus diberi saringan. Dalam beberapa hari, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Beberapa hari kemuudian akan jernih kembali, jika pemberian kotoran ayam dan jerami tepat dalam beberapa hari akan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini benih-benih koi sudah bisa di masukkan setelah kurang lebih sepuluh hari dan daphnia akan tumbuh. Jika tidak dapat menumbuhkan pakan alami, terpaksalah member pakan benih dengan pakan buatan seperti kuning telur yang telah direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus untuk ikan koi. Untuk menjaga agar air tidak busuk sisa pakan buatan, di kolam di masukkan air baru agar sisa pakan hanyut.
10
2.2.6
Perawatan dan Seleksi Bibit
Setelah larva ikan koi berumur 15 hari dari waktu pemijahan, larva selanjutnya dapat disebut bibit ikan koi. Bibit ikan koi dapat dipindahkan dari kolam pemijahan atau kolam larva menuju ke kolam pemeliharaan bibit. Berikan waktu penyesuaian diri di kolam pemeliharaan bibit, baru setelah 1 hari dapat diberi pakan. Pada umur itu bibit ikan koi sudah dapat diberi pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp), tentu saja yang berkualitas baik. Sistem seleksi dilakukan dengan cara memilih bibit-bibit ikan koi yang berkualitas dan dipisahkan dari yang tidak dipilih. Sistem seleksi bibit ikan koi yakni dilakukan secara bertingkat, untuk mendapat ikan koi yang benar-benar berkualitas. Seleksi pertama kali sebaiknya dilakukan seleksi setelah bibit berumur 60 hari. Seleksi bibit pada umur 60 hari dilakukan untuk menghindari pakan yang dimakan bibit yang tidak berkualitas lebih banyak lagi. Tetapi jika seleksi yang pertama dilakukan pada umur 90 hari akan lebih mudah menentukan bibit yang mempunyai kualitas baik. Sistem seleksi dengan cara memilih bibit-bibit ikan yang berkualitas dan memisahkan dari yang tidak lolos seleksi.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang diperoleh dari makalah Pembenihan Ikan Koi ini adalah:
Ikan Koi memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Ikan Mas. Perkembang biakan Ikan Koi dimulai pada ikan betina menghasilakan telur, dan pada ikan jantan yang menghasilkan sperma. Embrio akan tumbuh dalam telur yang telah dibuahi spermatozoa. Dua sampai tiga hari telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva dengan ukuran berkisar antara 0,5-0,6 mm dengan bobot antara18-20 mg. Larva kemudian berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) kemudian burayak (stadia benih) yang kemudian menjadi putihan ( benih besar), dan dalam waktu tiga bulan putihan akan tumbuh menjadi gelondongan (ikan remaja) yang akan tumbuh terus sampai menjadi induk.
Tahap Pembenihan Ikan Koi terdiri dari Persiapan Sarana Pemijahan, Pemilihan Induk, Pemijahan Induk, Penetasan Telur, Perawatan Larva dan Perawatan dan Seleksi Bibit.
3.2
Saran
Mengetahui pembenihan pada Ikan Koi selain dipelajari dengan berbagai rujukan yang ada, perlu juga dilakukan secara praktik. Supaya ilmu yang sudah didapat mengenai pembenihan Ikan Koi juga dapat dipahami lebih baik lagi dalam aplikasi secara langsung.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K dan Khairuman. 2002. Menanggulangi Penyakit Pada Ikan Mas dan Koi . Jakarta Anonymous, K. 2005. Biologi Reproduksi dan Pengendalian dalam Upaya Pembenihan Ikan koi (Cyprinus carpio). Departemen Budidaya. Institute Pertanian Bogor. Atim dan sukarwo. 2002. Budidaya ikan koi. Agromedia Pustaka. Jakarta. Daelami, D. 2002. Masalah Penyakit Parasit dan Penyakit Bakteri Pada Ikan Air Tawar Serta Cara Penanggulangannya . Prosiding Seminar V Penyakit Ikan. Balai Riset Penelitian, Air Tawar Bogor. Bogor. Deden, M. 2000. Penyakit Mikotik Ikan. Laboratorium Kesehatan Ikan. Fakultas Perikanan Institute Pertanian Bogor. Bogor. Effendy, Hersanto. 1993. Mengenal Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta Ipteknet. 2008. Pengenalan Tentang Budidaya Perikanan : Budidaya Ikan Hias. http://www.iptek.net.id/ [01 Desember 2011]. Khairuman, dkk. 2000. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif . Agromedia Pustaka. Subang. Lesmana. 2005. Kualitas Air Pada Ikan Budidaya. Roospitasari. 2002. Budidaya Ikan Koi. Penebar swadaya. Jakarta. Santoso, 2000. Penyakit Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sitanggang I, 2014. Pengaruh Suplai Oksigen Yang Berbeda Terhadap Persentase Penetasan Telur Ikan Koi (Cyprinus carpio). (Skripsi). Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga. SNI, 7734-2011. Standar Nasional Indonesia persyaratan media air untuk ikan koi (Cyprinus carpio). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Susanto, H. 2000; 2002. Mengubah Lahan Kritis Menjadi Kolam Produktif Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H. dan Agus, R. 1997. Kiat Budidaya Ikan Mas Dilahan Kritis . Penebar Swadaya. Jakarta.
12
Takano. 2003. Pemijahan ikan koi. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi Zairin, M. 2002. Teknik Pemijahan Ikan Koi dan Penanganan Daya Tetas Telur. Laboratorium Endokrinologi. Fakultas Kelautan dan Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
13