KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke khadirat Allah SWT, atas hidayah dan perkenan-Nya laporan pelaksanaan pendampingan Teaching Factory (TEFA) (TEFA) selesai.
Laporan ini berisikan tentang hasil kegiatan sosialisasi dan pendampingan yang dilaksanakan pada tanggal 29 sd.31 Oktober 2018, di lingkungan SMK Negeri 9 Medan, meliputi hasil analisis jenis usaha (SWOT) yang menghasilkan jenis usaha, lembar informasi, job sheet, lembar penilaian, RPP dan jadwal pembelajaran system blok. Selain itu, laporan ini dilengkapi juga dengan lampiran-lampiran.
Demikian, laporan ini dibuat, kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pendampingan, khususnya keluarga besar SMK Negeri , saya haturkan terima kasih.
Medan, 31 Oktober Oktober 2018. 2018.
DRS. NANANG YUSUF NURDIN, M.Si NIP. 196210151989021003
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Tujuan D. Hasil Yang Diharapkan BAB II. Konsep TEFA A. Pengertian B. Tujuan C. Prinsip TEFA D. Ciri SMK Dengan Model Pembelajaran TEFA BAB III. Pelaksanaan Sosialisasi dan Pendampingan A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan B. Peserta Pendampingan C. Hasil Pendampingan D. Permasalaahan dan Alternatif Solusi E. Rencana Tindak Lanjut BAB IV. Penutup A. Simpulan B. Saran Lampiran:
-
Surat Keputusan Tim TEFA
-
Undangan
-
Daftar Hadir
-
Struktur Organsasi dan Uraian Pekerjaan
-
Jadwal Pendampingan
-
Photo Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berupaya secara maksimal meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui berbagai program pendidikan, menanamkan jiwa wirausaha di setiap jenjang dan tingkat pendidikan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Direktorat PSMK) berpartisipasi dengan berupaya meningkatkan kompetensi kerja dan jiwa wirausaha lulusan SMK.Direktorat Pembinaan SMK dalam Rencana Strategis 2015 2019 memiliki visi terbentuknya insan dan ekosistem pendidikan SMK yang berkarakter berlandaskan gotong royong.Salah satu program prioritas untuk merealisasikan visi tersebut adalah dengan program pengembangan pembelajaran teaching factory. Dalam RPJMN 2015 - 2019 telah ditargetkan 200 SMK akan mengikuti program pembelajaran kewirausahaan dan teaching factory . Pembelajaran teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.Implementasi teaching factory di SMK dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri, dan kompetensi yang dihasilkan oleh SMK.Pelaksanaan teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching factory juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan
stakeholders dalam
pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya. Dalam proses pendidikan di SMK, keterlibatan DUDI dalam proses pembelajaran sangat
penting,
karena
perkembangan
teknologi
dan
prosedur/proses
produksi/jasa sangat pesat. Penerapan teaching factory di SMK akan mendorong terbangunnya
mekanisme
kerjasama
antar
SMK
dan
DUDI
yang
saling
menguntungkan, sehingga SMK akan selalu mengikuti perkembangan industri/Jasa secara otomatis dalam transfer teknologi, manajerial, perkembangan kurikulum, prakerin dan lainnya. Dengan
menerapkan
pembelajaran
teaching
factory
diharapkan
akan
meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang relevan dengan kebutuhan
industri/jasa sehingga akan berdampak pada penguatan daya saing tenaga kerja dan industri di Indonesia.
Strategi penerapan TeFa di SMK dilakukan secara bertahap dengan terlebih dahulu mengevaluasi dan memverifikasi sejumlah sekolah untuk ditetapkan sebagai sekolah yang berpotensi untuk memulai mengembangkan dan menerapkan pembelajaran
model
TeFa.
Untuk
keperluan
tersebut,
Direktorat
PSMK
memberikan dukungan/bantuan dana stimulan guna membiayai program kegiatan pengembangan/penerapan TeFa di sekolah. Agar pelaksanaan pembelajaran model TEFA berjalan sesuai harapan, maka Direktorat PSMK memberikan pendampingan ke setiap sekolah yang mendapat bantuan tersebut.Pendampingan dilakukan dengan berkunjung ke sekolah yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan pengembangan
TeFa
untuk
secara
langsung
membantu,
mengarahkan,
membimbing sekolah dalam mengenalkan, merancang dan menyelesaikan program kegiatan pengembangan model pembelajaran TeFa yang telah tertuang dalam Rencana Penggunaan Dana (RPD), khususnya kegiatan Pengenalan
Model
Pembelajaran
TeFa
dan
yang
Sosialisasi untuk
paling
penting
adalah
pendampingan untuk Penyusunan Perangkat Pembelajaran TeFa
B. Landasan Hukum 1. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. Peraturan Presiden nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI). 4. Peraturan
Pemerintah
nomor
41
Tahun
2015
tentang
Pembangunan
Sumberdaya Industri. 5. Instruksi Presiden nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.
C. Tujuan Pendampingan Tujuan pendampingan adalah membeikan arahan dan bimbingan kepada sekolah dalam mempersiapkan pelaksanaan TEFA, mulai dari menganalisis potensi,
perangkat pembelajaran beserta jadwal blok, sumber daya manusia dan bengkel atau tempat workshop, sehingga semuanya berstandar industry.
Yang perlu dilakukan oleh Tim Pendamping adalah: 1. Melakukan persiapan melalui “Pemahaman Mandiri”, dengan mempelajari konsep pembelajaran model TeFa dan informasi terkait lainnya sehingga benarbenar paham, 2. Mengkaji data/informasi terkait profil SMK yang akan didampingi
terutama
Kompetensi Keahlian apa yang akan dikembangkan model pembelajaran TeFa nya serta produk/jasanya agar pelaksanaan pendampingan dapat dirancang dan dilakukan secara effisien dan effektif. 3. Melakukan komunikasi dengan SMK yang bersangkutan untuk menentukan dan
menyepakati
jadwal pelaksanaan pendampinagn baik “Pengenalan maupun
Penyusunan Perangkat Pembelajaran”.
D. Hasil Yang diharapkan Hasil yang diharapkan dari kegiatan sosialisasi dan pendampingan adalah: 1. Terpahaminya konsep TEFA oleh warga sekolah 2. Terbentuknya jenis usaha produk/jasa sesuai dengan kompetensi keahlian 3. Tersedianaya bengkel/lab TEFA sesuai standarisasi Dunia kerja 4. Tersusunnya perangkat pembelajaran TEFA 5. Terjadwalnya pembelajaran dengan system blok
BAB II KONSEP TEACHING FACTORY (TEFA) A. Pengertian Teaching factory dapat didefinisikan sebagai model pembelajaranberbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dengan DUDI untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar. Model pembelajaran berbasis industri berarti bahwa setiap produk praktik yang dihasilkan adalah sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomi atau daya jual dan diterima oleh pasar. Sinergi antara SMK dengan industri merupakan elemen kunci sukses utama dalam teachingfactory , dimanaTeaching factory akan menjadi sarana penghubung untuk kerjasama antara sekolah dan industry
B. Tujuan Meningkatkan kesiapan kerja, menyelaraskan kompetensi dan membangun berkarakter kerja lulusan SMK sesuai tuntutan dunia Usaha dan Industri (DUDI) melalui
proses
pembelajaran
berbasis
produk/jasa
(rekayasa
Perangkat
Pembelajaran) yang diselenggrakan di lingkungan, suasana, tatakelola dan aturan standar DUDI atau tempat kerja/usaha sebenarnya
C. Prinsip TEFA 1. Perangkat pembelajaran dirancang berbasis produk/jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya. 2. Siswa terlibat sepenuhnya secara langsung dalam proses pembelajaran berbasis produksi, sehingga kompetensi siswa terbangun melalui pengalaman pribadi dalam membuat, mengerjakan dan atau menyelesaikan produk/jasa berdasarkan standar, aturan dan norma-norma kerja di DUDI. 3. Sesuai dengan tingkatannya, perangkat pembelajaran dirancang dengan berorientasi pada pembuatan produk/jasa sesuai faktor psikologi peserta didiknya (CBT – PBT) sehingga mampu meningkatkan kompetensi, meningkatkan kesiapan kerja dan membangung karakter kerja serta peserta didik sesuai kebutuhan DUDI. 4. Sertifikasi kompetensi siswa dapat atau dimungkinkan dirterbitkan disetiap tingkatan kompetensinya sesuai dengan produk/jasa yang telah diselesaikan.
5. Fungsi dan keberadaan semua sumber daya sekolah dari fasilitas, tenaga pengajar, staff, bahan dan tatakelola dikondisikan/difungsikan untuk membangun lingkungan dan suasana DUDI atau tempat kerja/usaha yang sebenarnya. 6. Pelaksanaan kegiatan produksi atau layanan jasa bersifat nirlaba/non-profit karena merupakan bagian dari proses pembelajaran TeFa yang dilakukan oleh siswa. 7. Pemanfaatan produk/jasa pembelajaran berbasis TeFa dilakukan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.
D. Ciri SMK Dengan Model Pembelajaran TeFa 1. Produk baik barang maupun jasa selaras dengan kompetensi keahlian dan dibutuhkan masyarakat pada umumnya, dibuat oleh siswa dengan kualitas standard DUDI (mutu, proses, waktu pengerjaannya), layak pakai dan jual. 2. Pengerjaan dan penyelesaian pembuatan barang atau jasa seluruhnya telah menggunakan
perangkat
pembelajaran
yang
dirancang
khusus
untuk
pembelajaran model TeFa (silabus, RPP, Instrument penilaian, Lembar pembelajaran dan Jadwal blok). 3. Worksop/ruang
praktek/bengkel/lahan
untuk
melaksanakan
model
pembelajaran TeFa telah dikondisikan sesuai dengan standar DUDI atau tempat kerja/usaha sebenarnya termasuk lingkungan, suasana, tatakelola dan aturannya (SOP). 4. Adanya organisasi dan sistem manajemen produksi (analisa produk, proses, evaluasi, pengembangan/inovasi produk
dan penyimpanan/pemanfaatan
produksi baik barang maupun jasa) internal maupun eksternal memenuhi kebutuhan masyarakat. 5. Mempunyai sistem atau tata kelola pemanfaatan produk baik barang maupun jasa (outlet, business center, show room, pemasaran daring/online atau strategi lainnya. 6. Bermitra atau berpartner kerja dengan DUDI yang sesuai dengan kompetensi keahlian TeFa.
BAB III PELAKSANAAN PENDAMPINGAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Sosialisasi dan pendampingan dilaksanaan selama tiga hari, yaitu pada hari Senin sampai dengan Rabu tanggal 29 dan 31 Oktober 2018, mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. (Jadwal Terlampir)
B. Peserta Pendampingan 1. Kegiatn Sosilaisasi TEFA dihadiri oleh seluruh warga SMK Negeri 9 Medan, terdiri dari Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, ketua kompetensi keahlian, guru-guru umum dan kejuruan,serta tenaga kependidikan, selain itu dihadiri oleh, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga, Pengawas Pembina, Komite sekolah dan pihak DU/DI. Jumlah keseluruhan 52 orang. (Daftar Hadir terlampir) 2. Kegiatan pendampingan, dihadiri 24 orang, terdiri dari kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan seluruh guru produktif kompetensi keahlian Bisnis During dan Pemasaran
C. Hasil Pendampingan Kegiatan pendampingan menghasilkan perangkat pembelajaran,meliputi: lembar informasi, job sheet, lembar penilaian, RPP dan jadwal blok. Hasilnya seperti di bawah ini. D. Permasalaahan dan Alternatif Solusi Pada persiapan pelaksanaan pembelajaran model TEFA, tentunya banyak permasalahan yang muncul, seperti persiapan bengkel yang berstandar industry, membuat jadwal blok, sumber daya manusia dan lain sebagainya. Namun demikian, sekolah mencoba mencari berbagai alterntif solusi, sehingga permasalahan dapat diatasi, Lebih lengkapnya seperti di bawah ini.
E. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Untuk melaksanakan persiapan pembelajaran model TEFA tentunya memerlukan waktu yang lama. Kegiatan pendampingan untuk membuat perangkat pembelajaran dengan waktu dua hari ternyata tidak cukup waktu, sehingga pekerjaan tidak tuntas. Untuk itu sekolah membuat rencana tindak lanjut agar semua pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati Di bawah ini merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh sekolah.
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)
SMK
: SMK Negeri 9 Medan
Kompetensi Keahlian: Desain Komunikasi Visual
No
Rencana Kegiatan
Waktu dan Tempat
Pihak Terkait
1.
Struktur organisasi dan uraian tugas
Selesai hari Rabu, tanggal 31 bulan Juli 2018
Kepala Sekolah Guru, Waka Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiwaan, Tim TEFA
2.
Menyempurnakan RPP dengan model pembelajaran teaching factory
Selesai hari Rabu, tanggal 14 bulan November 2018
Kepala Sekolah Guru, Waka Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiwaan, Tim TEFA
3.
Menyempurnakan lembar informasi teaching factory
Selesai hari Rabu, tanggal 14 bulan November 2018
Kepala Sekolah Guru, Waka Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiwaan, Tim TEFA
4.
Menyempurnakan lembar kerja/ jobsheet model pembelajaran teaching factory
Selesai hari Rabu, tanggal 14 bulan November 2018
Kepala Sekolah Guru, Waka Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiwaan, Tim TEFA
5.
Menyempurnakan lembar penilaian dengan model pembelajaran teaching factory
Selesai hari Rabu, tanggal 14 bulan November 2018
Kepala Sekolah Guru, Waka Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiwaan, Tim TEFA
6.
Menyempurnakan jadwal blok pembelajaran teaching factory
Selesai hari Rabu, tanggal 14 bulan November 2018
Kepala Sekolah Guru, Waka
Mulai Januari 2019
Kepala Sekolah Guru, Waka
7.
Melaksanakan pembelajaran dengan model teaching factory
Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiwaan, Tim TEFA
Kurikulum, Waka
Sarana, Waka Kesiwaan, Tim TEFA, Siswa, DUDI 8.
Mengevaluasi pembelajaran dengan model teaching factory
Mulai Februari 2019
Kepala Sekolah Guru, Waka Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiwaan, Siswa
9.
Melaporkan seluruh kagiatan pembelajaran teaching factory
Selesai Minggu Ke Dua Bulan Desember 2018
Kepala sekolah, Kaprog
Kepala SMKN 9 Medan
Medan, 31 Oktober 2018 Koordinator II TIM TeFa
Sukardi, S.Pd, MM NIP. 19651202 199103 1 004
Ramzil Gempita Hidayat, S.Pd NIP. 19850816 201001 1 018
PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF SOLUSI PELAKSANAAN PENDAMPINGAN TEFA SMK NEGERI 9 MEDAN NO
ASPEK
PERMASALAHAN
ALTERNATIF SOLUSI
1
Pemahaman warga terhadap TEFA
Pemahaman warga tentang TEFA masih kurang
Mengadakan sosialisasi secara berkelanjutan
2
Sumber Daya Manusia
Belum semua guru produktif melaksanakan OJT/Magang
Menjadwalkan dan melaksanakan OJT/Magang
(Jumlah dan Kompetensi) 3
Analisis KD terhadap Produk/Jasa
Mengsinkronkan antara KD – KD mata pelajaran satu dengan yang lain yang sesuai di DUDI
Mendiskusikan dengan DUDI tentang KD yang sesuai/mendekati
4
Pembuatan Perangkat Pembelajaran
Belum optimal memahami perangkat pembelajaran model TEFA
Berdiskusi dengan nara sumber dan tim TEFA
Lembar informasi,Job sheet, Lembar Penilaian dan RPP) 5
Pembuatan Jadwal Blok
Jumlah siswanya banyak dan fasilitas terbatas
Mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan mengelompokkan siswa ke dalam bidangbidang yang sesuai dengan alur kerja produksi di workshop TEFA
6
Bengkel/Laboratorum
Belum sesuai dengan standar DUDI
Mengikuti dan menyesuaikan dengan standar DUDI
(Luas, Lay out dan Kerapihan) 7
Peralatan/Sarana (jumlah, Kualtitas dan Standarisasi)
Jumlahnya masih kurang dan Belum standarisasi dengan DUDI
Mengoptimalkan peralatan yang ada di sekolah dan memanfaatkan fasilitas DUDI
8
Jenis Produk/Jasa
Kualitas belum standar industri
Membuat standar sesuai industry (SOP)
(Kualitas terstandar, Cost dan
Delivery ) 9
Job order dan atau Non Order
Belum maksimal
Melakukan Promosi dan Publikasi Kejasama dengan mitra industry Meminta order)
10
PelaksanaanPromosi dan Marketing
Belum optimalnya promosi dan publikasi
Melakukan Promosi dan Publikasi secara continue di lingkungan internal dan external baik ofline maupun online
11
Dukungan Dunia Kerja
Dukungan masih terbatas /belum maksimal
Optimalisasi dukungan insdtri dan mempeluas jaringan industry.
Kepala SMKN 9 Medan
Medan, 31 Oktober 2018 Koordinator II TIM TeFa
Sukardi, S.Pd, MM NIP. 19651202 199103 1 004
Ramzil Gempita Hidayat, S.Pd NIP. 19850816 201001 1 018
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan 1. Model pembelajaran TEFA perlu dilaksanakan di SMK, karena siswa dapat melakukan pembelajaran secara riel sesuai dengan kondisi dan budaya kerja yang terjadi di dnia industry
2. Pemahaman dan implementasi model pembelajaran TEFA di sekolah masih variatif dan belum
optimal, sehingga
program soisialisasi dan
pendampingan penting untuk dilaksanakan agar pelakasanaan di sekolah terarah, dan sesuai dengan prinsip pembelajaran TEFA .
B. Saran 1. Perlu verifikasi yang optimal untuk menentukan sekolah yang dapat bantuan model pembelajaran TEFA 2. Waktu pelaksanaan pendampingan perlu ditambah, karena dengan waktu dua
hari
tidak
cukup
pembelajaran secara utuh
untuk
menyelesaikan
pekerjaan
perangkat