Andi Rahman, M.A Dosen Pembimbing Ushuluddin I - Insitut PTIQ Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuludddin Tahun Akademik 2010 - 2011
OLEH Fakultas Ushuluddin Angkatan 40 IPTIQ Semester I INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA SELATAN 2010 - 2011
OLEH Fakultas Ushuluddin Angkatan 40 IPTIQ Semester I INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA SELATAN 2010 - 2011
Salam Redaksi Kritik dan saran:
[email protected]. Bagi yang berminat memiliki kajian takhrij ini d alam bentuk PDF, dapat di dapatkan dengan free di link berikut: id.scribd.com/UN ITY40IPTIQ/documents atau id.scribd.com/19BS/docum id.scribd.com/19BS/documents ents Join with us (FB GROUP): www.facebook.com/groups/186250101481849, www.facebook.com/group s/186250101481849, dan www.facebook.com/grou www.facebook.com/groups/10348247640 ps/10348247640 9962. Blog UNITY 40th IPTIQ:
(ptiq40.blogspot.com). Terima Kasih !
UNITY 40TH IPTIQ JAKARTA Team Redaksi
Prakata Puji syukur kehadirat Tuhan semesta Alam. Tuhan yang menciptakan, memelihara dan mengadakan segala sesuatu serta hanya kepada-Nyalah segala sesutu akan kembali. Segala bentuk pujian hanyalah Untuk-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Berkat s egala limpahan Rahmat dan Hidaya-Nya sehingga kita semua masih dapat melakukan b eragai macam aktivitas dalam hidup ini. Harapan kita, mudahan ±mudahan kehidupan i ni senantiasa penuh dengan ridha dan kasih sayang-Nya serta menjadikan kita semu a termasuk orang-orang yang selamat di Dunia dan di Akhirat. Amin !!! Slawat dan Salam semoga senantiasa dihanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para sa habat, keluarga, dan para pengikutnya sampai dihari kiamat. Dalam sejarah awal p erjuagan Islam di Makkah, Kehidupan manusia penuh dengan corak hidup Jahiliyah. Berkat risalah Nabi Muhammad-lah yang Beliau emban dengan penuh ketabahan dan ke gigihan dapat memberikan pengaruh yang sangat besar dalam tatanan kehidupan keti ka itu. Akhirnya, Ketentraman dan kedamaian hidup dapat dirasakan olah masyaraka t Arab ketika itu. Kita semua sebagai ummat Nabi Muhammmad memiliki kewajiban un tuk tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman tersebut yaitu dengan senantiansa berpedoman pada Al-Quran-Hadis. Rasulullah SAW bersabda : ) (
Artinya : ªAku tinggalkan dua perkara diantara kalian, tidaklah kalian tersesat se lama kalian berpegang kapada keduanya yaitu, Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah N abi-Nya (Hadisº.1 (H.R. Imam Malik) Hadis merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-quran. Karena itu, mempelajari Hadis merupakan salah satu kewajiban bagi ummat Islam. Sebagai realisasi dari hal itu, kami persembahkan kumpulan-kum pulan makalah ulumul hadis ini kepada seluruh insan yang berminat memperdalam pe ngetahuan tentang hadis. Adapun issi dan penjelasan dalam karya ini 1 Imam Malik, Al-Muwattha, Kitab al-Jami, Bab ( PRAKATA V
merupakan hasil diskusi kami dalam mata kuliah ulumul hadis, Ushuluddin Prodi Ta fsir Institut PTIQ Jakarta. Ini merupakan realisasi atas usaha dan kesungguhan k ami dalam memenuhi satuan kredit semester (SKS) pada studi tafsir hadis untuk se mester satu. Dengan senantiasa memohon Ridha Allah dalam melaksanakan tugas ini sampai selesai. Juga tidak terlepas atas pertisipasi dari temen-teman ushuluddin serta bimbingan dari para dosen kami. Segala bimbingan dan pengarahan mereka ad alah bekal yang sangat berharga dalam menyelesaikan karya ini. Khususnya kami sa mpaikan kepada Bapak Andi Rahman, M.A selaku pembimbing mata kuliah ulumul hadis . Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kami hanturkan dan semoga jasa-jasa me reka bernilai ibadah disisi Allah SWT. Dalam karya tulis ini, pembaca akan menem ui berbagai macam studi dalam kajian ilmu hadis sebagaimana pada umumnya. Pemapa rannya kami sajikan dengan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan penjelas an dan berupaya memadukan berbagai referensi dalam setiap pembahasannya. Kumpula n materi yang terdapat di dalamnya berlandaskan pada mata kuliah dalam memenuhi standar SKS. Karena itu, asih banyak kajian ulumul hadis lainnya yang tidak term uat di dalamnya. Namun kami berharap, mudah-mudahan karya ini dapat menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Akhirnya, kumpulan makalah-makalah ini dapat kami sel esaikan dengan harapan dapat menjadi salah satu media dan sumber pembelajaran Ul umul Hadis. Kami menyadari atas segala keterbatasan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, hal-hal yang berupa saran, kritikan dan masukan sangat kami nan tikan dari segenap pelajar, pembaca dan khususnya para ahli dalam bidang hadis. Semoga Allah senantiasa menyertai kita, Amin !!! Jakarta, 19 Januari 2011 M 14 Safar 1432 H Team Penulis PRAKATA VI
Daftar Isi SALAM REDAKSI¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼.. III TEAM REDAKSI ¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼.. IV aba', Atsar dan Sunnah¼¼..¼¼¼...¼¼.¼.. 2 a. Hadis¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼....¼ 2 b. Khabar
A. Pengertian Sunnah¼¼..¼¼¼................................................¼¼.¼.. 12 a. Sunna enurut Bahasa¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼.¼¼ 12 b. Sunnah Menurut Syara¼¼¼¼¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼.¼ 13 c. S Islam¼¼¼¼¼.¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼¼.¼ 15 C. Fungsi Sunnah dalam Islam¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼ 18 a. Bayan al Hakim dan H. Cecep Muhtadin] A. Kemunculan dan Perkembnagan Ulumul Hadis¼¼..¼¼¼.....¼¼.¼.. 25 Ilmu Hadis Riwayah Pra Kodifikasi¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼.¼¼ 25 b. Ilmu Hadis Dirayah Pra Kodifikasi¼¼ Ulumul Hadis Pasca Kodifikasi ¼.¼¼¼.¼ 27 a. Ilmu Hadis Riwayah Pasca Kodifikasi¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼ yah Pasca Kodifikasi¼¼¼¼¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼.¼ 28 C. Objek Kajian Ulumul Hadis¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼ 32 a al-Hadis¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼...¼¼.¼ 33 f. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼.¼¼.¼ 33 g. -Hadis¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼.¼¼.¼ 34 Daftar Isi VIII
D. Manfaat/Faedah Ulumul Hadis¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼¼¼.¼ 35 E. Penutup¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼¼ ul Hakim, Ali Muzakkir, Dzikron] A. Hadis Shahih¼¼..¼¼¼...¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼.. 38 B. Hadis H du Sami', Andi Purnomo dan Muh. Saharuddin ] A. Definisi Hadis Hasan¼¼..¼¼¼................. ............................¼¼.¼.. 46 B. Syarat Hadis Hasan¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼....¼¼.¼ 47 C. Hasan Lidzatih¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼ 48 b. Hadis Hasan Lighairih¼¼¼¼¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼ 48 E. uquthni¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼¼.¼ 51 F. Pemaduan Imam al-Tirmidzi antara Hadis HAsan dan Hadis gan Hadis Hasan¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼..¼ 51 Daftar Pustaka¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼ 52 BAB VI MAC dan Anshari] A. Hadis Maudhu'¼¼..¼¼¼...¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼.. 54 Daftar Isi IX
a. Definisi Hadis Maudhu'¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼ 54 b. Contoh Hadis Maudhu'¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼. S DHA'IF II [Oleh : Anas Mujahidin, Muh. Nur Wahid dan Muh. Sani Abdul Malik] A. H adis Mu'allal/Ma'lul¼¼..¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼...¼¼.¼.. 60 a. Definisi Mu'allal/Ma'lul Menurut Bahasa Menurut Bahasa dan Istilah¼¼¼..¼¼¼¼¼.¼¼ 63 b. Manfaat Pembahasan Hadis Mubham¼¼¼¼¼¼¼..¼¼.¼.¼ ub Menurut Bahasa dan Istilah¼¼¼¼¼¼¼.¼.¼¼.¼ 65 b. Macam-macam Hadis Maqlub¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼.¼¼ sa dan Istilah¼¼¼¼¼..¼.¼¼.¼ 68 b. Macam-macam Hadis Mudhthrib¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼ 68 E. Hadis Mu h¼¼¼¼¼.¼.¼¼.¼ 69 b. Macam Tashhif¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼ 69 F. Syads¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼
BAB VIII MACAM-MACAM INQITHA [Oleh : Idham Cholid, Lukman Rozi, TB Syaiful Fikri ] A. Definisi dan Macam Inqitha al-Sanad¼¼..¼¼¼¼¼¼..¼...¼¼.¼.. 74 B. Hadis Mu'allaq¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼ n Hadis Mu'annan¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼.¼¼.¼ 77 a. Pengertian Hadis Mu'an'an¼¼¼¼¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼ 77 b. Hadis Mu'annan¼¼¼¼¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼ 79 E. Hadis Mudallas¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼...¼¼.¼ 80 a. P Hidayat, Muh. Masrur, Muh. Muslihan dan Sodik] A. Hadis/Khabarul Mutawatir¼¼..¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.. an Mutawatir Menurut Bahasa dan Istilah¼¼¼¼¼.¼.¼¼.¼ 85 b. Syarat Hadis Mutawatir Menurut Ulam aakhirin.¼¼¼¼¼..¼¼ 85 c. Pembagian Hadis Mutawatir¼¼¼¼¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼...¼ 85 B. Hadis/Khabarul . Pembagian Hadis Ahad¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼. 87 Daftar Isi XI
c. Berhujjah dengan Hadis Ahad¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼.¼ 89 Daftar Pustaka¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼¼.¼¼ athu Rozy, Safidin dan Hasrul] A. Macam-Macam Hadis Ditinjau dari Nisbat/Sumber Berita...¼¼.¼.¼.. 92 B. Hadis Qudsi¼¼¼¼¼.¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼ 93 a. Definisi Hadis Qudsi¼¼¼ Marfu¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼.¼¼ 96 b. Macam Hadis-hadis Marfu¼¼¼¼¼.¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼¼.¼ 96 c. Contoh adis Maqthu¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼.¼¼.¼ 103 b. Contoh Hadis Maqthu¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼..¼.¼¼.¼ 104 c. K dis Maqthu¼¼ 105 Kesimpulan¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.¼¼¼.¼¼ 106 Daftar Pustaka¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼¼.. Daftar Isi XII
Bagian Ke Satu Pengenalan Hadis Oleh Kelompok 1 Badri M. Mumtas Nur Faqih Nasruddin
Ulumul Hadis [BAB I] PEMBAHASAN A. Definisi Hadits, Khabar, Naba', Atsar dan Sunnah a. Hadits (( Pengertian hadits secara harfiah berarti al-Jadîd ) ( atau baru, bentuk jama‟ dari h lah ahâdîts, lawan katanya qiyâs. Dalam terminologi Islam istilah hadîts berarti melapor kan/mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW. Kata hadît s itu sendiri adalah bukan kata infinitif 1, melainkan kata benda2. Namun seirin g perjalanan, kata hadîts mengalami perluasan makna, sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW. yang dijadikan ketetapan ataupun hukum3. Dar i sini berkembang pengertianpengertianistilah hadîts, diantaranyadiartikan sebagai sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taq rir maupun sifat. 4 Sebagian yang lain mendefinisikan hadîts sebagai sesuatu yang disandarkan kepada N abi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat, keadaan ataupun himmah 5 Nabi SAW. Ada perbedaan pendapat dalam hukum himmah itu sendiri. Menurut Imam Syafi‟i bahwa menjalankan himmah itu termasuk sunnah,
1 2 IbnManthûr,Lisân al-Arab, vol. 2, hal. 350; Kairo: Dar al-Hadith. Abu al-Baqa‟al-Kafawi, al-Kuliyât, hal. 370; Al-Risâlah Publishers. Frase terakhir ole h al-Qasimi dalam Qawâid al-Tahdith, hal. 61, Beirut: Dar al-Nafais. 3 4 5 "Hadith," Encyclopedia of Islam. Ath-Thahhân, TaysîrMusthalâh Al-Hadîts.., hlm. 15, Surabaya: Al-Haramain. Himmah adalah hasrat Nabi SAW. yang belum terealisir, contohnya hadits riwayat I bnu Abbas : ªDikala Rasûlullah SAW.berpuasa pada hari ¹Asura dan memerintahkan untuk d ipuasai, para sahabat menghadap kepada Nabi, mereka berkata, ¹Ya Rasulullah, bahwa hari ini adalah yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani‟, Rasulullah menjawab, ¹Tah un yang akan datang, Insya Allah aku akan berpuasa pada tanggal sembilan‟.º (HR Musl im dan Abu Dawud). tetapi Rasulullah tidak sempat merealisasikannya, disebabkan beliau telah wafat. Makalah | Pengenalan Hadis 2
Ulumul Hadis [BAB I] tetapi Imam Syaukani mengatakan tidak termasuk sunnah karena belum dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Contoh hadîts qauliy (perkataan): : ((
6 .))
Contoh hadîts fi'liy (perbuatan): :
Contoh hadîts taqririy (ketetapan): :
b. Khabar )( Khabar menurut bahasa berarti an-Nabâ‟ ) ( atau berita9, bentuk jama‟ dari khabar a Menurut istilah terdapat 3 pendapat10, yaitu: 1. Sinonim dari hadîts; memiliki arti sama dengan hadîts. 2. Berbeda dengan hadîts. Ha dîtsberasal dari Nabi SAW, sedangkan khabar berasal selain dari Nabi SAW. 3. Lebih general dari hadîts. Hadîtsberasal dari Nabi SAW, sedangkan khabar adalah yang bera sal dari Nabi SAW maupun dari selain Nabi SAW. 6 7 Ibn Hajar al-¹Asqalâniy, Bulugh al-Maram, hal. 74,hadîts no. 390. Ibid, hal. 78,hadîts n o. 415. Ibid, hal. 73,hadîts no. 385. 8 9 Ath-Thahhân, TaysîrMusthalâhal-Hadîts.., hlm. 15. Ibid. 10 Makalah | Pengenalan Hadis 3
Ulumul Hadis [BAB I] c. Naba' ) ( Menurut bahasa berarti berita. Menurut istilah an-naba‟ sinonim dari al-khabar, ar tinya memiliki definisi yang sama dengan al-khabar. d. Atsar )( Menurut bahasa berarti yaitu ªsisaº atau ªjejakº.11 Menurut istilah t dari hadîts, dengan kata lain memiliki memiliki pengertian yang sama dengan hadîts. 2. Memiliki pengertiang yang berbeda dengan hadîts, yaitu berarti sesuatu yang dis andarkan kepada para shahabat dan tabi‟in, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Imam Nawawi mengatakan bahwa para ahli hadîts menamakan Hadîts Marfû‟dan Hadîts Mauqûf seba gai atsar. e. Sunnah ) ( Menurut bahasa sunnah berarti yaitu suatu perjalanan yang g baik ataupun perjalanan yang buruk12. Menurut istilah ulama ahli hadîts, sunnah sinonim hadîts atau memiliki pengertian yang sama dengan istilahhadîts yang telah be rkembang. Sebagian ¹Ulama‟ yang mendefinisikan dengan ungkapan singkat : 13 (ªSegalaperkataan Nabi SAW, perbuatan bel
tingkah laku beliauº). 11 12 13 Ibid.,hlm. 16 Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm. 5. Ibid. Makalah | Pengenalan Hadis 4
Ulumul Hadis B. Definisi Sanad dan Matan [BAB I] Secara struktur, hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad / isnad (ran tai perawi) dan matan (redaksi). Contoh: ,
a. Sanad )( Menurut bahasa kata sanad berarti al-mu‟tamad ) (yaitu sesuatu yang dijadikan sandar angan dan pedoman. Disebut demikian karena hadits disandarkan atau bersandar kep adanya. Menurut istilah ahli hadîts ialah 15 (mata rantai para
perawi hadits yang menghubungkan sampai kepada matan hadits). Dari contoh hadîts d i atas maka yang disebut sanad adalah: ,
Dalam Ilmu Hadits, sanad ini merupakan neraca untuk menimbang derajat atau tingk atan satu hadîts. Andaikata salah satu rawi (orang yang meriwayatkan harîts) dalam s atu jalur sana dada yang fasik, tertuduh dusta atau ada sebab yang menggugurkan keadilan seorang rawi, maka hadits tersebut tidak dikategorikan Shahîh Muslim, Juz 2, Hal. 64, ªKitâb al -Janâiz, Bâb (9) al-Mayyit Yu‟adzdzab bi Bukâ‟ Ahlih ihº, no. 16-(927). 15 14 Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm.97. Makalah | Pengenalan Hadis 5
Ulumul Hadis [BAB I] sebagaihadîts shahih.Dari matan inilah sebagian besar keputusan suatu hadîts untuk d apat dijadikan hukum atau tidak. Sebuah hadîts dapat memiliki beberapa sanad denga n jumlah pe-rawi berfariasi dalam lapisan sanad-nya, lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sana d akan menentukan derajat hadits tersebut. Jadi yang perlu dicermati dalam memah ami hadîts terkait dengan sanad-nya ialah : keutuhan sanad, jumlah sanad dan peraw i akhirnya. b. Matan ) ( Secara bahasa matan berarti tanah yang keras dan naik ke atas. Sedangkan menurut istilah berarti kalimat setelah berakhirnya sanad hadîts. 16 lafadhadits yang menegakkanmaknahaditsitusendiri).Dan dalam pengertian yang lain matanialahlafadzhadîts, atauisihadîts. Atau diistilahkan sebagai redaksi hadits.Dal am contoh hadits di atas berikut yang disebut matan hadîts: :
Terkait dengan matan atau redaksi hadits, maka yang perlu dicermati dalam mamaha mi hadîts ialah: 1. Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad SAW at au bukan. 2. Matan hadîts itu sendiri dalam hubungannya dengan hadîts lain yang lebi h kuat sanad-nya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya de ngan ayat dalam Al-Qur‟an (apakah ada yang bertolak belakang atau tidak). 16 17 Ath-Thahhân, Taysîr Musthalâh al-Hadîts, hlm. 16. Jalal ad-Dînas-Suyûthî, Tadribar-Râwi., hlm. 26. Makalah | Pengenalan Hadis 6
Ulumul Hadis [BAB I] C. Defini Rawi, Muhaddiss, Hafids, Hakim dan Amirul Mikmnin Hadîts a. Rawi )( Rawi yaitu orang yang menyampaikan hadits. Perbuatannya menyampaikan hadits ters ebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadîts dan orang yang melakukannya disebut perawi hadits. Dalam meriwayatkan hadits ada dua jalan, yang keduanya tidak dil arang oleh Rasulullah SAW, yaitu: 1. Denganlafadz yang samapersisdariRasulullah. 2. Dengan maknanya saja, sedang redaksinya disusun sendiri oleh yang meriwayatk annya. b. Muhaddits )( Menurut ulama hadits mutaqaddimin, al-Hafidz dan al-Muhaddits memiliki satu arti , tetapi menurut ulama hadits muta-akhirin, al-Hafidz lebih khusus dari alMudadd its. Menurut at-Taj as-Subki, muhaddits adalah seorang yang mengetahui segala pe rmasalahan Hadits, baik dari segi sanad, ¹illat-¹illat, nama para perawi, ¹âlî dan nâzil, ha fal sejumlah besar matan hadîts, dan mempelajaria al-Kutub asSittah di samping Mus nad Ahmad, Sunan al-Baihaqi, Mu‟jam ath-Thabrani serta seribu juz hadîts18. Ulama Ha dits yang mendapat gelar ini antara lain Atha bin Abi Rabah (seorang mufti Mekka h, wafat 115 H), Muhammad al-Murtadha az-Zabidi (penyusun Syarh Ihya‟ ¹Ulûm ad-Dîn), dan lain-lain. 18 Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm. 108. Makalah | Pengenalan Hadis 7
Ulumul Hadis [BAB I] c. Hafidz )( Menurut banyak pakar hadîts, al-hâfidz artinya sama dengan muhaddits. Ada yang berpe ndapat bahwa al-hâfidz martabatnya lebih tinggi dari al-Muhaddits, karena ia lebih banyak mengetahui dari pada ketidak tahuannnya terhadap setiap tingkatan (thaba qât) para perawi Hadits. Menurut sebagian pendapat, al-hâfidz harus mempunyai kapasi tas menghafal 100.000 hadîts19. Muadditsin yang mendapat gelar ini antara lain AlIraqi, Syarafuddin Ad-Dimyathi, Ibnu Hajar Al-Asgalani, dan lain-lain. d. Hâkim )( Menurut sebagian ahli ilmu hadîts, al-hâkim berarti orang yang pengetahuannya mencak up seluruh hadîts, hanya sedikit saja yang tidak diketahuinya 20. Muhadditsin yang mendapat gelar ini antara lain Ibnu Dinar (w. 162 H), Al-Laits (w. 175 H), Imam Malik (w. 179 H) dan Imam Syafi‟i (w. 204 H). e. Amîrul Mukminîn) ( Amîrul Mukminîn dalam ilmu Hadîts tidak terkait dengan kekhalifahan dalam politik/kene garaan, melainkan berkaitan dengan penguasaan hadits seseorang.Amirul Mukminin dalam Ilmu Hadîts merupakan gelar tertinggi dalam Ilmu H adits yang diberikan kepada seorang penghafal hadits dan mengetahui Ilmu Dirayah dan Riwayah hadîts pada masa tertentu, sehingga ia menjadi imam atau raja hadîts ya ng banyak dikagumi oleh para ulama 21. 19 20 21 Ibid, hlm. 106. Ath-Thahhân, TaysîrMusthalâhal-Hadîts, hlm. 17. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm. 105. Makalah | Pengenalan Hadis 8
Ulumul Hadis [BAB I] Ulama mutaqaddimin yang mendapatkan gelar ini antara lain Syu‟bahbin AlHajjaj, Suf yan Ats-Tsawari, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Al-Bukhari, AdDaruquthni, dan lai n-lain. Sedang di kalangan muta-akhirin antara lain AnNawawi, Al-Mizzi, Adz-Dzah abi, dan Al-Asqalani. KESIMPULAN Ulumul Hadits merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk hadits, yang terbagi dalam Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah. Melalui Ulumul H adits ini dapat diketahui kualitas suatu hadîts ditinjau dari berbagai sudut panda ng, sehingga dapat diputuskan hadîts tersebut dapat dijadikan dalil dalam agama at aupun kehidupan sehari-hari atau tidak. Hadits tersusun dari sanad dan matan (isi hadits). Sanad inilah yang menjadi ner aca untuk menimbang derajat atau kualitas suatu hadits. Hadîts tidak dapat dijadik an hujjahjika terdapat persyaratan yang tidak terpenuhi dalam keshahihan suatu h adîts, walaupun mungkin hadits tersebut pada hakikatnya benar, demi lebih berhatihati dalam menentukan suatu hukum. Terutama pada hadîts-hadîts yang menyinggung masa lah aqidah. Namun, dalam hadîts-hadîts sosial selama tidak menyalahi kemashlahatan u mmat dan tidak bersinggungan dengan aqidah, walau derajat hadits bukan shahih se bagian pendapat membolehkan untuk dipakai.
Makalah | Pengenalan Hadis 9
Ulumul Hadis [BAB I] DAFTAR PUSTAKA Al-Asqalâni, Ibnu Hajar, Bulûgh al-Marâm, Indonesia: Dâr Ihya alKutub al-Arabiyah. Al-Ka fawi, Abu al-Baqa‟, Al-Kuliyât, Al-Risâlah Publishers. Al-Qurân al Karîm As-Suyûthî, Jalal ad Dîn, 2004.Tadrîbar-Râwi, Kairo: Dâr al-Hadîts. Ath-Thahhân, Mahmud,TaysîrMusthalâh al-Hadîts, baya: AlHaramain. Khon,Dr. H. Abdul Majid, M.Ag., Ulumul Hadis, Manthûr, Ibn, Lisân al-Arab, vol. 2, Kairo: Dar al-Hadith. Muslim, 1997. Shahîh Muslim, Juz 2, Dâr al Ha dîts: Kairo. Makalah | Pengenalan Hadis 10
Bagian Ke Dua Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam Oleh Kelompok 2 Al-Fauzi Ricki Saputra Syifa An-Nafi
Ulumul Hadis A. Pengertian Sunnah a. Sunnah Menurut Bahasa Adapun pengertian sunnah menurut b ahasa ialah : [BAB II] :
Artinya: ªSunnah adalah jalan dan sirah, baik yang terpuji maupun tercelaº.1 Dalam A l-Quran Allah SAW berfirman : (Surat al-Anfal:38) Artinya:
teman teman nya), jika mereka berhenti dari Katakan lah kepada orang-orang yang kafir itu (abu sufyan dan kekafirannya),niscaya Allah akan mengampuni dosa -dosa nya yang telah lalu,dan j ika mereka kembali lagi ( memerangi nabi)sungguh,berlaku(kepada mereka) sunnah A llah terhadap orang- orang dahulu dibinasakan. Dalamsebuah hadis Rasulullah SAW. di sebutkan
Artinya: ªBarang siapa yang menghidupkan sunnah dalam islam dengan sunnah yang bai k,maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya sesudah nya, tanpa meng urangi dari pahala pahala mereka sedikit pun,dan barangsiapa menghidupkan sunnah dalam Islam dengan sunnah 1 Ibnul manzhur al-Ifriqi,lisanul arab,darus sodir,beirut,cet 1,akar kata sunnah,j ilid 13 hal 225 Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 12
Ulumul Hadis [BAB II] yang buruk,maka baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sunnah yang buru k tersebut sesudahnya dengan tidak mengurangi dosadosa mereka sedikit punº. 2 b. S unnah Menurut Syara' Dalam pengertian syara‟, kata As-Sunnah dimaksudkan sebagai seg ala sesuatu yang di perintahkan, dilarang atau pun dianjurkan oleh Nabi SAW. Bai k berbentuk sabda maupun perbuatan, oleh karena itu dikatakan bahwa dalil-dalil syara‟ adalah Al-Quran dan As-Sunnah, yakni Al-Quran dan Al-Hadis. Kata sunnah sec ara etimologis (lughowiyah atau harfiyah) berartitata cara tradisi dan priaku hi dup baik yang terpuji maupun tidak. Pengertian etimologis ini sudah dipakai dala m islam. Pengertian ini kemudian di gunakan secara khusus untuk tata cara nabi S AW sedang pengertian yang pertama tetap dipakai dalam arti sempit. Disisi lain, kata Sunnah itu sama sekali bukan istilah animis (jahiliah) sementara umat Islam juga tidak pernah menggunakan untuk arti kebiasaan masyarakat Berbeda dengan ul ama usul ataupun ulama fiqih lebih jelasnya diterangkan sebagai berikut: 1) Ulam a hadis Membahas segala sesuatu dari Rasulullah SAW. Dalam kapasitas beliau seba gai imam yang memberi petunjuk dan penuntun yang memberikan nasehat yang diberit akan oleh Allah SWT, sebagai teladan dan figur bagi kita. Sehingga mereka mengam bil segala seuatu yang berkenaan dengan Nabi SAW, baik berupa tingkah laku, post ur tubuh, dan perbuatan beliau baik membawa konsekuensi hukum atau tidak. 2) Ula ma ushul membahas segala sesuatu dari Rasulullah SAW dalam kepasitas beliau seba gai pembentuk syarit yang menjelaskan kepada manusia undangundang kehidupan dan meletakkan kidah-kaidah bagi para mujtahid sepeninggal beliau. oleh karena itu y ang menjadi perhatian setiap mereka adalah sabda, perbuatan, dan taqrir beliau y ang membawa konsekuensi hukum dan menetapkannya. 2 Ibnul manzhur al-Ifriqi,lisanul arab,darus sodir,beirut,cet 1,akar kata sunnah,j ilid 13 hal 225 Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 13
Ulumul Hadis [BAB II] 3) Sedangkan ulama fiqih membahas segala sesuatu dari Nabi Muhammad SAW.Yang per buatan beliau menunjukkan ketentuan syara‟ mereka mengkaji hukum syara berkenaan d engan perbutan manusia baik dari segi, wajib, haram, makkruh dan lain-lain. c. S unnah Menurut Amalan Sahabat Kadang-kadang ulama memahami sunnah sebagai amalan sahabat. Baik yang berkenaan dengan yang ada di dalam Al-Quran atau dari Nabi SA W. Karena ia merupakan wujud mengikuti sunnah yang ada pada mereka atau ijtihad yang merupakan konsensus diantara mereka. Seabgai contohnya ialah hukum peminum khomar, pengumpulan Al-Quran di zaman Abu Bakar atas dasar usulan atau saran dar i Umar bin Khattab. d. Sunnah Menurut Orentalis Dalam bukunya Origins of Muhamma dan Jurisprudence Schact mengatakn bahwa teori fiqih klasik memberikan definisi bahwa sunnah adalah perbuatan-perbuatan Nabi SAW yang ideal. Pendapat ini juga di gunakan oleh mazha b imam Syafi‟i. Bagi imam Syafi‟i sunnah atau sunnah rasul adalah dua kata yang sino nim, tetapi arti sunnah yang paling tepat adalah contoh-contoh yang sudah berlal u dan tata cara hidup. Goldziher, menjelaskan bahwa kata sunnah iu semula adalah istilah animis kemudian dipakai oleh orang orang Islam. Begitu pula kesimpulan Margolio, bahwa pengertian sunnah sebgai sumber hukum pada mulanya adalah masala h yang ideal atau norma yang dikenal dalam masyarakat, kemudian pada masa-masa b elakangan pengertian itu hanya terbatas hanya untuk perbuatan-perbuatan Nabi saj a. 3 3 The origins,p.51 Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 14
Ulumul Hadis B. Kedudukan Sunnah dalam Islam a. Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam Kedua [BAB II] Seluruh umat Islam telah bersepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan dasar hukum dalam Islam setelah al-Quran. Umat Islam diwajibkan mengikuti hadis sebag ai mana diwajibkan mengikuti Al-Quran. Al-Quran dan hadis merupakan dua sumber d alam hukum syariat Islam yang tetap. Orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam dan lengkap dengan tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Seorang mujtahid dan seorang alim pun tidak diperboleh hanya mencukup kan diri dengan salah satu dari keduanya. Banyak al-Quran dan hadis yang memberi kan pengertian bahwa hadis itu merupakan sumber hukum Islam selain al-Quran yang wajib dikuti, baik dalam bentuk perintah maupun larangannya. Uraian dibawah ini merupakan paparan tentang kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam dengan mel ihat beberapa dalil, baik naqli maupun aqli. 1) Dalil Al-Quran Banyak ayat Al-Qu ran yang menerangkan tentang kewajiban mempercayai dan menerima segala yang di sampaikan oleh rasul kepada umatnya untu k dijadikan pedoman hidup. Diantara ayat ±ayat dimaksud adalah: Artinya:
sesungguhnya Allah tidak menyukai ªKatakanlah taatlah kalian kepada Allah dan Rasulnya;jika kamu berpaling,maka oran g- orang kafirº. (QS.Ali -Imron(3):32) Kemudian di ayat yang lain Allah juga berfi rman :
Artinya: Dan apa yang diberikan rasul kepadamu, terimahlah dan apa apa yang dila rang olehnya, maka tinggalkan lah. Dan Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 15
Ulumul Hadis [BAB II] bertaqwalah kepada Allah,sesungguh nya Allah sangat keras hukuman-nya.(QS.al-Has yr(59):7) Masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran sejenisnya yang menjelaskan perma salahan ini. Dicantumkan nya beberapa ayat di atas dimaksudkan hanya sebagai con toh dan gambaran dari beberapa ayat yang tidak dimuat dalam Al-Quran. Selalu di barengi dengan perintah taat kepada rasulnya. Demikian pula mengenai peringatan (ancaman) karena durhaka kepada Allah SWT sering di sejajarkan dengan ancaman ka rena durhaka kepada Rasul SAW. Bentuk-Bentuk ayat seperi ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan penetapan kewajiban terhadap semua yang di sampaikan oleh Rasul SAW. C ara±cara penyajian Allah SWT seperti ini hanya diketahui oleh orang yang mengusai bahasa arab dan memahami ungkapan±ungkapan serta pemikiran-pemikiran yang terkandung di dalamnya, yang akan memberi masukan dalam memahami maksud ayat tersebut. Dari sinilah sebetulnya dapat dinyatakan bahwa ungkapan wajib taat ke pada rasul saw dan larangan mendurhakain ya. Merupakan suatu kesepakatan yang tidak di perselisihkan oleh umat Islam. 2) Dalil Hadis Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan dengan harus menjadi kan hadis sebagai pedoman hidup, di samping Al-Quran sebagai pedoman utamanya. B eliau bersabda: )(
Artinya: ªAku tinggalkan dua pusaka untuk musekalian,yang kalian tidak akan terses at selagi kamu masih berpegang (H. Malik) 4 4 kepada keduanya,yaitu berupa kitab allah dan sunnah rasulnyaº. Imam jalal al-Din Abdurrahman ibn Abu Bakar al- Suyuti al-Jami'al-Shogir 1,op cit, . Hlm 505 Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 16
Ulumul Hadis Dalam hadis lain Rasulullah Saw bersabda: [BAB II] ) (
Artinya: Wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnah ku dan sunnah al-Khulafaa al-Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang teguh lah kamu sekalia n dengan nya. (HR.Abu Daud dan Ibnu Majah).5 Hadis-hadis tersebut di atas,menunj ukkan kepada kita bahwa berpegang teguh pada hadis atau menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman hidup itu adalah wajib,sebagai mana berpegng teguh kepada al-Quran. 3) Kesepakatan Ulama (ijma') Umat Islam telah sepakat menjadikan hadis s ebagai salah satu dasar hukum beramal,karena sesuai dengan yang di kehendaki ole h Allah.penerimaan mereka terhadap hadis sama dengan penerimaan mereka terhadap al-Quran, karena keduanya sama-sama dijadikan sebagai sumber hukum Islam. Kesepa katan umat muslimin dalam mempercayai, menerima dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasulullah masih hidup. Sepenigga l beliau, semenjak masa khulafa‟ al-Rasyidin hingga masa-masa selanjutnya, tidak a da yang mengingkarinya. Banyak di antara mereka yang tidak hanya memahami dan me ngamalkan isi kandungannya akan tetapi mereka manghafal, memelihara bahkan menye bar luaskan kepada generasi-generasi selanjutnya. Banyak peristiwa menunjukkan a danya kesepakatan menggunakan hadis rasulullah sabagai sumber hukum Islam antara lain dapat diperhatikan peristiwa di bawah ini:
ketika Abu Bakar dibai‟at menjadi khalifah ,ia pernah berkata ¹‟saya tidak akan mening galkan sedikitpun sesuatu yang di amalkan atau dilakukan oleh Rasul SAW.Sesunggu hnya saya takut tersesat perintahnyaº. 6 bila meninggalkan 5 Ibid juz 5 hal : 13-1 6 Abu Abdillah Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmadbin Hambal, juz 1. (Bairut : al-Makka b al-Islamy.t.t) hal : 164. 7 Ibid. juz 1. Hal : 378 Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 17
Ulumul Hadis
[BAB II] Diceritakan dari Sa‟id bin Musayyab bahwa‟Usman bin Affan‟ berkata‟‟Saya duduk sebagai mana duduknyaRasulallah SAW,saya makan sebagai mana maka nnya Rasulullah,dan saya sholat sebagai mana sholatnya Rasulallah SAW. 7 Masih b anyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa apa yang di perintahkan, dilakuk an dan di serukan, niscaya diikuti oleh umatnya ,dan apa yang dilarang selalu di tinggalkan oleh mereka. C. Fungsi Sunnah dalam Islam Al-Quran dan hadis sabagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara satu dengan yang lain nya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupkan satu kesatuan. Al-Quran sebagai su mber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global . Oleh karena itu kehadiran hadis sebagai sumber ajaran ke dua tampil untuk menj elaskan (albayyan) keutamaan isi Al-Quran tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT: Artinya:
dan supaya mereka berfikir". (QS.Al"Dan kami turunksn ke padamu al-Quran agar kamu menerangkan kepada umat manusia Nahl(16):44) Untuk karena itu, fungsi hadis Rasulullah sebag ai penjelas (Bayyan) trehadap Al-Quran itu bermacam- macam, diantatranya : a. Ba yan at-Taqrir Bayan at-takrir disebut juga dengan bayyan al-ta‟kid . Yang dimaksud dengan bayyan ini adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan d i dalam Al-Quran. Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkokoh Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 18
Ulumul Hadis [BAB II] isi kandungan al-Quran. Satu contoh hadis yang diriwayat kan muslim dan Ibnu Uma r.Yang berbunyi : Artinya: ) (
ªApabila kalian melihat ru'yah ( bulan),maka berpuasalah,juga apa bila melihat ru'yah itu maka berbukalah.º (HR.Muslim) 8 Hadis ini datang mentakrir ayat Al-Quran dibaw ah ini: Artinya:
Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendak lah ia ber pua sa (SQ. Al-Baqoroh(2);185) b. Bayan at-Tafsir Yang dimaksud dengan bayyan al-Taf sir adalah bahwa kehadiran hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Quran yang masih bersifat global (mujmal), memberikan pen jelasan atau batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan terhadap aya t-ayat al-Quran yang bersifat umum seperti shalat dan puasa . Oleh karena itu Ra sulullah SAW. Melalui hadisnya menafsirkan dan menjelaskan masalahmasalah terseb ut. Beberapa hadis yang berfungsi sabagai bayyan al tafsir ialah : ) ( Artinya: ªSholatlah sebagai mana engkau melihat aku shalatº 9 Hadis ini menjelaskan bagai mana kita mengerjakan atau mendirikan sholat.Sebab dalamAl -Quran tidak me njelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang memerintahkan shalat adalah: 8 Hadis ini terdapat dalam kitab al-Shiyam dalam imam Muslim.Shahih Muslim,jild 1 (Bairut.Dar al-Fikri). Hal;481 9 Muhammad bin Ismail al-Kahlani,subul assalam,ju z 1v,(Bandung Dahlan t.t),hal 27 Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 19
Ulumul Hadis [BAB II] Artinya:
ªDan kerjakanlah sholat,tunaikan zakat,dan ruku'lah bersama orangorang yang rukuº. (QS .Al-Baqoroh(2):43) Contoh hadis yang membatasi (taqyid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak. Antara lain seperti sabda Rasulullah SAW. Yang artinya, ªRasulull aah SAW didatangi seseorang dengan membawa seorang pencuri lalu beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tanganº. Contoh hadis yang membatasi (taq yid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak. Antara lain seperti sabda Rasulull ah SAW. Yang artinya, ªRasulullaah SAW didatangi seseorang dengan membawa seorang pencuri lalu beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan. Ha dis ini mentaqyid, QS. Surah Al Maidah yang berbunyi: Artinya:
ªLaki laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,potonglah tangan keduanya (seba gai)pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagian siksaan dari Allah SWTº. Sedangkan hadis yang berfungsi untuk mentakhshih Ke umuman ayatayat Al-Quran ad alah sebagaimana Rasulullah SAW Bersabda : ) ( Artinya: ''Tidaklah orang muslim mewarisi dari orang kafir.Begitu juga kafir tidak d ari orang muslim. (HR.Bhukhori) 10 Hadis ini mentakhsiskan keumuman ayat:
10 Hadis no.6764 dari kitab al- Faraidh,dalam imam Bukhari,op.cit.juaz 8. Hal .14 Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 20
Ulumul Hadis Artinya: [BAB II] Allah mensyariatkan bagi mu tentang(pembagian pusaka untuk)anakanakmu.Yaitu bagi an anak laki laki sama denga sebahagian anakanak perempuan.(QS.al- Nisa(4);11) c . Bayan al-Tasyri' Bayan al-Tasyri‟ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak di dapati dalam Al-Quran atau dalam al-Quran hanya terdapat pokokpoko k nya saja ¹‟Abbas al-Mutawalli hammadah‟‟ juga menyebut bayan ini dengan‟‟zaid ¹ala al-Kitab al- Karim‟‟. Hadis rasul SAW dalam segala bentuknya (basik yang qauli,fi‟li maupun taq rir) berusaha menunjukkan suatu kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul, yang tidak terdapat dalam Al-Quran. Adapun hadis yang termasuk dalam kelompok ini .Yaitu hadis tentang zak at fitrah:
Artinya: Bahwasanya Rasulullah Saw.Telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Isl am pada bulan Ramadhan satu sukat (sha')kurma atau gamdum untuk setiap orang,baik merdeka atau hamba sahaya,laki ± laki atau perempuan muslim.''(HR.Muslim) Hadis Rasulu llah yang termasuk bayan atasyri‟ ini wajib di amalkan,sebagai mana kewajiban mengamal kan hadis-hadis lainnya. Ibnu alQayyim b erkata,bahwa hadis hadis Rasul SAW yang berupa tambahan terhadap al-Quran,merupa kan kewajiban atau aturan yang harus ditaati,tidak boleh menolak atau mengingkar inya,dan ini bukanlah sikap Rasulullah mendahului al-Quran melainkan semata mata karena perintah Allah SWT. d. Bayan Taqyid al-Muthlaq Untuk bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam. Ada yang mengikuti dan mener ima fungsi hadis sebagai nasikh terhadap Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 21
Ulumul Hadis [BAB II] sebagian hukum al-Quran dan ada juga yang menolaknya. kata nasihk menurut bahasa berarti ibthal (membatal kan) izalah (menghilangkan), ta‟wil (memindah kan)dantag hyir( mengubah). Para ulama mengartikan bayan al-Nask ini banyak yang melalui pe ndekatan bahasa, sehingga diantara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam menta‟r ifkannya. Termasuk perbedaan pendapat antara ulama mutaqoddimin dengan ulama mut aakhirin.menurut pendapat yang dapat dipegang dari ulama mutaqoddimiin bahwa ter jadinya naskh ini karena adanya dalil syara‟ yang mengubah suatu hukum (ketentuan) meskipun jelas, karena telah berakhir masa keberlakuannya serta tidak bisa di a malkan lagi dan syara‟(pembuat syariat) . D. Penutup Sekianlah uraian makalah tent ang (Pembahasan Kedudukan Dan Fungsi Sunnah Dalam Islam) yang dapat kami ketenga hkan. Selaku insan, pasti mempunyai kekurangan dan ketidaktahuan dalam penulisan maupun dalam menyampaikan isi makalah ini. Saran beserta kritik yang produktif lagi konstruktif adalah harapan penulis dalam merevisi subtansi makalah ini. Mud ah-mudah makalah yang singkat ini, dapat menambah wawasan pengetahuan kita dalam memahami isi kandungan Al-Quran. Semoga Allah selalu mencurahkan ilmu-Nya dan m embimbing kita kejalan yang Dia ridhai. Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 22
Ulumul Hadis [BAB II] Daftar Pustaka Al-Ifriqi, Ibnul Manzhur. lisanul Arab Darus Sodir. Cet. Ke-1 Beirut : Akar Kata Sunnah. Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail. subul Assalam. (Bandung Dahlan t.t) Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam 23
Bagian Ke Tiga Pengenalan Ulumul Hadis Oleh Kelompok 3 Akbar Ramdan. D Fuad Hakim H. Cecep Muhtadin
Ulumul Hadis A. Kemunculan dan Perkembangan Ulumul Hadits [BAB III] Ilmu hadits dalam perkembangannya terkelompokkan menjadi dua bagian penting, yai tu ilmu hadîts riwâyah dan ilmu hadîts dirâyah. Di antara keduanya itu, yang muncul pert ama kali adalah ilmu hadîts riwâyah. Kemunculannya ditandai dengan munculnya hadits yang pertama kali diriwayatkan dari Rasulullah Saw, yaitu hadits permulaan wahyu . Dari sinilah ilmu hadits riwâyah mulai dikenal,lalu berkembang seiring dengan pr oses transmisi yang berkesinambungan. Adapun ilmu hadîts dirâyah juga sudah mulai mu ncul sejak masa-masa awal proses transmisi. Hal yang demikian itu adalah sebuah keniscayaan, karena sebuah proses transmisi tidak akan berjalan dengan solid tan pa diiringi proses otentifikasi. Dan proses otentifikasi inilah yang membidani l ahirnya ilmu hadîts dirâyah dengan berbagai cabangnya. Kemudian dari kedua kelompok ilmu hadits ini, kita akan mencoba untuk mengenal lebih jauh turats hadits dan s ejarah perkembangannya dari masa ke masa. a. Ilmu Hadîts Riwâyah Pra Kodifikasi Masa pra kodifikasi hadits dimulai dari sejak munculnya hadits pertama yang diriwayatkan dariRasulullah Saw, sampai turunnya p erintah resmi dari khalifah Umar ibn Abdul Aziz kepada para ulama untuk melakuka n kodifikasi hadits. Dengan demikian, rentang waktu yang dilalui masa pra kodifi kasi ini mencakup dua periode penting dalam sejarah transmisi hadits, yaitu peri ode kenabian dan periode Sahabat. Pada dua periode ini, metode transmisi yang di gunakan kebanyakan adalah metode lisan. Meskipun demikian, tidak sedikit juga para Sahabat yang mel akukan pencatatan hadits secara personal, dan itu mendapatkan izin dari Rasulull ah Saw. Benar pada permulaan turunnya wahyu, Rasulullah Saw pernah melarang para sahabat untuk mencatat selain al-Quran. Akan tetapi larangan tersebut bukanlah larangan yang bersifat mutlak, atau larangan tersebut merupakan larangan yang be rsifat sementara, sampai para Sahabat benar-benar dapat membedakan antara al-Qur an dan yang lainnya. Hal itu terbukti dengan adanya beberapa Sahabat yang mendap atkan izin dari beliau untuk melakukan pencatatan hadits, seperti Abdullah bin A mr ra, Rafi bin Khadija ra, Abu Syah Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 25
Ulumul Hadis [BAB III] dan yang lainnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada masa pra kodifikasi ini sebagian besar hadits telah ditransmisikan melalui lisan dan hafalan. Namun hal ini sama sekali tidak mengurangi tingkat keotentikan hadits-hadits tersebut. Ka rena para Sahabat yang menjadi agen transmiter dalam hal ini, disamping sosok me reka yang sangat loyal terhadap Rasul Saw dan terpercaya, mereka juga dikaruniai hafalan yang kuat, sehingga dengan itu, kemampuan mereka untuk mentransmisikan hadits dari Rasulullah Saw secara akurat tidak diragukan lagi. Selain itu, metod e lisan ini juga tidak menafikan adanya sejumlah Sahabat yang telah mentransmisi kan hadits melalui catatan-catatan yang mereka buat. Hal itu dapat dibuktikan de ngan adanya bebrerapa shahifah yang pernah ditulis pada rentang masa tersebut.Be rikut ini adalah beberapa nama shahifah yang dimaksud: 1) Shahîfah al-Shadiqah, di tulis oleh Abdullah bin Amr ra., 2) Shahîfah Jabir bin Abdullah ra., 3) Shahîfah Ali bin Abi Thalib ra., 4) Shahîfah Hammam bin Munabbih, ditulis oleh Hammam dari riw ayat Abu Hurairah ra., 5) Shahîfah Samurah bin Jundub ra., 6) Shahîfah Sa d bin Ubad ah ra. b. Ilmu Hadits Dirâyah Pra Kodifikasi Pada masa pra kodifikasi ini, sudah mulai mu ncul benih-benih yang akan menjadi titik tolak berkembangnya ilmu hadîts dirâyah. Ha l itu dapat dilihat dari sikap para Sahabat yang sangat teliti dan hati-hati dal am meriwayatkan hadits. Sikap tatsabbut yang diperlihatkan oleh para Sahabat ter sebut merupakan titik awal dalam sejarah perkembangan ilmu hadîts dirâyah. Kemudian paska terjadinya fitnah, sikap yang demikian itu semakin nampak ke permukaan. Ha l itu telah digambarkan oleh Ibnu Abbas ra. dengan jelas, dia berkata, "Jika kam i mendengar ada seseorang berkata, "Rasulullah Saw bersabda", maka kami langsung mendatanginya, dan mendengarkan apa yang dikatakannya. Lalu ketika orang-orang sudah mulai melakukan apa saja, tanpa membedakan antara hal yang terpuji dan yan g tercela (paska terjadinya fitnah), Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 26
Ulumul Hadis [BAB III] maka kami tidak mengambil (hadits) dari mereka, kecuali apa yang kami tahu (kebe narannya)". Sikap tatsabbut yang dikembangkan oleh para Sahabat tersebut merupak an sebuah bentuk usaha otentifikasi hadits. Dan itu merupakan inti dari ilmu hadît s dirâyah itu sendiri. Karena ilmu hadîts dirâyah sebenarnya adalah bentuk aplikasi da ri usaha otentifikasi yang dilakukan oleh para ulama. B. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Hadits Paska Kodifikasi a. Ilmu Hadîts Riwâyah Paska Kodifikasi Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (101 H.) merupa kan aktor penting dalam sejarah kodifikasi hadits. Beliaulah orang yang pertama kali menyerukan secara resmi kepada semua ulama untuk mengumpulkan hadits-hadits yang masih terpencar dan mencatatnya dalam sebuah buku. Salah satu ulama yang b eliau minta untuk melakukan hal itu adalah Ibnu Syihab al-Zuhri (125 H.) Kemudia n setelah era al-Zuhri, gerakan kodifikasi terus mengalami perkembangan, sampai akhirnya mencapai masa keemasan pada abad ketiga Hijriyah. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan kodifikasi tersebut, para ulama tidaklah menempuh satu metode s aja. Hal itu dapat kita ketahui melalui hasil-hasil karya mereka yang beragam se lama kurun waktu paska kodifikasi tersebut. Masa awal kodifikasi banyak dari mer eka yang menggunakan metode mushannafât, kemudian setelah itu muncul penulisan den gan metode masânid, lalu jawâmi dan sunan, hingga abad keempat hijriyah muncul meto de mustadrakât dan ma âjim. Berikut ini adalah beberapa karya besar para ulama paska kodifikasi, dari sejak awal masa kodifikasi, sampai pada abad keempat Hijriyah. Karya-karya ulama pada abad kedua Hijriyah: 1) al-Sunan, karya Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij (150 H), 2) al-Sunan, karya Muhammad bin Ishaq bin Yasar ( 151 H), 3) al-Jami , karya Ma mar bin Rasyid (153 H), 4) al-Muwatha , karya Ibnu Abi Dzi b (156 H), 5) al-Sunan, Ibnu Abi Arubah (157 H), 6) al-Muwatha , karya Malik bin Anas (179 H), dan 7) al-Zuhd, karya Abdullah ibnul Mubarak (181 H). Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 27
Ulumul Hadis [BAB III] Dan masih banyak lagi, baik karya-karya yang sampai kepada kita atau pun yang ti dak. Karya-karya ulama pada abad ketiga Hijriyah: 1) Musnad Abu Dawud al-Thayali si (204 H), 2) Mushannaf Abdurrazaq, 3) karya Abdurrazaq ibn Hammam (211 H), 4) Musnad al-Humaidi (219 H), 5) al-Sunan, karya Sa id ibn Manshur (227 H), 6) Mush annaf Ibnu Abi Syaibah (235 H), 7) Kutubuttis ah minus al-Muwatha Malik, 8) Mus nad Ishaq bin Rahuyah (238 H), dan yang lainnya. Adapun karya-karya Ulama abad k eempat Hijriyah ialah: 1) Shahih Ibnu Hibban (354 H), 2) Ma ajim, al-Shaghir, 3) al-Wasth dan al-Kabir, semuanya karya al-Thabrani (360 H), 4) Sunan ad-Daruquth ni (385 H), 5) Mustadrak al-Hakim (405 H), dan yang lainnya. b. Ilmu Hadîts Dirâyah Paska Kodifikasi Ilmu hadîts dirâyah pada masa paska kodifikasi i ni mengalami perkembangan yang cukup pesat, seiring dengan berkembangnya ilmu ha dîts riwâyah. Pada awal masa kodifikasi, ilmu ini diperkenalkan oleh para ulama seca ra tercampur dalam karya-karya mereka yang mempunyai kosentrasi lain, seperti il mu riwâyah dan disiplin ilmu lainnya. Hal itu seperti yang dilakukan oleh Imam asy -Syafi i dalam kitabnya ar-Risalah, kemudian Imam Muslim dalam Muqaddimah shahih -nya, dan juga Imam at-Tirmidzi dalam kitab ilal-nya. Pada perkembangan selanjut nya, masing-masing disiplin ilmu telah terpisah dan mandiri dari disiplin-disipl in ilmu lainnya. Peristiwa ini terjadi pada abad ke-4 Hijriah. Ilmu Hadis telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mapan. Perkembangan ini terjadi akibat semakin marak lahirnya disiplin-disiplin ilmu baru dan persinggungan budaya dengan bangs a lain yang kian mendorong upaya pembukuan masing-masing disiplin ilmu itu sendi ri. Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 28
Ulumul Hadis [BAB III] Dalam disiplin ilmu Hadis, perkembangan ini ditandai dengan lahirnya karya al-Qa dli Abu Muhammad bin al-Hasan bin Abd al-Rahman bin Khalan bin al-Ramahurmuzi (w . 360 H), Al-Muhaddis al-Fashil baina al-Rawi wa al-Wa‟i, yang memuat beberapa cab ang penting dari ilmu Hadis. Namun upayanya itu belum maksimal, karena masih ban yak cabang penting lainnya dalam ilmu Hadis yang belum diapresiasi dalam karya i tu. Meski demikian, al-Ramahurmuzi diakui sebagai orang pertama yang menyusun ki tab ilmu Hadis dengan ketercakupan pembahasan yang cukup memadai. Dan karyanya i tu memang sebuah terobosan baru dalam dunia ilmu Hadis dan paling menonjol di an tara karya-karya yang ada pada masanya. Kemudian setelah itu, satu persatu ulama mulai mulakukan kodifikasi secara terpisah terhadap ilmu hadîts dirâyah. Pola kajia n Hadis yang ada mulai al-Ramahurzi sampai al-Miyanzi tampaknya tak jauh berbeda dengan perkembangan yang terjadi pada masa-masa awal. Dalam bahasa yang sederha na dapat digambarkan bahwa grafiknya masih datar, tidak ada peningkatan juga tid ak terjadi penurunan. Sorotan kajiannya masih berkutat pada bagaimana memahami s uatu Hadis, memilah mana Hadis yang shahih dan mana yang saqim, dan mulai ada se dikit perbincangan mengenai munkir al-sunnah. Perkembangan kajian ilmu Hadis men capai puncaknya ketika Abu Amr Usman bin Abd al-Rahman al-Syahrazuri. Nama yang terakhir disebut ini lebih populer dengan nama Ibnu Shalah (w. 643 H) yang menul is karya ilmiah sangat monumental dan fenomenal, berjudul Ulum al-Hadis, yang ke mudian kondang dengan sebutan Muqaddimah Ibn al-Shalah. Kitab ini merupakan upay a yang sangat maksimal dalam melengkapi kelemahan di sana-sini karya-karya sebel umnya, seperti karya-karya al-Khatib dan ulama lainnya. Dalam kitabnya itu, ia m enyebutkan secara lengkap 65 cabang ilmu Hadis dan menuangkan segala sesuatunya dengan detail. Mungkin ini pula yang menyebabkan kitab ini tidak cukup sistemati s sesuai dengan judul babnya. Secara metodologis juga materi pembahasan, karya-k arya yang muncul belakangan tidak bisa melepaskan diri untuk selalu mengacu pada kitab ini. Popularitas kitab ini disebabkan karena ketercakupan bahasannya yang mampu Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 29
Ulumul Hadis [BAB III] mengapresiasi semua pembahasan ilmu Hadis. Bahkan keunggulan kitab ini telah men arik para ulama, khususnya yang datang sesudahnya, untuk memberikan komentar kit ab tersebut. Tidak kurang dari 33 kitab telah membahas kitab Ibnu alShalah itu, baik berupa ikhtishar (ringkasan), syarh (ulasan), nazhm (puisi, syair), dan mu‟ra dhah (perbandingan) . Dalam bentuk ulasan (syarh), muncul beberapa kitab yang sa ngat detail memberikan ulasannya. Misalnya Al-Taqyid wa al-Idhah lima Athlaqa wa Aghlaqa min Kitab Ibn al-Shalah karya al-Iraqi (w. 608 H), Al-Ifshah an Nuqat I bn al-Shalah karya al-Asqalani (w. 852 H), dan karya al-Badar al-Zarkasyi (w. 79 4 H) yang belum diketahui judulnya. Sedang dalam bentuk ringkasan (ikhtisar), an tara lain memunculkan kitab Mahasin al-Ishthilah wa Tadlmin Kitab Ibn alShalah k arya al-Bulqini. Kitab ini meski berupa ringkasan, namun banyak memberikan ulasa n penting, catatan, dan beberapa penjelasan tambahan. Masih dalam bentuk ringkas an, muncul kitab Al-Irsyad yang kemudian diringkas lagi oleh penulisnya sendiri, Imam al-Nawawi (w. 676 H), dengan judul Al-Taqrib wa al-Taisir li Ma‟rifat Sunan al-Basyir wa al-Nadzir. Anehnya, kitab yang merupakan ringkasan dari kitab-kitab sebelumnya, kemudian diberikan syarh oleh al-Suyuti (w. 911 H) dalam kitab yang diberinya judul Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi. Al-Suyuti juga menuli s kitab Al-Tadznib fi al-Zaid ala al-Taqrib yang menambal di sana-sini kekuranga n kitab al-Nawawi. Ringkasan terhadap karya Ibn al-Shalah terus saja dilakukan p ara ahli Hadis. Badr al-Din Muhammad bin Ibrahim bin Jama‟ah al-Kannani (w. 733 H) , misalnya, menulis kitab Al-Minhal al-Rawi fi al-Hadis al-Nabawi, yang kemudian diberikan syarh oleh Izz al-Din Muhammad bin Abi Bakar bin Jama‟ah dengan judul A l-Manhaj al-Sawi fi Syarh al-Minhal al-Rawi. Abu al-Fida‟ Imad al-Din Ismail bin K atsir (w. 774 H) juga tidak ketinggalan. Ia menulis ikhtisar terhadap karya Ibn al-Shalah itu ke dalam satu kitab yang diberinya judul Al-Ba‟is alHasis. Upaya ser upa juga dilakukan oleh Ala‟ al-Din al-Mardini, Baha‟ al-Din alAndalusi, dan beberap a ualama lainnya. Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 30
Ulumul Hadis [BAB III] Selain dalam bentuk syarh dan ikhtisar, karya Ibn al-Shalah ini juga mendorong p ara ulama untuk menuliskan bait-bait syair yang berisi kaidah-kaidah pokok ilmu Hadis sesuai yang tercantum dalam kitab Muqaddimah Ibn al-Shalah. Upaya ini dike nal dengan nama nazham yang untuk pertama kalinya dilakukan oleh al-Zain al-Iraq i Abd al-Rahim bin al-Husain (806 H). Bahkan ia menulis hingga seribu-an (alfiya h) bait-bait itu dalam Nazhm al-Durar fi Ilm al-Atsar yang lebih mashur dengan j ulukan Alfiyah al-Iraqi. Entah mengapa al-Iraqi kemudian juga memberikan syarh t erhadap baitbaitnya sendiri. Ada dua syarh yang ditulis oleh al-Iraqi. Syarh yan g ringkas dan yang panjang lebar. Syarh yang ringkas diberinya judul Fath al-Mug his bi Syarh Alfiyah al-Hadis, sedang yang panjang belum diketahui judulnya. Di samping itu, bait-bait yang diciptakan al-Iraqi itu juga memacu para ulama untuk memberikan syarh terhadap syair gubahan al-Iraqi itu. Ada banyak ahli Hadis yan g menulis sebuah karya khusus mengomentari bait-bait itu, seakan tak henti-henti nya menguras energi ide para ulama. Di antara sekian banyak karya itu, karya alS akhawi yang diberi judul sama dengan syarh yang ditulis al-Iraqi, Fath alMughis fi Syarh Alfiyah al-Hadis, merupakan karya yang paling cukup dikenal. Mungkin me lihat popularitas Alfiyah al-Iraqi yang sedimikian hebat, alSuyuti ulama yang di kenal rival ilmiah al-Sakhawi lalu menulis kitab alfiyah tentang ilmu Hadis yang berisi beberapa tambahan penjelasan penting terhadap materi dalam Alfiyah al-Ir aqi. Al-Suyuti juga memberikan syarh sendiri terhadap bait-bait yang dibuatnya i tu. Namun, syarh yang diberinya judul Al-Bahr al-Ladzi Zakhar fi Syarh Alfiyah a l-Atsar, tak selesai ia rampungan secara keseluruhan. Belakangan hari, karya itu dilengkapi oleh ulama Indonesia asli, Syekh Mahfuz al-Tirmasi. Ulama kelahiran Tremas, dekat Ngawi, menulis sebuah syarh yang berjudul Manhaj Dzawi al-Nadhar f i Syarh Mandhumat Ilm al-Atsar, yang hingga kini masih dijadikan rujukan di bebe rapa perguruan tinggi di Timur Tengah. Pendeknya, karya-karya yang mengapresiasi Muqaddimah Ibn al-Shalah itu tak pernah berhenti mengalir dari pena-pena ulamaulama ahli Hadis. Memang Muqaddimah Ibn al-Shalah mempunyai pesona yang luar bia sa, sehingga tidak mungkin semua karya itu dapat dituliskan di sini satu persatu . Pendeknya, energi Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 31
Ulumul Hadis [BAB III] karya-karya yang ditulis dalam ilmu Hadis selalu merupakan apresiasi atas karya Ibn al-Shalah itu. Memang gaung Muqaddimah Ibn al-Shalah begitu luar biasa dahsa tnya. C. Objek kajian Ulumul Hadits a. Ilmu Rijal al- Hadits1 Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari Sahab at, dari tabi‟in maupun dari periode sesudahnya. Dengan ilmu ini kita dapat menget ahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasululloh dan keadaan para p erawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.Didalam ilmu ini diterang kan ªtarikh ringkasº dari riwayat hidup para perawi, madzhab yang dianut oleh para p erawi dan keadaan- keadaan para perawi itu menerima hadits. b. Ilmu Jarhi wat Ta‟d il2 Ilmu Jarhi wat Ta‟dil pada hakikatnya satu bagian dari ilmu rijalul hadits, ak an tetapi oleh karena bagian ini dipandang penting, kemudian jadilah suatu ilmu yang berdiri sendiri. Yang dimaksud dengan Ilmu Jarhi wat Ta‟dil adalah ilmu yang menerangkan tentang hal catatan-catatan yang dihadapkan kepada para perawi dan t entang penta‟dilanya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang kh usus dan tentang martabat- martabat kata-kata itu. c. Ilmu Fan al-Mubhamat3 Adal ah ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut namanya didalam mat an atau didalam sanad. d. Ilmu ¹Ilal al- Hadits4 Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan hadits, jelasnya ilmu ini membahas tentang sualu ilat yang 1 Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,(Bulan Bintang : Jakarta, 1954), h.153 2 Ibid, h.155 3 Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riway ah dan Dirayah (Mimbar Pustaka : Bandung, 2008), h.205 4 Ibid, h.204 Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 32
Ulumul Hadis [BAB III] berupa memutashilkan yang munqathi‟, merafa‟kan yang mauquf, memasukkan suatu hadits kedalam hadits yang lain. e. Ilmu Gharib al- Hadits5 Adalah ilmu yang menerangk an ma‟na kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar diketahui maknanya da n yang kurang terpakai oleh umum. Yang dibahas oleh ilmu ini adalah lafadz yang musykil dan susunan kalimat yang sukar difahami, tujuanya untuk menghindarkan pe nafsiran menduga-duga. f. Ilmu Nasikh wa al- Mansukh6 Adalah ilmu yang menerangk an hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan yang menasikhkanya. Ilmu ini berman fa‟at untuk pengamalan hadits bila ada dua hadits maqbul yang tanaqudh (bertentang an) yang tidak dapat dikompromikan atau dijama‟. Bila dapat dikompromikan, hanya s ampai pada tingkat mukhtalif al Hadis, kedua hadits maqbul tersebut dapat diamal kan. Bila tidak bisa dijama‟ (dikompromikan), maka hadits maqbul yang tanaqudh tad i ditarjih atau dinaskh. g. Ilmu Talfiq al- Hadits7 Adalah ilmu yang membahas te ntang cara mengamalkan hadits-hadits yang berlawanan lahirnya. Ilmu ini juga dis ebut dengan ilmu Mukhtalif al- Hadits. Bila dua hadits maqbul yang lahir maknany a bertentangan dapat dijama‟ atau dikompromikan, maka kedua hadits tersebut diamal kan. Cara talfiq al- hadits anatara lain mentakhshish ma‟na hadits yang umum, ment aqyidkan hadits yang muthlaq. h. Ilmu Tashif wat Tahrif8 Adalah ilmu yang menera ngkan hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (mushahhaf) dan bentuknya yang di namakan muharraf. i. Ilmu Asbab Wurud al- Hadits9 Adalah ilmu yang menerangkan s ebab-sebab Nabi SAW menuturkan sabdanya dan masa-masanya Nabi SAW menuturkan. 5 6 Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah¼¼h.200 Ibid, h.202-203 7 Ibid , h.203 8 Ibid, h.205 9 Ibid, h.201-202 Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 33
Ulumul Hadis [BAB III] Ilmu ini mempunyai kaitan erat dengan ilmu Tarikh al-Matan dan mempunya kaidah s eperti ilmu Asbab Nuzul al-Qur‟an. Ilmu asbab wurud al- hadits titik berat pembaha sanya pada latar belakang dan sebab lahirnya hadits. Manfaat mengetahui asbab al -wurud al-hadits adalah untuk memahami dan menafsirkan hadits serta mengetahui h ikmah-hikmah yang berkaitan dengan wurudnya hadits tersebut, atau mengetahui kek hususan konteks ma‟na hadits. Cara mengetahui sebab wurudnya hadits adalah dengan melihat aspek riwayat atau sejarah yang berkaitan dengan peristiwa wurudnya hadi ts. j. Ilmu Mushthalah al- Hadits Adalah ilmu yang menerangkan tentang pengertia n-pengertian (istilahistilah) yang dipakai oleh ahli-ahli hadits. Sedangkan penu lisan kitab-kitab Ilmu Hadits, hal tersebut dimulai dengan munculnya kitab-kitab `Ilal dan Jarh wa Ta`dîl yang merupakan materi utama bagi kajian sanad, di sampin g juga beberapa kaedah seleksi riwayat semisal yang disebutkan oleh Imam Asy-Syâfi i dalam buku Ar-Risâlah dan yang disebutkan oleh Imam Muslim dalam pengantar (muq addimah) buku Shahîh-nya. Setelah itu kemudian muncul kitab-kitab Ulumul Hadits ya ng lebih luas semisal karya Al-Hâkim dan karya Ar-Râmahurmûzî. Penulisan terhadap aneka cabang keilmuan Hadits selan jutnya mendapatkan perhatian besar dari Al-Khathîb Al-Baghdâdy yang menulis Al-Kifâyah dan beberapa kitab Ulumul Hadits secara terpisah. Lalu aneka ragam cabang Ulumu l Hadits ini dihimpun, dirangkum, dan dimodifikasi oleh Ibnush Shalâh dalam Muqadd imah-nya. Dan karya-karya ilmu hadits berikutnya lebih sebagai ringkasan, syarah , atau komentar dan tambahan bagi kitab Ibnush Shalah tersebut, dan dengan itu k itab Ulumul Hadits kemudian menjadi dikenal sebagai kitab ªMusthalahº karena memang lebih fokus pada pendefinisian terma-terma dibanding kaedah-kaedah inti. Kitab-k itab itu misalnya yang ditulis oleh AnNawawi, Ibnu Katsir, Al-`Irâqy (w. 806), Ibn u Hajar (w. 852), As-Sakhâwy (w.902), dan As-Suyuthy (w. 911). Di zaman ini, ada p ula karya-karya Ulumul Hadits yang senada dengan rumpun kitab Ibnush Shalah (met ode Muta akhkhirin) seperti karya Manna` Al-Qaththân dan Subhî Ash-Shâlih, tapi ada ju ga yang Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 34
Ulumul Hadis [BAB III] memperjuangkan kembali metode-metode Mutaqaddimin seperti karya-karya Syekh Hati m Al-`Auny dan Syekh Hamzah Al-Malibâry. D. Manfaat / faedah Ulumul Hadits Jika dilihat dari segi tujuan masing-masing ilmu, maka ilmu hadis riwayah bertuj uan untuk: ªmemelihara syari‟at Islam dan otentitas Sunnah Nabi sawº sementara ilmu ha dis dirayah bertujuan untu: ªmeneliti hadis berdasarkan kaidahkaidahatau persyarat an-persyaratan dalam periwayatanº. Adapun jika kedua ilmu tersebut dilihat dari se gi faedahnya, maka faedah mempelajari ilmu hadis riwayah adalah: ªmenjauhkan kasal ahan dalam periwayatanº, sementara faedah mempelajari ilmu hadis dirayah adalah un tuk mengetahui mana (tertolak). Meskipun tampak secara dzahir bahwa anatara Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah berbeda dari tiga sisi yakni; obyek, tujua n, dan faedah- akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan karena hubungan kedua nya merupakan satu ssistem yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lain ( syaiaini mutalazimaini) atau dengan kata lain ilmu hadis dirayah sebagai in put dan Ilmu Hadis Riwayah sebagai out put hadis yang maqbul (diterima) dan mana yan g mardud E. Penutup Demikianlah makalah ini kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat, dan memberikan gambaran singkat kepada kita tentang turats ilmu hadits. Adapun apa yang saya sa mpaikan ini tentu banyak kekurangannya, karena hanya sebatas apa yang kami ketah ui. Wallahu A lam bi Ash-Shawab Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 35
Ulumul Hadis [BAB III] Daftar Pustaka Zainul Abidin, Lc. adalah kandidat Master Universitas al-Azhar Jurusan Hadits, ( Sumber: http://www.mediamuslim.net) Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Sejarah dan P engantar Ilmu Hadits, (Bulan Bintang : Jakarta, 1954), h.153 Endang Soetari, Ilm u Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah (Mimbar Pustaka: Bandung, 2008), h.205 Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis 36
Bagian Ke Empat Klasifikasi Hadis Ditinaju dari Diterima atau Ditolaknya Oleh Kelompok 4 Abdul Hakim Ali Muzakir Dzikron
Ulumul Hadis A. Hadist Shahih [BAB IV] Ash-shohih secara bahasa lawan dari kata As-saqiim. Sedangkan menurut istilah ya itu hadis bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh rangkaian perawi hadis yang adil, dhabit, , tiada illah, serta tiada syaz. Syarat syarat hadist sohih : 1. Ittisholus sanad, yaitu Setiap perawi yang meriwayatkan hadis telah menerima ha dis tersebut daripada gurunya secara lansung yang bermula dari awal sanad(sahaba t) sampai kepada Rasulullah 2. Perawi yang adil, yaitu yang beragama isalam,bera kal, tidak fasik,baligh dan tidak melakukan perkara yang aib. 3. Perawi yang dha bit yaitu perawi yang kuat ingatannya. Tiada perubahan jika diriwayatkan melalui lisan atau tulisan. Para Ulama membagi sifat dhabit ini menjadi dua macam : 1. Dhabit shadar artinya ia memiliki daya ingat dan hafal yang kuat semenjak ia menerima saat hadits dari seorang syekh atau gurunya sampai dengan pada kepda or ang lain dan dia mampu untuk menyampaikanya menyapaikanya kapan saja di perlukan kepada orang lain. 2. Dhabit kitab artinya tulisan haditsnya sajak mendengar dari gurunya terpelihara dari perubahan, perga ntian, dan kekurangan.singkat kata tidak terjadi kesalahan-kesalahan tulis kemud ihan di ubah dan diganti. Karma hal itu akan mengundang keraguan atas kedhabitan seseorang. Tiada syadz yaitu hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah (te rpercaya) lagi diterima, menyelisihi rawi yang lebih utama darinya . Tiada `illah yaitu Tiada kecacatan atau kelemahan tersembunyi. Contoh hadist sohih :
Semua ahli hadist bersepakat dapat diamalkan dan dijadikan hujjah. Hadits sahih dibagi menjdi 2 yaitu : 2 1 Al Imam bukhori, kitab shohih bukhori bab adzan. Dar el kutub. Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak 38
Ulumul Hadis [BAB IV] 1. Sahih lidzatihi (sahih dengan sendirinya) karena telah memenuhi 5 syarat hadi ts sahih sebagaimana definisi, contoh, dan keterangan di atas. 2. Sahih li ghair ihi (sahih karma yang lain ) yaitu hadits hasan lidzatihi ketika ada periwayatan melalui jalan lain yane sama atau lebih kuat dari padanya contoh : Hadits yang diriwayatkan oleh imam tirmizi melalui jalan Muhammad ibnu amar dari abu salamah dari abu hurairah bahwa rasulallah bersabda :
ªSeandainya aku tidak khawatir memberatka atas umatKu, tentu aku perintah mereka b ersiwak ketika setiap solatº.3 Hadits diatas ini berkualitas hasan lidzatihi karen a semua perawinya bersifat tsiqoh kecuali Muhammad ibnu amr. Ia bertitel shoduk ( banyak benarnya) tetapi hadist ini mempunyai jalan lain yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan muslim melalui jalan Abu Azzanad dari Al a‟araj dari abu hurairoh. Maka hadist diatas kualitasnya dapat naik menjadi sohih li ghairihi. B. Hadist Hasan a. Definisi Hadis Hasan Secara bahasa, Hasan adalah sifat yang bermakna indah. S edangkan secara istilah, para ulama mempunyai pendapat tersendiri seperti yang d isebutkan berikut ini: 1. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkomentar tentang definisi hadi ts Hasan ialah Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ing atannya, yang muttashil (bersambung-sambung sanadnya), yang musnad jalan datangn ya sampai kepada nabi SAW dan yang tidak cacat dan tidak punya keganjilan. 4 2 3 Doktor Mahmud Tohhan, kitab taisir mustholahul hadist, Hal. 51 al haromaini. DIr iwayatkan oleh Imam Tirmidzi, kitab shohih tirmidzi bab Thaharoh dan diriwayatka n juga oleh Imam bukhari dan Muslim dengan jalur yamg berbeda. 4 Al Imam Ibnu ha jar As qolani, kitab Nukhbah fikr, hal. 29. Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak 39
Ulumul Hadis [BAB IV] 2. At-Tirmizy tentang pengertian hadits hasan ialah Hadits selamat dari syuadzud z dan dari orang yang tertuduh dusta dan diriwayatkan seperti itu dalam banyak j alan.5 3. Al-Khattabi menyebutkan tentang pengertian hadits hasan ialah Hadits y ang orang-orangnya dikenal, terkenal makhrajnya dan dikenal para perawinya. Yang dimaksud dengan makhraj adalah dikenal tempat di mana dia meriwayatkan hadits i tu. Seperti Qatadah buat penduduk Bashrah, Abu Ishaq as-Suba i dalam kalangan ul ama Kufah dan Atha bagi penduduk kalangan Makkah.6 4. Jumhur ulama: Hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil (tapi) tidak begitu kuat ingatannya, bersambu ng-sambung sanadnya dan tidak terdapat ¹illat serta kejanggalan matannya. Maka bis a disimpulkan bahwa hadits hasan adalah hadits yang pada sanadnya tiada terdapat orang yang tertuduh dusta, tiada terdapat kejanggalan pada matannya dan hadits itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan m aknanya. Adapun Perbedaan hadits Shahih dan hasan terletak pada kedhabithannya. Jika hadits Shahih tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan tingkat ke dhabithannya berada dibawahnya. Contoh hadist:
ushuliyin. 8 Hukum Hadits Hasan dapat diamalkan dan dijadikan hujjah. Sebagaiman yang di amalkan oleh semua para fuqoha dan kebanyakan muhadditsin dan Hadist ini menurut Imam Turmudzi hadist hasan gharib, dan hal itu menurut beliau di karnakan rijal sanadnya empat (4) orang yang tsiqot kecuali ja‟f ar bin sulaiman adhdoba‟I, oleh karena itu maka turunlah martabat sohih 5 6 Al Imam tirmidzi, Tuhfatul ahwadzi, syarah jaami' Tirmidzi bab illal jilid 10, hal . 519 Al khotobi, kitab ma'alim assunan. Jilid 1. hal. 11 7 At tirmidzi. kitab Tuh fatul Ahwadzi syarah Jaami' Tirmidzi bab. Fadhoilul jihad jilid. 5 .hal 300 8 Kita b Tadribu arrawi. Jil 1. hal. 160 Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak 40
Ulumul Hadis menjadi hasan. 9 [BAB IV] Adapun kita sering mendengar kalimat muttafaqun ¹alaihi. Ini telah sepakat dalam menunjukan bahwa Imam Bukhori dan Imam Muslim keshohihan hadist atau para ulama telah sepakat tentang kesohihannya. Hadist has an dibagi menjadi dua: 1. hasan li dzatihi adalah hadist hasan dengan sendirinya karena telah memenuhi semua criteria dan persyaratan yang ditentukan oleh hadis t hasan. 2. hasan li ghairihi, ada beberapa pendapat ulama di dalam pembahasan h asan li ghairihi ini. Diantaranya sebagian mereka ada yang mengatakan bahwa hasa n li ghairihi adalah hadist dhoif jika diriwayatkan melalui jalan (sanad) lain y ang sam atau lebih kuat. Ada juga yang mengatakan hadist hasan li ghairihi adala h hadist dhoif jika berbilangan jalan sanadnya dan sebab kedhoifannya bukan kare na fasik atau dustanya perawi. Dari dua definisi diatas kita bisa memahami bahwa hadist dhoif bisa naik menjadi hasan li ghoirihi dengan dua syarat yaitu : 1. h arus ditemuka periwayatan sanad lain yang seimbang atau lebih kuat 2. sebab kedh oifan hadist tidak berat seperti dueta dan fasik. Contoh riwayat ibnu majah dari al hakam bin abdul malik dari qotadah dari said ibnu musayyib dari aisyah, nabi bersabda ;
ªAllah melaknat kalajengking janganlah engkau membiarkannya baik dalam keadaan sol at atau yang lain, maka bunuhlah ia ditanah halal atau ditanah haramº Hadist diata s dhoif karena al hakam bin abdul malik seorang dhoif tetapi dalam sanad lain ri wayat ibnu khuzaimah terdapat sanad lain yang berbeda perawi dikalangan muttabi‟ y aitu melalui syuhbah dari qotadah maka ia naik derajatnya menjadi hasan li ghaiy rihi. 9 Al imam ibnu hajar Asqolani, kitab Tahdzibul tahdzib. Jil 2. hal 96 Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak 41
Ulumul Hadis [BAB IV] C. Hadist Dha‟if Secara bahasa dhoif berarti lemah atau lawan dari kuat. Yang dimaksud dengan had ist doif disini ialah apa-apa yang belum terkumpul didalamnya sifat hasan. Conto h hadis dhoif sebagai berikut:
Lalu Imam Tirmidzi pun berkata setelah meriwayatkannya, ª kami tidak tahu hadits i ni melainkan dari hadist hakim al asrom dari abi taymiyyah al hijmi dari abi hur airoh.º10 Para Ulama berbeda pendapat di dalam hukum menggunakan hadist dha‟if.dan j umhur ulama mengistihabkan penggunaan hadist doif di dalam fadilah amal akan tet api dengan tiga syarat sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Ibnu Hajar : 1. h adist tak terlalu dhoif, 11 2. masuk kedalam katgori hadist yang diamalkan seper ti hadist muhkam (hadist maqbul yg tidak terjadi pertentangan dengan hadist lain ), berhati-hati semata atau ikhtiyat.13 12 dan 3. tidak diyakini secara yakin kebenaran hadist itu dari nabi tetapi Karena C. As shohih al muhtaf bil qoro'in Muhtaf bil qoro'in adalah yang terdapat dan menunjukan kepada kelebihan padanya at as apa-apa yang di syaratkan oleh maqbul. As sohih almuhtaf bil qoro‟in itu memili ki beberapa macam, yang paling mashur adalah : 10 11 Imam tirmidzi, kitab jaami' tirmidzi. jil 1. hal 419-420 Kitab Tadriburrawi, jil.1 hal. 298-299 dan Fathul mughist, jil.1 hal. 268. 12 Ibid, Hal. 268. 13 Ajaj al khatib, kitab Mukhtashor al wajiz, hal. 157-160 Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak 42
Ulumul Hadis [BAB IV] a. Apa-apa yang telah diriwayatkan oleh Syekhoni di sohihnya dan belum sampai ke batas mutawatir. Hal ini didukung oleh beberapa pendorong : 1) Dikarnakan ke be saran beliau berdua di dalam ilmu hadist 2) Keunggulan kitab SOHIH beliau berdua diantara kitab yang lain 3) Ulama menerima serta mempelajari kitab beliau b. Al-masyhur apabila memiliki turuq yang sangat jelas dan semuanya selamat dari lemahnya periwayatan dan Illal. c. Khabar musalsal, khabar musalsal secara baha sa adalah bersambungnya sesuatu dengan sesuatu yang lain. Adapun secara istilah hadits adalah hadits yan di riwayatkan oleh banyak orang sanadnya atas satu sifa t ataw satu keadaan.khabar mulsalsal yang dapat menjadi muhtaf bil qoroin apabila di riwayat kan oleh para imam-imam yang dapat dipercaya dan meyakinkan, selama periwayatnya tidak asing. Seperti hadits yang di riwayatkan imam ahmad dari iama syafi`i dan imam syafi`I meriwayatkanya dari imam malik dan orang yang meiwayakanya dari im am syafi`I banyak lagi selain imam ahmad begitu pula banyak orang pula yang meri wayat kanya dari imam malik. Contoh hadist:
Hukumnya hadist muhtaf bil qoroin adalah hadist yang paling kuat dari khabar man apun yang diterima. Seandainya khabar muhtaf bilqorooin itu bertentangan dengan hadist maqbul yang lainnnya maka yang didahulukan atau yang diambil adalah hadis t muhtaf bil qorooin. 14 14 Doktor mahmud tohhan, kitab taisier mustolah hadist, hal, 55. haromaini. Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak 43
Ulumul Hadis [BAB IV] Prakata Doktor Mahmud tohhan, Taisier mustolah hadist. Imam Tirmidzi, jaami' tirmidzi. Aja j al khatib, kitab mukhtasor al wajiz. Imam Ibnu Hajar asqolani. Tadriburrawi da n Nukhbah al fikr Imam bukhori, shahih Bukhori. Imam Muslim, shohih Muslim. Al k hatobi, ma'alimissunan. Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak 44
Bagian Ke Lima Hadis Hasan Oleh Kelompok 5 Abdus Sami' Andi Purnomo M. Saharuddin
Ulumul Hadis A. Definisi Hadits Hasan [BAB V] Dari segi bahasa, kata hasan berasal dari kata ªal husnuº, bermakna al-jamal yang be rarti ªkeindahanº. Adapun menurut istilah, para ulama (termasuk imam Tirmidzi) memberikan definisi secara beragam. Namun yang lebihkuat adalah pendapat yang di kemukakan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitabªAn Nukhbahº, yaitu:
Artinya: ªKhabarahad yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhobitanny a, bersambung sanadnya, tidak ber‟illat, dan tidak ada syadz1 dinamakan shohih lid zhati. Jika kurang kurang sedikit ke-dhobith-annya, maka di sebut hasan lidzatiº2. Dengan kata lain hadis hasan adalah:
Artinya: ªHadis hasan adalah hadis yang bersanbung sanadnya, diriwayatkan oleh ora ng yang adil, kurangsedikitke-dhobith-annya, keganjilan(syadz), dan tidak ada ¹ill atº3. Adapun definisi menurut Imam At Tirmidzi, hadis hasan yaitu hadis yang diriw ayatkan, yang di dalamnya tidak ada rawi yang tertuduh dusta, haditsnya tidak sy adz, diriwayatkan pula haditsnya melalui jalan lain.4 Dengan demikian, maka yang dimaksud hadis hasan adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih selu ruhnya, hanya saja semua atau sebagian perawinya mempunyai tingkat kedhobitan ya ng lebih rendah dibandingkan ke-hobithan para perawi hadis shahih.5 1 tidak ada Lihat, Prof.Dr.M.Syuhudi Ismail,(2007), Metodologi Penelitian Hadits Nabi, cet k e-2, Jakarta: Bulan Bintang, hal 81. 2 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadi s, Jakarta: AMZAH, hal 159. 3 Ibid. 4 Dr. Mahmud Thahan,(2005), Ilmu Hadits Prak tis, Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah, hal 51 5 Dr. Muhammad ¹Ajaj Al Khatib, (2007), Ushul Al Hadits, hal 229 Makalah | Hadis Hasan 46
Ulumul Hadis [BAB V] Kriteria hadis hasan memang hamper sama dengan hadis shahih. Perbedaanya hanya t erletak pada sisi ke-dhobith-annya. Hadis shahih ke-dhobithannya seluruh perawin ya harus sempurna, sedangkan dalam hadis hasan, kurang sedikit ke-dhobith-annya jika dibandingkan dengan hadis shahih. Tetapi, jika dibandingkan dengan ke-dhobi th-an hadis dho‟if, tentu tidak seimbang karena kedhobith-an perawi hadish asan le bih unggul.6 Jadi, hadis hasan memiliki kedudukan di tengah-tengah, antara hadis shahih dan hadis dho‟if. B. Syarat-Syarat Hadis Hasan Semua syarat-syarat yang menjadi kategori hadis hasan telah disebutkan dalam def inisi di atas, adapun secara ringkas yaitu: 1. Bersambung sanadnya. 2. Perawinya adil. 3. Perawinyadhobith, tetapilebihrendah dari padake-dhobith-an hadisshahih. 4. Tidak ada ¹illat. 5. Tidak ada syadz. C. Contoh Hadis Hasan Adapun salah satu contoh hadis hasan adalah hadis yang menjelaskan tentang usia umat Nabi Muhammad Shallallahu ¹alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dari Al Hasan bin Urfah Al Maharibi, dari Muhammad bin Amir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shlallallahu ¹alaihi wa sallam bersabda:
Artinya: ªUsia ummatku hanya sekitar 60 sampai 70 tahun, dan hanya sedikit sekali yang melewati demikian itu.º Semua perawi dalam hadis di atas tsiqah semua kecuali ªMuhammad bin Amirº, dia adalah ªshaduqº, artinyaªsangat benarº. Para ulama hadis manilai b ahwa ªshoduqº tidak mencapai ªdhobithtammº, sekalipun telah mencapai keadilan. 7 6 7 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, hal 159 . Ibid, hal 160. Makalah | Hadis Hasan 47
Ulumul Hadis D. Macam-Macam Hadis Hasan [BAB V] Sebagimana hadis shahih terbagi menjadi dua macam, maka hadis hasan pun terbagi menjadi dua macam, yaitu ªhadis hasan lidzatihº dan ªhadis hasan lighayrihº. a. Hadis Ha san Lidzatih Hadis hasan lidzatih adalah hadis yang hasan dengan sendirinya kare na telah memenuhi segala kriteria dan persyaratan yang ada dan bukan faktor lain di luarnya.8 b. Hadis Hasan Lighairih Hadis hasan lighairih adalah kebalikan dari hadis hasan lidzatih, yaitu hadis awalnya dho‟if dan menjadi hadis hasan karena ada riwayat l ain yang sama dan lebih kuat. Mengenai hadis hasan lighairih ini, ada beberapa p endepat, di antaranya:
Artinya: ªYaitu hadis dho‟if jika diriwayatkan melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebihkuatº.9 Pendapat lain mengatakan:
Artinya: ªYaitu hadis dho‟if jika berbilang jalan sanadnya dan sebab kedho‟ifannya buk an karena kefasikan atau kedustaan perawinyaº.10 8 Ibid, lihat pula, Dr. Muhammad ¹Ajaj Al Khatib, (2007), Ushul Al Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama, hal 300. 9 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakar ta: AMZAH, hal 160. 10 Ibid Makalah | Hadis Hasan 48
Ulumul Hadis [BAB V] Dari definisi-definisi di atas dapat kita pahami bahwa hadis dho‟if bisa naik menj adi hasan lighairih dengan dua syarat, yaitu: 1. Harus ditemukan periwayatan san ad (jalan) yang lain yang seimbang atau lebih kuat. 2. Sebab kedho‟ifannya tidak b erat seperti dusta dan fasik, tetapi hal yang ringan, seperti hafalan yang kuran g dan sebagainya.11 Contoh hadis hasan lighoirih, diriwayatkan oleh Ibnu majah d ari Al Hakam bin Abdul Malik, dari Qatadah, dari Sa‟id bin Musyayyab, dari Aisyah Radhiyallahu ¹anha, bahwa Nabi Shallallahu ªalaihi Wasallam bersabda:
Artinya: ªAllah melaknat kalajengking, maka janganlah Engkau membiarkannya, baik dalam keadaan shalat, maupun yang lain, maka bunuhlah ia di tanah halal atau di tanah haramº12 Hadis di atas adalah hadis dho‟if karena ªAl hakam bin Abdul Malik adalah seorang yang dho‟if, tetapi terdapat sanad yang lain yang d iriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Qatadah, dari sa'id bin Musyayyab sampai kepa da Nabi. Maka hadis ini naik derajatnya menjadi hasan lighairih.13 D. Kitab-kitab yang Memuat Hadis Hasan dan Yang Mengarangnya Di antara kitab-kitab yang memuat hadis hasan, di antaranya adalah sebagai berik ut: a. Sunan At-tirmidzi Kitab ini di karang dan pertama kali diperkenalkan oleh Imam Tirmidzi. Pada awalnya pembagian hadis berdasarkan kualitasnya hanya ada d ua, yaitu hadis shahih dan hadis dho‟if. Sehingga jika ada hadis yang setelah memp ertimbangkan 11 12 Ibid Ibid hal 160 13 Ibid Makalah | Hadis Hasan 49
Ulumul Hadis [BAB V] ternyata terdapat cacat sedikit saja, misalnya dhobith yang kurang sempurna sedi kit, maka hadis ini dimasukkan kedalam golongan hadis dho‟if, maka dari sinilah mu ncul kesimpulan untuk mengambil jalan tengah, yaitu hadis hasan. Di dalam kitab inilah Imam tirmidzi mempopulerkan istilah hadits hasan, dan tergolong orang yan g sering menyebutkannya. 14 Menurut Abdullah ibnu Muhammad Al Anshary, kitab-kitab At Tirmidzi lebih bermanfaat dari pada kitab Al Bukhari dan Muslim karena yang dapa t mengambil faidah dari kitab Al Bukhari dan Muslim hanyalah orang-orang yang su dah memiliki ilmu yang luas.15 Menurut An Nawawi, kitab Tirmidzi ini pertama kal i memunculkan hadis hasan, yang memperkenalkan dan banyak menyebut dalam kitabny a, walaupun secara terpisah di temukan pada sebagian syeikh pada generasi sebelu mnya.16 Ibnu Taimiyah mempertegas bahwa At Tirmidzi-lah orang yang pertama kali memperke nalkan pembagian hadis dari segi kualitasnya kepada shahih, hasan dan dho‟if.17 b. Sunan Abu Dawud Kitab ini dikarang oleh Imam Abu Dawud. Di dalam hadis ini te rdapat hadis shahih, hasan, bahkan hadis dho‟if tetapi tetap dijelaskan kedho‟ifanny a. Adapun hadis yang tidak jelaskankedho‟ifannya dan tidak pula dijelaskan keshahi hannya, maka para ulama menilai hadis ini sebagai hadis hasan. Abu Dawud sendiri mengatakan : ªAku telah menulis hadits Rasul sebanyak 500.000 hadits , kemudian a ku pilih sejumlah 4.800 lalu aku masukkan ke dalam kitab iniº 18 14 15 Dr. Mahmud Thahan,(2005), Ilmu Hadits Praktis, Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah, ha l 56 , Prof.Dr.M.Syuhudi Ismail,(2007), Metodologi Penelitian Hadits Nabi, cet k e-2, Jakarta: Bulan Bintang, hal 256 16 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Had is, Jakarta: AMZAH, hal 162 17 Ibid 18 Prof.Dr. Teungku Muhammad hasbi Ash Shadi qiy,(2009), sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki Putra, ha l 75 Makalah | Hadis Hasan 50
Ulumul Hadis c. Sunan Ad Daruquthni [BAB V] Kitab ini dikarang oleh Imam Ad Daruquthni, dan di dalam kitab ini banyak memuat hadis hasan. D. Pemaduan Tirmidzi Antara Hadis Hasan dan Shahih (Hadis Hasan-Shahih) Sering sekali terhadap suatu hadis, Imam Tirmidzi mengatakan : ªHasan Shahihº. Hadis yang dinilai oleh Imam Tirmidzi sebagai hadis hasan shahih berarti memiliki leb ih dari satu sanad, artinya beliau menilai salah satu sanad itu shahih dan yang lainnya hasan. Adapun makna secara terperici tentang ungkapan At Tirmidzi ªHadis H asan Shahihº , adalah sebagai berikut: 1. Hadis tersebut memiliki dua sanad, yang satus hahih dan yang lain hasan. 2. Terjadi perbedaan dalam penilaian hadis, art inya sebagian berpendapat shahih dan sebagian berpendapat hasan. 3. Dinilaihasan lidzatih dan shahihlighairih.19 D. Berhujjah dengan Hadis Hasan Hadis hasan dengan kedua jenisnya dapat dijadikan hujjah dan diamalkan sebagaima na hadis shahih, meskipun hadis hasan ini memiliki kekuatan di bawah hadis shahi h. Semua ¹ulama fiqhi dan sebagian ¹ulama hadis telah mengamalkan hadis hasan ini, k ecuali hanya sedikit sekali dari kalangan orang yang sangat ketat dalam mempersy aratkan dalam menerima hadis. Bahkan sebagian Muhadditsin (ulamahadis) yang memp ermudah dalam persyaratan shahih memasukkannya kedalam hadis shahih, seperti Ima m Al Hakim, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah. 19 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, hal 162 Makalah | Hadis Hasan 51
Ulumul Hadis [BAB V] Daftar Pustaka Al Khatib, Muhammad ¹Ajaj, 2007, Ushul al Hadits, cet. Ke-4, Jakarta:Gaya Media Pr atama. Thahan, Mahmud, 2005, Ilmu Hadits Praktis, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. Khon, Abdul Majid, 2008, Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH. Ash Shadiqiy, Teungku Mu hammad Hasbi, 2009, Sejarah dan Pengantar ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki P utra. Ismail, Muhammad Shuhudi, 2007, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, cet.ke2, Jakarta: bulan bintang. Makalah | Hadis Hasan 52
Bagian Ke Enam Macam-macam Hadis Dhaif I Oleh Kelompok 6 M. Zaky Fathoni Saofi Ahmadi Zaidan Anshari
Ulumul Hadis A. HADIS MAUDHU' (PALSU) a. Pengertian Hadis Maudhu' [BAB VI] Menurut bahasa maudhu' adalah ismul maf'ul dari wadho'a yang artinya meletakkan. Maka menurut bahasa arti kata maudhu adalah diletakkan. Dinamakn seperti itu karena r endahnya derajatha disini. Adapun menurut istilah, hadis maudhu' berarti suatu riw ayat bohong, yang dibuat-buat, yang dinisbatkan kepada Nabi SAW. Kebohongan dari suatu riwayat dapat dilihat apabila dalam salah satu sanadnya terdapat seorang periwayat yang dikenal sebagai pernah meriwayatkan riwayat bohong yang disandark an keada Nabi SAW. Hadis maudhu' adalah jenis hadis-hadis dho'if yang paling rendah tingkatannya dan paling buruk. Bahkan ada sebagian ulama hadis yang menyatakan b ahwa hadis maudhu' bukanlah termasuk dalam jenis hadis dho'if, melainkan ia jenis ya ng berdiri sendiri. Untuk mengetahui sebuah hadis itu maudhu' dapat melalui berbag ai cara, di antaranya:1 1. Dengan pernyataan perowi bahwasannya dia telah membua t riwayat yang bohong yang dinisbatkan kepada Rosul SAW. Seperti pengakuan Abu `As him Nuh bin Abi Maryam bahwa dia telah memalsukan hadis tentang fadhilah surat-s urat Al Qur'an dari Ibn `Abbas. 2. Atau dengan sesuatu yang menandakan bahwa sang pe rowi berbohong, seperti apa bila seorang perowi meriwayatkan dari seorang Syekh kemudian dia ditanya kelahiran Syekh tersebut, lantas menyebutkan tanggal yang m ana tanggal wafatnya lebih dahulu dari pada tanggal kelahirannya, dan tidak dike tahui hadis itu kecuali dari perowiterebut. 3. Atau dengan indikasi dari perowi, seperti perowi yang berasal dari kalangan Syi'ah yang meriwayatkan hadis tentang fadhilah ahli bait. Maka hadis ini lebih condong kepada derajat palsu. 4. Atau d engan indikasi dari yang diriwayatkan, seperti bunyi hadis yang bertentangan den gan kandungan Al Qur'an, atau ibadah yang sudah disepakati seluruh umat muslim bai k ulama ataupun orang awam. 1 Dr. Mahmud At-Thahan, TaysirMustholah Hadis, Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if I 54
Ulumul Hadis b. Contoh Hadis Maudhu' Contoh dari hadis maudhu' adalah sebagaiberikut: [BAB VI]
Para sahabatku bagaikan bintang, dengan siapapun diantara mereka kalian mengikut inya maka kalian akan mendapat petunjuk.2 Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Abdil Barr dalam kitabJami' Ilmi dan Ibn Hazm dalam kitab Al-Ihkam, dari jalan Salam bin Salim dari Haris bin Ghushoin dari dari Al-A'masy dari AbiSufyan dari Jabir secar a marfu'. Ibn Abdil Barr berkata: sanadini tidak dapat dijadikan hujjah karena Har is bin Ghushoin adalah seorang rowi majhul. Ibn Hazm berkata: ini riwayat yang j atuh karena Abi Sufyan seorang yang dhoif, Salam bin Salim adalah perowihadis-ha dis palsu dan ini salah satunya dengan tidak ada keraguan. Ibn Khorrosy berkata: kazdzdab atau pembohong hadis (yang dimaksud Salam bin Salim). Ibn Hibban berka ta: dia meriwayatkan hadis-hadis palsu. Untuk Imam Ahmad berkata hadis ini adala h tidak sah seperti yang dikutip oleh Ibn Qudamah dalam kitab Al-Muntakhob. Huku m periwatan hadis palsu adalah haram baik lafadz atau makna, kecuali diberi penj elasan tentang kepalsuannya. Sedangkan hukum mengamalkannya adalah haram.3 B. HA DIS MATRUK a. Pengertian Hadis Matruk Hadis matruk menurut bahasa adalah ism maf'u l dari kata taroka yang artinya meninggalkan.Jadiarti dari kata matruk adalah ya ng ditinggalkan. Secara istilah ahli hadis arti dari hadis matruk adalah hadis y ang di dalam sanadnya terdapat seorang perowi yang dituduh berbohong. Perbedaany a dengan hadis palsu adalah dalam hadis palsu seorang perowi dikenal sebagai pem bohong dalam hadis atau sebagai pemalsu hadis, sedangkan dalam hadis matruk adal ah perowi 2 3 Syaikh Al-Albani, Silsilah Dhof'idahwalMaudhu'ah, hadisnomor 58 Imam Suyuthi, Tadrib urRowi, pembahasannomor 11 tentanghadis maudhu' Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if I 55
Ulumul Hadis [BAB VI] yang dikenal dengan kebohongannya dalam perkataan sehari-hari, bukan dalam hadis .4 b. Contoh Hadis Matruk Contoh dari hadis matruk adalah sebagai berikut: ":
Dari Nabi SAW beliaubersabda: aku adalah pohon dan Fatimah adalah akarnya atau c abangnya, dan Ali adalah sarinya, Hasan dan Husain adalah buahnya, dan syiahkita adalah daunnya, pohon itu asalanya dari surga and, asalnya, cabangnya, sarinya, daunnya, dan buahnya ada dalamsurga.5 Hadis inidiriwayatkan oleh Ismail bin Ahm ad dari Ismail bin Mus'adah dari Hamzah bin Yusuf dari Abu Ahmad bin Adi dari Umar bnSannan dari Hasan bin Ali Al-Azdi dari AbdurRozak dari ayahnya dari Mayna bin AbiMayna dari Adurrohman bin `Auf dari Nabi. Dalam sana disini terdapat Mayna bin Abi Mayna. Menurut Yahya bin Ma'in dia bukanlah seorang tsiqoh, menurut Imam Ad-D aruquthni dia adalah matruk, menurut IbnHibban tidak halal riwayat darinya kecua li sebagaiI'tibar, dan tidak halal riwayat dari Hasan bin Ali Al-Azdi karena dia s eorang yang memalsukan hadis, menurut Ibn Jauzy dia telah sebagai tertuduh (yait u tertuduh berbohong). Dari penilaian para Imam ahli hadis di atas terhadap sana dnya, bisa kita simpulkan bahwa hadis di atas matruk atau bisa jadi maudhu' atau p alsu. 4 5 Dr. Mahmud At-Thahan, TaysirMustholah Hadis IbnJauzy, Al-Maudhu'at, Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if I 56
Ulumul Hadis C. HADIS MUNKAR a. Pengertian Hadis Munkar [BAB VI] Hadis munkar menurut bahasa ism maf'ul dari kata inkar lawan kata dari menyetujui. Sedangkan menurut istilah beberapa ulama ahli hadis member pengertian terhadap hadis munkar dengan beberapa definisi namun yang paling terkenal adalah dua defi nisi di bawah ini: 1. Hadis yang di dalam sanadnya terdapat perowi yang telah ba nyak kelalaiannya dan telah terlihat sifat fasiq dalam dirinya. Ini adalah defin isi yang disebutkan Imam Ibn Haja rnamun beliau menisbatkan definisi ini kepada ulama selain beliau. Jadi definisi ini bukan dari beliau. Salah satu yang memaka i definisi ini adalah Imam Baiquni. 2. Definisi yang kedua adalah hadis yang dir iwayatkan oleh seorang perowi yang lemah yang bertentangan dengan riwayats eoran g tsiqoh. Inilah riwayat yang disebutkan Imam Ibn Hajar dan beliau mengambil def inisi bersandar kepada definisi ini. Adapun perbedaan antara munkar dan syadz ad alah apabila munkar adalah riwayat seorang yang lemah atau dhoif sedangkan syadz adalah riwayat seorang yang tsiqoh namunbertentangan dengan riwayat yang lebih tsiqoh.6 b. Contoh Hadis Munkar Contoh dari hadis matruk adalah sebagaiberikut:
Tidak akan maju kebarisan depan seorang arab atau yang bukan arab atau seorang a nak yang belum baligh.7 6 7 Dr. Mahmud At-Thahan, TaysirMustholah Hadis Syaikh Al-Albani, Silsilah Dhof'idahwa lMaudhu'ah, hadisnomor6022 Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if I 57
Ulumul Hadis [BAB VI] Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ad-Daruquthni dalam kitab sunannya dari Muhamma d bin Gholib dari Abbas bin Sulaim dari Ubaidullah binSa'id dari Al-Laits dari Muj ahid dari Ibn Abbas. Dalam sanad hadis ini terdapat dua cacat yaitu Al-Laits, di a adalah Ibn Abi Sulaim seorang yang dhoif lagi tercampur hafalannya, dan cacat lain terdapat pada Ubaidullah bin Sa'id. Imam Bukhori mengatakan di dalam hadisnya harus diteliti. Abu dawud mengatakan dia memiliki hadis-hadi spalsu. Imam Dzaha bi mengatakan dalam kitab Al-Mizan: di antara hadis-hadis munkar darinya adalah yang diariwayatkan dari Laits. Cacat yang ketiga adalah Abbas bin Salimdia tidak diketahui kecuali dalam sanad ini. Ibn Qoththon mengatakan dia seorang yang maj hul. Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if I 58
Bagian Ke Tujuh Macam-macam Hadis Dhaif II Oleh Kelompok 7 Anas Mujahidin M. Nur Wahid M. Sani Abdul Malik
Ulumul Hadis A. HADIS MU'ALLAL/MA'LUL a. Definisi Mu'allal/Ma'lul Menurut Bahasa Istilah [BAB VII] Secara bahasa kata mu‟allal merupakan isim maf‟ul dari kata¹allalahu kata mu‟allal ini d iambil dari qiyas shorfy (perbandingan perubahan kata bahasa Arab) yang tidak ma syhur. Adapun qiyas shorfy yang masyhur adalah kata a‟allahu bi kadza fahua mu‟allun yang bermaknya menimpakan sesuatu, yang ditimpa sesuatu. Sebagian muhadditsin m enyebutnya dengan kata ma‟lul namun kata ini ditolak oleh ahli bahasa Arab. 1 Adap un pengertian mu‟allal secara istilah:
ªAdalah hadits yang diketahui didalamnya terdapat ilat (penyakit/cela) yang menoda i keshahihannya meskipun secara dzohir tampak selamat dari ilat tersebutº. Pengert ian lain dari Hadits Mu‟allal
ªsuatu hadits, yang setelah diadakan penelitian dan penyelidikan nampak adanya sal ah sangka dari rawinya, dengan mewashalkan (menganggap, bersambung suatu sanad) hadits yang Munqathi‟ (terputus) atau memasukkan sebuah hadits pada suatu hadits y ang lain, atau yang semisa dengan ituº.2 Pengertian ¹illat menurut bahasa adalah pen yakit dan menurut istilah adalah sebab tersembunyi yang dapat merusak keshahihan sebuah hadits 3. 1 2 Dr. Mahmud At-Thahan, ªTaysir Mustholah Hadisº, Daar-elfikr, hal.83 Drs. Fatchur Rah man, Ikhtisar Mushthalahul Hadits 3 Manna‟ al-Qaththan,ºMabahits fi ¹Ulum al-Haditsº,ter j.Mifdhol, Pustaka al-Kautsar: 2004, hal.152 Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 60
Ulumul Hadis [BAB VII] b. Macam-macam Illat Al-Hakim dalam kitabnya ªUlumul hadits ªtelah membagi jenis-jen is ¹illat menjadi sepuluh macam, yang dinukil berikut contohnya oleh Imam as-Suyut hi dengan kesimpulan bahwa mcam-macam ¹illat adalah sebagai: 1. ` Illat Pada Sanad C ontoh hadis: Hadits yang diriwayatkan oleh Ya‟la bin Ubaid at -Thanafisi, dari Suf yan ats-Tsauri, dari Amru bin Dinar, dari Ibnu Umar, dari Nabi Shalallahu ¹Alaihi wa Sallam bersabda, ªKedua orang yang berjual Khiyarº.(al- hadits) Keterangan: Sanad pada hadits ini adalah muttashil atau bersambung, diceritakan oleh orang yang ¹ad il dari orang yang ¹adil pula, tapi sanadnya tidak shahih karena terdapat‟illat dida lamnya. Sedangkan matannya shahih tanpa ada ¹illat. Letak ¹illat terdapat pada sanad , karena riwayat Ya‟la bin Ubaid terdapat kesalahan pada Sufyan dengan mengatakan ªA mru bin Dinarº padahal yang benar adalah ªAbdullah bin Dinarº. Demikian yang diriwa ya tkan oleh para Imam dari muridmurid Sufyan ats-Tsauri, seperti Abi Nu‟aim al-Fadhl bin Dakin, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Makhlad bin Yazid, dan yang lainnya 4 , mereka meriwayatkan dari Sufyan, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar bukan dari Amru bin Dinar, dari Ibnu Umar. 2. `Illat Pada Matan Contoh hadis: Hadits ya ng diriwayatkan Imam muslim dalam shahihnya dari riwayat al-Walid bin Muslim: ª Te lah bercerita kepada kami al-Auza‟I, dari Qatadah, bahwasanya dia pernah menulis s urat memberitahukannya kepadanya tentang 4 beli itu dapat melakukan Tadrib ar-Rawi, hal.254 Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 61
Ulumul Hadis [BAB VII] Anas bin Malik yang telah bercerita kepadanya, dia berkata, ‟Aku pernah shalat dib elakang Nabi Shalallahu ¹Alaihi wa Sa llam, Abu Bakar, Umar, Utsman, mereka memula inya dengan membaca: ªAlhamdulillahi Rabbil ¹alamin tidak menyebut ªBismillahirrahmani rrahimº pada awal maupun pada akhir bacaan‟. Imam Muslim juga meriwayatkan dari al-W alid, dari al-Auza‟I, telah memberitahukan kepadaku Ishaq bin Abdillah bin Abi Tha lhah, bahwasanya dia mendengar Anas menyebut demikian. Ibnu ash-Shalah dalam kit ab ªUlumul Haditsº berkata ªSebagian kaum mengatakan bahwa riwayat tersebut diatas (ya ng menafikan bacaan basmalah) terdapat ¹llat.Mereka berpendapat bahwa kebanyakan r iwayat tidak menyebut basmalah tapi membaca hamdalah dipermulaan bacaan, dan ini yang muttafaqun ¹alaih menurut riwayat Bukhari dan Muslim dalam shahihnya.Mereka mengatakan bahwa lafazh tersebut adalah riwayat yang difahaminya secara maknawi, yaitu lafazh: (Artinya: ªMereka membuka bacaan shalat dengan membaca alhamdulilla hi rabbil ¹alaminº), difahami bahwa mereka tidak membaca basmalah, maka meriwayatkan seperti apa yang dipahaminya, dan ternyata salah, karena maknanya bahwa surat y ang mereka baca adalah surat AlFatihah yang tidak disebutkan padanya basmalah. D itambah lagi dengan beberapa hal, yaitu: sahabat Anas ditanya tentang iftitah de ngan basmalah, lalu dia menyebutkan bahwa dia tidak mengetahui sesuatu pun dari Rasulullah Shalallahu ¹Alaihi wa Sallam. tentang itu.5º 3. ¹Illat Pada Sanad dan Matan Contoh hadis: Diriwayatkan Baqiyah dari Yunus, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ªBarang siapa mendapat kan satu rakaat dari shalat Jum‟at dan shalat lainnya maka telah mendapatkan shala tnya.ºAbu Hatim Ar-Razi, berkata, ªHadits ini sanad dan matannya salah. Yang benar a dalah riwayat Az-Zuhri dari Abi Salamah dari Abu Hurairah dari Nabi Shalallahu ¹Al aihi wa Sallam bersabda: ªBarang siapa yang 5 ibid. Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 62
Ulumul Hadis [BAB VII] mendapatkan satu rakaat dari shalat maka itu telah mendapatkannya.º Sedangkan lafa zh: ªshalat Jum‟atº tidak ada dalam hadits ini. Dengan demikian terdapat ¹llat pada kedu anya. B. HADIS MUBHAM a. Definisi Mubham Menurut Bahasa dan Istilah Kata mubham secara bahasa merupakan isim maf‟ul dari kata al-ibham (samar) yaitu konotasi dari kata al-idhoh (jelas). Pengertian mubham menurut istilah adalah seseorang yang disamarkan pada matan atau sanad dari para perawi atau dari siapapun yang berkai tan dengan periwayatan. b. Manfaat Pembahasan Hadits Mubham Adapun manfaatnya, a ntara lain sebagai berikut : 1. Ibham (Samar/Tidak Jelas) Pada Sanad Untuk menge tahui perihal rawiy, kuatkah (tsiqoh) atau lemah (dho‟if) dalam menghukumi hadits tersebut shohih atau dho‟if. 2. Ibham Pada Matan Salah satu manfaat dari pembahasan ibham dalam matan yang pa ling jelas adalah pengetahuan tentang pemilik kisah atau penanya,sehingga jika t erdapat suatu kebaikan kita dapat mengetahui keutamaannya, sebaliknya dengan men getahuinya kita dapat selamat dari prasangka dengan para Shahabat yang lainnya. c. Contoh Hadits Mubham 1. Contoh Mubham yang terdapat pada sanad, seperti:
Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 63
Ulumul Hadis [BAB VII]
6
Hadits Abu Dawud yang diterimanya dari ª¼Hajjaj bin Furafishah dari seorang laki-lak i dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Shalallahu ¹Alaihi wa Sa llam. Sabda Rasulullah: ª Orang Mu‟min itu ialah orang yang mulia lagi dermawan dan orang fajir itu ialah penipu lagi tercelaº. ª¼Bisyr bin Rafi‟ dari Yahya bin Abi Katsird ari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Shalallahu ¹Alaihi wa Salla m. ¼º. Di dalam hadits tersebut Hajjaj tidak menerangkan nama rawi yang memberikan H adits kepadanya. Oleh karena itu sulit sekali untuk menyelidiki identitasnya, na mun dalam riwayat kedua yang diberitakan Bisyr bin Rafi‟ bahwa hadits ini diriwaya tkan dari Abu Salamah oleh Yahya bin Abi Katsir, maka kandungan kata rajulun ter sebut maksudnya adalah Yahya bin Abi Katsir. 7 2. Contoh Mubham yang terdapat pa da Matan, seperti: Contoh Mubham yang terdapat pada matan, ialah hadits ¹Abdullah bin `Amr bin `Ash r.a., yang meriwayatkan:
8 ) ( ª¼bahwa seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah saw katanya: ª(perbuatan) I slam yang manakah yang paling baik?º Jawab Nabi: ªIalah 6 7 Sunan Abi Daud bab ªfi Nasyri al-¹Asyrahº Tadrib Ar-Rawi, hal. 344. 8 Shahih Bukhari B ab ªIth‟amu ath-Tha‟amº Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 64
Ulumul Hadis [BAB VII] kamu merangsum makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal dan yang belum kamu kenalº. (Riwayat Bukhari). Menurut penyelidikan As-Suyuthy bahwa o rang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah itu ialah Abu Dzar ra. C. HADIS MAQLUB a. Definisi Maqlub Menurut Bahasa dan Istilah Secara bahasa kata al-Maqlub merupakan isim maf‟ul dari kata al-qalbu yaitu memindahkan/membalikkan sesuatu dari bentuk semestinya. Adapun pengertian al-Maqlub menurut istilah adal ah mengganti suatu kata dengan kata lain dalam sanad hadits atau matannya, denga n mendahulukan kata yang seharusnya diakhirkan, mengakhirkan kata yang seharusny a didahulukan dan dengan yang semisalnya. 9 b. Macam-macam Hadis Maqlub Hadits M aqlub terbagi menjadi dua bagian yaitu, Maqlub sanad dan Maqlub matan. 1. Maqlub Sanad Maqlub sanad adalah hadits maqlub yang penggantiannya terjadi pada sanadn ya. Maqlub sanad ini mempunyai dua bentuk: Bentuk pertama: Seorang perawi mendahulukan dan mengakhirkan satu Nama dari nama -nama para perawi dan nama ayahnya. Contonya sebuah hadits yang diriwayatkan mer iwayatkan dari hadits Ka ab tersebut bin Murrah, namun seorang Murrab ke perawi Ka‟ab. dengan mengatakan 9 Nudhatun-Nadhar halaman 47 ; Taisir Musthalah Hadits halaman 107 ; Ulumul-Hadits halaman 91 ; Al-Ba itsul-Hatsits halaman 78 ; dan Tadriibur-Rawi halaman 191 Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 65
Ulumul Hadis Bentuk Kedua: Seorang perawi mengganti salah satu nama dari [BAB VII] nama-nama perawi sebuah hadits dengan nama lain, dengan tujuan supaya nama perawi tersebut dari tidak dikenal. namun Seperti hadits yang sudah terkenal oleh diriwayatkan dengan nama Salim, seorang hadits perawi yang menggantinamanya diriwayatkan Nafi . Contoh: ªSebuah Hammad bin Amr An-Nashibi (seorang pendusta), dari Al- A masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah radliyallaahu anhu secara marfu : "Jika kalian bertemu denga n orang-orang musyrik di suatu jalan, maka janganlah kalian memulai mengucapkan salam kepada mereka". Hadits ini adalah had its yang maqlub, karena Hammad membaliknya, dimana dia menjadikan hadits ini dir iwayatkan dari Al-A masy. Padahal sudah diketahui bersama bahwa hadits ini diriw ayatkan dari Suhail bin Shalih, dari Seperti kitabnya.Beliau Abdul-Hamid, Pelaku ayahnya, inilah dari Imam Abu Hurairah radliyallaahu anhu. dalam Muslim dari meriwayatkannya Ats-Tsauri, kesemuanya sengaja, maka meriwayatkannya dan Abdul- Aziz ini jika Syu bah, Jarir dari ia bin
Ad-Daruwardi; dengan Suhail. dijuluki perbuatan melakukannya "pencuri hadits". Perbuatan ini terkadang dilakukan oleh perawi yang terpercaya karena keliru, bukan karena kesengajaan sebagaimana yang dilakukan oleh perawi pendusta. 2. Maqlub Matan Maqlub matan adalah hadits maqlub yang penggantiannya terjadi pa da matannya. Maqlub matan ini mempunyai dua bentuk: Bentuk pertama: Seorang pera wi mendahulukan sebagianmatan yang seharusnya diakhirkan dari sebuah hadits dan mengakhirkan sebagian matan yang seharusnya didahulukan. Contoh hadits yang diri wayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah radliyallaahu anhu. Yaitu hadits tentang tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya, dimana hari itu tidak ada naungan selain Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 66
Ulumul Hadis [BAB VII] naungan-Nya. Di dalamnya disebutkan salah satu dari ketujuh golongan tersebut: " Dan seorang laki-laki yang bersedekah kemudian ia menyembunyikan sedekahnya sehi ngga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya" . Ini adalah salah satu riwayat yang terbalik yang dilakukan oleh seorang perawi . Sedangkan riwayat yang benar adalah : "Sehingga tangan kirinya tidak mengetahu i apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya". Seperti inilah hadits tersebut di riwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwaththa nya, Imam Bukhari dalam Kita b Shahih-nya, dan para ahli hadits lain. Itulah contoh dari bagian pertama, dima na ada keterbalikan dalam matannya karena sudah menjadi suatu yang maklum bahwa bersedekah itu dilakukan dengan tangan kanan. Bentuk kedua: Seorang perawi menya mbung sebuah matan hadits dengan sanad hadits lain dan menyambungkan sebuah sana d hadits dengan matan hadits lain. Penggantian ini dilakukan dalam rangka menguj i sebagian ulama hadits, supaya bisa diketahui sampai dimana tingkat kekuatan ha falannya sebagaimana yang dilakukan oleh ulama Baghdad terhadap Imam Muhammad b in Isma il AlBukhari ketika datang menemui mereka. Al-Khathib Al-Baghdadi meriwa yatkan bahwa para ulama Baghdad berkumpul dan bersepakat untuk membolak- bailkka n matan dan sanad seratus hadits, dimana mereka menyambungkan matan dengan sanad lain dan menyambungkan sanad dengan matan lain. Kemudian mereka memberikan hadi ts-hadits yang mereka balik matan dan sanadnya kepada Imam Bukhari dan menanyaka n kepadanya.Maka satu per satu beliau mampu mengembalikan matan ke sanadnya dan mengembalikan sanad ke matannya tanpa melakukan kesalahan sedikitpun. Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 67
Ulumul Hadis D. HADIS MUDHTHARIB a. Definisi Mudhtharib Menurut Bahasa dan Istilah Menurut ba hasa mudhtharib merupakan [BAB VII] bentuk isim fa‟il dari kata al-Idhthirab yang maknanya adalah perbedaan/perselisihan. Menurut istilah adalah hadits yang diriwayatkan dari jalur yang berbeda serta sama dalam tingkat kekua tannya, dengan tidak memungkinkan tarjih, serta tidak mungkin untuk dikumpulkan antara keduanya. Idlthirab itu dapat terjadi pada sanad atau matan. Dan kejadian ya pada sanad adalah lebih banyak. b. Macam-macam Hadis Mudhtharib 1. Mudhtharib Sanad Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, ia berka ta,ºWahai Rasulullah, aku melihat rambutmu beruban,º maka beliau bersabda: ªYang telah membuat rambutku beruban adalah Hud dan saudara saudaranya,º(Riwayat at-Tirmidzi) Imam Ad-Daruquthni berkata,ºHadits ini adalah mudhtharib karena hadits ini tidak diriwayatkan kecuali dari satu jalan, yaitu dari Abu Ishaq.Periwayatan dari Abu Ishaq diperselisihkan sampai pada sepuluh bentuk; ada yang meriwayatkannya secar a mursal, ada yang meriwayatkannya secara maushul, ada yang menjadikanya termasu k Musnad Abu Bakar dan sebagainya. Semua perawi hadits tersebut tsiqot, maka tid ak memungkinkan untuk ditarjih dan dijama ‟. 2. Mudhtharib Matan Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam AtTirmidzi, dari Syuraik, dari Abu Ham zah, dari As-Sya‟bi, dari Fatimah binti Qais, ia berkata ªRasulullah ditanya tentang zakat. Maka beliau bersabda: ªSesungguhnya dalam harta ada kewajiban yang lain se lain kewajiban zakat.º Sedangkan Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini dari jalur yan g sama dengan menggunakan ungkapan ªTidak ada kewajiban dalam harta selain kewajib an zakat.ºImam al-Iraqi berkata: ªKetidaktetapan (al-Idhthirab) pada hadits tersebut tidak memungkinkan untuk ditakwilkan.º Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 68
Ulumul Hadis E. MUSHAHHAF a. Definisi Mushahhaf Menurut Bahasa dan Istilah [BAB VII] Secara bahasa kata mushahhaf merupakan bentuk isim maf‟ul dari kata ªat-Tashhifº yang maknanya adalah kesalahan tulis dalam shahifah (lembaran kitab hadits). Secara i stilah pengertian mushahhaf adalah pengubahan kalimah dalam hadits kepada yang t idak diriwayatkan oleh perawinya yang tsiqat baik lafadz maupun makna. b. Macam Tashhif 1. Tashhif dalam Sanad Contohnya adalah hadits yang diriwayatka n oleh Syu‟bah, dari al-Awwam bin Murajim al-Qaisi, dari abu Utsman an-Nahdi. Namu n Yahya bin Ma;in melakukan kesalahan dalam menyebut nama dari ayah al-Awwam den gan kata ªA l-Awwam bin Muzahim. 2. Tashhif Dalam Matan Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Zaid bin T sabit: ªIhtajara Rasulullah fi al-Masjidº yang artinya: ªSesungguhnya Rasulullah membu at kamar dalam masjidº. Namun Ibnu Lahi‟ah melakukan kesalahan dalam meriwayatkan ha dits tersebut dengan menggunakan kalimah: ªIhtajama Rasulullah fi al-Masjidº yang ar tinya ªRasulullah berbekam di dalam masjidº F. SYADZ a. Definisi Syads Menurut Bahasa dan Istilah Secara bahasa syadz merupa kan bentuk isim fa‟il dari syadz yang maknaya adalah sendiri dan kata syadz (fa‟il) maknanya adalah yang menyendiri dari kebanyakan. Secara istilah pengertian syadz menurut Ibnu Hajar adalah: ªHadits yang diriwayatkan oleh perawi terpercaya yang bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya, bisa karena lebih kuat hafalan nya, lebih banyak jumlahnya atau karena sebab-sebab lain,º Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 69
Ulumul Hadis b. Macam Syads [BAB VII] 1. Syadz Dalam Sanad Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirm idzi, anNasa‟i dan Ibnu Majah dari jalur ibnu ¹Uyainah dari Amr bin Dinar dari Ausaj ah dari Ibnu Abbas, ªSesungguhnya ada seorang laki-laki yang meninggal di masa Ras ulullah dan ia tidak meninggalkan ahli waris kecuali bekas budaknya yang ia merd ekakan. Maka Rasulullah memberikan semua harta warisannya kepada bekas budaknya.º Hammad bin Yazid menyelesihi Ibnu Uyainah, karena ia meriwayatkan hadits tersebut dari Amr bin Dinar dari Ausajah tanpa menyebutkan I bnu Abbas. Masing-masing dari Ibnu Uyainah, Ibnu Juraij dan Hammad bin Yazid ada lah para perawi yang terpercaya. Namun Hammad bin Yazid menyelisihi Ibnu Uyainah dan Ibnu Juraij, karena meriwayatkan hadits di atas secara mursal (tanpa menyeb utkan sahabat: Ibnu Abbas). Sedangkan keduanya merewayatkannya secarabersanbung dengan menyebut perawi sahabat. Oleh karena keduanya lebih banyak jumlahnya, mak a hadits yang diriwayatkan Ibnu Juraij dan Ibnu Uyainah dinamakan hadits mahfuzh . Sedangkan hadits Hammad bin Yazid dinamakan hadits Syadz. 2. Syadz Pada Matan Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam A bu Dawud dan At Tirmidzi, dari hadits Abdul Wahid bin Ziyad, dari Al A‟masyi, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah secara marfu‟: ªJika salah seorang di antara kalian s elesai shalat sunnah fajar, maka hendaklah ia berbaring di atas sebelah badannya yang kanan.ºImam Baihaqi berkata, ªAbdul Wahid menyelisihi banyak perawi dalam hadi ts ini.Kerena mereka meriwayatkan haidts tersebut dari perbuatan Rasullullah buk an dari sabda beliau.Berarti Abdul Wahid menyendiri dengan lafazh tersebut dari para perawi yang terpercaya dari teman-teman AlA‟masyi. Maka hadits yang diriwayat kan dari jalur Abdul Wahid (ia adalah perawi yang terpercaya) adalah hadits syad z. Sedangkan yang diriwayatkan dari para perawi terpercaya yang lain dinamakan h adits mahfuzh.º Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 70
Ulumul Hadis [BAB VII] Penutup Pada akhirnya, hanya inilah yang dapat kami usahakan demi menggapai mustika ilmu hadits yang telah diwariskan para ulama kepada kita. Dengan harapan dengannya k ita dapat mengikuti jejak mereka yang salalu istiqamah fi sabilillah dan sebagai usaha untuk menjadi orang yang termasuk pada kalangan rasikhuna fi al-ilmi. Ada pun kekurangan yang terdapat dalam pembahasan kami di atas yaitu tentang masalah hukum penggunaan hadits-hadits yang termasuk golongan ini, penyusun makalah den gan sengaja tidak mencantumkannya, dengan alasan karena mata kuliah ini hanya me rupakan pengenalan dari dasar-dasar ilmu hadits sehingga cukuplah mengenali jeni snya yang kemudian didefinisikan dan diberikan contoh yang singkat dan tidak per lu dijelaskan secara panjang lebar dan mendetail. Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 71
Ulumul Hadis [BAB VII] Daftar Pustaka At-Thahan, Mahmud, Dr., Taysir Mustholah Hadis, Bairut: Daar el-Fikr. Fatchur Ra hman, Drs., Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Al-Qaththan, Manna‟, Mabahits fi ¹Ulum alHadits, terj.Mifdhol, Pustaka al-Kautsar: 2004 As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, Daar el-Makta bah asySyameela. Al-Bukhari, Muhammad bin Ismā‟il, Shahīh Al-Bukhāri, Dār Ihya` at-Turāts al -¹Arabi: Bairut 1972 Muslim bin al-Hajjaj an-Nīsābūri, ªShahīh Muslimº, Dār al-Hadīts: Kairo Abū Dāud Sulaimān bin al-Asy‟ats as-Sajastāni, Sunan Abī Dāud, Dār al-Hadīts: Kairo 1999. Makalah | Macam-macam Hadis Dha'if II 72
Bagian Ke Delapan Macam-macam Inqitha (Keputusan Sanad) Oleh Kelompok 8 Idham Cholid Lukman Rosi TB. Syaiful Fikri
Ulumul Hadis A. MACAM-MACAM INQITHA AS-SANAD [BAB VIII] Inqtha' as sanad adalah hadits yang sanadnya terputus disebabkan gugurnya seorang atau lebih disengaja atau tidak sengaja baik di awal, di tengah, dan di akhirnya , gugur secara nampak atau tersembunyi. Dan telah disampaikan bahwa salah satu s yarat hadits shahih dan hasan adalah sanadnya bersambung. 1 Diantara macam macam Inqitha'As-sanad yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini ialah: 1. Mu'allaq, 2. Mursal, 3. Mu'an `an dan Muannan, dan 4. Mudallas. B. HADITS MU'ALLAQ a. pengertia n Kata mu'allaq dari asal kata dengan makna bergantung. Nama, hadits bergantung (mu'allaq), karena sanadnya bersambung ke arah atas dan terputus ke arah bawah, maka seolah seperti suatu benda yang bergantun g pada atap rumah atau sesamanya. Dari segi istilah hadits mu'allaq adalah: 2
Hadits yang dibuang pada awal sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-tu rut. Jadi hadits mu'allaq adalah hadits yang sanad-nya bergantung karena dibuang d ari awal sanad seorang perawi atau lebih. Dengan demikian, hadits mu'allaq bisa ja di yang dibuang semua sanad dari awal sampai akhir kemudian berkata: Rasulullah SAW: ....atau dibuang semua sanad selain sahabat atau selain tabi'in dan sahabat a tau dibuang pemberitanya. 1 2 Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al-Hadits, 55. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulu mul Hadits, 176. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 74
Ulumul Hadis b. Contoh Hadits Mu'allaq [BAB VIII] Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori berkata: Malik berkata: memberitakan ke padaku zaid bin aslam, bahwa atha' bin yasar memberitakan kepadanya, bahwa Abu Sa'id Al-Khudri memberitakan kepadanya, bahwa ia mendengar dari rasulullah SAW bersab da: ,
Jika hamba masuk Islam kemudian baik Islamnya, maka Allah menghapus dari padanya segala kejahatan yang telah lewat. Setelah itu diadakan pembalasan amal, satu k ebaikan dibalas dengan sepuluh kali persamaannya sampai seratus kali lipat sedan gkan kejahatan dibalas dengan sesamanya, kecuali Allah mengampuninya. Hadits di atas Mu'allaq, karena Al-Bukhori menggugurkan syaikhnya sebagai penghubung dari ma lik dengan menggunakan bentuk kata aktif (mabni ma'lum) yang meyakinkan yaitu: : : Malik berkata :... c. Hukum Hadits Mu'allaq Hadits Mu'allaq tergolong hadits yang tertolak (mardud) kar ena sanad -nya tidak bersambung (ghairu muttashil) dan tidak diketahui sifat-sif at perawi yang dibuang. Tetepi hadits Mu'allaq ini bisa menjadi diterima (maqbul) manakala dikuatkan melalui jalan (sanad) lain yang menyebutkan perawi yang dibua ng dan ia memiliki sifat kredibelitas yang tinggi (tsiqah) atau sangat jujur (sh aduq). Dengan demikian hilanglah kesamaran atau ketidak tahuan tentang sifat-sif at para perawi hadits. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 75
Ulumul Hadis C. HADITS MURSAL [BAB VIII] Hadis Mursal adalah hadits yang sanadnya diangkat (dirafa'kan) oleh seorang sahaba t atau tabi'in mendengatrnya dari beliau. a. pengertian Dari segi bahasa mursal da ri kata dengan makna terlepas atau bebas tanpa ada ikatan. ang terlepas atau gugur yakni dikalangan sahabat atau tabi'in. 3 Dalam istilah ada beberapa pendapat tentang pengertian hadits mursal ini, 4 yaitu : 1. Pendapat m ayoritas muhadditsin diantaranya Al-Hakim, Ibnu Ash-shalah, Ibnu Hajar, dan lain -lain. langsung kepada Nabi SAW padahal dia tidak
ªAdalah periwayatan tabi'in secara mutlak (baik senior maupun yunior) dari Nabi SAWº 2 . Pendapat Fuqaha, Ushuliyyun, dan segolongan dari muhadditsin diantaranya Al-Khathib Al-Baghdadi, Abu Al-Hasan bin Al-Qathan, dan An-Nawawi, i alah:
ªAdalah hadits yang terputus isnadnya dimana saja dari sanadº 3. Pendapat Al-Baiquni :
ªHadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabatº 4. Menurut sebagian ulama muhaddit sin:
ªHadits yang gugur dari akhir sanadnya orang setelah tabi'in (sahabat)º Dari beberapa definisi di atas dapat dikompromikan bahwa hadits mursal adalah hadits yang diri wayatkan oleh tabi'in dari Nabi baik dari perkataan, perbuatan, atau persetujuan, 3 4 baik tabi'in senior maupun yunior tanpa Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al-Hadits, 59. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulu mul Hadits, 169-170. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 76
Ulumul Hadis [BAB VIII] menyebutkan penghubung antara seorang tabi'in dan seorang Nabi SAW yaitu seorang s ahabat. Sebagian pendapat menegaskan, periwayatan tabi'in senior saja bukan tabi'in yunior, karena mayoritas periwayatan tabi'in senior dari sahabat, sedangkan periwa yatan tabi'in yunior dari Nabi dimasukkan munqathi'. Berbeda dengan pendapat fuqaha dan Ushuliyyun yang memandang mursal lebih umum dimana saja penggugurannya. Misa lnya seorang tabi'in mengatakan, bahwa Nabi SAW bersabda begini......atau berbuat begini.....dan seterusnya.periwayatan seprti ini disebut mursal tabi'in. b. Contoh hadits mursal Misalnya: Ibnu Sa'ad berkata dalam thabaqat-nya: Memberitakan kepada kami Waqi' bin Al-Jarrah, memberitakan kepada kami Al-A'masyi dari Abu Shalih berkata: Rasulullah SAW bersbda:
ªWahai manusia sesungguhnya aku sebagai rahmat yang dihadiahkanº Abu shalih As-Saman Az-Zayyat seorang tabi'in, dia menyandarkan berita hadits tersebut dari Nabi tanp a mejelasakan perantara sahabat yang menghubungkannya kepada Rasulullah SAW. D. HADITS MU'AN'AN DAN MU'ANNAN a. Pengertian Hadis Mu'an'an Dari segi bahasa mu'an'an isim dari kata yang berarti dari ka i. Menurut istilah hadits mu'an'an adalah:
ªHadits yang disebutkan dalam sanadnya diriwayatkan oleh si Fulan dari si Fulan, d engan tidak menyebutkan perkataan memberitakan, mengabarkan, dan atau mendengarº5 5 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 234. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 77
Ulumul Hadis [BAB VIII] Jadi hadits Mu'an'an adalah hadits yang dalam periwayatannya hanya menyebutkan sanad dengan kata `an Fulan = dari si Fulan , tidak menyebutkan ungkapan yang tegas ber temu dengan syaikhnya, misalnya menggunakan kata = memberitakan kepada kami Fulan, A arana = mengabarkan kepada kami, atau (ittishal). b. Contoh hadits mu'an'an = Aku mend ar, dan seterusnya yang menunjukkan bertemu
Al-Hasan bin Arafah menceritakan kepada kami, Isma'il bin Iyasy memberitakan kepad a kami dari yahya bin Abu Amru Asy-Syaibani dari Abdullah bin Ad-Dailami berkata : Aku mendengar Abdullah bin Amr, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungg uhnya Allah SWT menciptakan makhluk-nya dalam keadaan gelap (kebodohan) kemudian dia sampaikan kepada mereka di antara cahaya-nya. (HR. At-Tirmidzi) c. Hukum pe ngamalan hadits Mu'an'an Hukum mu'an'an apakah tergolong hadits muttashil atau munqathi'? para Ulama berbeda pendapat tentang hadits ini, di antara mereka berpendapat bah wa hadits ini tergolong munqathi' atau mursal berarti dihukumi dha'if tidak dapat di amalkan sehingga ada penjelasan kemuttashilannya. Pendapat yang kuat pendapat ma yoritas Ulama baik dari kalangan Ulama hadits, Ulama Fiqih, maupun Ulama Ushul m enerima hadits ini dan dihukumi muttashil dengan dua syarat, yaitu sebagai berik ut.6
6 Ajaj Al-Khothib, Al-Mikhtashar..., hlm. 164 dan Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al -Hadits, 72. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 78
Ulumul Hadis [BAB VIII] 1. Periwayat yang menggunakan `an = dari (mu'an'in) tidak mudallis (tidak seorang yang menyembunyikan cacat), dan 2. Periwayat yang menggungakan `an = dari (mu'an'in) berte mu atau mungkin bertemu dengan orang yang menyampaikan hadits kepadanya. d. Peng ertian Hadis Mu'annan Menurut bahasa kata mu'annan berasal dari kata yang ber kata dan = bahwasanya, sesungguhnya. Menurut istilah Hadits mu'annan adalah: :
ªYaitu hadits yang dikatakan dalam sanadnya memberitakan kepada kami bahwasanya si Fulan memberitakan beginiº7 e. Contoh hadits mu'annan
ªmemberitakan malik dari ibnu syihab bahwasanya sa'id bin al musyayyab berkata begin iº 7 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 236. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 79
Ulumul Hadis E. HADITS MUDALLAS a. Pengertian Kata mudallas adalah bentuk isim maf'ul dari kata : [BAB VIII]
Dalam bahsa arab, kata at-tadlis diartikan menyimpan atau menyembunyikan cacat b arang dagangan dari pembelinya. Pembeli mengira bahwa barang dagangan itu bagus, indah, dan menarik, tetapi setelah diteliti benar dan dibolak-balik, ternyata t erdapat cacat pada barang dagangan itu. Sedang dalam istilah, hadits mudallas ad alah:
ªMenyambunyikan cacat dalam isnad dan menampakkan cara (periwayatan) yang baikº 8 b. Pembagian Hadits Mudallas Hadits mudallas dibagi menjadi dua macam: Tadlis Al-I snad dan Tadlis Asy-Syuyukh: 1. Tadlis Al-Isnad Tadlis Isnad adalah Seorang pera wi meriwayatkan suatau hadits yang ia telah mendengar darinya padahal dia belum mendengar darinya tanpa meyebutkan bahwa dia telah mendengar darinya. Maksud def inisi di atas, bahwa tadlis al-isnad adalah seorang perawi meriwayatkan sebagian hadits yang telah ia dengar dari seorang syekh, tetapi hadits yang di-tadlis-ka n ini memang tidak mendengar darinya, ia mendengar dari syaikh lain yang mendeng ar dari padanya. Kemudian syaikh lain di gugurkan dalam periwayatan dengan mengg unakan ungkapan yang seolah-olah ia mendengar dari syaikh yang pertama tersebut. Seperti kata qala Fulan = berkata si Fulan atau `an Fulan = dinukil dari Fulan. T idak dengan ungkapan periwayatan yang tegas seperti haddatsani = memberitakan ke padaku atau sami'tu = aku mendengar, maka ia dihukumi pendusta. Contohnya : 8 Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al-Hadits, 66. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 80
Ulumul Hadis [BAB VIII] Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah melalui jalan Ab u Ishaq As-Syubay'i dari Al-Barra bin Azib RA. Berkata : Rasulullah bersabda:
ªTidak ada dari dua orang Muslim yang bertemu kemudian besalam-salaman kecuali dia mpuni bagi mereka sebelum berpisahº Abu Ishaq As-Syubay'i nama aslinya Amr bin Abdul lah, dia seorang tsiqah tetapi disifati mudallis. Dia mendengar beberapa hadits Al-Barra bin Azib, tetapi dalam hadits ini, ia tidak mendengar dari padanya seca ra langsung, ia mendengar dari Abu Daud Al-Ama yang matruk haditsnya, kemudian m eriwayatkannya dari Al-Barra bin Azib dan menyembunyikan Abu Dawud AlAma dengan ungkapan 'an'anah = dari (sanad-nya menggunakan kata 'an = dari). Kemudian tadlis al=i snad dibagi menjadi dua lagi, yaitu: o Tadlis At-Taswiyah, yaitu seorang perawi meriwayatkan hadits dari seorang syaikh kemudian digugurkan seorang dha'if antara dua syaikh yang tsiqah dan bertemu antara keduanya (arti tsiqah dapat dipercaya karena memiliki dua sifat adil dan dhabith). Misalnya : Nabi ±Tsiqah ± Tsiqah ± Dha'if d i hapus ± Tsiqah ± Mukharrij. o Tadlis Al-Athfi, yaitu seorang perawi meriwayatkan s uatu hadits dari dua orang syaikh, tetapi ia sebenarnya mendengar salah satunya saja dengan menggunakan ungkapan kata yang tegas mendengar pada syaikh pertama d an tidak tegas pada yang kedua. Misalnya : = memberitakan kepada kami si . 2. Tadlis Asy-Syuyukh Tadlis asy-Syuyukh, yaitu :
Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 81
Ulumul Hadis [BAB VIII] ªSeorang perawi meriwayatkan dari seorang syaikh sebuah hadits yang ia dengar dari nya kemudian ia diberi nama lain atau nama panggilan (kuniyah) atau nama bangsa dan atau nama sifat yang tidak dikenal supaya tidak dikenalº 9 Misalnya seorang pe rawi dari Mesir dikatakan : memberitakan kepadaku si Fulan di Ziqaq Halb (Gang S usu Perah) dimaksudkan di Cairo atau Baghdad dikatakan : Memberitakan kepadaku s i Fulan di Mawara'a An-Nahri, dimaksudkan Baghdad dan seterusnya. Contohnya : Hadi ts tentang talak tiga sekaligus diriwayatkan oleh Abu Dawud melalui jalan Ibnu J uraij memberitakan kepadaku sebagian Bani Abu Rafi' mawla (budak yang telah dimerd ekakan) Rasulullah SAW dari Ikrimah mawla Ibnu Abbas dari Ibnu Abbas berkata : ± ±
ªAbu Yazid ( Abu Rukanah dan saudara-saudaranya) atau Rukanah menthalak dan menika hi seorang wanita dari kabila Muzinahº 10 Ibnu Juraij nama aslinya adalah Abdul Ma lik bin Abdul Aziz bin Juraij, ia tsiqah tetapi disifati tadlis sekalipun ia mer iwayatkan hadits ini dengan ungkapan tegas tetapi ia menyembunyikan nama syaikhn ya yaitu sebagian Bani Rafi'. Para ulama berbada pendapat tentang syaikhnya ini, p endapat yang shahih adalah Muhammad bin Ubaidillah bin Abu Rafi', gelar tajrih-nya matruk. 9 10 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 180. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 181. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 82
Ulumul Hadis [BAB VIII] Daftar Pustaka Thalhan Mahmud, Taysir Mushthalah Al-Hadits. Abdul Majid Khon, Haji, Ulumul Hadi ts, Jakarta: Amzah, 2009. Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad] 83
Bagian Ke Sembilan Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kuantitas Perawi Oleh Kelompok 9 Alit Nur Hidayat M. Masrur M. Muslihan Sodik
Ulumul Hadis A. HADIST/KHABARUL MUTAWATTIR a. Pengertian Mutawatir Menurut Bahasa dan Istilah [BAB IX] Mutawatir menurut bahasa berarti mutatabi yakni yang datang berikutnya atau beri ring iringan yang satu dengan yang lain tidak ada jarak. Sedang menurut istilah ªH adist yang diriwayatkan oleh jumlah besar orang yang terhindar dari kesepakatan mereka untuk berdusta (sejak awal sanad ) sampai akhir sanad dengan didasarkan p ada panca indra. 1 b. Syarat Hadist Mutawattir Menurut Ulama Mutaakhirin 1. Diri wayatkan oleh sejumlah besar perawi. Menurut Al-Qadhi Al-Baqillani tidak boleh b erjumlah 4 orang minimal 5 orang dengan mengqiaskan jumlah nabi yang bergelar Ul ul azmi. Sedang Al-isthakhary menetapkan yang paling baik minimal 10 orang sebab jumlah sepuluh merupakan awal bilangan banyak. 2. Adanya keseimbangan antara pe rawi pada thabaqot pertama dengan thabaqot berikutnya. Dengan demikian jika suat u hadist diriwayatkan oleh 20 orang sahabat,kemudian di terima oleh 10 orang tab i,in dan selanjutnya hanya diterima oleh 5 orang tabi-tabi‟in tidak dapat di golon gkan hadist mutawattir sebab tidak seimbang. Akan tetapi ada yang berpendapat ba hwa keseimbangan jumlah rawi tidak terlalu penting, sebab yang diinginkan banyak nya perawi adalah terhindar dari kebohongan. 3. Berdasarkan tanggapan panca indr a. Artinya berita yang mereka ( perawi ) dapatkan benar-benar hasil pendengaran dan penglihatan sendiri. c. Pembagian Hadits Mutawattir Para Ahli Hadits membagi Hadits Mutawattir menjadi dua bagian: 1. Mutawattir Lafadz Hadits Mutawattir la fdzy adalah Hadits Mutawattir yang lafadz dan maknanya disampaikan secara terus menerus. Maksudnya,Hadits yang diriwayatkan oleh jumlah rawi yang banyak,dimana susunan redaksi lafadz dan 1 Nur Ad-Din Atar, manhaj Al-naqli Fi'ulumul hadist,( Beirut darul fikr,1979) hal. 7 0 Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi 85
Ulumul Hadis [BAB IX] maknanya sama, antara riwayat yang satu dengan yang lainnya. Misalnya hadits ten tang larangan menbuat hadits maudhu‟ berikut ini: ) (
ªSiapa saja yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka bersiaplah menempati ne raka (HR. Muslim) Menurut Abu bakar As-sirin bahwa hadist di atas diriwayatkan s ecara marfu oleh 60 sahabat dan ada yang menyebutkan 73 2 sahabat dengan redaksi yang sama. 2. Mutawattir maknawi Mutawattir maknawi adalah Hadits yang Mutawatt ir maknanya saja, tidak lafazdnya. Maksudnya banyak yang diriwayatkan dengan red aksi yang berbeda,namun berbicara dalam satu tema (Mempunya tema yang sama). Contoh:
ªAnas bin Malik berkata: Nabi saw. Tidak mengangkat tangan dalam do‟a, kecuali dalam do‟a istisqa‟. Dan sesungguhnya, dia mengangkat tangan hingga terlihat warna putih ketiaknya.‟.º(HR. Bukhari). Hadis lain yang semakna:
2 Zuhdi Rifa'i, Mengenal ilmu hadits, hal. 106 Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi 86
Ulumul Hadis [BAB IX]
ª Yahya bin sa‟id mendengar anas bin malik berkata, ¹Pada hari jum‟at, seorang arab pede saan dating kepada Rasulullah saw. seraya berkata: Wahai Rasulullah, telah binas a binatang binatang ternak, keluarga dan masyarakat (karena dilanda kekeringan).‟ Maka, Rasulullah saw mengangkat tangan me mohon (turun hujan) bersama Rasulullah . Anas berkata; kami tidak keluar mesjid sampai diturunkan hujan. (HR.Bukhari) B . HADIST/KHABARUL AHAD a. Pengertian Mutawatir Menurut Bahasa dan Istilah Menuru t bahasa Al-ahad jama dari ahad yang berarti satu. Sedang menurut istilah khabar yang jalan perawinya tidak mencapai jumlah perawi pada hadist mutawattir, baik satu orang, dua, tiga, empat dan setrusnya. b. Pembagian Hadits Ahad Hadist ahad di golongkan menjadi tiga bagian yaitu: 1. Masyhur Masyhur Menurut bahasa berar ti Al-intisyar yaitu sesuatu yang telah tersebar atau populer.Sedang menurut ist ilah hadist yang mempunyai jalur yang terhingga tapi lebih dari dua jalur dan da n tidak sampai kepada batas hadist mutawattir.Diantara hadits masyhur ada yang s hahih, hasan dan dhaif. Contoh hadits masyhur:
ªTidak sah shalat bagi berdekatan dengan masjid, kecuali (shalat) di masjid.º (HR. a l-Hakim). Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi 87
Ulumul Hadis [BAB IX] Para ahli hadits tidak banyak meriwayatkan hadits ini. Bahkan, diantara mereka a da yang mendo‟ifkannya. Meskipun demikian, para ahli fiqih tetap mempopulerkannya. Hadits yang lain yang terkenal dikalangan ahli fiqih adalah hadits berikut:
ªPerkara halal yang paling dibenci Allah adalah thalaq.º (HR.Ibnu Majah). 2. Aziz Me nurut bahasa berasal dari kata azza ya'izzu yang berarti sedikit atau jarang dan b isa berasal dari kata azza ya‟uzzu yang berarti kuat.Sedang menurut istilah hadist yang perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua tabaqat sanad 3. Dalam h al ini, Imam al-Baiquni dalam al-Manzumah al-Baiquniyah mengatakan ( diriwayatkan oleh dua atau tiga perawi).4 Contoh dari hadist aziz:
ªTidak sempurna iman kalin, sehingga aku lebih dicinta dari pada ayah, anak dan ma nusia seluruhnya.º5 3. Gharib Menurut bahasa adalah Al-munfarid (menyendiri) atau Al-baid ¹an aqaaribihi (jauh dari kerabatnya). Sedang menurut istilah hadis yang d iriwatkan oleh satu orang perawi yang menyendiri dalam meriwatkannya. Sedang men urut Ibnu Hajar Hadist yang dalam sanadnya terdapat seorang yang meriwatkannya. Contoh hadist gharib: 3 4 Muhammad ibn `Alwi Al-Maliki Al-Hasani Ibid, hal. 112. 5 Muhammad bin Ismail al-Bu khari, Shahih al-Bukhari,Beirut Darul ibn Katsir,1987, cet.3,juz 1,hal. 14 Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi 88
Ulumul Hadis [BAB IX]
ªDiriwayatkan dari Abi hurairah, bawha nabi saw.Bersabda:‟ Iman itu (bercabang-caban g menjadi) 73 cabang. Dan malu itu adalah salah satu cabang dari iman.‟.º 6 c. Berhu jah Dengan Hadist Ahad Bila hadist mutawatir dapat dipastikan berasal dari Nabi Saw, maka beda halnya dengan hadist Ahad. Dengan kata lain, kebenarananya masih bersifat dzhanni ( dugaan ) dari Nabi saw. Maka hadist Ahad bisa benar bisa sala h. Katagori hadist ahad yaitu: (Gharib,Aziz, dan Masyhur)ada yang shahih,hasan d an dhaif. Maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai keshahihannya. Adapun hadist yang berstatus dha‟if, maka tidak memberikan faidah zhann,tidak dapat diamalkan, tidak boleh dianggap sebagai dalil,tidak boleh disampaikan kecuali jika disertai penjelasanakan kelemahannya. Namun hadist dha‟if boleh disampaikan dalam perkara targhib (anjuran) dan tarhib (menakut nakuti). Sekelompok ulama bersikap toleran dalam hal tersebut dengan memberikan tiga syarat berikut: 1. Hadits tersebut ke lemahannya ringan, tidak terlalu parah seperti lemah sekali, maudhu‟, apalagi tida k ada asalnya. 2. Orang yang mengamalkannya mengetahui bahwa hadits itu adalah h adits lemah dan tidak berkeyakinan bahwa itu adalah dari Rasulullah saw. 3. Hadi ts lemah tersebut didasari oleh dalil shahih yang bersifat global. Sekalipun pen dapat yang kuat menurut kami bahwa tidak boleh berhujjah dengan hadits-hadits le mah baik dalam fadhaailul ¹amal maupun hukum karena karena semuanya sama-sama syar i‟at agama.7 6 7 Muhammad bin al-Hajjaj al-Naisabury,Shahih Muslim, juz.1.hal. 63 Ibid. hal. 63 Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi 89
Ulumul Hadis [BAB IX] Daftar Pustaka Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Musthalahul Hadist,Darul Atsar, kairo, M esir 1423 H. Zuhdi Rifa‟i, Mengenal Ilmu Hadist,Penerbit al-Ghuraba (Anggota IKAPI ),Januari 2009. Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,Beirut Darul i bn Katsir. Muhammad bin al-Hajjaj al-Naisabury,Shahih Muslim,Beirut Darul Ihya. Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, Koreksi hadits-hadits dha‟if populer,Medi a Tarbiyah. Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi 90
Bagian Ke Sepuluh Klasifikasi Hadis Berdasarkan Nisbat Oleh Kelompok 10 Ahmad Zulki Hasrul Fathu Rozy Safidin
Ulumul Hadis A. MACAM-MACAM HADIS DITINJAU DARI SUMBER BERITA [BAB X] M
akalah ini memaparkan pembagian hadis ditinjau dari segi sumber berita/nisbat ma tan suatu Hadis. Klasifikasi Hadis dilihat dari sumber berita memiliki arti yang sama dengan ungkapan ªdari siapa berita itu dimunculkan pertama kaliº. Dalam hal ini terdapat 4 macam pembagiannya sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dalam bukunya Ulumul Hadis,1 ya itu : Hadis Qudsi, Hadis Marfu, Hadis Mauquf, dan Hadis Maqthu. Secara umum dapa t dikatakan jika sumber berita dari Allah dinamakan hadis Qudsi, jika sumber ber ita datangnya dari Nabi disebut hadis Marfu, jika datangnya sumber berita itu da ri sahabat disebut Hadis Mauquf dan jika datangnya dari Tabi‟in disebut hadia Maqt hu. Sumber utama di atas tidak dapat menentukan keshahihan suatu hadis sekalipun datangnya dari Allah atau Nabi. karena tinjauan kualitas shahih, hasan dan dha‟if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi lebih dilihat dari sifa t-sifat para pembawa berita. Dengan demikian Hadis Qudsi, Marfu, Mauquf dan maqt hu tidak mutlak keshahihannya. Terkadang Shahih, Hasan maupun Dha‟if dan ini semua tergantung dari sifat-sifat para pembawa berita hadis tersebut.2 Agar lebih jel as tentang Klasifikasi Hadis ini, dapat dilihat dalam bagan seperti dibawah ini : Hadis dalam Tinjauan Sumber Berita Hadis Qudsi Hadis Marfu Hadis Mauquf Hadis Maqthu Nisbat Berita kepada Allah 1 2 Nisbat Berita Kepada Nabi Nisbat Berita kepada Sahabat Nisbat Berita kepada Tabi in Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 217, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan Ibid Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 92
Ulumul Hadis [BAB X] Sebelum memasuki pembahasan hadis di atas, kami menekankan bahwa istilah pembagi an hadis di atas hanya merupaka sebuah peristilahan dalam dunia Hadis. Hal ini d imaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam memahami berbagai sistem peristilaha n bagi setiap orang yang melakakan pengkajian terhadap Hadis. B. HADIS QUDSI a. Definisi Hadis Qudsi M Atau : ) enurut bahasa kata Al-qudsi adalah nisbah dari kata Al-quds ( yang artinya
i dinamakan suci (al-qudsi) karena disandarkan kepada Zat yang Maha suci. Persef ektif lain, dinisbahkan kepada Ilah (Tuhan) maka disebut Hadis Ilahi atau dinisbahkan kepada Rabb (Tuhan ) maka disebut pula Hadis Rabbani.3 Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adala h : . 4
ªSesuatu yang dipindahkan dari Nabi SAW serta penyandarannya kepada Allah SWTº . 5
"Setiap hadis yang disandarkan Rasulullah SAW perkataannya kepada Allah Azza wa Jalla" b. Bentuk-bentuk Periwayatan Hadis Qudsi Rasulullah kadangkadang menyampaikan suatu berita atau nasihat yang beliau ceritakan dari Allah S WT, tetapi bukan wahyu yang diturunkan seperti Alquran dan bukan perkataan yang tegas (sharih) yang nyata-nyata disandarkan kepada Beliau yang kemudian disebut dengan hadis Nabawi. Berita itu memang beliau 3 4 sandarkan kepada Allah tetapi bukan Al-Quran karena redaksinya Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 217, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan Ibid. Hal. 218 5 Munzier Suparta, Ilmu hadis, Hal. 16, Bab Hadis Qudsi Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 93
Ulumul Hadis [BAB X] berbedadengan redaksi Al-Quran. Itu adalah Hadis Qudsi yang maknanya diterima da ri Allah melalui Ilham atau mimpi sedang redaksinya dari nabi sendiri. Dalam per iwayatan Hadis Qudsi ada dua bentuk , yaitu :6 Pertama : ... :
ªRasulullah shallallaahu ¹alaihi wasallam bersabda Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ¹azza wa jallaº : ... Kedua : ... :
ªAllah berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah shallallaahu ¹alaihi wasallamº : ... Hadits Qudsi sama dengan Hadits-hadits lain tentang keadaan sanad dan rawi-rawin ya, yaitu ada yang shahih, hasan dan juga dha‟if. Perbedaan umum antara Al-Quranul Karim, Hadits Qudsi dan Hadits Nabi diantaranya : Al Qur`anul Karim mempunyai l afal dan makna dari Allah SWT dan diturunkan secara berkala melalui malaikat Jib ril Sedangkan Hadits Nabi memiliki lafal dan makna yang bersumber dari Nabi SAW yang berdasarkan wahyu Allah dan ijtihad yang sesuai dengan wahyu, dinisbatkan k epada Rasulullah SAW Serta Hadits Qudsi, lafal Hadits berasal dari Nabi Muhammad tetapi maknanya dari Allah SWT, tidak berkala, dinitsbatkan kepada Allah SWT. P erbedaan dalam bentuk penyampaiannya adalah : Al-Quran selalu memakai kata " " n "" Hadits Nabawi memakai kalimat " "\ 6 Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 219-220, Bab macam-macam hadis dari berb agai tinjauan Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 94
Ulumul Hadis c. Contoh Hadis Qudsi 1. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya : [BAB X]
7 )(
2. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ¹anhu :
8 ) (
Jumlah hadis Qudsi ini menurut Syihab Al-Din Ibn Hajar Al-Haytami dalam Kitab Sy arah Arba‟in Al-Nawawiyah berjumlah lebih dari seratus9. Diantara kitab Hadis Quds i adalah Al-Ittihafat As-Saniyah bi Al-Ahaditsi AlQudsiyah, karya Abdur Rauf AlMunawi. Di dalamnya terkumpul 272 buah hadits.10 7 8 Ibnu Mukti, Hadis Qudsi, Hal. 11 Kamil Uwaidah, Hadis Qudsi, Hal 49, Bab Berbaik sangka kepada Allah 9 Munzier Suparta, Hal 17, Bab pengertian Hadis Qudsi 10 Dr . Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 222, Bab macam-macam hadis dari berbagai t injauan Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 95
Ulumul Hadis C. HADIS MARFU [BAB X] a. Defenisi Hadis Marfu A 11 l-Marfu‟ ) menurut bahasa merupakan isim maf‟ul dari kata rafa‟a ( u‟ karena disandarkannya ia kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu Rasulullah shallallaahu ¹alaihi wasallam. Sedangkan Hadits Marfu‟ menurut istilah ad alah
perbuatan, taqrir (ketetapan) atau sifatº ªSegala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa perkataan , Dari definisi di atas dapat difahami bahwa segala sesuatu yang disandarkan kepad a Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, taqrir, ataupun sifat beliau disebu t dengan hadis Marfu . Orang yang menyandarkan itu boleh jadi Sahabat, atau sela in sahabat. Dengan demikian, sanad dari hadis Marfu ini bisa Muthasil, bisa pul a Munqathi, Mursal, atau Mu dhal dan Mu allaq. Defenisi ini mengecualikan berita yang tidak disandarkan kepada Nabi Misalnya yang disandarkan kepada Sahabat yan g nantinya disebut hadis Mauquf atau yang disandarkan kepada Tabi‟in disebut denga n hadis Maqthu. 12 b. Macam-macam Hadis Marfu Mengingat bahwa unsur-unsur hadits itu dapat berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi maka apa yang disanda rkan kepada Nabi itupun dapat diklasifikasikan menjadi marfu qauli, marfu fi‟li da n marfu taqriri. Dari ketiga macam hadits marfu tersebut ada yang jelas dengan m udah dikenal rafanya dan ada pula yang tida jelas rafanya. Yang jelas (shahih) d isebut marfu hakiki13 dan yang tidak jelas disebut marfu hukmi.14 11 12 Dr. M. Tohan, Mustalahatul Hadis, Hal. 105, Bab Taksimul Khabar binnisbati ila m an isnida ilaihi Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 223, Bab macam-macam ha dis dari berbagai tinjauan 13 Marfu' secara Hakiki maksudnya penyandarannya secara tegas kepada Rasulullah SAW 14 Marfu' secara hukum maksudnya adalah isinya tidak terang dan tegas menunjukkan marfu', namun dihukumkan marfu' karena bersandar pada b eberapa indikasi Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 96
Ulumul Hadis Secara rinci, pembagiannya dijelaskan dibawah ini :15 1. Marfu Qauly Hakiki [BAB X] Marfu Qauly Hakiki Ialah ucapan yang jelas atau terang-terangan menunjukan kepad a Marfu. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan lapal qauliyah : ¼¼
ªAku mendengar Rasulullah saw bersabda ¼¼¼ beginiº 2. Marfu Qauly Hukmi Marfu Qauly Hukmi Ialah ucapan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung huk um Marfu. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan kalimat : .¼¼
ªAku diperintah begini¼., aku dicegah begitu¼¼º 3. Marfu Fi'li Hakiki Marfu Fi‟li Hakiki adal h apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas menjelaskan perbuatan Rasulullah saw. 4. Marfu Fi'li Hukmi Marfu Fi‟li Hukmi Ialah perbuatan tidak terang-terangan me nunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu. 5. Marfu Taqririyah Hakiki Marfu Taqririyah Hakiki Ialah perbuatan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu. Ini juga berarti tindakan sahabat dihadapan Rasulullah dengan tiada memperoleh reaksi, baik reaksi itu positif maupun negat if dari beliau. 6. Marfu Taqririyah Hukmy Marfu Taqririyah Hukmy Ialah ketetapan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu.Den gan kata lain, pemberitaan sahabat diikuti dengan kalimat-kalimat sunnatu Abi Qa sim, Sunnatu Nabiyyina atau minas Sunnati. 15 Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 224-226, Bab macam-macam hadis dari berb agai tinjauan Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 97
Ulumul Hadis [BAB X] Dalam penyampaianya ada beberapa kalimat yang bisa menjadi tanda dari Hadits Mar fu diantaranya: Pertama : Jika yang berbicara sahabat16 Kami telah diperint telah dilarang ( ) Telah diwajibkan atas kami ( ) Telah diharamkan atas k i () Telah lalu dari sunnah ( ) Menurut sunnah ( ) Kami berbuat d p ( .) Kedua : Jika yang meriwayatkanya tabi`in I ayatkanya dari Nabi SAW ( ) Ia menyampaikanya kepada Nabi SAW ( ) Dengan meriwa SAW () Ketiga : Jika akhir sanad ada sebutan ( )artinya keadaanya dimarfu`kan Ketiga : Jika abat menafsirkan Al Qur`an17 Asbabun nuzul Contoh: : :
Dari Bara` ia berkata: ªadalah orang-orang apabila mengarjakan ibadah haji di zama n jahiliyah, mereka keluar masuk rumah dari 16 17 Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 225, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan Ibid. Hal. 225-226 Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 98
Ulumul Hadis [BAB X] sebelah belakangnya. Lalu Allah turunkan ayat: ªbukanlah kebajikan itu karena kamu keluar masuk rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu, ialah orang yang ber bakti. Oleh karena itu, keluar dan masuklah rumah-rumah dari pintu-pintunyaº. (HR. Bukhari) Dari contoh Hadits diatas bias kita tarik kesimpulan bahwa sahabat men ceritakan asbabun nuzul dari surat Al Baqarah ayat 189. Hadits ini disebut Marfu karena Nabi-lah yang bersabda demikian atau Nabi membenarkan perkataan sahabatn ya. Keterangan dari sebuah ayat atau kalimat dalam Al Qur`an Contoh: : . : ) (
dari Abdullah Bin Mas`ud tentang ayat ini yaitu: ªyang orang-orang menyerukan (seb agai tuhan) mereka, mengharapkan kedekatan kepada tuhan merekaº ia berkata: ªadalah s atu golongan dari jin disembah oleh manusia, lalu jin-jin itu masuk islamº.(R. Buk hari). c. Contoh Hadis Marfu 1. Marfu Qauly Hakiki :
18 ) ( ªWarta dari Ibn Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : Shalat jama‟ah itu lebih afdhal dua puluh tujuh tingkat dari pada shalat sendirianº ( HR Bukhari dan Muslim) 18 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Juz 4, Hal. 153, Bab keutamaan shalat berjamaah Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 99
Ulumul Hadis 2. Marfu Qauly Hukmi 19 [BAB X] ) (
iqamahº (HR Mutafaqqun ¹Alaih) ªBilal r.a. diperintah menggenapknan adzan dan mengganjilkan 3. Marfu Fi'li Hakiki
20 )) ( (
ªWarta dari ¹Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw mendo‟a di waktu sembahyang, ujarnya: Ya Tuhan, aku berlindung kepada Mu dari dosa dan hutangº (HR Bukhari) 4. Marfu Fi'li H ukm ) ( : ªJabir r.a. berkata : kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah saw masih hidupº (HR Nasai) 5. Marfu Taqririyah Hakiki Seperti pengakuan Ibnu Abbas r.a :
ªkami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam, Rasulullah saw mengetah ui perbuatan kami, namun beliau tidak memerintahkan dan tidak pula mencegahº 6. Ma rfu Taqririyah Hukmy Perkataan Amru Ibnu ¹Ash r.a kepada Ummul Walad: ) ( 19 20 Ibid. Hal. 16, Bab adzan dua kali-dua kali Ibid. Hal. 688, Bab Do'a sebelum salam Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 100
Ulumul Hadis ªJangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami.º (HR. Abu Dawud ) d. Kehujjaha n Hadis Marfu [BAB X] Hukum hadis Marfu tergantung pada kwalitas dan bersambung atau tidaknya sanad. sehingga memungkinkan suatu hadis Marfu itu berstatus shahih, hasan, atau dha‟if. Hadits Marfu yang shahih dan hasan dapat dijadikan hujjah, sedangkan hadits mar fu yang dha‟if boleh dijadikan hujjah hanya untuk menerangkan fadha‟ilil ¹amal. D. HADIS MAUQUF a. Defenisi Hadis Mauquf S 21 ecara etimologi Al-Mauquf (berasal dari kata waqafa ( )
yang berarti berhenti. Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada shahab at. Beberapa ulama hadis memberikan terminologi hadis Mauquf sebagai berikut : ,
Yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat dalam bentuk perkataan, perb uatan, atau taqrir beliau, baik sanadnya muttashil atau munqathi. Atau : 22
taqrir beliau. Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat berupa perkataan, perbuatan, atupun Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang diriwa yatkan atau dihubungkan kepada seorang sahabat atau sejumlah sahabat baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, disebut hadis mauquf, dan sanad hadis mauquf ters ebut boleh jadi muttashil atau munqathi. Hadits mauquf dapat disifati hadits sha hih atau hasan tetapi tidak ada kewajiban untuk menjalankannya, 21 22 DR. Ahmad Umar Hasyim, , Hal. 114, Bab da ilaihi Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 101
Ulumul Hadis [BAB X] tetapiboleh dijadikan sebagai penguat dalam beramal karena sahabat dalam hal ini hanya berkata atau berbuat yang dibenarkan oleh rasulullah SAW. b. Contoh Hadis Mauquf 1. Mauquf Qauli (perkataan) : ) (
Dari Abdullah (Bin Mas`Ud), ia berkata : ªjangan lah hendaknya salah seorang dari kamu taqlid agamanya dari seseorang, karena jika seseorang itu beriman, maka iku t beriman, dan jika seseorang itu kufur, ia pun ikut kufurº. (R. Abu Na`im) Abdull ah Bin Mas`ud adalah seorang sahabat Nabi, maka ucapan diatas disandarkan kepada Abdullah Bin Masu`ud. 2. Mauquf Fi'li (perbuatan) Apa yang dikatakan oleh Imam Bu khari r.a. :23
"Dan Ibnu Abbas menjadi Imam Shalat padahal ia bertayammum " 3. Mauquf Taqriry .
"Dari Zuhri, bahwa Atikah Binti Zaid Bin Amr Bin Nufail jadi hamba Umar Bin Al k hattab adalah Atikah pernah turut shalat dalam mesjid. Maka umar berkata kepadan ya: demi Allah engkau sudah tahu, bahwa aku tidak suk perbuatan ini. Atikah berk ata: demi Allah aku tidak mau berhenti sebelum engkau melarang aku. Akhirnya Uma r berkata: aku tidak mau melarang dikauº. (Al Muhalla) 23 Abul Haris Muhammad, Kaedah Dasar Ilmu Hadis, Hal 81, Bab Mauquf Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 102
Ulumul Hadis [BAB X] Umar adalah sahabat Nabi SAW. Dalam riwayat tersebut ditunjukan bahwa ia membena rkan perbutan Atikah yaitu shalat di mesjid. c. Kehujjahan Hadis Mauquf Diantara hadis mauquf terdapat hadis yang lafadz dan bentuknya mauquf, namun setelah dic ermati hakikatnya bermakna marfu yaitu berhubungan dengan Rasul SAW. Hadis yang demikian dinamai oleh para ulama hadis dengan al-Mauquf lafdzhan al-Marfu ma n an,yaitu secara lafaz berstatus mauquf, namun secar mkana bersifat marfu . Jadi, Hadis Mauquf dan hadis Marfu‟ memerlukan penyelidikan.24Apabila suatu hadis mauqu f berstatus hukum marfusebagaimana yang dijelaskan diatas dan berkwalitas shahih atau hasan, maka ststus hukumnya pun sama dengan hadis marfu. Akan tetapi jika tidak berstatus marfu, maka para ulama hadis berbeda pendapat tentang kehujahann ya. Menurut ulama Syafi'iyah dalam Al-jadid, jika perkataan sahabat itu tidak popu ler di masyarakat maka perkataan itu bukanlah ijma dan tidak pula dijadikan hujj ah. Apapun tingkatan atau martabatnya tidaklah diterima sebagai hujjah atau dali l bagi ajaran Islam, sebab yang dapat diterima sebagai hujjah itu hanyalah Al-Qu r‟an dan Hadits Nabi saw. Sehingga Pada prinsipnya hadits mauquf itu tidak dapat d ibuat hujjah, kecuali ada qarinah yang menunjukkan atau yang menjadikannya marfu . E. HADIS MAQTHU a. Defenisi Hadis Maqthu M 24 25 enurut bahasa, Kata Al-Maqtu ( ) berasal dari kata± ± ± ± mbung. Sedangkan, secara istilah adalah sebagai berikut : . 25
Yaitu sesuatau yang disandarkan pada Tabiin baik perkataan maupun perbuatan tabi in tersebut Drs. M. Anwar, Ilmu Musthalah Hadis, Hal. 127, Bab hadis Marfu'_Mauquf_Maqthu Ahma d Umar Hasyim, , Hal 115, Bab Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 103
Ulumul Hadis Atau : 27 [BAB X] 26
Sesuatu yang disandarkan kepada tabi i atau generasi yang datang sesudahnya beru pa perkataan atau perbuatan Hadis Maqthu tidak sama dengan munqhati, karena maqt hu adalah sifat dari matan, yaitu berupa perkataan Tabi in atau Tabi at-Tabi in, sementara munqathi adalah sifat dari sanad, yaitu terjadinya keterputusan sanad . b. Contoh Hadis Maqthu 1. Maqthu Qauli (perkataan) : : ) (
ªDari Abdillah Bin Sa`Id Bin Abi Hindin, ia berkata: aku pernah bertanya kepada Sa `id Bin Musayyib; bahwasanya si fulan bersin, padahal imam sedang berkhutbah, la lu orang lain ucapkan ªyarhamukallahº (bolehkan yang demikian?) jawab Sa`Id Bin Musa yib ªperintahlah kepadanya supaya jangan sekali-kali diulangiº. (al atsar) Sa`id Bin Musayyib adalah seorang tabi`in dan Hadits diatas adalah Hadits Maqthu. Tidak m engandung hukum. 2. Maqthu Fi'li (perbuatan) ) (. : ªDari Qatadah, ia berkata: adalah Sa`Id Bin Musaiyib pernah shalat dua rakaat sesu dah asharº. (Al Muhalla) Sa`id Bin Musayyib adalah seorang tabi`in, dan Hadits dia tas adalah Hadits Maqthu berupa cerita tentang perbuatan-nya. Tidak mengandung h ukum. 26 27 : Dr. M. Tohan, Mustalahatul Hadis, Hal. 10
Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 104
Ulumul Hadis 3. Maqthu Taqriry [BAB X] : ) (.
ªDari hakam bin utaibah, ia berkata: adalah seorang hamba mengimami kami dalam mes jid itu, sedang syuraih (juga shalat disitu)º. (Al Muhalla) Syuraih ialah seorang tabi`in. riwayat Hadits ini menunjukan bahwa syuraih membenarkan seorang hamba j adi imam. c. Kehujjahan Hadis Maqthu Hadis Maqthu tidak dapat dijadiakan sebaga i hujjah atau dalil untuk menetapkan suatu hukum, karena status dari perkataan T abi in sama dengan perkataan Ulama lainnya. Disamping itu, Hadis maqthu yang mer upakan perkataan tabi‟in bukanlah hadis sebagaimana yang bersumber dari Nabi. Menu rut Imam Zarkasyi, adapun perkataan Maqthu dimasukan ke dalam hadis merupakan se suatu yang mempermudah.28Sehingga Hadits Maqthu tidak bisa dipergunakan sebagai landasan hukum, karena Hadits Maqthu hanyalah ucapan dan perbuatan seorang musli m. Tetapi jika didalamnya terdapat qarinah yang baik, maka bisa diterima dan dap at menjadi Marfu‟ Mursal.29 d. Kitab yang banyak Mengandung Hadis Mauquf dan Hadis Maqthu Diantara kitab-kitab yang dipandang banyak mengandung Hadis Mauquf dan H adis Marfu adalah :30 Mushannaf Ibnu Abi Syaibah. Mushannaf Abdurrazzaq. Kitab-k itab tafsir : o Ibnu Jarir, o Ibnu Abi Hatim, dan o Ibnul Mundzir. 28 29 Mohammad Anwar, Ilmu Musthalahah Hadis, Hal. 34 , Bab Hadis Marfu'-Mauquf-Maqthu D r. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 233, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan 30 Ibid. Hal. 232 Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 105
Ulumul Hadis [BAB X] Kesimpulan Hadis adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan, perbuat an atau ketetapan beliau. Akan tetapi jika dicermati secara mendalam maka akan a da beberapa klasifikasi yang ditinjau kepada siapakah hadis tersebut disandarkan . Yaitu : 1. Hadis qudsi, 2. Hadis marfu‟, 3. Hadis Mauquf, dan 4. Hadis Maqthu‟. Hadits marfu adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi saw, tidak dipersoalkan
apakah itu memiliki sanad dan matan yang baik atau sebaliknya. Hadits marfu itu dapat mencakup hadits mutawatir dan ahad, dapat mencakup hadits muttashil dan gh air muttashil seperti hadits mursal, munqathi, mu‟dhal, mu‟allaq, serta dapat mencak up hadits shahih, hasan dan dha‟if. Hadits marfu ditinjau dari segi sandarannya da pat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :Hadis Shahih, Hadis Hasan dan Hadi s Dha‟if. Kehujjahan hadits marfu yang shahih dan hasan dapat dijadikan untuk mene ntukan suatu hukum. Hadits mauquf dapat berupa hadits shahih, hasan dan dha‟if dil ihat dari bersambung atau tidaknya sanad. Hadits mauquf yang dha‟if namun jika ter dapat qarinah dari sahabat yang lain maka derajatnya menjadi shahih atau hasan. Hadits maqthu tidak dapat dijadikan hujjah, ada juga yang menyamakannya dengan p endapat sahabat yang berkembang dalam masyarakat yang tidak didapati bantahan da ri seseorang yakni dipandang sebagai suatu ijma. Hadis Maqthu tidak sama dengan munqhati karena maqthu adalah sifat dari matan, yaitu berupa perkataan Tabi in a tau Tabi at-Tabi in sementar munqathi adalah sifat dari sanad, yaitu terjadinya keterputusan sanad. Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 106
Ulumul Hadis [BAB X] Daftar Pustaka Al-khatib, M. Ajaj. Usul al-hadis : ulumuhu wa mustlahuhuº:Dar al-fikr, 1409H/1989 M. Anwar, Mohammad. Ilmu Musthalahah Hadis. SurabayaIndonesia : Al-Ikhlas, 1931 . At-tohal Mahmud, Taisir mustalah al-hadis. Beirut: Dar Alqur'an Al-karim, 1399 H / 1979 M. Hasyim, Ahmad Umar. . Beirut-Libanon : A'lahul Kitab, 1997 M / 14 d, Ulumul Hadis. Jakarta : Amzah, 2009. Muhammad, Abul Harits. Kaedah dasar Ilmu Hadis. Mantung Tengah-Sanggrahan : Maktabah Al-Ghuroba, 2006. Soffandi, Wawan D junaidi. Syarah Hadis Qudsi. Jakarta : Pustaka Azzam, 2006. Suparta, Mundzir. Il mu Hadis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002. Tohan, Muhammad. Musthalahah Hadis. Beirut : Da'rul Fikar, . Uwaidah, Kamil. Hadis qudsi. Jakarta Pusat : 07. Yuslem Nawir, Ulumul-Hadis. Jakarta, PT. Mutiara Sumber Widya 2001. Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat 107
PENULIS ISI BUKU 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 2 3) 24) 25) 26) 27) 28) 29) 30) 31) 32) Badri, asal Lombok - Nusa Tenggara Barat Muh. Mumtaz Nur Faqih, asal Sumedang - Jawa Barat Nasaruddin, asal Jawa Al-Fauzi , asal Aceh Ricki Saputra, asal Jakarta Syifa An-Nafi asal Bogor - Jawa Barat Ak bar Romdon, asal Jakarta Fuad Hakim, asal Cirebon - Jawa Barat H. Cecep Muhtadin , asal Bandung - Jawa Barat Abdul Hakim, asal Bireuen - Aceh Ali Muzakkir, asal Palembang - Sumatera Selatan Dzikron Abdu Sami', asal Surabaya - Jawa Barat Andi P urnomo, asal Tegal - Jawa Tengah Muh. Saharuddin, asal Makassar - Sulawesi Selat an Muh. Zaky Fathony, asal Inhil - Riau Saofi Ahmadi, asal Lombok - Nusa Tenggar a Barat Zaidan Anshari Anas Mujahidin, asal Sumbawa - Nusa Tenggara Barat Muh. N ur Wahid Muh. Sani Abdul Malik, asal Bandung - Jawa Barat Idham Cholid, asal Pal embang - Sumatera Selatan Lukman Rozi TB Syaiful Fikri Alit Nur Hidayat, asal Ba ndung - Jawa Barat Muh. Masrur, asal Bayuwangi - Jawa Timur Sodik, asal Cirebon - Jawa Barat Muhammad Muslihan, asal Pati - Jawa Tengah Ahmad Zulki, asal Bone Sulawesi Selatan Fathu Rozy, asal Madura - Jawa Timur Safidin, asal Jawa Hasrul , asal Kolaka - Sulawesi Tenggara
Hasrul, seorang pemuda dari pasangan ayahanda Bancong dan Ibunda Suharti. Ia ada lah anak kedua dari lima bersaudara yang lahir pada tanggal 10 Juni 1992 di Enre kang, Sulawesi Selatan tepatnya di Dante Koa. Keempat saudara beliau ialah Putri Nawiati, Hasmiar, Hasni dan Hamsah. Namun kakaknya, Putri Nawiati meninggal set elah kelahirannya belum genap sebulan. Paras yang ramah senyum ini karib juga di panggil dengan Asrul, Zulhas, Rullah serta Srul atau Rul. Saat ini sedang menemp uh pendidikan S1 di Institut PTIQ Jakarta pada Fakultas Ushuluddin Konsentrasi T afsir al-Quran dan Hadis. Sejak tahun 1998, keluarga beliau menempuh hidup baru di Kolaka, Sulawesi Tenggara sampai saat ini setelah sebelumnya pernah juga berm ukim selama setahun di Palopo (1997-1998), Sulawesi Selatan. Setelah menamatkan Pendidikan dasar (1998-2004) di SDN 2 Bou lambandia saat ini, ia kemudian melanj utkan pendidikannya di Pesantren al-Mawaddah Warrahmah Kolaka untuk memperdalam Ilmu-Ilmu agama serta untuk menghafalkan al-Quran. Ia menghabiskan usia mudanya selama enam tahun di pesantren tersebut dengan rincian, tahun 2004-2007 menyeles aikan pendidikan menengah pada MTS PPAW Kolaka dan pada tahun 2007-2010 menuntas kan pendidikan aliyah pada MAS PPAW Kolaka. Pada tahun 2010 menjelang pelaksanaa n Wisuda Santri dan Santriwati PPAW angkatan tahun tersebut, ia akhirnya dapat m enyelasaikan misi utamanya untuk mengkhatamkan hafalan al-Quran. Semoga hafalan al-Quran beliau senantiasa melekat dalam Hati Sanubarinya, Amin !!! Pengalaman o rganisasi beliau turut serta mewarnai jalan hidupnya. Beliau seorang yang suka m enjelajah yang ia baktikan melalui Ekstrakurikuler Pramuka semenjak SD sampai Ma drasah Aliyah. Ia juga aktif dalam pembinaan bahasa asing semenjak bergabung den gan Organisasi ASSET Tahun 2008 yang merupakan kumpulan warga Sulawesi yang menu ntut Bahasa Asing di Pare, Kediri. Tahun 2009-2010, Ia terpilih sebagai Ketua Um um AISSEL Mahkamah Bahasa PPAW. Dunia keorganisasian seorang Zulhas nampak menem pati peranan penting ketika ia menempuh pendidikan Kuliah di Institut PTIQ Jakar ta pada tahun 2010. Pada ruang lingkup kampus, ia bergabung dengan FoKUs (Forum Kajian Ushuluddin) serta UNITY (Ushuluddin Community). Untuk organisasi yang ber skala Nasional, ia menggabungkan diri dalam Organisasi HmI-MPO. Adapun yang bers kala daerah, ia aktif dalam beberapa Orda, diantaranya PMBM Institut PTIQ-IIQ Ja karta, IKAMI Cabang Ciputat, IKAS PPAW serta FKMB. Terakhir, beliau juga giat da lam melakukan pembinaan Pemuda-Pemudi di daerah asalnya saat ini yang berada di bawah Naugan Remaja Masjid Hikmah al-Muhajirin dan Enrekang SulTra Community. Tentang Editor
¼Sekian¼ Copright : UNITY - ptiq40.blogspot.com
ISI BUKU !!! 1) Pengenalan Hadis, Khabar, Naba', Atsar dan Sunnah 2) Kedudukan dan fungsi Sunna h dalam Islam 3) Pengenalan Ulumul Hadis 4) Hadis ditinjau dari diterima atau di tolaknya 5) Hadis Hasan 6) Macam-macam Hadis dha'if I 7) Macam-macam Hadis Dha'if II 8) Macam-macam Inqitha 9) Hadis berdasarkan kuantitas perawi 10) Hadis nisbat b erdasarkan sumber