,. PENERBITANIDI
ii* ' $.,.. i'.i ' *-'S l"Jt - - yry\z p '
;*.t
td,
s!'
Eft$P10nl[$ TI [il01 0Gl ilalam PRoYHT
fiolt$Rutrst
Beton Pracetaft & Bcfiisting
Wulfram I. Ervianto
Eksplorasi Teknologi dalam Ir
\
\
I \\ \
Beton Pracetak dan Bekisting
Wulfram l. Ervianto
Penerbit ANDI Yogyakarta
Eksplorasi Teknologl dalam Proyek Konstruksi; Beton pracetak & Bekisting Oleh: Wulfram I. Ervianto
llak Cipra @ 200(t pada Penulis
Editor Sclling Desain Cover Korektor
Fl. Sigit Su1,oy76ro : Sri Sulistbtani :
: Rendrasla Duta A.
: Donald Kartika S.
.
Itak Cipta dilindungi undong-undong. Dilarang nrcnrpcrbartyuk atau mentinlahkon sebagian atau sclurulr isi buku ini dalant henluk apupun, baik set'aro elektntrris ntuupun ntekanis, terna.suk nrcntfotor:opy;, nerekam ulau tlengan sislant penttintputratr laitrnl,a, tanpa izin turtulis duri Penulis. I>en
erbit:
C.V ANDI OFFSDT (l)enerbit ANDt) .ll. Bco 38-40, Telp. (0274) 561881 (tlunring). Fa"r. (0274) 588282 Yogyakarta 5528t
Perceta ka n:
ANDI OFFSET Jl. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (llunting), Fa.r. (0274) 588282 Yogyakorta 55281
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan Ervianto, Wulfian l. Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi; lleton Pracelak & Bekisting / LVul.fizn l. Ervianto; Ed. Yogl'lhrr1a: ANDI,
-
l, -
09-08
xii + 212 hlm .; l6 .r 23 Cn. l0 9 8 7 6 5 4 ISBN: 979 -763 - 104 - 4 l. Judul L
't I n tu llis t r i fo t, D e zu aj ani anakkl) Wisnu dan Amef. Euku ketima ini teruujud \erfutt fur[ian semua
c[an kgfua
3
Konstruksi lletott
DDC'21 :693.5
KATAPEI\GANTAR Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi konstruksi dalam pelaksanaan proyek konstruksi, yang juga dibarengi dengan inovasi teknologi, telah menggugah saya untuk mencoba berbagi pengalaman. Tentu saja apa yang saya tulis ini hanya sebagian kecil dari dunia konstruksi yang begitu dahsyat. Namun sekecil apapun yang saya tulis ini, saya berharap akan ada artinya. Buku ini merupakan tulisan saya yang kelima. Empat buku pendahulunya adalah Analisis Struktur Statik Tertentu, Manajemen Proyek Konstruksi, Teori Aplikasi Manajenten Proyek Konstrttksi dan Soal Penyelesaian Analisis Struktur Statik Tertentu. Adanya respons yang baik dari pembaca mendorong saya untuk terus berkarya, demi kemajuan masyarakat konstruksi dan rekan-rekan mahasiswa yang saya kagumi.
Saya sadar sepenuhnya bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Demikian juga buku ini. Saran, kritik, dan segala bentuk masukan yang membangun sangat saya harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Penyusun
Wulfram I. Ervianto erv ianto@ mail.uaj y. ac.
id
mAFTAR
H$I'.-
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB
tsAB
1 2
PENDAHULTIAN
E r
3
Mengapa Pracetak Kendala Pracetak
Bf,TON PRACETAK
r I t
BAB
vll
Pengertian Pracetak Keunggulan dan Kelemahan Beton Pracetak * Keunggulan Beton Pracetak * Kelemahan Beton Pracetak Jenis-jenis Elemen Beton Pracetak
PERENCANAAN
E r x r
Pendahuluan
Faktor Perencanaan Proses Penerapan Teknologi Pracetak Planning ..'. Pengendalian Proyek
.! *
BAB
4
Perencanaan Modul Pengadaan
SISTEM STRUKTUR
r r r r r r
Pendahuluan Struktur Rangka Kolom Menerus Struktur Rangka Kolom Sambungan Struktur Rangka dengan Unit Portal
Struktur Tipe Mushroom Slab Method
Lift
1 1
J 7 7 13 13
t6 17
39 39 39
40 41.
42
44 44 47 47 47 52 54 58 60
Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi
t,lu
BAB
5
BAB6
BAB
.
BAB
BAB
7
8
9
SUMBER DAYA MANUSIA
PRODUKSI
r r r r r
IO
Pemilihan Metode Pabrikasi Cetakan
Kondisi di Lapangan
r r r
r r r
Pemilihan Mode Transportasi
73
Sistem Transportasi
74
Pendahuluan
Metode Erection Peralatan Erection
SIST'EM KONEKSI
I r r
Pendahuluan Pemilihan Sambungan Sambungan Komponen Beton Pracetak .i. Sambungan Basah ..'. Sambungan Kering In Situ Concrete Joint Sambungan Las dan Baut SambunganPrestressed Perbandingan Jenis-jenis Alat Sambung Perbaikan Komponen Pracetak
ASPEK EKONOMIS
r r r t r
79 79 80 82 85 85
86 87 87 88
101
Faktor Biaya Faktor Waktu Faktor Mutu
101
106 109 110
KOMPARASI PRACETAK-KONVENSIONAL
111
I Pendahuluan * Aspek Petencanaan * Aspek Sistem Struktur {. Aspek Produksi * Aspek Transportasi * Aspek Erection * Aspek Koneksi t Aspek Perbaikan * Aspek Biaya * AspekWaktu n Aspek Mutu
ll1 111
ll2 ll2 1
13
113
ll4 1 15
I 15 115 115
12
ASPEK MANAJEMEN
119
BAB
13
CETAKAN BETON
125 125
BAB 14
100 101
1.f,
BAB
92 96 97
Pendahuluan
Kemudahan Pengendalian Waktu dan Biaya
11
66 67 68 70
Pendahuluan
METODE ERECTION
BAB
65 65
t) t5
SISTEM TRANSPORTASI
r r r r r BAB
Pendahuluan Metode Pabrikasi
61
Daftar Isi
BAB 15
BAB 16
a r I
Pendahuluan Persyaratan Umum Material Cetakan
\26 127
INSTALASI CETAKAN
r r r I r r r r
Pendahuluan Cetakan untuk Pondasi Cetakan Dinding Cetakan Kolom Tahap Pemasangan Cetakan Kolom Cetakan untuk Balok Cetakan Pelat Sistem Bongkar Pasang (Knock Down)
T.ORMWORK PABRIK
r r r
Pendahuluan Formwork Pelat
Scaffolding
FORMWORK KHUSUS
I r r
Pendahuluan
Climbing Formwork Slip Form
133
134
r37
t43 149 153
156
162 173 173 175 179 183 183 183
189
x
Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
I r
Auto Jump Form Traveler Form
DAFTAR PUSTAKA
191
BAB
193
1
PEI\DAHULUAN
20t
MENGAPA PRACETAK Biaya konstruksi cenderung terus meningkat, seperti ditunjukkan oleh hasil pengamatan yang dilakukan sejak tahun 1930 sampai dengan tahun 1980 (Gambar 1.1). Bila dibandingkan dengan biaya pada industri manufaktur, biaya konstruksi telah melesat jauh ke depan. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah tingginya upah tenaga lapangan dan proses konstruksi yang dilakukan secara tradisional.
Construction Cost Index 500 000 500 000
s00 000 500 0
^S '.,9'
e""Tsoo$'T Gambar 1.1 Construction Cost Index (Sumber: Larry W. Z, Glen D.H., 1982)
Untuk menjawab tantangan tersebut, maka kemudian dikembangkan teknologi pracetak yang mengarah pada industrialisasi, di mana produk dihasilkan dengan produksi massal dan bersifat pengulangan. Dalam pabrik komponen beton pracetak, tenaga yang digunakan adalah tenaga
Eksplorasi Tehrologi dalam Proyek Konstruksi
kasar yang dididik agar dapat mengoperasikan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi sehingga upah yang diterima oleh pekerja adalah upah tenaga kasar. Dengan mengaplikasikan teknologi beton pracetak maka dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja di lokasi proyek. Salah satu karakteristik tenaga kerja lapangan adalah harus mempunyai ketrampilan tertentu sehingga upah yang diterimanya lebih besar dibanding tenaga kasar di pabrik (dengan produk sejenis). Hal lain yang menonjol dari penggunaan beton
Pendalruluan
KENDALA PRACETAK Dalam pengaplikasiaan metode beton pracetak, kunci keberhasilan pelaksanaannya sedikit banyak dipengaruhi oleh aspek manajemen. Akibat berbagai faktor yang berpengaruh dalam penggunaan beton pracetak, maka sangat mungkin bahwa penerapan teknologi ini belum memberikan hasil yang terbaik. Beberapa faktor dari aspek manajemen yang harus diperhatikan adalah:
pracetak adalah mutu pekerjaan yang menjadi lebih baik dan seragam.
r
Salah satu material yang digunakan dalam teknologi pracetak adalah beton, yang dapat berupa komponen struktural seperti unit tangga, balok, kolom, kerbs, kolom lampu, bantalan rel kereta api, konsol, plat lantai,
Permasalahan utama dalam pengaplikasian metode ini adalah penggabungan antara komponen satu dengan yang lain sehingga keutuhan struktur dapat dicapai. Hal ini berbeda dengan metode in-situ yang secara umum sudah sangat dikenal dan dikuasai.
plat atap, penutup dinding, dan lain-lain. Produksi dari
komponen-
komponen ini dapat dilaksanakan di lokasi lingkungan pabrik yang kemudian dikirim ke lokasi proyek. Atau bila produksi dalam jumlah besar atau ada pertimbangan lain, maka produksi dapat dilaksanakan di lingkungan lokasi proyek.
r
Teknologi
Bahan
Kebutuhan bahan untuk mendukung pembuatan komponen-komponen
Manfaat pabrikasi beton di lapangan ini harus jelas, terutama sehubungan dengan kemudahan pengawasan dan pengontrolannya. Pemadatan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien. Demikian juga
beton pracetak sedemikian rupa sehingga dapat dihasilkan berat komponen yang ringan (mis: beton ringan), tetapi tetap memenuhi
upaya untuk perawatan beton pada masa pemeliharaan.
r
Namun demikian, sering pula terjadi pertentangan atas manfaat dari metode ini. Pihak pemakai harus memeriksa dan menguji produk beton pracetak dengan memperlakukannya seperti bilamana memakai beton yang dicetak di tempat. Secara umum produk dari beton pracetak dapat dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu:
l.
Komponen-komponen untuk kepentingan arsitektur yang bersifat ornamen.
2. 3. 4. 5.
Komponen beton untuk lalu-lintas, paving, kerbs. Komponen-komponen struktur yang mendukung beban, seperti tiang, balok. kolom, bantalan rel, pipa, plat lantai. Komponen penutup atap yang harus kedap air dan tahan terhadap cuaca. Bata beton (batako).
persyaratan teknis yang lain.
Sumber Daya Manusia
Penggunaan metode yang baru tentu membutuhkan sumberdaya yang
mampu merancang dan melaksanakannya. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan ikut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan/pelaksanaan teknologi beton pracetak. Faktor pengalaman sangat menentukan pelaksanaan dan pengembangan metode ini.
r
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal yang harus diperhatikan adalah usaha untuk
mendapatkan berat komponen yang ringan tanpa mengurangi syarat-
syarat teknis. Selain itu bentuk komponen dan khususnya bagian sambungan menjadi sangat penting artinya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah transportasi dan instalasi. Pelaksanaan pemasangan
Eksplorasi Teknologi dalan l'r<\:ck Konstmksi
komponen-komponen di lapangan mampu mereduksi dan mempermudah pengendalian biaya dan jadwal pekerjaan.
il
Logistik
Pada tahap pengadaan material dibutuhkan volume material yang besar sehingga biaya yang harus disediakan juga besar.
r
Produksi
Produksi merupakan peran mutlak pabrikator. Sepanjang tidak ada halangan yang berkaitan dengan logistik maka masalah yang muncul biasanya menyangkut hal-hal teknis, yang dengan menyerahkan pekerjaan tersebut kepada pabrikator yang profesional maka hanrbatan teknis tersebut akan dapat diredam. Hal penting dalam faktor produksi adalah penentuan prioritas jenis komponen yang harus lebih dahulu dipabrikasi. Untuk itu dibutuhkan koordinasi yang baik antara pabrikator dan instalator. Di bagian lain, area produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan material dasar hingga proses pengecoran serta penyimpanan komponen beton pracetak. Konsekuensi dari hal tersebut adalah diperlukannya lahan kerja yang sangat luas sebagai tempat penumpukan bahan dan komponen beton pracetak yang diproduksi dalam ukuran dan kuantitas yang besar.
r
Pengangkutan dan Distribusi
Pengertian pengangkutan adalah memindahkan komponen beton pracetak dan lokasi pabrikasi ke lokasi proyek. Sedangkan pengertian distribusi
adalah pemindahan komponen beton pracetak dari penyim-panan di lokasi proyek ke posisi di mana komponen tersebut akan ditempatkan sebagai bagian dari bangunan. Tanggung jawab pabrikator adalah pada proses pengangkutan sedangkan proses distribusi merupakan tanggung jawab instalator. Alat pendukung yang menjadi standar untuk pelaksanaan pekerjaan ini mencakup portal crane, truk bak terbuka, forklift, yang harus dimiliki untuk keperluan bongkar nruat dan mobilisasi komponen dari area pabrikasi ke lokasi proyek.
Pendalruluan
r
Instalasi dan Perbaikan
Kecepatan dan kemudahan instalasi komponen merupakan bukti bahwa sistem telah terencana dan bekerja seperti seharusnya. Kembali kepada tujuan penggunaan metode ini, yang berintikan efisiensi waktu, maka pendataan mengenai kecepatan instalasi komponen harus dimonitor. Jika masih terdapat kesulitan dalam pemasangan maka harus diteliti ulang apakah hambatan diakibatkan oleh sistem atau oleh peralatan.
Yang tak kalah pentingnya adalah masalah perbaikan komponen yang telah terpasang. Apakah sistem telah n,enyiapkan cara perbaikan di tempat (tanpa harus menurunkan unit komponen beton pracetak) atau setiap terjadi kerusakan maka satu unit komponen harus diturunkan dan diperbaiki, dikerek ke bawah dan dikerek lagi ke atas, dikembalikan pada posisinya. Jika demikian maka akan terjadi kesulitan bilamana pekerjaan telah diserahkan kepada pemtlik proyek (owner), karena pemilik proyek (owner) harus memiliki peralatan khusus serta tenaga kerja untuk melaksanakan perbaikan tersebut. Peran dari produsen adalah memproduksi komponen beton pracetak dan mengirimkannya ke lokasi proyek, sedangkan peran instalator adalah mengatur penyusunan komponen sesuai permintaan, termasuk penyiapan
peralatan instalasi sampai dengan pemasangan komponen
pada
tempatnya. Koordinasi dari keempat pihak tersebut harus selalu terjadi karena jika terjadi'keterlambatan dari salah satu pihak maka hal itu akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian proyek.
Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam
perencanaan,
produksi, penyatuan dan pelaksanaan teknologi beton pracetak menjadi bagian terpenting untuk mendapatkan seluruh manfaat yang ada pada teknologi ini. Salah satu bentuk hubungan kerja organisasi pelaksanaan teknologi beton pracetak diperlihatkan pada Gambar 1.2.
6
Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi
i 1
BAB
KoNSULTAN PEREN.ANA
2
BETON PRACETAK / i
\
PRODUSEN
BEToN
nrecrrax
Gambar 1.2 Hubungan kerja orgonisasi pelaksonoan menggunakan teknologi beton pracetak.
PENGERTIAN PRACETAK Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa. Yang menjadikannya berbeda adalah metode pabrikasinya. Pada umumnya penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting, mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan menjadi lebih kecil' Selain itu, bekerja di permukaan tanah jauh lebih mudah dan lebih aman untuk dilakukan, seperti persiapan cetakan, pengecoran, perapian permukaan, perawatan dan penggunaan bekisting yang dapat berulang kali. Sampai saat rni pro dan kontra penggunaan beton pracetak masih berlangsung. Masingmasing pihak pendukung ataupun penentang metode ini mempunyai argumen sendiri.
Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur/arsitektural bangunan pada suatu tempat/lokasi yang berbeda dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur/arsitektural tersebut akan digunakan. Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah material beton. Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton yang sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya. Yang membedakan hanyalah proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi di mana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan digunakan. Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, di mana proses produksinya berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan.
8
Eksplorasi Teknologi dalanr proyek Konstruksi
Dibandingkan cast
in place,
teknologi beton pracetak mempunyai
beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut:
I r r r r r r
Dicapainya tingkat fleksibilitas dalam proses perancangannya Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana.
Mempunyai aspek positif terhadap skedul, terutama kemudahan di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan.
Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga tenaga lapangan yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri. Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relatif lebih
(di lokasi proyek) hanya mengerjakan cast in-situ dan
pracetak.
Aspek kualitas, di mana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dihassilkan di lingkungan pabrik.
Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca. Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan durasi proyek yang iebih singkat.
r Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga
sehingga
perencanaan kegiatan dapat lebih akurat.
Dapat dihasilkan bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik.
in place, teknologi beton pracetak mempunyai
kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
r
r r r
dan
Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi.
Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan
Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi.
Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing. Diperlukan perencanaan yang detil pada bagian sambungan.
Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.
Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk menentukan mana yang lebih ekonomis, menggunakan proses konstruksi tradisional atau menggunakan teknologi beton pracetak
Ditinjau dari pengalokasian dana dalam suatu proyek, distribusi biaya proyek sipil dan gedung dapat diperkirakan sebagai berikut: 6% - 8% untuk biaya kantor pusat; 65%-70% biaya konstruksi; l0%-15o/, biaya mekanikal; l0%-15% biaya listrik; 10%-15% biaya kontingensi. Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi pemakaian biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi bangunan. Oleh sebab itu apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus dilakukan evaluasi pada bagian konstruksi. Salah satu metode yang mampu mereduksi pemakaian biaya konstruksi adalah dengan mengaplikasikan teknologi beton pracetak. Penghematan biaya dari penggunaan teknologi beton pracetak diperoleh dari hal-hal sebagai berikut:
Upah tenaga pabrik yang relatif lebih murah dibanding upah
Mampu mereduksi biaya konstruksi.
Dibandingkan cast
cukup untuk mengangkat komponen konstruksi
untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak.
kemudian menggabungkan dengan komponen-komponen beton
r r
r r
Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit.
lapangan
Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang menempatkannya pada posisi tertentu.
r waktu konstruksi yang relatif lebih singkat karena pekerja
r I
r
Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya.
murah.
r
Beton Pracetak
tenaga lapangan (produktivitas di pabrik lebih konsisten).
I I ! I
Pemakaian bekisting yang lebih hemat. Pemakaian bekisting yang relatif lebih sedikit.
Waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat. Produktivitas yang lebih besar dari pekerja karena sebagian besar bekerja di permukaan tanah. Tidak terpengaruh cuaca.
Beton Pracetak
t0
11
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemakaian beton pracetak akan mengurangi biaya pada pos konstruksi.
Berdasarkan luasan dari produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, elemen beton pracetak dapat dikelompokkan menjadi:
r I
ini dibedakan berdasarkan luasan elemen beton pracetak yang tidak lebih besar dari 2 m2, seperti kanstin, paving, bantalan rel, dan lain sebagainya. Produk kecil. Kelompok
Ganrbar 2.2 Komponen panel
Produk besar. Kelompok ini dibedakan berdasarkan
luasan elemen beton pracetak yang lebih besar atau sama dengan 2 m2, misalnya panel penutup dinding (cladding), plat lantai, plat atap, dan lain sebagainya.
Selain pengelompokan tersebut
di atas, pengelompokan dapat pula
didasarkan pada berat dari elemen beton pracetak, yaitu:
Ringan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen beton pracetak yang beratnya tidak lebih dari 30 kg atau elemen yang dapat diinstalasi oleh satu orang, misalnya paving.
Medium. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen beton pracetak yang mempunyai berat sampai dengan 500 kg atau elemen yang dapat ditransportasikan dengan menggunakan peralatan mekanis sederhana.
Berat. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang mempunyai berat lebih besar dari 500 kg dan diperlukan alat berat untuk memindahkannya.
Gambar 2.3 Komponen kolom dan balok
Berdasarkan bentuk elemen, struktur dapat dikelompokkan menjadi blok, panel, balok, dan kolom. Blok adalah unit plat dengan proporsi b > 3h dan I < 6h (Gambar 2.1). Panel adalah unit plat dengan proporsi b > 3h dan I ) 6h (Gambar 2.2). Sedangkan balok dan kolom memiliki proporsi b < 3h dan I > 6h (Gambar 2.3).
Blok, panel, kolom, dan balok digolongkan dalam elemen struktur monoplanar. Beton pracetak juga dapat diproduksi dalam dua dimensi atau tiga dimensi. Contoh elemen ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.1 Komponen blok
da
Ia
n
Proyek Konst ru ks i
lleton Pracetak
KEUNGGUI-,AN DAN KELEMAHAN BETON
PRACETAK f)a1am mengaplikasikan beton pracetak sebagai elemen bangunan gedung
tentu perlu mempertimbangkan untung/rugi dan keunggulan/kelemahannya. Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah pemilihan material konstruksi yang akan digunakan dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak itu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai material konstruksi adalah:
ffi (a) Dua blok pracetak monolit
Z ,/ (b) Box pracetak
Gambar 2.4 Beton procetak bcrdimensi ruang
Elemen seperti yang tampak pada Gambar 2.4 (b) disebut box units,yang mempunyai dimensi sebesar ukuran sebuah ruang pada umumnya (ruang tidur, ruang makan, ruang tamu). Proyek yang menggunakan box units sebagai elemen struktur dituntut untuk menyediakan peralatan berat (kapasitas angkat besar) untuk keperTuan erectiorr, namun penggunaan elemen ini dapat mereduksi durasi kegiatan proyek secara mengejutkan. Dengan penggunaan box u,its dimungkinkan penggunaan material komposit, misalnya penggunaan aluminium sebagai rangka jendela, sehingga pihak pelaksana tinggal memasang ornamen sebagai bahan ;finishing.
! r r r r r
mampu n-renghasilkan kekuatan yang tinggi.
tidak memerlukan perawatan yang berlebih. tahan api.
tidak mudah mengalami perubahan volume (stabil). tahan terhadap panas. dapat diproduksi secara mekanis.
Material yang tepat dan dapat memenuhi kriteria di atas adalah beton bertulang yang telah dikenal ratusan tahun yang lalu. Material ini mampu menyalurkan dengan baik gaya-gaya dalam yang diakibatkan oleh beban luar yang bekerja pada struktur tersebut, tidak diperlukan perawatan yang berarti, serta tahan terhadap api serta panas. Namun demikian beberapa hal yang kurang menguntungkan dari material ini adalah "berat sendiri" serta struktur sambungan yang tidak mudah untuk dikerjakan.
KEUNGGULAI{ BETON PRACBTAK r Durasi proyek rnenjadi lebih singkat Dengan menerapkan teknologi beton pracetak, pekerjaan struktur yang masih harus dilaksanakan di lapangan adalah pekerjaan struktur bawah (fondasi), di mana proses pelaksanaannya dapat bersamaan dengan kegiatan produksi beton pracetak. Pengaturan jadwal produksi elemen beton pracetak dapat diatur sedemikian rupa sehingga elemen-elemen yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebih dahulu dan pada saatnya nanti elemen tersebut telah cukup umur. pada saat pekerjaan
lJeton Pracetak
t4
sfuktur bawah selesai maka elemen-elemen beton pracetak yang telah cukup umur tersebut dapat di-erection dalam waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan proses konstruksi tradisional. Dengan kegiatan pekerjaan yang overlapping serta cycle time erection yang relatif singkat maka proyek akan selesai dalam waktu yang lebih singkat.
r
Mereduksi biaya konstruksi
Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek akan menjadi lebih kecil. Satu hal yang jelas terlihat pengurangannya adalah biaya overhead proyek. Hal lain yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit yang akan menurunkan biaya upah; berkurangnya kebutuhan material pendukung seperti s caffol ding, penghematan material bekisting, serta penghematan material pembentuk beton bertulang.
t
Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga
Maksud dari kontinuitas adalah kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak terhenti oleh karena pengaruh alam (cuaca). Gambaran keadaan ini, misalnya untuk melaksanakan pekerjaan kolom secara tradisional tentu akan lebih banyak dilakukan luar ruangan. Mulai pemasangan tulangan, pemasangan bekisting, pengecoran, semua harus dilakukan di luar ruangan. Berbeda dengan penggunaan beton pracetak. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan di luar ruangan relatif lebih singkat sehingga kontinuitas pekerjaan dapat lebih terjaga.
r
t5
Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
Produksi massal
Salah satu pertimbangan jika hendak menggunakan teknologi pracetak adalah bahwa jenis elemen struktur hendaknya tidak terlalu bervariasi sehingga setiap jenis elemen yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar. Hal ini dilakukan agar tingkat efisiensi dari pembuatan secara massal dan pabrikasi dapat dicapai. Efek lain dari proses pabrikasi adalah kebutuhan tenaga kerja yang relatiflebih sedikit karena sebagian besar proses produksinya didukung oleh mesin. Di samping itu produk yang dihasilkan mempunyai ketepatan dimensi yang lebih akurat apabila dibandingkan dengan penggunaan proses konvensional.
r
Mengurangi biaya pengawasan
Biaya yang harus dikeluarkan dalam sebuah proyek konstruksi terdiri dari biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung tidak dipengaruhi oleh durasi proyek, sedangkan biaya tak langsung yang terdiri dari biaya overhead sangat tergantung pada durasi proyek. Proses konstruksi yang lebih singkat akan banyak mereduksi biaya yang harus dikeluarkan. Salah satu biaya yang harus dikeluarkan adalah fee untuk konsultan supervisi.
r
Mengurangikebisingan
Pada pelaksanaan cast-in place, semua kegiatan dilakukan di lokasi proyek sehingga peralatan yang dibutuhkan harus didatangkan ke lokasi pekerjaan. Hal itu tentu akan menimbulkan aneka suara yang berasal dari alat tersebut. Jumlah alat yang digunakan akan mempengaruhi tingkat kebisingan di lokasi proyek. Dengan menggunakan beton pracetak, proses produksi dilaksanakan di luar lokasi proyek (misal di pabrik), yang apabila telah selesai diproduksi maka akan dipindahkan ke lokasi proyek dan diinstalasi pada tempat yang seharusnya. Proses semacam ini secara langsung dapat mengurangi tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan konstruksi karena jumlah alat yang harus didatangkan ke lokasi proyek relatif lebih sedikit jumlahnya.
r Dihasilkan kualitas beton yang lebih baik Bila dibandingkan dengan beton cast-in place,
beton
pracetak
mempunyai kualitas yang lebih baik. Hal ini karena hal-hal sebagai berikut: (a) proses produksi dilaksanakan dengan menggunakan mesin, (b) kondisi di pabrik yang relatif konstan, (c) pengawasan yang lebih cermat, (d) kondisi dari lingkungan kerja yang lebih baik (mis. kerja tidak di bawah panas matahari). Secara psikologis seorang pekerja yang bekerja di ketinggian tertentu dalam usaha membangun sebuah gedung bertingkat akan terganggu tingkat produktivitasnya. Hal ini disebabkan karena ada kekhawatiran akan kemungkinan terjatuh. Dengan demikian secara otomatis para pekerja akan berusaha untuk melaksanakan kegiatannya dan menjaga keseimbangannya supaya tidak terjatuh. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan kegiatan.
16
r
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi hampir tidak terpengaruh oleh cuaca
Elemen beton pracetak diproduksi dalam lingkungan pabrik yang terlindung dari pengaruh panas matahari ataupun hujan sehingga dalam cuaca yang bagaimanapun juga proses produksi tetap berlangsung. Pada umumnya proses produksi elemen pracetak dilaksanakan dengan menggunakan cetakan besi yang menurut sifatnya paling memenuhi kriteria sebagai cetakan bila dibanding dengan material lain. Cuaca akan berpengaruh pada saat erection mulai dilaksanakan di lokasi pekerjaan. Saat proses produksi elemen pracetak, cuaca kurang berpengaruh. Yang terpengaruh oleh cuaca adalah saat erectio,r di lapangan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses erection di lapangan relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan proses produksi beton pracetak. Dengan demikian penggunaan elemen pracetak akan dapat mereduksi durasi proyek secara keseluruhan dan memperkecil kemungkinan terjadinya keterlambatan yang diakibatkan oleh cuaca.
Setelah proses produksi beton pracetak yang dilaksanakan
di pabrik
selesai maka akan dilanjutkan dengan proses pemindahan hasil produksi
ke lokasi pekerjaan. Proses pemindahan elemen beton pracetak dari lokasi pabrik menuju lokasi proyek membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan alat bantu yang digunakan untuk mengangkat elemen tersebut ke dan dari mode transportasi yang dipakai sebagai alat angkut. Proses ini harus direncanakan di awal proses perencanaan bentuk dan disain
beton pracetak agar komponen tersebut dapat dipindahkan ke lokasi pekerjaan. Faktor penting yang dipertimbangkan adalah dimensi dan berat setiap komponen yang harus sesuai dengan ketersediaan alat angkat dan alat angkut. Data mengenai ketersediaan alat angkat dan angkut ini akan sangat membantu perencana komponen untuk menghasilkan disain yang layak angkat dan angkut. Mode transportasi yang digunakan pada umurnnya adalah truk bak terbuka. Dimensi dan berat dari elemen beton
pracetak sangat dipengaruhi oleh kemampuan alat angkut kemudahan transportasinya.
r
serta
Erection
Penggunaan teknologi beton pracetak selalu melewati proses yang disebut erection, yaitu tahap penyatuan elemen beton pracetak menjadi satu-kesatuan yang utuh sehingga membentuk suatu bangunan. Pada proses ini pihak pelaksana proyek dituntut untuk menyediakan alat bantu
instalasi, misalnya sebuah crane yang mampu mengangkat
dan
memindahkan elemen beton pracetak sehingga terpasang pada posisi yang seharusnya. Penyediaan alat bantu ini membutuhkan biaya yang relatif besar sehingga jika teknologi ini akan diterapkan pada sebuah bangunan maka harus dikaji efisiensi biayanya, antara penyediaan alat bantu dengan nilai proyek itu sendiri. Kajian yang detil tentang volume pekerjaan beton pracetak dengan biaya pengadaan alat bantu instalasi dapat digunakan sebagai bahan untuk memutuskan metode yang akan
digunakan. Apabila volume pekerjaan kurang memadai maka akan mengakibatkan biaya konstruksi menjadi mahal.
I
KELEMAHAN BBTON PRACETAK r Transportasi
t7
Beton Pracetak
Connection
Dalam usaha menyatukan elemen-elemen beton pracetak dibutuhkan suatu konstruksi tambahan yang mampu meneruskan semua gaya-gaya yang bekerja dalam setiap elemen. Yang dimaksudkan penyatuan di sini adalah penyatuan material beton dan material baja yang menjadi bagian utama dari struktur beton bertulang. Kendala yang timbul adalah bagaimana menentukan jenis sambungan yang mampu mengantisipasi semua gaya yang terjadi sehingga perilaku struktur dapat menyerupai
struktur beton bertulang dengan proses konstruksi tradisional. Untuk mengaplikasikan alat sambung yang betul-betul sempurna dibutuhkan biaya yang relatif mahal.
JENIS.JENIS ELEMEN BETON PRACETAK Jenis elemen beton pracetak yang dapat diproduksi
di pabrik
ada
bermacam-macam, mulai dari balok, kolom, plat atap, plat lantai, konsol, clatlding (penutup dinding), tiang pancang, dan lain sebagainya. Masingmasing jenis elemen diproduksi dengan berbagai bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan disain yang telah direncanakan. Dalam memproduksi tiap jenis elemen, produsen menggunakan metode/teknik produksi yang
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Beton Pracetak
berbeda-beda yang disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian dari tiap metode. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan adalah: (a) jumlah elemen yang akan diproduksi, (b) jenis atau variasi elemen, (c) berat
I TIANG
setiap elemen, dan (d) dimensi setiap elemen. Untuk memberikan gambaran tentang jenis-jenis elemen tersebut, dijelaskan sebagai berikut:
I
KANSTEEN
Kansteen adalah komponen sistem modular yang digunakan untuk pembatas pada pekerjaan landscape atau sebagai divider padajalan raya. Berat dari komponen ini dirancan g agar mampu diangkat oleh satu orang dalam proses handlingnya. Bentuk dan dimensinya dapat disesuaikan dengan permintaan pengguna. Komponen ini digolongkan dalam kelompok sistem modular ringan.
t9
PANCANG
Tiang pancang pracetak dimanfaatkan dalam bangunan gedung sebagai komponen substnrktur. Bentuk dan dimensinya bervariasi tergantung dari jenis tanah dan kedalaman lokasi proyek. Tiang pancang ini antara lain berbentuk segitiga dan bulat. Banyak produsen yang memproduksi komponen ini mengingat kepraktisan dalam pengaplikasiannya. Keunggulan tiang pancang pracetak adalah:
I
Konsistensi mutu terjamin karena dibuat
di
pabrik
dengan
kontrol kualitas prima.
r
Waktu pemancangan lebih cepat, mudah, dan praktis.
Gambar 2.6 Kornponen tiang pancang (Surnber: Beton Elemenindo Perkasa)
I Gambar 2.5 Komponen kansteen (Sumber: Retott Elemenindo Perkasa)
Keunggulan kansteen pracetak adalah:
r
Mutu bahan terjamin karena dibuat di pabrik
dengan kontrol
kualitas prima.
r I
Permukaan kansteen yang halus/kualitas ekspose, memerlukan biaya "finishing". Fleksibilitas dalam bentuk dan dimensi.
tidak
PAGAR PRACETAK
Pagar pracetak mulai diproduksi oleh salah satu produsen. Hal ini dipicu oleh tingkat kecepatan dan kepraktisan dalam pemasangannya. Pagar ini terdiri dari dua komponen, yaitu kornponen kolom dan panel. Dimensi dari panel dengan lebar 400 mm, tebal panel 50 mm panjang panel 2100
mm dan 2400 mm. Keunggulan pagar pracetak adalah:
r
Konsistensi mutu terjamin karena dibuat kontrol kualitas prima.
di pabrik
dengan
Eksplorasi Telinologi dalant Prol,sli Konstruksi
20
Sangat ideal untuk proyek-proyek dengan sistem knock down
!
Beton Pracetak
2t
Keunggulan Ll Dff'CH adalah:
karena mudah dibongkar pasang.
r
Pennukaan yang halus/kualitas beton e"rpose, tidak memerlukan biaya finishing.
Konsistensi mutu terjamin karena dibuat kontrol kualitas prima.
r
Permukaan yang halus/kualitas beton expose, tidak memerlukan
Bisa digunakan
di
berbagai jenis lokasi dan berbagai jenis
di
pabrik
dengan
biaya finishing.
fondasi.
r r
Waktu pemasangan lebih cepat, mudah, dan praktis. Harga bersaing dengan sistem pagar konvensional yang saat ini beredar di pasaran.
Gambar 2.8 Komponen U DITCH (Sumber: Ileton Elemenindo Perkasa)
I Gambar 2.7 Komponen pagar (Sumber: Beton Elemeninclo Perkasa)
I
GRC
Komponen ini termasuk dalam kelompok arsitektural, sering diperlukan
karena tuntutan perancang untuk memenuhi estetika bangunan. Spesifikasi komponen ini adalah sebagai berikut: Bahan terdiri dari campuran semen, pasir, dan fibreglass alkali resistant. Teknik produksi sistem spray. Ukuran dan bentuk sesuai pesanan. Ketebalan 8mm-1Omm.
U DITCI{
Komponen ini digunakan untuk saluran air yang dapat ditempatkan di sekeliling bangunan gedung, sebagai saluran drainase. Tingkat kesulitan pemasangan U DITCH ini rendah atau tidak diperlukan usaha keras untuk memasang. Waktu yang dibutuhkan untuk memasang cukup singkat sehingga dapat mereduksi durasi konstruksi secara keseluruhan. Dengan daya lateral yang tinggi, mampu menahan beban dari tanah dan dari alilan air.
Keunggulan kulponen ini adalah:
r
Mutu bahan terjamin karena dibuat di pabrik dengan kontrol kualitas prima.
r
Mudah dibentuk menjadi berbagai disain yang sesuai dengan kondisi lapangan sehingga mampu memberikan solusi untuk mewujudkan berbagai disain secara mudah dan efisien baik, untuk eksterior sebagai selimut bangunan maupun interior seperti ukiran, kaligrafi maupun elemen estetika lainnya. Selain itu juga dapat digunakan pada bangunan infrastruktur seperti monumen, saluran drainase, dan lainnya.
Beton Pracetak
23
Dengan ketebalan yang minim (maksimal 10mm) GRC memilikt bobot yang ringan. Hal ini mampu mengurangi biaya transportasi maupun pemasangan. Dalam aplikasi gedung-gedung tinggi juga mengurangi beban konstruksi yang menjurus pada penghematan biaya struktur dan fondasi.
Karena tidak mengandung asbes, GRC memiliki daya tahan atas
bahan kimia maupun korosi, tahan terhadap cuaca, tahan terhadap api, kedap suara, tahan lembab, dan tahan air' Teknik produksi sistem semprot tangan dengan cetakan, yakni suatu teknik produksi serbaguna untuk membuat komponen, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan yang rumit sesuai permintaan dan dilakukan pengawasan yang ketat, mulai
dari kondisi cetakan, metode yang dipakai hingga proses pengeringan hingga diperoleh produk GRC yang sempurna.
Sistem pemasangan yang mudah dan cepat meningkatkan efisiensi pembangunan.
Gambar 2.10 Komponen tangga (Sunrber: Beton Elenrenindo Pelkasa)
I BALOK Elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan macam bentuk penampangnya. Penentuan bentuk penampang dari sebuah balok
dipengaruhi oleh sistem yang akan digunakan, misalnya sistem sambungan antara balok dan plat lantai, sistem sambungan antara balok dengan kolom. Macam penampang balok: a. Rectangular Beant
b. L-Shaped Beant c. Inverted Tee Beam
Fr __lr tL
Itr-ill
Gambar 2.9 Komponen GRC (Sumber: Ileton Elerlenindo Perkasa)
(c)
Garnbar
r
TANGGA PRACETAK
Skuktur tangga pracetak mulai diproduksi untuk bangunan gedung guna mempercepat waktu konstruksi bangunan. Apabila struktur tangga dikerjakan secara konvensional maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat kerumitan dari struktur ini. Dengan adanya struktur tangga pracetak maka akan lebih mempersingkat waktu karena hanya perlu waktu untuk pemasangannya saja.
2.ll
Penampang balok
24
Eksplorasi Teknologi dalam Prq'ek Konstuksi
Beton Pracetak
25
Sel qtd pl.te arn Dlo dufrd .-.,e1engtc
k Gld
:tel.n .;.iale
ctsl ralo
*.tu
'=. G=---++-s--!fi A
a .ffi. k nog pad--/l Slel qat?fi.ngp haum,l di ,a@
Ganrbar 2.12 Penampang balok girder
^ s"I trh ...tt
I
jj.l
i
r-i Ii s+{+ L++l
rSKl
angle
i*annE suilae ata ntoct prl !1cl ot
brh
ne d.p ls dtf i.cld nth
when he a:.rrdr@ ,us
;:od
afo @aplae4
Gambar 2.14 Perletakan bolok ltada kolom dengan nrcilggunqkat penahon boja (Sunrber: Edward Allen, 1985)
I KOLOM
Gambar 2.13 Perletakan balok pado kolont (Sunrber: Edrvarcl Allen, 1985)
Sebagai elemen struktur bangunan yang mempunyai fungsi meneruskan beban dari lantai-lantai di atasnya, di mana dominasi gaya norrnal yang bekerja maka secara teknis kolom dapat diproduksi secara pracetak.
Elemen kolom pracetak ini sering dijumpai di toko-toko material bangunan, termasuk ornamen arsitekturalnya. Dengan membeli elemen
kolom pracetak maka pelaksana proyek tinggal memasang dan menyatukan dengan elemen lain di lokasi proyek. Biasanya elemen ini digunakan untuk bangunan rumah tinggal satu lantai. Jenis kolom beton yang dapat diproduksi secara pracetak tergantung dari
(a) ketinggian bangunan/jumlah tingkat; (b) metode erection yang akan digunakan; (c) kemampuan angkat alat bantu/crane. Kolom pracetak dapat diproduksi tanpa menyambung (kolom setinggi bangunan yang direncanakan) atau dengan sambungan (dilakukan penyambungan di antara tinggi bangunan). Untuk bangunan dengan ketinggian di bawah 30 meter, penggunaan kolom menerus (tanpa sambungan) masih dimung-
l
L
l
Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi
Belon Pracetak
27
kinkan sedangkan untuk yang di atas 30 meter sebaiknya digunakan kolom dengan sambungan. Keputusan untuk memproduksi kolom dengan sambungan atau tanpa sambungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain (a) kemampuan pabrik untuk memproduksi; (b) kemampuan alat angkut untuk memindahkan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi proyek; (c) kemampuan alat angkat untuk meletakkan elemen pracetak pada tempatnya; (d) kemampuan alat sambung kolom.
Apabila ingin menggunakan elemen kolom pracetak dengan sambungan maka pihak perencana harus mendisain kolom menjadi dua bagian atau lebih. Sambungan kolom dapat ditempatkan di setiap panjang tertentu, misalnya saja setiap 1 tingkat, atau 2 tingkat. Sambungan kolom dapat ditempatkan pada beberapa keadaan:
r r
sambungan ditempatkan tepat di pertemuan antara balok-kolom. sambungan ditempatkan sedikit
di atas pertemuan
1ri/4
Balok
Balok
Balok
Balok
aaiia
K Kolom dengan tampang konstan
1tii1
Gambar 2.16 Struktur rangka kolom menerus dengan tlmpang kolom konstan
antara balok-
kolom.
E [l H E
Itl E]lil m Gambar 2.15 Bentuk dan penampung kolom
Gambar 2.L7 Stt"uktur rangka kolotn menerus dengan tampang kolom tidak konstan
28
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Kolom dengan letak sambungan tepat pada pertemuan balok-kolom.
Beton Pracetak
I
29
PLAT ATAP
Sebagai elemen struktur yang berfungsi sebagai penutup bangunan, plat atap dapat diproduksi secara pracetak. Plat atap dengan bentangan lebar lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan plat atap dalam bentuk
komponen yang dimensinya relatif lebih kecil karena pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
r
Jumlah elemen yang diproduksi lebih sedikit sehingga memperpendek waktu yang digunakan untuk proses produksi serta erection..
I
Plat atap yang diproduksi merupakan satu kesatuan yang utuh (monolit).
Gambar 2.18 Sambungan kolom dengan balok menggunakan metode cor di tempat dalam dua tahap. Tahap pertama penyatuan balok serta rnenyiapkan soket untuk kolom di otasnya. Tahap kedua menyatukan antarkolom dengan metode cor di tempat. (Sumber: Tihamer Koncz, 797 9)
Kolom dengan letak sambungan di atas pertemuan kolombalok.
I
Hasil yang didapatkan lebih indah (estetis).
Batasan seberapa lebar/bentang plat atap tersebut layak untuk diproduksi? Ukuran elemen plat ini sangat bergantung pada hal-hal berikut: (a) kemampuan produksi pabrik; (b) kemampuan crane yang tersedia untuk handling serta erection; (c) kemampuan alat angkut ke lokasi proyek; (d) peraturan tentang angkutan jalan raya yang berlaku dalam suatu daerah tertentu; (e) ketersediaan alat sambung untuk menyatukan elemen sehingga menjadi satu kesatuan secara monolit. Pada umunmya dimensi yang diproduksi berukuran lebar 2,5 meter hingga 3 meter, panjang 15 meter hingga 25 meter dan beratnya berkisar antara 120 kglm2. Plat atap dapat dibedakan menjadi dua: (a) waffte slabs; (b) ribbed slabs.
1.
Waffle slabs
Wo|fl" slabs adalah plat atap dengan rusuk (ribs) pada arah transversal sebagai rangkanya, atau pada arah horisontal, atau kedua-duanya. plat jenis ini dapat diproduksi dengan ukuran yang cukup pipih sehingga
Gambar 2.19 Sambungan antarkolom terpisah
antara sambungan balok-kolom, keduanya disatukan dengan metode cor di tempat (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
didapatkan berat sendiri yang relatif lebih ringan. Dimensi dari plat ini berkisar antara, lebar I m hingga 3 m sedangkan panjangnya 5 m hingga 12 m, dimensi rusuk arah transversal + 15 cm hingga 20 cm dan arah longitudinal + 20 cm hingga 65 cm.
Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi
30
Beton Pracetak
I TrmPang
rEl t[rl
EI E]
3t
PLAT LANTAI
Sebagai elemen struktur yang langsung mendukung beban penghuni sebuah bangunan gedung, plat lantai harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Eksistensi plat lantai dalam bangunan tinggi membutuhkan material hingga 50o/o dari kebutuhan total material elemen struktur. Oleh karena itu plat lantai merupakan elemen yang penting untuk dikaji guna mendapatkan metode pengadaan yang efisien.
Berbagai cara digunakan untuk mengadakan plat lantai, dari yang konvensional dengan melaksanakan cor di tempat di mana posisi elemen tersebut berada hingga cara pabrikasi. Berbagai untung/rugi, keunggulan/kelemahan perlu dikaji secara seksama guna mencapai tujuan efisiensi.
Gambar 2.20 Tampong, denah, v,afrle slab
2.
khususnya untuk plat lantai, dengan memperhatikan gambar hasil disain dari arsitek. Hal-hal yang menjadi bahan pemikiran dalam menetapkan asumsi antara lain adalah:
Ribbed slabs
Ribbed slabs adalah plat yang dibentuk dengan rusuk sebagai perkuatan (ribs) pada arah longitudinal. Ada dua jenis rusuk yang digunakan, yaitu:
a)
Para perencana bangunan akan melakukan perhitungan struktur,
Cltannel unit
r r r
jarak antarbalok yang akan mendukung plat lantai. beban yang akan bekerja.
kemudahan produksi serta kemungkinan untuk ditransportasikan.
Jenis elemen plat lantai yang akan digunakan dapat dipilih di antara jenis yang ada:
r wffie slabs Gambar 2.21 Channel unit
b)
T unit
Gambar 2.22 T trnit
I
ribbed slabs
I
hollow beamfloor unit dengan bentuk lingkaran, oval.
Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstntksi
32
Beton Pracetak
33
Bentuk dari beberapajenis plat adalah sebagai berikut:
ru
lr{tl(
l.( d.t
ambar 2.23 Macam-tnacum jenis plat lantai
Bentuk plat lantai
wffie slabs dan ribbed
Gambar 2.25 Komponen pelot (Sunrber: Beton Elemenir:do Perkasa)
s/aDs seperti pada plat atap di beam Jloor unil
atas, sedangkan gambar berikut adalah hollow (lingkaran) pada saat proses produksi:
Ganrbar 2.26 Komponen pelat (Strmber: Reton Elemenindo Perkasa) Gambar 2.24 Proses produhsi HCS. Keunggulan pracetak adalah
Komponen pelat pracetak mampu mereduksi waktu pemasangan dan mengurangi biaya konstruksi yang disebabkan oleh pengurangan berat bangunan keseluruhan. Pengurangan berat ini terjadi karena pelat pracetak yang diproduksi bersifat hollow core slab. Dengan adanya rongga pada pelat pracetak tersebut maka pelat pracetak menjadi lebih ringan. Rongga berfungsi sebagai isolasi suara dan meringankan beban struktur. Keuntungan lainnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk pemasangannya menjadi lebih singkat dan tidak membutuhkan perancah.
t
:
Proses produksi dilaksanakan dengan sistem yang sudah terkomputerisasi untuk menjamin mutu beton.
r
Proses penegangan dilakukan secara akurat sehingga menjamin gaya prategang yang disyaratkan.
r
Pelat lantai berongga lebih ringan 29 - 42 % daripada pelat lantai beton konvensional sehingga beban rencana yang dapat dipikul j adi meningkat.
r'
Lendutan pelat akibat pembebanan penuh sangat kecil karena adanya lawan lendut dari gaya prategang.
Eksplorasi Tekttologi dalam Prol,sl< Konstruksi
34
Beton Procetak
35
Waktu pemasangan singkat, mudah, dan bebas dari struktur penyangga. Permukaan pelat bagian bawah tidak memerlukan finishing dan dapat berfungsi sebagai beton ekspose.
Precompression Effect beton prategang memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap suhu tinggi daripada beton konvensional.
I CLADDING Clodding adalah penutup dinding luar pada bangunan gedung yang berfungsi untuk memisahkan dan rnelindungi dari pengaruh luar. Beberapa kriteria pemilihan material dari cladding adalah harus tahan terhadap air, tahan terhadap pengaruh lingkungan di sekitarnya, serta memenuhi syarat estetika bangunan. Dalam menganalisis dan memilih material yang akan digunakan harus dilakukan dengan cermat dengan mempertimbangkan ketahanannya terhadap perubahan iklim, temperatur yang tinggi, kelembaban, serta polusi yang ditimbulkan olel, kota besar atau lingkungan industri. Sistem instalasi cladding yang dapat diaplikasikan adalah stick $tstent, utit system, unit and mullion system,
Garnbar 2.29 Unit ond ntullion
svstem
Gambar 2,30 Panel svstem
(Surnber: Edrvard Allen, 1985)
panel slst€m, column cover snd spandrel system. t..
-l
l-! \
llr t,\I -_xl I
{\
a
i'i
'11
\a i\ i I I
\
t--l! S,
rl lxi; sIt: I
\
=L\ i
N F.t-. ' \\ I
Gambar 2.31 Colwrut cover and spandrel systetn
I6 tt\ ttil
lil
(Sumber: Edward Alterl 1985)
\L
Gambar 2.27 Stick systenl
Gambar 2.28 Unit systent
Eksplorasi Tebrclogi dalam Proyek Konstruksi
36
r
Beton Pracetak
panas dari luar yang masuk ke dalam gedung. Untuk keperluan tersebut dapat digunakan material yang berfungsi sebagai peredam
Komponen-komponen Cladding
Struktur cladding pada umumnya mempunyai enam komponen utama, yaitu:
1.
2.
Material Eksternal Material yang dapat digunakan adalah semen, pasangan bata, pasangan batu, metal, kaca, plastik. Pemilihan jenis material disesuaikan dengan berbagai pertimbangan teknis dan estetis sehingga dihasilkan bangunan gedung yang memenuhi keinginan perencana, pemilik, dan pengguna. Rangka Pendukung Berkaitan dengan pemakaian exterior material cladding tentu dibutuhkan suatu rangka. Rangka ini berfungsi sebagai penopang exterior material, beban yang diakibatkan oleh angin, beban mati, dan beban gempa. Beban-beban tersebut akan diteruskan ke struktur rangka dari bangunan gedung tersebut. Support framing juga harus dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh gerakan exterior material, support frarning itu sendiri, bertambah pendek/panjang struktur rangka yang disebabkan oleh perubahan temperatur serta perubahan rangka yang diakibatkan oleh beban angin dan gempa. Salah satu jenis dari support frarning adalah gridtype frame. Grid-type frame lebih umum digunakan untuk cladding dengan material yang terbuat dari kaca atau metal. Namun demikian dapat juga digunakan untuk mengaitkan/meletakkan material yang lain, misalnya pasangan batu, panel (pracetak) dari pasangan bata, plester sintetis. Material yang digunakan dapat terbuat dari aluminium ataupun besi dan kemudian dihubungkan dengan struktur rangka bangunan gedung.
3.
Material Penutup Interior Untuk menutupi support framing dari cladding biasanya digunakan material yang lebih bersifat arsitektural sehingga dihasilkan ruang yang nyaman.
4.
Insulasi Untuk menambah kenyamanan pemakai gedung, pemakaian insulasi adalah hal yang tepat. Fungsi dari insulasi adalah untuk mengurangi
J/
panas, seperti plester sintetis atau beton pracetak yang dapat diproduksi dengan sistem komposit (memasang material peredam dalam panel beton pracetak pada saat proses produksi). 5.
Material pada Joint Penggunaan joint pada cladding bertujuan: Pertama, untuk memudahkan pemasangan panel-panel (karena ukuran panel dapat lebih kecil); Kedua, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kontraksi (memuai, memendek) dari panel.
6.
Drainase Internal Pemilik bangunan tentu tidak mengharapkan interior ruangannya rusak oleh karena masuknya air dari luar ke dalam ruangan. Hujan yang disertai angin sangat memungkinkan untuk menjadi penyebab masuknya air ke dalam ruangan. Gerakan air permukaan ini biasanya
berkumpul pada .joint. Berdasarkan pengalaman, penggunaan sealents tahan air temyata tidak cukup mampu untuk menahan gerakan air tersebut. Hal ini karena kurang sempurna pengerjaannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dapat digunakan internal drainage. Sistem internal drainage direncanakan dengan asumsi bahwa dinding akan mengalami kebocoran, tetapi begitu hal itu terjadi maka air yang masuk dapat dikumpulkan sehingga tidak merusak interior dalam ruangan.
BAB 3
PERENCANAAN
PENDAHULUAN Meskipun teknologi beton pracetak telah berkembang dan sudah lama digunakan, khususnya di Indonesia, efektivitas aplikasi tersebut masih perlu dikaji dengan seksama. Kajian tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui dengan benar aatas manfaat dan keuntungan dari aplikasi beton pracetak bagi industri konstruksi di Indonesia. Berbagai faktor harus ditinjau dengan cermat agar dapat diyakinkan keuntungan yang akan diperoleh, yang antara lain adalah perencanaan, sistem struktur, sumberdaya manusia, produksi, transportasi. pemasangan, connection, dan perbaikan. Teknologi beton pracetak layak digunakan jika permasalahan yang ditimbulkan dari semua faktor tersebut di atas dapat diatasi/diselesaikan.
FAKTOR PERENCANAAN Perencanaan struktur dengan teknologi beton pracetak dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah perencanaan yang dilaksanakan oleh arsitek. Tahap yang kedua, perencanaan dilakukan oleh konstruktor/ahli struktur. Tahap yang ketiga perencanaan dilakukan oleh produsen/instalator, yang ditekankan pada kemudahan pelaksanaan di lapangan.
Struktur organisasi dari tim proyek sangat menentukan keberhasilan pengaplikasian teknologi beton pracetak. Koordinasi dari pemilik proyek (owner), arsitek, ahli struktur, dan juga dari disiplin ilmu yang lain, merupakan hal yang penting sehingga dibutuhkan kesinambungan informasi pada setiap tahap pelaksanaan.
Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi
40
Teknologi pracetak adalah metode pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek atau di dalam lokasi proyek namun perlu disatukan lebih dahulu antar komponennya (erection) pada tempat yang seharusnya/ posisi dari komponen tersebut. Beberapa pengertian sistem ini dapat didefinisikan berdasarkan tingkatan metode pelaksanaan pembangunan, yaitu:
r
Prefobrication,yaitu proses pabrikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat khusus di mana berbagai jenis material disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah bangunan.
r
Preassembly, yaitu proses penyatuan komponen prafabrikasi di tempat yang tidak pada posisi komponen tersebut berada.
t Module, yaitu hasil dari
proses penyatuan
komponen prafabrikasi, biasanya membutuhkan mode transportasi yang cukup besar untuk memindahkannya ke posisi yang seharusnya.
Perencanaon
41
biasanya dilaksanakan secara berturutan sangat memungkinkan dapat dilaksanakan secara paralel (fabrikasi, pelaksanaan di lokasi). Rencana
dari beberapa kegiatan dapat dilaksanakan lebih awal, misalnya: mengurus ijin untuk keperluan transportasi, handling, erection. Perbedaan penerapan teknologi pracetak dengan konvensional ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan3.2.
Gambar 3,1 Ketergantungan antarpihak poda penerapan sistem konvensional
Metode pelaksanaan pembangunan teknologi pracetak dimungkinkan untuk diterapkan pada berbagai jenis proyek konstruksi, seperti jembatan, bangunan industri, perumahan, pelabuhan, dan lain sebagainya. Berbagai pihak yang terlibat dalam penerapan sistem ini adalah pabrikan, kepala proyek, arsitek, konstruktor, instalator, kontraktor, dan konsultan.
PROSES PENERAPAN TEKNOLOGI
PRACETAK Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi yang menerapkan teknologi pracetak akan mengikuti urutan kegiatan sebagai berikut: (1) planning; (2) design and engineering; (3) procurement; (4) fabrication; (5) transportation, handling and erection. Dari kelima kegiatan tersebut planning adalah proses yang perlu mendapatkan perhatian. Hal ini karena aspek yang harus dipertimbangkan lebih banyak dan lebih kompleks bila dibandingkan dengan metode konvensional.
Dibandingkan dengan metode konvensional, penerapan teknologi pracetak membutuhkan interaksi positif antarkegiatan. Teknologi pracetak akan mengubah hubungan antarkegiatan yang semula tidak saling bergantung (metode konvensional) menjadi saling bergantung. Sr'pcrti pada pelaksanaan elemen struktural bangunan gedung yang
Gambar 3.2 Ketergantungan antarpihak pada penerapan teknologi pracetak
PLANNING Tahap perencanaan dalam penerapan teknologi pracetak merupakan kegiatan kritis. Hal ini karena pada tahap ini harus mempertimbangkan, memprakirakan, dan mengendalikan berbagai proses kegiatan. perencanaan ini diawali dengan tahap konseptual sampai dengan selesainya pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan merupakan tahap kegiatan kritis yang lebih disebabkan karena teknologi pracetak ini tidak mudah disesuaikan dengan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu. Hal ini bukan berarti bahwa penerapan teknologi pracetak ini tidak dimungkinkan
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
untuk diubah, hanya saja tingkat fleksibilitas terhadap perubahan tidak seleluasa j ika menggunakan sistem konvensional. Berdasarkan penelitian (Ervianto, 1997) keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya perubahan disain. Hampir semua proyek konstruksi mengalami perubahan dari disain awal yang mengacu pada gambar rencana. Oleh karenanya disain dari komponen modular harus disetujui lebih dahulu untuk menghindari perubahan yang mungkin dapat menyebabkan meningkatnya biaya proyek dan keterlambatan pelaksana-an pekerjaan. Tingkat fleksibilitas yang rendah pada proses fabrikasi dan assembly dari modul mengharuskan untuk dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi untuk menghindari terjadinya biaya keterlambatan. Tahap planning dapat dibedakan menjadi beberapa sub-kegiatan, yaitu: (1) pengendalian proyek; (2) perencanaan modul; (3) pengadaan; (4) transportasi, dan (5) perencanaan lokasi proyek.
PENGENDALIAN PROYEK Proses pengendalian sudah seharusnya dilakukan secara kontinu sepanjang proses pelaksanaan berlangsung. Hal-hal yang tercakup dalam proses ini dimulai dari perencanaan anggaran biaya awal sampai dengan pembiayaan proyek secara keseluruhan. Dalam teknologi pracetak, perencanaan yang kurang sempurna dapat menjadi penyebab hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan aspek keunggulannya. Teknologi pracetak membutuhkan biaya awal yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem konvensional, sehingga risiko yang harus ditanggung oleh owner dan kontraktor juga menjadi lebih besar. Dua ha1 penting dalam
Perencanaan
43
Tabel 3.1 Pembiayaan pembuatan komponen pracetak
t
r
MANAJEMEN untuk
Manaiemen Jaminan kualitas
PERENCANAAN
I I
Biava Biaya Biava Biaya Biava Biava
Pipins and Lavout Peralatan dan Elektrikal
meninskat untuk sama untuk kedua metode meninskat untuk sama untuk kedua metode cukup tereduksi untuk meninskat untuk
BIAYA TAK LANGSTING
I I
Biaya sama untuk kedua metode Biava sama untuk kedua metode Biaya sama untuk kedua metode
Asuransi
BETON
I I
Beton struktur bawah Beton struktur atas Fondasi untuk alat
Biaya tereduksi unruk tak Biava turun sisnifikan untuk STRLIKTUR DAN ARSITEKTURAL Biava meninskat untuk Biava turun sisnifikan untuk
HANDLING DAN ERECTION Biaya meninskat untuk
rPe
PEKERJAAN TANAH Biaya sama untuk kedua metode
aan tanah
proses pengendalian proyek adalah pengendalian biaya dan waktu.
1.
Pengendalian Biaya
Manajemen proyek adalah pihak yang mengendalikan semua aspek pembiayaan dalam proyek konstruksi. Biaya pembuatan modul dalam teknologi pracetak kadang-kadang lebih besar dibandingkan dengan sistem konvensional, namun secara keseluruhan pembiayaan proyek (total cost) mampu direduksi. Biaya pembuatan komponen beton pracetak yang berupa modul melalui proses fabrikasi (memungkinkan melalui proses kimiawi) seperti tampak dalam Tabel 3.1 berikut ini.
2.
Pengendalian Waktu
Pengendalian jadwal/skedul kegiatan dalam proyek konstruksi merupakan salah satu aspek untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan proyek. Pada kondisi tertentu, hubungan antara waktu dan biaya
pelaksanaan kegiatan adalah bahwa
dipercepat maka
bila
pelaksanaan kegiatan dapat sangat dimungkinkan untuk mengurangi biaya
pelaksanaan. Namun bila waktunya semakin singkat melebihi batas optimum maka biaya yang diperlukan menjadi semakin besar. Jadwall skedul kegiatan dalam proyek yang menerapkan teknologi pracetak berbeda dengan sistem konvensional. Hal ini karena adanya perbedaan model ketergantungan antarpihak.
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
PBRENCANAAN MODUL
Perencanaan
1.
Pengadaan Design Engineering Jenis kegiatan yang termasuk dalan, tahap ini adalah melakukan identifikasi jenis pelayanan jasa yang dibutuhkan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan pemilihan konsultan perencana. Kegiatan ini terjadi di awal proyek. Kemampuan dan pelayanan konsultan yang diberikan juga berbeda antara teknologi pracetak dengan sistem konvensional. Konsultan dalam teknologi pracetak mempunyai cakupan pemikiran lebih kompleks dalam kemampuannya. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan dan pemikiran yang harus terintegrasi dalam proses secara keseluruhan, yaitu: perencanaan, pabrikasi, transportasi, koneksi, ketersediaan peralatan, dan faktor lainnya. Secara umum konsultan harus mempunyai kemampuan lebih dan pengalaman dalam bidang teknologi pracetak. Pemahaman jenis, urutan kegiatan, dan keterkaitan antarkegiatan juga merupakan aspek yang patut dipertimbangkan apabila akan menerapkan teknologi pracetak.
2.
Pengadaan Produsen Kegiatan ini dilakukan di awal proyek yang mencakup: (1) prakualifikasi kontraktor dan penyedia peralatan, (2) jumlah kontraktor dan produsen yang mempunyai kemampuan dalam teknologi pracetak, (3) pemilihan kontraktor dan produsen. Untuk mendapatkan jasa layanan yang memadai perlu dilakukan prakualifikasi kontraktor
Pada tahap konseptual/perencanaan dilakukan kajian tentang pemilihan ukuran, material, dan berat setiap modul. Bolt (1982) menyatakan bahwa tahap penentuan ukuran/dimensi dan berat maksimum setiap modul yang masih memungkinkan untuk dipindahkan dari lokasi pembuatan ke lokasi proyek atau menempatkan modul pada posisinya, berdasarkan pertimbangan praktis dan ekonomis. Tahap konseptual/perencanaan sedikit banyak tergantung pada jenis dan kapasitas peralatan yang akan digunakan di lapangan. Misalnya, tahap konseptual/perencanaan berkaitan erat dengan kegiatan transportasi.
Artinya bahwa pada saat proses penentuan modul harus sudah mempertimbangkan ketersediaan jenis dan kapasitas peralatan yang akan digunakan untuk mentransportasikan modul ke lokasi proyek dan juga
untuk proses erection. Meskipun dimensi setiap modul dan
cara
mentransportasikannya bervariasi di efisiensi biaya juga harus mempertimbangkan keduanya agar keunggulan sistem ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. Berat setiap modul dan
setiap proyek, untuk pencapaian
peralatan yang tersedia
juga
45
berhubungan erat, artinya bahwa
perencanaan modul yang mempunyai berat berlebih dibandingkan kemampuan alat yang tersedia akan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam pelaksanaannya. Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan pada tahap konseptual/perencanaan adalah:
guna melaksanakan pembangunan berbasis teknologi
1.
penting dilakukan. Jumlah konraktor dan produsen merupakan faktor kritis dalam menerapkan sistem ini. Semakin banyak pihak yang terlibat di dalamnya maka dibutuhkan koordinasi yang semakin baik. Dibanding dengan metode konvensional, memilih kontraktor dan produsen menjadi hal yang penting demi kelancaran pekerjaan guna mencapai tujuan pengadaan proyek.
Faktor Transportasi: transportasi, pengikatan komponen pracetak; ketepatan dimensi komponen pracetak; ukuran dan berat komponen pracetak; perlindungan dalam pengangkutan; titik berat komponen pracetak.
2.
Faktor lain: perlindungan terhadap karat; konsep rangka yang akan digunakan; persyaratan perencanaan (mis. gempa, pengangkutan); penyimpanan komponen pracetak; sistem tie-ins dan interfaces; fondasi untuk rangka komponen pracetak; persyaratan pabrikasi.
PENGADAAN Penerapan teknologi pracetak dalam proyek konstruksi khususnya dalam hal pengadaan material dan jasa mencakup hal-hal sebagai berikut: (l) design engineering (2) pabrlkasi; (3) transportasi, handling dan erection.
3.
pracetak
Pengadaan Sarana Transportasi, Handling dan Erection Pengadaan sarana transportasi, handling dan erection pada teknologi
pracetak sudah seharusnya dilakukan di awal proyek. Hal ini berkaitan dengan dimensi dan berat dari masing-masing modul yang telah direncanakan. Sebaiknya pengadaan sarana transportasi, handling dan erection dilakukan oleh kontraktor atau pabrikator dengan maksud pengendalian jadwal dan tanggung jawab yang lebih jelas.
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
46
r
Transportasi
BAB 4
Pemindahan modul-modul pracetak merupakan kegiatan yang
SISTEM STRUKTUR
mernbutuhkan peralatan yang spesifik dan memadai. Tahap perencanaan
transportasi harus mempertimbangkan jalur transportasi yang akan dilewati, metode pemindahan, dan peralatan yang dibutuhkan.
r
Perencanaan Lokasi Proyek
Perencanaan kegiatan
di lokasi proyek harus disesuaikan dengan
akses
jalan masuk dan fasilitas yang tersedia. Pelaksanaan fondasi dan jalan masuk ke lokasi proyek sebaiknya dilakukan di awal pelaksanaan proyek untuk menghindari kemungkinan terjadinya keterlambatan.
PENDAHULUAN Berbeda dengan bangunan gedung yang proses konstruksinya menggunakan proses tradisional, bangunan yang menggunakan teknologi beton pracetak memerlukan perencanaan yang lebih detil, dimulai dari proses perancangan arsitektur, perancangan struktur, proses transportasi, hingga proses pelaksanaan di lapangan. Sistem struktur yang dipakai pada kebanyakan bangunan gedung lebih ditentukan oleh proses produksi di pabrik, proses transportasi, proses pelaksanaan di lapangan. Dimensi serta berat dari elemen beton pracetak ditentukan oleh beberapa hal berikut:
r r r r r
Ketinggian dan jumlah tingkat dari bangunan. Kapasitas angkat crane
Lokasi pabrikasi elemen beton pracetak. Bentang portal danjarak antarportal. Beban yang didukung beton pracetak.
Yang harus dipertimbangkan dari penggunaan struktur kolom menerus dari lantai dasar hingga lantai teratas adalah masalah transportasi elemen beton pracetak dari lokasi pabrikasi ke lokasi proyek.
STRUKTUR RANGKA KOLOM MENERUS Pada bangunan yang menggunakan kolom jenis ini (tanpa sambungan dari kolom lantai dasar hingga kolom lantai teratas), pelaksana proyek dituntut untuk menyediakan peralatan yang memadai dalam hal kapasitas
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
48
Sistem Struktur
49
angkatnya. Panjang maksimal dari kolom tergantung dari beberapa hal, antara lain:
I
Kemampuan mode transportasi dalam usaha mentransportasikan elemen beton pracetak.
r
Kapasitas angkat crane yang tersedia untuk pelaksanaan erection.
r
Kemampuan produsen untuk mempabrikasi elemen beton pracetak.
Sistem struktur ini dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
r r
Struktur rangka kolom menerus dengan sambungan kaku,
Struktur rangka kolom kaku dengan pin
ioint
sebagai alat
sambung pada balok,
I
Struktur rangka dengan pin dan unit lantai.
I Struktur Rangka Kolom
ioint
sebagai alat sambung kolom
Menerus dengan Sambungan
Gambar 4,2 Sistem stt'uktur rangka, kolom menerus (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
Kaku
E < 30,0
Struktur Rangka Kolom Kaku dengan Pin.Ioint Alat Sambung pada Balofi<
sebagaf,
Lambda system adalah sistem struktur kolom menerus dengan cantilever pada setiap tingkat yang berfungsi untuk menahan balok. Sambungan
antara balok dan cantilever menggunakan alat sambung pin joint Sambungan ini diusahakan menjadi sambungan kaku sehingga diha.siXkan suatu portal yang kaku. 6,0
- r2,0
6,0
- t 2,0
Gambar 4.1 Sistem struktur rangka, kolom menerus, sambungan knku
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
50
Sistent Struktur
r < 30,0 i
51
Struktur Rangka dengan Pin Joint sebagai AIat Sambung antara Kolom - Unit Lantai
Struktur rangka dengan kolom menerus menahan unit lantai yang disatukan dengan alat sambungpin joint.
< 10,0
-
l 5,0
10,0
-
12.0
I 5,0
Gambar 4.3 Sistem struklur rengka, kolom menerus, sambungan pin
joint
I.. 4.0 - 9.0
4,0 - 9,0
Gambar 4.5 Sistem struktur rangka, kolom menerus, joint sebagai alat sambung kolom - unit lantai
pin
Gambar 4.4 Sistem struktur rangka, kolom menerus, (l) kolom menerus dengan kantilever; (2) bolok; (3) plat lantai (Sumber: Tihamer Koncz, 1979) Gambar 4.6 Sistem struktur rangka, kolom menerus, (l) kolom tnenerlts dengan kantilever; (2) unit lantai (Sumber: Tihamer Koncz, 197 9)
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
52
STRUKTUR RANGKA DENGAN KOLOM SAMBUNGAN
Sistem
r
Struktur
53
Sambungan Antarkolom Diletakkan Setiap Dua Lantai
Sistem struktur ini sesuai untuk bangunan gedung dengan ketinggian antara 10 meter sampai 60 meter. Letak sambungan kolom dapat ditempatkan pada berbagai keadaan:
r
Sambungan Antarkolom Diletakkan di Setiap Lantai
TTTT tlll llaa
ITTI Iiti 5.0
-
10,0
Gambar 4.9 Sistem struktw" rangka, kolont sambungon setiop sotu lantoi
7,0 - I 0,0
5.0
-
t0-0
Gambar 4.7 Sistem struktur rangkeu kolom sambungan setiap satu lantai
Gambar 4.10 Sistetn struktur rangka, kolom menerus,
(t) kolom; Gambar 4,8
(l)
Sistem struktur rangka, kolom menerus,
kolom sambungan tiap lantai; (2) balok; (3) unit lantai (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
(2) kolom sambungan tiap dua lontai; (3) kotom; (4) internal kolom; (5) balok; (6) unit lantai
(Sumber: Tihamer Koncz,
197
9)
Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstruksi
54
Sistem
Struktur
5J
STRUKTUR RANGKA DENGAN UNIT BERUPA PORTAL Sistem struktur jenis ini menggunakan unit poltal beton pracetak dengan hcrbagai bentuk, yaitu bentuk H, rangka berbentuk portal, bentuk T, bcntuk L.
I
Portal Berbentuk H
l'ada portal ini terdapat balok yang menggantung sebagai cantilever dari rangka. Sambungan kolom diletakkan di tengah-tengah tinggi ruang atau joint. 1 /3 tinggi antarlantai dan digunakan alat sambung berupa pin
Gambar 4,12 Sistem struktur rangka portal, (l) portal H; (2) unit lantai; (3) dinding (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
r
Rangka Portal
Sambungan dilakukan dengan alat sambung pin pin joint di atas yang lainnya.
4,5 - 6,0
Gambar
4.ll
2,0 - 6,0
joint di mana
4,5 - 6,0
Sistem struktur rangka berupa
portal
4.5 -
9.0
2.5 - 9.0
4.5 - 9.0
Gambar 4,13 Sistem struktur rangka berupa portal, alat sambung pin
joint
salah satu
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
56
Sistent
Struktur
57
Gambar 4.16 Sistem struktur rangka portal berbentuk T (Sumber: Tihamer Koncz, 1979) Gambar 4.14 Sistem struktur rangka portal (Sumber: Tihamer Konc4 197 9)
r r
Portal Berbentuk T dan L
Portal Berbentuk T dengan Balok Menggantung
4.5
-
10,0
4,5
-
10,0
4,5
-
10,0
Gambar 4.15 Sistem struktur rangka portal berbentuk T
5,0 - 9.0
2.0 - 9.0
5,0 - 9.0
Gambar 4.17 Sistem struktur rangka portal T dan L
? Tehologi dalam ProYek Konstruksi
Sistent
Struktur
59
Tabel 4.1 Jenis-jenis struktur rangka bangunan dengan menggunakan komponen beton pracetak (Sumber: Tihamer Koncs, 1979)
Jenis Struktur
Tinggi Bangunan (ml
l5
Beban Hidup
12 sld 40
sampai dengan 30
500 s/d 2500
500 s/d I 200
500 s/d 2500
diutamakan di pabrik, jika
diutamakan di lokasi proyek,jika
diutamakan di Iokasi proyek,
terpaksa dapat
terpaksa dapat
jika terpaksa
dilakukan di lokasi proyek.
dilaksanakan di pabrik
dapat
tower crane,
tower crane, truck mounted mobile
s/d 50
(kslm2)
Gambar 4.18 Sistem struktur rongka portal T dan L (l) rangka L; (2) rangka T; (j) unit lantai (Sumber: Tihamer Koncz, 197 9)
Lokasi Pabrikasi (pertimbangan transportasi)
dilaksanakan di oabrik truck mounted mobile crane
Peralatan Pemasangan
goliath crane
STRUKTUR TIPE MUSHROOM
Metoda Pemasangan
Horisontal
horisontal dan atau vertikal
vertikal
Struktur ini disebut juga struktur payung. Jenis ini jarang sekali dilaksanakan karena dengan teknologi beton pracetak menjadi tidak
Connection
in-situ concrete, nrestressins
pin-joint, las, baut
pin-joint,las
ekonomis.
Penempatan Bracing
arah longitudinal
arah longitudinal
arah longitudinal dan transversal
Jenis Komponen
3
2 sampai 3 I L sampai 1,2 L
2 sampai
crane
Panjang
I L sampai
efektif
1,2 L
(lonsitudinal)
akibat Buckling
I Lto
1,2
L
(transversal)
,
baut, prestressing
0oneitudinal)
I Lto
1,5
L
(transversal)
3
L sampai 1,2 L (lonsitudinal) 1
to 2,5 L (transversal)
LIFT SLAB METHOD Struktur jenis
ini
merupakan peralihan antara proses konstruksi tradisional dengan teknologi beton pracetak. Pengecoran plat lantai pada metode ini dilakukan di permukaan tanah kemudian dilakukan pengangkatan pada posisi di setiap lantai. Tahapan pengangkatan seperti Gambar 4.19 Sistem struktur mushroom
gambar berikut:
60
Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstruki
BAB 5
SUMBERDAYA MANUSIA Gambar 4.20 Metode lift slab (Sumber: Edward Allen, 1985)
PENDAHULUAN Karakteristik pekerja yang bekerja dalam lingkungan pabrik berbeda dengan mereka yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja di lapangan terbuka. Kondisi ini akan mempengaruhi produktivitas pekerja sehingga kontinuitas hasil produksi tidak dapat diprediksi dengan tepat. Dalam lingkungan pabrik, pekerjaan yang dilakukan merupakan suatu pengulangan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan yang disebabkan oleh pekerja. Keberhasilan produk dari hasil produksi industri konstruksi sangat tergantung pada kejelian dan kemampuan manajer konstruksi dalam membuat perencanaan serta penggunaan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Secara umum perbedaan antara industri konstruksi dengan industri manufaktur adalah sebagai berikut:
r
Pada proyek konstruksi, waktu yang disediakan sangat terbatas. Konsekuensi dari hal ini adalah tim manajemen harus dibentuk secara cepat dan tepat. Juga pemilihan metode konstruksi serta penggunaan alat untuk operasional hanya terjadi satu kali.
r Sifat dari lokasi proyek
adalah tidak tetap. pada industri manufaktur, lokasi kerja berada dalam satu lokasi dan bersifat tetap. Kadang-kadang pekerja proyek harus melaksanakan pekerjaannya dalam ruang yang terbatas sehingga akan mempengaruhi produktivitasnya. Sedangkan untuk pekerja pabrik, ruang gerak mereka dapat direncanakan sebaik mungkin agar mereka dapat bekerja dengan nyaman agar produktivitasnya tidak terganggu.
? Sumber Daya Manusia
I
Hasil produksi biasanya unik dan selalu berbeda dari lokasi proyek yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dibuat itandarisasi penggunaan alat bantu dan metode konstruksi untuk berbagai proyek.
r
Dalam industri konstruksi lebih banyak dibutuhkan pekerja dengan ketrampilan yang cukup dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan. Pemilihan pekerja yang cakap akan sangat berpengaruh pada ketepatan rencana pekerjaan, apakah sesuai dengan jadwal.
r
I
Proyek konstruksi biasanya berskala besar, tidak praktis, dan pemasangan peralatan besar dan berat sehingga tidak mudah untuk melaksanakannYa. Dalam proyek konstruksi, owner selalu terlibat dalam melakukan pengawasan proses konstruksi, sedangkan pada industri manufaktur maka pembeli hanya melihat hasil akhir dari proses produksi.
Akibat adanya perbedaan karakter antara industri manufaktur dan industri konstruksi, khususnya pada masalah sumberdaya manusia, adalah timbulnya perbedaan pada cara kerja, tingkat produktivitas, prosedur kerja. Jika aspek sumberdaya manusia antara keduanya yang diperbandingkan, hasilnya adalah sebagai berikut: Karakter pekerja pabrik adalah:
r r
Tidak terpengaruh perubahan cuaca.
r
Perubahan teknologi hanya terjadi sesaat, yaitu pada masa transisi penerapan teknologi baru di pabrik di mana pekerja akan menyesuaikan atau mengalami transisi dari teknologi lama ke teknologi baru dan kemudian berjalan seperti biasa.
r
Produktivitas relatif konstan.
Pola kerja selalu sama. Hal ini lebih dipengaruhi oleh cara kerja yang mekanistik dari mesin di lingkungan pabrik'
Pekerja tidak memerlukan bekal ketrampilan yang tinggi. Awalnya adalah buruh kasar yang kemudian dilatih sehingga upahnya relatif rendah.
Karakter pekerja lapangan adalah:
r I
Sangat dipengaruhi perubahan cuaca.
Setiap
kali lokasi pekerjaan berpindah maka hal itu
akan
menyebabkan terjadinya perubahan pola kerja di lapangan.
r
Perubahan teknologi sering terjadi sehingga sangat berpengaruh terhadap pekerja.
r r
Produktivitas pekerja tidak kontinu.
Pekerjaan biasanya dilaksanakan berada di luar/lapangan terbuka
dengan variasi yang timbul oleh hujan, panas serta kondisi geografi s lokasi ProYek.
r
r
63
Diperlukan pekerja dengan bekal ketrampilan yang cukup sehingga upahnya lebih tinggi dibanding pekerja pabrik.
Dengan mengarahkan pelaksanaan proyek konstruksi menjadi industrialisasi maka sangat terbuka kemungkinan untuk mereduksi biaya konstruksi serta waktu pelaksanaannya.
t BAB 6
PRODUKSI PENDAHULUAN Produksi mutlak merupakan peran pabrikator. Sepanjang tidak terdapat halangan yang berkaitan dengan logistik, masalah yang ada biasanya berkaitan dengan hal-hal teknis, sehingga dengan menyerahkan pekerjaan tersebut pada pabrikator yang profesional maka hambatan teknis itu akan dapat diredam.
Hal penting dalam faktor produksi adalah penentuan prioritas, komponen
yang akan lebih dahulu dipabrikasi tentu harus disesuaikan dengan rencana kerja dan metode kerja yang direncanakan. Untuk mencapai kesesuaian pemilihan komponen yang harus diproduksi lebih dahulu maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan instalator. Area produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan material dasar, proses pengecoran, proses rawatan beton serta penyimpanan komponen beton pracetak. Konsekuensi dari unit ini (pabrikator) adalah harus menyediakan lahan kerja yang cukup luas karena lahan penumpukan bahan dan komponen beton pracetak yang diproduksi memiliki ukuran dan kuantitas yang besar. Proses produksi beton pracetak tampak seperti pada Gambar 6.1. Hakikat dari pabrikasi beton pracetak adalah:
r r r
Kebutuhan akan tenaga kerja relatif lebih sedikit. Kecepatan proses produksi. Perbaikan kualitas produk.
Dibandingkan dengan proses konstruksi tradisional, hal yang menonjol dalam produksi beton pracetak adalah penggunaan mesin dalam pabrik untuk menghasilkan komponen beton pracetak. Selain membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit, penggunaan mesin akan mengurangi kesalahan
f Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi
Produksi
yang diakibatkan oleh "faktor manusia" sehingga akan dihasilkan produk dengan kualitas yang lebih seragam.
67
r
Rancangan cetakan dapat diangkat ke atas sehingga terlepas dari betonnya.
r
Dengan merusak cetakan (pasangan bata), cara ini biasanya digunakan untuk memproduksi beton pracetak berupa dinding dan plat lantai untuk keperluan rumah tinggal dengan berbagai ukuran yang tidak sama sehingga penggunaan cetakan yang dapat digunakan berulang kali menjadi tidak efisien.
Pengaplikasian metode ini pada pabrikasi komponen yang dimensinya cukup besar, seperti pembuatan komponen plat lantai. Pabrikasi Hollow Core Slab (HCS) dengan sistem stationary production.
r
Slip-form Production
Metode pabrikasi dengan menggunakan cetakan yang dapat bergerak sepanjang casting bed. Pelepasan cetakan tersebut dilakukan dengan menggetarkan beton yang telah dipadatkan. Metode ini banyak dipakai untuk memproduksi beton pracetak berupa plat.
I Gambar 6.1 Proses produksi beton pracetak (Sumber: Tihamer Koncs, 1979)
METODE PABRIKASI Beberapa metode yang dapat digunakan dalam lingkungan pabrik guna
menghasilkan komponen beton pracetak adalah Stationary Production, Sl ip-fon n P r o duc t i o n, dan F I ow- I i ne P r o duct i o n.
r
Stationary Production
Metode produksi di mana proses pabrikasinya dilakukan pada cetakan yang bersifat tetap (tidak dapat bergerak) sampai pekerjaan selesai. Cetakan yang digunakan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar. Beberapa alternatif pemilihan rancangan cetakan adalah:
I
Rancangan cetakan sedemikian rupa sehingga pada bagian samping dapat diputar ke bawah sehingga terlepas dari beton.
Flow-line Production
Metode pabrikasi untuk memproduksi komponen dalam jumlah banyak (massal), misalnya komponen atap, dengan harapan dapat mempersingkat waktu produksi.
PEMILIHAN METODE PABRIKASI Pemilihan metode pabrikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
r r r
Jumlah komponen yang akan diproduksi.
Dimensi dari komponen beton pracetak yang akan diproduksi.
Bentuk dari komponen beton pracetak, linierlflat (slab-type component).
I
r
Sistem yang akan digunakan (prestressed atau konvensional).
Komposisi produk dan material yang akan digunakan (lightweight concrete component, multi layer slab).
*I
r
:i
Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
68
Jumlah komponen yang harus diproduksi mempunyai korelasi dengan kemampuan mesin. Untuk rangkaian kegiatan yang memproduksi dalam jumlah yang kecil, I 200 uniVtahun, metode yang tepat untuk digunakan adalah stationary production. Jika produksi mencapai t 2000 unit/tahun dimungkinkan untuk menggunakan metode slipforming production dan
kualitas beton sangat tergantung dari cetakannya. Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai suatu cetakan beton pracetak adalah:
I
Mempunyai volume yang stabil, sehingga dapat dihasilkan dimensi beton pracetak yang akurat.
r
Dapat digunakan berulang
kali tanpa mengeluarkan
Ukuran dari komponen yang akan diproduksi terbatas yang sesuai dengan kemampuan dari mesin yang tersedia. Selain itu juga terdapat korelasi antara. cetakan, crane, fasilitas transportasi dan ukuran dari komponen beton pracetak itu sendiri. Kriteria dari ukuran ini adalah berapa besar biaya awal yang harus dikeluarkan untuk pembuatan cetakan, berapa
besar kapasitas mode transportasi yang tersedia dan berapa besar kapasitas crane yang harus disediakan untuk mengangkat komponen yang lebih besar.
Komponen beton pracetak dengan dimensi ukuran yang besar memang dapat menekan penggunaan tenaga kerja serta waktu pemasangan dapat dicapai lebih cepat. Pada sisi lain produk seperti ini membutuhkan biaya
yang lebih besar untuk investasi peralatannya, sehingga timbul pertanyaan seberapa ukuran komponen beton pracetak sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan biaya tambahan yang dikeluarkan? Umumnya biaya yang harus dikeluarkan untuk kepentingan
t
l0% dari total cost.
Bentuk komponen beton pracetak merupakan bagian penting dalam penentuan mekanisme proses produksi. Komponen balok dan kolom lebih mudah diproduksi dengan metode stationary production, sedangkan
r r
Mudah dipindahkan dan rapat air sehingga tidak memungkinkan air agregat keluar dari cetakan.
Mempunyai daya lekat yang rendah dengan beton dan mudah membersihkannya.
r
Dapat digunakan untuk memproduksi berbagai bentuk komponen beton pracetak (fleksibel).
Material yang dapat digunakan untuk membuat cetakan beton pracetak dapat berupa besi, kayu, atau plastik. Material dari besi merupakan bahan yang hampir memenuhi persyaratan di atas namun dari segi biaya relatif mahal. Cetakan dari besi cocok digunakan untuk memproduksi balok, kolom, plat, dan dinding. Sedangkan cetakan kayu sesuai digunakan untuk memproduksi komponen beton pracetak dalam jumlah yang kecil. Namun demikian terkadang penggunaan cetakan kayu tidak lebih murah dibandingkan dengan penggunaan cetakan besi. Daya lekat antara kayu dengan beton cukup besar sehingga diperlukan material lain sebagai pelapis untuk menghambat daya lekat keduanya (biasanya digunakan plastik). Keuntungan penggunaannya adalah mudah dikerjakan karena berat material yang ringan. Cetakan dari plastik dibuat dari bahan fiber glass yang mudah dimodifikasi serta memiliki berat material yang ringan.
untuk memproduksi jenis slab adalah lebih cocok dengan metode s Ii
pfonn
in g
biaya
perawatan yang berarti.
production.
pemasangan
Produksi
pr o duc
ti
o
n.
CETAKAN (MOULDING) Cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme proses produksi beton pracetak. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan cetakan menyerap porsi yang cukup besar dari total biaya yang diperlukan. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah dimensi yang akurat guna menghasilkan komponen beton pracetak yang tepat. Dimensi serta
Gambar 6.2 Cetakan untuk komponen beton pracetak. (Sumber: Nilam Satrio, 2005)
? i Teknologi dolam
Pro.
Konstnilci
Produksi
7t
Tenaga kerja yang digunakan dalam lingkungan pabrik adalah tenaga kasar yang dididik sehingga mampu mengoperasikan alat. Tenaga kasar
ini digaji relatif lebih rendah dibandingkan pekerja di lapangan. Produktifitas pekerja di pabrik lebih konsisten, disebabkan oleh lingkungan kerja yang lebih baik (tidak panas, tidak kehujanan). Risiko terjadinya kecelakaan kerja di pabrik lebih kecil dibandingkan dengan kerja di lokasi proyek.
Gambar 6.3 Metode pabrikasi komponen beton pracetak. (Sumber: Tihamer Koncs, 1979)
KONDISI DI LAPANGAN
Produksi dapat dilaksanakan setiap saat, tidak terpengaruh cuaca, sehingga jadual dapat ditepati sesuai dengan rencana. Dengan pelaksanaan produksi di pabrik memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan secara seri. Kualitas produk yang dihasilkan juga lebih seragam. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pengendalian kualitas yang baik. Berat sendiri komponen beton pracetak tidak menimbulkan masalah bagi produsen, namun demikian harus disesuaikan dengan kemampuan alat yang tersedia untuk transportasi dan pemasangan (maksimum + 2 ton/komponen).
Metode produksi yang digunakan adalah stationary production dan slipform procluction. Metode stationary prodltction dapat digunakan untuk memproduksi komponen balok precast ataupun pelat lantai, sedangkan slip-form production digunakan untuk memproduksi komponen pelat lantai.
Kebutuha:r jumlah material untuk memproduksi komponen struktur dengan teknologi beton pracetak sama saja jika dibandingkan cqsi in'sittt. Dalam pabrikasi dibutuhkan bahan tambah (additifl berupa sikament dengan takaran sesuai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan bahanbahan tersebut, pihak pabrik menjalin kerjasama dengan beberapa supplier dengan tujuan agar harga bahan tidak dipermainkan oleh supllier. Keterlambatan produksi tidak pernah disebabkan karena terlambatnya pengiriman material oleh supplier, sehingga sistem yang diterapkan pabrik cukup baik. Kebutuhan mesin produksi umumnya dipenuhi dengan cara memesan/ membeli dari luar negeri. Jenis mesin yang dibutuhkan adalah: mesin cetak, mesin aduk, mesin potong, mesin sftessing, mesin lifting, crane,
forklift.
Gambar 6.4 Produksi komponen beton pracetak. (Sumber: Nilam Satrio, 2005)
**
BAB
7
SISTEM TRANSPORTASI
PENDAHULUAN Tanggung jawab produsen beton pracetak tidak hanya pada masalah produksi saja tetapi jugu bertanggung jawab terhadap masalah pengiriman, bahkan kadang-kadang termasuk erection dari komponen beton pracetak. Produsen beton pracetak biasanya memiliki mode transportasi yang digunakan untuk mentransportasikan komponen beton pracetak dari lokasi pabrikasi sampai lokasi pekerjaan, tetapi ada pula yang mensubkontrakkan urusan transportasi tersebut ke subkontraktor pengangkutan.
PEMILIHAN MODE TRANSPORTASI Sistem transportasi yang digunakan adalah jalur jalan raya. Alasan utama pemakaian jalur ini adalah tersedianya jaringan jalan raya sampai ke lokasi proyek sehingga hambatan yang timbul untuk mentransportasikan komponen relatif kecil. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kegiatan handling yang hanya terjadi pada saat pemuatan dan pembongkaran ke dan dari mode transportasi darat.
Untuk mentransportasikan komponen beton pracetak ke lokasi proyek digunakan Jlatbed truck dengan sistem typical two point support. Pelaksanaan pengangkutan dengan sistem ini adalah dengan memberikan alas berupa potongan kayu di bawah pelat Hollow Core Slab di 2 (dua) tempat. Maksud pemberian alas ini adalah untuk menghindari terjadinya tegangan yang tidak diinginkan yang diakibatkan oleh fleksibilitas truk pada saat pengangkutan ke lokasi proyek. Dengan demikian komponen
Sistent Transportasi
pelat pracetak harus didisain sedemikian rupa sehingga hollow core slab dapat dengan aman diangkat pada 2 (dua) titik angkat.
Jarak yang masih layak antara lokasi pabrik dengan lokasi proyek berkisar + 200 km. Sedangkan kuat rencana komponen beton pracetak agar layak ditransportasikan adalah berkisar antara 50% - 75%o darikuat rencana. Pemilihan mode transportasi darat berupa truk disebabkan oleh faktor keleluasaan bergerak ke segala arah dan tempat. Kapasitas angkut truk maksimum dalam satu kali angkut adalah 20 ton.
75
pengangkatan maka diperlukan lebih dari dua titik angkat, bahkan diperlukan titik angkat pada bagian atas untuk keperluan erection. Jika ukuran dari komponen beton pracetak (memerlukan lebih dari dua titik angkat) maka sistem transportasi yang digunakan adalah rocker system.
Tidak digunakannya kereta api sebagai mode transportasi darat disebabkan oleh terbatasnya jaringan jalan kereta api serta adanya kebutuhan peralatan angkat tambahan di lokasi pemberhentian kereta api. Dengan kata lain untuk mentransportasikan komponen beton pracetak dengan kereta api akan memerlukan tiuga tahap. Tahap satu, adalah mentransportasikan komponen beton pracetak dari lokasi pabrik ke tempat pemberhentian kereta api. Tahap dua, transportasi dilakukan oleh
kereta api sampai tempat pemberhentian yang terdekat dengan lokasi proyek. Tahap tiga adalah mentransportasikan dari tempat pemberhentian kereta api ke lokasi proyek. Tahap-tahap transportasi ini memerlukan beberapa kali perpindahan mode transportasi sehingga dibutuhkan biaya yang lebih besar. Dari segi waktu pun tentu dibutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan trarsportasi darat dengan mode transportasi truk. Selain itu juga harus menganggarkan biaya untuk tenaga kerja handling berulang kali pada setiap pemberhentian serta pengurusan izin pengangkutan di setiap pemberhentian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angkutan darat yang efisien untuk kegiatan transportasi komponen beton pracetak adalah truk.
Gambar 7.1 Typical two point support
Gambar 7.2 Rocker system
SISTEM TRANSPORTASI Komponen beton pracetak biasanya diangkat dengan sistem dua titik angkat untuk menghindari terjadinya tegangan yang disebabkan oleh fleksibilitas dari truk pengangkut dalam perjalanan menuju lokasi pekerjaan. Setiap unit beton pracetak harus didisain untuk dua titik pengangkatan, yang difungsikan juga pada saat handling. Untuk keperluan erection, sistem dua titik angkat ini digunakan untuk komponen berupa double T, L beam, hollow core slab' Jika komponen berupa panel di mana kemungkinan besar akan terjadi rotasi pada saat
Gambar 7.3lltall panel laidflot
*
dalam Proyek Konstruksi
Sistem Transportasi
direncanakan akan dilalui oleh truk pengangkut komponen beton pracetak harus dilakukan pengecekan atas kemampuan daya dukung serta beban maksimum yang diizinkan. Hal serupa juga dilakukan terhadap jembatan-jembatan yang akan dilewati. sistem pengangkutan yang dapat dilakukan dalam upaya mentransportasikan komponen beton pracetak dibedakan menjadi dua, yaitu secara horizontal dan secara vertikal. Untuk pengangkutan secara horizontal, mode transportasi yang digunakan adalah truk trailler, seperti tampak pada Gambar '7.1, 7.2, dan 7.3' Sedangkan mode transportasi untuk sistem vertikal ditunjukkan pada Gambar 7.4.
Terhadap
jalur jalan yang
Gambar 7.6 Sistem pengangkatan komponen pracetak (Sumber: Imam Basuki, 2004)
Gambar 7.4 Sistem transportasi vertikal Peralatan yang digunakan untuk memindahkan komponen pracetak dari mode transportasi ke stock yard adalah tower crane dengan ujung yang
berupa sebuah balok
di
mana terdapat kawat baja pada beberapa
bagiannya, seperti tampak pada Gambar
7
.5.
Gambar 7.5 Lifting tackel
BAB 8
METODE ERECTION PENDAHULUAN Proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton pracetak yang telah diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian
dari bangunan disebut dengan erection. Kegiatan ini merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak. Pihak yang melaksanakan kegiatan erection ini dapat dari pihak luar kontraktor atau bagian dari dalam organisasi kontraktoi, dan disebut dengan erect orl instalator.
Pelaksana bangunan dapat kehilangan sebagian keuntungannya jika pelaksanaan erection komponen beton pracetak tid;k efisien. Pemahaman mengenai masalah yang terjadi serta penanganannya harus benar-benar diperhitungkan secara matang agar tujuan utama penggunaan teknologi pracetak tercapai, yaitu dapat mereduksi waktu
pelaksanaan pekerjaan serta biaya konstruksi. perencanaan yang matang pada setiap tahap proses konstruksi sangat penting untuk mencapai erection yang efisien. Juga harus didukung koordinasi yang baik antara erector dengan kontraktor (jika keduanya tidak berada dalam satu pihak). Setiap pihak yang terlibat dalam proyek harus memahami benar pentingnya erection dan pengaruhnya terhadap faktor yang lain. Perancang menentukan dimensi dan berat dari komponen beton pracetak pada awal proyek. Berat komponen tidak lebih dari l l ton, termasuk
komponen arsitektur dan strukturnya. Jika melebihi berat tersebut sebaiknya dibicarakan bersama dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaannya, misalnya pihak transporter dan erector. Jumlah sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk satu team erection rata'rata adalah lima orang: dua orang berada di permukaan tanah, dua
orang berada
di lokasi komponen
pracetak akan ditempatkan untuk
dalam Proyek Konstruksi
melakukan penyetelan atas unit pracetawprecast, dan satu orang sebagai
jika
dibutuhkan
pengendali crane. Jumlah tersebut akan bertambah pekerja las dan grouting. Dari pengalaman, kemampuan pelaksanaan erection satu tim adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.1. Rate of Erection 500
c
.9
400
O>r E9300 IJJ ;
81
yang mempunyai kolom menerus dari lantai dasar hingga lantai paling atas, yang dengan cara demikian maka sambungan-sambungan pada lantai di atasnya harus dapat segera bekerja secara efisien. Pada bangunan yang mempunyai ketinggian tertentu, selama proses erection harus ditambah/ditopang oleh struktur sementara (bracing) yang berfungsi untuk menahan gaya-gaya yang timbul selama erection. Pemasangan bracing ini pada umumnya tidak mengalami kesulitan. Namun demikian, hal ini membutuhkan waktu untuk pelaksanaannya sehingga akan menambah siklus waktu erection. Komponen beton pracetak yang berbentuk panel/dinding disebut tilt-up
tEzoo ov
E g.
Metode Erection
1oo 0
24681012
construction Komponen ini dipasang dengan memiringkannya dan kemudian menegakkannya dengan ditopang oleh steel support. Pemasangan komponen ini termasuk vertical method karena sambungansambungannya harus segera dapat berfungsi secara efektif.
Weight of Unit ( ton ) iahap 5
dan setcrusnya
tahap 4
tahap 9
tahap 3
tahap 8
rahap 2
tahap
Gambar 8.1 Rate of erection (Sumber: Tihamer Koncs, 1979)
METODE ERECTION Proses penyatuan komponen beton pracetak menjadi satu kesatuan bangunan yang utuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
r r r r
1ti/,,
Jenis alat sambung yang akan digunakan.
| / 22,,
Gambar 8.2 Metode erection arah vertikal
Kapasitas angkat crane yangtersedia.
Kondisi lapangan.
Metode yang dapat digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu metode vertikal (vertical method) dan metode horizontal (horizontal methoil.
I
tahap 6
tahap I
Sistemstrukturbangunan.
7
Metode Vertikal
Erection dengan *dtode vertikal adalah kegiatan penyatuan komponen beton pracetak yang dilaksanakan pada arah vertikal struktur bangunan
r
Metode Horizontal
Penyatuan komponen beton pracetak dengan metode horizontal adalah proses erection yang pelaksanaannya tiap satu lantai (arah horizontal bangunan). Metode ini digunakan untuk struktur bangunan yang terdiri dari komponen kolom precast dengan sambungan pada tempat-tempat tertentu. Sambungan pada metode ini tidak harus segera dapat berfungsi sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pengerasan beton. Sambungan yang cocok untuk metode ini adalah in-situ concrete joint.
tf 82
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
tahap
I
lahap l0
Metode Erection
teknologi beton pracetak adalah forklift, tower crane/mobile crane. Sedangkan alat pendukung lainnya adalah lifting tackel yang dipasang pada ujung angkat dari tower crane/mobile crane. Fungsi alat ini adalah untuk mengangkat komponen beton pracetak yang tujuan utamanya adalah untuk meratakan gaya angkat dari tower crane/mobile crane
dan seterwnya
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen. tahap 5
tahap 6
tahap 7
tahap 8
Peralatan yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen beton pracetak tahap I
tahap 2
/4222.
tahap J
4r2/.
tergantung dari tinggi bangunan yang akan dilaksanakan, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
tahap 4
112t,,
ar224
l.
Gambar 8.3 Metode erection arah horizontol
Bangunan tinggi dengan jumlah tingkat lebih dari 16 lantai. peralatan yang dapat digunakan adalah: I Fixed tower crene. r Monorail system with Chicago boom.
r
PERALATAN ERECTION
2. Bangunan menengah
Pengadaan alat bantu yang dibutuhkan untuk pengaplikasian teknologi beton pracetak di Indonesia selama ini tidak mengalami kesulitan yang
berarti. Alat bantu yang digunakan untuk pemasangan adalah tower crane atau mobile crane dengan kapasitas angkat sampai dengan 2 ton. Tower crane dipilih karena kemampuan angkat dan jangkauannya, baik arah vertikal maupun horizontal. Dengan pertimbangan kapasitas angkat tower crane, kemampuan produsen untuk memproduksi komponen, kemampuan mode transportasi, kemampuan jalur kansportasi, maka berat maksimal satu unit komponen beton pracetak adalah2 ton. Kapasitas angkat mobile crane yang
Indonesia sampai dengan
dimiliki salah satu produsen di sehingga jika pihak proyek
20 ton
menghendaki komponen pelat dengan panjang tertentu dan berat
Guy-derrick.
di
atas 2
ton, maka hal tersebut masih mungkin dilaksanakan. Namun yang harus
diperhatikan adalah kemampuan dan kemudahan pengadaan mode transportasi dan jalur transportasi menuju lokasi proyek. Jadi, penentuan dimensi serta berat dari komponen beton pracetak didasarkan atas beberapa hal yang semuanya harus dipenuhi.
Alat bantu yang digunakan dalam mentransportasikan komponen beton pracetak ke Jlatbed truck adalah forklift dengan kapasitas lebih dari 2 ton. Jenis peralatan minimum yang harus tersedia dalam penerapan
dengan jumlah tingkat
lima sampai
dengan
enambelas lantai, peralatan yang dapat digunakan adalah: r Portable tower crane ataufixed tower crane. r Crawler crane (140 sanipai dengan 200 ton). r Rubber-tired truck crane (125 sampai dengan 140 ton).
3. Bangunan
rendah dengan jumlah tingkat maksimum 4 (empat) lantai, peralatan yang dapat digunakan adalah: r Rubber-tired truck crane (50 sampai dengan 140 ton) r Hydro (sampai dengan 50 ton)
Peralatan erection dapat dikelompokkan berdasarkan kapasitas, kegunaan, serta kemampuannya dalam satu hari seperti tampak dalam Tabel 8.1 berikut ini.
{4
dal am Proyek Konstruksi
Tabel 8.1 Penggunaan crane untuk erection komponen beton pracetak. Type ofcrane
Mobile crane
Tower crane
Aplikasi
one-offjob
umum
Climbing crane
point blocks tower blocks
BAB 9 Goliath crane slab blocks great height
SISTEM KONEKSI
heaw loads Kapasitas angkat Kemampuan memindahkan
30 ton
2-l0ton
2-10ton
5-30ton
20-40
40-80
40-80
40-80
(Sumber: Tihamer Koncs,l 979)
PENDAHULUAN Proses penyatuan komponen-komponen struktur beton pracetak menjadi sebuah struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang amat penting dalam pengaplikasian teknorogi beton pracetak. tvtaierial yang harus disatukan terdiri dari dua jenis. yang pertama adalah penyatuan material beton dan yang kedua adarah penyatuan mateiiar baja.
Sambungan antarkomponen pracetak tidak-hanya berfungsi sebagai penyalur beban tetapi juga harus mampu secara efektif meng[tegrasikan
komponen-komponen tersebut sehingga struktur secara keseluruhan dapat berperilaku monolit. Gaya-gaya yang harus disalurkan dalam struktur bangunan adalah gaya horizontal, yaitu gaya yangtimbul akibat beban horizontal (beban angin, beban gempa) au" guyu-uertikar, yaitu gayaya",g ditimbulkan akibat beban gravitasi (berat ,inoiri komponen). Penempatan sambungan antarkomponen beton pracetak harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terletak pada suatu tempat di mana momen
Gambar 8.4 Erection komponen pracetak (Sumber: Nilam Satrio, 2005)
yang terjadi relatif kecil dan hanya sedikit komponen yang harus disatukan. Mengingat mahalnya biaya dan waktu yuni aiuutrt kan untuk pro_ses penyambungan, sebaiknya diusahakan sesedikit mungkin melakukan penyambungan karena hal tersebut akan menambah durasi
keseluruhan suatu proyek. salah satu contohnya adarahkomponen beton
pracetak kolom. Jika memungkinkan (tergantung tinggi bangunan), sebaiknya kolom diproduksi secara (tanpa sJribungan) dari -"r"ru. kolom lantai dasar sampai dengan kolom lantai paling atas.
PEMILIHAN SAMBUNGAN Metode yang digunakan dalam usaha menyatukan komponen-komponen beton pracetak dibedakan menjadi dua. yang pertama, dengan
meng-
86
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
gunakan sambungan kering. Sedangkan yang kedua adalah dengan sambungan basah. Metode sambungan kering adalah metode penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan tersebut dapat segera berfungsi secara efektif. Yang termasuk dalam metode ini adalah alat sambung berupa las dan baut. Sambungan basah adalah metode penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan tersebut baru dapat berfungsi secara efektif setelah beberapa waktu tertentu. Yang termasuk dalam jenis ini adalah sambungan in-situ concrete joints. Masing-masing metode tersebut di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Pemilihan metode penyambungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
Sisten Koneksi
Sebuah sambungan diharapkan dapat menyalurkan beban-beban yang bekerja dengan sempurna. Hal tersebut dapat dicapai apabila sambungan tersebut bersifat kaku (rigid).
SAMBUNGAN KOMPONEN BETON PRACETAK cara penyambungan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu sambungan basah dan sambungan kering. Masing-masing sambungan mempunyai keuntungan dan kerugian sehingga penentuan jenis sambungan tergantung dari berbagai faktor, yang di antaranya adalah faktor biaya.
Sistem Struktur
SAMBUNGAN BASAH
Rangka bangunan yang terbentuk oleh kolom tanpa ada sambungan di sepanjang kolom biasanya dengan ketinggian tidak lebih dari 30
Sambungan basah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
meter. Hal ini disebabkan karena berat sendiri komponen tersebut. Dengan bertambah panjangnya kolom maka akan bertambah pula beratnya. Jika ini terjadi maka tentu diperlukan peralatan dengan kapasitas angkat yang lebih besar (belum tentu peralatan tersebut
1.
Sambungan jenis beton pracetak:
r r t
tersedia). Dengan demikian dimensi ukuran komponen beton pracetak tergantung dari peralatan yang tersedia lokasi proyek tersebut berada.
di
daerah
di
mana
Metode Erection Dalam penyatuan komponen-komponen beton pracetak dikenal dua metode erection, yaitu metode vertikal dan metode horizontal. Metode vertikal adalah penyatuan komponen beton pracetak pada arah vertikal ke atas sehingga sambungan-sambungan yang dilaksanakan harus segera berfungsi secara efektif karena akan segera menerima dan menyalurkan beban yang dipikul. Berbeda dengan metode horizontal, cara ini memberikan kelonggaran waktu sebelum sambungan tersebut menerima beban. Dengan demikian pemilihan alat sambung sangat dipengaruhi oleh metode erection yang digunakan.
In-Situ Concrete Joints
ini dapat diaplikasikan
pada komponen-komponen
kolom dengan kolom kolom dengan balok plat dengan balok
Metode pelaksanaannya adalah dengan melakukan pengecoran pada pertemuan dari komponen-komponen tersebut. Diharapkan hasil pertemuan dari tiap komponen tersebut dapat menyatu. Sedangkan untuk cara penyambungan tulangan dapat digunakan coilpler ataupun secara overlapping.
2.
Pre-Packed Aggregate Cara penyambungan jenis ini adalah dengan menempatkan aggregate pada bagian yang akan disambung dan kemudian dilakukan injeksi
air semen pada bagian tersebut dengan menggunakan pompa hidrolis sehingga air semen tersebtrt akan mengisi rongga dari agregat tersebut.
Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstmksi
88
Sistem Koneksi
89
SAMBUNGAN KBRING
r
Jenis sambungan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Pelaksanaan dua tahap diaplikasikan pada penyatuan komponenkomponen beton pracetak yang dapat dikerjakan menjadi dua tahap. Contoh keadaan ini adalah proses penyatuan kolom-kolom-balok, tahap yang pertama adalah pelaksanaan penyambungan antara kolom dengan balok kemudian dilanjutkan pengecoran antara kolom dengan kolom
1.
Sambungan Las
Alat sambung jenis ini menggunakan plat baja yang ditanam dalam beton pracetak yang akan disambung. Kedua plat ini selanjutnya disambung dengan bantuan las. Melalui plat baja inilah gaya-gaya akan diteruskan ke komponen yang terkait. Setelah pekerjaan pengelasan dilanjutkan dengan menutup plat sambung tersebut dengan adukan beton yang bertujuan untuk melindungi plat dari korosi.
2.
(Gambar 9.1).
Sambungan Baut
Pada penyambungan dengan cara ini juga diperlukan plat baja di kedua elemen beton pracetak yang akan disatukan. Kedua komponen tersebut disatukan melalui plat tersebut dengan alat sambung berupa baut dengan kuat tarik tinggi. Selanjutnya plat tersebut dicor dengan , adukan beton guna melindungi dari korosi.
IN-SITU CONCRETE JOINTS Penempatan sambungan antara kolom lantai bawah, kolom lantai di atasnya dengan balok dapat terjadi pada satu titik yang sama atau
berbeda. Pada penyambungan komponen-komponen beton pracetak sebaiknya dihindari penyambungan dengan jumlah komponen yang besar pada satu titik. Hal ini dapat diatasi dengan menempatkan sambungan antarkolom di atas titik sambungan antara kolom dengan balok. Pelaksanaan penyambungan in-situ concrete ioints berdasarkan tahap pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
E
Pelaksanaan Dua Tahap
Pelaksanaan Satu Tahap
Yang dimaksud di sini adaiah proses pelaksanaan penyambungan antara kolom-kolom-balok yang dicor dalam satu kali pengecoran. Penyambungan baja dapat dilakukan dengan menggunakan las atau overlapping (Gambar 4.20).
Gambar 9.1 Sambungan antarkolom dengan balok dengan cara in-situ concrete, pelaksanaan satu tahap. Sambungan tulangon baja disatukan dengan las. Kesatuan balok dengan kolom dicapai dengan menambahkan tulangan baja pada bagian atas dari ujung balok. (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
90
Eksplorasi Teknologi dalan proyek Konstruksi
9l
Sistem Koneksi
r
Penyambungan Baja
Penyambungan baja tulangan dapat dilaksanakan dengan dua cara. Yang
pertama adalah dengan menggunakan coupler sedangkan cara yang kedua dengan perpanjangan tulangan baja. Pada penyambungan antarkolom, tulangan bagian bawah pada kolom atas dan tulangan bagian atas pada kolom bawah dipasang coupler atau connector.
Gambar 9.2 Sambungan antarkolom dengan balok dengan cara in-situ concrete, pelaksanctan dua tahap. Pada tahap pertama pengecoran sambungan ailtora kolom bagian bawah dengan balok dengan nremberikan socket untuk penempatan kolom bagian atas. Tahap kedua adalah pengecoran sambungan antarkolom. (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
A_
A
---1"fiI-lo.
{
?l
B-B
-tr ra ar
Gambar 9.4 Sambungan kolom dengan menggunakan coupler sebagai alat sambung tulangan baja. Gambar (a) sambungan antara balok dengan unit kolom: (l) kolom, (2) coupler, (3) balok, (4) insitu concrete. Gambor (b) Sambungan antara rangka
di
mana balok menjadi satu kesatuan
dengan kolom. ( l) frame unit, (2) coupler. (Sumber: Tihamer Korcz, 1979)
Gambar 9.3 Sambungan antarkolom yang letak sambungannya berbeda tempat dengan sambungan antara kolom dengan balok (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
92
Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
93
Sistem Koneksi
---1. l--Gambar 9.5 Sambungan dengan menggunakan lapped bars dan grouting (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
SAMBUNGAN LAS DAN BAUT Alat sambung kering dalam menyatukan komponen beton
pracetak menggunakan plat baja yang ditanamkan dalam beton dan ditempatkan pada ujung-ujung yang akan disatukan. Fungsi dari plat baja ini adalah untuk meneruskan gaya-gaya sehingga plat baja ini harus benar-benar menyatu dengan material betonnya. Dalam penyatuan komponenkomponen beton pracetak dapat digunakan alat sambung berupa baut
Gambar 9.6 Sambungan kaku antara balok dengan kolom menerus dengan alat sambung las (Sumber: Tihamer Koncz, 197 9)
Jika karena sesuatu hal maka pada kolom tidak dikehendaki adanya corbel maka untuk menyatukan kedua komponen tersebut dapat digunakan baja siku yang ditempatkan pada balok (Gambar 9.7).
atau las. Untuk menghindari terjadinya korosi pada plat baja, setelah proses penyambungan selesai maka lubang sambungan tersebut harus di-
grouting.
r
Sambungan Kaku antara Balok-Kolom Menerus
Pada pertemuan antara balok dengan kolom, ujung balok didukung oleh
corbels yang menjadi satu dengan kolom. Penyatuan antara dua komponen tersebut menggunakan las yang dilaksanakan pada plat baja yang tertanam dalam balok dengan plat baja yang telah disiapkan pada sisi kolom.
ffi Gambar 9.7 Sambungan kaku antara balok dengan kolom menerus tanpa corbel atau shoulder (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
Sistent Koneksi
r
95
Sambungan Sistem Lambda
ini digunakan untuk pelaksanaan penyatuan antarbalok. Cara penyambungannya adalah dengan menempatkan pin pada ujung balok yang akan disatukan. Pin tersebut kemudian disatukan dengan alat sambung berupa baut ataupun las dan diik-uti dengan grouting untuk menghindari korosi yang mungkin terjadi. Sambungan antarbalok sebaiknya ditempatkan pada daerah dengan momen terkecil. Sambungan j enis
Gambar 9.9 Sambungan pin-joint padu kolom dengan baut sebagai alat sambung. (Sumber: Tihamer Koncz, 1979) Gambar 9.8 Sambungan balok dengan pin_joint (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
r
Sambungan Kolom dengan pin Joints
Untuk menyatukan dua buah kolom yang mempunyai tampang I dapat digunakan pin yang terletak pada bagian atas dari kolom bawah dan kemudian pada bagian bawah kolom atas disiapkan lubang untuk memasukkan pin tersebut. Penyatuan komponen-komponen tersebut dilakukan rlengan memasukkan pin ke dalam rubang kemudian menggunakan baut sebagai alat bantunya. ujung atas baut di-grouting untuk menghindari terjadinya korosi.
cara lain untuk menyatukan kolom adalah menggunakan baja profil I yang ditempatkan pada ujung atas dari kolom bagian bawah, sedangkan ujung bawah dari kolom bagian atas diberi lubang untuk menempatkan profil tersebut dan dilakukan grouting untuk menyatukannya.
Gambar 9.10 Sambungan kolom tlengan profil (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
I
96
I
Eksplorasi Tehnlogi dalam proyek Konstruksi
Sambungan Baut pada Mushroom Structure
Penyatuan komponen beton pracetak tipe mushroom dapat dilakukan dengan alat sambung baut. cara penyambungannya dapat dilihat pada
Sistem Koneksi
97
PERBANDINGAN JENIS.JENIS ALAT SAMBUNG Dari berbagai cara penyambungan komponen beton pracetak, masing-
Gambar 9.11.
masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yang secara garis besar dapat disajikan dalam Tabel 9.1 berikut ini. Tabel 9.1 Perbandingan metode penyambungan Deskripsi
I I
In-Situ Concrete Joints
Sambungan baut dan las
Sambungan Prestressed
Monolit
Tidak Monolit
Perlu setting
Segera dapat
Perlu setting
tinte
berfungsi
tinrc
Metode erection vans sesuai
Horizontal
Vertical Method
Horizontal
Jenis
Basah
Keutuhan Struktur Waktu yang dibutuhkan agar
Monolit
sambungan dapat
berfungsi secara
efektif
I I f
Method
Method
Kerins
Basah
Max.25 meter
Ketinggian bangunan
Gambar 9.ll Sambungan baut antora kolom dengan plat cantilever pada keempat sisinya
SAMBUNGAN PRESTRESSED
I
Waktu pelaksanaan
f
Toleransi dimensi
Lebih lama karena n-rembutuhkan
40o/o
waktu untuk
i tt-s
setlins time. Lebih tinggi bila
dibutuhkan akurasi
Sambungan komponen beton pracetak dapat dilaksanakan dengan
dibandingkan
prestressed.
dengan sambungan baut dan las. Terbatas
I
Bentang dari struktur yang mampu didukun
Lebih cepat 25%-
bila
dibandingkan dengan i
lu concrete j oi nts
Rendah, sehingga yang tinggi selama proses produksi dan
Lebih lama karena
membutuhkan waktu untuk settins time. Lebih tinggi bila dibandingkan
ereclion.
dengan sambungan baut dan las.
Terbatas
Bentang lebar
Pada sistem sambungan yang menyatukan komponen pelat lantai dengan Gambar 9.12 Detil sambungan prestressed
komponen balok digunakan sambungan basah (in-situ concrete joint) sedangkan untuk menyatukan tulangan digunakan las. Alasan utama
penggunaan sambungan basah adalah karena dapat menghasilkan
Sistent Koneksi
struktur yang monolit sehingga struktur bangunan menjadi lebih kaku. Sedangkan alasan yang lain adalah karena sistem ini mudah dikerjakan oleh pelaksana konstruksi serta biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah. Pemakaian jenis sambungan ini memerlukan setting time bagi beton sehingga sambungan pada lantai tidak dapat segera be.fr.rgsi. Konsekuensi dari pemakaian sambungan basah adalah harus menggunakan metode pemasangan secara horizontal. Hal ini dilakukan untuk memberi cukup waktu bagi pengerasan sambungannya. Namun demikian harus dipertimbangkan pula luas bangunan yang akan dipasang karena dengan luas yang relatif sempit maka pekerjaan pemasangan akan selesai kurarig dari jam kerja setiap harinya. Jika kondisi demikian terjadi maka pemakaian sambungan basah tidak elektif sehingga harus dipilih alternatif lain. Penggunaan sambungan kering pada penyatuan komponen beton pracetak terutama pelat lantai dengan balok sampai saat ini jarang digunakan. Hal ini karena monolitas struktur kurang dapat dicapai. Lai hanya digunakan pada penyatuan tulangan pelat lantai (baik arah longitudinal maupun transversal), dan selanjutnya dilakukan pengecoran untuk melindungi tulangan dari korosi. Keunggulan dari sistem sambungan ini adalah langsung dapat berfungsi secara efektif sehingga metode pemasangan yang digunakan dapat dipilih antara metode horizontal atau vertikal atau kombinasi dari keduanya. Metode sambungan ini efektifuntuk bangunan gedung dengan luas iantai yang relatif kecil karena dengan sambungan ini kegiatan pemasangan dimungkinkan untuk mencapai beberapa lantai dalam satu hari (iika sumberdaya memungkinkan). Karena jenis komponen beton pracetak yang digunakan
di
Indonesia
terbatas hanya pada pelat lantai, sedangkan struktur rangka yang digunakan adalah open frame (pelaksanaan di lapangan dengan cara tradisional) maka tidak terjadi korelasi antara pemilihan jenis sambungan dengan pemilihan metode pemasangan. Kondisi demikian sangat dipengaruhi oleh kemampuan kontraktor dalam menyelesaikan rangka bangunan sehingga layak dibebani oleh pelat pracetak. Dengan sistem yang ini metode pemasangan yang harus digunakan oleh kontraktor adalah metode horizontal. Pertimbangan pemakaian ini didasarkan oleh hal-hal sebagai berikut:
99
r
Pelaksanaan pekerjaan open frame dilaksanakan pada setiap lantai (arah horizontal) sehingga pekerjaan beton yang dikerjakan lebih awal akan mengeras lebih cepat kemudian diikuti pekerjaan selanjutnya. Pelaksanaan pemasangan pelat pracetak harus mengikuti urutan pelaksanaan balok-kolom.
r
Lantai setelah pekerjaan balok-kolom (cara tradisional) harus segera berfungsi, karena lantai ini harus segera Snendukung bekisting balok dan kolom lantai selanjutnya. Untuk mempercepat pelaksanaan struktur bangunan maka pekerjaan pemasang-
an lantai pracetak selalu mengikuti pekerjaan balok-kolom cara tradisional (tentunya menunggu sampai kekuatannya layak dibebani).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung yang menggunakan pelat pracetak harus selalu menggunakan metode pemasangan secara horizontal jika hendak mereduksi durasi konstruksinya. Sistem sambungan basah yang diaplikasikan pada struktur pelat pracetak (HCS) dibedakan menjadi 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi pada perletakan dan lokasi sambungan arah langitudinal. Sambungan pada daerah perletakan bertujuan untuk memindahkan/meneruskan beban vertikal dari pelat lantai ke balok, untuk kondisi normal ataupun tidak normal (bila terjadi kebakaran). Sistem ini dapat diaplikasikan pada balok yang terbuat dari beton ataupun dari baja. Untuk menyatukan komponen pelat dengan balok, pada ujung pelat terdapat celah yang berfungsi untuk pengecoran beton. Jumlah celah ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua). Pertama, celah normal dan yang kedua, celah banyak.
Sambungan longitudinal adalah sambungan yang berada pada sisi memanjang (tegak lurus perletakan) pelat. Sambungan ini menyatukan antara pelat beton pracetak dengan balok ataupun dinding. Tujuan utama sambungan longitudinal pelat dengan balok ataupun dinding adalah untuk mengatasi gaya-gaya geser yang terjadi.
iiiF
PERBAIKAN KOMPONEN PRACETAK Jika terjadi kerusakan pada komponen beton pracetak maka sebaiknya komponen tersebut tidak digunakan lagi. pada batas-batas tertentu kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki, tetapi hal itu harus mendapat rekomendasi dari tenaga ahli. Jika kerusakan terjadi setelah komponen beton pracetak terpasang pada posisinya, hal yang harus dilakukan adalah mengevaluasi apakah komponen tersebut masih layak diigunakan. Salah satu cara untuk mengevaluasi hollow core slab yang retak setelah terpasang adalah dengan melakukan pengujian beban sederhana, yaitu dengan memberikan beban pada plat tersebut dan kemudian mengecek lendutan yang terjadi. Jika hasil uji beban disimpulkan tidak rayak maka plat tersebut harus dilepas dan diganti dengan plat yang baru. plat yang sudah rusak tidak dapat digunakan lagi dan harus dibuang.
BAB 10
ASPEKEKONOMIS
PENDAHULUAN Faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak:
r
Faktor biaya, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana bangunan tersebut.
r
Faktor waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelaksanaan konstruksi bangunan sampai dengan bangunan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan rencana penggunaannya.
r
Faktor mutu, yaitu hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan konstruksi.
FAKTOR BIAYA Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomis tidaknya aplikasi teknologi beton pracetak dapat diidentifikasi sebagai berikut:
I
Kebutuhan material untuk seluruh bangunan.
I
Biaya produksi, yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan serta investasi peralatan yang diperlukan.
r
Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi.
I
Biaya yang dibutuhkan untuk pemas an gan.
I
Biaya untuk penyelesaian.
ib
102
Eksplorasi Teknologi dalam Prqtek Konstruksi
Distribusi biaya dalam suatu bangunan gedung ditunjukkan
Tabel 10.1 Perbandingan bicya konstruksi antara teknologi beton
skematis seperti pada Gambar 10.1.
pracetak dengan proses konstruksi konvensional. Nature of expenses
Site build
Material box nit Other material
3 315 401
2 661 726
2 661 726
Buildins Worker's W
I
box nit Other
1
111 112 914 600
Sub-Contractors
Gambar
l0,l
st box unit Other sub-contractors
Komponen biaya dalam proyek gedung dengan
teknologi beton procetak. (l) perencanaan; (2) boja tulangan; (3) sambungan struktur; (4) beton; (5) insulator panas; (6) external joints; (7) depresiasi & suku bunga; (8) upah; (9) transportasi;
(10) pemasongon;
(ll)
komponen; (14)finishing.
material; (12) monufaktn; (13) [ &unber: Tihqmer Koncs,l979J.
Contoh pelaksanaan pembangunan gedung dengan menggunakan dua metode, yaitu satu gedung dengan teknologi beton pracetak sedangkan yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. perbandingan biaya yang dibutuhkan antara kedua metode tersebut ditunjukkan dalam Tabel 10.1. Dalam tabel tersebut diperlihatkan biaya total pelaksanaan dengan teknologi beton pracetak adalah 10.302 sedangkan dengan metode site build membutuhkan biaya 11.318 sehingga didapatkan penghematan sebesar 9,9o%.
Pada Gambar 10.2 diperlihatkan diagram perbandingan biaya pada beberapa sistem yang berbeda dalam satuan tiap meter persegi lantai bangunan. Keuntungan penggunaan teknologi beton pracetak dapat terlihat dengan jelas, yaitu biaya yang dibutuhkan setiap meter persegi
lantai bangunan yang lebih kecil daripada in-situ concrete terutama pada bangunan tingkat tinggi.
system,
2 812 980
3 198 3s8
Site costs
r 570 000 Desi Construction &
r6 389 r98
Municipal fees Land & other tor costs Value added tax Credit costs Total Production Costs
(Sumber: Bengt Hansson, Lund University, Sweden)
il
3r8
t04
Eksplorasi Tehrclogi dalam Prq,ek Konstntksi
Comparative cost of industrialised system for high, medium and low rise building
o6
oo f;.s Eo,En
high rise
q540
rise
O
nedium
-r,
EE
low rise
ro
EEzo 3g10 o,o go 0 (r5 precast tinber insitu
Aspek
Ekononis
(umumnya berkisar antara zo -looh), sedangkan penghematan terhadap biaya struktur pelat mencapai di atas ts"z". gesamya reduksi biaya
konskuksi dalam suatu proyek dipengaruhi oleh berbaiai har, misarnya: persentase penggunaan beton pracetak terhadap totar cost, ketinggian bangunan, luas bangunan, dan lokasi proyek.
Tabel 10.2 dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara penghematan biaya dengan luas rantai ataupun jumrah ranlai. Secara
rasional
steel
system
Gambar 10.2 Komparasi biaya berbagai sistem patla bangunan
jika
Tabel 10.2 Perbandingan biaya proses konvensionar dengan pracetak. Nama Proyek
Reduksi Jumlah Pekerja
Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi jumlah tenaga
kerja lebih dari l\oh. Pengurangan ini khususnya terjadi karena untuk memasang pelat lantai hanya membutuhkan satu tim yang terdiri atas lima tenaga ahli dengan pendidikan minimum STM (harus mengerti dan memahami sifat-sifat beton). Dengan demikian terjadi pengurangan jumlah pekerja, terutama tukang kayu untuk pekerjaan bekisting, tukang besi untuk pekerjaan perbesian, tukang batu untuk pelaksanaan pengecoran pelat lantai. sejumlah pekerja yang relatif banyak tersebut hanya digantikan oleh satu tim pemasang yang minimum terdiri dari lima orang.
r
Reduksi Biaya Konstruksi
Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi biaya konstruksi. Hal ini disebabkan oleh karena adanya reduksi durasi konstruksi yang mengakibatkan terjadinya pengurangan biaya overhead proyek, reduksi jumlah pekerja, reduksi kebutuhan bekisting (untuk menyatakan besamya reduksi ditinjau dari pelat pracetak dan terhadap biaya struktur
total). Pengurangan biaya konstruksi struktur total tidak terlalu besar
penggunaan pelat pracetak mampu mereduksi biaya
konstruksi maka semakin luas lantai bangunan berakibat semakin besar reduksi biaya yang dihasilkan. Sedangkan semakin tinggi bangunan reduksi biaya semakin kecil, hal ini disebabkan karena"[roduktifitas pemasangan semakin kecil.
gedung tinggi, sedang, dan renda& (Sumber: Seeley I.H.)
r
105
L"^ I"rrtr, -
Jumlah Lantai
Gedung
IUC-ITB 13.400 m' 8 lantai
Lab. Pentarikhan
Geolosi 3700
m'
4 lantai tan antara konvensional - pracetak : Terhadap Struktur s..99 % s.38 % Total Terhadap Pelat 14.92 % Pracetak (Sumber: Pribadi K.S, Fatima,
fno-*
18.9 %
S.
Mesjid Raya
Gedung
Samarinda
PT.BEP
1575 m'
I
2 lantai
2 lantai
700
1.52%
9.32%
18.9 %
12.01%
tlef,
Reduksi durasi konstruksi yang mencapai 2s% dibanding proses konvensional sangat berpengaruh terhadap biaya yang dikeruarkan selama waktu reduksi tersebut. Biaya-biaya yang seharusnla dikeluarkan adalah overhead proyek dan overhead tantor pusat. Keuntungan yang lain adalah dalam reduksi waktu tersebut kontraktor dapat memulai kegiatan proyek baru sehingga menghasilkan profit yang baru. Lebih dari 10% jumlah pekerja rapangan dapat dikurangi. Hal ini 'biaya berpengaruh terhadap pengeruaran konstruksi teruiama upah tenaga kerja' Pengurangan pekerja hanya terjadi untuk tukang dan pembantunya (tukang kayu, tukang besi, tukang batu) sedangkan tenaga profesional jumlahnya sama seperti proses konstruksi kolnvensionar.
$ rt
Ekplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
106
Keuntungan lain yang dapat diambil adalah berkurangnya faktor resiko kecelakaan kerja di lapangan (semakin sedikit jumlah pekerja, maka semakin mudah dikendalikan).
Volume pekerjaan agar Tayak mengaplikasikan teknologi beton pracetak aaadalah jika volume pekerjaan beton yang dilaksanakan secara pracetak paling tidak adalah 2200 m3 dan jumlah tipe komponen tidak lebih dari enam jenis. Hal ini berdasarkan pertimbangan pengadaan cetakan di mana biaya pengadaannya relatif mahal. Material cetakan yang digunakan adalah besi karena hampir semua persyaratan sebagai bahan cetakan dapat dipenuhi. Biaya ini akan mencapai titik impas jika digunakan untuk produksi komponen beton pracetak dengan volume paling tidak 2200 m3 .
r
Aspek Ekonomis
t07
yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom, pemasangan balok, dan pemasangan plat lantai. Bila waktu pemasangan dari setiap item
pekeriaan tersebut dapat dimunculkan maka akan dapat diketahui dengan pasti berapa banyak waktu yang dapat dihemat/dipercepat.
PROSES KONSTRUKSI TRADISIONAL
Persentase Biaya Pemasangan dan Pengurangan Biaya
Bekisting Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan pemasangan berkisar antara
PROSES KONSTRUKSI TEKNOLOGI PRECAST CONCRETE 10%o
sampai dengan 25%o terhadap nominal beton pracetak. Sedangkan persentase pengurangan biaya untuk bekisting berkisar antara X l0% sampai dengan 25o/o terhadap nominal beton pracetak. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan bekisting dalam pabrik sangat efisien (dapat digunakan berulang kali). Sedangkan bekisting cara cast in-situ hanya mampu digunakan beberapa kali (ika memungkinkan). Biaya bongkar pasang bekisting pada tempat yang berbeda akan menambah biaya konstruksi secara keseluruhan. Pengurangan kebutuhan bekisting akibat tidak diperlukannya dalam pelaksanaan pekerjaan pelat lantai berkisar antar a I 0%-25% dibandin g pro ses konstruksi konven sional.
FAKTOR WAKTU Dari segi waktu pelaksanaan konstruksi, penggunaan teknologi beton pracetak lebih singkat dibandingkan dengan pelaksanaan konstruksi secara konvensional. Gambaran tahapan penggunaan teknologi beton pracetak dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional dapat dilihat pada Gambar 10.3. Pada Gambar 10.3 terlihat selisih waktu yang didapatkan dari penggunaan beton pracetak. Meskipun demikian perlu diperhatikan waktu
Gambar 10.3 Perbandingan tohapan konstruksi ontarct proses konstruksi konvensional dengan penggunaan teknologi beton procetok
satu pilot project dilaksanakan pada pembangunan hotel dengan jumlah kamar sebanyak 40 buah. Dalam proyek ini terdapat dua buah bangunan yang sama. Salah satu bangunan menggunakan teknologi beton pracetak dan yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. Hasil perbandingan dari kedua metode tersebut ditunjukkan dalam Gambar 10.4.
Dalam Tabel 10.3 ditunjukkan pelaksanaan dua bangunan yang hampir sama luasnya. Salah satunya menggunakan teknologi beton pracetak dan yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. Dari proyek tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
r
Dengan teknologi beton pracetak, pemakaian tenaga kerja berkurang t40% dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional.
r
Durasi waktu yang dibutuhkan lebih cepat + proses konvensional.
40%o dibandingkan
t08
Eksplorasi Teknologi dalam Prqtek Konstntksi
Biaya transportasi komponen beton pracetak dalam jarak ratarata antara 30 lan - 50 km lebih tinggi sebesar 8 - 18% dibandingkan proses konvensional.
Grafik Perbandingan 120
untuk melakukan instalasi pelat lantai seluas + 150 m2 dibutuhkan waktu + 8 jam dengan 5 orang pekerja. Dengan demikian setiap satu jam/satu orang mampu memasang pelat lantai seluas : (150 m' / g jam / 5 0rang) = 3,75 m' (* 0,2667 jant/oranglm2). Berat lm3 beton piacetak antara l,392ton(* 1,4 ton) - 1,704 ton (=1,/ ton). Jika tebal pelat rata_rata20
^ 100 *80 0oo E40 ozo
cm maka berat lmz pelat adalah (p,2 x 1,7 ton) : 0,34 ton/m2. Setiap hari mampu memasang seluas 150 m2, sehingga berat komponen yang dapat dipasang adalah 150 m2 x 0,34 tonlm2 = 5l ton.
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 111213 Time(month)
Total waktu yang dibutuhkan untuk ppduksi dan pemasangan komponen Hollow core slab (rycs) seluas I m2 adalah (o,og5z jarr/orang/m) +
Gambar 10.4 Perbandingon penggunaan teknologi beton procetak dengan proses konstruksi konvensional.
(0,2667 jam/ oranglm')
(Sumber: Hansson B.)
Tabel 10.3 Waktu konstruksi pada bangunan dengan volume rata+ata 9500
Teknologi
Luas Bangunan per lantai (m2)
Konvensional
54,4
6l
Pracetak [Sumber: Cervenka V.,
r
Faktor yang berpengaruh terhadap reduksi ini adalah faktor produksi dan instalasi komponen beton pracetak. Untuk memproduksi pelat lantai (Hollow core slab) dengan lebar 120 cm dan panjang lintasan + 700m' dibutuhkan waktu + 16 jam dengan jumlah pekerja 5 orang. Setiap satu jam, satu orang mampu memproduksi pelat HCS seluas :|0,2 m x 700 m) / 16 jam /5 orangl : 10,5 m2 1^, 0,0952 jarn/oranglm2).
Waktu konstruksi per lantai (hari)
l
1.3
6.5
:
0,36 I 9 jam/orang.
FAKTOR MUTU m3
(%) 100 58
l97l]
Reduksi Durasi Konstruksi
Berdasarkan hasil kajian di Indonesia terlihat bahwa penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi durasi konstruksi sampai dengan 25Yo bila dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional.
Dalam industri manufaktur, masalah pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dapat terpantau dengan jelas. Dengan metode statistik dan teknik pengendalian yang tepat akan dapat diperoleh informasi dini tentang produk yang dihasilkan. Jika terjadi penyimpangan kualitas dari produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan tertentu sehingga kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang disyaratkan.
Produk yang dihasilkan mempunyai akurasi dimensi yang tinggi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi relatif lebih mudah serta mempunyai kenampakan yang lebih baik.
Kelayakan dalam penerapan teknologi beton pracetak harus dipandang
dari berbagai aspek. Baik yang bersifat teknis maupun
ekonomis, keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek ekonomis lebih ditentukan oleh pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu.
il0
Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
KEMUDAHAN PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA Penerapan teknologi beton pracetak mempermudah pengendalian skedul pelaksanaan dan biaya konstruksi. Hal ini dapat terjadi karena tingkat
Arti dari produksi, tingkat kepastian adalah kepastian dalam biaya, mutu, dan waktu. Dari sisi pengendalianlkoordinasi relatif lebih mudah karena dalam satu paket pekerjaan proyek gedung yang terdiri dari ratusan item pekerjaan dapat disederhanakan menjadi beberapa paket kecil pekerjaan. Caranya adalah dengan men-subkontrak-kan pekerjaan tersebut kepada pihak lain (spesialis). kepastian pemakaian komponen beton pracetak relatif besar.
Skedul pekerjaan suatu proyek konstruksi biasanya terdiri dari master schedule dan partial schedule. Master schedule adalah skedul yang berisi semua item pekerjaan dari proyek tetapi unit pekerjaan yang tertera adalah satu paket pekerjaan yang relatif belum detil. Untuk mengetahui skedul unit pekerjaan tersebut dapat dilihat pada partial schedule di mana unit pekerjaan dalam skedul ini lebih detil. Satu proyek konstruksi dapat memiliki sejumlah partial schedule sehingga masing-masing harus selalu dievaluasi oleh pihak yang bertanggung jawab. Sistem skedul bertingkat ini relatif lebih mudah pengendaliannya bagi seorang project manager. Penerapan beton pracetak pada proyek konstruksi memungkinkan untuk men-subkontrak-kan pengadaan serta pemasangan menjadi satu paket pekerjaan tersendiri. Project manager hanya perlu melakukan koordinasi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam paket pekerjaan tersebut. Dengan demikian pihak kontraktor utama juga mendapatkan keuntungan yang berupa pengalihan risiko kepada pihak lain.
Dengan cara demikian kontraktor utama lebih mudah mengendalikan biaya konstruksinya, karena biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan dan pemasangan pelat sudah tertentu. Salah satu karakteristik proyek konstruksi adalah penuh dengan "ketidak-pastian" sehingga dengan mensubkontrak-kan kepada pihak lain yang memiliki kemampuan yang meyakinkan maka faktor ketidak-pastian tersebut dapat dikurangi. Pemilihan sub-kontraktor harus benar-benar selektif. Jika kontraktor yang ditunjuk temyata tidak mampu (qualified), hal itu dapat berakibat buruk bagi kontraktor utama, baik secara teknis maupun ekonomis.
BAB 11
KOMPARASI PRACETAK. KONVENSIONAL PENDAHULUAN Ada berbagai aspek yang dominan dalam pengaplikasian teknologi pracetak di Indonesia bila dibandingkan dengan apa yang telah dilaksanakan di negara maju. Hal itu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang, seperti perencanaan (tahap perencanaan dan metode analisis), sistem struktur (tipe struktur), produksi (metode produksi, bahan cetakan), transportasi (alur transportas.i, sistem transportasi, mode transportasi), erectio n (metode pemasangan, berat maksimum komponen, peralatan yang digunakan dalam pemasangan, kemampuan pemasangan komponen pracetak, jumlah pekerja), koneksi (enis metode penyatuan beton, penyatuan tulangan), perbaikan (metode perbaikan), biaya (reduksi biaya), waktu (reduksi durasi konstruksi), dan mutu (tingkat kerusakan).
ASPEK PERENCANAAN Proses aplikasi teknologi pracetak diawali dengan perencanaan. Hal ini
tidak berbeda dengan pelaksanaan dengan
cara-cara konvensional.
Langkah awalnya adalah melakukan perencanaan arsitektur yang kemudian dilanjutkan dengan perencanaan struktur oleh ahli sipil/ konstruktor. Apa yang dilakukan ini tidak berbeda antara yang terjadi di Indonesia dengan di negara maju. Cara analisisnyapun tidak berbeda, yaitu dengan menggunakan metoCe elastic design.
Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstrul
1t2
Komparusi Prurctuk- Kotrven siotr o I
113
ASPBK SISTEM STRUKTUR
ASPBK TRANSPORTASI
Ada perbedaan yang cukup besar antara di Indonesia dengan di negara lain, khususnya pada tipe struktur yang digunakan. Di negara maju digunakan struktur rangka kolom menerus, struktur rangka kolom sambungan, struktur rangka yang berupa unit portal, sedangkan yang digunakan di Indonesia adalah tipe struktur open frame dengan pelat lantai pracetak. Perbedaan terjadi dikarenakan perkembangan teknologi beton pracetak di Indonesia baru dalam tahap dimulai sehingga untuk mengaplikasikan seluruh komponen struktur menjadi unit pracetak dibutuhkan tahapan waktu tertentu. Sementara ini komponen yang diaplikasikan pada bangunan hanya berupa plat lantai dengan pendukung
Cara memindahkan komponen beton pracetak dari lokasi pembuatan ke lokasi di mana komponen tersebut akan digunakan dipengaruhi oleh jalur transportasi, sistem transportasi, dan mode transportasinya. Di negara maju pada umumnya jalur transportasi yang digunakan adalah jalan raya, jalan baja (rel), dan jalur laut sementara di Indonesia pada umunmya menggunakan jalur jalan raya. Pertimbangan menggunakan jalan raya adalah karena jaringan jalan raya lebih luas dibandingkan jalan rel,
rangka terbuka (op
en
frame).
ASPBK PRODUKST Cara memproduksi komponen beton pracetak dipengaruhi oleh metode produksi dan bahan cetakan. Perbedaan antara negara maju dengan di Indonesia adalah pada cara-cara proses produksi komponen tersebut. Negara-negara maju menggunakan sistem stationary production, slipfonn production, Jlow-line production, Indonesia menggunakan sistem stationary production dan slip-fonn production. Metode produksi stationary production digunakan untuk memproduksi komponen balok pracetak sedangkan s lip-form p rocluct io n digunakan untuk memproduksi komponen pelat beton pracetak (Hollow Core Slab). Pemakaian Jlowline production ttdak diaplikasikan di Indonesia karena metode ini cocok untuk memproduksi komponen dalam jumlah besar, di mana komponen bergerak sepanjang proses produksi yang diperlukan (misal memproduksi komponen atap).
Dilihat dati bahan cetakan yang digunakan,
negara-negara maju menggunakan besi, kayu, atau plastik sedangkan di Indonesia menggunakan besi. Material besi digunakan karena bahan ini hampir memenuhi semua persyaratan cetakan (volume stabil, dapat digunakan
kali
dengan biaya perawatan yang rendah, mudah dipindahkanlrelatif, rapat air, daya lekat terhadap beton rendah, dan
berulang
mudah disesuaikan dengan kebutuhan).
sedangkan jalur laut digunakan jika harus mentransportasikan komponen tersebut keluar pulau.
Sistem transportasi yang digunakan di Indonesia adalah sistem horisontal sedangkan negara maju menggunakan sistem horisontal dan sistem vertikal. Hal ini karena jenis truk yang tersedia di Indonesia adalah truk trailerlflatbed n'uck, dan lebih efisien bila ditinjau dari penataannya.
Mode transportasi yang digunakan tentu disesuaikan dengan jalur transportasi yang digunakan. Di negara maju digunakan Jlatbed truck, kereta api, dan kapal laut sedangkan di Indonesia truk bak terbuka, dan Jlatbed truck. Pertimbangan pemilihan mode transportasi ini adalah karena keleluasaan bergerak ke segala tempat sehingga proses handling hanya perlu terjadi pada saat pemuatan dan pembongkaran. Ini tentu saja lebih ekonomis.
ASPEK ER.ECT'ION Cara penyatuan komponen beton pracetak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu metode pemasangan, berat maksimum kornponen pracetak, peralatan pemasangan, kemampuan pemasangan komponen beton
pracetak dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Baik di negara maju mauprm di Indonesia menggunakan metode pemasangan yang sama, yaitu metode vertikal dan horisontal. Metode vertikal digunakan jika struktur open frame telah selesai dilaksanakan. Bila pelaksanaan antara struktur open frante dengan pemasangan pelat pracetak beriringan maka menggunakan metode horisontal. Terjadi perbedaan yang besar antara di negara maju dengan di indonesia dalam hal berat komponen beton pracetak. Di negara maju, maksirnum berat komponen beton pracetak mencapai 11 ton sedangkan di Indonesia
u4
Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
hanya 2 ton, karena pertimbangan kemampuan produsen dalam memproduksi, kapasitas peralatan handling, kemampuan jalur transportasi, peralatan pemasangan yang tersedia, dan mudah didapatkan. Jika kendala ini dapat diatasi maka berat komponen tentu dapat ditingkatkan.
Tentang aspek alat yang digunakan juga terladi perbedaan yang cukup besar, yaitu dalam hal jenis dan kapasitasnya. Di negara maju digunakan fixed tower crane, monorailsystem, guy derrick, mobile crane; kapasitas maksimum 30 ton. Sedangkan di Indonesia digunakan tower crane, mobile crane; kapasitas maksimum 20 ton. Pemilihan jenis peralatan berupa tower crane didasarkan pada kemudahan pengadaan, jangkauan yang memadai baik secara vertikal maupun horisontal, dan kapasitas angkat yang mencukupi.
Kemampuan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak juga berbeda. Negara maju + 150 ton/hari sedangkan di Indonesia + 51 ton/hari. Hal ini terjadi karena perbedaan dalam kemampuan peralatan yang tersedia; perbedaan variasi komponen yang di-erection. Di Indonesia, jenis komponen yang di-erection hanya komponen pelat lantai saja sedangkan di negara maju berupa komponen balok, kolom, peIat, unit tangga; dan tingkat produktivitas pekerja yang berbeda. Jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk proses erection untuk kedua negara adalah sama, yaitu lima orang untuk setiap tim ke4'a
ASPEK KONEKSI Cara menyatukan dua atau lebih komponen beton pracetak dibedakan menjadi dua. Pertama, cara menyatukan material beton dan yang kedua
adalah cara menyatukan material baja tulangan. Proses penyatuan material beton di negara maju adalah sambungan basah (in-situ concrete joint), sambungan kering (las, baut, pin, prestress), sedangkan di Indonesia digunakan sambungan basah (in-situ concrete joint) dan sambungan kering (las). Pemilihan sambungan basah disebabkan oleh kemudahan pengadaan materialnya, menghasilkan struktur yang monolit dan kemudahan dalam pengerjaannya. Proses penyatuan material baja di negara maju overlapping, coupler, las sedangkan di Indonesia adalah 1as karena kemudahan pengerjaannya dan murah.
Ko ntp
a ras
i
P ra c e t ak- Ko nvens io n a I
il5
ASPBK PERBAIKAN Tidak jarang komponen beton pracetak mengalami kerusakan yang timbul pada saat produksi, transportasi, ataupun erection. Jika hal ini terjadi maka direkomendasi untuk tidak digunakan. Dengan kata lain komponen yang telah rusak tidak dapat diperbaiki; atau kerusakan komponen pracetak dapat diperbaiki jika menurut penilaian tenaga ahli tipe kerusakan itu dinyatakan tidak membahayakan.
ASPBK BIAYA Efisiensi pemakaian teknologi pracetak jika dibandingkan dengan caracara konvensional dalam ha1 reduksi biaya konstruksi adalah sebagai berikut: Di negara maju, teknologi ini mampu mereduksi sebesar 10o% sedangkan di Indonesia diyakini bahwa teknologi ini mampu mereduksi biaya. Hanya saja sampai sekarang belum terdapat kejelasan tentang besarnya reduksi. Reduksi biaya terjadi karena reduksi pemakaian bekisting; reduksi jumlah pekerja; reduksi biaya overhead karena kecepatan pelaksanaannya.
ASPEK WAKTU Efisiensi pemakaian teknologi pracetak jika dibandingkan dengan caracara konvensional dalam hal reduksi waktu konstruksi adalah sebagai berikut: Di negara maju teknologi ini mampu mereduksi sebesar ! 50% sedangkan di Indonesia diyakini bahwa teknologi ini mampu mereduksi sebesar f 25%. Reduksi waktu hanya 25% disebabkan tipe komponen beton pracetak yang diproduksi hanya pelat lantai saja sementara di negara maju hampir semua komponen diproduksi secara pracetak. Reduksi waktu pelaksanaan didapatkan dari kegiatan pemasangan komponen.
ASPEK MUTU Mutu bangunan yang dihasilkan dari kedua teknologi jika ditinjau dari tingkat kerusakannya adalah sebdgai berikut: Di negara maju, teknologi pracetak tidak menimbulkan kerusakan sedangkan di Indonesia kerusakan yang ditimbulkan akibat teknologi pracetak adalah + 5o/oper tahun.
BAB
12
ASPEKMANAJEMEN
PENDAHULUAN Berdasarkan kajian tentang penggunaan komponen beton pracetak serta kondisi sesungguhnya yang ada di Indonesia saat ini maka dapat digambarkan seperti dalam Tabel 12.1. Tabel tersebut dapat memberikan gambaran bagi pihak-pihak yang akan mengaplikasikan teknologi beton pracetak, baik tentang permasalahan yang mungkin dihadapi pada saat perencanaan maupun pada pelaksanaan pekerjaan.
Tabel
l2.l
memperlihatkan pengaruh antarfaktor manajemen pada
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Pengaruh masing-masing faktor disajikan dalam bentuk diagram matriks, di mana sisi sebelah kiri
menunjukkan variabel "terpengaruh" sedangkan sisi bagian atas menunjukkan variabel "pengaruh". Hubungan yang terjadi antarfaktor adalah hubungan timbal-balik, yaitu hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lain. yang dimaksud dengan suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lain adalah pada suatu waktu variabel X mempengaruhi variabel y, pada waktu yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. Dengan demikian variabel "terpengaruh" dapat pula menjadi variabel ..pengaruh" pada waktu lain. Hubungan antarvariabel dapat bersifat hubungan antara dua variabel saja (bivariat) atau hubungan antara lebih dari dua variabel (ntultivariat). Dalam Tabel 12.2 sampai dengan Tabel 12.9 menggambarkan hubungan antara faktor "terpengaruh" dengan faktor "pengaruh" bersifat bivariat. Tabel tersebut merupakan gambaran sederhana hubungan antara faktor
"terpengaruh" dengan faktor "pengaruh". Namun demikian tidak menutup kemungkinan terjadinya hubungan multivariat dalam kasus
Teknologi dalam Proyek Konstruksi
tertentu (misal, untuk memproduksi komponen pracetak dipengaruhi oleh transportasi dan c o nne c t i on).
Hubungan antarfaktor dibedakan menjadi 2 (dua) kondisi, yaitu hubungan kuat dan hubungan lemah. Hubungan dinyatakan kuat jika faktor "pengaruh" langsung mempengaruhi faktor "terpengaruh". Dalam hal ini akibat pengaruh tersebut dapat lebih terukur. Sedangkan hubungan dinyatakan lemah jika faktor "pengaruh" tidak langsung mempengaruhi faktor "terpengaruh". Cara pembacaan tabel adalah sebagai berikut: Produsen hendak memproduksi komponen beton pracetak maka harus memperhatikan faktor-faktor "pengaruh", yaitu faktor transportasi, pemasangan, sambungan, sistem struktur, sumberdaya manusia,
v H
o Berat dan dimensi komnonen Kapasitas angkut Jalur transportasi
mendukung pelat.
Metode vertikal Metode horisontal
ERECTION
Kapasitas loy)er crane Sambungan basah Sambungan kering Open
frame dan plat
CONNECTION
(n
z JF
z
)V
H
F a
U
o = N
(-)
U t{
=
8
K
K
K
K
K
I-
K
K
K
I,
K
zV
F
t{
JL!)
J
u.l
2 a
PRODI.]KSI
TRANSPORTASI
t
lokasi proyek. Kemampuan produksi adalah: Dalam waktu 7 (tujuh) hari diproduksi pelat 504 m'. Ukuran pelat: panjang4 m,lebar 2 m sedangkan
F
D
(A
"kuat" dan "lemah" adalah sebagai berikut: Dalam upaya memenuhi kebutuhan pelat pracetak pada sebuah proyek konstruksi, kontraktor utama mengadakan pabrikasi pelat pracetak di Penjelasan definisi
&
Tabel 12.1 Hubungan antarfaktor dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak
a F d
lt9
tebalnya 8 cm, sehingga luas setiap pelat adalah 8 m2. Setiap kali dilakukan pengecoran dihasilkan 63 buah pelat. Berat setiap pelat pracetak berkisar t 1500 kg. Di lokasi proyek tersedia 4 (empat) buah tower crane dengan kapasitas angkat 2 ton, traktor penartkflatbed urfiuk mentransportasikan pelat pracetak. Sistem struktur yang mendukung adalah rangka terbuka. Sistem sambungan yang digunakan adalah sambungan basah. Pada kenyataannya terdapat puluhan komponen yang telah siap dipasang namun belum dapat dipasang pada tempatnya. Hal ini disebabkan oleh belum siapnya lokasi di mana komponen tersebut seharusnya terpasang. Koordinasi yang baik antara pelaksana rangka bangunan dengan pelaksana produksi pelat pracetak sangat diperlukan dalam masalah ini. Di antara kedua hal tersebut, penyebab utama terjadinya kasus ini adalah terlambatnya jadwal pelaksanaan rangka yang
teknologi, material.
Keterangan: . Korelasi terhadap dirinya K kore'lasi kuat L korelasi lemah
Aspek Manajemen
!
J
Jika dilihat dalam diagram matriks Tabel 12.1, hubungan
a q.l
pemasangan dengan sistem struktur adalah "kuat" sehingga tercapai keseimbangan antara rencana pelaksanaan struktur pendukung dengan rencana pemasangan. Dalam kasus ini tidak terjadi keseimbangan antara dua faktor tersebut yang mengakibatkan menumpuknya pelat pracetak di lapangan dengan jumlah tidak sesuai dengan renc?na semula. Akibat
F
F
2
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K K
K K
K
K
K
K K
K
L
K
K
K
K
K
K
L
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
nracefak
SISTEM STRUKTUR
skiil
SDM
K
K
K
K
K
TEKNOLOGI
K
K
K
K
K
K
MATERIAL
K
K
K
K
K
K
K
K K
antara
yang lain adalah terbatasnya lahan penumpukan yang berpengaruh terhadap kegiatan produksi.
Hubungan antara faktor conneclion dengan transportasi adalah "lemah" (lihat Tabel 9.1). Hal ini karena apapun sistem sambungan yang digunakan tidak berpengaruh terhadap faktor transportasi. Pada proyek
ini sambungan yang digunakan adalah sambungan basah, sistem transportasi yang digunakan untuk mentransportasikan pelat adalah sistem dua titik angkat. Jika sambungan yang digunakan adalah sambungan kering maka sistem yang digunakan untuk mentransportasikannya tetap sistem dua titik angkat. Hubungan seperti ini didefinisikan sebagai hubungan yang tidak secara langsung mempengaruhi faktor "terpengaruh" dan disebut hubungan "lemah".
? t20
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Aspek Manajenren
Pada tinjauan aspek manajemen, semua ketergantungan antarfaktor
uh
t2t Item Pertimbanean
diperlihatkan pada Tabel 12.2 sampai dengan tabel72.9. Teknologi
Tabel 12.2 Faktor terpengaruh produksi Pen
Transportasi
Item Pertimbanean I bentuk komponen I ukuran konrponen berat komponen
^ii,ffi;;i- "-
Hubunsan kuat
komponen beton pracetak
Pemasangan
Connection
Sistem
Struktur Sumber Daya
bentuk komponen ukuran komponen berat komponen
kuat
sistem sambungan jenis alat sanrbung
kuat
Material
I I
kolom menerus kolom sambungan unit portal
kuat
pengendalian mutu
kuat
I I
teknik produksi
jenis komponen
kuat
hal ini akan mempengaruhi kemampuan transportasi komponen ke lokasi.
P-r-o-v-g.K.................
komponen harus dapat dipasang pada tempatnya dengan crane yang tersedia
Pen
iffiil#;ilp;ffiii;Gil;i
Produksi
Tabel 12.4 Faktor terpengaruh pemasangan Item Pertimbansan I bentuk komponen I ukuran komponen
I I
komponen diproduksi sesuai
Hubunsan kuat
berat kon-rponen
jadwal pengirinran
kuat
dengan sistem yang
kuat
kuat
komposisi material
,r*, ,r.a Faktor terpengaruh
p;ili'kil ffi;;aia;ril;g"-
Connection
pekerja agar dihasilkan produk yang sesuai komponen hasil produksi sangat dipengaruhi oleh
silffi- -
.ls.!rrelesl
Struktur
........
mutu komponen beton pracetak tergantung dari material
K
n
dapat/tidaknya pelaksanaan pcmasangan tergantung dari produksi - -"
p;ffiilffi a;p;;-
di laksanakan j ika komponen
digunakan
mesin produksi sumber material
I
cara mentransportasikan komponen agar aman sampai tuiuan
berbeda)
dengan jenis alat sambung
Manusia
-T;iffii"si-:-
kuat
(berat yang
.-s-Tt.?.-q!.:l-e-m..9.?.nh.y.t9.e.1......
I I I I
sistem transportasi
ditransportasikan ke lokasi .
I I I I I
Keteran saat ditransportasikan
I
harus dapat
r
Hubungan
tentang beton pracetak
Sumber Daya Manusia
transportasi
I I I
jenis alat sambung
I
jenis komponen
kual
sistenr connection metode penlasangan kuat
jenis komponen pracetak
kuat
sangat menentukan metode pemasangan tepat ketrampilan seseorang berpengaruh terhadap durasi pelaksanaan
pracetak
I I
ketrampilan
I
teknik
I
teknik
I
peningkatan
telah ditransportasikan pemakaian alat sambung sangat menentukan metode pemasangan komponen beton pracetak
pengetahuan tentang beton pracetak
penyimpanan produksi harus disesuaikan agar komponen dapat ditransportasikan
pengangkatan
Teknologi
jadwal harus ditepati agar alat sambung harus terikat komponen beton pracetak harus didisain agar layak ditransportasikan
kuat
kapasitas alat
Material
I
jenis bahan alat samhrrng
lemah
pemasangan komponen sangat tergantung dari
t22
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Aspek Manajenten
123
ruh
Tabel 12.5 Faktor terpengaruh connection
Material Produksi
Transportasi
Item Pertimbansan I faktor ketepatan ukuran/dimensi
r
kuat
pengembangan sistem
jika digunakan alat sambung
lemah
I
Sistem Struktur
I
Sumber Daya
f
pengalaman
kuat
dengan pekerja yang berpengalaman tingkat
r I
murah mudah
kuat
alat sambung yang memenuhi persyaratan dan
I I
dilaksanakan kuat cepat dilaksanakan
metode pemasangan
kuat
sistem sambungan sangat dipengaruhi oleh metode
letak titik
kuat
posisi sambungan
Tabel 12.7 Faktor terpengaruh suntberdaya manusicr
r
teknik produksi
kemampuan sumberdaya manusia dalam melaksanakan proses
cara-cara transportasi
pengetahuan serta pengalaman dalam
menentukan jenis
sambungan
9.?_!t.!.!9-!.!.i9!1...v_?Ig_.1-e.P-fl
Manusia
I I
struktur
baut maka faktor produksi sangat berarti
Pemasangan
Teknologi
mempengaruhi
Hubungan
h-$-,r l ilel.-4-+p-et
-4
...........
I
mentransportasikan
ird-q h.:i
kemudahan pelaksanaan sangat mempengaruhi biaya serta waktu pelaksanaan
I
metode konstruksi
kesiapan sumberdaya manusia dalam memasang
sistem sambungan
kesiapan sumberdaya manusia dalam menyatukan
F-g-L:trtlh:.i.........
murah
kual
kuat
Tabel 12.6 Faktor tet'pengaruh sistem struktur
jenis struktur
I I
penelitian dan pengembangan
pengembangan komponen
penelitian tentang
pengingkatan teknologi
Tabel 12.8 Faktor terpengaruh teknologi
I f
jenis komponen bentuk komponen
kebutuhan komponen baru akan memacu teknik/cara penemuan komponen baru memacu menemukan teknik
-;ili;"i
i;ffiilih h;ilJ dikajf
lebih lanjut
t
E E
124
Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstruksi
BAB
13
CETAKAN BETON Tabel 12.9 Faktor terpengaruh material
PENDAHULUAN Pada awalnya material kayu digunakan sebagai struktur sementara untuk mendukung beton yang masih basah sampai dengan proses pengeringan. Proses pengeringan beton (setting tinte) tidak secepat saat ini. Hal ini karena belum ditemukannya zat tambahan yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatur kecepatan pengerasan material beton. Akibatnya, pemakaian kayu sebagai struktur sementara sangat tergantung dari kecepatan mengerasnya beton dan baru dibongkar setelah dinyatakan aman. Dapat dikatakan bahwa cetakan beton sebetulnya merupakan barang baru dalam pekerjaan konstruksi, di mana perkembangannya sejalan dengan perkembangan beton itu sendiri, baik dari tekstur maupun bentuk yang diinginkan. Bentuk cetakan beton (formworft) disesuaikan dengan gambar rencana, biasanya dibuat di lokasi pekerjaan dan hanya dimanfaatkan satu kali dan kemudian dibongkar. Dengan adanya inovasi teknologi dalam bidang cetakan (fonnwork), saat ini cetakan diproduksi oleh pabrik dengan menggunakan metode prefabrikasi yang memungkinkan penggunaan lebih dari satu kali. Biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan cetakan (formwork) berkisar antara25o/o sampai dengan 75'h dari biaya struktur total. Efisiensi biaya cetakan beton dapat dilakukan dengan melakukan disain yang terdiri dari beberapa jenis bentuk dan ukuran. Hal ini untuk mengantisipasi pemakaian cetakan hanya satu kali. Cetakan beton (formwork) adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa, ataupun posisi serta alinyemen yang dikehendaki. Dengan demikian/ormwork harus mampu
*
126
Eksplorasi Teknologi dalam Prqtek Konstruksi
Cetakan Beton
r r
berfungsi sebagai struktur sementara yang mampu memikul berat sendiri, berat beton basah, beban hidup dan beban peralatan kerja selama proses pengecoran.
Dalam proses disain cetakan perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
r
Kualitas material cetakan yang digunakan harus mampu menghasilkan permukaan beton yang baik, ketepatan dimensi.
r
Keamanan dari cetakan harus diperhitungkan akibat beban tidak menentu dari pembebanan aggregat beton.
I
Memperhatikan faktor ekonomis
dari cetakan agar
dapat
mereduksi biaya.
Selanjutnya akan dipaparkan berbagai macam penggunaan fonnwork, material, dan metode pelaksanaannya.
PERSYARATAN UMUM Cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme pencoran beton. Biaya persyaratan yang harus dipenuhi adalah dimensi yang akurat guna menghasilkan beton yang tepat dimensi. Persyaratan umum yang harus dipenuhi bagi suatu cetakan beton adalah:
I
Mempunyai volume stabil sehingga dapat dihasilkan dimensi beton yang akurat.
r r r
Dapat digunakan berulang kali.
Mudah dibongkar pasang serta dipindahkan. Rapat air sehingga tidak memungkinkan air agregat keluar dari cetakan.
r
Mempunyai daya lekat rendah dengan beton dan mudah membersih-kannya.
formwork harus dapat memenuhi aspek bisnis (biaya) dan aspek teknologi (strength, workability). Oleh karena itu harus memenuhi Perencanaan
hal-hal berikut:
r r
Ekonomis Kuat dan kokoh
t27
Tidak berubah bentuk Memenuhi persyaratan permukaan
MATERIAL CETAKAN BETON Material yang dapat digunakan untuk pembuatan cetakan adalah besi, kayu, plywood, aluminium, fi bre gl ass.
r
Material Besi
Material besi merupakan bahan yang hampir memenuhi seluruh persyaratan umum cetakan di atas, hanya saja dari segi biaya relatif mahal. Material jenis ini biasanya diproduksi secara pabrikasi dalam bentuk dan disain khusus. Elemen struktur yang sering menggunakan cetakan besi/baja adalah plat lantai. Seringkali cetakan besi tidak diambil kembali setelah pencoran dan bahkan didisain untuk ikut memikul beban konstruksi. Karena kemampuan material besi/baja dalam memikul beban yang besar maka kadang-kadang sama sekali tidak memerlukan perancah pendukung.
r
Material Kayu
Jenis kayu yang dapat dimanfaatkan untuk cetakan dapat dibedakan berdasarkan kekerasan kayu. Kayu lunak digunakan sebagai cetakan beton pada umurrrnya, sedangkan kayu keras dapat digunakan jika hasil pencoran beton diharapkan memenuhi standar tertentu, misalnya dalam pembuatan alur/celah dalam beton; diharapkan untuk mendapatkan sudut-sudut yang tajam dari hasil pencoran; dihasilkan permukaan yang halus sehingga persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa kayu harus bebas dari mata kayu, cetakan harus mampu manahan goyangan, dihindarkan terjadinya puntir, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan cetakan menjadi rusak. Kelembaban kayu yang digunakan untuk cetakan beton menjadi hal yang
sangat penting. Pada musim kemarau kayu akan menjadi kering dan menjadi lembab pada musim hujan. Penggunaan cetakan kayu terkadang tidak lebih mudah dibandingkan cetakan besi. Daya lekat antara kayu dengan beton cukup besar sehingga diperlukan material lain sebagai pelapis untuk menghambat daya lekat
t28
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Cetakan Beton
129
keduanya (biasanya plastik). Keuntungan penggunaan kayu adalah mudah dikerjakan. Sampai saat ini material kayu paling sering dan paling banyak digunakan di Indonesia. Biasanya terdiri dari dari papan dengan tebal 2-3 cm yang dirangkai dan diperkuat dengan balok kayu. Penggunaan kayu sebagai
cetakan harus memperhatikan berbagai macam persyaratan tegangan yang diizinkan, yaitu:
I
Tegangan izin lentur
I
Tegangan izin tekan sejajar serat
I
Tegangan izin tekan tegak lurus serat
I
Tegangan izin tarik sejajar serat
I
Tegangan izin tarik tegak lurus serat
I
Tegangan izin geser sejajar serat
Gambar 13.2 Cetakan dengan menggunakan plywood
r
papan
p€lapls
papln. p?figuat
ploel pap*fi palapk uyduk railan kolorn denoan pengudl darl papan
Gambar
l3.l
Cetakan kayu
I Material Plywood Cetakan ini digunakan karena tuntutan kualitas permukaan beton yang dihasilkan. Banyak digunakan untuk cetakan kolom, balok, dinding, dan plat. Plywood lebih kuat dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan papan kayu.
Material Aluminium Cetakan jenis ini merupakan pengembangan dari cetakan besi/baja. Kelebihan aluminium adalah ringan dan tidak berkarat. Cetakan aluminium dapat digunakan untuk berbagai bentuk dan ukuran beton. Pada umumnya penguat dan penyokong untuk cetakan ini adalah profil bajalaluminium. Cetakan jenis ini biasanya diproduksi secara pabrikasi berupa panel-panel berukuran tertentu dan dirangkai satu dengan yang lain dengan menggunakan baut.
r
Material Fiberglass
Cetakan jenis ini sesuai untuk pelaksanaan beton arsitektural atau untuk beton pracetak, akan menghasilkan beton dengan permukaan halus. Pada umumnya ketebalan bahan yang digunakan antara 3 mm s/d 15 mm.
Karena sifat material jenis cetakan ini, maka bentuk cetakan jenis ini mudah mengikuti bentuk yang diinginkan. Keunggulan cetakan fiberglass di antaranya adalah sebagai berikut:
r r r
Sangat fleksibel dengan disain yang diinginkan
Dapat menghasilkan tekstur yang beraneka ragam Dapat dipakai berulang kali
r t3t
Cetakan Beton
I
Ringan sehingga mudah diangkut
I
Tidak berkarat
r
Pemasangan dan pembongkaran di lapangan mudah dikerjakan
rN \i/-
1.00m
Taftpan
a
I
Ptrt€.i{ Gambar 13.4 Cetakan dengan menggunakan kcu'ton
Gambar 13.3 Cetakan menggunakan
r
bahon fiberglass
I Material Karton
Karton yang berbentuk tabung sudah banyak dipakai untuk menggulung kain dan kertas atau bahan tipis lainnya. Bahan dasar karton terbuat dari krafliner board yang seratnya memiliki kekuatan tarik yang cukup kuat sehingga kemudian dicoba sebagai alternatif untuk bahan cetakan untuk beton kolom bulat. Cetakan
jenis ini hanya dapat dimanfaatkan satu kali saja
dan
menghasilkan permukaan beton yang kasar. Saat ini ukuran yang diproduksi di lndonesia adalah dengan diameter 20 cms/d 55 cm dengan panjang 10 meter dan ketebalan 3 mm s/d 5 mm. Untuk memanfaatkan cetakan ini diperlukan klem/pengaku untuk tiap jarak I meter, untuk mengatur kelurusan vertikal dan memperkuatnya.
Material PVC
Cetakan beton dengan menggunakan PVC khusus diaplikasikan pada kolom bulat. Biasanya digunakan pipa PVC tipis (untuk saluran air kotor yang tidak bertekanan) agar diperoleh harga yang murah. Dalam prakteknya pipa ini harus diiperkuat dengan kayu dan ditopang di beberapa tempat. Cetakan jenis ini dapat digunakan berulang-ulang.
?
BAB 14
INSTALASI CETAKAN PENDAHULUAN Pembentukan elemen bangunan yang terbuat dari agregat beton dengan tekstur dan bentuk yang diinginkan sangat tergantung pada cetakannya. Pembuatan dan instalasi cetakan (formwork) dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah:
r r r I r r
Kualitas bahan yang digunakan Kualitas tenaga kerja yang tersedia Peralatan konstruksi yang tersedia Tuntutan kualitas beton yang dihasilkan Anggaran biaya yang tersedia Sistem yang dikehendaki
Selain faktor-faktor tersebut di atas juga perlu dipertimbangkan berbagai aspek lain, di antaranya adalah biaya yang akan diserap agar tidak terlalu mahal atau cukup ekonomis; waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan
dan instalasinya dapat memenuhi jadwal yang telah direncanakan; dan dapat memenuhi persyaratan kualitas.
Pada dasarnya dalam usaha memenuhi fungsinya sebagai cetakan, cetakan beton dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
t r
cetakan untukpengecoran di tempat (cast in-place) cetakan untuk beton pracetak (precast concrete)
Sebenarnya kedua cara tersebut tidak jauh berbeda, sama-sama untuk membentuk beton. Yang membedakan hanyalah lokasi cetakan tersebut berfungsi. Pada pengecoran di tempat, cetakan ditempatkan sesuai posisi komponen beton dalam bangunan itu sendiri. Sedangkan cetakan untuk
134
E ksp
Io
ras
i
Te kn o lo
gi dalant
P roye k Ko
n
st ruks
i
beton pracetak merupakan satu kesatuan dalam proses produksi di mana
penempatan cetakan tidak pada posisi komponen bangunan akan ditempatkan namun dapat di mana saja (di lokasi proyek, di pabrik, atau tempat lain yang telah direncanakan). Selanjutnya pembahasan akan lebih difokuskan pada cetakan untuk beton cor di tempat (cast in-place), terutama untuk elemen struktural bangunan: pekerjaan fondasi, dinding, kolom, balok, dan pelat.
CETAKAN UNTUK FONDASI
Instalasi Cetakan
dapat dianggap sebagai metode yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Metode ini biasanya digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan fondasi, dinding penahan tanah (rendah) dalam proyek pembangunan rumah tinggal. Kedalaman galian tentunya disesuaikan dengan tekanan tanah yang ditimbulkan.
Kekurangan dari metode ini adalah bidang singgungan antara agregat beton dengan dinding tanah yang dapat mengakibatkan bercampumya agregat beton dengan tanah. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya bidang persinggungan tersebut dilapisi material lain yang kedap air namun berbiaya murah.
Gaya yang bekerja pada cetakan beton untuk pekerjaan fondasi adalah gaya tekan arah horizontal yang ditimbulkan oleh beton basah. Pemilihan alternatif cetakan fondasi dapat didasarkan atas asumsi bahwa cetakan akan dipasang seterusnya dan cetakan akan dibongkar setelah beton mengeras. Pengelompokan ini sering dibedakan menjadi dua, yaitu:
I r
r r
Dinding sebagai
Cetakan yang bersifat sementara, dan Lartai kerJa
Cetakan yang bersifat permanen.
Pemilihan penggunaan cetakan, jenis, dan metode pada pembentukan beton bawah permukaan tanah sangat tergantung dari kondisi lokasi dan faktor lain. Pada dasamya terdapat tiga metode dalam pembentukan beton bawah permukaan tanah, yaitu:
I r
t35
Pemanfaatan dinding galian sebagai cetakan beton.
Penggunaan cetakan perrnanen, berupa panel yang tidak akan pemah diambil kembali setelah pengecoran. Penggunaan cetakan sementara, yaitu cetakan pada umumnya.
Pemanfaatan Dinding Galian
Penggalian tanah untuk kepentingan penempatan struktur beton selalu dilakukan jika lokasi/elevasi dari struktur tersebut memang telah direncanakan. Dalam kasus demikian sisi galian dapat dimanfaatkan
sebagai bidang cetakan untuk pengecoran beton. Hal ini dapat dimanfaatkan apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: dinding galian tanah dalam keadaan stabil dan permukaan dinding tanah dalam keadaan kering. Pemanfaatan dinding potongan tanah tersebut
Gambar 14,l Dinding sebagai cetakan pembentuk beton.
r
Cetakan Permanen
Keputusan penggunaan cetakan perrnanen sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya seorang pelaksana akan mengerjakan fondasi pada kedalaman tertentu. Untuk dapat melaksanakan kegiatan tersebut maka harus diawali dengan pembuatan galian dengan kedalaman yang sesuai dengan yang direncanakan. Selain kedalaman fondasi, juga perlu disediakan ruang yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan pembuatan cetakan yang nantinya tidak akan diambil kembali setelah pekerjaan pengecoran agregat beton selesai dilaksanakan. Pemilihan jenis material yang tepat untuk cetakan jenis ini sangat berarti dari aspek teknis dan ekonomis. Jenis material ini harus mempunyai karakteristik, di antaranya adalah sebagai berikut: mampu menahan gaya tekan akibat ketinggian tanah dan mampu menahan gaya tekan yang ditimbulkan oleh beton basah,
'1
I
36
Eksplorasi Teknologi dalant proyek Konstruksi
Material yang dapat digunakan untuk cetakan beton permanen adalah pasangan bata merah, yang tidak memerlukan biaya yang besar. Efisiensi
cetakan perrnanen dapat dihitung dengan mengasumsikan digunakan adalah cetakan yang dapat diambil kembali.
jika
yang
c B
Instalasi Cetakan
t37
pengecoran dan pembongkaran bekisting. Tidak menutup kemungkinan bahwa hasil pengecoran membutuhkan pe-rapi-an atau bahkan finishing.
Beberapa keuntungan penggunaan cetakan perrnanen adalah:
r I r r r
Volume galian secukupnya Lebih rapi dan bersih Lebih rapat dari kebocoran
Lantai kerja
Lebih cepat (tidak memerlukan waktu pembongkaran dan penimbunan kembali) Lebih memudahkan pekerjaan pembesian dan pengecoran
Kekurangan cetakan permanen adalah:
r r
CETAKAN DINDING
Relatif lebih mahal dibanding cetakan sementara,
Salah satu elemen utama pembentuk bangunan gedung adalah dinding.
Hanya sesuai untuk pekerjaan fondasi ground beam.
Menurut letak elemen struktur, dinding dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: dinding yang letaknya di bawah permukaan tanah (misalnya dinding basement) dan dinding struktur atas (misalnya shear wall, core wall).
Dinding sebagai
Lantai kerja
Gambar 14.2 Cetakan permanen menggunakan material pasangan bata
r
Gambar 14.3 Cetakan sementara
Cetakan Sementara
1.
Cetakan sementara adalah cetakan yang sifatnya tidak tetap,
cetakan tersebut akan diambil kembali
Bermacam cara dapat digunakan untuk melaksanakan pembentukan elemen ini. Salah satunya adalah menggunakan cara konvensional, yaitu memasang cetakan dan menuangkan agregat beton ke dalamnya. Setelah cukup waktu maka cetakan pembentuk elemen tersebut dapat dibongkar kembali. Untuk mendapatkan hasil yang baik (mengingat proses pembentukannya) dapat dikatakan bahwa ketepatan dimensi dan permukaannya sangat bergantung pada alat cetaknya. cetakan dinding secara umum memiliki lima bagian utama, yaitu:
dari
di
mana
tempatnya setelah pelaksanaan pengecoran agregat beton selesai. Keputusan untuk menggunakan cetakan sementara harus mempertimbangkan beberapa faktor,
2.
Penguat tegak atau rangka panel (stud), berfungsi
sebagai
perkuatan atau perangkai bagian pelapis, biasanya merupakan satu-
terutama dalam pelaksanaannya di lapangan. Salah satunya adalah ruang
gerak untuk pekerja dalam melakukan kegiatannya, baik pada saat pemasangan cetakan beton, pelaksanaan pembesian, pelaksanaan
Pelapis cetakan (sheating), berfungsi menahan dan membentuk permukaan beton dalam proses pengerasan, umumnya menggunakan bahan kayu, p lyw o o d, p eTat baj a, aluminium, dll.
kesatuan dengan pelapis.
3.
Penguat datar, berfungsi untuk menopang penguat tegak menjaga alinyemen dari cetakan.
dan
!r t38
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
4.
Penyokong (brace), berfungsi menjaga agar cetakan tidak berubah posisi selama menerima tekanan horizontal.
5.
Pembagi g
ya
(spleader) atau
unit ikat,
Instalasi Cetakan
t39
berfungsi menjaga
ketebalan dinding beton sesuai dengan rencana. Pembagi gaya
Gambar 14,6 Sistem pembagi gaya pada cetakan dinding
r
Dinding Basement
Pembuatan cetakan dinding basement secara konvensional dapat dilaku-
kan dengan cara kombinasi antara kayu dan pasangan bata. Urutan pelaksanaan setelah pabrikasi cetakan dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 14.4 Tampak samping cetakan dinding Pembagi gaya
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pekerjaan pasangan bata pada tempat dinding akan dibuat Pelapisan dinding pasangan bata dengan material water proofing Pengecoran kaki dinding secukupnya
(t
20 cm)
Pemasangan besi tulangan secara lengkap Pemasangan beton decking (spacer) Pemasangan panel cetakan yang permukaannya telah diolesi minyak Pemasangan
form tie untuk menjaga ketebalan dinding
Pemasangan perkuatan horizontal sesuai perencanaan Pemasangan steel support sesuai perencanaan
10. Penimbunan tanah di belakang pasangan bata (sebaiknya digunakan pasir urug agar pemadatan dapat lebih mudah dilakukan) I
l.
Pengecekan dimensi dan elevasi cetakan
12. Pelaksanaan pengecoran sesuai dengan rencana 13. Setelah
beton cukup umur dilakukan pelepasan panel untuk
digunakan di tempat lain.
Gambar 14.5 Tampak depan cetakan dinding
t40
EkspIorasi Tehtologi dalam Proyek Konstruksi
t4t
Instalasi Cetakan
6.
Pasangan penyokong (steel supporl) secukupnya
7.
Pengecekan vertikalitas cetakan dinding
8.
Pada saat pelaksanaan pengecoran posisi cetakan harus selalu diperiksa terhadap kemungkinan terjadinya perubahan dimensi dan volume cetakan.
Lanrai terja
ffi
Gambar 14.7 Cetakan dinding basement Gambar 14.8 Tahap l, pengecoran kaki dinding
r
Dinding Struktur Atas
Komponen struktur bangunan jenis ini sering digunakan pada bangunan gedung bertingkat tinggi, misalnya shear wall, core. Proses pembentukan komponen ini sama saja dengan dinding di basement atau tempat lain. Yang membedakannya adalah lokasi dindingnya. Pemilihan material cetakan yang dapat digunakan dalam pembentukan dinding ini adalah kayu, plywood, pelat baja, aluminium, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh pertimbangan teknis dan ekonomisnya. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum cetakan dinding dilaksanakan adalah sebagai berikut:
r
Pembuatan alinyemen dinding dengan berpedoman pada dinding rencana
r
Pembuatan pabrikasi cetakan dinding secara lengkap (pelapis
as
Gambar 14.9 Tahap
2, pemasangan tulangan dinding
cetakan, penguat tegak, penguat datar, penyokong, pembagi gaya)
Urut-urutan pemasangan cetakan dinding adalah sebagai berikut:
1.
Pengecoran ditentukan
2.
Pemasangan tulangan dinding minimal setinggi panel cetakan
a
Pemasangan panel salah satu sisi dilengkapi dengan spacer untuk menjamin tulangan tidak rapat dengan cetakan
4.
Pemasangan panel pada sisr-sisi yang dengan pemasangan spacer
5.
Pemasangan
kaki dinding
berdasarkan alinyemen yang telah
lain yang kemudian dikuti
form tie sesuai dengan perencanaan
Gambar 14.10 Tahap
3, pemasangan cetakan
satu sisi
t42
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Gambar
l4.ll
Instalasi Cetakan
t43
Tahap 4, pemasangan cetakon sisi lainrya
Gambar 14.14 Stereontetri cetakan dinding struktur atas
Gambar 14.12 Tahap
5, pemasangan
pembagi gaya
CETAKAN KO{-OM Tinggi kolom pada sebuah bangunan umumnya berkisar 3 atau 4 meter. Hal ini dapat diartikan bahwa tinggi kolom sama dengan tinggi ruang dari bangunan. Dalam kondisi wajar secara umum kolom mempunyai dimensi arah tinggi berukuran lebih besar dibanding dimensi lainnya (panjang dan lebar kolorn).
Gambar 14.13 Tahap
6,
pengecoran
Untuk mendapatkan struktur kolom yang monolit disarankan agar proses pengecoran struktur kolom ini dilakukan dalam kesatuan waktu tertentu. btrt karenanya kemainpuan cetakan kolorn harus direncanakan sedemikian rupa sehingga rnampu menahan gaya-gaya yang timbul selama proses pengecoran, terutama yang ditimbulkan oleh agregat beton basah. Ferencanaan cetakan kolom sangat tergantung dari volume aglegat beton yang akan mengisi dan mengakibatkan timbulnya gaya-gaya tertentu yang harus ditahan oleh cetakan.
145
Instalasi Cetakan
Ditinjau dari bentuk penampangnya, kolom dapat dibedakan menjadi
kolom atau lantai dengan cara dipaku. Selain material kayu dapat pula
tiga, yaitu:
menggunakan cor beton setinggi + 5 cm atau menggunakan besi siku atau
r
Kolom dengan sisi-sisi lurus (segi tiga, segi empat, segi enam, segi delapan, dll)
I
Kolom dengan sisi-sisi lengkung (kolom bulat, kolom elips, dll)
I
Kolom dengan bentuk khusus
aluminiu-. Tujuan utama pemasangan kicker ini adalah kicker adalah seperti tampak dalam gambar berikut:
v4-T--TIn Gambar 14,16 Kicker tampang kolom segiempat
Gambar 14.15 Stereometri cetakan kolom
Bagian-bagian Cetakan Kolom Secara umum bagian-bagian dari cetakan kolom adalah: sepatu kolom, panel cetakan, penguat tegak, penguat datar, klem pengatur, balok penunjang, lubang untuk membersihkan kotoran di dalam kolom
(cleanout).
1.
Sepatu Kolom (Kicker)
Pembuatan sepatu kolom disesuaikan dengan rencana bentuk tampang kolom. Material yang digunakan biasanya kayu dan sebagai penyambung
sambung dapat digunakan paku atau baut atau keduanya sehingga dihasilkan bentuk yang benar-benar kalu. Kicker dipasang pada dasar
untuk
menempatkan cetakan kolom pada posisi yang tepat. contoh sebuah
Multipleks Kayu
Gambar 14.17 Kicker tampong kolom lingkaran
s, $r f
t47
Instalasi Cetakan
2.
Panel Cetakan (Shutter)
Berbagai macam material dapat digunakan sebagai panel cetakan. Tetapi yang sering digunakan adalah plywood karena pertimbangan antara lain aspek ekonomis, karena penggunaannya dapat berulang kali (empat atau lima kali) dan permukaan beton yang dihasilkan relatif lebih halus. Pembuatan panel-panel untuk sisi-sisi cetakan kolom diperkuat dengan balok kayu dengan arah tegak dan diperkuat secara horizontal dengan
Pl)*aa lt
Unlrt G{.gth bffi l.dr s6be0cad drtdi1g folorrl dip.*ai t et fn f
UntutE(4rrbd
F.dr d.g lo{q\ dio.t i
t t{ lm.t d! trrbJa lE 6 $tv LSOxSOd d&rl:n p.dr ul. iA. u OGI t
^ir
Gr.a
rytng
Ep.tu
Lolqn.
penguat horizontal yang berupa klem yang sesuai dengan perencanaannya. Bagian yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pertemuan antarpanel yang membentuk sudut dapat bertemu dengan baik.
Balok penguat tegak secara konvensional menggunakan balok kayu dengan ukuran dan jarak sesuai perencanaan. Saat ini balok penguat tegak banyak digunakan oleh perusahaan/pabrik cetakan yang mempunyai hak paten (misalnya PERI dan DOKA). Keuntungan penggunaan balok pabrikan adalah: relatif lebih ringan, lebih lurus, dimensi seragam, lebih kuat dan awet, dapat dipakai berulang-ulang'
Balok penguat horizontal (klem) secara konvensional menggunakan balok kayu yang dipres dan dikunci/dimatikan dengan paku. Balok Gambar 14.18 Stereometri sepatu kolom baja siku
g.rd
d@. .atin9lri
horizontal ini mengikat erat cetakan sekeliling kolom, dan akan berfungsi pada saat pengecoran, di mana berat agfegat basah akan menekan panel plywood diteruskan pada penguat tegak dan pada akhirnya akan ditahan ol.h bulok horizontal ini. Material lain yang mungkin digunakan adalah
klembaja.
56
G..ir @,kire
Gambar 14.19 Stereometri sepatu kolom dengan beton cor
Gambar 14.20 Klem baja
I !
t48
Eksplorasi Teknologi dalan Pro.vek Konstruksi
Dalam upaya membersihkan dari segala kotoran yang dapat memberikan efek kurang baik pada beton, pada salah satu panel sebaiknya disiapkan lubang pada dasar panel. Lubang itu memungkinkan untuk membersihkan bagian dasar kolom sebelum pengecoran dilakukan. Lubang ini dinamakan cleanout hole. Dimensi cleanout hole ini disesuaikan dengan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom adalah pengecoran kolom pada pertemuan dengan balok. Keuntungan
Penyangga(Braching)
Cetakan kolom harus ditopang pada berbagai arah untuk menghindari terjadinya perubahan posisi" terutama pada saat pengecoran. Material yang dapat digunakan adalah balok kayu, pipa besi, dan pipa-pipa scaffolding. Klflr peogalur
Ny'urbaut
batas batas
pengecoran di atas dasar balok (setebal beton decking) adalah:
kebutuhan.
3.
149
lnstalasi Cetakan
r
Hubungan antara balok dengan kolom akan tampak rapi. Hal ini sangat penting bila balok tidak tertutup oleh plafon.
r r
Lebih mudah dalam pembersihan cetakan sebelum pengecoran. Sambungan cetakan antara balok dan kolom lebih mudah.
Hal-hal yang disarankan tersebut di atas memerlukan ketelitian elevasi penghentian/batas cor, yaitu tidak boleh lebih tinggi dari ketebalan beton decking. Untuk penghentian/batas cor di bawah dasar balok memang tidak memerlukan ketelitian (lebih dalam atau kurang dalam tidak menjadi masalah akan tetapi tidak akan memberikan keunggulan tersebut di atas). Balok
Batas pengecoran
I
2,5 cm
Gambar 14.22 Pemberhentiut pengecoran kolont
TAHAP PEMASANGAN CETAKAN KOLOM
'.r7//,,',r,/1',, z
'z
1. 2.
Penetapanposisi as kolom dengan alat ukur.
3.
Pemasangan sepatu kolom.
,/ /. /r',2,/ 1',' ,2,
Gambar 14.21 Bagian-bagian cetakan kolom
Pembuatan tanda untuk sepatu kolom sesuai dengan ukuran kolom yang direncanakan dengan menarik benang yang dibasahi dengan cat dan kemudian ditarik dari ujung-ujung kolom. Dilakukan pengontrolan kelurusan atas posisi kolom-kolom lain.
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
t50
t5l
Instalasi C.etakan
4.
Memasang dan melengkapi tulangan kolom, termasuk memasang beton decking pada sisi-sisi luar tulangan.
5.
Pasang panel cetakan yang telah dilapisi minyak. Pasang penutup pada bagian sudut pertemuan panel untuk mengantisipasi terjadinya kebocoran.
6.
Pasang klem kolom sesuai rencana.
7.
Stel posisi cetakan agar vertikal dan ditopang kuat (sebaiknya digunakan thedolile).
8.
9.
Bersihkan kotoran maupun sisa-sisa potongan kawat, kayu, atau lainnya yang ada di dalam cetakan (melalui cleanout hole).
Gambar 14.25 kthap
3, pemasangan cetakan
Garnbar 14.26 Tahap
4, pemasangan klem
pada sisi'sisi kolom
Cor beton sampai dengan ketinggian yang direncanakan (+ 2,5 cm di atas elevasi dasar balok).
10. Setelah beton cukup umur maka cetakan dapat dilepas.
,
-?/
Gambar 14.23 Tahap I, pembuaton kicker
Gambar 14.24 Tahap
pengatur dan penwnjang
2, pemasangan tulangan kolom
Garnbar 14.27 Tahap 5, cek vertikalitas kolont
d al a n P royek
I
Konstruks
i
Kolom dengan Sisi-sisi Lurus
Cetakan kolom dengan sisi-sisi lurus dapat memiliki berbagai macam bentuk, di antaranya adalah kolom segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi delapan, atau yang lainnya. Pada prinsipnya pembuatan kolom ini tidak berbeda, hanya saja banyak sedikitnya panel cetakan disesuaikan dengan segi yang telah direncanakan, sementara proses pelaksanaannya sama seperti pembuatan kolom pada umumnya.
r
Kolom dengan Sisi-sisi Lengkung Cetirkan besi biasanya digunakan untuk membentuk kolom bulat. Cetakan ini dibagi menjadi dua bagian yang kemudian disatukan dengan menggunakan baut-baut penyatu. Pengadaan cetakan besi ini harus mendapat perhatian khusus terutama dalam memutuskan untuk membuat sendiri atau menyewa untuk menekan biaya. Pengembangan material cetakan dengan menggunakan .fiberglus.r sangat dimungkinkan, namun
cetakan jenis
ini
mentpunyai beberapa kekurangan terutama untuk
pembentukan kolom dengan diameter besar.
lnstalasi Cetakan
t 53
r
Kolom dengan Bentuk Khusus Kolom dengan tampang yang lain daripada yang lain
membutuhkan
cetakan beton yang lain pula. Pengadaan cetakan beton dengan berbagai macam tipe, dimensi, dan tampang yang berbeda-beda dalam satu bangunan akan mengakibatkan peningkatan biaya, khususnya dalam hal pengadaan cetakan beton. Nantun demikian tidak menutup kemungkinan hal tersebut terjadi jika hal itu merupakan tuntutan arsitektur.
CETAKAN UNTUK BALOK Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian pada pembuatan balok adalah tempat peftemuan antara ujung akhir balok dengan kolom. Permukaan balok pada ujungnya harus benar-benar menyatu/monolit dengan kolom terutama pada bidang persentuhan kedua komponen tersebut. Pelaksanaan yang hati-hati dan teliti dibutuhkan untuk menghindari terjadinya kebocoran oleh air, yang apabila terjadi akan menj adi sulit untuk mernperbaikinya.
di antaranya adalah: Balok bebas berdiri dengan pelat; Balok dengan dimensi yang menyatu sendiri; Balok
Terdapat beberapa tipe balok,
tampang tidak sama di bagian memanjangnya.
r
Balok Bebas Berdiri Sendiri
Komponen bangunan jenis ini pelaksanaan pembuatannya tidak bergantung pada komponen lain. Sebagai pendukung beban pelat lantai, jenis balok ini paling umum digunakan. Dalam usaha membangun komponen balok, ada berbagai cara untuk membuat cetakannya. seperti tampak pada Gambar 14.29 sampai dengan Gambar 14.31.
Gambar 14.28 Cetakan kolom bulat
t54
$ Panel cetakan
Perrguat tegak
t55
lnstalasi Cetakan
Eksplorosi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
r
Balok yang Menyatu dengan Pelat
Sistem lain yang mungkin digunakan dalam pelaksanaan pengecoran balok dan pelat adalah struktur cetakan antara balok menjadi satukesatuan dengan struktur cetakan pelat. Artinya bahwa cetakan untuk kedua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Penyokong
Panel cetakan
Penyokong Peilgual tegak
Gambar 14.29 Cetakan balok sistem balok penyokong
Balok urelintang Balok menranjang
Steel Prop
Gambar 14.32 Struktur cetakan balok terpisah dengan cetakan pelat Penguat tegak
Penyokong Balok melintang Balok memanjang
Steel Prop
Gambar 14.30 Cetakan balok dengan pengatur baut dan balok penyokong Gambar 14.33 Struktur cetakan balok mendukung sebagian cetakan pelal Panel cctakan Spacer
Penguat tegak
Balok melintang Balok memanjang Steel Prop
Gambar 14.34 Struktur cetakqn balok mendukung cetakan pelat Gambar 14.31 Cetakan balok dengan pengatur baut
156
Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi
CETAKAN PELAT
3. Marking as-kolom
Dalam sebuah bangunan gedung, elemen sebagai pendukung beban hidup lantai tertentu sepenuhnya didukung oleh pelat lantai. Pelat lantai ini dapat dibedakan berdasarkan materialnya, misalnya terbuat dari material kayu, beton, atau yang lain.
Pelat lantai yang didukung oleh sistem struktur balok. Pelat lantai rata, tebalnya sama tanpa balok (pelat cendawan). Pelat lantai sistem waftle atau grid.
4.
t r
Elevasi dasarbalok,
Pasang panel cetakan dasar balok sesuai dengan elevasinya dengan cara menaik-turunkan scafolding atau adjuster frame.
6.
Penyetelan elevasi scafolding untuk pelat dengan memperhatikan balok yang akan digunakan untuk menahan cetakan (balok kayu, balok Peri/Doka).
7.
Pasang panel dinding balok dengan memperhatikan as-balok yang bersangkutan.
8.
Pasang cetakan pelat dan seluruh permukaan cetakan dengan dilapisi
minyak khusus untuk cetakan.
g.
Dilakukan recheck as dan elevasi untuk meyakinkan bahan penulangan dan pengecoran dapat mulai dilaksanakan.
proses
pembongkaran cetakan dapat dengan mudah dilaksanakan dan mengantisipasi sekecil mungkin bagian yang rusak, terutama bagian pertemuan antara balok dan pelat lantai. Terdapat dua macam sistem struktur cetakan pelat dan balok, yaitu:
r
untuk cetakan pelat juga memerltkan scdolding maka pemasangannya dilakukan bersamaan agar bracing-nya dapat dirangkai menjadi
5.
Elevasi dasar pelat.
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana agar
pasang scafolding balok dengan pedoman marking as-balok. Bila
satu-kesatuan.
Pelat lantai rata, tebal sama didukung oleh struktur baja.
Pada umumnya struktur pelat lantai dan balok menjadi satu kesatuan yang monolit, sehingga cetakan balok dan pelat lantai juga harus menjadi satu kesatuan. Dalam hal tersebut di atas, ada dua hal penting untuk diperhatikan, yaitu:
dapat digunakan sebagai pedoman untuk
menetapkan as-balok.
Terdapat banyak jenis atau tipe struktur pelat lantai beton, antara laian:
r I r r
t57
lnstalasi Cetakan
Untuk memperjelas urutan pelaksanaannya, lihat gambar berikut ini.
r
Tahapl, komponen bangunan yang harus diselesaikan lebih awal adalah kolom, yang nanti akan berfungsi sebagai pendukung komponen balok. Tatacata pelaksanaannya seperti apa yang telah dijelaskan.
Sistem Tetap (Fixed)
Dipasang dan dibongkar untuk tiap lantai. Sistem ini dikembangkan dengan penggunaan beton pracetak Qtrecast concrete half slab) sebagai pengganti cetakan pelat.
Urut-urutan pemasangan cetakan pelat dan balok dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Pabrikasi cetakan sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah maupun bentuk cetakan sesuai perencanaan.
2.
Pemberian tanda (marking) elevasi dasar balok dan pelat pada kolom yang telah dicor.
Gambar 14.35 Tahap l, pengecoran kolom
1,,58
r
Tahap
2,
159
Instalasi Cetakan
Eksplorasi Teknologi dolan prq;ek Konsrruksi
setelah kolom terbentuk maka dilanjutkan dengan
pemasangan perancah. Macam dan jenis perancah sangat beraneka ragam. Salah satunya adalah scaffolding. perancah ini disusun sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
Ii Gambar 14.36 Tuhap
r
Gambar 14.38 Tuhap
4, pemasangan cetakun
pelat lontai
2, pemasangan scaffolding
Tahap 3, adalah pemasangan cetakan balok pada posisi dan elevasi yang direncanakan. Untuk balok yang langsung didukung oleh kolom, pemasangan cetakannya berbeda dengan balok yang menggantung. Tepat pada perlemuan antara balok dengan kolom membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya agar pertemuan keduanya terlihat rapi.
Gambar 14.37 Tuhap
3, pemasangan cetqkan
balok
Gambar 14.39 Stereometri cetakan balok, kolom dan pelat Tahap 4, dilanjutkan dengan pemasangan cetakan pelat. pemilihan
bahan dan jenis cetakan (konvensional atau pabrikasi) perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat pertimbangan efisiensi.
t6t
lnstalasi Cetakan
cetakan pelat dan balok sistem tetap (conventional) ini dapat dikombinasi dengan penggunaan precast concrete hatf siab, di mana struktur pelat dicetak lebih dahulu dengan ketebalan ietengahnya dan kemudian setengahnya lagi diselesaikan dengan cara cor di tempat (casl in-place) bersamaan dengan pengecoran balok. Metode ini sering digunakan karena menghemat cetakan dan menghemat penggunaan scafolding. Yang perlu diperhatikan adalah:
I r
Precast concrete half slab diproduksi secara massal di pabrik.
t
Precast concrete half slab dipasang sesuai dengan perencanaan dengan rapi dan rapat, dengan beberapa pendukung yang diperlukan.
Sistem transportasi precast concrete half slab perlu dipikirkan untuk menghindari retak/pecahnya precas t.
pemasutgttn cetakan balok
Gambar 14.42 Tahap
3,
Gambar 14.43 Tahap
4, pernasangan
contoh penggunaan metode ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
tulangan balok
Gambar 14.40 Tahap l, pengecoran kolom
Gambar 14.44 Tahap
Gambar 14.41 Tahap
2, pemasangan
scaffokling
5,
pengecoran balok
t62
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
t63
Instalasi Cetakan Precast concrcte half slab
Pergerakan sffuktur cetakan
ini
ada dua, yaitu arah horizontal dan
vertikal. Pergerakan horizontal dibantu dengan roda untuk menempatkan posisinya sesuai dengan as-nya, sedangkan pergerakan arah vertikal dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Gambar 14.45 Tahap
6, pemasangan
precast concrete half slab
di tempat untuk mencapai elevasi yang
r
pergerakan vertikal diperlukan
r
Pergerakan vertikal pindah lantai di atasnya untuk melayani pekerjaan cetakan yang serupa pada lantai di atasnya. Pergerakan ini cukup besar sehingga perlu kehati-hatian agal struktur tidak rusak dan untuk melaksanakannya diperlukan tower crane'
$i
Tahap -tahap pergerakan tableform adalah sebagai berikut: Tahap awal adalah menurunkan ketinggian table fonn sampai permukaan paling atas pada posisi di bawah elevasi balok dengan cara memutar tuas
p"rrgutut yang berada di bagian bawah dan dilanjutkan dengan *"rrdororg table form ke arah luar bangunan untuk memindahkannya
r..iikul ke lantai berikutnya dengan bantuan tower crane. Setelah table form diletakkan pada lantai yang dituju maka dilanjutkan dengan secara
Gambar 14.46 Tahap
7, beton hasil cetokan
SISTEM BONGKAR PASANG (KNOCK DOWN) Saat ini banyak dikembangkan disain struktur tipikal. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya konstruksi. Penurunan biaya dapat diperoleh dengan menekan biaya cetakan beton/bekisting. Salah satu upayanya adalah dengan memanfaatkan cetakan dengan sistem knock down yang merupakan pengembangan sistem konvensional untuk melayani struktur pelat dan balok tipikal. Salah satu pengembangan cetakan sistem knock down adalah tahle form, di mana cetakan tersebut merupakan satu-kesatuan struktur seperti meja yang dapat dipindah-pindahkan. Disain cetakan disesuaikan dengan
disain dari bangunan yang akan dilaksanakan.
meletakkannya pada posisinya dan dilanjutkan dengan mengatur elevasi cetakan sesuai dengan elevasi komponen bangunan yang akan dicor. Demikian seterusnya, satu per satu table forrn dipindahkan'
do
lant Proyek Konstruksi
165
Instalasi Cetakan
\ZNZNZNT Gambar 14.48 Tahap I , posisi table form setelah pengecoran Tahap 2, setelah beton yang dicor cukup umur maka cetakan yang berupa table form dilepaskan dari tempatnya, dengan cara memutar pengatur tinggi yang terletak pada bagian bawah sedemikian rupa sehingga secara perlahan table form mulai terlepas. Elevasi turunnya nbte-firm.u,,pui dengan ujung paling atas dari tablefonn berada di bawair elevasi balok dengan tujuan cetakan ini dapat dikeluarkan dari ruang iri. Perlu juga disiapkan beberapa roda sebagai alas untuk pergerati.im tablefonn ke arah horizontal'
?xzz/z/z& Gambar 14.47 Perget"akan cetakan tableform
\ZNZNZNT
Selain bentuk table fonn seperti di atas, dalam dimensi yang lebih besar sangat dimungkinkan bentuk yang lain. Tahap instalasi table form dalam dimensi yang lebih besar adalah sebagai berikut:
r
Tahap
l,
table
fonndalam posisi setelah dilakukan pengecoran
Gambar 14.49 Tahap
2,
pergerakan tableform arah vertikal
Tahap 3, table forrz diyakinkan telah terletak pada posisi di atas roda dengan benar dan stabil.
t67
lnstalasi Cetakan
ffi
\ZNZNZNT
VZMZNZN Gambar 14.52 Tahap 5' pergerakan
Gambar 14.50 Tahap 3, meletakan table form di atas roda penggerak
Tahap 4, bila tahap 3 telah selesai maka dilanjutkan dengan mendorong ke arah horizontal sehingga table form terbebas dari hambatan. Di samping itu, pada tahap ini perlu mulai dipasang pengikat yang berupa sling atau kawat baja untuk menahan struktur manakala terlepas dari lantai yang menahannya. Sling ini diikatkan pada tower crane dengan kapasitas yang memadai sebagai alat bantu.
table
form arah horizontal
fortn menuju lantai di atasnya
form diatahkan
secara
horiztntal pada posisi yang direncanakan' Sebelum table fornt sebagai tersebut diletakkan mat
-
KilSZNZN] 6,
pergerakan tableform
memanTahap 7, dilanjutkan dengan pergerakan horizontal dengan faatkan roda yang telah disiapkan' t-l
Gambar 14.51 Tahap 4 pergerakan
table
Tahap 6, bila elevasi telah sesuai maka table
Gambar 14.53 Tahap
\ZNZNZNZ
,qo
tl
I
I
XZNZNIZNZ
Tahap 5, table fonn yang telah terikat erat pada tower crane dengan sling kemudian dipindahkan ke lantai di atasnya/pergerakan vertikal sampai pada elevasi yang direncanakan.
Gambar 14.54 Tahap
7,
meletakan table form tliatas roda penggerak
yang direnTahap 8, menempatkan letak table Jbrm pada posisi canakan.
d a I a m P rovek
Konst ruks
i
t69
Instalasi Cetakan
--r L-l
Ll
t--l
\Zt\ZNZNV Gambar 14.55 Tahap 8, memposisikan table form
\ZNZNZNZ Gambar 14.57 Tahap
10, melaksanakan pengecoran beton
Tahap 9, setelah posisi table fonn sesuai, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pergerakan vertikal guna mendapatkan ilevasi yang diinginkan dengan cara memutar tuas pengatur ketinggiannya. Pada tahap ini dibutuhkan ketelitian terutama pengecekan elevasi guna mendapatkan hasil dengan kualitas prima.
\ZNZNZNT Gambar 14.58 Aplikasi tableform di lokasi proyek Gambar 14.56 Tahap 9, mengatur elevosi tableform
r
Tahap 10, melaksanakan pengecoran beton.
170
E ks p I o ra
s
i
Gambar 14.59 Pergerakan arah horizontal
Tekno I o gi tla I am P royek Ko ns t ru ks i
table
form di lokasi proyek
(Sumber: PERI Handbook, 2000)
Gambar 14.60 Pergerakan arah vertikal
table
form di lokasi proyek
(Sumber: PERI Handbook, 2000)
171
Instalasi Cetakan
Gambar
14.61 Sistem angkat table
form di lokasi proyek
(Sumber: PERI Handbook, 2000)
BAB
15
:rl
FORMWORKPABRIK
i;
*s T
$
}+
* *I
PENDAHULUAN For"ntwork sebagai struktur yang bersifat sementara dalam pelaksanaan pdmbangunan hampir selalu ada dan dibutuhkan, terutama dalam proses pembentukan komponen bangunan yang terbuat dari beton. Berbagai *uru- material dapat digunakan namun pemilihan jenisnya lebih ditentukan oleh pertimbangan teknis dan ekonomis. Sementara ini struktur secara tidak langsung menentukan kecepatan dalam menyelesaikan proyek konstruksi. !
I
,l ': rl
I I
:l I
till
Berdasarkan cara pengadaannya, fonnwork dapat dibentuk secara konvensional di lokasi proyek yang dikerjakan oleh tukang kayu di mana bentuk dan dimensinya disesuaikan dengan dimensi komponen sesuai dengan gambar rencana. Selain cata-aatapengadaan secara konvensional,
,urfut
dimungkinkan bahwa formwork diproduksi secara pabrikasi
denlan berbagai keuntungan dan kerugiannya. Perubahan yang mendasar pelaksanaan dengan adanya *lupurgur. fonnw ork pabrlkasi ini terj adi pada tatakelola Pengelolaan pemanfaatan formwork dalam pekJrjaan di menambah jumlah pihak yang terlibat di proyek akan pelaksanaan pemasangan dan pembongkaran menangani dalamnya, khusus untuk Hal ini akan berakibat pengecoran. formwirk sebelum dan setelah bertambahnya sub-kontrak dalam kontrak utama' Beberapa namaformworkpabrlkyang berada di Indonesia adalah PERI, DOKA. Pada prinsipnya kedua produsen fonnwork ini mempunyai sistem yang hampir sama. Berbagai macam bentuk disesuaikan dengan kegunaantrya, misalnya untuk kolom, balok, pelat lantai dan atap, dan ke[entingan lainnya yang sangat bervariasi. Ragam dari formworft pabrik ini mergituti gaya dan corak bangunan, karena pada prinsipnya eksistensinya harus mampu mengakomodasi ide-ide dari para perancang bangunan yang selalu berubah dalam periode waktu tertentu'
I
I
74
Eksplorasi Teknologi dalant proyek Konstruksi
l5.l Formwork pabrikasi untuk dinding (Sumber: PERI Handbook, 2000)
175
Formwork Pabrik
Gambar
Gambar
15.3 Formwork pabrikasi untuk kolom
(Sumber: PERI Handbook, 2000)
Gambar Gambar 15,2 Formwork pabrikasi untuk kolom
15.4 Sistem formwork pabrikasi untuk kolonr
(Sumber: PERI Handbook, 2000)
(Sumber: PERI Handbook, 2000)
F'ORMWORK PELAT lantai darr Perancah pabrikasi merupakan bagian dari sistem penyangga rrlr balok yang terbuat dari bahan baja serta kayu. Sistem Penyangga discbttt menggunakan komponen utama berbentuk pipa baja yang lazim dirp:rt ketinggiannYa mana prop di prop(loor sebagai pipe supportlsteel sebualt maka panjang yang .lltt'tr diatur. Untuk menjamin seruice life
176
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
prop digalvanis bagian dalam dan luarnya agar tahan terhadap
cuaca,
bahkan yang terburuk sekalipun.
Komponen-komponen utama lain yang membentuk sistem penyangga lantai adalah sebagai berikut ini:
Balok yang terbuat dari kayu yang ringan namun memiliki daya dukung tinggi, digunakan untuk balok melintang dan balok memanjang. Berat setiap meter panjang adalah 5 kilogram, yang setara dengan setengah dari berat rata-rata kayu biasa dengan kekuatan yang sama. Seluruh permukaan balok ini dapat dipaku, dimensinya dibuat sedemikian rupa agar mampu mendukung beban secara stabil, memiliki umur pemakaian yang panjang, serta tersedia untuk bentang di atas 12 meter. Jenis kayu untuk balok adalah jenis Damar yang diproses melalui tekanan tinggi. Komponen balok ini memiliki tingkat keawetan tinggi dan tahan terhadap segala cuaca karena kedua ujungnya dilapisi atau dikeling dengan bahan plastik untuk mencegah retak atau patah.
177
Fornmork Pabrik
Susunan sistem penyangga ini terdiri dari komponen paling bawah hingga komponen paling atas adalah penyangga lantai yang dibantu atau tidak dibantu kaki tiga, dudukan balok memanjang, balok memanjang. balok melintang, kemudian ditutup oleh papan setebal 18 mm. Untuk penyangga yang diletakkan di bawah bekisting balok, susunannya hampir ,ama dengan susunan penyangga lantai, tanpa komponen balok dan
papan. Sebagai tempat dudukan dasar balok digunakan komponen dud,rtan cetakan balok yang digalvanis. Lebar sisi atas komponen ini adalah 60 cm.
l)udukan balok, komponen ini berfungsi sebagai dudukan yang stabil untuk balok memanjang, terbuat daribaja yang digalvanis. Keberadaan komponen ini memungkinkan balok dipasang secara
tunggal maupun ganda dengan overlapping, karenanya pengaturan panjang-pendek bentang dengan mudah dapat dilakukan. Persyaratan overlapping yang diperkenankan (syarat minimum) adalah 500 mm untuk tiap sisi. Komponen berbentuk kaki tiga yang terbuat dari baja, mudah dilipat dan dilepas, berfungsi untuk menahan penyangga lantai. Penggunaan komponen ini memungkinkan penyangga lantai dapat berdiri sendiri sehingga memudahkan perakitan dan memberi stabilitas sistem struktur. Selain keempat komponen utama yang telah dijelaskan di atas, sistem penyangga ini juga terdiri dari bermacam-macam komponen pendukung, seperti dudukan berbentuk huruf U. Komponen ini memiliki fungsi yang sama seperti dudukan balok. Perbedaannya terletak pada bentuk yang berupa pelat U. Komponen tambahan yang berfungsi sebagai alat sambung antara komponen dudukan balok dengan penyangga lantai dan masih banyak lagi pelengkap lainnya.
Gambar 15.5 Sistem formwork pabrikasi untuk kolom (Surnber: PERI Handbook, 2000)
t79
Formwork Pabrik 178
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Gambar
15.8 Susunan sistem penyangga lantai dan balok
SCAFFOLDING Pada mulanya scaffolding yang terbuat dari pipa mngka baja didisain
untuk menyu"ggi'beban ringan dalam area kerja seperti
Gambar 15.6 Sistemformwork pabrikasi untuk kolom (Sumber: PERI Handbook, 2000)
pekerja.
Kontraktor kemudian mulai mencoba menggunakan scaffulding untuk menyangga bekisting karena memiliki bentuk yang menguntungkan dan sistem jick yarg dapat mengatur ketinggiannya' Setelah penggunaan scaffbliing sebagai p".,yu.,ggu bekisting semakin banyak dilakukan, ma'ka dira-sakan perlu untuk memperoleh data mengenai kaphsitas daya dukungnya sebagai suatu sistem karena beban-beban beton dan .bahan lainnyi jauh lebih berat dari beban yang dapat didukung sebuah. rangka scffiling Qnain frame). Data tentang kapasitas daya dukung sistem ,"igotaifitelah dikembangkan oleh Scffilding, Shoring, and Fonning tniittute melalui serangkaian tes dan uji coba pada bangunan tinggi. Komponen utama dari sistem penyangga scaffolding terdiri_dari rangka bracing atau (maii frame) dengan berbagai bentuk dan ukuran, diagonal 'cross-brace, dan u-heads, lock clamps, acljustable jack atau iack base, pemakaian coupling/join pin. selain komponen-komponen utama di atas, scffiliiig di lapangan biasanya dibantu dengan beberapa komponen tamUat anlang birfungsi untuk meningkatkan kegunaan atau menjamin kekuatan alat ini.
Garnherr 1.5"'l Susunan sistem penyangga lantai (Surnber: FERI Handbook, 2000)
Formwork Pabrik
Scaffolding memiliki beberapa kelebihan dibanding
t8t penyangga
tradisional yang menggunakan kayu dolken. Scaffolding dapat digunakan berulang kali, dapat digunakan di luar ataupun di dalam ruangan, lebih ekonomis karena mengurangi upah tukang kayu, memiliki bentuk yang relatif lebih rapi. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut di atas maka penggunaan scaffolding sebagai alat bantu serta alat penyangga dan penopang semakin luas dan disukai kontraktor.
Gambar 15.9 Sistem penyangga scaffolding
Main Frame atav rangka scaffulding terdiri dari berbagai tipe dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Tabel 15.1 Jenis, dimensi dan berat main frame JENIS TINGGI (m) LEBAR (m) BERAT A-1219 A-1217 B
A-t2ts A-1217 A A-917 A
A-717 S A-617 S A-617 F A-617 R
1.93
1.219
21.5
1.7
t.219
16.5
1.524
1.219 1.219
14.5
7
11.5
7
0.914
t4
7
0.162
t4
7
0.610 0.610 0.610 0.610
7
t2 11
A-717
7
0.762
t2 t6 t7
A-617 C
7
0.914
19
A-717 B
'7
t.219
T4
A-617
7 1
BAB 16
FORMWORKKHUSUS
PENDAHULUAN cetakan khusus adalah cetakan yang dirancang secara khusus untuk keperluan tertentu. cetakan ini dapat digunakan di tempat lain sejauh masih memiliki kesamaan struktur beton yang akan dicor. Cetakan ini dikembangkan umumnya untuk pengecoran dinding beton yang tinggi. Berbagai jenis cetakan khusus, yaitu:
r r r r
Climbing Fonnwork Slip Form
Auto Jump Form Traveler Form
CLIMBING FORMWORK Formwork jenis ini biasanya digunakan untuk pembentukan struktur beton dinding yang cukup tinggi (misalnya shear wall), di mana
penyokong/support mengalami berbagai macam kendala jika diberikan dari lantai dasar atau berasal dari struktur lain. Pemindahan climbing fonnwork pada arah vertikal guna pengecoran dinding yang terletak di atasnya dilayani oleh tower crane. Guna menyatukan climbingforruwork dengan komponen bangunan yang sedang dibentuk maka digunakan angker baut yang sengaja ditanam pada pada saat pengecoran. Posisi angker ini diletakkan pada tempat yang sesuai dengan posisi pada clitnbing formwork. Beberapa macam bentuk angker yang mungkin digunakan adalah sebagai berikut:
t8s
Forntwork Khusus
i' i
i I
i
i
Gambar 16.3 Salah satu bentuk angker (Sumber: PERI Handbook, 2000)
Tahap pelaksanaan pengecoran menggunakan climbing formwork ini adalah sebagai berikut:
r
Dinding bagian bawah dicor dengan menggunakan cetakan dinding biasa, tetapi angker baut untuk climbing formwork dipasang pada posisi yang sesuai dengan letak angker yang berada pada cetakan.
Gambar 16.l Penempatan angker pado ctintling
,a}fi;
I
Climbing formwork satu sisi dipasang pada angker baut yang telah dicor dan dilakukan penyetelan.
r
Pasang besi tulangan dinding, blockout yang diperlukan pada angker baut.
r
ffidb
Gambar 16.2 Bentuk angker
Climbing formwork sisi lain dipasang pada angker baut untuk pelaksanaan berikutnya.
r
Setelah pengecoran selesai climbing formwork dilepas ikatannya dari angker baut dan ditahan oleh tower crane untttk dipindah ke atas pada tahap pengecoran berikutnya.
E ks p loras
i
Tekno I ogi
dalant
t87
Fonnwork Khusus
r
Tahap 7, bekisting dipindahkan dengan arah vertical sesuai dengan elevasi dinding yang akan dicor.
I
Tahap 8, penyetelan bekisting pada posisi yang direncanakan dan dilanj utkan den gan proses pengecoran
Demikian seterusnya pergerakan datiformwork sistem ini bekerja sampai pekerjaan selesai. Keuntungan dari sistem ini adalah tidak diperlukan penyangga, terutama untuk dinding yang tinggi.
Tahap 1, siap cor
Tahap 2, selesai cor
Gambar 16.4 Climbing formwork
Bentuk lain dari clirnbing fonnwork di mana pergerakan vertikalnya dilakukan tanpa bantuan tower crane adalah sebagai birikut:
I t r r r
Tahap l,formwork pada posisi siap untuk dilakukan pengecoran. Tahap 2, setelah pekerjaan pengecoran selesai.
Tahap 3, bagian penggerak dilepaskan dari sistem angker yang ditanam dalam dinding.
Tahap 4, bagian penggerak dipindahkan arah vertikal sampai posisi lubang angker tepat pada lubang yang telah disiapkan pada dinding di atasnya.
Tahap 5, formwork diangker pada dinding sehingga posisi
penggerak terikat erat dengan dinding beton.
r
Tahap 6, bekisting dilepaskan dari beton yang telah cukup umur
Tahap 3, penggerak dilePas
Tahap 4, penggerak keatas
I
88
Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi
Tahap 5, penggerak diangker
l8e
Formwork Khusus
Tahap 6, bekisting dilepas
16.6 Aplikasi climbing formwork (Sumber: PERI Handbook, 2000)
Gambar
SLIP FORM
Tahap 7, bekisting ke atas
Slipformada|ahfonnworkyangdigeraktanvertikalkeatasdenganjack bertumpu pada batang baja bersamaan dengan proses plngl.o^. Jack Jackldongfuak dapat bulat atau pipa baja yang'ter;anam dalam beton' Penggunaan slipform dioperasikan secara rnu.,u"ut, elektrik atau hidrolik. struktur puiu ,*r*ya diaplikasikan untuk pelaksanaan pengecoran teton pada Silo, Pier, Menara, Cerobong' sebagai berikut: Tahap pelaksanaan menggunakan slipform adalah Tahap 8, bekisting diposisikan
Gambar 16.5 Tahapan pelaksanaan climbing formwork
r
dipergunakan Bagian bawah dari dinding dicor seperlunya untuk dari dasar jack sejak rod sedagai pedoman as dan menanam dinding.
r
langsung Seluruh permukaan panelformwork yang berhubungan dengan beton, diolesi minyak formwork' (setelah Slipform di-stel dan bertumpu pu!? i!:k rod gan irtu,, gu" dan b I o ckout y arrg d iperlukan dipasang)'
r
pemasan
l9t
Formwork Khusus
Setelah seluruhnya diperiksa maka pengecoran dapat dimulai dengan bantuan alat, misal concrete pump. Bila pekerjaan telah dimulai, supply beton dan besi harus dijamin lancar. Selama proses pengecoran, slipform digerakkan ke atas dengan dengan kecepatan 15-30 cm/jam.
jack
Pekerja di working platform bawah memeriksa dan memperbaiki permukaan beton baru.
Gambar 16.8 TamPak
dePan sliP
form
AUTO JUMP FORM Formwork ini merupakan pengembangan dari climbing fonnwork, di tower mana formwork ini dapat bergerak ke atas sendiri tanpa bantual struktur crane". Seperti slipform,jenis ini juga merupakan satu-kesatuan yang lengkap. Aito iump form biasanya digunakan untuk pengecoran core wall beton bertingkat. Sistem ini digunakan di Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1992 pada proyek Puri Exim di Jakarta. Cara kerja Auto Jump Fonn secara garis besar adalah sebagai berikut:
Gambar 16.7 Tampak samping slip form
I
Sebelum pemasangan perlu perencanaan tentang jumlah hidrolis
.jack(kapasrtastertentu)yangdiperlukansertaletakjackdart Pocket. Perakitan seluruh komponen auto jump
r form dilapangan' I Kaki dinding beton dicor seperlunya dengan menggunaklttt Di
samping untuk pedoman pengecorurr berikutnya dan penyetelan formwork, jtga untuk menyediakirtr po cket untuk keperluan operasional' cetakan beton biasa'
193
Formwork Khusus
Sel,uruh struktur fonnwork di-stel dan bertumpu pada pocket melalui shear key. Salah satu panel (tetap) pada dinding di stel pada kedudukannya (panel tersebut telah dilengkapi dengan shear key pocket).
I I
Pemasangan besi tulangan, blockout yang diperlukan dan spacer.
Panel dinding yang lain dipasang sehingga tertutup dan di-stel serta dipasangi form ties.
TRAVELER FORM Traveler form mumnya digunakan untuk pengecoran balok-jembatan sistem segmental. Formwork jenis ini bergerak maju secara horisontal sehingga iisebut traveler form, didisain khusus untuk keperluan tertentu
dan i-apat diaplikasikan di tempat lain sejauh sama bentuk dan ukurannya. Namun demikian formwork ini dapat dimodifikasi untuk
jembatan ukuran lain tetapi dengan penggunaan yang terbatas'
Pengecoran dinding dimulai setelah dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan.
Setelah enam jam panel tetap direnggangkan dan panel geser dibuka dengan cara menggeser. Setelah struktur formwork diangkat dengan tumpuan dipindah
pada kaki jack rod dengan hidrolis jack ke atas sampai mencapai
pocket di atas. Tumpuan struktur fonnwork dipindahkan ke pocket dengan shear key, dst.
-__ _, +---
Gambar 16.10 Sistem traveler form (Sumber: PERI Handbook, 2000)
ll
1..---i
Gambar 16,9 Auto Jump Form (Sumber: PERI Handbook, 2000)
195
Formwork Khusus
Gambar 16.12 Tahap l, pergerakan travelerform
Tahap 2, dilakukan pemasangan long beam support bagian atas dengan cara digantungkan pada traveler form sehingga terikat erat pada posisi yang dikehendaki seperti tampak pada Gambat 16.13. hurgri dari long beam support adalah untuk mendukung bekisting yang nanti akan dipasang.
Gambar 16.ll Stereometri sistem travelerform (Sumber: PERI Handbook, 2000)
Traveler form merupakan struktur rangka baja yang beratnya sekitar 30% dari berat segmen beton yang dipikulnya. Struktur formwork ini duduk pada segmen beton yang telah selesai di-cor dengan sistem baut dan
Long Beanr Support
angker.
Urutan pemasangan dapat dilihat pada gambar berikut:
r
Tahap l, posisi dari traveler (berupa rangka baja yang dilengkapi dengan rel atau sejenisnya untuk kemudahan pemindahan arah horisontal) ditempatkan di atas dari segmen beton yang telah dicor lebih dahulu seperti tampak pada Gambar 16.12.
Gambar 16.13 Tahap
2, pasang long beam support atas
Tahap 3, setelah long beam support bagian atas terpasang kemudian dilanlutkan dengan p"*uturrgutt long beam support bagian-bawah dengan digantungkan pada traveler form seperti tampak pada Gambar rc.l4.Fungsi loig beam support bagian bawah ini untuk mendukung bekisting dinding luar dan bagian bawah.
196
Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi
197
Formwork Khusus
Long Beanr Support (atas)
Long Beam Support (bawah) Bekisting bagian bawah
Gambar 16.14 Tahap
3,
pasang long beam support bagian bawah
Gambar 16.16 Tahap Tahap 4, setelah long beam support bagian bawah terpasang dengan baik dilanjutkan dengan pemasangan bekisting bagian bawah yang diletakkan di atasnya. Sistem bekisting yang akan digunakan tentu telah dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipasang, seperti tampak pada Gambar 16.15.
5,
pasong bekisting dinding bagian luar
Tahap 6, setelah bekisting dinding bagian luar terpasang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dinding bagian dalam seperti tampak pada Gambar 16.17.
Hammer Head
Long Beam Support (atas)
Beam Suppon (bawah)
Bekisting bagian bau'ah Bekisting bagian bawah
Gambar 16.15 Tahap
4,
pasang bekisting bagian bawah
Tahap 5, setelah bekisting bagian bawah terpasang dengan benar maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dinding bagian luar seperti tampak pada Gambar 16.16.
Gambar 16.17 Tahap
6,
pasang bekisting dinding bagian dalam
Tahap 7, setelah bekisting semua terpasang dengan baik dan bcrr||r maka dapat dilakukan pengecoran agregat beton'
198
Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi
t99
Fornwork Klrusus
Harrrrrrer Head
Bekislillg dhrding dalam
Bekisting bagian luar
Bekisting bagian bawah
Bekisting bagian barvah
Gambar 16.20 Tahap 9' bekisting dinding luar dilepas
Gambar 16,18 Tahap 7, pengecoran agregat beton
Tahap 8, setelah pengecoran satu segmen diselesaikan dan beton telah cukup umur maka dapat dilakukan pengecoran untuk segmen berikutnya. Mula-mula traveler digerakkan maju sesuai dengan rencana seperti tampak pada Gambar 16.19.
Tahap 10, setelah bekisting terlepas dari beton yang telah cukup umui maka dilanjutkan dengan menggerakkan traveler rangka maju bersama-sama dengan bekisting yang telah terlepas seperti pada Gambar 16.21.
+ o
Hanrmer Head
Hammer Head
s
.ong Beanl Support (atas)
+
Beam Support (bawah)
Bean Suppon (atas)
Beam Support (bawah)
Bekisting bagian luar
Bekisting bagian luar
I
B.ki.ting bagim bawah
Bekisting bagian bawah
Gambar 16.21 Tahap
10, traveler bersama bekisting luar bergerak maju
Gambar 16,19 Tahap 8, trayeler digerakkan maju
Tahap 9, setelah traveler pada posisi yang dikehendaki dilanjutkan dengan pelepasan bekisting bagian luar seperti tampak pada Gambar 16.20.
Tahap 11, bekisting luar dipasang sesuai dengan rencana sedangkan bekisting dalam masih pada posisi awal.
i
200
E ltsp I oras
i
Te kno
lo gi da
Ia
m p roye k Kon
st ruks
i
DAFTARPUSTAKA 1.
ACI,
1996, Design Recommendations
fo,
Precast
Concrete
Structures. 2.
Gambar 16.22 Tahap I l, bekisting luar dipasang 3.
Allen E., 198 5, The Professional Handbook of Building Construction, John Wiley & Sons, New York.
Antill J.M., 1988, Civil Engineering Construction, McGraw-Hill Book Company, New York.
12, bekisting bagian dalam bergerak maju setelah pembesian lahp diselesaikan seperti taampak pada Gamb ar 16.23.
4. 5.
6.
7.
Bekisting bagian luar Bekisling bagian bawah
Gambar 16.23 Tahap
12, bekisting bagian clalam bergerak maju
Beton Elemenindo Perkasa, Bandung
Dunham, C.W., 1984, The Theory and Practice of Reinforced Concrete,McGraw-Hill Book Company, New York. Elliott, K.S., Tovey, A.K., Precast Concrete Frame Building.
8.
FIP Recommendation, 1986, Design of Precast Concrete Structures, London.
9.
Gerwick, 1993, Construction of Prestressed Conrete Structure, Joltn Wiley & Sons, New York.
(at6) (bawah)
Beton-Verla g, 1978, Precast Concrete Connection Details.
10. Hansson 8., 1996, Precast Concrete Box Units - A Case Study, Departement of Construction Management, Lund University, Lund, Sweden.
ll.
Koncs T.,1979, Manual of Precast Concrete Construction, Berlin'
t2. Kriswandono, 1996, "Telaah dan Kendala Aplikasi Unitized System", Kons trul
13.
202
Eksplorasi Teknologi dalam prq,ek Konstruksi
15. Murdock,
Brook, 1979, Concrete Materials and Practice, Edwar
Arnold Ltd., London. 16. Nawawi H.H., Martin, H.M., 1996, Penelitian Terapan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 17. Oglesby,
1
98
9,
P roductivity Improvenxent
in
C ons
truction, McGraw -
Hill Book Company, New York. 18.
PCI,1965, Connections in Precast Concrete Structures Strength of Corbels, Prestressed Concrete Institute, Chicago, Illinois.
t9. PERI,2000, 20.
Handbook.
Pribadi K.S., Fatima I., Thomas S.,1991, "Penerapan pelat Berongga Prategang Pracetak dalam Rangka (Jsaha Rasionalisasi dan Standarisasi Pernbangunan di Indonesia", Seminar Universitas Parahyangan, Bandung.
21. Richardson, Precast Concrete Production, Cement and Concrete Association. 22.
Ryan, W.I, Samarin
A.,
1992, Australian Concrete Technology,
C.,
1969, System Building Constructions
Sydney. 23.
Schmid
T.,
Testa
Mo dul a i r e s, Artemis Zurich. 24. Seeley,
LH., 1972, Building Econornics,McMillan.
25. Sheppard,
Phillips, 1989, Plant-Cast Precast and
Prestressed
Concrete, McGraw-Hill Book Company,New York. 26. Short,
A.,
1968, Lightweight Concrete, CR Books Ltd, London.
27. Sigalov, E., Strongin, 1962, Reinforced Concrete Foreign, Moscow.
F., 1965, Formwork Hall Ltd., London.
28. Snow,
for Modern
Structures, Chapman and
29. Soeharto Iman, 1995, Manajemen Proyek, Penerbit Erlangga, Jakarta.
D.J., 1985, Productivity Engineering and Management, McGraw-Hill Book Company, New York.
30. Sumanth,
31. Sunito, F.S., Singkali W., 1990, "Optimasi Struktur Melalui Pengg:unaan Betoi Pracetak pada Bangunan Gedung", Seminar Optimasi Struktur Lab. Struktur ITB, Bandung' 32. Suprobo P., 1996, "Rumah susun sederhana Pracetak'' Stadium General Himpunan Mahasiswa Sipil universitas Muhamadiyah, Yogyakarta. 33. Waddell,
Dobrowski, lgg3, concrete construction Handbook,
McGraw-Hill Book Company, New York'
34. Warszawski A., 1990, Industrialization and Robotics in Building, Harper & Row, Publishers, New York' 35. Wilson, F., 1984, Building Material Evaluation Handbook,Yan Nostrand Reinhold Company, New York' 36. Winter, Nilson, 1979, Design of Concrete Structure,Tokyo'
CATATAN:
BIOGRAFI Wulfram I. Ervianto, lulus sarjana Strata 1 dari Jurusan
Sipil
Fakultas Teknik Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta tahun 1990. Bekerja di p.T. Waskita Karya Jakarta sejak 1990 dan ditempatkan di Cabang VII Jawa Tengah, Semarang. Selama bekerja terlibat di beberapa proyek sebagai site engineer dan Kepala proyek
diantaranya Proyek PLTA Tulis
di
Banjamegara,
Proyek Perum Perumnas cabang v di Semarang, proyek pembangunan Jembatan Rangka Baja di Bantarsari cirebon, proyek Irigasi Jawa Tengah (PIJT) Paket 12 di Pati Jawa Tengah.
Mulai bulan Juni 1993 bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, mengasuh mata kuliah antara lain Manajemen Konstruksi, Mekanika Rekayasa. Tahun 1995 melanjutkan studi lanjut di Institut Teknologi Bandung konsentrasi Manajemen dan Rekayasa Konstruksi. Melakukan penelitian tentang Kajian potensi Penggunaan Beton Pracetak di Indonesia sebagai bahan Tesis. program ini diselesaikan tahun 1997 kemudian kembali mengajar di Strata I dan Magister Teknik, Konsentrasi Manajemen Konstruksi program Pascasaqjana Universitas Atma Jaya yogyakarta sampai sekarang. Buku yang pernah diterbitkan adalah Analisis Struktur Statik Tertentu, Manajemen Proyek Konstruksi, Teori-Aplikasi Manajemen proyek Konstruksi, Soal Penyelesaian Analisis Struktur Statik Terientu.