Data Penawaran Teknis ini merupakan bagian dari Dokumen Penawaran secara keseluruhan
dari
PT.
WARTHA
BAKTI
MANDALA
untuk
pekerjaan
PENYUSUNAN PETA RISIKO BENCANA DI KECAMATAN ABANG DAN KUBU Dalam Dokumen Usulan Teknis ini terdapat beberapa bagian yaitu :
1.
DATA ORGANISASI PERUSAHAAN
2.
DAFTAR PENGALAMAN KERJA
3.
URAIAN PENGALAMAN KERJA
4.
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK
5.
PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA
6.
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
7.
FASILITAS PENDUKUNG
8.
KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
9.
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
10. PENUTUP
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian dokumen ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Denpasar, Juli 2013 PT. WARTHA BAKTI MANDALA
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
1.1.
UMUM
PT. WARTHA BAKTI MANDALA didirikan pada tanggal 10 Mei 1996 dengan tujuan menyediakan layanan jasa konsultan bagi pihak pemerintah maupun swasta khususnya keahlian jasa konsultan di bidang Perencanaan Kota dan Wilayah sesuai dengan tuntutan pembangunan di masa mendatang.
Untuk menunjang tujuan tersebut PT. WARTHA BAKTI MANDALA telah membina sumber daya manusia sesuai dengan bidang keahlian tersebut di atas, baik tetap maupun paruh waktu.
VISI PT. WARTHA BAKTI MANDALA adalah menjadi konsultan profesional untuk menjadi bagian dalam kegiatan perencanaan pembangunan di Provinsi Bali maupun nasional
MISI PT. WARTHA BAKTI MANDALA : 1. Meningkatkan daya saing kualitas dan kuantitas SDM 2. Membangun kemitraan yang sehat dengan pemberi kerja dan antar penyedia jasa konsultan 3. Memperluas bidang jasa layanan dan wilayah pelayanan 4. Menyediakan layanan konsultasi yang berkualitas dalam melaksanakan pekerjaan 5. Menjunjung
tinggi
etika
profesi
dalam
melaksanakan
pekerjaan
konsultansi
1
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam melaksanakan proyek-proyek tersebut PT. WARTHA BAKTI MANDALA senantiasa berusaha memberikan yang terbaik, karena pekerjaan ditangani oleh tenaga ahli - tenaga ahli yang profesional dan berpengalaman, serta disesuaikan dengan yang diisyaratkan dalam lingkup pekerjaan proyek.
1.2.
DATA ADMINISTRASI
1. Pendirian Perusahaan PT. WARTHA BAKTI MANDALA didirikan di Denpasar pada tanggal 10 Mei 1996 dengan Akte Notaris I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH Nomor 28, adalah
perusahaan
yang
bergerak
dibidang
jasa
konsultan
dan
berkedudukan di Kota Denpasar. Perubahan Akte Pendirian Perusahaan tertanggal 31 Desember 2002 Nomor 49 dengan Notaris I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH. 2. Data Administrasi 1. Nama Badan Usaha
:
PT. Wartha Bakti Mandala
2. Status Badan Usaha
:
Kantor Pusat
3. Alamat Badan Usaha
:
Jalan Trengguli Gg. XII/5 Denpasar
No. Telepon
:
0361 – 463 564
No. Fax
:
0361 – 463 564
E-mail
:
[email protected]
3. Izin Usaha, Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) No. IUJK
:
No.
1-002216-5171-1- Tanggal
00027 Masa berlaku izin usaha Instansi
Pemberi
5
Mei
2010
: 5 Mei 2013
izin : Pemerintah Kota Denpasar
Usaha
2
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
4. Izin Lainnya, Sertifikat Badan Usaha (SBU) No. Surat Uzin SBU
: 1-5171-5-08-1-22-002216
Masa berlaku izin usaha
: 28 April 2011 tanggal 28 April 2014
Instansi
Pemberi
izin : LPJK
Usaha
5. Landasan Hukum Pendirian Badan Usaha 1. Akta Pendirian PT a. Nomor Akta
: 28
b. Tanggal
: 10 Mei 1996
c. Nama Notaris
: I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH
2. Akta Perubahan Terakhir a. Nomor Akta
: 49
b. Tanggal
: 31 Desember 2002
c. Nama Notaris
: I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH
6. Pengurus A. Komisaris Jabatan
No. Nama
No. KTP
I.
Ir. Wayan Hartana
5103051110540001
Komisaris
II.
Dra. Ni Wayan Sulasih
5171027112660014
Komisaris
III.
Ir. PMG. Jiwa Duarsa, 5171040604680002
Dalam
Perusahaan
Direktur
MM
B. Direksi/Pengurus Badan Usaha/Kemitraan No. Nama
No. KTP
I.
5103051110540001
Ir. Wayan Hartana
Jabatan Dalam Perusahaan Komisaris
3
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
II.
Dra. Ni Wayan Sulasih
5171027112660014
III.
Ir. PMG. Jiwa Duarsa, MM 5171040604680002
Komisaris Direktur
C. Data Keuangan
1. Susunan Kepemilikan Saham Perse No Nama
No. KTP
Alamat
ntase (%)
1
2
Dra.
Ni
Wayan 5171027112660014
Jl. Trengguli XVII/3 25
Sulasih
Denpasar
Ir. PMG Jiwa Duarsa, 5171040604680002
Jl.Tk.Yeh
MM
Gg.VII-1/BX
Aya 15
Denpasar 3
Ir. Wayan Hartana
5103051110540001
Br.Jaba
15
Tengah,Kel.Pemoga n 4
5
6
Ir. Tumpal Herry.H.
Ir. Arif Yoga Samekto
Ir.
I
Made
196603120260/090
Jl.Sapujagat D3/47 15
3005
Bandung
196703260082/020
Perumnas
3046
94/1 Bandung
Arca 5171032309670004
Eriawan, MM
Jl.
P.
Sarijadi 15
Serangan 15
KNH 41 Denpasar
2. Pajak
4
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
a.
Nomor
Pokok
Wajib : 01.777.450.6-904-000
Pajak b.
: Bukti
Laporan
Pajak
No. 90403000004874 Tanggal 29 April 2011 (Terlampir)
Tahun Terakhir c. Laporan Bulanan
Laporan (tiga
bulan : Oktober
terakhir) :
:
No.
S-
01033784/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2011
1) PPh Pasal 21
Tanggal 21 Nopember 2011 (terlampir) Nopember
:
No.
S-
01037090/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2011 Tanggal 21 Desember 2011 Desember
:
No.
S-
01002333/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2012 :
Tanggal 20anuati 2012
2) PPh Pasal 25/Pasal 29
Oktober
:
No.
S-
01033782/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2011 Tanggal 21 Nopember 2011 Nopember
:
No.
S-
01037093/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2011 :
Tanggal 21 Desember 2011 Desember
:
No.
S-
01002319/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2012 3) PPN
Tanggal 20 Januari 2012
Oktober
:
No.
S-
01033783/PPN1111/WPJ.17/KP.0403/2011 Tanggal 21 Nopember 2011 Nopember : No. Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan 01037092/PPN1111/WPJ.17/KP.0403/2011 Abang dan Kubu Tanggal 21 Desember 2011
5
S-
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
1.3.
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
Struktur Organisasi Perusahaan PT. WARTHA BAKTI MANDALA seperti tergambar pada diagram berikut. Gambar 1.1 DIAGRAM ORGANISASI PERUSAHAAN PT. WARTHA BAKTI MANDALA
6
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
2.1.
UMUM
Unggulan layanan PT. Wartha Bakti Mandala adalah pada Bidang Tata Lingkungan pada Sub Bidang Jasa Perencanaan Urban. Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar dan sesuai ragam keahlian tenaga ahli yang dimiliki, maka bidang layanan diperluas ke sub Bidang lainnya dan Jasa Non Konstruksi.
Berdasarkan perkembangan waktu, jenis pekerjaan yang tertuang dalam Sertifikat Badan Usaha Jasa Konsultan terdiri dari Jasa Konsultansi Konstruksi dan Non Konstruksi. Lingkup pekerjan tersebut adalah : Jasa Konsultansi Konstruksi : No
Bidang
Sub Bidang
1
Tata Lingkungan
Jasa Konsultansi Lingkungan Jasa Perencanaan Urban Jasa
Nasehat
/Pradesain
tata
lingkungan lainnya 2
Jasa Nasehat /Pra desaig dan DED
Sipil
Bagunan
Jasa Konsultansi Non Konstruksi : No
Bidang
Sub Bidang
1
Pengembangan
Pertanian Prasaran Sosial dan Pengembangan
dan Perdesaan
/Partisipasi Masyarakat Perkebunan
dan
mekanisasi
7
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Pertanian Kehutanan Perikanan 2
Keuangan
Manajemen Keuangan Perusahaan
3
Kependudukan
Sub Bidang Kependudukan lainnya
4
Jasa Survey
Survey teristris Pengindraan Jauh Sistem Informasi Geografis
5
Jasa
Konsultansi Pelatihan dan Pengembangan SDM
Manajemen
Dalam kegiatan usahanya, PT. Wartha Bakti Mandala selain telah mengerjakan proyek-proyek sesuai keahliannya di Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, juga telah bekerjasama dengan Konsultan dari daerah lain untuk menggarap
pekerjaan-pekerjaan dengan skala nasional.
8
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
PT. Wartha Bakti Mandala selain telah mengerjakan proyek-proyek sesuai keahliannya di Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, juga telah mulai mengerjakan pekerjaan konsultansi skala nasional di Kementerian dan Lembaga dan bekerjasama dengan Konsultan dari daerah lain maupun lembaga perguruan tinggi,
Besar harapan kami, sesuai sumber daya manusia yang kami miliki saat ini kami tetap dapat secara profesional mengerjakan semua lingkup pekerjaan di atas jika diberi kepercayaan dan kesempatan. Dalam perjalanannya, PT Wartha Bakti Mandala sudah banyak memperoleh kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi core bisnisnya yaitu di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, Tata Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Beberapa layanan kerjasama yang telah dilakukan meliputi kerjasama dengan : 1.
Kementerian Pekerjaan Umum
2.
Kementerian Kelautan dan Perikanan
3.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
4.
Bank Dunia (World Bank)
5.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali
6.
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali
7.
Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Provinsi Bali
8.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali
9.
Dinas Perkebunan Provinsi Bali
10. Setwilda Kabupaten Tabanan 11. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng 12. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tabanan 13. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Denpasar 14. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Badung 15. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar 16. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Klungkung 17. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangli 9
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
18. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana 19. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karangasem 20. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buleleng 21. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem 22. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tabanan 23. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Badung 24. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Denpasar 25. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gianyar 26. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng 27. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Buleleng 28. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar 29. Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar 30. Kerjasama dengan LSM 31. Kerjasama dengan Universitas Udayana 32. Kerjasama dengan Universitas Warmadewa
10
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
DAFTAR PENGALAMAN KERJA SEJENIS 10 (SEPULUH) TAHUN TERAKHIR PT. Wartha Bakti Mandala No .
Pengguna Jasa/Sumber Dana
1 1
2
Nama Paket Pekerjaan
2
Lingkup
Priode
Layanan
3
4
Orang Bulan
5
6
7 Feb. 2000 –
11/2
Bappeda Kab.
Penyusunan Rencana
Tata
Badung/APBD
Induk Objek Wisata
Lingkungan/ 27
Kab. Badung
Sangeh di Kecamatan
Perencanaa 2000
Abiansemal
n Urban
Bappeda Prov.
Penyusunan
Tata
Bali/APBD Prov.
Pengembangan
Lingkungan/ –
Bali
Kawasan Tertinggal
Perencanaa 2000
Proyek
n Urban
Maret
26 sept. 2000 24
Des.
Nilai Kontrak
Mitra Kerja
7
8 Rp.
-
102.092.000,-
7/3
Rp.
-
194.546.500,-
Pengembangan Kawasan Tertinggal Tersebar di 9 (Sembilan) Kab./Kota 11
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
3
Bappeda Kab.
Penyususunan
Revisi Tata
Jembrana/APBD
Rencana Tata Ruang Lingkungan/ – 6 Dsember
Kab. Jembrana
Wilayah
Bappeda Bali/APBD Bali
Prov. Pengelolaan
16 Agst 2002
Sumber Lingkungan/ –
Alam
Pesisir
Rp.
-
143.995.500,-
n Urban
Provinsi Penyusunan Profil dan Tata
Daya
6/4
(RTRW) Perencanaa 2000
Kabupaten Jembrana 4
24 Juli 2000
14
9/4
Des
Rp.
-
293.925.000,-
Wilayah Perencanaa 2002
dan
Laut n Urban
Kabupaten Buleleng 5
Dinas
PU
Bali/APBD Bali
Prov. Penyusunan Prov. Kawasan Jalur
RDTR Tata
21 Juni 2002
Sepanjang Lingkungan/ –
rencana
18
7/6
Des
Rp.
-
284.493.000,-
Jalan Perencanaa 2002
Arteri Beringkit-Batuan n Urban Purnama 6
Dinas PU Prov. Bali Penyusunan Kawasan
RUTR Tata
13 Juni 2003
Perkotaan Lingkungan/ –
(Sarbagita)
9
9/6
Rp.
-
379.973.000,-
Perencanaa Desember n Urban
2003
12
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
7
Disbudpar
Kab. Program
Inovatif Tata
Buleleng/APBD
Implementasi
Kab. Buleleng
Samudera Berbasis
Lingkungan/ –
21
5/4
Agst
Rp.
-
393.008.000,-
Kertih Perencanaa 2004 Partisipasi n Urban
Masyarakat Kawasan
22 April 2004
di Pariwisata
Lovina 8
BPMD
Prov. Penyusunan
Peta Tata
Bali/APBD
Prov. Pembangunan
Desa Lingkungan/ 4 Nov. 2006
Bali
Melalui
8 Mei 2006 –
3/6
Rp.
-
305.013.500,-
Kegfiatan Perencanaa
Menggagas
Masa n Urban
Depan Desa (MMDD) 9
Dinas
PU
Bali/APBD Bali
Prov. Sosialisasi dan
Tata
Prov. Pembahasan Draf
Lingkungan/ 2 Des 2006
Peraturan Gubernur
Perencanaa
tentang RDTR
n Urban
6 Juni 2006 –
10/6
Rp.
-
575.070.000,-
Kawasan Teluk Benoa
13
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
10
Bappeda Kab.
Inventarisasi dan
Tata
Karangasem/APB
Evaluasi Keluarga
Lingkungan/ –
D Kab.
Miskin
Perencanaa 2006
Karangasem 11
19 Juni 2006 19
6/5
Nop.
Rp.
-
571.000.000,-
n Urban
Bappeda Kota
Penyusunan Pedoman
Tata
1 Agst. 2006
Denpasar/APBD
Teknis Pembangunan
Lingkungan/ –
Kota Denpasar
Kota Denpasar
Perencanaa 2006
28
10/4
Nop.
Rp.
-
487.795.000,-
n Urban 12
Satker Dinas
Penyusunan Rencana
Tata
6 Sept. 2006
Perikanan dan
Pengembangan
Lingkungan/ –
Kelautan Prov.
Kawasan Konservasi
Perencanaa 2006
Bali/APBD Prov.
Laut Daerah Di
n Urban
Bali
Provinsi Bali
4
Des.
3/3
Rp.
-
83.980.000,-
14
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
13
BPMD
Prov. Penyusunan
Tata
Bali/APBD
Prov. Pengembangan
Lingkungan/ 4 Des. 2007
Bali
Kawasan Perdesaan
Perencanaa
Terpadu Berbasis
n Urban
5 Juni 2007 –
9/6
Rp.
-
477.845.500,-
Komunitas pada Wilayah Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem (Kawasan Desa Tembok dan Tianyar) 14
Bappeda
Prov. Pekerjaan Kajian
Tata
Bali/APBD
Prov. Penyusunan
Lingkungan/ 28 Des 2007
Bali
Pengendalian
Perencanaa
Pemanfaatan Ruang
n Urban
2 Juli 2007 –
8/6
Rp.
-
285.010.000,-
pada Kawasan Strategis
15
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
15
16
Bappeda
Kab. Penyusunan Rencana
Tata
15 Agst. 2007
Gianyar/APBD Kab. Detail Tata Ruang
Lingkungan/ –
Gianyar
(RDTR) Kecamatan
Perencanaa 2007
Gianyar
n Urban
Dirjen
Kelautan, Mitigasi Kerusakan
Pesisir dan Pulau- Terumbu Karang Pulau Direktorat dan Laut
28
Des.
Tata
13
Agust.
Lingkungan
2007
–
Kecil Untuk Kegiatan
10/4,5
Rp.
-
273.000.000,-
12/4
13
Rp.
-
197.510.000,-
Des. 2007
Pesisir Perikanan dan Wisata Bahari Kabupaten Buleleng Propinsi Bali
17
Bappeda
Kab. Penyusunan Zoning
Tata
20 Juni 2007
Badung/APBD Kab. Regulation
Lingkungan/ –
Badung
Pembangunan di
Perencanaa Nopember
Kawasan Seminyak,
n Urban
2007
Tata
9 Juli 2007 –
7/5
16
Rp.
-
207.171.000,-
Legian dan Kuta 18
Bappeda Klungkung
Kab. Survey dan Pemetaan Revisi Jalur Hijau
Lingkungan/ 5
Nopember
Kabupaten Klungkung
Perencanaa 2007
9/4
Rp.
-
365.783.000,-
n Urban 16
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
19
BPMPD Prov.
Penyusunan
Tata
15 Mei 2008
Bali/APBD Prov.
Pengembangan
Lingkungan/
– 17 Nop.
Bali
Kawasan Perdesaan
Perencanaa
2008
Berbasis Masyarakat
n Urban
7/6
Rp.
-
426.783.000,-
pada Lintas Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng (Kawasan Desa Pupuan dan Desa Subuk) 20 .
Dirjen Penataan
Peningkatan
Tata
5 Juni 2008 –
Ruang/APBN
Pelaksanaan Penataan Lingkungan/ 5 Des. 2009
28/18
Rp. 4.704.000.675,-
PT. Lenggogeni
Ruang Kawasan
Perencanaa
dan PT.
Metropolitan Sarbagita
n Urban
Arcende
(Denpasar-BadungGianyar-Tabanan) Propinsi Bali
17
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
21
Satker PKP
Pekerjaan Penyusunan Tata
20 April 2010
.
Bali/APBN
Strategi
Lingkungan/ –
Pengembangan
Perencanaa Desember
Permukiman dan
n Urban
2010
13 Okt. 2010
7/8
15
Rp.
-
950.576.000,-
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Denpasar 22 .
Bappeda Kab.
Pekerjaan Evaluasi
Tata
Jembrana/APBD
RPJMD Kabupaten
Lingkungan/ –
Kab. Jembrana
Jembrana
Perencanaa 2010
13
2/2
Des.
Rp.
-
43.300.000,-
n Urban 23
Satker PKP
Penyusunan Strategi
Tata
18 Mei 2011
.
Bali/APBN
Pembangunan
Lingkungan/ –
Permukiman dan
Perencanaa Desember
Infrastruktur Perkotaan
n Urban
13
9/7
Rp.
-
801.141.000,-
2011
(SPPIP) Kabupaten Tabanan
18
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
24 .
Bappeda Propinsi
Penyusunan Rencana
Tata
30 Mei 2011
Bali/APBD
Rinci Tata Ruang
Lingkungan/ –
Propinsi Bali
Kawasan Strategis
Perencanaa Nopember
Pariwisata Air Sanih di
n Urban
2011
1
8/6
30
Rp.
-
427.185.000,-
Kabupaten Buleleng 25
Bappeda kab.
Penyusunan rencana
Tata
.
Bangli/APBD
Detail Tata Ruang
Lingkungan/ 2011
Kab.Bangli
Kecamatan Kintamani
Perencanaa Desember
26 .
27 .
n Urban
2011 2
Agustus –
13
Dinas PU Propinsi
Penyusunan Prosedur
Tata
Agustus
Bali/APBD
Insentif dan
Lingkungan/ 2011
Propinsi Bali
Disinsentif
Perencanaa Desember
Pemanfaatan Ruang
n Urban
2011
Bappeda Litbang
Penyusunan
Tata
14 Juni 2011
Kabupaten
Rancangan Peraturan
Lingkungan/ –
Badung/APBD
Daerah RDTR
Perencanaa September
Kab. Badung
Kecamatan
n Urban
–
7/4,5
Rp.
-
337.672.000,-
8/5
29
Rp.
-
234.603.000,-
2/3
Rp. 97.691.000
-
12
2011
19
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
28 .
29 .
Bappeda Kota
Penyusunan Rencana
Tata
23 Mei 2011
Denpasar/APBD
Rinci Kawasan
Lingkungan/ – 19 Oktober
Kota Denpasar
Strategis Kota
Perencanaa 2011
Denpasar
n Urban
Bappeda dan PM
Penyesuaian dan
Tata
Kab.
Sosialisasi
Lingkungan/ 2011
Jembrana/APBD
Rancangan Peraturan
Perencanaa Nopember
Kab. Jembrana
Daerah RTRW
n Urban
2011
18
22
Agustus –
8/5
Rp.
-
187.275.000,-
6/3
20
Rp.
-
119.680.000,-
Kabupaten Jembrana 30 .
31 .
Bappeda
Penyusunan Kajian
Tata
Oktober
Kab.Tabanan/APB
Lingkungan Hidup
Lingkungan/ 2011
D Kab. Tabanan
Strategis (KLHS) Kab.
Perencanaa Desember
Tabanan
n Urban
2011
Bappeda kab.
Penyusunan Kajian
Tata
11 Nopember
Klungkung/APBD
Lingkungan Hidup
Lingkungan/ 2011
Kab. Klungkung
Strategis (KLHS)
Perencanaa Desember
Kabupaten Klungkung
n Urban
–
–
5/2
3
11
Rp.
-
91.400.000,-
5/1
Rp.
-
49.390.000,-
2011
20
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
32 .
Dinas Peternakan,
Belanja Jasa
Tata
Kelautan dan
Konsultansi Pemetaan
Lingkungan/ –
Perikanan Kab.
Wilayah Tambak,
Perencanaa 2011
Karangasem
19 April 2011 17
6/2
Rp. 78.639.00,-
-
Juni
n Urban
21
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam perjalanan selama usahanya, PT Wartha Bakti Mandala sudah banyak memperoleh kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi core bisnisnya yaitu di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, Tata Lingkungan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
Namun
demikian
sesuai
dengan
tuntutan
kebutuhan pasar dan sesuai ragam keahlian tenaga ahli yang dimiliki, maka bidang layanan diperluas ke sub Bidang lainnya dan Jasa Non Konstruksi.
Dalam usianya yang remaja ini, PT. Wartha Bakti Mandala selain telah mengerjakan proyek-proyek sesuai keahliannya di Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, juga telah bekerjasama dengan Konsultan dari daerah
lain
pekerjaan
untuk menggarap dengan
skala
pekerjaan-
nasional
di
Kementerian dan Lembaga dan bekerjasama dengan Konsultan dari daerah lain maupun lembaga perguruan tinggi. Beberapa pengalaman utama PT. Wartha Bakti Mandala yang diakui
22
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
kualitasnya secara Nasional dan sejenis dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan antara lain : 1. Penyusunan Zoning Regulation Pembangunan di Kawasan Seminyak, Legian dan Kuta Kabupaten Badung. 2. Mitigasi Kerusakan Terumbu Karang Untuk Kegiatan Perikanan dan Wisata Bahari Kabupaten Buleleng Propinsi Bali 3. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis Kota Denpasar 4. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Konservasi Laut Daerah Di Provinsi Bali 5. Sosialisasi dan Pembahasan Draf Peraturan Gubernur tentang RDTR Kawasan Teluk Benoa 6. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli 7. Perencanaan Pembangunan Wilayah Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi, Sosial Budaya, Pelaku
Usaha Perikanan
dan Masyarakat Pesisir
Kabupaten Gianyar 8. Peningkatan Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan
Metropolitan
Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan) Propinsi Bali 9. Program Inovatif Implementasi Samudera Kertih Berbasis Partisipasi Masyarakat di Kawasan Pariwisata Lovina Kabupaten Buleleng 10. Penyusunan RDTR Kawasan Sepanjang Jalur rencana Jalan Arteri Beringkit-Batuan Purnama. 11. Penyusunan Pedoman Teknis Pembangunan Kota Denpasar 12. Penyusunan Profil dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Buleleng 13. Pekerjaan Kajian Penyusunan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Strategis Provinsi Bali 14. Penyusunan Pengembangan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat pada Lintas Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng (Kawasan Desa Pupuan dan Desa Subuk)
23
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
15. Penyusunan Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu Berbasis Komunitas pada Wilayah Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem (Kawasan Desa Tembok dan Tianyar) 16. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Pariwisata Lebih 17. Penyusunan Rencana Sempadan Pantai Kabupaten Badung 18. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Sepanjang Jalan Arteri Tohpati – Kusamba 19. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Pariwisata Air Sanih Kabupaten Buleleng 20. Penyusunan
Strategi
Pembangunan
Permukiman
dan
Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Tabanan 21. Penyesuaian dan Sosialisasi Materi Teknis dan Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana 22. Penyesuaian Rencana Teknik Ruang Kawasan (RTRK) Ibukota Kabupaten Badung 23. Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Denpasar 24. Sosialisasi dan Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Tabanan 25. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Sarbagita, (telah menjadi peraturan presiden, Perpres No. 45 Tahun 2011. 26. Penyusunan Masterplan KDTWK Tanah Lot 27. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kediri 28. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali, (telah diperdakan, Perda 16 Tahun 2009) 29. Penyusunan RTRW Kota Denpasar dan sebagainya.
24
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
RTR Kaw. Metropolitan Sarbagita
Masterplan KDTWK Tanah Lot
25
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
26
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
27
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
4.1. UMUM Dari pemahaman yang didapat konsultan setelah mempelajari dan menelaah KAK kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
secara secara umum konsultan sudah dapat memahani tujuan dan
maksud atas diselenggarakannya kegiatan pendampingan ini. Dalam konteks ini adalah pemahaman konsultan diperoleh dari uraian efektif dan efisien yang terjabar dalam KAK. Konsultan memahami konsep dasar atas kegiatan yang ada, konsep dasar yang dituangkan dalam bentuk-bentuk substansi dari KAK dengan proporsi yang seimbang tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi yang telah tersajikan dalam KAK. Diharapkan dengan kondisi yang kondusif dengan pemahaman yang ideal, tujuan dan manfaat dari hasil akhir kegiatan ini dapat tersalurkan dan bermanfaat.
Terlepas dari pemahaman konsultan terhadap KAK, keinginan mendasar konsultan terhadap keberhasilan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan di Kecamatan Abang dan Kubu adalah terlaksananya pekerjaan ini dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan pihak-pihak terkait lainnya. Konsultan menyadari pentingnya keberadaan peta risiko bencana khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Secara rincinya tanggapan dan saran konsultan terhadap poin-poin pokok yang tertera dalam KAK akan dijabarkan sebagai berikut : Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
28
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
4.2. TANGGAPAN TERHADAP KAK 4.2.1. Tanggapan Umum Secara umum KAK telah memberikan gambaran yang cukup jelas dengan proporsi efektif dan efisien. Semua hal-hal pokok yang diperlukan sebagai gambaran dasar pekerjaan telah tertuang dengan proporsional. Batasan, ruang lingkup, jenis pekerjaan, tahapan, beserta hasil yang diharapkan telah tersaji secara runut dan ringkas, sehingga tidak sulit untuk diinterpretasikan.
Beberapa hal yang masih belum jelas ke depannya akan diajukan dalam bentuk
tanya
jawab
melalui
panitia
acara.
Yang
kemudian
akan
didokumentasikan dalam bentuk berita acara yang menjadi daftar tambahan bagi konsultan. Jadi pada umumnya atau garis besarnya konsultan telah paham terhadap maksud tujuan KAK dari kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
Demi menyingsong hasil yang maksimal ke depannya diharapkan terdapat komunikasi dalam bentuk koordinasi untuk menyatukan pemahaman dan tujuan dari kedua belah pihak, yaitu baik dari pihak konsultan maupun pihak pengguna jasa.
4.2.2. Tanggapan Khusus a) Tanggapan Terhadap Latar Belakang Latar belakang dari KAK kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu telah dengan apik landasan pemikiran dan pertimbangan yang melatar belakangi diadakannya
kegiatan ini. Latar
belakang memberikan gambaran tentang 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi. Kondisi dan alasan perlu adanya kegiatan ini guna mewujudkan peta risiko bencana yang Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
29
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
diharapkan dapat memberi maanfaat kepada masyarakat khususnya mengenai pencegahan dan penanggulangan potensi bencana di Kabupaten Karangasem khususnya wilayah Kecamatan Abang dan Kubu.
b) Tanggapan Terhadap Kegiatan Yang Dilakukan dan Cara Pelaksanaan Kegiatan Sesuai dengan KAK, kegiatan ini adalah Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu dimana di dalam KAK juga disebutkan tahapan pekerjaan meliputi tapan persiapan, survei, pengumpulan data, penyusunan analisa, dan penyusunan peta. Dimana yang telah tersebutkan itu adalah poin-poin inti dari kegiatan ini secara keseluruhan. Dalam poin-poin tersebut juga selanjutnya dijelaskan tindakan/bentuk action yang dilakukan di lapangan. Konsultan melihat apa yang tertera pada KAK keseluruhan lingkup pekerjaan yang masuk didalamnya bisa terlaksana sepenuhnya dengan baik, dan sasaran dari pekerjaan yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat waktu. Dan konsultan cukup memahami apa yang disajikan dalam KAK, maupun penjelasan-penjelasan yang disampaikan dalam rapat penjelasan yang telah dilakukan. konsultan berpendapat bahwa lingkup pekerjaan sudah sangat jelas dan mudah dipahami oleh Konsultan. Hal yang perlu dipertanyakan hanya bersifat teknis pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c) Tanggapan Terhadap Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan Konsultan berpendapat bahwa maksud, tujuan dan sasaran dari pekerjaan sudah cukup jelas dan konsultan berkeyakinan dapat menyelesaikannya dengan sebaik - baiknya. Apa yang tertuang dalam maksud dan tujuan KAK mengenai Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu dalam mewujudkan solusi dalam penanggulangan potensi bencana dalam bentuk peta risko sudah cukup memberikan pemahaman mengenai inti pokok utama pekerjaan secara umum.
d) Tanggapan Terhadap Tempat Pelaksanaan Kegiatan Sesuai dengan judul kegiatan ini, Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
30
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Kecamatan Abang dan Kubu di Kabupaten Karangasem. Konsultan menilai lokasi pengadaan kegiatan ini sudahlah tepat, mengingat latar belakang yang bertutur tentang kondisi wilayah yang dimaksud KAK ini memang perlu adanya dan juga dengan dukungan semua sumber daya yang ada, konsultan optimis kegiatan ini akan berlangsung dengan baik dan bermanfaat bagi wilayah kajian yang dimaksud ini.
e) Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Ruang lingkup yang tertera dalam KAK sudah tersirat dalam tahapan pekerjaan dengan garis besar menjelaskan cakupan materi yang menjadi bahan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di di Kecamatan Abang dan Kubu dimana memuat poin-poin utama dalam harapan pencapaian dalam tiap cakupannnya. Dimana nanti dalam proses pengerjaan pekerjaan ini perlu lagi dilakukan pengembangan dari tiap poin yang ada guna mencapai poin-poin yang diharapkan serta telah mendekati pola umum proses perencanaan tata ruang yaitu terdiri dari lingkup wilayah perencanaan, lingkup materi serta ruang lingkup kegiatan dan metode pelaksanaan pekerjaan.
f) Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan Sesuai dengan yang tercantum dalam KAK, kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini berlangsung selama 150 (seratus lima puluh hari) hari kalender sejak dikeluarkannya SPMK. Konsultan melihat jangka waktu yang tertera dalam KAK tersebut sudah cukup dalam masanya memenuhi tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui demi berlangsung dengan lancar dan baiknya kegiatan ini. Untuk itu dalam pemanfaatan waktu tersebut, konsultan melakukan manajemen waktu melalui pembuatan jadwal kegiatan. Dimana jadwal kegiatan tersebut berfungsi sebagai acuan konsultan dalam melaksanakan kegiatan demi tercapainya hasil pekerjaan yang baik, maksimal, efisien, dan bermanfaat dengan tepat waktu.
g) Tanggapan Terhadap Output/Keluaran Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
31
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Output atau keluaran yang diharapkan yang terjelaskan dalam KAK sudah jelas memperlihatkan hal yang ingin dicapai sebagai keluaran, yaitu peta risiko bencana khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
h) Tanggapan Terhadap Personil Dalam pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, di dalam KAK sudah tercantum syarat dan kualifikasi pada tenaga manusia yang dibutuhkan. Bahkan juga disbebutkan tentang kepemilikan sertifikat keahlian minimal SKA Ahli Madya bagi bagi ahli ahli geodesi dan ahli remote sensing. Syarat dan kualifikasi yang tercantum di KAK tersbut sudah dapat dipenuhi konsultan sebagai pihak penyelengara, sebagai bukti atas keseriusan konsultan terhadap kegiatan ini.
Kebutuhan Personil Dilihat dari uraian KAK, dalam pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu yang memperlihatkan bahwa kebutuhan personil meliputi 7 (tujuh) orang tenaga ahli beserta 4 (empat) orang asisten tenaga ahli dan seornag chief surveyor, serta tenaga penunjang di bagian surveyor sebanyak sepulu orang, dua orang
operator
CD/GIS,
administrasi
dankeuangan,
operator
komputer/typist, dan supir. Dengan kualifikasi tersebut konsultan akan menyediakan jumlah personil dan kualifikasi yang disyaratkan sesuai dengan KAK. Dengan pengadaan tenaga yang sesuai dan lengkap berdasarkan list pada KAK, konsultan yakin dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan
tepat
waktu
dan
menghasilkan
suatu
output/keluaran yang sesuai dengan yang diharapkan.
Uraian Tugas Personil
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
32
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Tiap personil memiliki tugas dan tanggung jawab spesifik dalam andilnya
di
kegiatan
Penyusunan
Peta
Risiko
Bencana
di
Kecamatan Abang dan Kubu ini. Maka dari itu adanya uraian tugas memudahkan team leader dalam memplotkan jadwal kegiatan dengan kebutuhan personil sesuai dengan kebutuhan target yang hendak dicapai. Sehingga tiap step kegiatan dapat berjalan lamcar dan tepat waktu.
i) Tanggapan Terhadap Metode dan Pendekatan Pekerjaan Metode dan Pendekatan Pekerjaan memperlihtakan bagaimana dan apa saja aspek penysuun berkangsungnya kegiatan ini. Secara keseluruhan apa yang tercantum di dalam (KAK) sudah dapat mewakili secara umum kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan di Kecamatan Abang dan Kubu sudah memenuhi kualifikasi metode dan pendekatan yang lazim digunakan dalam kegiatan pemetaan. Jadi konsultan merasa yakin dan optmis dengan memperhatikan dan menggunakan metode kerja dan pendekatan dengan baik maka hasil pekerjaan yang didapatkan sesuai dengan yang direncanakna dan diharaokan. Ke depannya perlu diadakan komunikasi antara pihak-pihak yang berkepinntingan guna evaluasi dan monitoring metode dan pendekatan pekerjaan untuk keperluan Kecamatan Abang dan Kubu dalam aplikasinya.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
33
5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA
5.1. LATAR BELAKANG Meningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasilokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.
Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana. Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan pemetaan risiko bencana.
Dari
telaah
tim
ahli
yang
tergabung
dalam
penyusunan
Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi. Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu. Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.2. NAMA PEKERJAAN Sesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.3. LOKASI PEKERJAAN Berdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.
5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN Kegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan
selama
150
(seratus
lima
puluh)
hari
kalender
sejak
dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
5.5. BIAYA Biaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013. SKPD
Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
(BPBD),
Kabupaten
Karangasem.
5.6. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud Pekerjaan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. b. Tujuan Pekerjaan Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :
Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masingmasing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
5.7. SASARAN Sasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah : a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat luas
mengenai pentingnya
informasi
bencana
dalam
pelaksanaan
pembangunan daerah. b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi. c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
5.8. RUANG LINGKUP Adapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kubu adalah :
Analisis Ancaman Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di masing-masing
desa
di
Kecamatan
Abang
dan
Kubu
dengan
memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang
berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak dijadikan pertimbangan.
Analisis Kerentaan Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi kemampuan
perekonomian
masyarakat,
tingkat
pendidikan
dan
pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana secara mandiri.
Analisis Kapasitas Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.
Analisis Risiko Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.
Penyusunan Peta Risiko Bencana Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (dalam rupiah)
Legalisasi Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
5.9. APRESIASI DAN INOVASI Sehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem
di
tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi
tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya pekerjaan ini. A. APRESIASI 1) Umum Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang sering
menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,
longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan
Rencana
Penanggulangan
Bencana
Daerah
(RPBD)
Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.
Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.
Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya. 2) Pengertian Dasar Pemetaan Risiko Sehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini, diantaranya
(Sumber
:
Peraturan
Kepala
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana) : Bencana
adalah
peristiwa
atau
rangkaian
peristiwa
yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Rencana
Penanggulangan
Bencana
adalah
rencana
penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan,
dan
mengurangi
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
kemampuan
untuk
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat
dengan
BNPB,
adalah
lembaga
pemerintah
non
departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya
untuk
menghilangkan
dan/atau
mengurangi
ancaman bencana. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non-spasialnya. Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu. Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya. Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah sistem
untuk
pengelolaan,
penyimpanan,
pemrosesan
atau
manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi. Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan perhitungan tertentu. Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya tsunami. Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana. Kajian
Risiko
Bencana
adalah
mekanisme
terpadu
untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian dan Kapasitas Daerah. Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah
3) Dasar Hukum Dasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain : UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah PP
No.
21
Tahun
2008
Tentang
Penyelenggaaraan
Penanggulangan Bencana PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
4) Prinsip Pengkajian Risiko Bencana Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan : Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari
para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan risiko bencana.
5) Fungsi Pengkajian Risiko Bencana Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Penanggulangan mengarusutamakan
Bencana
yang
merupakan
penanggulangan
bencana
mekanisme dalam
untuk rencana
pembangunan.
Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.
B. INOVASI Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko. Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana.
Peta Ancaman Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta Kerentaan Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset
penghidupan
dan
kehidupan
yang
dimiliki
yang
dapat
mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta Kapasitas
Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko Bencana Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing análisis risiko 1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll 2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll 3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll 4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll 5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan
organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat peringatan dini.
5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGI Dalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman pada KAK yang ada.
A. PENDEKATAN TEKNIS 1. Pendekatan Studi Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain : a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (BottomUp Approach) Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.
b. Pendekatan Strategis Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala
prioritas
sebuah
permasalahan.
Strategic
Approach
ini
akan
membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
c. Pendekatan Komprehensif Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada, sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.
d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan Pendekatan
ini
memperhatikan
kesinambungan
antara
aspek
kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan berkelanjutan
(sustainable
development)
ini
adalah
model
pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah (natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk keluaran kegiatan.
e. Pendekatan Masyarakat Pada
pendekatan
ini,
konsep
dasarnya
adalah
dengan
memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh, untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya. Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak
berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
2. Pendekatan Teoritis Peta
adalah
bayangan
permukaan
bumi
yang
diperkecil
yang
digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala; legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin. a. Pengukuran Kerangka 1) Pengukuran Kerangka Horisontal Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudutsudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui azimuth untuk tiap sisi poligon.
Gambar 5.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam
Keterangan gambar : 1,2,3,…
: nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
1, 2, 3, … : azimuth Rumus dan syarat yang harus dipenuhi : a) Syarat sudut Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180) Dimana ; n
= jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut pada poligon b) Syarat sisi d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap. Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar. d) Mengitung masing – masing garis Rumus :
x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana : ‘n : nomor titik poligon : sudut luar : azimuth
Gambar 5.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar
Keterangan gambar : 1,2,3,…
: nomor titik
1, 2, 3,…
: sudut dalam
1, 2, 3, …
: azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi : a) Syarat sudut Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180) Dimana ; n
= jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut luar poligon b) Syarat sisi d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap. Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar. d) Mengitung masing – masing garis Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n Dimana : n : nomor titik poligon : sudut luar z : azimuth
2) Pengukuran Kerangka Vertikal Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang referensi, pekerjaan dibagi atas : a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik. b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.
Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai data pada peta topografi. 3) Pengukuran Detail Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.3. Pengukuran Titik
Keterangan Gambar : A : tempat berdiri alat B : tempat berdiri rambu M : sudut miring hi : tinggi alat h : beda tinggi BA : bacaan benang atas BT : bacaan benang tengah BB : bacaan benang bawah L : BA – BB D : jarak datar
D’ : jarak miring
Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ; L’ = L x cos m
= L sin z
D = L’ x F
= 100 sin2z
D = D’ sin z Beda tinggi ( h ) h = D’ cos z = 100 L sin z cos z = 100.0,5. L (2 sin z cos z) = 50 sin 2z L Sehingga beda tinggi ; A-B (h) HAB = h1 + h – BT HB
= HA +h – BT
Dengan HB
= ketinggian titik B
Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara memancar seperti di bawah :
Gambar 5.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar
Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran pada tiap-tiap titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA, BB, BT dan zenith.
4) Metode Pengukuran Beda Tinggi
Gambar 5.5. Metode Barometris
Pengukuran Beda Tinggi Barometris Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.
Gambar 5.6. Metode Trigonometri
Keterangan gambar :
z
= sudut zenith
m
= sudut miring
s
= jarak A-B
Pengukuran beda tinggi trigonometri Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila pesawat di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring dan sudut tegak (Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B adalah s maka beda tinggi antara A dan B = s tan m. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban sehingga menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung atau mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik dibandingkan metode barometris.
Gambar 5.7. Metode Sipat Datar
Pengukuran beda tinggi sifat datar Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A dan B. Angka a dan b adalah hasil pembacaan mistar atau rambu. Garis mendatar ini dapat dihasilkan dengan menarik seutas benang atau kawat dibantu dengan waterpass. Untuk menghindari kelengkungan teropong dengan dilengkapi nivo di tengah-tengah dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat sejajar dengan garis arah nivo
b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta
1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan
Ruang
Wilayah,
adalah
salah
satu
peraturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Peraturan
Pemerintah
ini
selain
memuat
ketentuan
dan
pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsurunsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata ruang wilayah dalam berbagai skala. 2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000 Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel E.1 dan Tabel E.2).
c. Perhitungan dan Penggambaran peta
1) Perhitungan Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai macam alat, yaitu: a) Theodolit Manual Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA +BB. b) Digital Theodolit (DT) Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan jarak dari satu patok ke patok lain. c) Waterpass Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2 patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di
belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas (BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB). Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas ketinggian tanahnya.
2) Metode Penggambaran Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan menggunakan
metode
manual
atau
dengan
metode
digital
(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan dengan : a) Membuat grade pada kertas . b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade. c) Membuat poligon tertutup. d) Menentukan titik detail (pojok bangunan) e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil perhitungan pengukuran memancar. f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan pengukuran Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software yang aplikatif.
Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi, baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak membutuhkan
biaya
yang
besar
untuk
menyimpan
dan
mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan dalam format hardcopy.
Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau dihindari.
Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer. Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.
Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer adalah sebagai berikut : Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan). Penyimpanan dan manajemen data Pengolahan dan manipulasi data Menampilkan/memvisualisasikan data
Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS. Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di
luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).
Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data, penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid. Data
digital
dapat
diolah
dan
dimanipulasi
sesuai
dengan
pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala suatu
metode
menganalisis
menjadi data
tidak
tertentu
tepat yang
kalau
digunakan
untuk
pengambilannya
tidak
mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif. Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya CIPW
untuk
analisis
normatif
batuan
beku,
lpnorm
yang
menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan
prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).
B. METODELOGI Komponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan dan kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
1) Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana Gambar di bawah ini memperlihatkan Peta Risiko Bencana merupakan overlay (penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta-peta tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang dihitung dari datadata dan metode perhitungan tersendiri. Penting untuk dicatat bahwa peta risiko bencana dibuat untuk setiap jenis ancaman bencana yang ada pada suatu kawasan.
Gambar 5.8. Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
2) Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana Gambar 5.9. memperlihatkan bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh dari indeks dan data yang sama dengan penyusunan Peta Risiko Bencana. Perbedaan yang terjadi hanya pada urutan penggunaan masing-masing indeks. Urutan ini berubah disebabkan jiwa manusia tidak dapat dinilai dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat Ancaman yang telah memperhitungkan Indeks Ancaman di dalamnya, menjadi dasar bagi perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas. Gabungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat Risiko Bencana.
Gambar 5.9. Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 3) Korelasi Penyusunan Peta dan Dokumen Kajian Gambar 5.8 dan gambar 5.9 menunjukkan, korelasi antara metode penyusunan Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana terletak pada seluruh indeks penyusunnya. Indeks-indeks tersebut bila diperhatikan kembali disusun berdasarkan komponen-komponen yang telah dipaparkan pada gambar 5.8. Korelasi penyusunan Peta dan Dokumen Kajian Risiko Bencana merupakan Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana Indonesia, dapat dilihat pada gambar 5.10.
Gambar 5.10. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana Indonesia Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 4) Analisis Risiko Peta Risiko Bencana dan Kajian Risiko Bencana harus disusun untuk setiap jenis ancaman bencana yang ada pada daerah kajian. Rumus dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia
(Peraturan Daerah
Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:
dimana:
≈
∗
R
: Disaster Risk: Risiko Bencana
H
: Hazard Threat: Frekuensi
(kemungkinan) bencana tertentu
cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu V: Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu. Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan
(penduduk, aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik bencana C
: Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk
pulih dari bencana tertentu.
Untuk analisis risiko kuantitatif untuk semua jenis dampak, set parameter empiris yang luas dan indikator akan diperlukan, didukung oleh penelitian yang luas. Penelitian tersebut secara global hanya dalam tahap awal dan data yang dapat dipercaya lokal pada khususnya sensitivitas masih jauh dari tersedia. Analisis pemetaan risiko ini menggunakan semikuantitatif, yang menggunakan faktor pembobotan dan nilai-nilai indeks. Pendekatan ini adalah pendekatan yang umum digunakan di beberapa analisis risiko bencana dan pemetaan di luar Indonesia.
Indikator yang digunakan untuk analisis resiko semi-kuantitatif akan dipilih didasarkan pada kesesuaian dan ketersediaan. Rumus 'R = H * V / C' yang dijelaskan di atas masih berlaku, namun akan berisi nilai indeks bukan nilai riil. Dalam analogi Human
Development Index (HDI) dari UNDP, untuk membuat indeks sebanding setidaknya dalam dimensi, indeks yang digunakan dalam analisis yang dikonversi menjadi nilai antara 0 dan 1, dimana 0 merupakan nilai minimum indikator asli, dan 1 merupakan nilai maksimum. Dalam kasus dengan angka rendah yang banyak dan beragam dalam jumlah yang kadang-kadang tinggi, akan dilakukan konversi logaritmik (Log10) daripada konversi 'linier'.
Inti dari metodologi pemetaan risiko adanya suatu struktur pohon indikator, dimana indeks risiko membentuk akar akhir dari analisis. Dalam kebanyakan kasus indeks menengah dihitung berdasarkan penjumlahan indeks dikalikan dengan faktor pembobotan, dan dalam beberapa kasus pada perkalian dari indeks (seperti indeks risiko itu sendiri) . Penilaian faktor pembobotan akan dilakukan berdasarkan
dokumen rujukan nasional dan internasional. Untuk analisis pemetaan kombinasi lapisan GIS berbasis vektor
dan grid
akan digunakan,
dimana data terutama disimpan dengan menggunakan strukturvektor, dimana indeks dapat dihasilkan dalam format grid. Jika sudah ada peta bahaya (SNI) maka indeks peta bahaya dapat diturunkan langsung dari sumber-sumber ini.
Untuk penyusunan peta kerentanan dan kapasitas penggunaan peta secara luas akan dibuat berdasarkan informasi yang tersedia dalam sosial, ekonomi, fisik, lingkungan dan kapasitas. Akhirnya peta risiko bencana akan dihitung dari bahaya, kerentanan dan peta kapasitas.
5) Analytic Hierarchy Process Dalam analisis semi-kuantitatif, kurangnya informasi tentang khususnya tentang faktor sensitivitas dikompensasi oleh faktor bobot. Faktor faktor pembobotan terbaik diperoleh melalui konsensus pendapat para ahli. Suatu metodologi muncul ke sebuah konsensus tersebut adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Metodologi ini telah dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dimulai pada tahun 1970, dan awalnya dimaksudkan sebagai alat untuk pengambilan keputusan. AHP adalah suatu metodologi pengukuran melalui perbandingan pasangan-bijaksana dan bergantung pada penilaian para pakar untuk mendapatkan skala prioritas. Inilah skala yang mengukur wujud secara relatif. Perbandingan yang dibuat dengan menggunakan skala penilaian mutlak, yang merepresentasikan berapa banyak satu indikator mendominasi yang lain sehubungan
dengan
suatu
dijelaskan pad Gambar 5.11.
bencana
tertentu.
Penjelasan
skala
Gambar 5.11. Fundamental Skala AHP untuk Perbandingan Pasangan-Bijaksana dari Indikator Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 Skala pasangan-bijaksana ini diletakkan bersama dalam suatu matriks, dengan semua indikator sepanjang kolom dan baris. Faktor pembobotan diperoleh dengan menghitung eigenvektor dari matriks, dan kemudian menormalkan hasil untuk total 1. Dikatakan bahwa metodologi AHP memberikan hasil lebih baik jika eigen vektor tidak diambil langsung dari matriks tetapi diambil dari iterasi dari perkalian matriks pada dirinya sendiri. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 5.12.
Gambar 5.12. Contoh Pembobotan Faktor Persiapan untuk Longsor Menggunakan AHP Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
6) Teknik GIS untuk Analisis Pemetaan Resiko Metodelogi Pemetaan Risiko bergantung pada luas pada penggunaan teknik-teknik GIS. Dalam Proses Peta Indeks Ancaman, Kerentaan, Kapasitas, Kapasitas dan Risiko, antara lain teknik analisis grid yang digunakan : Pembuatan grid (dari sumber-sumber vektor) Penggabungan dan pemotongan layer grid Definisi rentang warna digunakan untuk warna grid dan legenda Analisis grid spesifik (grid, kemiringan, grid ‘jarak objek;, dll) Grid ‘perhitungan’ Klasifikasi dan penurunan grid pada kontur dan layer grid Persiapan rangkuman statistik dan histografis
Rincian mengenai teknik GIS yang disebutkan di atas dsebutkan pada Tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1. Teknik GIS yang Fundamental
7) Indeks Ancaman Bencana Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko bencana,
komponen
komponen
utama
ini
dipetakan
dengan
menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Ancaman Bencana dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2. Komponen Indeks Ancaman Bencana
8) Identifikasi Jenis Ancaman (Hazard) Untuk menentukan jumlah ancaman yang ada pad suatu daerah. Peta bahaya memerlukan wilayah dimana peristiwa alam tertentu terjadi dengan frekuensi dan intensitas tertentu, tergantung pada kerentaan dan kapasitas di suatu daerah yang dapat menyebabkan bencana. Untuk sebagian besar bencana, intensitas tinggi hanya terjadi dengan frekuensi sangat rendah. Beberapa jenis hazard (peta ancaman) telah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga terkait, maka disarankan menggunakan peta ancaman tersebut untuk jenis bencana : a. Gempabumi (tim 9 revisi gempa) Gunakan field Value untuk melakukan pengkelasan hazard, gunakan nilai berikut :
Catatan : Nilai di atas digunakan ketika menyusun peta risiko. Untuk lay out peta ancaman (hazard) gunakan sesuai dengan nilai asli dari tm 9, seperti di bawah ini :
b. Longsor (ESDM) Gunakan field kerentaan. Jadikanlah nilai dari 4 kelas menjadi 3 kelas sesuai dengan kriteria, seperti di bawah ini :
c. Gunungapi (PVMBG) Gunakan KRB dari PVMBG untuk mendapatkan hazard gunung api. Kelas KRB sesuaikan dengan peta yang ada dari PVMBG
Catatan : Cross check kelengkapan peta KRB ke PVMBG, gunakan titik gunungapi untuk mengetahui gungu api yang terdapat di masing-masing pulau. Lakukan digitasi KRB untuk gunung api yang belum tersedia featurenya.
d. Banjir (PU dan Bakosurtanal) Hanya terdapat satu jenis kelas yaitu rawan banjir. Lakukan overlay kelas rawan banjir tersebut dengan SRTM untuk mendapatkan ketinggian genanangan. Dengan skoring berikut :
e. Kekeringan (BMKG) Gunakan data yang ada, kemudian ubah kelas yang ada dari 5 kelas menjadi 3 kelas.
Lakukan skoring sesuai dengan kelas yang ada (tinggi, sedang, rendah)
Hazard non SNI merupakan peta ancaman yang belum diperoleh dari K/L terkait. Zonasi hazard ini harus ditentukan menggunakan metodelogi yang telah ditentukan. Jenis ancaman non SNI meliputi : a. Tsunami BNPB telah mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko atau Tsunami Risk Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi tsunami dapat dilihat pada dokumen yang ada. Langkahlangkahnya sebagai berikut : Tampilkan data SRTM 30 m di ArcMap Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan konversi raster ke point dengan menggunakan ArcToolbox di ArcMap. Setelah itu pilih nilai SRTM yang bernilai positif, lakukan pemilihan
dengan
menggunakan
query
builder,
“grid_code”>=0 Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif. Klik kanan pada layer > data expot. Untuk mendapatkan wilayah keabupaten kedalam atribut titik SRTM lakukan overlay, dengan wilayah administrasi tingkat kabupaten (polygon), gunakan identity untuk proses overlay. Lakukan pemilihan titik SRTM berdsarkan ketinggian maksimum dan wilayah kabupatennya. (Gunakan dokumen TRA). Perhatikan contoh syntax yang digunakan di bawah ini. Export qery menjadi sebuah feature baru.
Lakukan
pengkelasan
berdasarkantinggi
genangan
maksimum (gunakan dokumen TRA). Buat sebuah field baru. Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan maksimum. Kelas rendah : (tinggi genangan maksimum – 1). Kelas tinggi (tinggi genangan maksimum -3) Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi nilai kelas dengan nilai maksimum. Sehingga nilai kelas berubah menjadi 0-1. Buat sebuah field baru. Konversikan nilai skor tsunami yang telah dibuat menjadi data raster. Gunakan fungsi point to raster, gunakan satuan meter untuk konversi ke raster 100 x 100. Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami dengan 3 kelas ancaman, yaitu rencah, sedang, tinggi, gunakan pewranaan stretch raster.
b. Konflik Sosial Indikator yang digunakan untuk peta bahaya konfliksosial adalah jumlah kejadian dan dampak terhadap manusia akibat kejadian berdasarkan data historical. Zona bahaya yang didentifikasikan pada peta bahaya konflik sosial berdsarkan kelas dan bobot untuk masing-masing
parameter.
Dinyatakan
sebagai
persamaan
berikut :
c. Kegagalan Teknologi Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kegagalan teknologi adalah jenis industri dan kapasitas industri berdsarkan data perindustrian. Zona bahaya yang didefinisakan pada peta bahaya kegagalan teknologi berdasarkan kawasan industri dari peta
RTRW tingkat provinsi dan dengan data tingkat kabupaten/kota dan
kemudian
dihitung
kelas
dan
bobot
masing-masing
parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai berikut :
d. Epidemi dan Wabah Penyakit Indikator yang digunakan untuk peta bahaya epidemic dan wabah penyakit adalah terjadinya kepadatan bahaya epidemi (malaria, demam berdarah, HIV/AIDS dan campak), dikombinasikan dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala bahaya, rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaan ditunjukkan sebagai berikut :
Keterangan : A : Kepadatan penderita malaria B : Kepadatan penderita demam berdarah A : Kepadatan penderita HIV/AIDS
A : Kepadatan penderita campak
e. Kebakaran Gunung dan Permukiman Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran gedung dan permukiman adalah frekuensi jumlah kejadian kebaran, nilai kerugian ekonomi, jumlah korban meninggal, dan jumlah korban luka berat. Zona bahaya yang didefinisikan pada peta bahaya kebakaran gedung dan pemukiman berdasarkan kelas dan bobot untuk masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai berikut :
Data yang digunakan berdsarkan data dari Dinas Kebakaran Setempat.
f. Kebakaran Hutan dan Lahan Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran hutan dan lahan adalahkoefisien jenis hutan dan lahan (hutan, perkebunan,
padang
rumput,
semak
belukar,
dan
lahan
pertanian), curah hujan tahunan dan koefisien jenis tanah. Untuk mendapatkan skala bahaya, koefisien jenis hutan dikalikan bobot 40%, curah hujan tahunan dikalikan bobot (/500x30%) dan koefisien jenis tanah dikalikan bobot 30%. Parameter konversi indeks dan persamaannya ditunjukkan di bawah ini :
g. Cuaca Ekstrim Indikator yang digunakan untuk peta bahaya cuaca ekstrim adalah koefisien keterbukaan (terkait dengan peta penggunaan lahan), dikombinasikan dengan ‘perbukitan’ (kelas lereng) dan peta curah hujan tahunan. Parameter konversi indeks dan persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :
h. Gelombang Ekstrim dan Abrasi Indikator yang digunakan untuk peta bahaya gelombang ekstrim dan abrasi adalah tinggi gelombang, arus wilayah perairan (current), tutupan vegetasi di wilayah pesisir, bentuk garis pantai dan tipologi pantai. Parameter koversi indeks dan persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :
Catatan : 1. Lakukan konversi setiap parameter peta ke dalam raster grid unit 100 x 100 2. Pastikan anda mengerjakan wilayah provinsi berdasarkan zona UTM untuk menghindari kesalahan koversi grid. 3. Overlay masing-masing parameter dilakukan dalam format raster grid unit 100 x 100 untuk menghasilkan peta ancaman (non SNI) 4. Masing-masing hazard (ancaman) akan menghasilkan satu peta akhir dalam tiga kelas ancaman rendah, sedang, tinggi.
9) Indeks Kerentaan Peta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan sebagai Exposure kali Sensitivity. Aset-aset yang terekspos termasuk kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap aset memiliki sensitivitas sendiri, yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana). Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur). Sensitivitas hanya ditutupi secara tidak langsung melalui pembagian faktor pembobotan.
Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten Dalam Angka, PODES, Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar dari Bakosurtanal (penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas umum) . Informasi tabular dari BPS idealnya sampai tingkat desa/kelurahan. Sayangnya tidak ada sumber yang baik tersedia untuk sampai level desa, sehingga akhirnya informasi desa dirangkum pada level kecamatan sebelum dapat disajikan dalam peta tematik.
Untuk peta batas administrasi
sebaiknya menggunakan peta terbaru yang dikeluarkan oleh BPS. Gambar dengan komposisi indikator kerentanan ditunjukkan di bawah ini:
Gambar 5.13. Komposisi untuk Analisis Kerentaan Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 10) Indeks Penduduk Terpapar Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai disusun.Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian
dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain dari nilai indeks dalam bentuk kelas
(rendah, sedang atau tinggi) ,
komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar ancaman bencana pada suatu daerah. Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Penduduk Terpapar dapat dilihat tabel 5.3.
Tabel 5.3. Komponen Indeks Penduduk Terpapar
Indikator yang digunakan untuk kerentaan sosial adalah kepadatan pendduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur. Indeks kerentaan sosial diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat (10%) dan kelompok umur (10%). Parameter konversi indeks dan persamaannya ditunjukkan pada di bawah ini :
11) Indeks Kerugian Indeks
kerugian
diperoleh
dari
komponen
ekonomi,
fisik,
dan
lingkungan. Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikatorindikator berbeda. Tergantung pada jenis ancaman bencana. Sama halnya dengan indeks penduduk terpapar, indeks kerugian baru dapat diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana telah selesai dususun.
Data yang diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain itu dari ditentukannya kelas indeks, penghitungan komponen-komponen ini juga akan menghasilkan potensi kerugian daerah dalam satuan rupiah. Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Kerugian dlihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Komponen Indeks Kerugian
KERENTANAN EKONOMI Indikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan produktifdalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak) dan PDRB. Luas lahan produktifdapat diperoleh dari peta guna lahan dan buku kabupaten atau kecamatan dalam angka dan dikonversi kedalam rupiah, sedangkan PDRB dapat diperoleh dari laporan sektor atau kabupaten dalam angka.Bobot indeks kerentanan ekonomihampir sama untuk semua jenis ancaman, kecuali untuk ancaman kebakaran gedung dan pemukiman. Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi, Banjir, Kekeringan, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasiditunjukkan pada persamaan dalam di bawah ini:
Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman Kebakaran Gedung dan Permukiman ditunjukkan pada persamaan di bawah ini :
KERENTANAN FISIK Indikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan rumah
(permanen, semipermanen dan non-permanen) ,ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Kepadatan rumah diperoleh dengan membagi mereka atas area terbangun atau luas desa dandibagi berdasarkan wilayah
(dalam ha) dan dikalikan
dengan harga satuan dari masingmasing parameter. Indeks kerentanan fisik hampir sama untuk semua jenis ancaman, kekeringan yang tidak
kecuali ancaman
menggunakan kerentanan fisik.
Indeks
kerentanan fisik diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan rumah (permanen,
semi-permanen
dan
non-permanen),
ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Parameter konversi indeks kerentanan fisik untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi, Banjir, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Gedung dan Pemukiman, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasi ditunjukkan pada persamaan dalam di bawah ini.
KERENTANAN LINGKUNGAN Indikator
yang
digunakan
untuk
kerentanan
lingkungan
adalah
penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Indeks kerentanan fisik berbedabeda untuk masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari rata-rata bobot jenis tutupan
lahan.
Parameter
konversi
indeks
kerentanan
lingkungandigabung melalui factor-faktor pembobotan yang ditunjukkan pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini :
Tanah Longsor
Gunung Api
Banjir
Kekeringan
Tsunami
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
Kebakaran Hutan dan Lahan
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Catatan : setiap parameter kerentanan lingkungan perlu ditambahkan nilai nol di luar area setiap parameter pada saat analisa overlay GIS dengan menggunakan raster kalkulator.
Akhirnya semua kerentanan adalah hasil dari produk kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan yang berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda. Semua faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalahhasil dari proses AHP. Parameter konversi indeks kerentanan yang ditunjukkan pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini.
Gempa Bumi
Tanah Longsor
Gunung Api
Banjir
Kekeringan
Tsunami
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Kebakaran Hutan dan Lahan
Cuaca Ekstrim
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
12) Indeks Kapasitas Indeks
kapasitas
dihitung
berdasarkan
indikator
dalam
Hyogo
Framework for Actions (Kerangka Asi Hyogo-HIFA). HIFA yang disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia terdiri dari 5 prioritas program pengurangan risiko bencana. Pencapaian prioritas-prioritas pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22 indikator pencapaian.
Prioritas program pengurangan risiko bencana HFA dan indikator pencapaiannya adalah : 1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian :
Kerangka
hukum
dan
kebijakan
nasional/lokal
untuk
pengurangan risiko bencana telah ada dengan tanggungjawab eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan.
Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk kegiatan pengurangan risiko bencana di semua tingkat pemerintahan.
Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal
Berfungsinya
forum/jaringan
daerah
khusus
untuk
pengurangan risiko bencana
2. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor utama daerah; dengan indikator :
Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektorsektor utama daerah.
Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau, mengarsip dan menyebarluaskan data potensi bencana dan kerentanan kerentanan utama.
Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi untuk skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh lapisan masyarakat
Kajian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk Pengurangan Risiko
3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di semua tingkat; dengan indikator :
Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan
(melalui jejaring, pengembangan sistem untuk
berbagi informasi, dst)
Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang relevan
mencakup
konsepkonsep
dan
praktik-praktik
mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan.
Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana serta analisis manfaatbiaya (cost benefit analysist) yang selalu dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset
Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh komunitas
dalam
melaksanakan
praktik
budaya
tahan
bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas baik di perkotaan maupun pedesaan.
4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar; dengan indikator :
Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan dari
kebijakan
kebijakan
dan
rencana-rencana
yang
berhubungan dengan lingkungan hidup, termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi terhadap perubahan iklim
Rencana-rencana
dan
kebijakan-kebijakan
pembangunan
sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk yang paling berisiko terkena dampak bahaya.
Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat unsur-unsur
pengurangan
risiko
bencana
termasuk
pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan untuk keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building codes).
Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke dalam
proses-proses
rehabilitasi
dan
pemulihan
pascabencana
Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampakdampak resiko bencana atau proyek-proyek pembangunan besar, terutama infrastruktur.
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat, dengan indikator :
Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan
perspektif
pengurangan
risiko
bencana
dalam
pelaksanaannya
Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan reguler
diadakan
untuk
menguji
dan
mengembangkan
program-program tanggap darurat bencana.
Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana.
Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan selama masa tanggap darurat.
Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan daerah maka kita dapat membagi tingkat ketahanan tersebut kedalam 5 tingkatan, yaitu :
Level 1 Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan. Level
2
Daerah
telah
melaksanakan
beberapa
tindakan
pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-pencapaian yang masih bersifat sporadis yang disesbabkan belum adanya komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.
Level 3 Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi dampak negatif dari bencana.
Level 4 Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana disuatu daerah telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui ada masih keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial
ataupun
kapasitas
operasional
dalam
pelaksanaan
upaya
pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.
Level 5 Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan kapasitas yang memadai disemua tingkat komunitas dan jenjang pemerintahan.
Metode Penghitungan Indeks Kapasitas Indeks Kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah. Panduan diskusi dan alat bantu untuk memperoleh Tingkat Ketahanan Daerah terlampir. Berdasarkan Tingkat Ketahanan Daerah yang diperoleh dari diskusi terfokus, diperoleh Indeks Kapasitas.
Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA yang terdiri dari: Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana. Peringatan dini dan kajian risiko bencana; c) pendidikan kebencanaan. Pengurangan factor risiko dasar. Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini.
13) Penyusunan Peta Risiko dan Risiko Multi Ancaman Bencana Peta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai. Pemetaan risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis
di
tingkat
kabupaten/kota
kelurahan/desa/kam-pung/nagari).
minimal
hingga
tingkat
2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan skala
1:50.000
untuk
kabupaten/kota
di
Pulau
Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. 3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa 4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam rupiah) dan kerusakan lingkungan. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah. 5. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.
Peta Risiko Sebagaimana
telah
dijelaskan
dipersiapkanberdasarkan
grid
sebelumnya,
indeks
atas
Peta
peta
Risiko
telah
Ancaman,
peta
diatasagar
bisa
Kerentanan dan peta Kapasitas,berdasarkan rumus:
Modifikasi
berikut
harus
≈
dibuat
∗ /
untuk
rumus
dipergunakan:
Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilainilai kosong C.
Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 * 0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25). Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah: =
∗
∗ (1 −
)
Peta Risiko Multi Ancaman Peta risiko multi ancaman dihasilkan berdasarkan penjumlahan dari indeks-indeksrisiko
masing-masing
ancaman
berdasarkan
faktor-
faktorpembobotan dari masing-masing ancaman. Sebagai sumber dari hasil pembobotan adalah frekuensi dan dampak dari masingmasing jenis ancaman, seperti ditunjukkan dibawah ini :
Persamaan untuk memperoleh peta risiko multi ancaman adalah sebagai berikut : Risiko Multi Ancaman : = (indeks risiko banjir * 0,1064) + (indeks risiko gempa bumi * 0,1064) + (indeks risiko tsunami * 0,0638) + (indeks risiko kebakaran_gedung_dan_pemukiman * 0,0638) + (indeks risiko kekeringan * 0,0638) + (indeks risiko cuaca_ekstrim * 0,0638) + (indeks risiko tanah_longsor * 0,01064) + (indeks risiko letusan_gunung_api * 0,1064) + (indeks risiko gelombang_ekstrim_dan_abrasi * 0,0638) + (indeks risiko kebakaran_hutan_lahan * 0,0638) + (indeks risiko kegagalan_teknologi * 0,0638) + (indeks risiko konflik_sosial * 0,0638) + (indeks risiko epidemi * 0,0638 14) Penguasaan GIS Sebagai alat kompilasi dan analisis data spasial, Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah
dikenal
dan
diaplikasikan
diberbagai
bidang
termasuk
dalam
perencanaan tata ruang. Dalam Kerangka Acuan Kerja untuk pekerjaan Pengadaan dan Pembuatan Peta Citra Satelit Kecamatan Kuta
Kabupaten
Badung,
berikut
disampaikan
apresiasi
dan
pemahaman konsultan dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG).
a. Pendahuluan Dalam perkembangan teknologi informasi orang hanya mengenal dua macam bentuk penyimpanan data, yaitu database teks dan angka (alphanumeric) dan penyimpanan data pictorial secara elektronik (disebut computer graphics), yang mana diantara keduanya saling terpisah.
Sampai
menggabungkan
kemudian keduanya,
orang yang
luar
melihat biasa
potensi bila
untuk
keduanya
digabungkan secara paralel sehingga memiliki nilai tambah. Akhirnya muncul konsep program komputer yang canggih yang menggabungkan data peta dengan kemampuan database manajemen, yaitu peta dengan built-in database. Sebagai ilustrasi kita dapat menunjuk suatu daerah maka semua informasi yang ada dan terkait dengan daerah itu akan muncul.
Pemakaian aplikasi geografis ini didasari oleh kebutuhan akan pentingnya pengetahuan tentang lokasi. Tergantung kebutuhan, Sistem Informasi Geografis dengan demikian bisa mempunyai kemampuan yang
konsentrasinya
pada
pemakaian
aplikasi
tertentu.
Pada
permulaan abad informasi, teknologi manajemen sistem informasi geografi muncul sebagi alat untuk mengatur (manage) data geografi yang besar, menanggulangi ledakan informasi, dan menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan planet bumi dan inhabitatnya (lingkungan tak hidup). Sistem informasi geografis haruslah dibedakan dengan komputer grafis, karena komputer grafis lebih ditekankan pada penampilan dan pengolahan bahan-bahan layak (visible material). Sedangkan sistem informasi geografis merupakan perpaduan dari
berbagai macam aspek yaitu, pemetaan, teknik sipil, geografi, fotografi, katografi dan analisa image seperti terlihat pada gambar berikut.
Kartografi Photogrametri Komputer Grafik Spasial Analisis
Sistem Informasi Geografis
Interpolasi Interpolasi
Gambar 5.14. Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG
Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG Masing-masing aspek di atas mempunyai peranan yang sama besar dan keterikatan yang cukup erat dalam membentuk sistem informasi geografis. Karena pada dasarnya sistem informasi geografis tidak terbatas pada pengkodean, penyimpanan, pencarian dan perbaikan data permukaan bumi. Bahkan dalam kenyataannya, data yang tersimpan harus dapat digambarkan sebagai model dari planet bumi atau sebagian planet bumi. Secara umum sistem informasi geografis ditujukan untuk memilah beberapa pekerjaan dalam bagian-bagian yang terkecil dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik dengan tersedianya informasi yang lebih baik pula.
b. Pemahaman GIS 1) Teori-Teori Pemetaan dan Pengolahan Data dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengertian Dasar Peta a) Prinsip Utama Peta
Peta mempunyai peranan penting dalam
kegiatan
perencanaan
pembangunan, baik dalam skala regional
maupun
nasional.
Perencanaan pembangunan fisik, sarana
dan
prasarana
selalu
memerlukan visualisasi permukaaan bumi atau peta. Secara umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu. Peta juga merupakan data antarmuka untuk SIG yang berupa masukan data dan hasil akhir dari analisa spasial. Untuk
dapat
digunakan,
peta
mempunyai tiga prinsip utama yaitu : Menyatakan
posisi/lokasi
suatu
tempat pada permukaan bumi; Memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena alam dan buatan manusia; Merekam dan menyimpan informasi permukaan bumi.
b) Jenis Peta Berdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta topografi dan peta tematik.
Peta Topografi Peta Topografi disebut juga peta dasar karena digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya, baik untuk pembuatan peta tematik maupun untuk turunan peta topografi dengan skala yang lebih kecil.
Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta yang
memperlihatkan
informasi
kualitatif
atau
kuantitatif dari suatu tema tertentu,
dalam
hubungannya
dengan
unsur-unsur topografi yang spesifik. Komponen Peta Tematik :
Bentukan Geografik (Peta Dasar)
Data Tematik
Lebih jauh peta tematik dibagi dalam dua jenis, yaitu :
Kualitatif Memperlihatkan aspek spasial data dari
data
numerik
(distribusi); Biasanya memperlihatkan variabel tunggal; Kemungkinan
data
ordinal(<>)atau interval/rasio (seberapa berbeda).
Kuantitatif Memvisualkan distribusi data nominal; Kuantitas atau nilai dari data tidak dapat ditentukan, hanya dapat diestimasi.
c) Karakteristik Peta Pada dasarnya peta mempunyai karakteristik yang dapat diuraikan sebagai : a. Gambar disajikan pada bidang datar dalam bentuk dua dimensi (hasil transformasi matematik); b. Merupakan bentuk reduksi dari keadaan sebenarnya;
c. Dalam penyajiannya mengalami suatu proses generalisasi, sehingga tidak semua informasi perlu disajikan; d. Merupakan suatu bentuk penegasan (enhancement) dari unsur yang terdapat dipermukaan bumi.
d) Fungsi Peta Fungsi peta dapat dijelaskan sebagai berikut :
1
2
3
Memperlihatkan posisi relatif, ukuran dalam pengertian jarak dan arah
Memperlihatkan bentuk atau unsur yang terdapat di permukaan bumi
Menghimpun serta menselektir data dan informasi permukaan bumi
Tahapan/Proses Pembuatan dan Penggunaan Peta Secara umum tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Proses Pembuatan Peta Pada
tahapan
pembuatan
peta
ini,
langkah-langkah
yang
dilakukan meliputi : Proses Seleksi Proses seleksi yang dimaksud adalah menyeleksi data yang akan digunakan dalam pembuatan suatu peta tematik apakah berupa data nominal, ordinal, interval atau data rasio. Proses Klasifikasi Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan informasi
yang
berbeda
apabila
menggunakan
metode
klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada distribusi data. Proses Eksagerasi Proses Simplifikasi Proses Simbolisasi Proses simbolisasi yang meliputi simbolisasi data dan pola dapat diuraikan sebagai berikut : Representasi Simbol :
Titik
Garis
Area
Peringkat atau Ukuran
Nominal
Ordinal
Interval
Ratio
b) Proses Penggunaan Peta
Ukuran Bentuk Orientasi
Skala Jarak antar objek
Pada
proses
penggunaan
peta
ini,
langkah-langkah
yang
dilakukan meliputi : Membaca peta Analisis Interpretasi Tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya divisualisasikan dalam bentuk bagan di bawah ini :
Gambar 5.15. Tahapan/Proses Pembuatan Peta Sampai Dengan Penggunaannya
Penyajian Data Dalam Bentuk Grafis Dalam proses penyajian data menjadi bentuk grafis, langkahlangkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : a) Visualisasi , data diubah menjadi bentuk gambar; b) Universal, informasi yang disajikan dalam bentuk grafis harus difahami dan dimengerti oleh setiap pemakai informasi; c) Graphic, data yang disajikan dalam bentuk grafis dapat diperkecil skalanya dan direproduksi tanpa merubah pengertian yang mendasar tentang suatu informasi.
Peta dan Komunikasi Peta dan gambar lainnya adalah alat komunikasi, seperti halnya bahasa dan angka. Peta adalah alat komunikasi yang menggunakan untuk
data
keruangan
menggambarkan
suatu
benda atau fenomena. Mendesain peta
sangat
diperlukan
agar
terjadi komunikasi yang efektif. Berikut adalah uraian mengenai hubungan peta dan komunikasi : a) Peta adalah media untuk menyatakan pendapat; b) Pendapat tersebut ingin disampaikan melalui mata kepada yang menerimanya; c) Pendapat yang disampaikan adalah mengenai segala yang menyangkut ruang; d) Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut bisa diterima lebih mudah. Permasalahan Komunikasi Visual Dalam metode komunikasi visual sebagaimana halnya dengan metode komunikasi konvensional, tentunya memiliki kelemahankelemahan yang dapat menghalangi penerimaan pesan yang ingin
disampaikan. Hal ini dapat terjadi antara lain karena faktor-faktor berikut ini : a) Imajinasi (daya cipta) Pembuat peta harus mampu menyajikan informasi yang disajikan,
sehingga
informasi
dapat
dimanfaatkan
oleh
pengguna peta; untuk itu diperlukan imajinasi/daya cipta oleh pembuat peta agar informasi yang disajikan bisa ‘dibaca’ oleh pengguna peta. b) Persepsi Informasi yang disampaikan mungkin akan terjadi ‘perbedaan pengertian’ antara pembuat dan pengguna peta, hal tersebut terjadi karena : Sampai sejauh mana pengguna peta dapat mengerti ‘pesan’ yang disampaikan pada sebuah peta; Tingkat pengetahuan yang berbeda; Konsep-konsep data geometrik (skala, proyeksi peta, jarak) yang belum tentu dimengerti.
Desain Peta Salah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan
tersebut,
diperlukan
suatu
disain
peta
yang
berhubungan dengan penampilan grafis (graphic) suatu informasi muka bumi pada selembar peta. Desain peta menyangkut pemilihan simbol untuk suatu unsur permukaan bumi sesuai dengan informasi yang akan disajikan, tata letak peta (meliputi muka peta, informasi tepi, informasi batas), pemilihan warna, pemilihan jenis dan ukuran huruf.
JAKARTA
Samudera Hindia
a) Prinsip-Prinsip Disain Peta Suatu peta yang mudah dibaca, dengan
kata
lain
dapat
mengkomunikasikan kepada para pemakai
peta,
merupakan
peta
yang telah didisain dengan baik, sehingga informasi yang disajikan dapat
dimengerti
oleh
pemakai
peta. Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan merupakan awal dari suatu kegiatan kartografi dalam kaitannya dengan proses pembuatan suatu peta. Suatu disain peta berhubungan dengan penampilan grafis informasi muka bumi yang disajikan pada lembar peta. Pembuat peta harus mampu menciptakan peta untuk para pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini, fungsi
pembuat
peta
adalah
merancang
bangun
semua
kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai peta.
Pada
pembuatan
desain
suatu
peta,
sebelum
mengambil
keputusan mengenai detail yang akan disajikan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu : Perencanaan Produksi Peta Setiap produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga mempunyai sasaran yang jelas siapa calon pemakai atau penggunanya. Berkaitan dengan proses pembuatan peta, perlu juga ditentukan metode serta teknologi yang akan digunakan; sedang jika ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang akan dihasilkan. Isi Peta Maksud dan tujuan suatu pemetaan mempunyai hubungan langsung dengan isi yang akan disajikan pada peta tersebut. Isi peta dapat dibedakan atas :
Unsur alam dan unsur buatan manusia;
Subyek pokok dan klasifikasinya.
Langkah awal yang harus diputuskan didalam pembuatan suatu disain peta adalah penentuan skala peta, serta penentuan ’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah. Maksud dan tujuan dari pembuatan peta merupakan faktor penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus tampak dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung akan tampak sebagai latar belakang. Skala Peta Tuntutan yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah memperlihatkan semua unsur permukaan bumi pada posisi yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan dapat tercakup pada beberapa lembar peta. Luas daerah dan kerapatan detail yang disajikan sangat tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat
dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala peta merupakan suatu hal yang saling berkaitan. Ukuran dan Tata Letak Peta Ukuran suatu peta tergantung skala peta yang dibuat; selain standar ukuran yang berlaku, pada pembuatan ukuran lembar peta perlu diketahui juga ukuran peralatan reproduksi serta bahan yang akan digunakan. Suatu lembar peta dibedakan atas muka peta, bagian yang menggambarkan permukaan bumi; dan informasi tepi peta, yaitu bagian dari lembar peta yang memberikan keterangan dalam kaitannya dengan isi suatu peta, serta data pendukung untuk proses pembuatan peta tersebut. Simbol Peta Seorang pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan memulai dengan menciptakan bentuk secara keseluruhan, kemudian menyaring atau memilih detail yang diperlukan. Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin kurang mengerti arti dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian. Aspek dari orientasi terhadap suatu bentuk di peta tergantung pada besarnya bentuk yang dapat dikenal pada unsur topografi yang utama. Cara terbaik untuk dapat mengetahui dengan mudah jenis unsur yang disajikan adalah membuat gambaran yang jelas perbedaan bentuk antara unsur-unsur yang disajikan (misalnya antara unsur daratan dan laut). Kontras dan Keseimbangan Kekontrasan berhubungan dengan penggunaan warna pada penyajian unsur-unsur yang menjadi tujuan dari suatu peta. Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara warna untuk unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia. Selain kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus memperhatikan keseimbangan, dalam pengertian bagaimana menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan
yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari masing-masing komponen tersebut adalah wajar.
b) Simbol Salah satu pendekatan penting di dalam mempelajari kartografi adalah
memandang
sebagai
suatu
komunikasi
peta bentuk
visual
untuk
menjelaskan hubungan spasial di muka bumi. Walaupun Kartografi mempunyai hubungan
dengan
masalah
komunikasi,
tetapi
mempunyai
perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya. Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi grafis,
sehingga
sejumlah
aturan
yang
diberlakukan
pada
pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi grafis dan penyajian grafis data statistik. Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi, disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis (graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi di muka bumi pada suatu bidang datar.
Data dan Informasi Kebumian Sebelum pembuatan suatu simbol peta, adalah suatu hal penting untuk mengerti data yang akan disajikan pada suatu peta. Pada proses pembuatan suatu peta, seorang pembuat peta haruslah terlebih dahulu mempelajari data yang akan digunakan, baik untuk peta topografi maupun peta tematik, sehingga akan diketahui : Cara memproses data yang berkaitan dengan posisi suatu tempat; Karakteristik dari unsur yang disajikan;
Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Selain itu, pembuat peta juga menyajikan informasi pada suatu peta dengan
cara memanfaatkan dan memindahkan
data
sekunder (misalnya data kepadatan penduduk, peta jalan). Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka seorang pembuat peta harus mencari, menganalisis dan memproses data untuk dapat disajikan dalam bentuk grafis.
Klasifikasi Data Spasial Kenampakan
muka
bumi
dalam
bentuk
spasial
dapat
diklasifikasikan atas : a) Data Posisi Titik koordinat adalah salah satu bentuk yang menyatakan suatu data posisi di muka bumi. Secara konsepsi, pengertian posisi ataupun lokasi adalah sesuatu yang nyata tampak pada suatu tempat dimuka bumi. Data posisi di lapangan akan banyak dijumpai
jenisnya,
mulai
dari
titik
kedalaman
pemeruman
(sounding), titik tinggi, titik planimetris, sampai ke perpotongan jalan. b) Data Linier Sejumlah besar unsur geografi di muka bumi adalah dalam bentuk data linier yang mempunyai suatu ukuran tertentu. Jalan atau sungai yang mempunyai panjang relatif adalah bentuk dominan data linier yang mudah dikenal di lapangan. Bentuk-bentuk lainnya adalah mulai dari bentuk yang tidak nyata dilapangan seperti batas administrasi
antara
dua
tempat
atau
garis
pantai
yang
membedakan antara daratan dan air, sampai kebentuk data yang nyata seperti jalan dan sungai. c) Data Luas Secara konsepsi data luas berbentuk dua dimensi, dan pengertian pokoknya adalah suatu area yang dibatasi oleh suatu bentuk linier yang tertutup. Data luas dapat dalam bentuk suatu negara, karakteristik tanah, perkebunan ataupun daerah hutan.
Simbol kartografi yang digunakan untuk mewakili data spasial muka bumi pada suatu peta dapat diklasifikasikan dalam bentuk: Simbol Titik (Point) Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area suatu kota pada peta skala kecil dapat disajikan sebagai simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala besar. Simbol Garis (Line) Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi. Simbol Luas (Area) Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang dibuat.
Skematik Pembuatan Disain Simbol Disain simbol adalah suatu kegiatan kreativitas grafis dalam menyajikan unsur muka bumi yang sesuai dengan tujuan pembuatan
peta.
Dimana
mendisain
suatu
simbol
adalah
merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu unsur dan konsep dari pemakai peta. Pada sistem keseluruhan dari pembuatan disain peta, maka disain simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa cabang komponen dari suatu sistem fungsional. Pada pembuatan disain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in
cartographic eduction, 1984). Kedelapan faktor utama tersebut adalah : a) Isi Peta b) Karakteristik Geo-Data c) Persepsi Pandang d) Variabel Pandang e) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi f) Standar dan Konvensi g) Persyaratan Peta, serta h) Produksi dan Aspek Biaya
ISI PETA
PRODUKSI DAN ASPEK BIAYA
KARAKTERISTIK GEO-DATA
DISAIN SIMBOL
PERSEPSI PANDANG
PERSYARATAN PETA
SATANDAR DAN KONVENSI
VARIABEL PANDANG
ASPEK PERSEPSI FISIK DAN PSIKOLOGI
Gambar 5.17.. Delapan Faktor Utama Dalam Skematik Pembuatan Disain Simbol
Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor tersebut adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu disain simbol. a) Isi Peta
Dalam pembuatan disain simbol, unsur-unsur yang akan disajikan pada
peta
adalah
faktor
utama
yang
betul-betul
harus
dipertimbangkan. Pembuatan disain simbol ini dapat dilakukan jika “isi” suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan pembuatan peta bersangkutan. Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan keperluan pemetaan
dan
persyaratan
pemakai
peta,
juga
perlu
dipertimbangkan beberapa faktor penting lainnya yaitu : Tersedianya data dan kebenarannya data untuk pemetaan; Hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi peta yang digunakan; Fasilitas teknik reproduksi yang tersedia; serta Kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pembiayaan dan pasar. b) Karakteristik Geo-Data Sesudah isi peta disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk maksud disain simbol, maka diperlukan analisis geo-data (data sapsial) yang akan disajikan. Data spasial permukaan bumi dapat dibedakan menjadi empat dasar/kategori. c) Karakteristik Planimetrik Informasi muka bumi didefiniskan dalam bentuk titik, garis, atau luas
yang
keadaannya
relatif
sesuai dengan
skala
peta.
Karakteristik planimetrik pada pembuatan disain simbol disajikan dalam bentuk simbol titik, garis atau luas. Simbol Titik (Point) Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area suatu kota pada peta skala kescil dapat disajikan sebagai simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala besar. Simbol Garis (Line) Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang
tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi. Simbol Luas (Area) Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang dibuat.
Simbol kartografi di dalam penyajiannya dapat dibedakan atas: Piktorial atau Simbol Deskriptif Simbol
dalam
bentuk
piktorial
merupakan
bentuk
yang
mendekati keadaan sebenarnya dari data spasial yang akan disajikan, seperti simbol pohon, simbol terminal. Simbol piktorial mudah untuk dimengerti oleh pemakai peta tanpa harus melihat legenda peta, tapi untuk membuat disain simbolnya tidaklah mudah, serta kadang-kadang cukup sulit untuk menempatkan pada posisi yang tepat pada suatu lokasi di peta. Geometrik atau simbol abstrak Adalah suatu simbol yang menggambarkan bentuk reguler seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan lain sebagainya. Jika melihat simbol geometrik, maka bentuk yang disajikan tidak spesifik atau sesuai dengan data spasial yang terdapat di muka bumi. Suatu bentuk lingkaran pada suatu peta menyajikan sebuah kota, tapi pada peta lain dapat mewakili sebuah menara. Simbol geometrik, relatif lebih mudah menempatkan posisi suatu lokasi dengan tepat pada suatu peta. Huruf Simbol huruf adalah suatu bentuk simbol yang terdiri dari hurufhuruf atau gabungan dari huruf-huruf dan angka. Simbol huruf dapat dijumpai pada peta topografi (huruf B untuk menyatakan lokasi dari Kantor Kabupaten) maupun pada peta tematik (mewakili unsur-unsur geologi dalam bentuk nama suatu unsur).
Huruf yang tertera pada suatu simbol harus dituliskan pada legenda peta untuk dapat dimengerti oleh pemakai. Tingkat Ukuran Data dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama dengan pembentukan data ukuran yang berdasarkan pada hirarki yaitu, kualitatif – kelas – kuantitatif. Data nominal Suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak mempunyai tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang disajikan hanya dikenal dengan suatu nama saja, misalnya sekolah, Bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.
Data Ordinal Suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang mempunyai tingkatan. Unsur/obyek yang disajikan pada peta secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti besar dan kecil, padat dan jarang, basah dan kering, tua dan muda. Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai kota besar dan kota kecil, desa luas dan desa kecil.
Data Interval dan Rasio Suatu ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan tertentu saja, melainkan juga dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang sebenarnya. Pada ukuran interval, titik nol atau titik permulaan diambil sembarang,
artinya
perbandingan
suatu
harga
tidak
mempunyai arti yang sebenarnya; sedang pada ukuran ratio, titik
permulaannya
adalah
Struktur dari Organisasi Data
mutlak
(harga
sebenarnya).
Struktur organisasi adalah aspek lain dari karakteristik geo-data. Apapun tipe peta yang akan dihasilkan, ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan. Subyek dari peta yang akan dihasilkan harus dibedakan kedalam beberapa grup atau katagori yang unsur-unsurnya mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air dicatat dan dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari satu elemen pada peta); selain hal tersebut, diperhatikan juga apakah dalam satu katagori masih diperlukan pembagian beberapa sub katagori lagi. Hal ini sangat penting untuk membuat sistematika, sehingga dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya secara visual dengan suatu kategori tertentu. Karakteristik Data Lainnya Untuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan pencarian karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set data (garis kontur) yang merupakan hasil pengukuran langsung dan hasil perkiraan (interpolasi). d) Persyaratan Pembuatan Peta Pembuatan disain simbol dapat berbeda tergantung untuk keperluan apa peta tersebut dibuat, apakah untuk pendidikan, ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta sekolah, umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk diketahui, sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang dimiliki, pengalaman dalam menggunakan peta, dan kemampuan dalam persepsi. Pemilihan
antara
pemakaian
simbol
piktorial
atau
simbol
geometrik oleh kartografer, mungkin lebih ditekankan berdasarkan kelompok pemakai. Keadaan khusus dari pemakaian suatu peta akan mempengaruhi disain simbol yang akan dibuat, sebagai contoh : Apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan atau pada jarak tertentu (digantung pada dinding) ;
Apakah dibutuhkan waktu yang lama atau pengamatan yang cepat dalam mempelajari suatu peta ; Apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran yang normal atau pada penyinaran dengan iluminasi khusus. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari suatu simbol yang akan dibuat. e) Variabel Pandang Variabel pandang merupakan basis dasar didalam pembuatan simbol yang berperan penting pada proses sistematika dan logika disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu simbol yang akan mewakili suatu unsur di muka bumi, perlu dipelajari terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut berbagai bentuk penyajian dengan menggunakan dampak pandang (visual impact), sebab hal tersebut merupakan sesuatu yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian pada suatu peta. Bentuk
penyajian
yang
menggunakan
dampak
pandang,
umumnya dinyatakan dalam : Bentuk (shape/Form) Ukuran (size) Orientasi (orientation) Harga (value) Tekstur (texture) Warna (colour) Harga (Value) Harga adalah variabel pandang yang mengacu kepada harga grey scale, suatu derajat kehitaman dari warna putih/muda sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang berbeda dari satu unsur terhadap unsur lain.
Pada prakteknya, screen untuk warna muda selalu mempunyai harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan dengan
warna
prosentase
tua.
screen
proporsional
Pemakaian
tidaklah
dengan
screen
selalu yang
dipakai,
artinya, untuk menyatakan suatu daerah
A yang
jumlah penduduknya 2 kali dibandingkan
dengan
daerah B, tidak selalu prosentase screen yang dipakai didaerah A adalah 2 kali dari daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel pandang dapat digunakan untuk penyajian simbol titik, garis dan luas.
Tekstur (Texture) Tekstur sebagai variabel pandang
dapat
untuk memahami bermacam-macam
ukuran
dari suatu harga yang tetap. Macam-
macam
bentuk tekstur dapat diatur melalui
teknik
reproduksi fotografis, harga dari tekstur akan sama tetapi ukurannya dapat berbeda.
Warna (Colour) Variabel pandang untuk warna dapat dibedakan atas tiga hal yaitu : • Corak (hue) Berkaitan dengan jumlah warna
yang
tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna dengan warna lainnya. • Harga (value) Berhubungan dengan ukuran dari pemantulan sinar yang terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan berarti harga yang terjadi
semakin
tinggi.
Sebagai
contoh,
warna
coklat
mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan warna kuning.
• Kejenuhan (Saturation) Berhubungan dengan reaksi manusia
dalam
melihat suatu warna. Ada suatu warna
tertentu
yang
dapat
menimbulkan
reaksi
terhadap mata manusia, padahal warna bersangkutan
mempunyai
bersangkutan
disebut
'harga'
sebagai
yang
warna
tinggi. yang
Warna
berkurang
kejenuhannya (misalnya warna kuning). Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan berkurang kejenuhannya.
f) Tingkat Persepsi Pandang Aturan untuk disain simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu kesepakatan, melainkan haruslah belajar dari pembuat peta dan pengguna peta. Pada umumnya pengguna peta tidaklah belajar bahasa simbol kartografi, aturan dari disain simbol berdasarkan kesan yang secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang, seperti halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat bersama pengguna peta. Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol : Persepsi asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya ; Persepsi
selektif,
simbol-simbol
dapat
divisualkan
dalam
tingkatan grup ; Persepsi kelas, simbol-simbol dapat tersusun dengan baik berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas ; Persepsi kuantitatif, kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan cara meng-kuantitatifkan (dua kali atau tiga kali lebih).
g) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi Pada penyajian simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan dan kontras dapat disajikan dalam beberapa aspek yang sesuai dengan aturan kartografi. Seperti diketahui, persepsi dari ukuran simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan terlihat sama jika dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya. Konsep dari suatu penyajian unsur permukaan bumi adalah juga salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat mempengaruhi dalam pembuatan disain simbol. h) Standar dan Konvensi Warna biru selalu dikaitkan dengan unsur air dan menjadi konvensi dan standar pada penyajian sungai, danau, laut serta unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air; demikian pula halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk tumbuh-tumbuhan. Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari organisasi pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol peta yang dihasilkan, khususnya untuk suatu seri peta. Banyaknya simbol yang konvensional dan standar, menjadikan suatu hal yang jelas bahwa kartografer tidak pada setiap waktu dapat secara bebas mendesain suatu simbol; atau dengan perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama.
Kategori Peta Jenis peta jumlahnya tidak terbatas “Maps Have Many Functions And Many Faces, And Each Of Us Sees Them With Different Eyes” (Skelton 1972) Masalah Bagaimana mengkategorikan peta? Kategori dapat dipandang dari 3 sudut pandang Diklasifikasi berdasarkan skala
Diklasifikasi berdasarkan fungsi Diklasifikasi berdasarkan subjeknya (isinya)
a) Klasifikasi Berdasarkan Skala Peta yang diklasifikasikan berdasarkan skala adalah peta yang menggunakan Rasio Dimensi Peta dengan Dunia Nyata. Dalam klasifikasi ini peta dibedakan menjadi : Peta Skala Kecil = luasan besar, dengan isi yang general Sekitar 1 : 500,000 or less Peta Skala Besar = area cakupan kecil, dengan detail yang baik. 1 : 50,000 or more Peta Skala Sedang = berada diantaranya Tidak ada pengkelasan yang spesifik
Gambar 5.18. Peta Skala Kecil (1 : 1.000.000.000)
Gambar 5.19. Peta Skala Kecil (1 : 2.500.000.000)
Gambar 5.20. Peta Skala Kecil (1 : 10.000.000.000)
b) Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Dalam mengklasifikasikan Peta berdasarkan Fungsi tidak ada pengaturan yang jelas mengenai hal ini. Secara umum kategori peta terdiri atas 3 (tiga), yaitu : Peta Referensi /Peta Dasar Peta Tematik Charts (Peta Navigasi) Peta Referensi
Peta Referensi bertujuan untuk memperlihatkan kondisi fisik, lokasi dan objek dipermukaan bumi, seperti air, jalan, garis pantai, rel kereta dan sebagainya. Peta Referensi dibagi atas : Peta Dasar skala besar : Peta Topografi Photogrammetric methods Peta dengan Skala yang lebih besar : site location/engineering Fokus pada akurasi posisi Peta Dasar skala kecil : Atlas Memperlihatkan hampir sama dengan peta skala kecil, tetapi detailnya lebih sedikit. Engineering map example
Engineering maps (a.k.a plans) are used for guiding projects such as bridges & dams or for estimating costs for these projects Peta Tematik
Peta Tematik dikenal dengan special purpose maps Distribusi sebuah nilai atribut atau beberapa atribut yang saling berhubungan Satellite cloud cover images Election results Precipitation, temperature Population Average annual income
Jika tujuannya untuk memperlihatkan lokasi dikenal dengan nama general purpose map
Peta Tematik cenderung memiliki skala yang lebih kecil Memperlihatkan distribusi untuk area yang luas (vs. abs. location) Ketersediaan Data
Perbandingan Regional vs. site-level decisions
General reference maps
Thematic maps
…show locations of objects
…show spatial distribution of attributes
Peta Tematik, terdiri atas : a.
Dot-distribution maps
b.
Choropleth maps
c.
Isoline maps
d.
Flow maps
e.
Chart maps
f.
Cartograms
g.
Simbol (e.g. proportional circles, bar graphs, etc.)
Dot-distribution map Memperlihatkan densitas dan distribusi sebuah atribut Choropleth Maps
Choropleth maps: enumeration units coloured or shaded to represent different magnitudes of an attribute classified : colours
colour scales :
correspond
sequential (gradient) diverging (doubleended)
Chart maps: sizes of chart segments are proportional to values of several attributes
Bar charts : one bar per attribute, height proportional to value
to value intervals
Isoline Maps
Show numerical values for continuous distributions by means of lines joining points of equal value (e.g. maps of temperature, pressure, etc.)
Flow Map
Proportional Circle Map
Elemen Peta
Charts Peta yang didesian khusus untuk navigasi laut dan udara
Peta berguna untuk looked at, sementara charts berguna untuk worked on (plot courses, determine positions)
Navigasi juga biasanya menggunakan peta general (maritime equivalent of topographic map bathymetric map) 2 tipe aeronautical charts, yaitu : 1. visual 2. instrument navigation
Peta jalan merupakan chart atau navigasi di darat.
Hanya
sedikit peta yang memang “murni” merupakan peta referensi atau peta tematik dan chart yang memiliki satu fungsi khusus.
Bathymetric Example
c) Klasifikasi Berdasarkan Subjeknya Berdasarkan subjeknya, peta dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Peta Kadastral Peta Perencanaan
d) Analisis Spasial
Remote Sensing Quantitative Methods
Geomorpholog y Climatology
Cartography Geographical Technical
Physical
SPATIA L ANALY SIS Human
GIS
Biogeography
Geographical Soils
Geography
Historic al
Political
Econom ic
Behavioral Population
e) Generalisasi Statistik
Jumlah Kelas – Sedikit atau banyak ? – ROT : Kebanyakan 3-7 Kelas, dgn 8 shade
Metode Klasifikasi – Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan informasi yang berbeda apabila menggunakan metode klasifikasi yang berbeda. – Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada distribusi data.
Distribusi Data Histogram Langkah pertama dalam memproduksi peta tematik Lihat bagaimana data terdistribusi Gunakan statistik sederhana, seperti rata-rata atau standar deviasi Plot data sebagai histogram
Contoh Distribusi Data
15) Perangkat Pendukung Persoalan yang sulit dan penting dalam pengembangan aplikasi adalah bagiamana memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa bertahan terhadap waktu. Tulang punggung informasi modern adalah perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Seperti kita sadari bahwa perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak kriteria saat ini begitu pesatnya, sehingga nilai kadaluwarsa perangkat tersebut berjalan sejajar. Keadaan ini sering menjadi kendala untuk memulai mengembangkan sistem atau aplikasi karena selalu muncul perangkat generasi terbaru dengan tawaran keandalan yang serba lebih. Di lain pihak, saat ini ada banyak sekali perangkat lunak yang beredar, sehjngga untuk memilih, dan memutuskan perangkat lunak mana yang akan digunakan memerlukan disiplin ilmu tersendiri. Paradoks tersebut selalu membuat orang berfikir dua kali untuk memulai mengembangkan sistem karena terlalu hati - hati menyebabkan tidak pernah optimum dan operasional.
Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana mengantisipasi perkembangan
untuk
jangka
waktu
tertentu,
sehingga
perkembangan tersebut tidak melebihi batas (limit) dari nilai yang kita tetapkan dalam penentuan parameter perangkat keras, maupun perangkat lunak. Pengadaan Hardware : Pemilihan perangkat keras (hardware) dapat mengikuti petunjuk berikut : Gunakanlah perangkat keras yang banyak digunakan (lazimnya PC) akan tetapi juga harus memungkinkan untuk bekerja di multi platform. Gunakanlah processor tercepat yang ada saat ini, mengingat database pictorial membutuhkan memori yang cukup besar serta kecepatan yang tinggi. Apabiia biaya menjadi kendala maka bisa digunakan perangkat keras satu level dibawahnya. Gunakanlah resolusi monitor yang tinggi, sehingga diperoleh tampilan yang sesuai dengan kehendak kita. Menggunakan media penyimpanan (hard disk) yang memadai. Pengadaan Software Sedangkan
pemilihan
perangkat
lunak
(sofware)
harus
memperhatikan batasan-batasan berikut : Perangkat lunak harus fungsional, dengan installed base yang tinggi, diikuti dengan pelayanan pengembangan dan kemudian masalah harga Pilih perangkat lunak yang menyediakan customization, user interface yang bersahabat (familiar) Memiliki editor yang mudah untuk menggambarkan objek-objek 2 dimensi Bisa membaca format dan aplikasi lain yang umum Memiliki kemampuan untuk melakukan akses terhadap database relational Mendukung konsep Structural Query Language (SQL) Bisa berjalan dengan system operasi windows (under windows)
C. METODE PENGUMPULAN DATA Metode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara kondisi yang terjadi di lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan. Dalam menentukan cara pengumpulan data sangat bergantung pada data yang dibutuhkan. 1. Kegiatan Pengumpulan Data Berdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui survey dilakukan melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu : a. Survey Sekunder, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk mendapatkan data sekunder. Merupakan pengumpulan data atau perekaman data instansi, baik itu berupa uraian data angka maupun peta yang berhubungan dengan wilayah kajian dan terkait dengan data yang dibutuhkan bagi penyusunan laporan. b. Survey
Primer,
mendapatkan
yaitu
data
kegiatan
primer
yang
survey dilakukan
yang
ditujukan
melalui
untuk
pengamatan,
pengukuran kondisi lapangan. Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama oleh konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat dipercaya serta dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kondisi lapangan.
2. Kebutuhan Data Kegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksanaan serta data-data tertulis lainnya sedangkan data primer adalah data-data yang dikumpulkan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke wilayah perencanaan (on site-visit).
5.10. GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN
5.11. PROGRAM KERJA
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
5.1. LATAR BELAKANG Meningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasilokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.
Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana. Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan pemetaan risiko bencana.
Dari
telaah
tim
ahli
yang
tergabung
dalam
penyusunan
Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi. Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
34
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu. Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.2. NAMA PEKERJAAN Sesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.3. LOKASI PEKERJAAN Berdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.
5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN Kegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan
selama
150
(seratus
lima
puluh)
hari
kalender
sejak
dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
5.5. BIAYA Biaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013. SKPD
Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
(BPBD),
Kabupaten
Karangasem.
5.6. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud Pekerjaan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
35
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
b. Tujuan Pekerjaan Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :
Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masingmasing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
5.7. SASARAN Sasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah : a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat luas
mengenai pentingnya
informasi
bencana
dalam
pelaksanaan
pembangunan daerah. b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi. c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
5.8. RUANG LINGKUP Adapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kubu adalah :
Analisis Ancaman Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di masing-masing
desa
di
Kecamatan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
Abang
dan
Kubu
dengan 36
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak dijadikan pertimbangan.
Analisis Kerentaan Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi kemampuan
perekonomian
masyarakat,
tingkat
pendidikan
dan
pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana secara mandiri.
Analisis Kapasitas Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.
Analisis Risiko Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.
Penyusunan Peta Risiko Bencana Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (dalam rupiah)
Legalisasi Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
5.9. APRESIASI DAN INOVASI Sehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
di 37
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya pekerjaan ini. A. APRESIASI 1) Umum Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang sering
menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,
longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan
Rencana
Penanggulangan
Bencana
Daerah
(RPBD)
Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.
Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
38
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.
Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya. 2) Pengertian Dasar Pemetaan Risiko Sehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini, diantaranya
(Sumber
:
Peraturan
Kepala
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana) : Bencana
adalah
peristiwa
atau
rangkaian
peristiwa
yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Rencana
Penanggulangan
Bencana
adalah
rencana
penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
39
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
mencapai
kesiapan,
dan
mengurangi
kemampuan
untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat
dengan
BNPB,
adalah
lembaga
pemerintah
non
departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya
untuk
menghilangkan
dan/atau
mengurangi
ancaman bencana. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non-spasialnya. Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu. Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya. Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
40
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah sistem
untuk
pengelolaan,
penyimpanan,
pemrosesan
atau
manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi. Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan perhitungan tertentu. Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya tsunami. Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana. Kajian
Risiko
Bencana
adalah
mekanisme
terpadu
untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian dan Kapasitas Daerah. Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah
3) Dasar Hukum Dasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain : UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
41
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah PP
No.
21
Tahun
2008
Tentang
Penyelenggaaraan
Penanggulangan Bencana PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
4) Prinsip Pengkajian Risiko Bencana Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan : Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari
para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan risiko bencana.
5) Fungsi Pengkajian Risiko Bencana Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Penanggulangan mengarusutamakan
Bencana
yang
merupakan
penanggulangan
bencana
mekanisme dalam
untuk rencana
pembangunan.
Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
42
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.
B. INOVASI Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko. Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana.
Peta Ancaman Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta Kerentaan Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset
penghidupan
dan
kehidupan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
yang
dimiliki
yang
dapat
43
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta Kapasitas Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko Bencana Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing análisis risiko 1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll 2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll 3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll 4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
44
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat peringatan dini.
5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGI Dalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman pada KAK yang ada.
A. PENDEKATAN TEKNIS 1. Pendekatan Studi Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain : a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (BottomUp Approach) Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
45
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
b. Pendekatan Strategis Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala prioritas
sebuah
permasalahan.
Strategic
Approach
ini
akan
membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
c. Pendekatan Komprehensif Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada, sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.
d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan Pendekatan
ini
memperhatikan
kesinambungan
antara
aspek
kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan berkelanjutan
(sustainable
development)
ini
adalah
model
pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah (natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk keluaran kegiatan.
e. Pendekatan Masyarakat Pada
pendekatan
ini,
konsep
dasarnya
adalah
dengan
memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh, untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
46
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya. Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
2. Pendekatan Teoritis Peta
adalah
bayangan
permukaan
bumi
yang
diperkecil
yang
digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala; legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin. a. Pengukuran Kerangka 1) Pengukuran Kerangka Horisontal Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudutsudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui azimuth untuk tiap sisi poligon.
Gambar 5.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
47
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Keterangan gambar : 1,2,3,…
: nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam 1, 2, 3, … : azimuth Rumus dan syarat yang harus dipenuhi : a) Syarat sudut Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180) Dimana ; n
= jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut pada poligon b) Syarat sisi d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap. Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar. d) Mengitung masing – masing garis Rumus :
x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana : ‘n : nomor titik poligon : sudut luar : azimuth
Gambar 5.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar
Keterangan gambar : 1,2,3,…
: nomor titik
1, 2, 3,…
: sudut dalam
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
48
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
1, 2, 3, …
: azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi : a) Syarat sudut Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180) Dimana ; n
= jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut luar poligon b) Syarat sisi d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap. Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar. d) Mengitung masing – masing garis Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n Dimana : n : nomor titik poligon : sudut luar z : azimuth
2) Pengukuran Kerangka Vertikal Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang referensi, pekerjaan dibagi atas : a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik. b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
49
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail. Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai data pada peta topografi. 3) Pengukuran Detail Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.3. Pengukuran Titik
Keterangan Gambar : A : tempat berdiri alat B : tempat berdiri rambu M : sudut miring hi : tinggi alat h : beda tinggi BA : bacaan benang atas BT : bacaan benang tengah
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
50
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
BB : bacaan benang bawah L : BA – BB D : jarak datar D’ : jarak miring
Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ; L’ = L x cos m
= L sin z
D = L’ x F
= 100 sin2z
D = D’ sin z Beda tinggi ( h ) h = D’ cos z = 100 L sin z cos z = 100.0,5. L (2 sin z cos z) = 50 sin 2z L Sehingga beda tinggi ; A-B (h) HAB = h1 + h – BT HB
= HA +h – BT
Dengan HB
= ketinggian titik B
Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara memancar seperti di bawah :
Gambar 5.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar
Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran pada tiap-tiap titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA, BB, BT dan zenith. Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
51
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
4) Metode Pengukuran Beda Tinggi
Gambar 5.5. Metode Barometris
Pengukuran Beda Tinggi Barometris Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.
Gambar 5.6. Metode Trigonometri
Keterangan gambar :
z
= sudut zenith
m
= sudut miring
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
52
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
s
= jarak A-B
Pengukuran beda tinggi trigonometri Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila pesawat di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring dan sudut tegak (Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B adalah s maka beda tinggi antara A dan B = s tan m. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban sehingga menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung atau mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik dibandingkan metode barometris.
Gambar 5.7. Metode Sipat Datar
Pengukuran beda tinggi sifat datar Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A dan B. Angka a dan b adalah hasil pembacaan mistar atau rambu. Garis mendatar ini dapat dihasilkan dengan menarik seutas benang atau kawat dibantu dengan waterpass. Untuk menghindari kelengkungan teropong dengan dilengkapi nivo di tengah-tengah dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat sejajar dengan garis arah nivo
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
53
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta
1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan
Ruang
Wilayah,
adalah
salah
satu
peraturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Peraturan
Pemerintah
ini
selain
memuat
ketentuan
dan
pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsurunsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata ruang wilayah dalam berbagai skala. 2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000 Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel E.1 dan Tabel E.2).
c. Perhitungan dan Penggambaran peta
1) Perhitungan Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai macam alat, yaitu: a) Theodolit Manual Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA +BB. b) Digital Theodolit (DT)
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
54
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan jarak dari satu patok ke patok lain. c) Waterpass Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2 patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas (BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB). Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas ketinggian tanahnya.
2) Metode Penggambaran Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan menggunakan
metode
manual
atau
dengan
metode
digital
(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan dengan : a) Membuat grade pada kertas . b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade. c) Membuat poligon tertutup. d) Menentukan titik detail (pojok bangunan) e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil perhitungan pengukuran memancar. f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan pengukuran Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software yang aplikatif.
Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi,
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
55
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak membutuhkan
biaya
yang
besar
untuk
menyimpan
dan
mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan dalam format hardcopy. Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau dihindari.
Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer. Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.
Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer adalah sebagai berikut : Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan). Penyimpanan dan manajemen data Pengolahan dan manipulasi data Menampilkan/memvisualisasikan data
Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
56
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS. Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).
Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data, penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid. Data
digital
dapat
diolah
dan
dimanipulasi
sesuai
dengan
pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala suatu
metode
menganalisis
menjadi data
tidak
tertentu
tepat yang
kalau
digunakan
untuk
pengambilannya
tidak
mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif. Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
57
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
CIPW
untuk
analisis
normatif
batuan
beku,
lpnorm
yang
menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).
B. METODELOGI Komponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan dan kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
1) Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana Gambar di bawah ini memperlihatkan Peta Risiko Bencana merupakan overlay (penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta-peta tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang dihitung dari datadata dan metode perhitungan tersendiri. Penting untuk dicatat bahwa peta risiko bencana dibuat untuk setiap jenis ancaman bencana yang ada pada suatu kawasan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
58
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.8. Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
2) Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana Gambar 5.9. memperlihatkan bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh dari indeks dan data yang sama dengan penyusunan Peta Risiko Bencana. Perbedaan yang terjadi hanya pada urutan penggunaan masing-masing indeks. Urutan ini berubah disebabkan jiwa manusia tidak dapat dinilai dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat Ancaman yang telah memperhitungkan Indeks Ancaman di dalamnya, menjadi dasar bagi perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas. Gabungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat Risiko Bencana.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
59
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.9. Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 3) Korelasi Penyusunan Peta dan Dokumen Kajian Gambar 5.8 dan gambar 5.9 menunjukkan, korelasi antara metode penyusunan Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana terletak pada seluruh indeks penyusunnya. Indeks-indeks tersebut bila diperhatikan kembali disusun berdasarkan komponen-komponen yang telah dipaparkan pada gambar 5.8. Korelasi penyusunan Peta dan Dokumen Kajian Risiko Bencana merupakan Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana Indonesia, dapat dilihat pada gambar 5.10.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
60
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.10. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana Indonesia Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 4) Analisis Risiko Peta Risiko Bencana dan Kajian Risiko Bencana harus disusun untuk setiap jenis ancaman bencana yang ada pada daerah kajian. Rumus dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia
(Peraturan Daerah
Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:
dimana:
≈
∗
R
: Disaster Risk: Risiko Bencana
H
: Hazard Threat: Frekuensi
(kemungkinan) bencana tertentu
cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu V: Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu. Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
61
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
(penduduk, aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik bencana C
: Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk
pulih dari bencana tertentu.
Untuk analisis risiko kuantitatif untuk semua jenis dampak, set parameter empiris yang luas dan indikator akan diperlukan, didukung oleh penelitian yang luas. Penelitian tersebut secara global hanya dalam tahap awal dan data yang dapat dipercaya lokal pada khususnya sensitivitas masih jauh dari tersedia. Analisis pemetaan risiko ini menggunakan semikuantitatif, yang menggunakan faktor pembobotan dan nilai-nilai indeks. Pendekatan ini adalah pendekatan yang umum digunakan di beberapa analisis risiko bencana dan pemetaan di luar Indonesia.
Indikator yang digunakan untuk analisis resiko semi-kuantitatif akan dipilih didasarkan pada kesesuaian dan ketersediaan. Rumus 'R = H * V / C' yang dijelaskan di atas masih berlaku, namun akan berisi nilai indeks bukan nilai riil. Dalam analogi Human
Development Index (HDI) dari UNDP, untuk membuat indeks sebanding setidaknya dalam dimensi, indeks yang digunakan dalam analisis yang dikonversi menjadi nilai antara 0 dan 1, dimana 0 merupakan nilai minimum indikator asli, dan 1 merupakan nilai maksimum. Dalam kasus dengan angka rendah yang banyak dan beragam dalam jumlah yang kadang-kadang tinggi, akan dilakukan konversi logaritmik (Log10) daripada konversi 'linier'.
Inti dari metodologi pemetaan risiko adanya suatu struktur pohon indikator, dimana indeks risiko membentuk akar akhir dari analisis. Dalam kebanyakan kasus indeks menengah dihitung berdasarkan penjumlahan indeks dikalikan dengan faktor pembobotan, dan dalam beberapa kasus pada perkalian dari indeks (seperti indeks risiko itu sendiri) . Penilaian faktor pembobotan akan dilakukan berdasarkan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
62
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
dokumen rujukan nasional dan internasional. Untuk analisis pemetaan kombinasi lapisan GIS berbasis vektor
dan grid
akan digunakan,
dimana data terutama disimpan dengan menggunakan strukturvektor, dimana indeks dapat dihasilkan dalam format grid. Jika sudah ada peta bahaya (SNI) maka indeks peta bahaya dapat diturunkan langsung dari sumber-sumber ini.
Untuk penyusunan peta kerentanan dan kapasitas penggunaan peta secara luas akan dibuat berdasarkan informasi yang tersedia dalam sosial, ekonomi, fisik, lingkungan dan kapasitas. Akhirnya peta risiko bencana akan dihitung dari bahaya, kerentanan dan peta kapasitas.
5) Analytic Hierarchy Process Dalam analisis semi-kuantitatif, kurangnya informasi tentang khususnya tentang faktor sensitivitas dikompensasi oleh faktor bobot. Faktor faktor pembobotan terbaik diperoleh melalui konsensus pendapat para ahli. Suatu metodologi muncul ke sebuah konsensus tersebut adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Metodologi ini telah dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dimulai pada tahun 1970, dan awalnya dimaksudkan sebagai alat untuk pengambilan keputusan. AHP adalah suatu metodologi pengukuran melalui perbandingan pasangan-bijaksana dan bergantung pada penilaian para pakar untuk mendapatkan skala prioritas. Inilah skala yang mengukur wujud secara relatif. Perbandingan yang dibuat dengan menggunakan skala penilaian mutlak, yang merepresentasikan berapa banyak satu indikator mendominasi yang lain sehubungan
dengan
suatu
bencana
tertentu.
Penjelasan
skala
dijelaskan pad Gambar 5.11.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
63
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.11. Fundamental Skala AHP untuk Perbandingan Pasangan-Bijaksana dari Indikator Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 Skala pasangan-bijaksana ini diletakkan bersama dalam suatu matriks, dengan semua indikator sepanjang kolom dan baris. Faktor pembobotan diperoleh dengan menghitung eigenvektor dari matriks, dan kemudian menormalkan hasil untuk total 1. Dikatakan bahwa metodologi AHP memberikan hasil lebih baik jika eigen vektor tidak diambil langsung dari matriks tetapi diambil dari iterasi dari perkalian matriks pada dirinya sendiri. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 5.12.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
64
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.12. Contoh Pembobotan Faktor Persiapan untuk Longsor Menggunakan AHP Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
6) Teknik GIS untuk Analisis Pemetaan Resiko Metodelogi Pemetaan Risiko bergantung pada luas pada penggunaan teknik-teknik GIS. Dalam Proses Peta Indeks Ancaman, Kerentaan, Kapasitas, Kapasitas dan Risiko, antara lain teknik analisis grid yang digunakan : Pembuatan grid (dari sumber-sumber vektor) Penggabungan dan pemotongan layer grid Definisi rentang warna digunakan untuk warna grid dan legenda Analisis grid spesifik (grid, kemiringan, grid ‘jarak objek;, dll) Grid ‘perhitungan’ Klasifikasi dan penurunan grid pada kontur dan layer grid Persiapan rangkuman statistik dan histografis
Rincian mengenai teknik GIS yang disebutkan di atas dsebutkan pada Tabel 5.1 berikut :
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
65
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 5.1. Teknik GIS yang Fundamental
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
66
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
67
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
7) Indeks Ancaman Bencana Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko bencana,
komponen
komponen
utama
ini
dipetakan
dengan
menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Ancaman Bencana dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2. Komponen Indeks Ancaman Bencana
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
68
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
69
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
8) Identifikasi Jenis Ancaman (Hazard) Untuk menentukan jumlah ancaman yang ada pad suatu daerah. Peta bahaya memerlukan wilayah dimana peristiwa alam tertentu terjadi dengan frekuensi dan intensitas tertentu, tergantung pada kerentaan dan kapasitas di suatu daerah yang dapat menyebabkan bencana. Untuk sebagian besar bencana, intensitas tinggi hanya terjadi dengan frekuensi sangat rendah. Beberapa jenis hazard (peta ancaman) telah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga terkait, maka disarankan menggunakan peta ancaman tersebut untuk jenis bencana : a. Gempabumi (tim 9 revisi gempa) Gunakan field Value untuk melakukan pengkelasan hazard, gunakan nilai berikut :
Catatan : Nilai di atas digunakan ketika menyusun peta risiko. Untuk lay out peta ancaman (hazard) gunakan sesuai dengan nilai asli dari tm 9, seperti di bawah ini :
b. Longsor (ESDM) Gunakan field kerentaan. Jadikanlah nilai dari 4 kelas menjadi 3 kelas sesuai dengan kriteria, seperti di bawah ini :
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
70
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
c. Gunungapi (PVMBG) Gunakan KRB dari PVMBG untuk mendapatkan hazard gunung api. Kelas KRB sesuaikan dengan peta yang ada dari PVMBG
Catatan : Cross check kelengkapan peta KRB ke PVMBG, gunakan titik gunungapi untuk mengetahui gungu api yang terdapat di masing-masing pulau. Lakukan digitasi KRB untuk gunung api yang belum tersedia featurenya.
d. Banjir (PU dan Bakosurtanal) Hanya terdapat satu jenis kelas yaitu rawan banjir. Lakukan overlay kelas rawan banjir tersebut dengan SRTM untuk mendapatkan ketinggian genanangan. Dengan skoring berikut :
e. Kekeringan (BMKG) Gunakan data yang ada, kemudian ubah kelas yang ada dari 5 kelas menjadi 3 kelas.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
71
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Lakukan skoring sesuai dengan kelas yang ada (tinggi, sedang, rendah)
Hazard non SNI merupakan peta ancaman yang belum diperoleh dari K/L terkait. Zonasi hazard ini harus ditentukan menggunakan metodelogi yang telah ditentukan. Jenis ancaman non SNI meliputi : a. Tsunami BNPB telah mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko atau Tsunami Risk Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi tsunami dapat dilihat pada dokumen yang ada. Langkahlangkahnya sebagai berikut : Tampilkan data SRTM 30 m di ArcMap Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan konversi raster ke point dengan menggunakan ArcToolbox di ArcMap. Setelah itu pilih nilai SRTM yang bernilai positif, lakukan pemilihan
dengan
menggunakan
query
builder,
“grid_code”>=0 Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif. Klik kanan pada layer > data expot. Untuk mendapatkan wilayah keabupaten kedalam atribut titik SRTM lakukan overlay, dengan wilayah administrasi tingkat kabupaten (polygon), gunakan identity untuk proses overlay. Lakukan pemilihan titik SRTM berdsarkan ketinggian maksimum dan wilayah kabupatennya. (Gunakan dokumen TRA). Perhatikan contoh syntax yang digunakan di bawah ini. Export qery menjadi sebuah feature baru.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
72
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Lakukan
pengkelasan
berdasarkantinggi
genangan
maksimum (gunakan dokumen TRA). Buat sebuah field baru. Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan maksimum. Kelas rendah : (tinggi genangan maksimum – 1). Kelas tinggi (tinggi genangan maksimum -3) Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi nilai kelas dengan nilai maksimum. Sehingga nilai kelas berubah menjadi 0-1. Buat sebuah field baru. Konversikan nilai skor tsunami yang telah dibuat menjadi data raster. Gunakan fungsi point to raster, gunakan satuan meter untuk konversi ke raster 100 x 100. Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami dengan 3 kelas ancaman, yaitu rencah, sedang, tinggi, gunakan pewranaan stretch raster.
b. Konflik Sosial Indikator yang digunakan untuk peta bahaya konfliksosial adalah jumlah kejadian dan dampak terhadap manusia akibat kejadian berdasarkan data historical. Zona bahaya yang didentifikasikan pada peta bahaya konflik sosial berdsarkan kelas dan bobot untuk masing-masing
parameter.
Dinyatakan
sebagai
persamaan
berikut :
c. Kegagalan Teknologi Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kegagalan teknologi adalah jenis industri dan kapasitas industri berdsarkan data perindustrian. Zona bahaya yang didefinisakan pada peta bahaya kegagalan teknologi berdasarkan kawasan industri dari peta Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
73
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
RTRW tingkat provinsi dan dengan data tingkat kabupaten/kota dan
kemudian
dihitung
kelas
dan
bobot
masing-masing
parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai berikut :
d. Epidemi dan Wabah Penyakit Indikator yang digunakan untuk peta bahaya epidemic dan wabah penyakit adalah terjadinya kepadatan bahaya epidemi (malaria, demam berdarah, HIV/AIDS dan campak), dikombinasikan dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala bahaya, rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaan ditunjukkan sebagai berikut :
Keterangan : A : Kepadatan penderita malaria B : Kepadatan penderita demam berdarah A : Kepadatan penderita HIV/AIDS
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
74
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
A : Kepadatan penderita campak
e. Kebakaran Gunung dan Permukiman Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran gedung dan permukiman adalah frekuensi jumlah kejadian kebaran, nilai kerugian ekonomi, jumlah korban meninggal, dan jumlah korban luka berat. Zona bahaya yang didefinisikan pada peta bahaya kebakaran gedung dan pemukiman berdasarkan kelas dan bobot untuk masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai berikut :
Data yang digunakan berdsarkan data dari Dinas Kebakaran Setempat.
f. Kebakaran Hutan dan Lahan Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran hutan dan lahan adalahkoefisien jenis hutan dan lahan (hutan, perkebunan,
padang
rumput,
semak
belukar,
dan
lahan
pertanian), curah hujan tahunan dan koefisien jenis tanah. Untuk mendapatkan skala bahaya, koefisien jenis hutan dikalikan bobot 40%, curah hujan tahunan dikalikan bobot (/500x30%) dan koefisien jenis tanah dikalikan bobot 30%. Parameter konversi indeks dan persamaannya ditunjukkan di bawah ini :
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
75
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
g. Cuaca Ekstrim Indikator yang digunakan untuk peta bahaya cuaca ekstrim adalah koefisien keterbukaan (terkait dengan peta penggunaan lahan), dikombinasikan dengan ‘perbukitan’ (kelas lereng) dan peta curah hujan tahunan. Parameter konversi indeks dan persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :
h. Gelombang Ekstrim dan Abrasi Indikator yang digunakan untuk peta bahaya gelombang ekstrim dan abrasi adalah tinggi gelombang, arus wilayah perairan (current), tutupan vegetasi di wilayah pesisir, bentuk garis pantai dan tipologi pantai. Parameter koversi indeks dan persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
76
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Catatan : 1. Lakukan konversi setiap parameter peta ke dalam raster grid unit 100 x 100 2. Pastikan anda mengerjakan wilayah provinsi berdasarkan zona UTM untuk menghindari kesalahan koversi grid. 3. Overlay masing-masing parameter dilakukan dalam format raster grid unit 100 x 100 untuk menghasilkan peta ancaman (non SNI) 4. Masing-masing hazard (ancaman) akan menghasilkan satu peta akhir dalam tiga kelas ancaman rendah, sedang, tinggi.
9) Indeks Kerentaan Peta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan sebagai Exposure kali Sensitivity. Aset-aset yang terekspos termasuk kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap aset memiliki sensitivitas sendiri, yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana). Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur). Sensitivitas hanya ditutupi secara tidak langsung melalui pembagian faktor pembobotan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
77
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten Dalam Angka, PODES, Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar dari Bakosurtanal (penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas umum) . Informasi tabular dari BPS idealnya sampai tingkat desa/kelurahan. Sayangnya tidak ada sumber yang baik tersedia untuk sampai level desa, sehingga akhirnya informasi desa dirangkum pada level kecamatan sebelum dapat disajikan dalam peta tematik.
Untuk peta batas administrasi
sebaiknya menggunakan peta terbaru yang dikeluarkan oleh BPS. Gambar dengan komposisi indikator kerentanan ditunjukkan di bawah ini:
Gambar 5.13. Komposisi untuk Analisis Kerentaan Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012 10) Indeks Penduduk Terpapar Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai disusun.Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
78
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain dari nilai indeks dalam bentuk kelas
(rendah, sedang atau tinggi) ,
komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar ancaman bencana pada suatu daerah. Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Penduduk Terpapar dapat dilihat tabel 5.3.
Tabel 5.3. Komponen Indeks Penduduk Terpapar
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
79
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Indikator yang digunakan untuk kerentaan sosial adalah kepadatan pendduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur. Indeks kerentaan sosial diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat (10%) dan kelompok umur (10%). Parameter konversi indeks dan persamaannya ditunjukkan pada di bawah ini :
11) Indeks Kerugian Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
80
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Indeks
kerugian
diperoleh
dari
komponen
ekonomi,
fisik,
dan
lingkungan. Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikatorindikator berbeda. Tergantung pada jenis ancaman bencana. Sama halnya dengan indeks penduduk terpapar, indeks kerugian baru dapat diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana telah selesai dususun.
Data yang diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain itu dari ditentukannya kelas indeks, penghitungan komponen-komponen ini juga akan menghasilkan potensi kerugian daerah dalam satuan rupiah. Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Kerugian dlihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Komponen Indeks Kerugian
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
81
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
82
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
83
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
84
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
KERENTANAN EKONOMI Indikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan produktifdalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak) dan PDRB. Luas lahan produktifdapat diperoleh dari peta guna lahan dan buku kabupaten atau kecamatan dalam angka dan dikonversi kedalam rupiah, sedangkan PDRB dapat diperoleh dari laporan sektor atau kabupaten dalam angka.Bobot indeks kerentanan ekonomihampir sama untuk semua jenis ancaman, kecuali untuk ancaman kebakaran gedung dan pemukiman. Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi, Banjir, Kekeringan, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasiditunjukkan pada persamaan dalam di bawah ini:
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
85
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman Kebakaran Gedung dan Permukiman ditunjukkan pada persamaan di bawah ini :
KERENTANAN FISIK Indikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan rumah
(permanen, semipermanen dan non-permanen) ,ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Kepadatan rumah diperoleh dengan membagi mereka atas area terbangun atau luas desa dandibagi berdasarkan wilayah
(dalam ha) dan dikalikan
dengan harga satuan dari masingmasing parameter. Indeks kerentanan fisik hampir sama untuk semua jenis ancaman, kekeringan yang tidak
kecuali ancaman
menggunakan kerentanan fisik.
Indeks
kerentanan fisik diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan rumah (permanen,
semi-permanen
dan
non-permanen),
ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Parameter konversi indeks kerentanan fisik untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi, Banjir, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Gedung dan Pemukiman, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasi ditunjukkan pada persamaan dalam di bawah ini.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
86
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
KERENTANAN LINGKUNGAN Indikator
yang
digunakan
untuk
kerentanan
lingkungan
adalah
penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Indeks kerentanan fisik berbedabeda untuk masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari rata-rata bobot jenis tutupan
lahan.
Parameter
konversi
indeks
kerentanan
lingkungandigabung melalui factor-faktor pembobotan yang ditunjukkan pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini :
Tanah Longsor
Gunung Api
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
87
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Banjir
Kekeringan
Tsunami
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
88
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
89
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Kebakaran Hutan dan Lahan
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Catatan : setiap parameter kerentanan lingkungan perlu ditambahkan nilai nol di luar area setiap parameter pada saat analisa overlay GIS dengan menggunakan raster kalkulator.
Akhirnya semua kerentanan adalah hasil dari produk kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan yang berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda. Semua faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalahhasil dari proses AHP. Parameter konversi indeks kerentanan yang ditunjukkan pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
90
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Gempa Bumi
Tanah Longsor
Gunung Api
Banjir
Kekeringan
Tsunami
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
91
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Kebakaran Hutan dan Lahan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
92
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Cuaca Ekstrim
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
12) Indeks Kapasitas Indeks
kapasitas
dihitung
berdasarkan
indikator
dalam
Hyogo
Framework for Actions (Kerangka Asi Hyogo-HIFA). HIFA yang disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia terdiri dari 5 prioritas program pengurangan risiko bencana. Pencapaian prioritas-prioritas pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22 indikator pencapaian.
Prioritas program pengurangan risiko bencana HFA dan indikator pencapaiannya adalah : 1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian :
Kerangka
hukum
dan
kebijakan
nasional/lokal
untuk
pengurangan risiko bencana telah ada dengan tanggungjawab eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan.
Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk kegiatan pengurangan risiko bencana di semua tingkat pemerintahan.
Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
93
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Berfungsinya
forum/jaringan
daerah
khusus
untuk
pengurangan risiko bencana
2. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor utama daerah; dengan indikator :
Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektorsektor utama daerah.
Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau, mengarsip dan menyebarluaskan data potensi bencana dan kerentanan kerentanan utama.
Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi untuk skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh lapisan masyarakat
Kajian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk Pengurangan Risiko
3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di semua tingkat; dengan indikator :
Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan
(melalui jejaring, pengembangan sistem untuk
berbagi informasi, dst)
Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang relevan
mencakup
konsepkonsep
dan
praktik-praktik
mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan.
Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana serta analisis manfaatbiaya (cost benefit analysist) yang selalu dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
94
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh komunitas
dalam
melaksanakan
praktik
budaya
tahan
bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas baik di perkotaan maupun pedesaan.
4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar; dengan indikator :
Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan dari
kebijakan
kebijakan
dan
rencana-rencana
yang
berhubungan dengan lingkungan hidup, termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi terhadap perubahan iklim
Rencana-rencana
dan
kebijakan-kebijakan
pembangunan
sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk yang paling berisiko terkena dampak bahaya.
Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat unsur-unsur
pengurangan
risiko
bencana
termasuk
pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan untuk keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building codes).
Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke dalam
proses-proses
rehabilitasi
dan
pemulihan
pascabencana
Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampakdampak resiko bencana atau proyek-proyek pembangunan besar, terutama infrastruktur.
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat, dengan indikator :
Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
95
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
perspektif
pengurangan
risiko
bencana
dalam
pelaksanaannya
Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan reguler
diadakan
untuk
menguji
dan
mengembangkan
program-program tanggap darurat bencana.
Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana.
Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan selama masa tanggap darurat.
Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan daerah maka kita dapat membagi tingkat ketahanan tersebut kedalam 5 tingkatan, yaitu :
Level 1 Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan. Level
2
Daerah
telah
melaksanakan
beberapa
tindakan
pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-pencapaian yang masih bersifat sporadis yang disesbabkan belum adanya komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.
Level 3 Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi dampak negatif dari bencana.
Level 4 Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana disuatu daerah telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui ada masih keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
96
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
ataupun
kapasitas
operasional
dalam
pelaksanaan
upaya
pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.
Level 5 Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan kapasitas yang memadai disemua tingkat komunitas dan jenjang pemerintahan.
Metode Penghitungan Indeks Kapasitas Indeks Kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah. Panduan diskusi dan alat bantu untuk memperoleh Tingkat Ketahanan Daerah terlampir. Berdasarkan Tingkat Ketahanan Daerah yang diperoleh dari diskusi terfokus, diperoleh Indeks Kapasitas.
Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA yang terdiri dari: Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana. Peringatan dini dan kajian risiko bencana; c) pendidikan kebencanaan. Pengurangan factor risiko dasar. Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini.
13) Penyusunan Peta Risiko dan Risiko Multi Ancaman Bencana Peta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai. Pemetaan risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis
di
tingkat
kabupaten/kota
minimal
hingga
tingkat
kelurahan/desa/kam-pung/nagari).
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
97
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan skala
1:50.000
untuk
kabupaten/kota
di
Pulau
Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. 3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa 4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam rupiah) dan kerusakan lingkungan. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah. 5. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.
Peta Risiko Sebagaimana
telah
dijelaskan
dipersiapkanberdasarkan
grid
sebelumnya,
indeks
atas
Peta
peta
Risiko
telah
Ancaman,
peta
diatasagar
bisa
Kerentanan dan peta Kapasitas,berdasarkan rumus:
Modifikasi
berikut
harus
≈
dibuat
∗ /
untuk
rumus
dipergunakan:
Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilainilai kosong C.
Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 * 0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25). Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah: =
∗
∗ (1 −
)
Peta Risiko Multi Ancaman Peta risiko multi ancaman dihasilkan berdasarkan penjumlahan dari indeks-indeksrisiko
masing-masing
ancaman
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
berdasarkan
faktor98
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
faktorpembobotan dari masing-masing ancaman. Sebagai sumber dari hasil pembobotan adalah frekuensi dan dampak dari masingmasing jenis ancaman, seperti ditunjukkan dibawah ini :
Persamaan untuk memperoleh peta risiko multi ancaman adalah sebagai berikut : Risiko Multi Ancaman : = (indeks risiko banjir * 0,1064) + (indeks risiko gempa bumi * 0,1064) + (indeks risiko tsunami * 0,0638) + (indeks risiko kebakaran_gedung_dan_pemukiman * 0,0638) + (indeks risiko kekeringan * 0,0638) + (indeks risiko cuaca_ekstrim * 0,0638) + (indeks risiko tanah_longsor * 0,01064) + (indeks risiko letusan_gunung_api * 0,1064) + (indeks risiko gelombang_ekstrim_dan_abrasi * 0,0638) + (indeks risiko kebakaran_hutan_lahan * 0,0638) + (indeks risiko kegagalan_teknologi * 0,0638) + (indeks risiko konflik_sosial * 0,0638) + (indeks risiko epidemi * 0,0638 14) Penguasaan GIS Sebagai alat kompilasi dan analisis data spasial, Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
99
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
dikenal
dan
diaplikasikan
diberbagai
bidang
termasuk
dalam
perencanaan tata ruang. Dalam Kerangka Acuan Kerja untuk pekerjaan Pengadaan dan Pembuatan Peta Citra Satelit Kecamatan Kuta
Kabupaten
Badung,
berikut
disampaikan
apresiasi
dan
pemahaman konsultan dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG).
a. Pendahuluan Dalam perkembangan teknologi informasi orang hanya mengenal dua macam bentuk penyimpanan data, yaitu database teks dan angka (alphanumeric) dan penyimpanan data pictorial secara elektronik (disebut computer graphics), yang mana diantara keduanya saling terpisah.
Sampai
menggabungkan
kemudian keduanya,
orang yang
luar
melihat biasa
potensi bila
untuk
keduanya
digabungkan secara paralel sehingga memiliki nilai tambah. Akhirnya muncul konsep program komputer yang canggih yang menggabungkan data peta dengan kemampuan database manajemen, yaitu peta dengan built-in database. Sebagai ilustrasi kita dapat menunjuk suatu daerah maka semua informasi yang ada dan terkait dengan daerah itu akan muncul.
Pemakaian aplikasi geografis ini didasari oleh kebutuhan akan pentingnya pengetahuan tentang lokasi. Tergantung kebutuhan, Sistem Informasi Geografis dengan demikian bisa mempunyai kemampuan yang
konsentrasinya
pada
pemakaian
aplikasi
tertentu.
Pada
permulaan abad informasi, teknologi manajemen sistem informasi geografi muncul sebagi alat untuk mengatur (manage) data geografi yang besar, menanggulangi ledakan informasi, dan menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan planet bumi dan inhabitatnya (lingkungan tak hidup). Sistem informasi geografis haruslah dibedakan dengan komputer grafis, karena komputer grafis lebih ditekankan pada penampilan dan pengolahan bahan-bahan layak (visible material). Sedangkan sistem informasi geografis merupakan perpaduan dari
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
100
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
berbagai macam aspek yaitu, pemetaan, teknik sipil, geografi, fotografi, katografi dan analisa image seperti terlihat pada gambar berikut.
Kartografi Photogrametri Komputer Grafik Spasial Analisis
Sistem Informasi Geografis
Interpolasi Interpolasi
Gambar 5.14. Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG
Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG Masing-masing aspek di atas mempunyai peranan yang sama besar dan keterikatan yang cukup erat dalam membentuk sistem informasi geografis. Karena pada dasarnya sistem informasi geografis tidak terbatas pada pengkodean, penyimpanan, pencarian dan perbaikan data permukaan bumi. Bahkan dalam kenyataannya, data yang tersimpan harus dapat digambarkan sebagai model dari planet bumi atau sebagian planet bumi. Secara umum sistem informasi geografis ditujukan untuk memilah beberapa pekerjaan dalam bagian-bagian yang terkecil dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik dengan tersedianya informasi yang lebih baik pula.
b. Pemahaman GIS 1) Teori-Teori Pemetaan dan Pengolahan Data dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengertian Dasar Peta a) Prinsip Utama Peta
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
101
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Peta mempunyai peranan penting dalam
kegiatan
perencanaan
pembangunan, baik dalam skala regional
maupun
nasional.
Perencanaan pembangunan fisik, sarana
dan
prasarana
selalu
memerlukan visualisasi permukaaan bumi atau peta. Secara umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu. Peta juga merupakan data antarmuka untuk SIG yang berupa masukan data dan hasil akhir dari analisa spasial. Untuk
dapat
digunakan,
peta
mempunyai tiga prinsip utama yaitu : Menyatakan
posisi/lokasi
suatu
tempat pada permukaan bumi; Memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena alam dan buatan manusia; Merekam dan menyimpan informasi permukaan bumi.
b) Jenis Peta Berdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta topografi dan peta tematik.
Peta Topografi Peta Topografi disebut juga peta dasar karena digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya, baik untuk pembuatan peta tematik maupun untuk turunan peta topografi dengan skala yang lebih kecil.
Peta Tematik
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
102
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Peta Tematik adalah peta yang
memperlihatkan
informasi
kualitatif
atau
kuantitatif dari suatu tema tertentu,
dalam
hubungannya
dengan
unsur-unsur topografi yang spesifik. Komponen Peta Tematik :
Bentukan Geografik (Peta Dasar)
Data Tematik
Lebih jauh peta tematik dibagi dalam dua jenis, yaitu :
Kualitatif Memperlihatkan aspek spasial data dari
data
numerik
(distribusi); Biasanya memperlihatkan variabel tunggal; Kemungkinan
data
ordinal(<>)atau interval/rasio (seberapa berbeda).
Kuantitatif Memvisualkan distribusi data nominal; Kuantitas atau nilai dari data tidak dapat ditentukan, hanya dapat diestimasi.
c) Karakteristik Peta Pada dasarnya peta mempunyai karakteristik yang dapat diuraikan sebagai : a. Gambar disajikan pada bidang datar dalam bentuk dua dimensi (hasil transformasi matematik); b. Merupakan bentuk reduksi dari keadaan sebenarnya; Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
103
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
c. Dalam penyajiannya mengalami suatu proses generalisasi, sehingga tidak semua informasi perlu disajikan; d. Merupakan suatu bentuk penegasan (enhancement) dari unsur yang terdapat dipermukaan bumi.
d) Fungsi Peta Fungsi peta dapat dijelaskan sebagai berikut :
1
2
3
Memperlihatkan posisi relatif, ukuran dalam pengertian jarak dan arah
Memperlihatkan bentuk atau unsur yang terdapat di permukaan bumi
Menghimpun serta menselektir data dan informasi permukaan bumi
Tahapan/Proses Pembuatan dan Penggunaan Peta Secara umum tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya dapat diuraikan sebagai berikut : Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
104
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
a) Proses Pembuatan Peta Pada
tahapan
pembuatan
peta
ini,
langkah-langkah
yang
dilakukan meliputi : Proses Seleksi Proses seleksi yang dimaksud adalah menyeleksi data yang akan digunakan dalam pembuatan suatu peta tematik apakah berupa data nominal, ordinal, interval atau data rasio. Proses Klasifikasi Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan informasi
yang
berbeda
apabila
menggunakan
metode
klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada distribusi data. Proses Eksagerasi Proses Simplifikasi Proses Simbolisasi Proses simbolisasi yang meliputi simbolisasi data dan pola dapat diuraikan sebagai berikut : Representasi Simbol :
Titik
Garis
Area
Ukuran Bentuk Orientasi
Peringkat atau Ukuran
Nominal
Ordinal
Interval
Ratio
Skala Jarak antar objek
b) Proses Penggunaan Peta Pada
proses
penggunaan
peta
ini,
langkah-langkah
yang
dilakukan meliputi : Membaca peta Analisis
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
105
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Interpretasi Tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya divisualisasikan dalam bentuk bagan di bawah ini :
Gambar 5.15. Tahapan/Proses Pembuatan Peta Sampai Dengan Penggunaannya
Penyajian Data Dalam Bentuk Grafis Dalam proses penyajian data menjadi bentuk grafis, langkahlangkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : a) Visualisasi , data diubah menjadi bentuk gambar; b) Universal, informasi yang disajikan dalam bentuk grafis harus difahami dan dimengerti oleh setiap pemakai informasi; c) Graphic, data yang disajikan dalam bentuk grafis dapat diperkecil skalanya dan direproduksi tanpa merubah pengertian yang mendasar tentang suatu informasi.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
106
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Peta dan Komunikasi Peta dan gambar lainnya adalah alat komunikasi, seperti halnya bahasa dan angka. Peta adalah alat komunikasi yang menggunakan untuk
data
keruangan
menggambarkan
suatu
benda atau fenomena. Mendesain peta
sangat
diperlukan
agar
terjadi komunikasi yang efektif. Berikut adalah uraian mengenai hubungan peta dan komunikasi : a) Peta adalah media untuk menyatakan pendapat; b) Pendapat tersebut ingin disampaikan melalui mata kepada yang menerimanya; c) Pendapat yang disampaikan adalah mengenai segala yang menyangkut ruang; d) Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut bisa diterima lebih mudah. Permasalahan Komunikasi Visual Dalam metode komunikasi visual sebagaimana halnya dengan metode komunikasi konvensional, tentunya memiliki kelemahankelemahan yang dapat menghalangi penerimaan pesan yang ingin disampaikan. Hal ini dapat terjadi antara lain karena faktor-faktor berikut ini : a) Imajinasi (daya cipta) Pembuat peta harus mampu menyajikan informasi yang disajikan,
sehingga
informasi
dapat
dimanfaatkan
oleh
pengguna peta; untuk itu diperlukan imajinasi/daya cipta oleh
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
107
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
pembuat peta agar informasi yang disajikan bisa ‘dibaca’ oleh pengguna peta. b) Persepsi Informasi yang disampaikan mungkin akan terjadi ‘perbedaan pengertian’ antara pembuat dan pengguna peta, hal tersebut terjadi karena : Sampai sejauh mana pengguna peta dapat mengerti ‘pesan’ yang disampaikan pada sebuah peta; Tingkat pengetahuan yang berbeda; Konsep-konsep data geometrik (skala, proyeksi peta, jarak) yang belum tentu dimengerti.
Desain Peta Salah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan
tersebut,
diperlukan
suatu
disain
peta
yang
berhubungan dengan penampilan grafis (graphic) suatu informasi muka bumi pada selembar peta. Desain peta menyangkut pemilihan simbol untuk suatu unsur permukaan bumi sesuai dengan informasi yang akan disajikan, tata letak peta (meliputi muka peta, informasi tepi, informasi batas), pemilihan warna, pemilihan jenis dan ukuran huruf.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
108
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
JAKARTA
Samudera Hindia
a) Prinsip-Prinsip Disain Peta Suatu peta yang mudah dibaca, dengan
kata
lain
dapat
mengkomunikasikan kepada para pemakai
peta,
merupakan
peta
yang telah didisain dengan baik, sehingga informasi yang disajikan dapat
dimengerti
oleh
pemakai
peta. Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan merupakan awal dari suatu kegiatan kartografi dalam kaitannya dengan proses pembuatan suatu peta. Suatu disain peta berhubungan dengan penampilan grafis informasi muka bumi yang disajikan pada lembar peta. Pembuat peta harus mampu menciptakan peta untuk para pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini, fungsi
pembuat
peta
adalah
merancang
bangun
semua
kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai peta.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
109
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Pada
pembuatan
desain
suatu
peta,
sebelum
mengambil
keputusan mengenai detail yang akan disajikan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu : Perencanaan Produksi Peta Setiap produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga mempunyai sasaran yang jelas siapa calon pemakai atau penggunanya. Berkaitan dengan proses pembuatan peta, perlu juga ditentukan metode serta teknologi yang akan digunakan; sedang jika ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang akan dihasilkan. Isi Peta Maksud dan tujuan suatu pemetaan mempunyai hubungan langsung dengan isi yang akan disajikan pada peta tersebut. Isi peta dapat dibedakan atas :
Unsur alam dan unsur buatan manusia;
Subyek pokok dan klasifikasinya.
Langkah awal yang harus diputuskan didalam pembuatan suatu disain peta adalah penentuan skala peta, serta penentuan ’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah. Maksud dan tujuan dari pembuatan peta merupakan faktor penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus tampak dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung akan tampak sebagai latar belakang. Skala Peta Tuntutan yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah memperlihatkan semua unsur permukaan bumi pada posisi yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan dapat tercakup pada beberapa lembar peta. Luas daerah dan kerapatan detail yang disajikan sangat tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
110
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala peta merupakan suatu hal yang saling berkaitan. Ukuran dan Tata Letak Peta Ukuran suatu peta tergantung skala peta yang dibuat; selain standar ukuran yang berlaku, pada pembuatan ukuran lembar peta perlu diketahui juga ukuran peralatan reproduksi serta bahan yang akan digunakan. Suatu lembar peta dibedakan atas muka peta, bagian yang menggambarkan permukaan bumi; dan informasi tepi peta, yaitu bagian dari lembar peta yang memberikan keterangan dalam kaitannya dengan isi suatu peta, serta data pendukung untuk proses pembuatan peta tersebut. Simbol Peta Seorang pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan memulai dengan menciptakan bentuk secara keseluruhan, kemudian menyaring atau memilih detail yang diperlukan. Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin kurang mengerti arti dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian. Aspek dari orientasi terhadap suatu bentuk di peta tergantung pada besarnya bentuk yang dapat dikenal pada unsur topografi yang utama. Cara terbaik untuk dapat mengetahui dengan mudah jenis unsur yang disajikan adalah membuat gambaran yang jelas perbedaan bentuk antara unsur-unsur yang disajikan (misalnya antara unsur daratan dan laut). Kontras dan Keseimbangan Kekontrasan berhubungan dengan penggunaan warna pada penyajian unsur-unsur yang menjadi tujuan dari suatu peta. Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara warna untuk unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia. Selain kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus memperhatikan keseimbangan, dalam pengertian bagaimana menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
111
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari masing-masing komponen tersebut adalah wajar.
b) Simbol Salah satu pendekatan penting di dalam mempelajari kartografi adalah
memandang
sebagai
suatu
komunikasi
peta bentuk
visual
untuk
menjelaskan hubungan spasial di muka bumi. Walaupun Kartografi mempunyai hubungan
dengan
masalah
komunikasi,
tetapi
mempunyai
perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya. Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi grafis,
sehingga
sejumlah
aturan
yang
diberlakukan
pada
pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi grafis dan penyajian grafis data statistik. Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi, disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis (graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi di muka bumi pada suatu bidang datar.
Data dan Informasi Kebumian Sebelum pembuatan suatu simbol peta, adalah suatu hal penting untuk mengerti data yang akan disajikan pada suatu peta. Pada proses pembuatan suatu peta, seorang pembuat peta haruslah terlebih dahulu mempelajari data yang akan digunakan, baik untuk peta topografi maupun peta tematik, sehingga akan diketahui : Cara memproses data yang berkaitan dengan posisi suatu tempat; Karakteristik dari unsur yang disajikan; Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
112
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Selain itu, pembuat peta juga menyajikan informasi pada suatu peta dengan
cara memanfaatkan dan memindahkan
data
sekunder (misalnya data kepadatan penduduk, peta jalan). Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka seorang pembuat peta harus mencari, menganalisis dan memproses data untuk dapat disajikan dalam bentuk grafis.
Klasifikasi Data Spasial Kenampakan
muka
bumi
dalam
bentuk
spasial
dapat
diklasifikasikan atas : a) Data Posisi Titik koordinat adalah salah satu bentuk yang menyatakan suatu data posisi di muka bumi. Secara konsepsi, pengertian posisi ataupun lokasi adalah sesuatu yang nyata tampak pada suatu tempat dimuka bumi. Data posisi di lapangan akan banyak dijumpai
jenisnya,
mulai
dari
titik
kedalaman
pemeruman
(sounding), titik tinggi, titik planimetris, sampai ke perpotongan jalan. b) Data Linier Sejumlah besar unsur geografi di muka bumi adalah dalam bentuk data linier yang mempunyai suatu ukuran tertentu. Jalan atau sungai yang mempunyai panjang relatif adalah bentuk dominan data linier yang mudah dikenal di lapangan. Bentuk-bentuk lainnya adalah mulai dari bentuk yang tidak nyata dilapangan seperti batas administrasi
antara
dua
tempat
atau
garis
pantai
yang
membedakan antara daratan dan air, sampai kebentuk data yang nyata seperti jalan dan sungai. c) Data Luas Secara konsepsi data luas berbentuk dua dimensi, dan pengertian pokoknya adalah suatu area yang dibatasi oleh suatu bentuk linier yang tertutup. Data luas dapat dalam bentuk suatu negara, karakteristik tanah, perkebunan ataupun daerah hutan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
113
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Simbol kartografi yang digunakan untuk mewakili data spasial muka bumi pada suatu peta dapat diklasifikasikan dalam bentuk: Simbol Titik (Point) Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area suatu kota pada peta skala kecil dapat disajikan sebagai simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala besar. Simbol Garis (Line) Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi. Simbol Luas (Area) Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang dibuat.
Skematik Pembuatan Disain Simbol Disain simbol adalah suatu kegiatan kreativitas grafis dalam menyajikan unsur muka bumi yang sesuai dengan tujuan pembuatan
peta.
Dimana
mendisain
suatu
simbol
adalah
merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu unsur dan konsep dari pemakai peta. Pada sistem keseluruhan dari pembuatan disain peta, maka disain simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa cabang komponen dari suatu sistem fungsional. Pada pembuatan disain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
114
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
cartographic eduction, 1984). Kedelapan faktor utama tersebut adalah : a) Isi Peta b) Karakteristik Geo-Data c) Persepsi Pandang d) Variabel Pandang e) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi f) Standar dan Konvensi g) Persyaratan Peta, serta h) Produksi dan Aspek Biaya
ISI PETA
PRODUKSI DAN ASPEK BIAYA
KARAKTERISTIK GEO-DATA
DISAIN SIMBOL
PERSEPSI PANDANG
PERSYARATAN PETA
SATANDAR DAN KONVENSI
VARIABEL PANDANG
ASPEK PERSEPSI FISIK DAN PSIKOLOGI
Gambar 5.17. Delapan Faktor Utama Dalam Skematik Pembuatan Disain Simbol
Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor tersebut adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu disain simbol. a) Isi Peta Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
115
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam pembuatan disain simbol, unsur-unsur yang akan disajikan pada
peta
adalah
faktor
utama
yang
betul-betul
harus
dipertimbangkan. Pembuatan disain simbol ini dapat dilakukan jika “isi” suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan pembuatan peta bersangkutan. Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan keperluan pemetaan
dan
persyaratan
pemakai
peta,
juga
perlu
dipertimbangkan beberapa faktor penting lainnya yaitu : Tersedianya data dan kebenarannya data untuk pemetaan; Hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi peta yang digunakan; Fasilitas teknik reproduksi yang tersedia; serta Kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pembiayaan dan pasar. b) Karakteristik Geo-Data Sesudah isi peta disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk maksud disain simbol, maka diperlukan analisis geo-data (data sapsial) yang akan disajikan. Data spasial permukaan bumi dapat dibedakan menjadi empat dasar/kategori. c) Karakteristik Planimetrik Informasi muka bumi didefiniskan dalam bentuk titik, garis, atau luas
yang
keadaannya
relatif
sesuai dengan
skala
peta.
Karakteristik planimetrik pada pembuatan disain simbol disajikan dalam bentuk simbol titik, garis atau luas. Simbol Titik (Point) Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area suatu kota pada peta skala kescil dapat disajikan sebagai simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala besar. Simbol Garis (Line) Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
116
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi. Simbol Luas (Area) Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang dibuat.
Simbol kartografi di dalam penyajiannya dapat dibedakan atas: Piktorial atau Simbol Deskriptif Simbol
dalam
bentuk
piktorial
merupakan
bentuk
yang
mendekati keadaan sebenarnya dari data spasial yang akan disajikan, seperti simbol pohon, simbol terminal. Simbol piktorial mudah untuk dimengerti oleh pemakai peta tanpa harus melihat legenda peta, tapi untuk membuat disain simbolnya tidaklah mudah, serta kadang-kadang cukup sulit untuk menempatkan pada posisi yang tepat pada suatu lokasi di peta. Geometrik atau simbol abstrak Adalah suatu simbol yang menggambarkan bentuk reguler seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan lain sebagainya. Jika melihat simbol geometrik, maka bentuk yang disajikan tidak spesifik atau sesuai dengan data spasial yang terdapat di muka bumi. Suatu bentuk lingkaran pada suatu peta menyajikan sebuah kota, tapi pada peta lain dapat mewakili sebuah menara. Simbol geometrik, relatif lebih mudah menempatkan posisi suatu lokasi dengan tepat pada suatu peta. Huruf Simbol huruf adalah suatu bentuk simbol yang terdiri dari hurufhuruf atau gabungan dari huruf-huruf dan angka. Simbol huruf dapat dijumpai pada peta topografi (huruf B untuk menyatakan lokasi dari Kantor Kabupaten) maupun pada peta tematik (mewakili unsur-unsur geologi dalam bentuk nama suatu unsur). Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
117
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Huruf yang tertera pada suatu simbol harus dituliskan pada legenda peta untuk dapat dimengerti oleh pemakai. Tingkat Ukuran Data dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama dengan pembentukan data ukuran yang berdasarkan pada hirarki yaitu, kualitatif – kelas – kuantitatif. Data nominal Suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak mempunyai tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang disajikan hanya dikenal dengan suatu nama saja, misalnya sekolah, Bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.
Data Ordinal Suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang mempunyai tingkatan. Unsur/obyek yang disajikan pada peta secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti besar dan kecil, padat dan jarang, basah dan kering, tua dan muda. Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai kota besar dan kota kecil, desa luas dan desa kecil.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
118
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Data Interval dan Rasio Suatu ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan tertentu saja, melainkan juga dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang sebenarnya. Pada ukuran interval, titik nol atau titik permulaan diambil sembarang,
artinya
perbandingan
suatu
harga
tidak
mempunyai arti yang sebenarnya; sedang pada ukuran ratio, titik
permulaannya
adalah
mutlak
(harga
sebenarnya).
Struktur dari Organisasi Data Struktur organisasi adalah aspek lain dari karakteristik geo-data. Apapun tipe peta yang akan dihasilkan, ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
119
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Subyek dari peta yang akan dihasilkan harus dibedakan kedalam beberapa grup atau katagori yang unsur-unsurnya mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air dicatat dan dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari satu elemen pada peta); selain hal tersebut, diperhatikan juga apakah dalam satu katagori masih diperlukan pembagian beberapa sub katagori lagi. Hal ini sangat penting untuk membuat sistematika, sehingga dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya secara visual dengan suatu kategori tertentu. Karakteristik Data Lainnya Untuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan pencarian karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set data (garis kontur) yang merupakan hasil pengukuran langsung dan hasil perkiraan (interpolasi). d) Persyaratan Pembuatan Peta Pembuatan disain simbol dapat berbeda tergantung untuk keperluan apa peta tersebut dibuat, apakah untuk pendidikan, ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta sekolah, umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk diketahui, sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang dimiliki, pengalaman dalam menggunakan peta, dan kemampuan dalam persepsi. Pemilihan
antara
pemakaian
simbol
piktorial
atau
simbol
geometrik oleh kartografer, mungkin lebih ditekankan berdasarkan kelompok pemakai. Keadaan khusus dari pemakaian suatu peta akan mempengaruhi disain simbol yang akan dibuat, sebagai contoh : Apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan atau pada jarak tertentu (digantung pada dinding) ; Apakah dibutuhkan waktu yang lama atau pengamatan yang cepat dalam mempelajari suatu peta ; Apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran yang normal atau pada penyinaran dengan iluminasi khusus. Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
120
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari suatu simbol yang akan dibuat. e) Variabel Pandang Variabel pandang merupakan basis dasar didalam pembuatan simbol yang berperan penting pada proses sistematika dan logika disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu simbol yang akan mewakili suatu unsur di muka bumi, perlu dipelajari terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut berbagai bentuk penyajian dengan menggunakan dampak pandang (visual impact), sebab hal tersebut merupakan sesuatu yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian pada suatu peta. Bentuk
penyajian
yang
menggunakan
dampak
pandang,
umumnya dinyatakan dalam : Bentuk (shape/Form) Ukuran (size) Orientasi (orientation) Harga (value) Tekstur (texture) Warna (colour) Harga (Value) Harga adalah variabel pandang yang mengacu kepada harga grey scale, suatu derajat kehitaman dari warna putih/muda sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang berbeda dari satu unsur terhadap unsur lain. Pada prakteknya, screen untuk warna muda selalu mempunyai harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan dengan
warna
prosentase proporsional
tua.
screen dengan
Pemakaian
tidaklah screen
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
selalu yang
dipakai, 121
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
artinya, untuk menyatakan suatu daerah A yang jumlah penduduknya 2 kali dibandingkan dengan daerah B, tidak selalu prosentase screen yang dipakai didaerah A adalah 2 kali dari daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel pandang dapat digunakan untuk penyajian simbol titik, garis dan luas.
Tekstur (Texture) Tekstur sebagai variabel pandang
dapat
untuk memahami bermacam-macam
ukuran
dari suatu harga yang tetap. Macam-
macam
bentuk tekstur dapat diatur melalui
teknik
reproduksi fotografis, harga dari tekstur akan sama tetapi ukurannya dapat berbeda.
Warna (Colour) Variabel pandang untuk warna dapat dibedakan atas tiga hal yaitu : • Corak (hue) Berkaitan dengan jumlah warna
yang
tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna dengan warna lainnya. • Harga (value) Berhubungan dengan ukuran dari pemantulan sinar yang terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan berarti harga yang terjadi
semakin
tinggi.
Sebagai
contoh,
warna
coklat
mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan warna kuning. • Kejenuhan (Saturation) Berhubungan
dengan
reaksi
manusia
dalam
melihat suatu warna. Ada suatu warna tertentu yang dapat menimbulkan reaksi terhadap mata manusia,
padahal
warna
bersangkutan
mempunyai 'harga' yang tinggi. Warna bersangkutan disebut
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
122
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
sebagai warna yang berkurang kejenuhannya (misalnya warna kuning). Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan berkurang kejenuhannya.
f) Tingkat Persepsi Pandang Aturan untuk disain simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu kesepakatan, melainkan haruslah belajar dari pembuat peta dan pengguna peta. Pada umumnya pengguna peta tidaklah belajar bahasa simbol kartografi, aturan dari disain simbol berdasarkan kesan yang secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang, seperti halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat bersama pengguna peta. Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol : Persepsi asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya ; Persepsi
selektif,
simbol-simbol
dapat
divisualkan
dalam
tingkatan grup ; Persepsi kelas, simbol-simbol dapat tersusun dengan baik berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas ; Persepsi kuantitatif, kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan cara meng-kuantitatifkan (dua kali atau tiga kali lebih). g) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi Pada penyajian simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan dan kontras dapat disajikan dalam beberapa aspek yang sesuai dengan aturan kartografi. Seperti diketahui, persepsi dari ukuran simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
123
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
terlihat sama jika dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya. Konsep dari suatu penyajian unsur permukaan bumi adalah juga salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat mempengaruhi dalam pembuatan disain simbol. h) Standar dan Konvensi Warna biru selalu dikaitkan dengan unsur air dan menjadi konvensi dan standar pada penyajian sungai, danau, laut serta unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air; demikian pula halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk tumbuh-tumbuhan. Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari organisasi pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol peta yang dihasilkan, khususnya untuk suatu seri peta. Banyaknya simbol yang konvensional dan standar, menjadikan suatu hal yang jelas bahwa kartografer tidak pada setiap waktu dapat secara bebas mendesain suatu simbol; atau dengan perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama.
Kategori Peta Jenis peta jumlahnya tidak terbatas “Maps Have Many Functions And Many Faces, And Each Of Us Sees Them With Different Eyes” (Skelton 1972) Masalah Bagaimana mengkategorikan peta? Kategori dapat dipandang dari 3 sudut pandang Diklasifikasi berdasarkan skala Diklasifikasi berdasarkan fungsi Diklasifikasi berdasarkan subjeknya (isinya)
a) Klasifikasi Berdasarkan Skala
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
124
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Peta yang diklasifikasikan berdasarkan skala adalah peta yang menggunakan Rasio Dimensi Peta dengan Dunia Nyata. Dalam klasifikasi ini peta dibedakan menjadi : Peta Skala Kecil = luasan besar, dengan isi yang general Sekitar 1 : 500,000 or less Peta Skala Besar = area cakupan kecil, dengan detail yang baik. 1 : 50,000 or more Peta Skala Sedang = berada diantaranya Tidak ada pengkelasan yang spesifik
Gambar 5.18. Peta Skala Kecil (1 : 1.000.000.000)
Gambar 5.19. Peta Skala Kecil (1 : 2.500.000.000)
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
125
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.20. Peta Skala Kecil (1 : 10.000.000.000)
b) Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Dalam mengklasifikasikan Peta berdasarkan Fungsi tidak ada pengaturan yang jelas mengenai hal ini. Secara umum kategori peta terdiri atas 3 (tiga), yaitu : Peta Referensi /Peta Dasar Peta Tematik Charts (Peta Navigasi) Peta Referensi
Peta Referensi bertujuan untuk memperlihatkan kondisi fisik, lokasi dan objek dipermukaan bumi, seperti air, jalan, garis pantai, rel kereta dan sebagainya. Peta Referensi dibagi atas : Peta Dasar skala besar : Peta Topografi Photogrammetric methods Peta dengan Skala yang lebih besar : site location/engineering Fokus pada akurasi posisi Peta Dasar skala kecil : Atlas Memperlihatkan hampir sama dengan peta skala kecil, tetapi detailnya lebih sedikit.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
126
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Engineering map example
Engineering maps (a.k.a plans) are used for guiding projects such as bridges & dams or for estimating costs for these projects Peta Tematik
Peta Tematik dikenal dengan special purpose maps Distribusi sebuah nilai atribut atau beberapa atribut yang saling berhubungan Satellite cloud cover images Election results Precipitation, temperature Population Average annual income
Jika tujuannya untuk memperlihatkan lokasi dikenal dengan nama general purpose map
Peta Tematik cenderung memiliki skala yang lebih kecil Memperlihatkan distribusi untuk area yang luas (vs. abs. location) Ketersediaan Data
Perbandingan Regional vs. site-level decisions
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
127
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
General reference maps
Thematic maps
…show spatial distribution of attributes
…show locations of objects
Peta Tematik, terdiri atas : a.
Dot-distribution maps
b.
Choropleth maps
c.
Isoline maps
d.
Flow maps
e.
Chart maps
f.
Cartograms
g.
Simbol (e.g. proportional circles, bar graphs, etc.)
Dot-distribution map Memperlihatkan densitas dan distribusi sebuah atribut Choropleth Maps
Choropleth maps: enumeration units coloured or shaded to represent different magnitudes of an attribute classified : colours
colour scales :
correspond
sequential (gradient) diverging (doubleended)
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
to value intervals
128
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Chart maps: sizes of chart segments are proportional to values of several attributes
Bar charts : one bar per attribute, height proportional to value
Isoline Maps
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
129
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Show numerical values for continuous distributions by means of lines joining points of equal value (e.g. maps of temperature, pressure, etc.)
Flow Map
Proportional Circle Map
Elemen Peta
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
130
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Charts Peta yang didesian khusus untuk navigasi laut dan udara
Peta berguna untuk looked at, sementara charts berguna untuk worked on (plot courses, determine positions)
Navigasi juga biasanya menggunakan peta general (maritime equivalent of topographic map bathymetric map) 2 tipe aeronautical charts, yaitu : 1. visual 2. instrument navigation
Peta jalan merupakan chart atau navigasi di darat.
Hanya
sedikit peta yang memang “murni” merupakan peta referensi atau peta tematik dan chart yang memiliki satu fungsi khusus.
Bathymetric Example
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
131
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
c) Klasifikasi Berdasarkan Subjeknya Berdasarkan subjeknya, peta dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Peta Kadastral Peta Perencanaan
d) Analisis Spasial
Remote Sensing Quantitative Methods Cartography GIS
Geomorphol ogy Climatology
Geographic al Technical
Physical Biogeography
SPATI AL ANAL YSIS Human
Geographic al
Soils
Geography Histori cal
Politic al
Econo mic
Behavior Populatio n al
e) Generalisasi Statistik
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
132
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Jumlah Kelas – Sedikit atau banyak ? – ROT : Kebanyakan 3-7 Kelas, dgn 8 shade
Metode Klasifikasi – Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan informasi yang berbeda apabila menggunakan metode klasifikasi yang berbeda. – Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada distribusi data.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
133
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Distribusi Data Histogram Langkah pertama dalam memproduksi peta tematik Lihat bagaimana data terdistribusi Gunakan statistik sederhana, seperti rata-rata atau standar deviasi Plot data sebagai histogram
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
134
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Contoh Distribusi Data
15) Perangkat Pendukung Persoalan yang sulit dan penting dalam pengembangan aplikasi adalah bagiamana memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa bertahan terhadap waktu. Tulang punggung informasi modern adalah perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Seperti kita sadari bahwa perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak kriteria saat ini begitu pesatnya, sehingga nilai kadaluwarsa perangkat tersebut berjalan sejajar. Keadaan ini sering menjadi kendala untuk memulai mengembangkan sistem atau aplikasi karena selalu muncul perangkat generasi terbaru dengan tawaran keandalan yang serba lebih. Di lain pihak, saat ini ada banyak sekali perangkat lunak yang beredar, sehjngga untuk memilih, dan memutuskan perangkat lunak mana yang akan digunakan memerlukan disiplin ilmu tersendiri. Paradoks tersebut selalu membuat orang berfikir dua kali untuk memulai mengembangkan sistem karena terlalu hati - hati menyebabkan tidak pernah optimum dan operasional. Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana mengantisipasi perkembangan
untuk
jangka
waktu
tertentu,
sehingga
perkembangan tersebut tidak melebihi batas (limit) dari nilai yang Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
135
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
kita tetapkan dalam penentuan parameter perangkat keras, maupun perangkat lunak. Pengadaan Hardware : Pemilihan perangkat keras (hardware) dapat mengikuti petunjuk berikut : Gunakanlah perangkat keras yang banyak digunakan (lazimnya PC) akan tetapi juga harus memungkinkan untuk bekerja di multi platform. Gunakanlah processor tercepat yang ada saat ini, mengingat database pictorial membutuhkan memori yang cukup besar serta kecepatan yang tinggi. Apabiia biaya menjadi kendala maka bisa digunakan perangkat keras satu level dibawahnya. Gunakanlah resolusi monitor yang tinggi, sehingga diperoleh tampilan yang sesuai dengan kehendak kita. Menggunakan media penyimpanan (hard disk) yang memadai. Pengadaan Software Sedangkan
pemilihan
perangkat
lunak
(sofware)
harus
memperhatikan batasan-batasan berikut : Perangkat lunak harus fungsional, dengan installed base yang tinggi, diikuti dengan pelayanan pengembangan dan kemudian masalah harga Pilih perangkat lunak yang menyediakan customization, user interface yang bersahabat (familiar) Memiliki editor yang mudah untuk menggambarkan objek-objek 2 dimensi Bisa membaca format dan aplikasi lain yang umum Memiliki kemampuan untuk melakukan akses terhadap database relational Mendukung konsep Structural Query Language (SQL) Bisa berjalan dengan system operasi windows (under windows)
C. METODE PENGUMPULAN DATA Metode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
136
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
kondisi yang terjadi di lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan. Dalam menentukan cara pengumpulan data sangat bergantung pada data yang dibutuhkan. 1. Kegiatan Pengumpulan Data Berdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui survey dilakukan melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu : a. Survey Sekunder, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk mendapatkan data sekunder. Merupakan pengumpulan data atau perekaman data instansi, baik itu berupa uraian data angka maupun peta yang berhubungan dengan wilayah kajian dan terkait dengan data yang dibutuhkan bagi penyusunan laporan. b. Survey
Primer,
mendapatkan
yaitu
data
kegiatan
primer
yang
survey dilakukan
yang
ditujukan
melalui
untuk
pengamatan,
pengukuran kondisi lapangan. Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama oleh konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat dipercaya serta dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kondisi lapangan.
2. Kebutuhan Data Kegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksanaan serta data-data tertulis lainnya sedangkan data primer adalah data-data yang dikumpulkan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke wilayah perencanaan (on site-visit).
5.10. GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN Kabupaten Karangasem berada di belahan timur Pulau Bali yang secara administratif merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Provinsi Bali, dengan batas batas wilayah - wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Selatan : Samudera Indonesia - Sebelah Timur : Selat Lombok Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
137
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
- Sebelah Barat : Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng
Untuk lebih jelasnya wilayah Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada peta di bawah ini :
Gambar 5.22. Kabupaten Karangasem
A. Letak Geografis Terletak di Ujung Timur dan115.35’.9,8”-115.54’.8,9
Pulau Bali, 8o.00’.00” – 80.41’.37,8” LS BT.
Topographi
dinamis:
Dataran,
Perbukitan, Pegunungan (termasuk Gunung Agung) Pesisir pantai sepanjang 87 km
B. Luas Kabupaten Karangasem Merupakan 1 dari 9 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali. Luas Kabupaten Karangasem adalah 83.954 Ha /839,54 Km² (14,90% dari luas Pulau Bali : 5.632,86 km²)
C. Wilayah Administrasi Secara administratif Kabupaten Karangasem terdiri dari 8 wilayah kecamatan, 78 desa/keluraha yang terdiri dari 75 desa definitif dan 3 kelurahan, 529 banjar dinas/dusun dan 52 lingkungan. Secara adat
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
138
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Kabupaten Karangasem terdiri dari 188 desa adat dan 605 banjar adat.
D. Keseuaian Lahan Luas wilayah Kabupaten Karangasem : 83.954 ha Luas lahan bukan sawah : 76.918 ha (91,62%) Luas lahan persawahan : 7.086 ha (8,38%) Kawasan hutan lindung : 14.056,32 ha Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan : 34.409,11 ha Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah : 7.162 ha Perkebunan (di luar kawasan berfungsi lindung) : 28.326,57 ha Luas lahan kritis : 23.453 ha
E. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Karangasem pada pertengahan tahun 2010 berdasarkan hasil registerasi penduduk adalah 434.563 jiwa, terdiri dari 217.327 jiwa laki-laki dan 217.209 jiwa perempuan. Dengan jumlah rumah tangga 114.919. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Sidemen yaitu sebesar 972 jiwa per km2 dan kecamatan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Kubu yaitu sebesar 308 jiwa per km 2. Kepadatan penduduk untuk Kabupaten Karangasem adalah sebesar 518 jiwa per km2
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk memberikan pengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan kota. Salah satunya adalah bertambahnya volume timbunan sampah yang dihasilkan oleh penduduk. Langkah-langkah konkret dan strategis terkait pemenuhan kebutuhan
prasarana
dan
sarana
pengelolaan
persampahan
diperlukan untuk mempertahankan lingkungan Bali sebagai salah satu tujuan wisata andalan. Pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan membawa konsekuensi logis terhadap meningkatnya jumlah sampah serta menurunnya kemampuan pengelolaan sampah dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lin Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
139
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Kecamatan Kubu Kecamatan Kubu berada di bagian utara pulau Bali dan bersentuhan langsung dengan laut bali serta berada di kaki gunung Agung. Kecamatan ini merupakan salah satu daerah yang menjadi jalur aliran lahar pada saat gunung Agung meletus pada tahun 1963. Itu pula sebabnya, saat ini, Kecamatan Kubu menjadi daerah tambang pasir dan menjadi pemasok utama untuk memenuhi kebutuhan pasir dan material batu untuk wilyah Bali bagian Barat meliputi Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Negara. Pengusaha pasir di kecamatan Kubu telah maju selangkah dibanding daerah lainnya dengan membentuk paguyuban guna mewadahi kegiatan penambang penambangan
pasir yang
dengan sesuai
tujuan dengan
menjaga aturan
ketertiban yang
dan
pola
diterapkan
oleh
pemerintah daerah Kabupaten Karangasem.
Industri pariwisata di daerah ini belum semaju daerah bali Selatan yang terkenal dengan pantainya yang indah serta ombaknya yang menjadi incaran surfer dari seluruh dunia. Namun demikian bukan berarti daerah ini tidak memiliki potensi wisata. Disepanjang pantai didaerah Kubu ini terdapat beberapa lokasi menyelam yang banyak dikunjungi oleh turis mancanegara. Pantainya yang lumayan curam memiliki lokasi karang dan biota laut yang indah.
Salah satu wisata budaya dan keagamaan yang penting di Kecamatan Kubu adalah Pura Bukit Mangun. Berada di desa Tianyar, sekitar 12 kilometer dari ibukota Kecamatan. Di puncak bukit ini terdapat satu komplek pura yang mana untuk mencapainya harus menaiki ratusan anak tangga. Dari lokasi ini dapat terlihat Gunung Agung dan laut Bali.
Kecamatan Abang Kecamatan Abang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Luasnya adalah 134,05 km². Desa Abang terdiri dari 5 Dusun dengan jumlah penduduk 3.500 KK. Kecamatan Abang yang
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
140
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
menjadi wakil Kabupaten Karangasem dalam Lomba Pelaksanaan Terbaik Hari Kesatuan Gerak PKK, Lingkungan Bersih Sehat, PHBS, Posyandu, Administrasi PKK, HKG-KB Kes, penanggulangan KDRT, Lomba Hatinya PKK (Halaman, Aman, Teratur, Indah, Nyaman dan Asri), Lomba Toga, UP2K. Kecamatan Abang terdiri dari 14 desay, yaitu Ababi, Tiyingtali, Abang, Pidpid, Nawakerti, Kesimpar, Tista, Kerta Mandala, Culik, Datah, Labasari, Puerwakerti, Bunutan, dan Tri Buana.
5.11. PROGRAM KERJA Program/rencana
kerja
merupakan
gambaran
menyeluruh
dan
komprehensif usulan dari konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan. Program kerja dibuat berdasarkan ketentuan teknik operasional yang telah
diuraikan oleh PT. Wartha Bakti Mandala di dalam
Pendekatan Pekerjaan dan Metodologi Pekerjaan pada sub bab sebelumnya. Secara garis besarnya program kerja dalam pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu adalah :
a. Tahap Persiapan Pekerjaan Studi Literatur
Melakukan studi literatur yang bersangkutan dengan masalah tata ruang maupun yang berkaitan dengan strategi-strategi pengembangannya.
Melakukan
kajian
kebijakan
kabupaten,
lingkup
kawasan
bak
dalam
lingkup
perencanaan
maupun
lingkup sekitar kawasan perencanaan. Persiapan Dasar
Menyiapkan keperluan administrasi penunjang kegiatan survei
Menyusun materi survei
Menyiapkan peta dasar sebagai pedoman untuk survei lapangan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
141
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Melakukan identifikasi penggunaan lahan yang berkaitan dengan penataan ruang.
Identifikasi masalah-masalah yang terjadi
Identifikasi
sarana
dan
prasarana/infrastruktur
dan
potensi yang kiranya berpengaruh terhadap upaya penanggulangan bencana di wilayah kajian. Persiapan Survei Primer
Menyusun desain survei
Menyusun persiapan dan data yang dibutuhkan untuk observasi.
Menyusun kuisioner dan check list data.
Persiapan Survei Sekunder
Menyusun data yang dibutuhkan dari setiap instansi yang terkait dalam penyusunan Peta Risiko Bencana.
b. Tahap Kegiatan Survei Survei Primer Survei primer adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui kondisi wilayah yang sebenarnya secara langsung di lapangan. Hasil survei ini berupa :
Peta dasar yang telah divalidasi
Data kuisioner untuk mengetahui tingkat kapasitas termasuk kemudahan untuk menjangkaunya
Data fasilitas umum untuk mengetahui tingkat kapasitas termsuk kemudahan untuk menjangkaunya.
Data geologi, klimatologi, topografi, dan lain-lain yang dapat dijadikan acuan tentang tingkat ancaman bencana.
Pengamatan dan wawancara untuk melengkapi survei di atas untuk memperoleh data atau informasi yang telah rinci.
Survei Sekunder Merupakan pengumpulan data atau perekaman data instansi, baik berupa uraian data angka, maupun peta yang berhubungan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
142
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
dengan wilayah kajian dan terkait dengan data yang dibutuhkan bagi penyusunan laporan.
c. Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan proses seleksi data tabulasi data, pengelompokan/mensistemkan data sesuai dengan kebutuhan. Dari proses ini akan dihasilkan informasi yang lengkap tentang wilayah kajian dan dapat digunakan sebagai dasar dalam penganalisaan lebih lanjut. Data dikelompokkan dan disajikan untuk masing-masing desa di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.
d. Kegiatan Analisa Kegiatan analisa merupakan penilaian kondisi daerah kajian yang ada saat ini dengan mengacu pada kajian teori atau standar-standar yang digunakan. Dalam kegiatan analisa diketahui tingkat ancaman, tingkat kerentaan, dan tingkat kapasitas daerah kajian untuk selanjutnya diolah dengan suatu formula sehingga menghasilkan tingkat risiko bencana pada masing-masing daerah kajian. Hal pokok yang dianalisa meliputi : Kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang yang ada Analisa tingkat pemahaman masyarakat tentang kebencanaan. Analisa kondisi fisik meliputi :
Analisa Topografi
Analisa Hidrologi
Analisa Geologi
Analisa Klimatologi
Analisis sejarah kejadian bencana di daerah kajian
e. Kegiatan Penyusunan Laporan a) Laporan Pendahuluan Laporan Pendahuluan memuat seluruh metode pendekatan, daftar kebutuhan, dan data lainnya, termasuk metodelogi
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
143
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan. b) Konsep Laporan Akhir Draft laporan akhir memuat hasil survey dan hasil awal kompilasi dan analisis kegiatan Penyusuan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh ) hari sejak Laporan Pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan. c) Laporan Akhir Laporan akhir memuat hasil kegiatan Penyusuan Peta Risiko Bencana di kecamatan Abang dan Kubu, sesuai dengan output/keluaran yang diinginkan Laporan Akhir harus diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan dilengkapi dengan CD report sebanyak 10 (sepuluh) keping. d) Album Peta Album peta memuat peta-peta Risiko Bencana, sesuai dengan output/keluaran yang diinginkan. Album Peta dibuat dengan ukuran A3 sebanyak 5 ekslempar dan ukuran A1 sebanyak 2 ekslempar harus diserahkan paling lambat akhir kontrak.
f. Pembahasan Untuk menghasilkan produk peta yang dapat diterima secara luas maka Konsultan wajib mengadakan konsultasi secara formal maupun non formal kepada pemberi tugas yang bersangkutan dan instansi terkait lainnya. Pembahasan formal dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pembahasan Pendahuluan: dilakukan setelah diselesaikannya Laporan Pendahuluan yang pada intinya merupakan kegiatan penyampaian rencana kerja, metode pelaksanaan pekerjaan serta penyamaan persepsi tentang substansi pekerjaan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
144
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
b. Pembahasan Konsep Laporan Akhir : dilakukan setelah selsainya pembuatan
konsep
menyampaikan pendahuluan
laporan
progress serta
garis
akhir
yang
pada
kegiatan
besar
hal
yang
bertujuan
untuk
setelah
laporan
akan
nantinya
disampaikan pada laporan akhir. c. Pembahasan Akhir: dilakukan setelah diselesaikannya Laporan Akhir yang pada intinya menyampaikan hasil akhir Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.12. KELUARAN Produk atau keluaran utama dari kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu disajikan dalam bentuk laporan. Konsultan memahami bahwa produk dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah beberapa jenis laporan yang disusun dan diserahkan selama masa kontrak. Sesuai dengan KAK maka Konsultan harus menyerahkan beberapa jenis laporan, sebagai berikut: 1. Sistem Pelaporan a) Laporan Pendahuluan Laporan Pendahuluan memuat seluruh metode pendekatan, daftar kebutuhan, dan data lainnya, termasuk metodelogi Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan. b) Konsep Laporan Akhir Draft laporan akhir memuat hasil survey dan hasil awal kompilasi dan analisis kegiatan Penyusuan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh ) hari sejak Laporan Pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan. c) Laporan Akhir Laporan akhir memuat hasil kegiatan Penyusuan Peta Risiko Bencana di kecamatan Abang dan Kubu, sesuai dengan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
145
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
output/keluaran yang diinginkan Laporan Akhir harus diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan dilengkapi dengan CD report sebanyak 10 (sepuluh) keping. d) Album Peta Album peta memuat peta-peta Risiko Bencana, sesuai dengan output/keluaran yang diinginkan. Album Peta dibuat dengan ukuran A3 sebanyak 5 ekslempar dan ukuran A1 sebanyak 2 ekslempar harus diserahkan paling lambat akhir kontrak.
2. Teknik Penyajian Laporan a) Pengetikan dengan menggunakan kertas HVS putih polos berukuran A4 b) Sampel/cover buku warna terang dengan tulisan huruf hitam. c) Ukuran kertas dan jumlah laporan
Laporan
pendahuluan,
judul
buku
tertulis
Laporan
Pendahuluan, berukuran A4, jumlah 10 buku.
Draft Laporan Akhir, judul buku tertulis Draft Laporan Akhir, berukuran A4, jumlah 10 buku.
Laporan Akhir, judul buku tertulis Laporan Akhir, berukuran A4, jumlah 10 buku.
5.13. ORGANISASI DAN PERSONIL Dalam bab ini diuraikan bagan organisasi pengguna jasa, penyedia jasa, struktur organisasi yang menggambarkan hubungan koordinasi antara pengguna jasa dan penyedia jasa serta masing-masing Tim Konsultan. Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan melibatkan tenaga profesional dan beberapa tenaga penunjang dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing
sesuai
dengan
bidang
keahliannya.
Untuk
memperjelas alur koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka dibuat bagan organisasi pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai KAK. Disamping itu konsultan juga menyadari adanya mekanisme kontrol terhadap proses dan hasil dari pekerjaan konsultan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
146
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan yang melibatkan beberapa tenaga profesional, tenaga sub profesional dan tenaga penunjang dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. Dengan adanya pembagian dan penerangan alur job description yang jelas maka akan menunjang kelancaran berlangsungnya kegiatan. Kualifikasi dan kuantitas personil disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu yang tercantum dalam KAK. Secara rincinya mengenai kualifikasi berserta tugas dan tanggungjawab masing-masing personil dijelaskan sebagai berikut :
A. TENAGA PROFESIONAL 1. Team Leader/Ahli Geodesi Kualifikasi Team Leader adalah sekurang-kurangnya pendidikan Srtata Satu (S1) Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja di bidang penyusunan data base berbasis System Informasi Geografis (GIS) dan pemetaan minimal 8 tahun yang dibuktikan dengan ijazah dan sertifikat keahlian minimal SKA Ahli Madya Sistem Informasi Geografi. 2. Ahli Remote Sensing Kualifikasi Ahli Remote Sensing sekurang-kurangnya pendidikan strara satu (S1) Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja di bidang keilmuan penginderaan jarak jauh dan sains informasi geografis minimal 6 tahun, dan memiliki SKA Ahli Muda Sistem Informasi Geografis. 3. Ahli Tanah Kualifikasi ahli tanah adalah sekurang-kurangnya pendidikan strata satu (S1) Pertanian program studi Ilmu Tanah dengan pengalaman di bidnag analisa karakteristik tanah dan pemetaan kerentaan minimal 6 tahun. 4. Ahli Klimatologi Kualifikasi ahli klimatologi adalah sekurang-kurangnya pendidikan starta satu (S1) Teknik Meteorologi dan Geofisika cabang
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
147
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
keilmuan Meteorologi dengan pengalaman di bidang analisa curah hujan, iklim, dan kondisi hidrologi, minimal 6 tahun. 5. Ahli Planologi Kualifikasi pendidikan Strata Satu (S1) Teknik Planologi cabang keilmuan Perencaan Wilayah dengan pengalaman kerja sesuai bidang minimal 6 tahun dan memiliki SKA Ahli Muda Perencana Kota dan Wilayah. 6. Ahli Sosial Ekonomi Kualifikasi
untuk
ahli
Sosial
Ekonomi
sekurang-kurangnya
pendidikan Strata Satu (S1_ Ekonomi dengan pengalaman kerja minimal 6 tahun dalam bidang analisa dan kajian kondisi sosial, perhitungan estimasi kerugian akibat bencana.
B. TENAGA SUB PROFESIONAL 1. Assisten Ahli Geodesi Kualifikasi untuk Assiten Ahli Geodesi sekurang-kurangnya pendidikan Starata Satu (S1) Teknik Geodesidan/atau surveying dengan pengalaman kerja sesuai bidang minimal 4 tahun. 2. Assiten Ahli Remote Sensing Kualifikasi untuk Assiten Ahli Remote Sensing sekurangkurangnya pendidikan Strata Satu (S1) Teknik Geodesi/Geografi cabang keilmuan pengeinderaan jauh dan sains informasi geografis dan/atau dengan pengalaman kerja sesuai bidang minimal 4 tahun. 3. Assisten Ahli Tanah Kualifikasi Asisten Ahli Tanah adalah sekurang-kurangnya pendidikan Strata Satu (S1) Pertanian program studi Ilmu Tanah dengan pengalaman di bidang analisa tanah minimal 4 tahun. 4. Chief Surveyor Kualifikasi untuk chief surveyor dan pemetaan sekurangkurangnya pendidikan starta satu (S1) Teknik Geodesi atau Geografi cabang keilmuan Pengeinderaan jauh dan sains informasi georafis dan/atau surveying dengan pengalaman kerja sesuai bidang minimal 4 tahun. Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
148
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
C. TENAGA PENDUKUNG 1. Surveyor Kualifikasi
untuk
surveyor
sekurang-kurangnya
pendidikan
SMA/MK dengan pengalaman kerja sesuai bidang 5 tahun. 2. Opeator CAD/GIS Kulifikasi untuk operator (GIS, Kartografi, CAD, dsb) sekurangkurangnya pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja sesuai bidang 5 tahun. 3. Administrator dan Keuangan Kualfikasi untuk petugas adminitrasi adalah sekurang-kurangnya pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja sesuai bidang 5 tahun dalam bidang adminitrasi proyek. 4. Operator Komputer/Typist Kualifikasi
untuk
petugas
Administrasi
adalah
sekurang-
kurangnya pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja sebagai operator komputer.
Gambar 5.23. Struktur Organisasi Perusahaan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
149
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
150
5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA
5.1. LATAR BELAKANG Meningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasilokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.
Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana. Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan pemetaan risiko bencana.
Dari
telaah
tim
ahli
yang
tergabung
dalam
penyusunan
Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi. Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu. Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.2. NAMA PEKERJAAN Sesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.3. LOKASI PEKERJAAN Berdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.
5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN Kegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan
selama
150
(seratus
lima
puluh)
hari
kalender
sejak
dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
5.5. BIAYA Biaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013. SKPD
Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
(BPBD),
Kabupaten
Karangasem.
5.6. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud Pekerjaan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. b. Tujuan Pekerjaan Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :
Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masingmasing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
5.7. SASARAN Sasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah : a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat luas
mengenai pentingnya
informasi
bencana
dalam
pelaksanaan
pembangunan daerah. b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi. c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
5.8. RUANG LINGKUP Adapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kubu adalah :
Analisis Ancaman Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di masing-masing
desa
di
Kecamatan
Abang
dan
Kubu
dengan
memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang
berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak dijadikan pertimbangan.
Analisis Kerentaan Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi kemampuan
perekonomian
masyarakat,
tingkat
pendidikan
dan
pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana secara mandiri.
Analisis Kapasitas Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.
Analisis Risiko Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.
Penyusunan Peta Risiko Bencana Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (dalam rupiah)
Legalisasi Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
5.9. APRESIASI DAN INOVASI Sehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem
di
tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi
tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya pekerjaan ini. A. APRESIASI 1) Umum Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang sering
menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,
longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan
Rencana
Penanggulangan
Bencana
Daerah
(RPBD)
Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.
Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.
Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya. 2) Pengertian Dasar Pemetaan Risiko Sehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini, diantaranya
(Sumber
:
Peraturan
Kepala
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana) : Bencana
adalah
peristiwa
atau
rangkaian
peristiwa
yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Rencana
Penanggulangan
Bencana
adalah
rencana
penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan,
dan
mengurangi
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
kemampuan
untuk
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat
dengan
BNPB,
adalah
lembaga
pemerintah
non
departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya
untuk
menghilangkan
dan/atau
mengurangi
ancaman bencana. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non-spasialnya. Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu. Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya. Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah sistem
untuk
pengelolaan,
penyimpanan,
pemrosesan
atau
manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi. Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan perhitungan tertentu. Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya tsunami. Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana. Kajian
Risiko
Bencana
adalah
mekanisme
terpadu
untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian dan Kapasitas Daerah. Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah
3) Dasar Hukum Dasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain : UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah PP
No.
21
Tahun
2008
Tentang
Penyelenggaaraan
Penanggulangan Bencana PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
4) Prinsip Pengkajian Risiko Bencana Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan : Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari
para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan risiko bencana.
5) Fungsi Pengkajian Risiko Bencana Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Penanggulangan mengarusutamakan
Bencana
yang
merupakan
penanggulangan
bencana
mekanisme dalam
untuk rencana
pembangunan.
Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.
B. INOVASI Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko. Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana.
Peta Ancaman Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta Kerentaan Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset
penghidupan
dan
kehidupan
yang
dimiliki
yang
dapat
mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta Kapasitas
Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko Bencana Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing análisis risiko 1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll 2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll 3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll 4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll 5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan
organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat peringatan dini.
5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGI Dalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman pada KAK yang ada.
A. PENDEKATAN TEKNIS 1. Pendekatan Studi Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain : a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (BottomUp Approach) Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.
b. Pendekatan Strategis Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala
prioritas
sebuah
permasalahan.
Strategic
Approach
ini
akan
membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
c. Pendekatan Komprehensif Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada, sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.
d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan Pendekatan
ini
memperhatikan
kesinambungan
antara
aspek
kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan berkelanjutan
(sustainable
development)
ini
adalah
model
pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah (natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk keluaran kegiatan.
e. Pendekatan Masyarakat Pada
pendekatan
ini,
konsep
dasarnya
adalah
dengan
memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh, untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya. Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak
berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
2. Pendekatan Teoritis Peta
adalah
bayangan
permukaan
bumi
yang
diperkecil
yang
digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala; legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin. a. Pengukuran Kerangka 1) Pengukuran Kerangka Horisontal Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudutsudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui azimuth untuk tiap sisi poligon.
Gambar E.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam
Keterangan gambar : 1,2,3,…
: nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
1, 2, 3, … : azimuth Rumus dan syarat yang harus dipenuhi : a) Syarat sudut Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180) Dimana ;
n
= jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut pada poligon b) Syarat sisi d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap. Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar. d) Mengitung masing – masing garis Rumus :
x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana : ‘n : nomor titik poligon : sudut luar : azimuth
Gambar E.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar
Keterangan gambar : 1,2,3,…
: nomor titik
1, 2, 3,…
: sudut dalam
1, 2, 3, …
: azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi : a) Syarat sudut Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180) Dimana ; n
= jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut luar poligon b) Syarat sisi d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap. Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar. d) Mengitung masing – masing garis Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n Dimana : n : nomor titik poligon : sudut luar z : azimuth
2) Pengukuran Kerangka Vertikal Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang referensi, pekerjaan dibagi atas : a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik. b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.
Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai data pada peta topografi. 3) Pengukuran Detail Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar E.3. Pengukuran Titik
Keterangan Gambar : A : tempat berdiri alat
B : tempat berdiri rambu
hi : tinggi alat
h : beda tinggi
BA
M
: sudut miring :
bacaan
benang atas BT : bacaan benang tengah BB L
: bacaan benang bawah
: BA – BB
D : jarak datar
D’ : jarak miring
Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ; L’ = L x cos m = L sin z
= 100 sin2z
D = L’ x F D = D’ sin z Beda tinggi ( h )
h = D’ cos z = 100 L sin z cos z = 100.0,5. L (2 sin z cos z) = 50 sin 2z L Sehingga beda tinggi ; A-B (h) HAB
= h1 + h – BT
HB = HA +h – BT Dengan HB = ketinggian titik B
Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara memancar seperti di bawah :
Gambar E.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar
Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran pada tiap-tiap titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA, BB, BT dan zenith.
4) Metode Pengukuran Beda Tinggi
Gambar E.5. Metode Barometris
Pengukuran Beda Tinggi Barometris Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.
Gambar E.6. Metode Trigonometri
Keterangan gambar :
z
= sudut zenith
m
= sudut miring
s
= jarak A-B
Pengukuran beda tinggi trigonometri Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila pesawat di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring dan sudut tegak (Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B adalah s maka beda tinggi antara A dan B = s tan m. Cara
ini
juga
dipengaruhi
suhu,
kelembaban
sehingga
menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung atau mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik dibandingkan metode barometris.
Gambar E.7. Metode Sipat Datar
Pengukuran beda tinggi sifat datar Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A dan B. Angka a dan b adalah hasil pembacaan mistar atau rambu. Garis mendatar ini dapat dihasilkan dengan menarik seutas benang atau kawat
dibantu dengan
waterpass. Untuk menghindari
kelengkungan teropong dengan dilengkapi nivo di tengah-tengah dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta
1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan
Ruang
Wilayah,
adalah
salah
satu
peraturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Peraturan
Pemerintah
ini
selain
memuat
ketentuan
dan
pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsurunsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata ruang wilayah dalam berbagai skala. 2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000 Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel E.1 dan Tabel E.2).
c. Perhitungan dan Penggambaran peta
1) Perhitungan Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai macam alat, yaitu: a) Theodolit Manual Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA +BB. b) Digital Theodolit (DT) Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan jarak dari satu patok ke patok lain. c) Waterpass Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2 patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di
belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas (BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB). Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas ketinggian tanahnya.
2) Metode Penggambaran Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan menggunakan
metode
manual
atau
dengan
metode
digital
(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan dengan : a) Membuat grade pada kertas . b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade. c) Membuat poligon tertutup. d) Menentukan titik detail (pojok bangunan) e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil perhitungan pengukuran memancar. f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan pengukuran Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software yang aplikatif.
Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi, baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak membutuhkan
biaya
yang
besar
untuk
menyimpan
dan
mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan dalam format hardcopy.
Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau dihindari.
Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer. Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.
Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer adalah sebagai berikut : Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan). Penyimpanan dan manajemen data Pengolahan dan manipulasi data Menampilkan/memvisualisasikan data
Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS. Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di
luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).
Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data, penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid. Data
digital
dapat
diolah
dan
dimanipulasi
sesuai
dengan
pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala suatu
metode
menganalisis
menjadi data
tidak
tertentu
tepat yang
kalau
digunakan
untuk
pengambilannya
tidak
mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif. Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya CIPW
untuk
analisis
normatif
batuan
beku,
lpnorm
yang
menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan
prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).
B. METODELOGI
C. sadad
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam pekerjaan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu jangka waktu yang diberikan KAK adalah selama 5 (lima) bulan atau 150 hari kerja. Dalam rentang waktu yang diberikan KAK tersebut, konsultan menindak lanjuti dengan kegiatan penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang dimana dimaksud sebagai acuan dalam pengerjaan aplikasinya. Yang diharapkan dapat berjalan secara lancar, tepat waktu, dan sesuai dengan harapan yang direncanakan.
Penyusunan jadwal kegiatan merupakan suatu seni manajemen waktu, yang dimana memerlukan keterampilan dalam mengatur kegiatan agar dapat berjalan seiraman dengan waktu yang disediakan. Dalam jadwal pelaksanaan, koordimasi dan komunikasi menjadi hal utama dan dasar yang harus diterapkan pihak-pihak terkait guna tercipta kekonsistenan anatar jadwal pelaksanaan yang disusun dengan kenyataan aplikasinya.
Ketepatan waktu dengan hasil yang maksimal menjadi tujuan utama dari penyusunan
jadwal
kegiatan.
Dalam
pekerjaan
pendampingan
ini,
jadwal
pelaksanaan tersaji dalam Tabel 6.1 berikut :
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
152
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu Bulan keNo.
Kegiatan
I
II
III
IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
I
Tahapan Kegiatan
1
Tahap Persiapan
Ket
V 3
4
Studi Literatur Persiapan Dasar Persiapan Survei Primer Persiapan Survei Sekunder 2
Tahap Kegiatan Survei Survei Primer Survei Sekunder
3
Pengumpulan Data
4
Kegaiatan Analisa
II
Tahap Pembahasan
1
Laporan Pendahuluan
2
Konsep Laporan Akhir
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
153
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
3
Laporan Akhir
III
Keluaran
1
Laporan Pendahuluan
2
Konsep Laporan Akhir
3
Laporan Akhir
4
Album Peta
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
154
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Jadwal penggunaan sarana dan prasarana pendukung diperlukan juga selain jadwal pelaksanaan kegiatan, dimana sarana pendukung ini dapat digunakan untuk mempermudah dan memperlancar pekerjaan.
Dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, Konsultan menggunakan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan sebagai pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, yang pada dasarnya telah disesuaikan dengan persyaratan yang tertuang dalam kerangka acuan kerja. Uraian mengenai fasilitas dan sarana yang digunakan oleh Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan ini disajikan sebagai berikut.
Konsultan akan menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan ini, yang meliputi antara lain : 1. Sistem komputer (computer dan printer) Alat ini digunakan untuk membantu dalam proses pengolahan data penggambaran. 2. Peralatan studio/kantor, terdiri dari: a) Alat komunikasi b) ATK (kertas, tinta printer, CD dan alat warna) 3. Transportasi, terdiri dari: a) Kendaraan roda 4 b) Kendaraan roda 2
Untuk menunjang pekerjaan studi diperlukan peralatan kantor seperti meja tulis, kursi, meja gambar, komputer dan sebagainya. Daftar dan jadwal penggunaan peralatan ditunjukkan pada Tabel 7.1 berikut. Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
155
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 7.1. Daftar dan Jadwal Penggunaan Peralatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
Bulan keNo.
Kegiatan
Jumlah
Satuan
I
II
III
IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
A
V 3
Peralatan Kantor dan Studio
1.
ATK
1
Bulan
2.
Telepon dan Fax
1
Bulan
3.
Komputer
3
Unit / Bulan
4.
OM dan Printer
3
Unit / Bulan
B
Tranportasi
1
Kendaraan Roda 4
1
Unit / Bulan
2
Kendaraan Roda 2
1
Unit / Bulan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
156
4
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu keberadaan tenaga ahli merupakan hal vital pendukung terselenggaranya kegiatan ini. Selain tenaga ahli, kegiatan ini juga di dukung oleh asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung. Koordinasi diantara para tim, baik diantara sesama tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga pendukung adalah sesuatu yang menjadi ujung tobak berjalannya kegiatan dengan tepat waktu.
Adapun susunan tim tenaga ahli beserta tenaga pendukung lainnya yang ada di kegiatan ini antara lain :
Tenaga Ahli Geodesi (Team Leader) Ahli Remote Sensing Ahli Ekonomi Wilayah Ahli Tanah Ahli Klimatologi Ahli Planologi Ahli Sosial Ekonomi
Asisten Tenaga Ahli Asisten Ahli Geodesi Asisten Ahli Remote Sensing Asisten Ahli Tanah Chief Surveyor
Tenaga Pendukung Tenaga Administrasi Operator Komputer Surveyor Operator CAD/GIS
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
157
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Supir
Secara rinci mengenai komposisi tugas dan personil diperlihatkan pada Tabel 8.1 berikut :
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
158
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 8.1 Komposisi Tugas dan Personil Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu Nama Personil
Perusahaan
Tenaga Ahli Lokal/Asing
Lingkup Keahlian
Posisi Diusulkan
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Geodesi
Ahli Geodesi (Team Leader)
Jumlah Orang Bulan (OB)
Uraian Pekerjaan
TENAGA AHLI
Ir. Azam Muhammady
Mengkoordinir seluruh aktifitas Tim dalam
5
mengelola seluruh kegiatan lapangan dan kantor.
Bertanggung
jawab
terhadap
Pemberi
Pekerjaan yang berkaitan terhadap kegiatan tim pelaksana pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung saat ini.
Membuat schedule kegiatan pekerjaan.
Memonitor
progress
pekerjaan
yang
dilakukan tenaga ahli.
Mengarahkan seluruh anggota team dalam menyiapkan laporan yang diperlukan.
Mengkaji
ulang
serta
pengecekan
keseluruhan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Melaksanakan
presentasi
dengan
direksi
pekerjaan dan instansi terkait.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
159
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Ir. Atip Supriyatna, ST
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Remote Sensing
Ahli Remote Sensing
Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.
Menyiapkan peta dasar untuk penyusunan
4
peta tematik
Menentukan perangkat lunak yang sesuai untuk diaplikasikan pada kegiatan
Melakukan koordinasi pada Team Leader dalam pelaksanaan laporan-laporan.
Analisis dan dokumentasi wilayah kajian melalui penyajian peta kondisi eksisting.
Tranfering data digital untuk menghasilkan database dengan program khusus GIS.
Menyajikan peta dengan struktur interpretasi wilayah kajian.
Lita Nurcita, S.Si
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Tanah
Ahli Tanah
Menganalisis kelayakan kondisi dan struktur
4
tanah di lokasi kajian.
Menganalisis kontur dan profil tanah di wilayah kajian.
Melakukan koordinasi pada Team Leader dalam pelaksanaan laporan-laporan.
Hafizh Ali, S.Si
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
Bidang Klimatologi
Ahli Klimatologi
Menginvetarisasi
data-data
yang
terkait
4
klimatologi untuk keperluan kegiatan.
160
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Mengalisa data-data terkait klimatologi.
Bertanggung
jawab
langsung
pada
temaleader.
Melakukan koordinasi pada Team Leader dalam pelaksanaan laporan-laporan.
Anni Marryam S, ST
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Planologi
Ahli Planologi
Melakukan inventarisasi kelembagaan serta
4
kebijakan dan peraturan – peraturan.
Inventarisasi tata guna lahan sesuai dengan perundang-undangan
sesuai
dengan
kebutuhan kajian.
Melakukan analisa terkait tata guna lahan dan kelembagaannya untuk kepentingan kegiatan.
Melakukan koordinasi pada Team Leader dalam pelaksanaan laporan-laporan.
Drs. I Putu Suyasa, SE
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Sosial Ekonomi
Ahli Sosial Ekonomi
Menganalisis kegiatan
kelayakan
perekonomian
ekonomi
dari
masyarakat
pada
4
wilayah kajian.
Menganalisis peluang dan hambatan ekonomi makro dan mikro di wilayah kajian.
Menganalisis keunggulan dan kelemahan budaya masyarakat di wilayah kajian.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
Merumuskan model-model rekayasa sosial
161
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
yang
dapat
diterapkan
dalam
upaya
penyelesaian kegiatan.
Ni Nyoman Ayu Wartini, SH
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Hukum
Ahli Hukum
Ahli hukum berperan dalam mengkaji
4
dokumen-dokumen produk hukum terkait kegiatan pendampingan.
ASISTEN TENAGA AHLI
To Be Named
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Geodesi
Asisten Ahli Geodesi
membantu
peran
ahli
geodesi
dalam
4
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Bidang Remote Sensing
Asisten Ahli Remote Sensing
membantu peran ahli remote sensing dalam
4
mengelola produk-produk hukum terkait kegiatan pengelolaan. 4
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Tanah
Asisten Ahli Tanah
membantu peran ahli tanah dalam mengelola produk-produk
hukum
terkait
kegiatan
pengelolaan. 3 To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Chief Surveyor
Membantu para ahli dalam pengkoordinasian pengumpulan data dan keperluan lainnya yang terjadi di lapangan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
162
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
TENAGA PENDUKUNG To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Administrasi
Administrasi
Bertanggung
jawab
atas
hal-hal
bersifat
5
administratif yang berhubungan dengan kegiatan pendampingan.
To Be Named
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Operator Komputer
Operator Komputer
Membantu
operasional
keperluan
kegiatan
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Operator CAD/GIS
Operator Komputer
Membantu operasional keperluan dalam hal
5
pedampingan dengan perangkat komputerisasi.
5
penggambaran dan pemetaan penggunaan sistem GIS/CAD.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Bidang Operator CAD/GIS
Operator Komputer
Membantu operasional keperluan dalam hal
5
penggambaran dan pemetaan penggunaan sistem GIS/CAD.
To Be Named
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Supir
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Supir
Membantu mobilasasi segala bentuk kegiatan
5
yang berhubungan dengan transportasi.
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
163
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
164
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
To Be Named
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
TENAGA AHLI LOKAL
Surveyor
Surveyor
Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
5
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun ke lapangan demi kelengkapan keperluan data untuk kegiatan.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
165
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
ini mobilisasi tenaga profesional oleh pihak
konsultan selama 5 (lima) bulan atau 150 hari kerja dengan berbagai disiplin ilmu yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan ini nantinya. Selain itu, tim konsultan juga akan memobilisasi tenaga pendukung, yang akan mendukung tenaga profesional dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kebutuhan mobilisasi tenaga penunjang akan selalu memperimbangkan kebutuhan tenaga profesional.
Komposisi tim berserta jangak waktu pekerjaan antara lain :
Tenaga Ahli Ahli Geodesi (Team Leader) → 5bulan Ahli Remote Sensing → 4 bulan Ahli Tanah → 4 bulan Ahli Klimatologi → 4 bulan Ahli Planologi → 4 bulan Ahli Sosial Ekonomi → 4 bulan Ahli Hukum → 4 bulan
Asisten Tenaga Ahli Asisten Ahli Geodesi → 4 bulan Asisten Ahli Remote Sensing→ 4 bulan Asisten Ahli Tanah→ 4 bulan Chief Surveyor → 3 bulan
Tenaga Pendukung 1 orang Tenaga Administrasi → 5 bulan 1 orang Operator Komputer → 5 bulan 1 orang Supir → 5 bulan 1 orang Operator Komputer → 4 bulan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
178
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
2 orang Operator GIS/CAD → 5 bulan 10 orang surveyor → 3 bulan
Pemberi kerja
senantiasa akan
memberikan
instruksi/perintah
kerja,
serta
menyetujui hasil pekerjaan yang dihasilkan konsultan. Untuk itu, penugasan Personil Tim Konsultan disusun berdasarkan jenis dan macam pekerjaan yang tersurat didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Tim didukung sepenuhnya oleh semua fungsional dari PT. Warta Bakti Mandala.
Berdasarkan pengalaman konsultan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sejenis, diperlukan pengaturan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Hubungan kerjasama antar personil, serta koordinasi pelaksanaan pekerjaan berperan penting dalam menghasilkan kualitas kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu, diperlukan pula pengaturan jadwal pelaksanaan penugasan personil dan sampai sejauh mana keterlibatan masing-masing personil terhadap kegiatan pekerjaan ini, agar dapat dicapai suatu pola tata koordinasi pelaksanaan pekerjaan secara baik. Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam Tabel Jadwal Penugasan Personil tim konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan dan nama personil tenaga profesional yang terlibat secara langsung dalam kegiatan ini.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
179
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 9.1 Jadwal Penugasan Personil Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu Bulan keNo.
Kegiatan
Jabatan Yang Diusulkan
I
II
III
IV
V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Oran 4 g/ Bula n
I
Tenaga Ahli
1
Ir. Azam Muhammady
Team Leader
5
2
Ir. Atip Supriyatna, ST
Ahli Remote Sensing
4
3
Lita Nurcita, S.Si
Ahli Tanah
4
4
Hafizh Ali, S.Si
Ahli Klimatologi
4
5
Anni Maryam S, ST
Ahli Planologi
4
6
Drs. I Putu Suyasa, SE
Ahli Sosial Ekonomi
4
7
Ni Nyoman Ayu Wartini, SH
Ahli Hukum
4
II
Asisten Tenaga Ahli
1
To Be Named
Asisten Ahli Geodesi
4
Asisten Ahli Remote
4
2
3
To Be Named
Sensing
To Be Named
Asisten Ahli Tanah
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
4 180
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
4
To Be Named
III
Tenaga Penunjang
1
Chief Surveyor
3
To Be Named
Surveyor
3
2
To Be Named
Surveyor
3
3
To Be Named
Surveyor
3
4
To Be Named
Surveyor
3
5
To Be Named
Surveyor
3
6
To Be Named
Surveyor
3
7
To Be Named
Surveyor
3
8
To Be Named
Surveyor
3
9
To Be Named
Surveyor
3
10
To Be Named
Surveyor
3
11
To Be Named
Operator GIS/CAD
5
12
To Be Named
Operator GIS/CAD
5
13
To Be Named
Adminitrasi
dan
5
Keuangan 14
To Be Named
Operator Komputer
5
15
To Be Named
Supir
5 Total
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
101
181
PT. WARTHA BAKTI MANDALA Konsultan Perencana Dan Pengawas
Dokumen Usulan Teknis untuk pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu “, sebagai bentuk penawaran teknis dari konsultan dalam upaya penanganan pekerjaan tersebut diatas. Dalam hal ini konsultan PT. Warta Bakti Mandala apabila nantinya dipercaya untuk menangani pekerjaan ini maka akan bekerja berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) pekerjaan tersebut. Konsultan PT. Warta Bakti Mandala berkeyakinan “sanggup dan mampu” untuk melaksanakan pekerjaan tersebut apabila diberi kepercayaan berdasarkan dokumen usulan teknis yang kami tawarkan.
Dengan dukungan Tenaga Ahli yang kami usulkan dengan kualifikasi dan pengalaman kerja di bidang perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air khususnya pembangunan sistem penyediaan air baku. Dengan berbekal keahlian masing-masing tenaga ahli yang kami usulkan dan telah memiliki sertifikat keahlian, maka dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan mutu pekerjaan sesuai dengan yang diminta dalam KAK.
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
182