Kelompok I
ULUMUL QUR’AN Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ulumul Qur‟an Dosen Pembina: Drs. ROFI‟I, M.Ag.
Disusun oleh: EMHA AINUN NADJIB NIM. 140 111 1879
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA (IAIN) JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PALANGKA RAYA TAHUN 2015
KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah yang telah menerangi hati kita dengan cahaya AlQuran, menghiasi akhlak kita dengannya, dan mengindahkan amalan-amalan kita dengan amalan Al-Quran. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sepanjang zaman yang senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al-Quran. Atas rahmat yang telah Allah berikan pula, sehingga penyusun dapat dapat menyelesaikan makalah Ulumul Qur‟an dengan judul “ULUMUL QUR’AN”. Penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun berharap pada makalah ini dapat sesuai yang diharapkan pembaca dan memohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penyusun dapat lebih baik lagi kedepannya. Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini jika masih terdapat kekurangan. Akhir kata sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terima kasih.
Palangka Raya,
Februari 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2 D. Metode Penulisan ...................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ulumul Qur‟an ........................................................................ 3 B. Tema dan Ruang Lingkup Al-Qur‟an ....................................................... 4 C. Cabang-Cabang Bahasan Al-Qur‟an ......................................................... 6 D. Perkembangan Al-Qur‟an ......................................................................... 6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 13 B. Saran .......................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh mengenai Ulumul Qur‟an dan faedah-faedahnya. Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu‟jizat. Al-Qur‟an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. AnNahl : 89). Mempelajari isi Al-Qur‟an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah SWT sebagai penciptanya.
1
Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur‟an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan AlQur‟an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur‟an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsirkan Al-Qur‟an yaitu Ulumul Qur‟an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur‟an.
B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Ulumul Qur‟an? 2. Bagaimana Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Al-Qur‟an? 3. Bagaiamana Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Al-Qur‟an? 4. Bagaimana Perkembangan Ulumul Al-Qur‟an?
C. Tujuan Penulisan 1. Agar dapat mengetahui Pengertian Ulumul Qur‟an. 2. Agar dapat mengetahui Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Al-Qur‟an. 3. Agar dapat mengetahui Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Al-Qur‟an. 4. Agar dapat mengetahui Perkembangan Ulumul Al-Qur‟an.
D. Metode Penulisan Metode yang penyusun gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah menggabungkan antara buku-buku. Artinya data yang diperoleh penyusun bersumber dari buku.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ulumul Qur‟an Secara bahasa, „ulum bentuk jamak dari „ilm yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ulum Al-Qur‟an adalah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan Al-Qur‟an, baik dari segi asbab al-nuzul, pengetahuan makkiyah dan Madaniyah, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih ataupun pembahasan lain yang berhubungan dengan Al-Qur‟an.1 Ilmu ini dinamakan juga dengan Ushul Al-Tafsir, (dasar-dasar tafsir), karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang mufasir sebagai sandaran dalam menafsirkan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an menurut ulama ushul fiqih dan ulama bahasa adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang lafaz-lafaznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas, dengan demikian, secara bahasa Ulumul Qur‟an adalah ilmu-ilmu (pembahasan-pembahasan) yang berkaitan dengan Al-Qur‟an.2 Dari definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Ulumul Qur‟an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua bidang ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Qur‟an baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu i‟rabul Qur‟an, dan sebagainya. Ulumul Qur‟an berbeda dengan ilmu yang merupakan cabang dari Ulumul Qur‟an, misalnya ilmu Tafsir yang menitikberatkan pembahasannya pada penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an, ilmu Qiraat menitikberatkan pembahasannya pada cara membaca lafal-lafal Al-Qur‟an khusus dalam Ilmu Tajwid seperti makharijul huruf, ikhfa, izhar, idgham, iqlab, madd dan sebagainya. Sedangkan Ulumul Qur‟an membahas Al-Qur‟an dari segala segi yang ada relevansinya dengan Al-Qur‟an. Artinya semua pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur‟an disebut Ulumul Qur‟an. Oleh karena itu diberi nama “Ulumul Qur‟an” dengan 1
Rahmawati dkk., Ulumul Qur‟an Praktis dan Mudah, cet I, Yogyakarta: Teras, 2013,
hlm. 1 2
Acep Hermawan, Ulumul Qur‟an Ilmu untuk Memahami Wahyu, cet II, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 2.
3
menggunakan bentuk jama‟ (plural) bukan “Ilmul Qur‟an” dengan bentuk mufrad (singular).3 B. Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Qur‟an Pembahasan Ulumul Qur‟an memang banyak, tetapi kita tidak dapat memberikan klasifikasi berdasarkan tema-temanya. Pertama, pembahasan-pembahasan yang berpautan dengan Nuzul AlQur‟an, yaitu: - Auqat Al-Nuzul wa Mawathin Al-Nuzul Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang diturunkan di Mekah yang dinamai ayat Makkiyah, ayat-ayat yang diturunkan di kala Nabi berada di kampung atau disebut Hadlariyah, ayat-ayat yang diturunkan di dalam safar yang dinamai Safariyah, ayat-ayat yag diturunkan pada malam hari yang dinamai Lailiyah. - Asbabun Nuzul Tema ini berkenaan dengan sebab-sebab turunnya Al-Qur‟an. - Tarikhun Nuzul Tema ini berkenaan dengan ayat yang mula-mula, diturunkan dalam kaitan waktunya, yang berulang-ulang diturunkannya, yang terakhir hukumnya dari turunnya, yang turun tidak berurutan, yang turun dalam satu kesatuan, dan lain-lain.4
Kedua, pembahasan masalah sanad. Hal ini berhubungan dengan enam macam persoalan, yakni yang mutawatir, ahad, syadz, beragam qiraat Nabi, para perawi dan huffazh, kaifiyat Al-tahammul (cara penerimaan riwayat). Ketiga, masalah bacaan (tata cara membaca), yaitu soal waqaf, ibtida, imalah, madd, men-takhfif-kan (meringankan bacaan) hamzah, idgam, dan lainlain.
3
Ibid, hlm. 3. Ibid, hlm. 10.
4
4
Keempat, masalah pembahasan lafaz. Hal ini terkait dengan beberapa soal, yaitu gharib, mu‟rab, majaz, musytarak, mutaradif, isti‟arah dan tasyibih. Kelima, masalah makna-makna Al-Qur‟an yang berpautan dengan hukum seperti masalah lafaz, „am yang tetap dalam keumumannya, „am yang dimaksudkan khusus, „am yang dikhususkan dengan sunnah, „am yang mengkhususkan sunnah, nash yang zhahir, mujmal, mufashshal, manthuq, mafhum, muthlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh, muqaddam, muakhkhar dan lain-lain. Keenam, masalah makna-makna Al-Qur‟an yang berpautan dengan lafaz, yaitu fashl dan washl, ijaz, ithnab, musawah dan qashr.5 Sebagaimana Ulumul Hadis dalam dua ranah, secara umum pembahasan Ulumul Qur‟an juga terbagi kedalam dua ilmu, pertama Ilmu Al-Riwayah sebagai ilmu yang diperoleh melalui jalan riwayat atau naql. Artinya dengan cara menceritakan kembali atau mengutip. Misalnya pengetahuan tentang macammacam bacaan (Al-Qiraat), tempat turunnya ayat, waktu dan sebab-sebabnya. Kedua, Ilmu Dirayah, sebagai ilmu yang diperoleh dengan jalan pembahasan dan penilitian. Misalnya pengetahuan tentang lafaz-lafaz yang gharib (asing), ayat Alnasikh dan Al-mansukh dan lain-lain.6 Ruang Lingkup Ulumul Qur‟an dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Dirasah Ma fi Al-Qur‟an, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi yang terdapat dalam Al-Qur‟an seperti kajian tafsir Al-Qur‟an. Dirasah Ma Haula Al-Qur‟an, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi seputar Al-Qur‟an tetapi lingkupnya di luar materi dalam seperti kajian mengenai Asbab Al-Nuzul dan Living Al-Qur‟an, sebagai kajian mengenai penerapan dan aplikasi Al-Qur‟an pada masyarakat.7
5
Ibid. ibid. 7 Ibid. 6
5
C. Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Quran Dalam Ulumul Qur‟an terdapat banyak cabang ilmu yang menjadi kajian, diantaranya adalah: Ilmu Asbab al-Nuzul. Ilmu al-Makkiyah wa al-Madaniyah Ilmu Qira‟at. Ilmu al-Munasabat. Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh. Ilmu Rasm al-Qur‟an. Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasyabih. Ilmu Aqsam al-Qur‟an. Dan lain-lainnya.8 D. Perkembangan Ulumul Qur‟an Ulumul Qur‟an mulai tumbuh semenjak masa Rasulullah Saw. beliau adalah mufasir awal, tetapi penafsirannya tidak ditulis (secara resmi) oleh para sahabat. Penafsirannya hanya disampaikan kepada sahabat yang lain dan tabi‟in dengan periwayatan dari mulut ke mulut. Ada beberapa sebab mengapa penafsiran Rasulullah, sebagai bagian dari Ulumul Qur‟an tidak ditulis oleh para sahabat. Ada larangan dari Rasulullah Saw menulis sesuatu selain Al-Qur‟an, karena dikhawatirkan perhatian para sahabat menjadi terbagi, tidak sepenuhnya kepada Al-Qur‟an, padahal penurunan Al-Qur‟an masih berlangsung, atau khawatir tercampurnya dengan sesuatu yang bukan Al-Qur‟an. Para sahabat tidak merasa perlu menulisnya sebab mereka orang yang dhabit, dan jika ada problem mereka bisa langsung bertanya kepada Nabi Saw. Banyak para sahabat yang tidak pandai menulis.9 Beberapa periode setelah Rasulullah dapat dijelaskan dibawah ini. 8
Rahmawati dkk., Ulumul Qur‟an Praktis..., hlm. 4. Acep Hermawan, Ulumul Qur‟an Ilmu..., hlm. 5.
9
6
1. Abad I dan II Hijriyah Pada masa Nabi, Abu Bakar dan Umar, Ulumul Qur‟an belum dibukukan. Namun, dengan merujuk pada definisi Ulumul Qur‟an sebelumnya, sesungguhnya pada masa ini, ia mulai tumbuh dan berkembang. Selanjutnya pada masa Utsman, penulisan Al-Qur‟an diseragamkan untuk menjaga persatuan umat Islam. Yang dilakukan oleh Utsman tersebut merupakan rintisan bagi lahirnya „Ilmu Al-Rasm Al-Utsmani.10 Pada masa berikutnya, Abu Al-Aswad Al-Duali meletakkan dasar-dasar gramatikal Al-Qur‟an (Qawa‟id Al-Nahwiyyah) atas perintah khalifah Ali Ibn Abi Thalib untuk memproteksi pelafalannya. Hal ini karena pada masa ini ekspansi kerajaan Islam menyebar ke berbagai daerah dan penduduk non-Arab, sehingga semakin banyak yang memeluk Agama Islam. Pada saat itulah timbul keresahan dari Ali sehingga beliau memberi perintah kepada Abu Aswad Al-Duali untuk merumuskan kaidah gramatikal bahasa Arab agar bahasa Al-Qur‟an bisa dipahami dengan sistematis. Masa ini disebut sebagai permulaan Ilmu I‟rab Al-Qur‟an (AlQaththan, tt:10).11 Pada saat Nabi masih hidup, setiap kali sahabat menanyakan suatu ayat, mereka langsung bertanya kepada beliau. Namun, saat Nabi telah wafat, mereka berijtihad dalam memberikan penafsiran Al-Qur‟an. Selanjutnya para sahabat berpencar keberbagai negara dan mereka mempunyai murid di setiap tempat tinggal mereka yang baru. Gabungan dari tiga sumber diatas, penafsiran Nabi, penafsiran sahabat, dan penafsiran tabi‟in dikelompokkan menjadi satu kelompok yang dinamakan “Tafsir bi Al-Ma‟tsur”. Masa ini dapat dijadikan periode pertama dari perkembangan Ilmu Tafsir Al-Qur‟an (Quraish Shihab, 2007: 106).12 Abad ke-2 Hijriyah dikenal sebagai masa pembukuan (Ashr Al-Tadwin) khusunya dalam pembukuan Hadis dengan beragam babnya pada masa ini juga terdapat pembukuan tafsir Al-Qur‟an (bi Al-ma‟thur) baik jurukan dari Rasul, sahabat maupun tabi‟in. Para pelopor tafsir yang dikenal pada masa ini adalah Yazid bin Harun Al-Salami (w.117 H), Syu‟bah bin Al-Hajjaj (w. 160 H), Waki‟ 10
Ibid, hlm. 5 Ibid, hlm. 6 12 Ibid. 11
7
bin Al-Jirah (w. 197 H), Sufyan bin Uyainah (w. 197 H), Abd Al-Razzaq bin Hirman (w. 211 H). Mereka semua termasuk juga dalam jajaran ulama Hadis. Mereka menghimpun tafsir dengan menukil pendapat dari kalangan sahabat dan tabi‟in. Namun, tidak ada satu pun dari tulisan mereka yang bisa kita dapati saat ini (Al-Qaththan, tt:12). Setelah masa ini, beberapa Ulama mulai menulis beberapa kitab tafsir, salah satu yang terkenal hingga saat ini adalah Ibn Jarir AlThabariy (w. 310 H).13 Demikianlah proses tersebut berjalan. Awalnya Al-Qur‟an didapat dengan metode “naqliyyah” dengan cara “talaqqi” dan periwayatan, berlanjut pada penulisan tafsir berdasarkan bab-bab Hadis, kemudian penafsiran tersebut berdiri dengan caranya sendiri. Bermula dari tafsir bi Al-ma‟tsur disusul tafsir bi Al-ra‟y (logika).14
2. Abad III dan IV Hijriyah Beberapa cabang Ulumul Qur‟an pada abad ini mulai bertambah. Beberapa di antaranya adalah sebagaimana berikut: - Ilmu Asbab Al-Nuzul yang disusun oleh Ali ibn Al-Madiniy (w. 234 H). - Ilmu Al-Nasikh wa Al-Mansukh dan Ilmu Al-Qiraat yang disusun oleh Abu Ubaid ibn Salam (w. 224 H). - Ilmu Al-Makki wa Al-Madani yang disusun oleh Muhammad ibn Ayyub Al-Dhirris (w. 294 H). - Ilmu Gharib Al-Qur‟an yang disusun oleh Abu Bakar Al-Sijistani (w. 330 H).15 Selain itu, terdapat beberapa ulama yang menyusun beberapa kitab seputar Ulumul Qur‟an, seperti: - Muhammad ibn Khalaf Al-Marzuban (w. 309 H) yang menyusun kitab Al-Hawi fi Ulum Al-Qur‟an sebanyak 27 juz.
13
Ibid. Ibid. 15 Ibid. 14
8
- Abu Bakar Muhammad ibn Qasim Al-Anbari (w. 328 H) yang menyusun kitab „Aja‟ibu Ulum Al-Qur‟an. Kitab ini berisi penjelasan mengenai tujuh huruf (bentuk), tentang penulisan mushaf, jumlah bilangan surah, ayat dan kata-kata dalam Al-Qur‟an. - Abu Hasan Al-Asy‟ariy (w. 324 H) yang menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulum Al-Qur‟an. - Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad ibn Ali Al-Karakhi (w 360 H) yang menyusun kitab Nakat Al-Qur‟an Al-Daallah „ala Al-Bayan fi Anwa‟i Al-Ulum wa Al-Ahkam Al-Munbiah „an Ikhtilafi Al-Anam. - Muhammad ibn Ali Al-Adwafi (w. 388 H) menyusun kitab Al-Istighna fi Ulum Al-Qur‟an sebanyak 20 jilid (Masifuk Zuhdi, 1980: 28-29).16
3. Abad V dan VI Hijriyah Pada masa ini cabang Ulumul Qur‟an semakin bertambah, terutama dengan munculnya Ilmu I‟rab Al-Qur‟an dan Ilmu Mubhamat Al-Qur‟an. Adapun Ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Qur‟an pada masa ini adalah sebagai berikut: - Ali ibn Ibrahim bin Sa‟id Al-Hufi (w. 430 H). Selain memelopori Ilmu I‟rab Al-Qur‟an, dia juga menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum AlQur‟an yang terdiri dari 30 jilid. Kitab ini selain menafsirkan AlQur‟an seluruhnya juga menerangkan ilmu-ilmu Al-Qur‟an yang berhubungan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an yang ditafsirkan. Karena itu dalam kitab ini, Ulumul Qur‟an diuraikan secara terpencar, tidak terkumpul dalam urutan bab, atau bisa disebut tidak tersusun sistematis. Meskipun demikian, kitab ini adalah karya besar seorang ulama yang telah merintis penulisan kitab tentang, Ulumul Qur‟an yang lengkap. - Abu Amr Al-Dani (w. 444 H) yang menyusun kitab At-Taysir fi Qira‟at Al-Sab‟i dan kitab Al-Muhkam fi Al-Nuqat.
16
Ibid, hlm. 7.
9
- Abu Al-Qasim ibn Abdirrahman Al-Suhaili (w. 581 H) yang menyusun kitab tentang Mubhamat Al-Qur‟an (menjelaskan maksud kata-kata dalam Al-Qur‟an yang tidak jelas apa atau siapa yang dimaksudkan). - Ibn Al-Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Funun Afnan fi „Aja‟ib AlQur‟an dan Al-Mujtaba fi Ulum Tata‟allaq bi Al-Qur‟an (Masifuk Zuhdi, 1980: 28-29).17
4. Abad VII dan VIII Hijriyah Pada masa ini Ulumul Qur‟an mempunyai cabang baru, yaitu „Ilmu Majaz Al-Qur‟an dan tersusun pula Ilmu Al-Qiraat. Berikut ini merupakan cabangcabang Ulumul Qur‟an yang muncul dan berkembang pada masa ini: - Ilmu Majaz Al-Qur‟an yang dipelopori oleh Ibn „Abd Salam yang terkenal dengan nama Al-Izz (w. 660 H). - Ilmu Bada‟i AL-Qur‟an yang disusun oleh Ibn Abi Al-Isba‟. Kitab tersebut membahas tentang keindahan bahasa dan kandungan AlQur‟an. - Ilmu Aqsam Al-Qur‟an yang disusun oleh Ibn Al-Qayyim (w. 752 H). Ilmu tersebut membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam Al-Qur‟an. - Ilmu Hujjaj Al-Qur‟an atau Ilmu Jadal Al-Qur‟an (ilmu yang membahas tentang bukti-bukti yang dipakai oleh Al-Qur‟an untuk menetapkan sesuatu) yang dipelopori oleh Najm Al-Din Al-Thufi (w 761 H). - Ilmu Amtsal Al-Qur‟an (ilmu yang membahas tentang perumpamaanperumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur‟an ) yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Mawardi. - Ilmu Al-Qiraat yang disusun oleh „Alamudin Al-Sakhawi (w. 643 H) dalam kitabnya Jamal Al-Quma‟ wa Kamal Al-Iqra‟.
17
Ibid.
10
Selain itu, terdapat juga beberapa ulamayang menyusun kitab-kitab seputar „Ulumul Qur‟an pada masa ini, yaitu: - Badrudin Al-Zarkasyi (w. 794 H) yang menyusun kitab Al-Burhan fi „Ulum Al-Qur‟an. - Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi ma Yata‟allaq bi Al-Qur‟an.18
5. Abad IX dan X Hijriyah Pada abad IX dan permulaan abad X, karangan yang ditulis para ulama tentang Ulumul Qur‟an semakin banyak. Masa ini merupakan masa produktif dalam penulisan diskursus Ulumul Qur‟an dan merupakan puncak kesempurnaan masa penulisan. Jalaluddin Al-Bulqini menyusun kitab Mawaqi Al-„Ulum min Al-Mawaqi Al-Nujum. Al-Suyuthiy memandang Al-Bulqini sebagai ulama yang mempelopori penyusunan kitab Ulumul Qur‟an yang lengkap, sebab didalamnya telah tersusun 50 macam ilmu-ilmu Al-Qur‟an. Muhammad ibn Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H) menyusun kitab AtTafsir fi Quwa‟id Tafsir. Al-Suyuthiy (w. 911 H) menyusun kitab Al-Tahbir fi Ulum Al-Tafsir penyusunan kitab ini selesai pada tahun 872 H dan merupakan kitab tentang Ulumul Qur‟an yang paling lengkap karena memuat 102 macam ilmu Al-Qur‟an. Namun Al-Suyuthiy masih belum puas atas karya ilmiah tersebut sehingga kemudian dia menyusun kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur‟an yang membahas sejumlah 80 macam ilmu Al-Qur‟an. Setelah Al-Suyuthiy wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu-ilmu Al-Qur‟an seolah-olah mencapai puncaknya dan berhenti. Stagnasi berlanjut hingga akhir Abad XIII H (Masifuk Zuhdi, 1980: 30).19
18
Ibid, hlm. 8. Ibid.
19
11
ini terus
6. Abad XIV Hijriyah Setelah memasuki abad XIV H inim penulisan diskursus Ulumul Qur‟an dengan berbagai cabang ilmunya mulai berkembang kembali, antara lain: - Muhammad Abdul Adhim Al-Zarqaniy yang menyusun kitab Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-Qur‟an. - Thanthawi Al-Jauhari yang mengarang kitab Al-Jawahir fi Tafsir AlQur‟an dan kitab Al-Qur‟an wa Ulum Al-Ashriyyah. - Musthafa Al-Maraghi
yang menyusun risalah tentang “Boleh
Menerjemahkan Al-Qur‟an”. - Sayyid Quthb yang mengarang kitab Al-Tashwir Al-Fann fi Al-Qur‟an dan Fi Zhilal Al-Qur‟an. - Muhammad Rasyid Ridha yang mengarang kitab Tafsir Al-Qur‟an AlHakim. Kitab ini menafsirkan Al-Qur‟an secara ilmiah dan juga membahas Ulumul Qur‟an. - Muhammad Al-Ghazali yang mengarang kitab Nadzratun fi Al-Qur‟an. - Dr. Subhi Al-Shalih yang mengarang kitab Mabahits fi Ulum Al-Qur‟an (Masifuk Zuhdi, 1980: 31).20 Dari semua uraian di atas, bisa kita simpulkan bahwa kali pertama istilah Ulumul Qur‟an digunakan dan dirintis oleh Ibn Al-Marzuban (309 H) pada abad III. Dilanjutkan oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa‟id Al-Hufi (430 H) pada abad V. Kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzi (597 H) pada abad VI dan diteruskan oleh Al-Zarkasyi (794 H) pada abad VIII dan ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini (824 H) dan Al-Kafiyaji (879 H) hingga akhirnya disempurnakan lagi oleh AlSuyuthiy pada akhir abad IX dan awal abad XIII H.21
20
Ibid, hlm 9. Ibid.
21
12
A. Kesimpulan Ulumul Qur‟an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua bidang ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Qur‟an baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu i‟rabul Qur‟an, dan sebagainya. kali pertama istilah Ulumul Qur‟an digunakan dan dirintis oleh Ibn AlMarzuban (309 H) pada abad III. Dilanjutkan oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa‟id AlHufi (430 H) pada abad V. Kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzi (597 H) pada abad VI dan diteruskan oleh Al-Zarkasyi (794 H) pada abad VIII dan ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini (824 H) dan Al-Kafiyaji (879 H) hingga akhirnya disempurnakan lagi oleh Al-Suyuthiy pada akhir abad IX dan awal abad XIII H.
B. Saran Dalam uraian makalah ini, tentu tidak luput dari berbagai macam kesalahan. Untuk itu penyusun sangat berharap peran pembaca sekalian dalam memberikan
kritik
dan
saran
13
yang
dapat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA Hermawan, Acep, Ulumul Qur‟an Ilmu untuk Memahami Wahyu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Rahmawati, Ulumul Qur‟an Praktis dan Mudah, Yogyakarta: Teras, 2013