LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
UJI KEPOLARAN SENYAWA A
Nama Praktikan
: Lailatul Nurfadila
NIM
: 121810301001
Kelompok
:2
Nama Asisten
: M. Zainul Arifin
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER TAHUN 2014
I.
Judul
Uji Kepolaran Senyawa A II. Tujuan
a. Mahasiswa memahami cara membedakan senyawa ion-kovalen b. Mahasiswa dapat menerapkan konsep ikatan kimia untuk menentukan ikatan kimia suatu senyawa III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat a. Gelas piala 50 mL b. Kabel c. Batere d. Bohlam (LED) e. Elektroda logam 3.1.2 Bahan a. Larutan etanol b. Larutan NaCl 0,1 M c. Larutan HNO3 0,1 M d. Larutan CH3COOH 0,1 M e. Larutan chloroform f. Akuades
3.2 Skema Kerja 3.2.1 Penentuan kepolaran senyawa anorganik golongan A Larutan -
dimasukan dalam beaker glass 50 ml sebanyak 25 ml
-
dibuat rangkaian listrik tertutup dengan 1 lampu bohlam
-
dimasukan elektroda besi yang telah dihubungkan dengan kabel dan baterai
-
diamati keadaan lampu bohlam
-
dilakukan hal yang sama untuk semua sampel
-
ditentukan jenis ikatan yang terdapat di masing-masing senyawa
Hasil 3.2.2 Penentuan pengaruh konstanta terhadap konduktivitas Larutan - disiapkan gelas piala 100 ml -
diisi 25 ml HCl pekat
-
diuji konduktifitasnya
-
diencerkan larutan HCl pekat 5 kali dari semula
-
diambil 25 ml, diuji konduktivitasnya
-
diambil 25 ml larutan HCl hasil pengenceran
-
diencerkan 5 kali
-
diuji konduktivitasnya
Hasil 3.2.3 Penentuan pengaruh jumlah ion Larutan -
diuji konduktivitas larutan NaCl 0,1 M
-
ditambahkan larutan NaOH 0,1 M, diuji konduktivitasnya
-
ditambahkan HCl pada hasil pengenceran yang pertma, diuji konduktivitasnya
Hasil
IV. Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Penentuan Kepolaran Senyawa Anorganik Golongan A Bahan percobaan
Nyala bohlam
Gelembung pada elektroda
NaCl
Nyala
+++
Etanol
Tidak nyala
-
HNO3
Nyala
-
CH3COOH
Tidak nyala
+++
Kloroform (CHCl3)
Tidak nyala
-
Akuades
Tidak nyala
-
4.1.2 Penentuan Pengaruh Konstanta Terhadap Konduktivitas Bahan percobaan
Nyala bohlam
Gelembung pada elektroda
HCl 5 m
Nyala terang
+++
HCl pengenceran 5 kali
Nyala redup
++
HCl pengenceran 10 kali
Nyala semakin redup
+
4.1.3 Penentuan Pengaruh Jumlah Ion Bahan percobaan
Nyala bohlam
Gelembung pada elektroda
NaCl
Tidak nyala
+
NaCl + HNO3
Nyala agak terang
++
NaCl + HNO3 + HCl
Nyala terang
+++
4.2 Pembahasan Percobaan kali ini tentang uji kepolaran senyawa A yang bertujuan agar pratikan mampu menerapkan konsep ikatan kimia untuk menentukan ikatan kimia sutau senyawa sehingga praktikan mampu membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan kimia adalah daya tarik menarik antara atom yang menyebabkan satu senyawa kimia dapat bersatu, kekuatan daya tarik-menarik ini menentukan sifatsifat kimia dari suatu zat, dan cara ikatan kimia berubah jika suatu zat bereaksi digunakan untuk mengetahui jumlah energi yang dilepaskan atau absorbsi selama
terjadi reaksi Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu ikatan ion dan ikatan kovalen (Brady,1999). Menurut Lewis, Langmuir, Kosel, suatu atom berikatan dengan atom – atom lain dan membentuk senyawa, maka atom – atom tersebut mengalami perubahan yang sedemikian rupa sehingga mempunyai konfigurasi elektron yang menyerupai konfigurasi elektron yang menyerupai elektron gas mulia (Syarifuddin, 1994). Unsur
yang
cenderung
menerima
elektron
atau
memiliki
nilai
keelektronegatifan ≥ 2,0 disebut unsur elektronegatif. Unsur ini terletak pada bagian atas dan kanan blok p pada sistem periodik dan ditambah hidrogen. Kecenderungan unsur elektronegatif menerima elektron disebabkan adanya dorongan untuk mencapai kestabilan, agar elektron valensinya seperti gas mulia (Syukri, 1999). Ikatan ion merupakan ikatan antara ion – ion positif dan ion – ion negatif, yang terjadi karena partikel yang muatannya saling berlawanan akan mengakibatkan terjadinya tarik menarik antar ion – ion tersebut .Ion positif dan ion negatif akan terbentuk apabila terjadi serah terima elektron antar atom (Syarifuddin, 1994). Dua unsur (satu cenderung melepas elektron dan yang lain cenderung menerima), bila bersentuhan belum tentu menjadi senyawa ion, sebab bergantung pada tingkat energi sebelum dan sesudah reaksi. Senyawa ion bukanlah sederhana, tetapi merupakan molekul raksasa yang terbentuk dari ion positif dan negatif yang selang – seling sedemikian rupa hingga teratur (Syukri, 1999). Kecenderungan ion untuk menarik elektron lain yang muatannya berlawanan dan menolak ion yang muatannya sama mengkibatkan penataan ion tiga dimensi menjadi teratur. Tiga pengaruh utama yang dibentuk senyawa ion adalah sebagai berikut : 1. Muatan ion 2. Ukuran relatif kedua ion yang terlibat 3. Kemudahan ion tersebut untuk tedistorsi atau terpolarisasi (Sukardjo, 1990). Sifat-sifat yang dimiliki senyawa ion antara lain adalah kebanyakan menunjukkan titik leleh tinggi, pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan amoniak). Senyawa ion yang berwujud padat tidak menghantarkan dapat listrik, karena ion positif dan negatif terikat kuat satu sama lain. Larutan senyawa ion akan menghantarkan listrik karena ion-ion yang lepas dan bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut polar
misalnya air karena terionisasi. Kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka senyawa ion berupa padatan dan berbentuk kristal. Permukaan kristal itu tidak mudah digores atau digeser. Sifat lainnya, senyawa ion juga memiliki sifat hampir tidak terbakar (Wilbraham, 1992). Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian bersama – sama. Brom, karbon dioksida, Heksana, Amoia, dan etil alohol merupakan contoh dari senyawa – semnyawa kovalen. Titit leleh dan titik didih senyawa kovalen cenderung lebih rendah daripada senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa untuk melelehkan dan manguapkan suatu zat padat maupun cairan molekul hanya membutuhkan energi secukupnya untuk menglahkan energi gaya tarik Van der waals antar molekul (Companion,1991). Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul adalah bahwa orbial yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu elektron. Dua atom yang akan terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa hingga satu orbital yang terisi satu elektron mengalami overlap atau saling tindih dengan orbital yang lain. Bila hal ini terjadi, maka dua orbital bergabung untuk membentuk orbital ikatan tunggal yang ditempati oleh dua elektron. Dua buah elektron yang menempati orbital harus mempunyai arah spin yang berlawan, yaitu berpasangan.Makin besar overlap orbital – orbital atom, makin kuat ikatan yang terbentuk. Ikatan inilah yang seing disebut ikatan kovalen (Belser, 1987). Satu atau lebih pasangan elektron diserap oleh kedua atom. Ketika elektron – elektron ini megelilingi atom – atom tersebut, elektron menghabiskan waktu lebih lama diantara kedua atom itu, dibandingkan dengan tempat lainnya, sehingga menghasilkan gaya tarik. Contohnya H 2 , molekul hidrogen yang elektron – elektronnya dimiiki bersama oleh kedua proton lebih dari cukup menyetimbangkan repulsi langsung disekitarnya. Jika proton berdekatan, akan tetapi repulsinya menjadi dominan dan molekulnya tidak stabil (Arthur,1987). Perbedaan antara senyawa ion dan senyawa kovalen terletak pada : 1. Pada senyawa ion, titik leleh rendah, sdangkan pada senyawa kovalen titik leleh tinggi. 2. Senyawa ion larut dalam air dan hanya sebagian yang larut dalam pelarut no polar, sedangkan pada senyawa kovalen, larut dalam pelarut non polar, namun hanya sebagian yang larut dalam air.
3. Senyawa ion pada suhu kamar berupa padatan, sedangkan senyawa kovalen dalam suhu kamar, berupa gas atau cairan. 4. Senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik., sedangkan senyawa kovalen hanya sebagian yang dapat menghantarkan arus listrik. 5. Senyawa ion dapat terbakardan tidak berbau, sedangkan pada senyawa kovalen dapat terbakar dan berbau (Petrucci, 1990). Elektrolit adalah suatu zat, yang ketika dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik (Chang, 2003). Elektrolit merupakan senyawa lelehan atau larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Elektrolit juga dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan kumpulan atom yang bermuatan elektrik. Hal itu disebabkan karena zat terlarutnya dapat mengalami reaksi ionisasi sehingga pada konsentrasi yang sama jumlah partikelnya lebih besar. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Gas dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat (Anonim, 2014). Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Senyawa yang berikatan ion sebagian besar merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion adalah NaCl. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dan lelehan atau bentuk liquid dan aqueous. Senyawa dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit. Larutan yang molekul-molekulnya dapat terurai menjadi ion-ion sehingga dapat menghantarkan listrik (Keenan, 2005). Percobaan yang dilakukan adalah penentuan kepolaran suatu senyawa, penentuan pengaruh konstanta terhadap konduktivitas, dan penentuan pengaruh jumlah ion. Percobaan penentuan kepolaran menggunakan larutan HNO 3, kloroform, NaCl, etanol, asam cuka, dan akuades yang dilakukan dengan cara menguji larutannya dengan elektroda logam menggunakan rangkaian listrik yang dilengkapi dengan bola lampu. Rangkaian listrik yang digunakan adalah rangkaian listrik terbuka. Rangkaian listrik terbuka merupakan suatu bentuk rangkaian listrik dimana arus tidak dapat mengalir dalam rangkaian karena ada bagian dalam rangkaian yang tidak terhubung atau dihubungkan dengan komponen pemutus arus seperti saklar.
Rangkaian Terbuka tidak dapat mengalirkan arus karena jalannya arus diputus (dibuka) (Anonim, 2014). H +
Na
-
H
H
H (c)
(e)
O H
H O
H
O O
H
Cl
-
+
N
Cl
O
(d)
H O
O
(a)
(b)
H
H
Cl
H
H
Cl H (f )
Gambar 4.1. Struktur lewis bahan yang digunakan (a) NaCl , (b) CH3COOH, (c) etanol, (d) HNO3 , (e) akuades, (f) klorofom Larutan pertama yang diuji konduktivitasnya adalah larutan NaCl. Larutan NaCl larutan yang terbentuk melalui senyawa ion sehingga merupakan senyawa elektrolit kuat. NaCl adalah senyawa ionik yang mudah terbentuk ion-ionnya ketika dilarutkan di dalam air. Ion-ion yang dihasilkan di dalam larutan ini akan menghasilkan konduktivitas. Hal tersebut disebabkan adanya pergerakan ion yang disertai pergerakan elektron sehingga dapat menghantarkan listrik. Parameter yang digunakan adalah adanya aliran elektron dalam larutan dapat menyalakan bola lampu pada rangkaian listrik. Hasil percobaan yang didapatkan adalah nyala lampu yang dihasilkan larutan NaCl terang dan terdapat banyak gelembung terdapat gelembung di anoada serta membuat larutan berubah warna menjadi kuning. Hantaran listrik pada larutan NaCl terjadi akibat ion Na+ menangkap elektron pada katoda, sedangkan ion Cl- melepaskan elektro menghasilkan gas klorin (Cl 2) sehingga pada anoda dihasilkan gelembung-gelembung dan larutan berubah menjadi kuning. Rekasi yang terjadi yaitu NaCl(aq)
Na+(aq) + [Cl ](aq)
Katoda
:
Na+(aq) + e¯
→ Na(s)
Anoda
:
2Cl¯(aq)
→ Cl2(g) + 2 e¯
Na+(aq) + 2 Cl¯(aq) → Cl2(g) + Na(s) Larutan kedua yang selanjutnya diukur konduktivitasnya adalah etanol. Hasilnya adalah lampu tidak menyala dan tidak terdapat gelembung. Etanol merupakan senyawa kovalen semi polar yang cenderung nonpolar. Sehingga
membuat etanol tidak terurai menjadi ion-ion yang dapat menghantarkan listrik. kloroform, asam cuka, etanol, dan akuades. Larutan ketiga yaitu HNO3 yang menghasilkan lampu menyala terang, terbentuk gelembung gas pada katoda. Senyawa HNO 3 merupakan senyawa kovalen polar yang dapat terurai ion-ionnya secara sempurna. Ion-ion akan bergerak menuju elektroda yang telah dihubungkan dan berdifusi dari katoda menuju anoda yang menyebabkan terjadinya konduktivitas sehingga lampu menyala. Reaksi yang terjadi pada katoda yaitu menghasilkan gas hidrogen karena asam oksi (NO 3 ¯) tidak dapat bereaksi sehingga air yang bereaksi menghasilkan gas oksigen pada anoda. Gelembung-gelembung yang terbentuk adalah gas H 2 dan O2 hasil reaksi HNO3 dengan elektroda besi yang bersifat tidak inert. Reaksinya sebagai berikut : Fe(s) + 2HNO3(l) → H2(g) + Fe(NO3)2(aq) Reaksi setengah selnya yaitu Katoda
: 2 H+(aq) + 2 e¯ : 4OH-(aq)
Anoda
→ H2(g)
→ 2H2O(aq) + O2(g) + 4e-
2 H+ (aq) + 4OH-(aq)
→ H2 (g) + 2H2O (aq) + O2 (g)
Larutan yang keempat yaitu CH3COOH. Hasil uji konduktivitas larutan CH3COOH adalah lampu tidak menyala namun menghasilkan gelembung pada katoda yang disebabkan terjadinya reaksi reduksi air menghasilkan gas H 2. Asam asetat merupakan senyawa elektrolit lemah sehingga dapat menghantarkan listrik walaupun kecil. Reaksi yang terjadi pada asam asetat adalah CH3COOH (aq) → H+(aq) + CH3COOH -(aq) + CH3COOH (aq) Reaksi setengah selnya yaitu: Katode
: 4 H+(aq) + 4 e¯
→ 2H2(g)
Anode
: 4OH-(aq)
→ 2H2O(aq) + O2(g) + 4e¯
2 H+ (aq) + 4OH¯ (aq) → H2 (g) + 2H2O (aq) + O2 (g) Larutan yang diuji selajutnya adalah kloroform yang merupakan senyawa kovalen nonpolar. Pusat muatan positif dan muatan negatif pada senyawa nonpolar berhimpit yang berbeda pada senyawa kovalen yang terpisah dengan jarak tertentu. Hasil yang didapatkan pada percobaan menggunakan kloroform adalah tidak terdapat gelembung pada kedua elektroda (katoda dan anoda) dan tidak dapat menghantarkan listrik. Molekul nonpolar digambarkan dengan lingkaran yang ditengahnya terdapat tanda ± yang menunjukkan pusat muatan positif dan negatif
berhimpit. Senyawa nonpolar memiliki momen dipol
=0
artinya tidak ada yang
terionisasi dalam air sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik (Effendy, 2008). Larutan terakhir yang diuji adalah akuades. Akuades merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan kovalen membentuk senyawa yang bersifat elektrolit lemah seperti halnya CH3COOH sehingga akan menghantarkan listrik. Reaksi yang terjadi pada akuades adalah H2O(l) → H+ (aq) + OH- (aq) Katode
: 4 H+(aq) + 4 e¯
→
2H2(g)
Anode
: 4OH-(aq)
→
2H2O(aq) + O2(g) + 4e¯
2 H+ (aq) + 4OH (aq) → H2 (g) + 2H2O (aq) + O2 (g) Hasil dalam percobaan ini lampu tidak menyala dan tidak terdapat gelembung. Kesalahan mungkin karena praktikan mengalami kesalahan dalam pengamatan. Percobaan yang kedua adalah menggunakan asam klorida pekat yaitu HCl 5 M yang dimasukkan dalam gelas piala lalu diukur daya hantarnya menggunakan alat yang sama. Asam klorida merupakan senyawa elektrolit kuat yang terionisasi sempurna dalam air. Hasil pengukuran ini adalah terdapat gelembung pada kedua elektroda dan lampu menyala lebih terang dari larutan NaCl. Gelembung yang terdapat pada elektroda menandakan bahwa dalam larutan terjadi reaksi Hasil tersebut adalah hasil elektrolisis HCl. Reaksi yang terjadi seperti berikut HCl(l) → H+ (aq) + Cl- (aq) Anoda (Oksidasi) : 2 Cl- (aq) → Cl2 (g)+ 2e Katoda (Reduksi) : 2 H2O(l) + 2e → H2 (g)+ 2 OH- (aq) Reaksi sel
: 2 H2O (l) + 2 Cl- (aq) → Cl2 (g) + H2 (g) + 2 OH- (aq)
Larutan tersebut kemudian diencekan sebanyak lima kali kemudian diukur konduktivitasnya. Hasilnya adalah nyala lampu menjadi redup dan terdapat gelembung pada anoda dan katoda sehingga larutan ini dapat menghantarkan listrik. Kemudian Larutan HCl yang sudah diencerkan sebanyak lima kali dilakukan pengenceran lagi sampai 10 kali lalu diukur konduktivitasnya. Hasil yang didapatkan yaitu nyala lampu semakin redup daripada nyala lampu pada pengenceran 5 kali dan gelembung pada kedua elektrodanya juga semakin sedikit. Hasil ini sama dengan literatur yang menunjukkan bahwa semakin kecil konsentrasi akan menurunkan konduktivitas dan begitupun sebaliknya karena peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan akan meningkatkan konduktivitas. Larutan yang semakin encer maka akan memiliki kandungan air yang semakin banyak dan air murni mempunyai
konduktivitas yang sangat rendah sehingga daya hantar listriknya akan semakin rendah. Percobaan ketiga adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah ion dalam larutan. Larutan yang pertama yang diuji adalah larutan NaCl yang dimasukkan dalam gelas beaker kemudian diukur konduktivitasnya. Hasilnya adalah terdapat gelembung pada elektroda namun lampu tidak menyala. Hasil yang seharusnya didapat adalah lampu menyala dan terdapat gelembung pada elektroda tersebut karena NaCl merupakan senyawa ion (garam) yang merupakan elektrolit kuat sehingga dapat menghantarkan listrik. Larutan ini kemudian ditambahkan HNO 3 yang menghasilkan banyak gelembung dan lampu menyala namun redup. Gelembung yang dihasilkan karena jumlah ion-ion yang terdapat dalam larutan semakin banyak karena HNO3 adalah senyawa kovalen polar yang merupakan larutan elektrolit kuat. Campuran ini selanjutnya ditambahkan dengan HCl hasil pengenceran 5 kali. Hasilnya adalah gelembung dalam larutan semakin banyak dan nyala lampu lebih terang dari sebelumnya. Hal ini disebabkan banyaknya ion dalam larutan sehingga ion-ion tersebut bergerak dan tereduksi serta teroksidasi pada elektroda menghasilkan gas tertentu berupa gelembung yang menempel pada elektroda dan dapat menghantarkan arus listrik.
Kesimpulan
Senyawa yang memiliki ikatan ion dan ikatan kovalen polar merupakan senyawa yang mamiliki konduktivitas kuat sedangkan senyawa dengan ikatan kovalen non-polar memiliki konduktivitas lemah. Larutan yang merupakan senyawa inoik adalah larutan NaCl, larutan yang merupakan senyawa kovalen adalah larutan HNO3, etanol, CH3COOH, dan akuades yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan kloroform merupakan senyawa kovalen nonpolar. Senyawa ionik dan kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan senyawa kovalen nonpolar tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan dengan jumlah ion yang semakin banyak maka konduktivitasnya semakin banyak pula. Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Konduktivitas. http://www.scribd.com/ [diakses tanggal 20 oktober 2014]. Anonim.
2014.
Larutan
Elektrolit
dan
Nonelektrolit .
[Serial
Online].
https://docs.google.com/document/d/16nvlSLO0YmlRZ9wWSwqF6zVGybxZbQ 09ctaBfsmu39Q/edit?hl=en_US&pli=1 [diakses 20 Oktober 2014]. Brady, E. J. 1999. Kimia Universitas Asas dan Sruktur. Jakarta : Binarupa Aksara. Belser. A. 1987.Konsep Fisika Modern. Erlangga. Jakarta. Chang, Raymon. 2003. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. Companion, A.L. 1991. Ikatan kimia. ITB. Bandung. Keenan, C.W. 2005. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Bandung: ITB. Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik . Jakarta: Rineka Cipta. Syarifuddin, N. 1994. Ikatan Kimia. Bandung: Gadjah mada University Press. Syukri. 1999. Kimia Dasar II . Bandung: ITB. Tim Penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik 1. Jember : Universitas Jember. Wilbraham, dkk. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati . Bandung: Penerbit ITB.
Tugas Pertanyaan.
a. Larutan apa saja yang dapat menyalakan bohlam ? Jawab : larutan yang dapat menyalakan bohlam pada percobaan ini adalah
NaCl, HNO3. b. Larutan apa saja yang tidak dapat menyalakan bohlam ? Jawab : larutan yang tidak dapat menyalakan bohlam pada percobaan ini
adalah etanol, CH3COOH, Kloroform, dan akuades. c. Apa nama ikatan kimia pada masing – masing senyawa ? No.
Larutan
Jenis Ikatan
No.
Larutan
Jenis Ikatan
1
NaCl
Ionik
4
Kloroform
kovalen non polar
2
Etanol
kovalen
5
HCl pekat
Kovalen polar
6
CH3COOH
kovalen polar
semipolar 3
HNO3
kovalen polar
d. Fenomena apa yang dapat dijelaskan pada percobaan dengan air ? Jawab : Fenomena yang muncul melalui percobaan air adalah timbulnya
gelembung yang berasal dari gas H 2 sehingga ini membuktikan bahwa air ini merupakan senyawa polar.
e.
Gambar kan strutur lewis dari masing – masing senyawa tersebut. H x
xx
+
Na
-
Cl
H
x
Cl
x
H
x x
Hx x C x x Cx O
x x
x x
H
x x
xH
H
H
H O H C C O H
C Cl Cl
Cl
O N O
O
Lampiran
a. Uji Kepolaran Foto
Keterangan
NaCl
etanol
HNO3
CH3COOH
Kloroform
Akuades
b. Uji Konduktivitas HCl Foto
Keterangan
HCl pekat
HCl pengenceran 5 kali
HCl pengenceran 10 kali
c. Uji pengaruh jumlah ion Foto
Keterangan
NaCl 0,1 M
NaCl 0,1 M + HNO3 0,1 M
NaCl 0,1 M + HNO3 0,1 M + HCl pengenceran 5 kali