UJIAN AKHIR SEMESTER JULI-DESEMBER 2017 (TAKE HOME EXAM)
NAMA : SITI AMBARWATI
NIM : 16205071
SEMESTER/KELAS : 3 (TIGA) / C
MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU
PROGRAM STUDI : MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PETUNJUK:
Bacalah soal berikut baik-baik!
Jawablah dengan ringkas dan jelas!
Bekerjalah sendiri-sendiri, percaya pada diri sendiri !
Jawaban dikirimkan ke email:
[email protected] atau
[email protected]
email kan juga makalah kelompok anda ( satu untuk masing-masing kelompok)
SOAL:
Aliran berfikir filsafat pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu empirisme dan rasionalisme. Empirisme menggunakan pengalaman indera untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan rasionalisme menggunakan kekuatan berfikir abstraksi dalam mengkonstruk pengetahuan. Jelaskan hubungan antara empirisme dengan berfikir positivistik dan antara rasionalisme dengan sistem logika.
Ilmu dan moral serta seni merupakan sesuatu yang sulit untuk dipisahkan dimana ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain. Bagaimana hubungan ilmu, moral, dan seni? Berikan contohnya!
Filsafat ilmu pada dasarnya cara untuk membuktikan kebenaran, sedangkan penelitian juga merupakan wahana untuk menguji kebenaran. Jelaskan keterkaitan antara berfikir positivistik dan post positivistik dengan metodologi penelitian serta berikan argumentasi anda dengan contoh-contoh!
Bagaimana konsep kebenaran menurut Rasionalisme, Empirisme, teori koherensi, dan teori korespondensi? Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari sehingga jawaban Anda jelas!
Anda semua adalah calon Magister Pendidikan yang akan mengembangkan pendidikan matematika. Coba buatkan konstruksi filsafat ilmu pengetahuan dimana dalam hal ini pendidikan matematika meliputi aspek ontologi, yaitu hakikat keberadaan atau eksistensi ilmu dan essensi ilmu pendidikan matematika; aspek epistemologi mengenai hakikat pendidikan matematika, bagaimanakah Anda membuktikan kebenaran ilmu tersebut dari aspek aksiologi? Apakah manfaat ilmu pendidikan matematika?
== SELAMAT BEKERJA ==
JAWABAN
Hubungan antara empirisme dengan berfikir positivistik:
Empirisme merupakan aliran berfikir filsafat yang menggunakan pengalaman indera untuk memperoleh pengetahuan.
Berfikir positivistik merupakan suatu paham yang dimana dalam memperoleh suatu kebenaran berdasarkan pada kejadian yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita dan bisa diterima oleh akal manusia.
Jadi, hubungan antara empirisme dengan berfikir posivistik itu saling melengkapi satu sama lain. Karena, untuk memperoleh kebenaran dari suatu pengetahuan yang menggunakan pengalaman indera dibutuhkan suatu paham yang percaya bahwa pengetahuan itu dikatakan benar apabila memang benar-benar terjadi dan dapat dialami sebagai suatu realita serta bisa diterima oleh akal manusia.
Hubungan antara rasionalisme dengan sistem logika:
Rasionalisme merupakan aliran berfikir filsafat yang menggunakan kekuatan berfikir abstraksi dalam mengkonstruk pengetahuan.
Sistem logika merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang dimana dalam memperoleh suatu kebenaran berdasarkan pada hukum-hukum, asas-asas, aturan-aturan atau kaidah-kaidah tentang berfikir yang harus ditaati supaya manusia dapat berfikir secara tepat dan benar.
Jadi, hubungan antara rasionalisme dengan sistem logika itu saling melengkapi satu sama lain. Karena, untuk memperoleh kebenaran dari suatu pengetahuan yang menggunakan kekuatan berfikir abstraksi dibutuhkan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen tentang hukum-hukum, asas-asas, aturan-aturan atau kaidah-kaidah tentang berfikir yang harus ditaati supaya arah pemikirannya bisa terarah secara tepat dan benar.
Hubungan ilmu, moral, dan seni:
Ilmu adalah hasil pemikiran tentang pengetahuan manusia yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat.
Moral adalah pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia tentang aturan kesusilaan dan perbuatan tingkah laku yang baik.
Seni adalah sesuatu yang mengandung unsur keindahan dan diciptakan oleh manusia.
Jadi, hubungan ilmu dan moral serta seni itu saling mempengaruhi satu sama lain. Karena, jika masyarakat mengkomunikasikan dan mengkaji secara terbuka berdasarkan aturan kesusilaan serta perbuatan tingkah laku yang baik maka akan menghasilkan suatu pemikiran tentang pengetahuan yang mengandung unsur keindahan.
Contoh dari hubungan ilmu, moral, dan seni adalah seorang guru matematika mengajarkan pelajaran matematika, kemampuan mengajar pelajaran matematika tersebut merupakan suatu ilmu yang dimiliki oleh guru tersebut, kemudian apa manfaat dan kegunaan dari apa yang diajarkan (pelajaran matematika) di sinilah peranan moral guru tersebut. Selanjutnya, bagaimana cara mengajarkan pelajaran matematika tersebut dibutuhkan seni agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna.
Keterkaitan antara berfikir positivistik dan post positivistik dengan metodologi penelitian:
Berfikir positivistik merupakan suatu paham yang dimana dalam memperoleh suatu kebenaran berdasarkan pada kejadian yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita dan bisa diterima oleh akal manusia.
Berfikir post positivistik merupakan suatu paham dimana dalam memperoleh suatu kebenaran itu tidak hanya berdasarkan pada kejadian yang benar-benar terjadi dan dapat dialami sebagai suatu realita serta bisa diterima oleh akal manusia saja, namun juga memandang bahwa realita memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam tetapi satu hal yang mustahil bila suatu realita dapat dilihat secara benar oleh manusia.
Metodologi penelitian merupakan sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh manusia untuk memperoleh data yang digunakan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Jadi, keterkaitan antara berfikir positivistik dan post positivistik dengan metodologi penelitian itu sangat erat dalam melengkapi satu sama lain. Karena, dibutuhkan sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur untuk memperoleh data guna membuktikan bahwa suatu kejadian yang benar-benar terjadi dan dialami sebagai suatu realita serta bisa diterima oleh akal manusia.
Menurut argumentasi saya tentang keterkaitan berfikir positivistik dan post positivistik dengan metodologi penelitian saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain. Berfikir positivistik hanya memandang bahwa kebenaran itu berdasarkan pada kejadian yang benar-benar terjadi namun kejadian yang memang benar-benar terjadi tersebut perlu dilakukan suatu tindakan refleksi untuk mengatasi kejadian tersebut melalui berfikir post positivistik, sedangkan untuk menguji kebenaran tersebut dibutuhkan suatu metodologi penelitian.
Contoh dari keterkaitan berfikir positivistik dan post positivistik dengan metodologi penelitian adalah ketika seorang guru mata pelajaran matematika ingin mengetahui faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik. Contoh berfikir positivistik adalah terjadi pada proses pengamatan yang ditemukan bahwa proses pembelajaran matematika masih berpusat pada guru dan peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga pengalaman belajar yang diperoleh masih kurang bermakna dan materi yang disampaikan oleh guru cenderung lebih mudah untuk dilupakan daripada diingat oleh peserta didik. Contoh berfikir post positivistik adalah terjadi pada proses mencobakan solusi untuk mengatasi atau memperbaiki proses pembelajaran matematika tersebut dengan memberikan pembelajaran yang melibatkan peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran agar pengalaman belajar menjadi lebih bermakna dan materi menjadi lebih lama untuk diingat. Contoh metodologi penelitiannya adalah terjadi pada proses membuktikan dengan menggunakan aturan-aturan yang ada bahwa solusi yang diberikan dapat mengatasi atau memperbaiki proses pembelajaran matematika sehingga rendahnya hasil belajar matematika yang terjadi bisa meningkat.
Konsep kebenaran menurut rasionalisme itu berdasarkan pada akal manusia. Contoh: "jika Ambar mempunyai kertas dan pena yang ada tintanya, maka Ambar akan bisa menulis surat untuk sahabatnya".
Konsep kebenaran menurut empirisme itu berdasarkan pada yang logis dan ada bukti empiris. Contoh: "seseorang akan berpendapat bahwa rasa gula adalah manis, karena seseorang tersebut sudah pernah mencicipinya".
Konsep kebenaran menurut teori koherensi itu berdasarkan pada kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima, dan sudah diakui kebenarannya. Contoh: "Universitas Negeri Padang adalah Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Barat. Universitas Negeri Padang berada di Sumatera Barat. Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Barat adalah Universitas Negeri Padang.
Konsep kebenaran menurut korespondensi itu berdasarkan pada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Contoh: "Universitas Negeri Padang berada di Sumatera Barat" maka pendapat tersebut benar, karena pendapat tersebut sesuai dengan fakta yaitu Sumatera Barat memang benar tempat dimana Universitas Negeri Padang berada. Apabila ada orang lain yang berpendapat bahwa "Universitas Negeri Padang berada di Sumatera Utara" maka pendapat itu tidak benar, karena tidak terdapat fakta yang benar dengan pendapat tersebut. Dengan demikian, dalam hal ini secara faktual "Universitas Negeri Padang bukan berada di Sumatera Utara, melainkan di Sumatera Barat".
Konstruksi filsafat ilmu pendidikan matematika meliputi aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi:
Aspek ontologi; membahas tentang apa yang dikaji.
Contoh dalam ilmu pendidikan matematika dalam mempelajari geometri adalah tahap pembelajaran visualisasi.
Seseorang mengenal konsep-konsep geometri dalam matematika didasarkan pada karakteristik visual atau penampakan bentuknya. Pemahaman seseorang terhadap bangun-bangun geometri masih berdasarkan pada kesamaan bentuk dari apa yang dilihatnya. Misalnya, seseorang mengenal suatu persegi panjang karena bentuknya seperti papan tulis. Artinya, seseorang belum bisa menyebutkan unsur-unsur persegi panjang seperti panjang dan lebar. Dengan kata lain, seseorang belum bisa menentukan sifat-sifat dan karakteristik bangun geometri yang ditunjukkan.
Aspek epistemologi; membahas sumber-sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut.
Berkaitan dengan tahap pembelajaran visualisasi pada pengajaran geometri, berikut adalah proses pembelajaran dan teori-teori yang mendukung hal tersebut:
Van Hielle dalam teorinya menyatakan bahwa seseorang dalam belajar geometri akan mengikuti lima tahap perkembangan berfikir dan setiap tahap menunjukkan karakteristik proses berpikir seseorang dalam memahami geometri. Van Hielle membagi lima tahap proses pembelajaran, yaitu:
Tahap inquiri; seseorang belajar geometri melalui kegiatan pengamatan karakteristik visual atau penampakan bentuknya untuk mengenal konsep-konsep bangun geometri.
Tahap orientasi terarah; seseorang belajar geometri melalui kegiatan eksperimen, mengukur, menggambar, melipat, dan sebagainya untuk mengenali karakteristik dan menemukan komponen yang terdapat pada bangun geometri.
Tahap uraian/penjelasan; seseorang belajar geometri melalui kegiatan diskusi untuk menguraikan pengalamannya, mengekspresikan, dan mengubah pengetahuan intuitifnya yang tidak sesuai dengan struktur bangun yang diamati.
Tahap orientasi bebas; seseorang belajar geometri melalui penyelesaian soal-soal geometri dalam bentuk pemecahan masalah untuk memperoleh pengalaman penyelesaian permasalahan dengan strategi sendiri.
Tahap integrasi; seseorang belajar geometri melalui kegiatan mereview dan meringkas dari apa yang dipelajari untuk mengklarifikasi pengetahuan tentang pelajaran geometri.
Aspek aksiologi; membahas manfaat pengetahuan.
Jika seseorang mengetahui tahap pembelajaran visualisasi, maka seorang pendidik ilmu matematika yang mengajarkan geometri akan mampu mengelola pembelajaran matematika yang sesuai dengan tahap perkembangan berfikir yang dimiliki peserta didik. Hal ini akan sangat membantu dalam menumbuhkembangkan kemampuan berfikir dan dasar pengetahuan matematika peserta didik dengan melibatkan benda-benda yang berada di lingkungan sekitar sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.
Manfaat ilmu pendidikan matematika:
Melalui adanya pembelajaran matematika, ilmu pendidikan matematika memberikan kesempatan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berfikir secara matematis dan dasar pengetahuan matematika agar peserta didik memiliki kecakapan atau kemahiran matematika sebagai bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki manusia terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. Latisma Dj., M.Si
1 " UAS Filsafat Ilmu - Siti Ambarwati (NIM. 16205071)