Keperawatan anak Tumbuh kembang remaja
KELOMPOK 4 : 1. AGUSTINA AYU CAHYANINGTYAS
(200802003) (200802003)
2. FRASISKUS LABA LEWOWERANG
(200802021)
3. HAFSA ANITA A.B. M.MBERU
(200802024) (200802024)
4. JOSE NELSON M. VIDIGAL VIDIGA L
(200802026)
5. MARIA EKA BRIGIDA WONGA WEA
(200802034)
6. NI GUSTI AYU FENY ANTARI
(200802042)
7. NINDHY DWI ASTARINA
(200802045)
8. SISKA WIDIASTUTI
(200802049)
9. TABITA DORA P.PATJANAN
(200802051)
S1 KEPERAWATAN ANGKATAN 2008 STIKES KATOLIK ST.VINCENTIUS A PAULO SURABAYA 2010
I.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran Demensif tubuh serta bagian-bagiannya. Sedangkan perkembangan menunjuk pada perubahan-perubahan dalam bentuk atau bagian tubuh dan integrasi ke dalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung ( Menurut Drs. H.M Arifin, M. Ed) Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterine dan terus berlangsung hinga dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah – anak masa transisi antara anak anak – anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul – perubahan psikologik serta ciri – ciri – ciri ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan – perubahan kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologic seorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda – beda memberikan ciri tersendiri pada tiap remaja. Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama – yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall – : adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah ad alah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Keyakinan initercermin dari teori mereka tentang perkembangan manusia. Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya. Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan
baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif). II.
DEFINISI
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan , terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu : 1. Pada buku – buku pediatric, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10 – 18 tahun untuk anak perempuan dan 12 – 20 tahun untuk anak laki – laki. 2. Menurut undang – undang No 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang – undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal. 4. Menurut UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki – laki. 5. Menurut Diknas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah. 6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10 – 18 tahun. III.
CIRI-CIRI REMAJA
Masa remaja atau masa pubertas dapat dibagi kedalam empat fase yaitu:
Masa awal pubertas disebut juga sebagai masa pueral atau pra-pubertas.
Masa menentang kedua, fase negative, trotzalter kedua, periode verneinung.
Masa pubertas sebenarnya mulai dari 14 tahun. Masa pubertas anak wanita pada umumnya berlangsung lebih awal dari pada pubertas anak laki-laki.
Fase adolesensi mulai usia 17 tahun sampai sekitar 19-21 tahun.
Ciri-ciri remaja menurut perkembangannya 1. Priode peueral (pra-pubertas atau pubertas awal)
Ada ahli-ahli yang mengemukakan usia 10-12 tahun ada yang menentukan 12-14 tahun. Ciri-ciri khas pada remaja pada tahap ini adalah:
Rasa harga diri yang makin menguat
Tidak mau dianggap kanak-kanak dan kecil lagi tapi belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.
Lebih aktif melihata ke dunia luar.
Paling suka bermulut besar, “ngibul”
Menyombongkan diri.
Memamerkan kekuatan sendiri.
Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
Pada anak gadis ingin menonjolkan dirinya dengan jalan menjadi centil, cerewet, ketus, sombong, banyak lagak, suka memakai baju-baju yang bagus dan esklusif, memakai macam-macam perhiasan dll yang di tujukan untuk menarik perhatian orang lain dan didorong oleh tuntutan pengakuan egonya.
Sikap hidupnya bercorak social.
Lebih dekat dengan teman sebaya.
2. Masa menentang kedua ( fase negative, trotzalter kedua, periode verneinung) Ciri-ciri remaja pada tahap periode akhir peureal adalah:
Timbul kecenderungan-kecenderungan untuk menentang dan membrontak.
Ekspresi yang ditimbulkan khas seperti suka mogok dan tidak patuh, keras kepala, suka memprotes, melancarkan banyak kritik, sombong, merasa sudah dewasa, acuh tak acuh, sembrono, suka berlagak agresif, ceapt marah, dan besar mulut.
Dorongan paling kuat pada remaja periode ini adalah tuntutan pengakuan terhadap ego/aku-nya.
Suka melanggar peraturan-peraturan pendagogis, disiplin di rumah maupun di sekolah.
Masih labil karena belum menemukan nilai-nilai dan pengalaman hidup yang mantap. Sehinnga menyebabkan sensitive terhadap pengaruh-pengaruh dunia luar.
3. Masa pubertas awal Ada beberapa sarjana menyatakan bahwa masa pubertas dimulai pada usia kurang lebih 14 tahun dan berakhir kurang lebih pada usia 17 tahun. Namun pada umumnya masa pubertas anak gadis pada umumnya berlangsung lebih awal dari pada laki-laki. Ciri-ciri remaja pada masa pubertas awal adalah:
Timbul kepercayaan diri.
Timbul kesanggupan untuk menilai tingkah laku sendiri yang dianggap tidak bermanfaat lagi.
Suka berlagak dewasapada wanita timbul sifat pasif- menerima . pada laki-laki timbul sifat aktif-berbuat.
Prilaku gadis puber terkendali oleh perasaan.
Rasa bimbang dan takut mulai menghilang sedikit demi sedikit.
Mencari identitas diri
Mempunya rasa cinta yang mendalam.
Berjuang untuk mandiri (menjadi aku yang berdiri sendiri)
Timbul keinginan untuk berkencan.
Berkhayal tentang aktivitas seks.
4. Masa adolesensi Menurut banyak ahlii ilmu jiwa, batas watktu adolesensi itu adalah 17-19 tahun atau 1721 tahun. Ciri-ciri remaja pada masa adolesensi adalah:
Merasa mulai menemukan nilai-nilai hidup dirinya, sehingga mekin jelaslah pemahaman tentang keadaan dirinya.
Mulai bersikap kritis tentang objek-objek diluar dirinya
Stabil
Mulai mengenal akunya.
Ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri.
Mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya.
Mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola hidup yang jelas yang baru ditemukannya.
Ciri-ciri remaja menurut masanya di bagi menjadi 8 masa yaitu: 1. Masa remaja sebagai periode penting. Semua periode dalam kehidupannya penting, tetapi kadar kepentingannya berbeda-beda. Periode yang penting yaitu akibat perubahan fisik dan psikologis. 2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang hahrus dilakukan. Pad amasa ini remaja bukan lagi seorang anak-anak dan bukan juga seorang yang dewasa. 3. Masa remaja sebagai periode perubahann. Ada 4 perubahan yang terjadi pada masa remaja:
Peningkatan emosi
Peningkatan minat dan prilaku.
Perubahan tubuh.
Ambivalen terhadap setiap perubahan.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masa remaja sering mempunyai masalah yang sulit diatasi baik anak laki-laki mapun amak perempuan. Sepanjang masa kanak-kanak, sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga waktu menginjak waktu remaja tidak mempunyai pengalaman dalam mengatasi masalah . remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua maupun gurunya. 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik dengnan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengetahuan realis dan dengan meningkatkan pengalaman rasionalis. Remaja yang lebih besar memandang dirinya, keluarga, teman, dan kehidupan secara holistic. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Perubahan fisik pada remaja terjadi sangat cepat, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi, yaitu tanda-tanda seks primer. Tanda-tanda yang berhubunagn langsung dengan organ seks, yaitu terjadi haid pasa remaja perempuan (menarche) dan terjadi
mimpi basah pada remaja laki-laki. Tanda seks sekunder pada laki-laki meliputi perubahan suara, tumbuh jakun, tumbuh kumis, jambang, dan rambut disekitar kelaluan dan ketiak dan penis.terjadi ereksi dan ejakulasi, dada lebih bersar, badan berotot. Sedangkan pada perempuan panggulmelebar, terjadi pertumbuhan rahim dan vagina, payudarah membesar, tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan (pubis) dan di ketiak. Hubungan antara pertumbuhan dengan TKS (tingkat kematangan seksual) pada anak perempuan Stadium
Payudara
Rambut pubis
Kecepatan tumbuh
Umur
TKS
tulang (tahun)
1
Pubertas
2
Teraba
Prapubertas penonjolan
areola melebar
Jarang,
pigmen
sedikit lurus sekitar
Prapubertas (5 cm/thn)
< 11
Awal
11 – 11,5
pacu
pertumbuhan
labia 3
4
Payudara dan areola
Lebih hitam, mulai
membesar,
ikal
batas
tidak jelas
bertambah
Areola dan papilla
Keriting,
membentuk
seperti
bukit
kedua 5
Bentuk areola menonjol
Pacu tumbuh
12
Pertumbuhan
13
jumlah
kasar, dewasa,
melambat
belum ke paha atas dewasa
Bentuk
segitiga
tidak seperti
dewasa,
belum ke paha atas
Pertumbuhan minimal
14 – 15
Hubungan antara pertumbuhan dengan TKS (tingkat kematangan seksual) pada anak laki – laki Stadium
Rambut pubis
Volume
TKS 1
Kecepatan tumbuh
testis (ml) Belum ada
<2
Umur (tahun)
Prapubertas
< 11
(u5cm/thn) 2
Pigmen sedikit
<4
Nilai prapubertas
12
3
Berpigmen, menyebar
4 – 10
Prapubertas
13
10 – 12
Fase
14
ke mons pubis 4
Tipe
dan
dewasa
distribusi
belum
ke
pertumbuhan
maksimal
paha 5
Tipe dewasa, ke paha
12 – 25
Pertumbuhan melambat
15 – 16
tulang
IV.
Perubahan pada masa Remaja
4.1 Perubahan Fisik Yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah :
Pertumbuhan tubuh ( badan menjadi pas dan tinggi )
Mulai berfungsinya organ – organ reproduksi ( ditandai dengan terjadinya haid yang pertama ( menarche ) pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja pria ).
Tumbuhnya tanda seks sekunder
Perubahan – perubahan fisik tersebut dapat menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan fisik yang dirasakan remaja meliputi pertumbuhan badan yang mencolok, pembesaran payudara ( pada gadis remaja ) dan suara yang menjadi berat ( pada remaja putra ). 4.2 Perubahan kejiwaan / emosi Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lanjut dibanding perubahan fisik, perubahan kejiwaan pada masa remaja terbagai atas 2 : 1. Perubahan emosi, remaja menjadi :
Sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
Agresif
dan
mudah
bereaksi
terhadap
rangsangan
berpengaruh sehingga mudah berkelahia 2. Perubahan intelegensi, remaja menjadi :
Mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik
luar
yang
Ingin mengetahui hal – hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba
4.3 Perubahan sosial Untuk mengetahui tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat pemyesuaian baru yang terpenting dan sulit :
Kuatnya pengaruh golongan sebaya
Perubahan dalam sikap perilaku realis
Pengelompokkan realis baru
Nilai baru dalam memilih teman
Nilai baru dalam penerimaan realis
Nilai baru dalam memilih pemimpin
4.4 Perubahan moral Perubahan moral yang terjadi pada masa remaja meliputi : 1. Perubahan konsep moral. Ada 2 pengganti konsep moral :
Kurangnya bimbingan dalam mempelajari bagaimana membuat konsep khusus berlaku umum.
Jenis disiplin yang diterapkan dirumah dan disekolah
2. Pembentukkan moral 3. Peran suara hati dalam pengendalian perilaku dalam diri seseorang yang mempunyai moral yang matang, selalu ada rasa bersalah dan malu.
4.5 Perubahan kepribadian Konsep usaha adalah memperbaiki kepribadian fakta yang mempengaruhi keberhasilan remaja adalah memperbaiki kepribadian. 1. Ia harus menentukkan ide yang realistik dan dapat mencapai 2. Remaja harus membuat penilaian yang realistik mengenai kekuatan dan kelemahannya 3. Remaja harus merasa cukup puas dengan apa yang
mereka capai dan
berusaha memperbaiki prestasi di bidang yang mereka anggap kurang . V.
PROSES PERKEMBANGAN REMAJA
5.1 Perkembangan Fisik
Perubahan fisik pada permulaan masa remaja Setiap remaja selalu mengalami perubahan – perubahan fisik seperti penambahan tinggi badan, berat badan, perkembangan seksualitas primer dan tanda tanda seksualitas yang sekunder. Perkembangan seksualitas primer adalah peralatan perkelaminan dalam yang menunjukkan jenis laki – laki atau perempuan. Sedangkan tanda seksualitas sekunder adalah tanda sifat kelakian dan kewanitaan yang Nampak dari luar. Dengan tercapainya kedewasaan tubuh, seorang remaja di lingkungan kebudayaan manapun akan mengalami perubahan fisik yang menuntut pula perubahan psikis khususnya dalam hal penyesuaian diri remaja. Perubahan fisik timbul pada tahun – tahun permulaan masa remaja yang sering disebut pubertas. Perkembangan fisik pada masa pubertas sangat menyolok. Akan tetapi masih diragukan apakah perkembangan psikisnya sudah pula mengalami perkembangan yang sesuai seperti kemampuan berpikir kritis.
Percepatan pertumbuhan Pada permulaan masa remaja, perkembangan fisik meliputi penambahan panjang lengan, tungkai dan sebagainya. Penambahan ini tidak terjadi serentak, secara menyeluruh pada semua bagian tubuh. Pertumbuhan seluruh bagian tubuh membutuhkan lebih banyak energy. Hala ini berarti para remaja dan orang tua harus memperhatikan penambahan makanan. Ada perbedaan percepatan pertumbuhan apada remaja pria dan remaja wanita. Remaja pria permulaan percepatan pertumbuhan berkisar antara 10 ; 5 tahun dan 16 tahun sedangkan pada remaja wanita percepatan pertumbuhan sudah dimulai antara umur 7 ; 5 tahun dan 11 ; 5 tahun dengan umur rata – rata 10 ; 5 tahun.
5.2 Perkembangan psikoseksual
Proses kematangan seksual Pada proses kematangan seksual pada remaja ada perbedaan antara remaja wanita dan remaja pria. Pada wanita sekitar umur 9 – 11 tahun sudah mulai timbul tanda – tanda pertama kematangan seksual yakni pembesaran payudara.
Sesudah
itu
baru
mulai
pertumbuhan
rambut
di
daerah
kemaluanbagian luar dan ketiak. Menarche atau kedatangan haid untuk pertama kalinya, pada umumnya akan timbul setelah memuncaknya percepatan pertumbuhan. Sedangkan pada pria proses kematangan seksual mulai timbul antara 11 dan 15 tahun, dengan umur rata – rata 13 dan 14 tahun. Proses ini dimulai dengan pertumbuhan buah pelir dan zakar, penumbuhan rambut di daerah kemaluan dan diketiak,munculnya jakun dan perubahan suara.
Hubungan antara kematangan fisik dan perkembangan kepribadian Setiap kebudayaan memiliki nilai dan norma mengenai tanda atau persyaratan fisik yang diinginkan. Pada beberapa kebudayaan tertentu bagi remaja
pria
diutamakan
syarat
fisik,
berupa
tinggi
dan
kekuatan
badan,sedangkan bagi remaja putri penilaian diutamakan terhadap kehalusan wajah dan kelangsingan tubuh. Tanda tersebut sangat penting untuk penilaian oleh remaja sebaya dan orang dewasa lainnya. Mereka yang memiliki tanda – tanda yang mendekati tanda – tanda yang diinginkan
masyarakatnya, akan lebih diterima bahkan
terpandang di lingkungannya. Penilaian terpandang oleh lingkungannya akan turut berperanandalam pembentukkan gambaran mengenai dirinya sendiri dan juga pembentukan perkembangan kepribadiannya.
5.3 Perkembangan intelek
Pengertian intelligensi Intelligensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkikan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungan dengan lingkungannya dan masalah – masalah yang timbul.
Intelligensi pada masa remaja Intelligensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya 3 – 4 tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur.
Seorang remaja dengan kemampuan intelligensiyang terletak di bawah rata – rata, tidak akan mencapai taraf berpikir yang abstrak. Berpikir abstrak merupakan cara berpikir yang bertalian dengan hal – hal yang tidak dilihat dan kejadian – kejadian yang tidak langsung dihayati.
Perkembangan intelek dan kepribadian Kemampuan
berpikir
abstrak
menyebabkan
remaja
menunjukkan
perhatian besar kepada kejadian dan peristiwa yang tidak konkrit seperti pilihan pekerjaan corak hidup bermasyarakat, memilih pasangan hidup dan sebagainya. Kemampuan
abstraksi
menimbulkan
kemampuan
mempersalahkan
kenyataan dan peristiwa – peristiwa dengan keadaan bagaimana semestinya sesuai dengan alam pikirannya. Akhirnya timbullah perasaan tidak puas dan putus asa. Egosentrisitas inilah menyebabkan kekakuan para remaja dalam berpikir maupun tingkahlakunya. Egosentrisitas dapat menimbulkan reaksi lain, dimana remaja justru melebih – lebihkan diri dalam penilaian diri. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan dan menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisitas makin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain. 5.4 Perkembangan Psikososial Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya menarche dapat menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi kehidupan psikososialnya yaitu status mereka di dalam kelompok sebayanya. Anak perempuan yang lebih dahulu mengalami kematangan
seksual akan merasa dirinya terlalu besar bila berada dikelompok teman sekelasnya, sementara teman – teman perempuan yang lainnya masih dapat merasakan kebersamaan dengan kelompok baik laki – laki maupun perempuan, karena umumnya laki – laki lebih lambat mengalami kematangan seksual. Pada anak laki – laki yang mengalami keterlambatan dalam kematangan seksualnya, bentuk tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan teman sekelasnya dan hal ini akan sangat tidak menguntungkan baginya, terutama dalam olahraga. Di dalam pergaulan sosialpun mereka akan mengalami kerugian karena pada umumnya orang dewasa dan teman – temannya akan memperlakukannya sebagai anak yang lebih kecil, dan dianggap kurang cakap. Dalam keadaan seperti ini kadang – kadang mereka akan bereaksi dengan menunjukkan swikap dan perilaku yang kekanak – kanakan maupun dengan bermacam – macam kompensasi sehingga terjadi sangat agresif. Akibat
terjadinya
kematangan
seksual,
akan
terjadi
percepatan
pertumbuhan badan di mana pertumbuhan anggota badan lebih cepat daripada badannya sehingga untuk sementara waktu proporsi tubuh tidak seimbang. Tangan dan kakinya lebih panjang dalam perbandingan dengan badannya. Sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya, oleh karena itu mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Pada pertengahan masa remaja, mereka mulai memperhatikan apakah tubuhnya terlalu gemuk atau kurus dan bagaimana menjaga bentuk tubuh yang ideal, oleh karena itu sebagian remaja ada yang berusaha melakukan diet dan sebagian lagi senam dan olahraga secara teratur. Pada umumnya remaja perempuan mengkhawatirkan bila dirinya terlalu gemuk ataupun terlalu tinggi, sedangkan remaja laki – laki bila terlalu kurus atau terlalu pendek. Disamping itu mereka baik laki – laki maupun perempuan mengkhawatirkan tentang kulitnya yaitu tumbuhnya jerawat maupun adanya bintik - bintik hitam. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatoni fisiologis tubuhnya, mulai muncul kecemasan – kecemasan dan pertanyaan – pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah, masturbasi, ukuran buah dada, penis, dan lain sebagainya. Pada saat itu mereka mulai memperhatikan
tubuhnya dan penampilan dirinya dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Selain tertarik pada dirinya, juga mulai mjuncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis, walaupun masih disembunyikan, karena mereka menyadari masih terlalu kecil untuk berpacaran. Pada remaja menengah, remaja banyak menggunakan waktunya untuk membuat dirinya lebih menarik, sehingga mulai memperhatikan dandanannya, misalnya pakaian, model rambut dan alat – alat kecantikan. Pertumbuhan badan remaja yang telah mencapai bentuk yang sempurna seperti orang dewasa menimbulkan tanggapan masyarakat yang berbeda. Remaja diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab orang dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematangan psikisnya masih ada jarak yang cukup lebar, maka kegagalan yang sering dialami remaja dalam memenuhi tuntutan sosial tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan frustasi dan konflik – konflik batin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian dari orang dewasa. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa para remaja lebih dekat dengan teman sebaya daripada dengan orang dewasa. VI.
Masalah Tumbuh Kembang Remaja
6.1 Pubertas Terlambat Pubertas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Pada laki-laki pubertas terlambat adalah bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cm atau volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun. Klasifikasi yang digunakan pada pubertas yang terlambat didasarkan pada sekresi gonadotropin yang dihubungkan dengan stadium diferensiasi seksual bukan berdasarkan umur kronologis. Berdasarkan kadar gonadotropin dapat di bagi
menjadi Hypergonadotropin
Hypogonadism
a. Hypergonadotropin Hypogonadism
Hypogonadism dan Hypogonadotropic
pada keadaan ini ditemukan pada hormon gonadotropin (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon sex steroid seperti testoteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis hipotalamus hipofise. b. Hypogonadotropic Hypogonadism
Pada keadaan ini ditemukan pada hormon gonadotropin (FSH dan LH) rendah namun kadar hormon sex steroid seperti testoteron dan estrogen tinggi, hal ini menandakan adanya kerusakan pada aksis hipotalamus hipofise.
6.2 Pubertas Prekok Bila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki disebut pubertas prekok . Pubertas
prekok
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
aktivitas
dari
aksis
neuroendokringonad.
6.3 Obesitas Pada Remaja Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya (Psychobiological cues for eating) sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Pada remaja, perhitungan BB ideal tergantung dari asumsi, bahwa BB haruslah lebih rendah dari 120 % dari persentil yang sama terhadap tinggi. Oleh karena itu obesitas diperhitungkan sebagai BB terhadap TB lebih tinggi dari 120 %, jadi rumus obesitas adalah BB aktual _________________ > 120 % BB terhadap TB
6.4 Gangguan Makan pada Remaja Gangguan makan yang sering terjadi pada remaja adalah Anoreksia Nervosa (AN) dan Bulimia Nervosa (BN).
a. Anoreksia Nervosa (AN)
AN merupakan suatu kelainan berupa penurunan berat badan secara drastis terutama pada remaja putri yang berhubungan dengan gangguan psikiatri disertai dengan gejala medis. b. Bulimia Nervosa (BN) BN merupakan gangguan makan yang ditandai dengan episode binge eating (mengkonsumsi makanan yang banyak dalam periode waktu yang singkat) disertai dengan tingkah laku untuk menurunkan BB seperti merangsang muntah, gerak berlebihan, puasa berkepanjangan, penyalahgunaan laksan dan diuretik.
6.5 Acne Fulgaris Acne Fulgaris adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh inflamasi kronik dari unit pilosebasea yang ditandai oleh pembentukan komedo, papul, pustul, nodul dan beberapa kasus disertai jaringan parut, dengan predileksi di wajah, leher, lengan atas, dada dan punggung.
6.6 Kelainan Ortopedi Pada Remaja Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak dan dewasa. Pada masa ini banyak hal-hal yang sering terjadi. Jika ditinjau dari ortopedi atau dari sistem muskuloskletal, akan terjadi pertumbuhan yang sangat pesat, dan sangat rawan akan terjadinya kelainan. Dari segi aktivitas, pada masa remaja ini terjadi aktivitas yang sedikit berlebihan, sehingga pada masa ini sangat rentan akan terjadinya trauma pada sistem muskuloskletal, yang pada akhirnya patah tulang dan dislokasi sendi. Penyimpangan
perkembangan
dan
pertumbuhan
dalam
sistem
muskuloskletal banyak mengakibatkan kelainan pada usia remaja. Adapun yang memegang peran dalam perkembangan dan pertumbuhan pada tulang adalah lempeng epifisis. Lempeng epifisis adalah tulang rawan yang berbentuk piringan ( Discus) yang terletak antara epifisis dan metafisis. Lempeng epifisis ini bertanggungjawab terutama pada perkembangan dan pertumbuhan memanjang dari tulang.
6.7 Perilaku Seksual Remaja Pada masa remaja ini secara umum dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang dimiliki remaja adalah sebagai berikut : terjadi pematangan fisik – biologik, meningkatnya empati sesamanya, meningkatnya keinginan untuk bebas dari ketergantungannya, suka menggangu sesamanya, meningkatnya hubungan dengan teman sebayanya, meningkatnya orientasi seksual, memasuki masa menahan nafsu birahi, masa mencoba-coba aktivitas seksual, mempunyai inisiatif melakukan hubungan seksual yang pertama atau menunda melakukan hubungan seksual.
6.8 Kehamilan Remaja Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu maupun bayinya. Faktor kondisi fisiologis dan psikososial instrinsik remaja, bila diperberat lagi dengan faktor-faktor sosio demografi seperti : kemiskinan, pendidikan yang rendah, belum menikah, asuhan pranatal yang tidak adekuat akan mengakibatkan meningkatnya resiko kehamilan dan kehidupan keluarga yang kurang baik. Dari sudut kesehatan obstetri, hamil pada usia remaja memberi resiko komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, preeklamsi, eklamsi, abortus, partus prematurus, kematian perinatal, perdarahan dan tindakan operatif obstetri lebih sering di bandingkan dengan kehamilan golongan usia 20 tahun keatas.
6.9 Infeksi Menular Seksual Pada Remaja IMS merupakan penyakit anak muda, karena anak remaja atau anak muda adalah kelompok terbanyak yang menderita IMS dibanding kelompok umur lain. Disamping itu data menunjukan bahwa dari semua penyakit infeksi yang dijumpai pada kelompok umur muda, IMS adalah golongan penyakit yang terbesar jumlahnya. Dorongan dan aktivitas seksual yang tinggi dikalangan mereka dapat menyebabkan bertukar pasangan dengan akibat resiko tinggi tertular IMS.
6.10
Penyalahgunaan Obat Pada Remaja Penyalahgunaan zat atau obat-obatan seperti alkohol, tembakau, heroin, morfin dan yang lain-lain dikalangan remaja harus mendapat perhatian serius mengingat luasnya penggunaan zat atau obat-obatan tersebut pada remaja, baik yang dikaitkan pada kebudayanya maupun akibat pergaulan sehari-hari. Meskipun berakibat buruk terhadap individu pengguna maupun orang lain, namun penggunaan zat atau obat-obatan tersebut sulit dihentikan karena mempunyai efek ketergantungan dan sindrom putus obat apabila pemakaiannya dihentikan.
6.11
Merokok Pada Remaja Merokok
adalah
sebuah
kebiasaan
yang
sulit
dihentikan,
serta
memberikan dampak buruk bagi si perokok maupun orang-orang di sekitarnya. Terdapat banyak faktor resiko untuk merokok seperti faktor psikologi, biologi, lingkungan dan peraturan penjualan rokok. Asap rokok adalah sebuah karsinogen kelas A, terpapar dengannya mempunyai dampak terutama pada kesehatan anak. Merokok pada anak-anak dan kaum muda di hubungkan dengan masalah-masalah medik kronik dan kekambuhan serta kematian dini pada dewasa.
6.12
Bunuh Diri Pada Remaja Bunuh diri tidak terjadi secara acak (randomly) dan bahwa tidak ada unsure universal potensial untuk itu. Korban bunuh diri cenderung dari kelompok resiko seperti penyalahgunaan NAPZA (narkotik, psikotropik, zat aditif, Alkohol), individu dengan gangguan jiwa atau mental tertentu seperti depresi. Selain itu perilaku bunuh diri pada mereka yang mengalami stress, dipengaruhi juga oleh : a. Tersedianya alat-alat atau sarana untuk melakukan bunuh diri. b. Kemungkinan factor keluarga atau teman individu yang memandang bunuh diri itu sebagai suatu hal yang sah, dapat dimengerti, atau tingkah laku yang benar atau sebagai suatu yang kurang dapat dimengerti atau perbuatan romantic.
6.13
Gay, Lesbian dan Biseksual pada remaja
Remaja GLB adalah sama dengan remaja heteroseksual pada umumnya, mereka merupakan bentuk variasi masa remaja, hanya berbeda dalam orientasi seksualnya. Ada 2 faktor utama yang menyebabkan GLB remaja yaitu factor biologis dan factor psikososial. Ada 3 aspek identitas seksual yaitu bentuk tubuh, perilaku yang kongruen atau sesuai dengan jenis kelaminnya dan orientasi terhadap lawan seksual. Empat tahap perkembangan remaja dengan GLB adalah tahap sensitisasi, tahap kebingungan identitas, tahap asumsi identitas, dan tahap komitmen. Keluarga atau masyarakat hendaknya dapat menerima remaja GLB sehingga mereka tidak lari dari rumah, sekolah dan hidup di jalanan dengan berbagai konsekuensi buruk yang akan menimpa remaja tersebut.
6.14
Masalah Belajar Pada Remaja Keberhasilan dalam bidang pendidikan adalah salah satu tujuan pada masa remaja. Remaja dengan gangguan belajar yang mendapat penanganan tepat angka kejadian kejahatan dan masalah-masalah perilaku atau penyalahgunaan obat tidak lebih tinggi daripada remaja normal. Sedangkan pada remaja dengan gangguan belajar yang tidak terdiagnosa atau terdiagnosa tetapi penanganannya minimal atau tidak adekuat insiden kelainan tersebut diatas jauh lebih besar. Remaja dengan gangguan belajar yang menderita penyakit kronis seperti DM, Artritis, atau penyakit kronis lainnya jika diketahui sejak awal dan diobati dengan tepat kemungkinan mengalami komplikasi lebih kecil dan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
6.15
Gangguan Tingkah Laku, Kenakalan dan Tindak kekerasan Remaja Masa remaja adalah periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa ini terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Berbagai macam kekerasan dapat terjadi pada remaja. Kekerasan ini sangat berdampak pada remaja yaitu dapat menyebabkan kematian, kecacatan, trauma emosi yang dalam dan cenderung menjadi pelaku kekerasan tersebut. Banyak factor terjadinya kekerasan pada remaja. Intervensi pencegahan perlu dilakukan
sehingga dapat mengurangi angka kejadian dan meminimalkan dampak yang terjadi. VII.
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN MASALAH REMAJA
7.1 Klinik Remaja Tim spesialis yang perlu dibentuk adalah tim intervensi krisis, tim kekerasan fisik dan seksual, tim nutrisi dan gangguan makanan, tim penyalahgunaan obat terlarang dan tim untuk menyelesaikan masalah stres dan bunuh diri. 7.2 Terapi Perilaku dan Kognitif Terapi perilaku merupakan terapi dari perkembangan teori proses belajar. Dianggap bahwa perilaku normal dan perilaku abnormal dapat dimodifikasi melalui proses belajar. 7.2.1
Teknik terapi perilaku :
7.2.1.1Desensitisasi sistematik Merupakan suatu teknik yang dekembangkan oleh Joseph Wolpe dan digunakan untuk mengurangi kecemasan yang patologis. Keadaan ini didasarkan pada prinsip inhibisi tinbal – balik, bahwa kecemasan akan dapat dihilangkan jika pada saat yang sama timbul respon yang tidak cocok dengan kecemasan (seperti dalam keadaan relasksasi kuat ), reaksi negative dari kecemasan dihambat oleh keadaan relaksasi. Desensitiasi sistemik ini terdiri dari tiga langkah, yaitu latihan relasksasi, menyusun hirarki (dari keadaan yang memprofokasi ) dan sifat desensitiasi itu sendiri. a. Latihan relaksasi Seperti disebutkan diatas, efek fisiologis relaksasi berlawanan dengan kecemasan ; denyut nadi menjadi lambat, aliran darah ke perifer meningkat dan stabilnya neuromuscular. Individu merelaksasikan grup otot utama seluruh tubuh, di mulai dari grup otot kecil di kaki/tangan dan kepala atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hipnosis sebagai sarana terjadinya relaksasi atau latihan relaksasi sendiri yang dituntun memakai
tape –
recorder . Berimajinasi dapat juga dilakukan sebagai metode relaksasi dengan
membayangkan diri mereka berada di suatu tempat yang memiliki kengan
indah. Perubahan fisiologis yang terjmadi selama relaksasi berlawanan dengan respon kecemasan adregenik sehingga terjadi penurunan emosi, ketegangan otot, denyut jantung, tekanan darah, suhu pada ujung ekstremitas biasanya menigkat karena aliran darah bertambah banyak. b. Susunan hirarki Untuk suatu kecemasan tertentu, individu diminta menentukan skornya. Kemudian situasi ini disusun menurut skor dalam suatu hirarki dari keadaan yang menimbulkan kecemasan yang paling kecil hingga yang paling besar. Skor 0 ditetapkan pada suatu keadaan dimana individu tenang secara lengkap, dan skor 100 untuk kecemasan terburuk yang dapat dikhayalkan. c. Desensitisasi yang sebenarnya Pertama kali individu dibantu untuk mencapai suatu keadaan relaksasi yang dalam. Jika telah relaksasi dalam ia diminta untuk mengkhayalkan secara hidup adegan dengan hirarki terendah. Proses ini dilanjutkan hingga semua adegan, termasuk adegan yang paling menimbulkan kecemasan, mampu dikhayalkan secara hidup tanpa menimbulkan kecemasan. 7.2.1.2 Terapi membanjiri (flooding) Terapi membanjiri merupakan terapi paparan secara langsung terhadap situasi atau objek yang menyebabkan kekuatan. Asumsinya adalah bahwa bila seseorang terpapar pada keadaan yang menakutkan cukup lama dan tidak terjadi hal yang buruk, selanjutnya ketakutan akan menghilang. Terapi ini merupakan terapi yang sangat tidak enak dan menganding risiko, terutama dengan individu yang mempunyai permasalahan kardiovaskuler. Sehingga cara ini jarang digunakan dan hanya dilakukan pada seseorang yang telah mengalami pemeriksaan fisik yang saksama. 7.2.1.3 Model partisipasi Pemodelan biasanya dilakukan dengan cara bertahap. Pada seorang anak dengan fobia anjing, pemodelan dapat dimulai dengan mengamati model anjing dari jauh, kemudian mulai mendekati anjing, berdidr di dekat anjing dan akhirnya bermain dengan anjing. 7.2.1.4 Terapi aversif
Terapi ini berlandaskan pada prinsip dimana banyak perilaku dibentuk unuk menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Terapi aversif digunakan pada penyalahgunaan alcohol dan obat (seperti ketergantungan opium), merokok, pelanggaran seksual, makan berlebihan dan tindakan merusak diri. Hati – hati, tidak diberikan terapi aversif pada individu yang tidak mampu memberikan persetujuan, terutama pada individu yang sangat sensitif terhadap setiap prosedur menyakitkan yang dipakai. Lamanya terapi aversif sangat bervariasi tergantung pada berat/ringannya perilaku yang terjadi. 7.2.1.5 Pelatihan perilaku ganguan medis Terapi perilaku dapat diterapkan dalam pengobatan dan pencegahan gangguan medis. 7.2.1.6 Pelatihan pernyataan/sikap yang tegas merupakan suatu tipe ketrampilan social. Hal ini berdasarkan pada setiap orang berhak untuk menyatakan skap sesuai dengan keinginan mereka dan lingkungan memberikan peluang untuk itu. Strategi yang dilakukan ; instruksi, pemeberian umpan balik, pemodelan dari terapis yang diinginkan dan latihan peran. Pelatihan pernyataan/skap yang tegas berguna untuk anak dengan kesukaran hubungan antar-pribadi, terutama pada anak yang terlalu sopan, anak yang tidak mampu menanyakan apa yang mereka inginkan. 7.2.2 Terapi kognitif Terapi kognitif menurut Aron Beck adalah sebagian besar sikap dan tingkahlaku seseorang ditentukan oleh bagaimana seseorang itu memandang dunia lingkungannya. Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek, memerlukan peran aktif antara kedua belah pihak untuk mencapai tujuan terapi, yang berorientasi pada masalah yang terjadi dan solusinya. Tujuan utama dalam teknik kognitif adalah: 1) Membangkitkan pikiran – pikiran individu, dialog internal atau bicara diri, dan interpretasi terhadap kejadian – kejadian yang dialami
2) Terapis
bersama
klien
mengumpulkan
bukti
yang
mendukung
atau
menyanggah interpretasi – interpretasi yang telah diambil 3) Menyusun desain eksperimen untuk menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan untuk diskusi di dalam proses perlakuan terapiutik. Dengan terpai kognitif membantu individu mengidentifikasi dan menghilangkan pikiran – pikrian negatif, mengembangkan alternatif dan pola pemikiran yang lebih fleksibel, dan untuk mencoba pola kognitif yang baru dengan respon perilakunya. Terdapat tiga komponen dari terapi kognitif pada depresi: 1) Aspek didaktik 2) Tekhnik kognitif a. Menarik pikiran otomatis b. Menguji pikiran otomatis c. Mengidentifikasi asumsi yang salah 3) Menguji validitas
7.3
Terapi keluarga Terapi keluarga merupakan suatu bentuk terapi kelompok untuk mengatasi permasalahan keluarga dengan tingkat konflik yang tinggi dan spesifik, dilakukan oleh terapis yang berkompeten bekerja sama dengan keluarga dengan berbagai kolaborasi yang bisa dimanfaatkan, sehingga di peroleh hasil yang optimal.
7.4
Terapi fitofarmaka Secara tradisional ada 4 kelompok besar psikofarmaka yaitu: anti psikotik atau neuroleptika selanjutnya disebut Dopamin Receptor Antagonist serta Serotonin Dopamin Receptor Antagonist. Tinggi kadarnya dopamin dan serotonin dapat
menimbulkan psikosis. Dengan menghambat kerja dopamin dan serotonin gejala psikosis akut maupun skizofrenia akan hilang.
DAFTAR PUSTAKA Bahiyatun.2010. Buku Ajar Bidan (Psikologi Ibu dan Anak). Jakarta : EGC Gunarsa, Singgih D.2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia Hurklock, Elizabeth B.1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Kartono Kartini.2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : Mandar Maju Soetjiningsih.2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang dan Masalahnya. Jakarta : CV Sagung Seto http://yudhim.blogspot.com/2008/01/untaian-pertumbuhan-dan-perkembangan.html tanggal 15 oktober 2010 pkl 1 : 41 pm
http://henakhaerunnisa.blogspot.com/2008/04/perkembangan-remaja.html tanggal 15 oktober 2010 pkl 1 : 45 pm http://tumbuhkembanganak.edublogs.org/2008/05/26/pertumbuhan-fisik-kesehatan-remaja/ tanggal 15 oktober 2010 pkl 1 : 59 pm