TUMBUH KEMBANG REMAJA Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas tug as Ilmu Dasar Keperawatan 3 Dosen: Zia Abdul Ajiz, S, Kep, Ns
Disusun Oleh : KELOMPOK 5 1. Novi Kristina 2.
Ayu Wulansari
3.
Evi
4.
Evan Razaki
5.
Etty Rosmalinda Dewi
6.
Hermanto
7.
Susmanti
8.
Trielva
9.
Wirna
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2011/2012 JL. BELIANG NO.110 TELP/FAX (0536) 3227707 Email:
[email protected] [email protected]
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tumbuh “Tumbuh Kembang Dewasa ” ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Adapun makalah ini bersumber dari berbagai macam informasi, juga dari dunia maya. Dari sumber tersebut kami dapat mengembangkannya sehingga menjadi kumpulan informasi yang berguna. Dalam menulis makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu, jika seandainya dalam makalah mak alah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dilain kesempatan. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita semua dan berguna bagi siapapun yang membacanya, amin.
Palangkaraya,
Juni 2012
Penulis,
Kelompok 5 i
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tumbuh “Tumbuh Kembang Dewasa ” ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Adapun makalah ini bersumber dari berbagai macam informasi, juga dari dunia maya. Dari sumber tersebut kami dapat mengembangkannya sehingga menjadi kumpulan informasi yang berguna. Dalam menulis makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu, jika seandainya dalam makalah mak alah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dilain kesempatan. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita semua dan berguna bagi siapapun yang membacanya, amin.
Palangkaraya,
Juni 2012
Penulis,
Kelompok 5 i
DAFTAR ISI Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Bab 1 Kajian Teori
1.1 Tumbuh Kembang Remaja
1
1.2 Gizi Pada Remaja
7
1.3 Kesehatan Gigi dan Mulut Remaja
9
1.4 Kesehatan Reproduksi pada Remaja
10
1.5 Kesehatan Jiwa Remaja
11
1.6 Masalah-masalah Kesehatan Khusus Selama Masa Remaja
Bab 2 Kesimpulan
2.1 Simpulan
28
2.2 Saran
28
Daftar Pustaka
ii
BAB 1 KAJIAN TEORI 1.1 Tumbuh Kembang Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Perkembangan merupakan suatu proses diamana perubahan-perubahan di dalam diri remaja akan diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga remaja tersebut dapat berespons dengan baik dalam menghadapi rangsagan-rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol dalam umbuh kembang remaja adalah adanya perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif, dan psikososial.
1.1.1 Perubahan Fisik Perubahan fisik dan psikologis remaja diseababkan oleh adanya perubahan homoral. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol olemh susunan saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon petumbuhan, hormon gonadotropik, esterogen, progesteron, serta testosteron.
1.
Percepatan berat badan dan tinggi badan Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perempuan rata-rata
meningkat 3,5-4,1 inci (Steinberg, 2007). Berat badan juga meningkat karena ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada perempuan.
2.
Perkembangan karakteristik seks sekunder Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormoral yang mempengaruhi
karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen pada laki-laki dan hormon esterogen pada perempuan. Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi 1
2 pertumbuhan rambut pada pubis, pertumbuhan rambut diketiak, serta menarche atau menstruasi pembesarabn
pertama.
Sedangkan
skrotum,
perubahan
pada
laki-laki
suara,
terjadi
ertumbuhan
pertumbuhan kumis
dan
penis, jenggot,
meningkatnya produksi minyak, meningkatnya timbunan lemak, dan meningkatnya aktivitas kelenjar sehingga menimbulkan jerawat.
3.
Perubahan bentuk tubuh Pada laki-laki terjadi pertumbuhan seperti bentuk dada yang membesar dan
membidang, serta jakun lebih menonjol. Sedangkan perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta keadaan puting susu yang menjadi lebih menonjol.
4.
Perkembangan otak Pada masa remaja awal sampai akhir, otaak belum sepenuhnya berkembang
sempurna, sehingga pada masa ini kemampuan pengendalian emosi dan mental masih belum stabil. Beberapa hal penting yang terkait dengan perubahan fisik pada remaja diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Tanda – tanda vital : nadi berkisar antara 55-110x/mnt, pernapasan bekisar antara 16-20x/mnt, dan tekann darah berkisar antara 110/60-120/76mmHg.
b.
Berat badan bervariasi, untuk laki-laki terjadi kenaikan 5,7 – 13,2 kg, dan perempuan 4,6-10,6kg.
c.
Tinggi badan pada laki-laki terjadi kenaikan : 26-28cm, dan perempuan 2328cm.
d.
Keadaan gigi lengkap.
e.
Tajam penglihatan 20/20.
f.
Pertumbuhan organ-organ reproduksi.
g.
Pertumbuhan 2 kali lipat.
h.
Peningkatan masa otot dan penimbunan lemak.
i.
Pada kulit tejadi peningkatan munculnya jerawat.
3 j.
Pertumbuhan rambut pada aksila, pubis pada perempuan, dan wajah pada lakilaki.
1.1.2 Perkembangan Kognitif Menurut teori Piaget, prinsip perkembangan kognitif terjadi melalui 4 tahap. Keempat tahap tersebut selalu terjadi dalam urutan yang sama dan setiap apa yang dibangun dipelajari dalam tahap sebelumnya. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
1. Tahap Sensorimotor Tahap sensorimotor berlangsung dari kelahiran hingga bayi berumur kira-kira 2 tahun. Pada tahap ini, bayi mampu mengorganissasi dan mengoordinasikan sensasi melalui gerakan dan tindakan fisik. Ia mampu secara pasif menerima rangsanganrangsangan terhadap alat inderanya, dan secara aktif memberikan respon terhadap tangsangan tersebut melalui gerakan-gerakan refleks. Pada akhir tahap ini, pola-pola sensorik dan motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Miasalnya, anak usia dua tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan memanipulasi dengan tangan sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Pembanguanan fisik (mobilitas) memungkinkan anak untuk mulai mengembangkan kemampuan intelektual baru. Beberapa kemapmpuan bahasa dikembangkan pada akhir tahap ini. Pengguanaan kata-kata sederhana seperti “ mama melompat “ menunjukan bahwa telah terjadi sebuah peristiwa sensorik dan motorik.
2. Tahap Paraoperasional Tahap paraoperasional (toodlerhood dan anak usia dini) berlangsung ketika anak berumur 2-7 tahun. Pada fase ini terjadi pembentukan konsep yang stabil, penalaran mental, egosentrisme, serta terbentuknya keyakinan terhadap ha magis. Fase ini juga menunjukkan penggunaan simbol-simbol, bahasa yang matur, memori, dan imajinasi, walaupun dilakukan dalam berpikir non-logis.
4
3. Tahap Operasional Konkret Tahap operasional konkret terjadi ketika anak memasuki usia sekolah (SD) sampai awal masa remaja. Tahap ini dicirikan oleh 7 jenis konservasi (angka, panjang, cair, masa, berat, area, dan volume), intelegensi yang ditunjukan secara logis dan sistematis, serta manipulasi simbol-simbol yang terkait dengan benda. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak pada mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan antara yang bersifat semenntara dengan yang bersifat menetap.
4.
Tahap Operasional Formal (remaja dan dewasa) Pada tahap ini anak sudah mulai bepikir abstrak dan hipotesis, atinya anak
sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi (sesuatu yang abstrak). Disamping itu remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan masalah. Kesimpulannya, individu dapat menjadi lebih baik dari pda fase anak-anak. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana mereka mengamati lingkungan sekitarnya ataupun dari cara pengambilan keputusan. Remaja dapat berpikir tentang ide-ide abstrak dan berpikir secara logis sistematis tentang semua masalah. Remaja mulai berpikir lebih kompleks dan cenderung menjadi multidimensi dalam mempertimbangkan sesuatu dan fakta-fakta untuk mrnyelesaikan masalah yang dihadapi. Perkembangan kognitif berdasarkan tahapan perkembangan remaja diantaranya sebagai berikut : a.
Remaja Awal Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik
didalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun disekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai
5 pandangan, seperti : olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.
b.
Remaja Menengah Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak
tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “siapa saya?”. Pada masa ini remaja mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri.
c.
Remaja Akhir Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan
meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berpikir secara kmpleks digunakan
untuk
memfokuskan
diri
masalah
idealisme-idealisme,
toleransi,
keputusan, untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat.
1.1.3 Perkembangan Psikososial Masa remaja juga merupakan masa trasisi emosional, yang ditandai dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalamu perubahan, yaitu dengan merasa lebih dari yang lain, cendeung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri dan berperilaku menurut cara mereka. Transisi sosial yang dialami oleh remaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis.
6
1.
Tahap-tahap perkembangan psikososial Menurut Erickson (1956), perkembangan psikososial terdiri atas delapan tahap.
Dari tahapan-tahapan tersebut, remaja melalui lima diantaranya. Lima tahapan yang dilalui remaja tersebut adalah sebagai berikut. a.
Kepercayaan versus keetidakpercayaan Tahapan ini terjadi dalam 1-2 tahun awal kehidupan. Anak belajar untuk
percaya pada dirinya sendiri ataupun lingkungannya. Anak merasa bingung dan tidak percaya, sehingga dibutuhkan kualitas interaksi antara orang tua dan anaknya.
b.
Otonomi versus rasa malu dan ragu Bagi kebanyakan remaja, membangun rasa otonomi atau kemerdekaan
merupakan bagian dari transisi emosional. Selama masa remaja terjadi perubahan ketergantungan khas anak-anak ke arah otonomi khas dewasa. Misalnya : remaja umumnya tidak terburu-buru bercerita kepada orang tua ketika merasa kecewa, khawatir, atau memerlukan bantuan.
c.
Inisiatif versus rasa bersalah Tahapan perkembangan psikososiini terjadi pada usia pra sekolah dan awal usia
sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk memperluas kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja sama dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
d.
Rajin versus rendah diri Pada tahapan ini perkembangan ini terjadi persaingan di kelompoknya. Anak
menggunakan pengalaman kognitif menjadi lebih produktif dalam grupnya. Disini anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih formal. Anak mulai terasah percaya dirinya, mandiri dan penuh inisiatif, serta termotivasi untuk belajar lebih tekun.
7
e.
Identitas versus kebingungan identihtas Remaja belajar mengungkapkan aktualitasnya untuk menjawab pertanyaan,
“siapa saya?” mereka melakukan tindakan yang baik sesuai dengan sistem nilai yag ada. Namun demikian, sering juga terjadi penyimpangan identitas, misalnya: melakukan percobaan tindakan kejahatan, melakukan pemberontakan, dan tindakan tercela lainnya. Pada waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun wanita dibagun, dan secara bertahap mengembangkan cita-cita yang diinginkan. Untuk tahap selanjutnya yaitu : tahap keintiman versus isolasi, generativitas versus stagnasi, dan integritas versus keputusan, akan dilalui tahap perkembangan selajutnya.
1.2 Kebutuhan Gizi Pada Remaja
Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi dari pada usia anak. Namun, kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini deisebabkan oleh adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktivitas fisik. Meskipun aktivitas tubuh tidak meningkat, tetapi total kebutuhan energi akan tetap meningkat akibat pembesaran ukuran tubuh. Kebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi dan zine.
1.2.1 Energi Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk ditentukan secara tepat. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan gizi remaja adalah aktivitas fisik secara oleh raga. Ramaja yang aktif dan banyak melakukan olah raga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibanding remaja yang kurang aktif.
8 Sumber enegri terutama diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan hasil olahannya, umbi-umbian, jagung, sagu, gula, dan lain-lain.
1.2.2 Protein Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein lebih besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein harus memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila pemasukan energi tidak adekuat, maka protein akan digunakan sebagai sumber energi, dan ini akan mengakibatkan malnutrisi. Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandignkan sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas. Ontoh sumber protein adalah : damerah (sapi, kambing, kerbau), daging putih (ayam, ikan), susu dan hasil olahannya, kedelae dan hasil olahannya. Kacang-kacangan, dan lain-lain.
1.2.3 Mineral Kebutuhan mineral terutama kalsium zinc, dan zat besi juga meningkat pada masa remaja. Kalsium enting untuk kesehatan tulang, khususnya untuk menambah massa tulang. Keterbatasan massa tulang selama remaja akan meningkatkan resiko osteoporosis pada kehidupan selanjutnya, khususny pada wanita. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber lainnya adlah ikan, kacang-kacangan, dan sayuran. Karena ekspansi volume darah dan untuk mempertahankan produksi hemoglobin selama pertumbuhan, maka kebutuhan akanzat besi juga akan meningkat. Zat besi juga dibutuhkan untuk membentuk mioglobin dalm jaringan otot yang baru. Untuk membantu kehilangan zat besi selama menstruasi, remaja perempuan lebih banyak membutuhkan zat besi dibandingkan remaja laki-laki.
9 Remaja laki-laki membutuhkan zat besi untuk roses pertumbuhan itu sendiri. Kekurangan zat besiakan meningkatkan resiko anemia devisiensi zat besi. Kebutuhan akan zat besi akan menurun seiring dengan melambatnya pertumbuhan setelah pubertas. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan oleh vitamin C; dan sebalikny dihambat oleh kopi, teh, makanan tinggi serat, makanan kalsium dan produk susu. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging merah, daging pputih dan sayuran hijau. Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta pematangan seksual remaja, terutama bagi remaja laki-laki. Devisiensi zinc dapat menimbulkan resiko retardasi mental dan hipogonadisme.
1.2.4 Vitamin Kebutuhan vitamin tiamin (thiamin), ribifalfin dan niasin(niacin) pad remaja akan meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolisme energi. Begitu jugan dengan pola dan vitamin B12 yang penting untuk sintensis DNA dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhan untuk mendukung pertumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E dibutuhkan untuk pembentukan dan mendukung fungsi sel baru.
1.2.5 Perilaku Makan Remaja Dibandingkan segmen usia yang lain diet yang tidak adekuat, adalah masalah yang paling umum dialami oleh remaja putri. Gizi yang disebabkan oleh bermacammacam faktor, termasuk emosi yang tidak stabil, keinginanan untuk menjadi kurus yang tidak tepat, dan ketidakstabilan dalam gaya hidup dan lingkunagn sosial secara umum. Berikut ini beberapa perilaku spesifik yang umumnya, dipercaya dapat menyebabkan masalah gizi pada remaja , yaitu: 1.
Melewatkan waktu makan satu kali atau lebih setiap ahri:
2.
Pemilihan makan selinagn (snack) yang kurang tepat;
10 3.
Kurangnya supervisi (misalnya orang tua) dalam memilih makanan di luar;
4.
Takut mengalami obesitas, khusunya pada remaja putri;
5.
Perhatian terahadap makanan tertendu yang menyebabkan jerawat;
6.
Kurangnya waktu untuk mengonsumsi makanan secara teratur;
7.
Kurang didampingi ketika mengonsumsi makanan tertentu;
8.
Tidak minum susu (mungkin sebagai pemberontakan melawan pengaruh orang tua ).
9.
Mulia mengonsumsi alkohol. Adapun perilaku makan pada remaja adalah kesenangan untuk mengonsumsi makanan-makanan berikut ini.
1.2.5.1 Makanan siap saji Makanan siap saji sudah menjadi tren dikalangan remaja perkotaan. Selain menjadi tempat makan kumpul favorit dengan teman. Yang jadi masalah ppada retoran siap saji adalah jumlah menu
yang terbatas dan makanannya relatif
mengandung kadar lemak dan garam yang tinggi. Minuman yang tersedia pada retoran siap saji seperti minuman ringan (soft drink) juga menambahkan masukan kalori berlebih pada remaja. Dengan demikian, remaja yang sering mengonsumsi makanan siap saji cenderung mengalami kelebihan berat badan. Walaupu demikian saat beberapa retoran siap saji menambah menu yang lebih sehat. Contohnya seperti salad, yang mengandung sayuran sebagai alternatif makanan; susu dan jus buah sebagai alternatif pengganti soft drink.
1.2.5.2 Makanan ringan/selingan (snack) Remaja juga tidak lepas dari mengonsumsi makanan ringan/selingan (snack) dengan frekuensi yang sering. Survei mengidikasikan bahwa snack dikonsumsi lebih dari 75% remaja, dan hanya memberikan sepertiga sampai semperempat energi yang masuk. Kebanyakan snack yang dikonsumsi mengandung garam dan kalori yang
11 tinggi dan tentunya kurang baik bagi kesehatan remaja, karena tidak mengenyangkan dan tidak meberikan zat gizi yang cukup bagi remaja.walaupun demikian, ada juga remaja yang mengonsumsi snack sehat seperti susu, buah serta makanan tradisional lainnya. Secara umum, makanan yang dijadikan snack adalah kue, biskuit, susu, minuman ringan, buah, keripik kentang, dan gorengan. Orang tua harus menerima kenyataan bahwa snack dapat diterima sebagian dari diet harian remaja, di mana mereka harus memastikan bahwa snack yang dikonsumsi oleh remaja berkonstribusi secara sigtifikan terhadap kondisi gizi yang baik. Yang perlu diperhatikan adalah jumlah yang dionsumsi dan waktu mengonsumsinya. Konsumsi snack secara berlebihan di malam hari dikenala sebagai night eating syndrome.
1.2.5.3 Alkohol Remaja
mudah
dipengaruhi
oleh
lingkungan
disekitarnya,
termasuk
lingkungan pergaulan. Lingkungan yang tidak sehat akan membawa remaja ke arah yang
negatif pula. Selain hal tersebut, sifat remaja yang ingin coba-coba dan
menunjukan jati diri membuat remaja rawan terjerumus ke hal-hal yang bersifat negatif. Salah satunya adalah dengan mencoba minuman berkadar alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada remaja akan menimbulakan maslah gizi dan masalah sosial. Minuman beralkohol hanya berkonstribusi pada pemasukan energi saja. Alkohol juga memengaruhi penyerapan zinc dan folat, dua zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal.
1.2.6 Perilaku makan menyimpang Pemilihan makanan pada remaja sering dipengaruhi oleh tekanan sosial, teman dan orang tua sebagai panutan yang mempunyai budaya dan keyakina bahwa tubuh itu harus langsing.faktor ini yang dapat meningkatkan resiko bagi remaja untuk berperilaku makan menyimpang. Perilaku makan menyimpang adalah masalah emosi dan fisik yang dihubungkan dengan obsesi terhadap makanan, berat badan, dan
12 bentuk tubuh. Remaja melakukan perilaku makan menyimpang sebagai koping terhadap perubahan fisik dan emosinya. Ada tiga tipe perilaku makan menyimpang yang umum, yaitu: anoreksia nervosa, bulimia, dan binge eating. Setiap tipe mempunyai tanda dan gejala yang khas yang akan dijelaskan di bawaha ini.
1.2.6.1 Anoreksia nervosa Remaja yang menderita anoreksia nervosa memiliki ketakutan yang ekstrem terhadap pertambahan berat badan dan selalu merasa kurang puas dengan bentuk dan ukuran tubuhnya. Hal ini adalah bentuk dari kegagalan mereka mempertahan berat badan normal. Beberapa orang dengan anoreksia nervosa membatasi pemasukan makanan dengan diet dan olahraga secara berlebihan. Berikut adalah beberapa tanda remaja yang mengalami anoreksia. 1. Sangat kurus 2. Terobsesi unruk mengontrol berat badan. 3. Mengontrol jumlah atau porsi makanan secara berhati-hati. 4. Hany makan-makan tertentu, serta menghinari makan seperti susu, daging,tepung dan lain-lain. 5. Olahraga berlebih. 6. Merasa gemuk. 7. Menarik diri dari aktivitas sosial, khususnya yang berhubungan dengan makanmakan. 8. Kemungkinan mengalami depresi, letargi, dan meras kedinginan. Remaja yang mengalami anoreksia dapat mengalami gangguan jiwa bahkan kematian bila tidak segera diatasi.
13 1.2.6.2 Bulimia Bulimia hampir sam dengan anoreksia, tetapi dengan episode binge eating dan kemudian mengopensasikan dengan cara yang ekstrem, seperti memuntahkan makanan dan olahrag yang berlebih. Berikut tanda remaja yang mengalami bulimia. 1.
Takut mengalami penambahan berat badan.
2.
Selalu meras tidak senang dengan ukuran, bentuk, dan berat tubuhnya.
3.
Menghilang setelah makan.
4.
Kemungkinan hanya makan-makanan diet (kecuali selama binge).
5.
Teratur membeli obat laksatif, diuretik, atau obat penncahar.
6.
Olahraga berlebih.
7.
Menggunakan alkohol atau obat-obatan.
8.
Siklus menstruasi tidak teratur.
1.2.6.3 Binge eating Binge eatinghampir sam dengan bulimia, tetapi tidak mengopesasikannya dengan melakukan pengeluaran makanan. Remaja dengan binge eating selslu melewatkan waktu makan,atau makan dalm porsi kecil ketika bersama-sama dengan teman/keluarga, tetapi kemudian makan dalam jumlah banyak ketika sedang sendiri. Berikut tanda remaja yang mengalami binge eating. 1.
Makan banyak lebih dari normal denagn cepat.
2.
Makan sampai merasa kekenyangan.
3.
Makan dalam jumlah besar ketika secara fisiik tidak meras lapar.
4.
Makan sendiri karena merasa malu denagn cara makannya.
5.
Merasa malau dengan diri sendiri, depresi, atau merasa bersalah ketika makan berlebih.
6.
Terjadi rata-rata sedikitnya 2 hari dalam seminggu selama 6 bulan.
14 Perilaku menyimpang ini biasanya terjadi pada remaja putrid. Peran orang tua dan lingkungan social penting dalm mencegah terjadinya episode perilaku makan menyimpang ini dengan mengenali gejalanya sejak dini.
1.2.7 Masalah Gizi Pada Remaja Dilihat dari segi kuantitas, jumlah penduduk usia remaja (10-9 tahun) di Indonesia adalah sebesar 22,2% dari total penduduk Indonesia, yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kurniawan, (2002) dalam Sulaiman (2009)). Begitu juga dengan jumlah remaja di banyak Negara berkembang tumbuh dengan pesat. Lima tahun terakhir, kelompok remaj merupakan salah satu perhatian utama di bidang kesehatan karena gaya hidup mereka yang unik dan bebeda dengan kelompok umur lain dari generasi sebelumnya (Surjadi (2002) Sulaiman (2009)). Remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami perkembangan untuk mencapai kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi. Masalah-masalah gizi dan kesehatan
yang dihadapi remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain dan perlu
penanganan yang terpadu dan menyeluruh. Adpun maslah-maslah gizi yang biasa dialami pada fase remaja adalah obesitas dan anemia (Khomsan, 2003,). Masalahmasalah tersebut akan dibahas di bawah ini.
1.2.7.1 Obesitas Obesitas biasa disebut dalam bahas awam sebagai kegemukan atau berat badan yang berlebih sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Permasalahan ini hampir di seluuruh dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat, termasuk Indonesia. Sejak tahun 1998, WHO juga telah mendeglarasikan obesitas sebagai epidemic global. Hasil survei nasional di Amerika menunjukan bahwa prevalensiobesitas pada remaja semakin meningkat, dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,9% pada tahun
15 1998. Hal seupa juga ditemua di DKI Jakarta yang menunjukan prevalensi obesitas yang meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pada anak umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%, pada umur 17-18 tahun 11,4%. Kasus pada obesitas banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibandingkan dengan laki-laki (3,1%). Dikalangan remaja obesitas merupakan permasalahan yang merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis
yang serius. Hal tersebut diperkuata oleh American Journal of
Epidemiology dalam penelitiannya yang mengungkapkan obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan resiko kematian paruh baya.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas saat
remaja diketahui 3-4 kali beresiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian; serta beresiko 2-3 kali terhadap penyakit kanker kolon dan penyakit pernafasan seperti asma dan emfisema. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 2530% pada wanita; dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30%, dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalmi obesitas. Penyebab obesitas beraneka ragam. Menurut Mu‟tadin(2002), ada beberapa factor pencetus obesitas, diantaranya factor
genetik, pola makan yang berlebih,
kurang aktivitas, emosi, serta lingkungan. Faktor genetic memegang peranan penting bagi terjadinya obesitas. Bukan hal yang mengherankan jika pada orang tua yang mengalami obesitas, maka anak-anak mereka pada generasi selanjutnya akan menjumpai maslah yang sama. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori unruk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun, untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energy yang keluar. Orang dengan obesitas akan lebih respontif terhadap rangsangan lapar eksternal ( rasa, bau makanan, jam makan, dan lainnya) dibandingkan dengan orang
16 yang memiliki berat badan normal. Artinya, orang dengan obesitas akan makan ketika ada keinginan untuk makan, bukan pada saat lapar. Hal ini yang menyebabkan mereka akan sulit keluar dari masalah obesitas.
Perubahan Pola Makan (Diet). Perubahan pola makan dapat dilakukan
dengan cara mengurangi asupan kalori total. Remaja disarankan untuk lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Remaja kadang mencoba melakukan diet ekstrem. Hal ini sangat tidak disaranka, karena dapat mengurangi asupan nurtisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misallnya dengan terjadi devisiensi vitamin.Diet yang tidak sehat menimbulkan banyak resikogangguan kesehatan . Peningkatan Aktivitas Fisik/Olahraga.
Aktivitas fisik/olahraga dapat
menurunkan berat badan, karena dapat membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakartergantung dari frekuensi, durasidan intensitas latihan yang dilakukan. Daniel landers, professor pendidikan olahraga dari Arizona State University, mengungkapkan bahwa ada lima manfaat olahrag bagi otak kita. 1. Meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan kesehatan mental. Hal ini disebabkan karena olahraga dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak. 2. Membantu menunda proses penuaan. 3. Mengurangi stress Olahraga dapat mmeningkatkan kemampuan jantung dan membuat anda lebih cepat mengatasi stress.. aktivitas seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, dan lari. 4. Meningkatkan daya tahan tubuh 5. Memperbaiki kepercayaan diri
17 Moditifikasi
perilaku.
Moditifikasi
perilaku
digunakan
untuk
mengatur/memoditifikasi pola makan dan aktivitas fisik pada remaja yang menjalani terapi obesitas. Melalui moditifikasi perilaku dapat diketahui faktor atau situasi apa yang membuat berat badan menjadi berlebih, sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
Obat Antiobesitas. Obat obesitas yaitu:
1. Sibutramin Obat ini bekerja untuk menekan
nafsu makan dengan cara menghambat
pengabialn ulang neurotransmitter norepinefrindan serotonin. Sibutramin mengubah zat kimiawi otak sehingga pengguna akan merasa kenyang lebih lama. Efek samping dari obat ini adalah peningkatan tekanan darah tinggi, sakit kepala, nulut kering, konstipasi, dan insomnia.
2. Orlistat Oristat merupakan suatu pengahambat limpase, bekerja dengan mengabsopsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/ absorpsi lemak diusus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran. Efek sampingny antara lain kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalngi penyerapan beberapa nutrient.
1.2.8 Tindakan pembedahan. Jika semua tindakan di atas semua tidak mampu menurunkan berat badan, maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dilakukan dengan cara merubah anatomi system pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan dicerna. Dumping syndrome adalah sekumpulan gejal, seperti mual, keringat dingin, rasa nyeri di ulu hati,muntah bahkan diare berat akibat makanan yang masuk ke lambung dan dialirkan begitu cepat menuju ke usus halus (duodenum).
18
1.2.8.1 Anemia Anemia merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Fungsi hemoglobin dalam darah mengikat oksigen diparu paru dan melepaskannya di seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru. Pqda umumnya anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putrid dibandingkan dengan pria. Remaja putrid mudah terserangg anemia karena: 1. Pada umumnya remaja putrid lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit. 2. Remaja putri biasanya ingin tampila langsing, sehingga membatasi asupan makanan. 3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresikan, khususnya melalui feses. 4. Remaja putrid mnengalami haid setiaap bulan, Mencegah anemia bagi putri remaja: 1. Makan – makanann yang banyak mengandung zat besi dari hewani dan dari bahan nabati.. 2. Banyak makan-makanan sunber vitamin C yang bermanfaat meningkatka penyerapan zat besi. 3. Minum penambah darah 1 tablet tiap hari. Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, kurang sediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan zat besi , kehilangan darah yang kronis, cacing ttambang, infeksi. Gejala yang sering timbul adalah pusing, leith, lessu, lemah.
1.3
Kesehatan Gigi dan Mulut Remaja
Anatomi Mulut
19
1.3.1
Rongga Mulut Mulut berukuran lebar/tinggi 4-6 cm yang diukur saat kita sedang menguap
atau mulut sedang terbuka lebar. Disekitar rongga mulut terdapat otot-otot wajah dan ootot lidah yang fungsinya bermacam-macam, antara lain membantu kita berbicara, mengunyah makanan, membuka dan menutup mulut, mengekspresikan wajah ketika kita sedang senang atau pun cemberut. Mulut terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian mulut luar terdiri dari bibir atas dan bawah, sudut bibir, cekungan diatas hidung, dan lekukan dibawah bibir. Bagian mulut dalam terdiri dari bibir atas, bibir bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit lunak dan langitlangit keras, gigi, tekak, dan tonsil/amandel. Lapisan gusi, pipi, dan langit-langit selalu basah dan berlendir. Oleh karena itu, selaput-selaput tersebut permukaannya disebut selaput lendir dan mukosa. Jadi ada selaput lendir gusi, selaput lendir langitlangit, dan selaput lendir pipi yang ada dibagian sebelah dalam mulut. Mulut merupakan salah satu bagian penting dalam sistem pencernaan didalam mulut makanan yang masuk dilumatkan dengan bantuan gigi, lidah, saliva, agar pencernaan selanjutnya dapat lebih ringan dan sempurna dalam usus. Gigi secara umum berfungsi sebagai pemotong, pengoyak/perobek, dan pengunyah makanan. Lidah berfungsi sebagai alat pengecap, alat bantu pengaduk makanan, alat bantu pembersih mulut, dan sebagai alat bantu pendorong makanan dalam proses menelan. Saliva atau ludah berfungsi untuk melunakkan makanan yang keras, serta memudahkan proses mengunyah dan menelan. Ludah menyebabkan makanan saling berlekatan satu sama lain, licin, dan mudah ditelan. Pemeliharaan kebersihan mulut dan bagian-bagian didalamnya khususnya gigi, amat penting dilakukan agar terjadi keseimbangan organ-organ pencernaan lainnya. Apabila makanan yang masuk dalam mulut dapat dilumatkan dengan baik, maka proses pencernaan lebih lanjut dapat lebih ringan dan lebih sempurna didalam usus.
20
1.3.2
Gigi Setelah berbicara tentang
rongga mulut, selanjutnya bagian yang perlu
dketahui adalah gigi. Peran gigi sama pentingnya dengan peran mulut, namun secara umum fungsi dari gigi adalah membantu proses pencernaan, membantu berbicara, dan yang tidak kalah pentingnya adalh untuk kecantikan. Dalam membicarakan gigi, kita perlu mengetahui tentang pertumbuhan gigi, bagian bagian dari gigi, macam-macam bentuk gigi, dan fungsi dari masing-masing gigi. Oleh karna itu, berikut ini akan dibahas satu persatu mengenai masalah tersebut.
1)
Pertumbuhan gigi Seperti organ lainnya, pertumbuhan dan perkembangan gigi telah dimulai
sejak usia 4-5 bulan dalam kandungan. Pada saat lahir, rahang atas dan rahang bawah telah dipenuhi oleh benih-benih gigi dalam berbagai tingkat perkembangan. Sepanjang kehidupannya, secara umum manusia mempunyai 2 jenis gigi yaitu gigi sulung/gigi susu dan gigi tetap/gigi dewasa.
2)
Gigi sulung atau gigi susu Gigi sulung mempunyai arti yang sangat penting bagi anak, karena gigi
sulung berfungsi untuk mengunyah makanan, mempertahankan ruangan didalam lengkung gigi, untuk gigi tetap lainnya, merangsang pertumbuhan rahang melalui pengunyahan terutama kearah vertikal, membantu dalam perkembangan pengucapan kata-kata dan untuk penampilan.
3)
Gigi tetap/gigi dewasa Setelah anak berumur 6 tahun, secara bertahap gigi sulungnya akan mulai
tanggal satu persatu, dan mulai digantikan oleh gigi tetap. Pergantian gigi sulung kegigi tetap ini tidak berurutan, tetapi tumbuh berselang seling. Gigi tetap yang
21 pertama kali tumbunh biasanya adalah gigi geraham pertama bawah dan atas, kemudian diikuti oleh gigi seri pertama atas. Jumlah gigi tetap seluruhnya adalah 32 buah. Usia 6-12 tahun adalah masa peralihan antara gigi sulung ke gigi tetap/dewasa. Pada usia tersebut, didalam mulut anak terdapat baik gigi sulung yang belum waktunya tanggal, maupun gigi tetap yang mau tumbuh. Sehingga usia tersebut diberi nama “masa gigi bercampur”. Gigi tetap tumbuh lengkap pada usia sekitar 21 tahun, namun gigi geraham besar ketiga atau yang dikenal sebagai geraham bungsu, yang biasanya baru mulai tumbuh pada usia 17-21 tahun,seringkali tumbuh tidak sempuna karena terperangkap dalam rahang akibat kehabisan ruangan oleh gigi yang tumbuh terdahulu.
4)
Bentuk dan fungsi gigi Bentuk gigi satu dan lainnya tidak sama. Bentuk gigi depan dan gigi belakang
berbeda sesuai dengan tugas gigi, maka dikenal 4 bentuk, yaitu sebagai berikut:
a.
Gigi seri Gigi seri terdiri atas 4 buah diatas dan 4 buah dibawah. Jumlah seluruhnya 8
buah dan terletak dibagian depan, gunanya untuk memotong dan menggunting makanan.
b.
Gigi taring Jumlah gigi taring ada 4 buah. Diatas 2 buah dan dibawah 2 buah. Letaknya
disudut mulut, bentuknya runcing, fungsinya untuk mencabik-cabik makanan.
c.
Gigi geraham kecil
22 Gigi geraham kecil merupakan pengganti gigi geraham sulung. Letak gigi ini dibelakang gigi taring, jumlahnya ada 8 buah, yaitu 4 gigi diatas dan 4 gigi dibawah. Fungsi gigi ini adalah membantu atau bersama-sama geraham besar menghaluskan makanan. Akar gigi geraham kecil ini tunggal, kecuali yang diatas depan memiliki 2 akar.
d.
Gigi geraham besar Gigi geraham besar letaknya dibelakang gigi geraham kecil. Jumlahnya 12
buah,yaitu 6 diatas dan 6 dibawah. Fungsi gigi geraham ini adalah untuk menggiling makanan.
1.3.3 Masalah Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Remaja Masa remaja adalah masa yang paling indah, demikian pendapat sebagian besar orang. Masa remaja yang indah itu tentunya akan terwujud apabila para remaja memiliki kesehatan yang baik. Periode remaja pada umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik yaitu sekitar 20 tahun. Salah satu bagian kesehatan yang penting dan perlu mendapat perhatian dari para remaja adalah kesehatan gigi dan mulut. Banyak masalah kesehatan gigi dan mulut yang menjadi persoalan bagi para remaja. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sering kali diabaikan oleh para remaja. Sebaliknya, begitu banyak kebiasaan-kebiasaan buruk pada remaja yang dapat menyebabkan kerusakan gigi dan mulut. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut antara lain : kebiasaan mengosumsi makanan manis dan lengket, kebiasaan mengosumsi minum-minuman yang manis dan berkarbonasi, dan kebiasaan merokok. Masalah kesehatan gigi dan mulut sering dialami para remaja, antara lain gigi berlubang, kondisi gigi yang tidak rapi pewarnaan pada gigi, gusi b erdarah, dan bau mulut. Masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut ini apabila jika segera tidak diatasi dapat menimbulkan persoalan bagi para remaja nantinya. Berikut ini akan dibahas masalah-masalah kesehatan gigi yang banyak dialami para remaja.
23 1. Gigi berlubang Hampir setiap orang pernah merasakan sakit gigi. Faktor penyebabnya bermacam-macam, tapi kebanyakan orang sakit gigi karena berlubang besar dan sudah mengenai bagian pulpa. Gigi berlubang atau karies adalah penyakit jaringan keras gigi akibat aktivitas bakteri yang menyebabkan terjadinya pelunakan dan selanjutnya terjadi lubang pada gigi. Terjadinya lubang pada gigi dipengaruhi oleh beberaa faktor yang saling berinteraksi, yaitu : adanya bakteri didalam plak, gula, waktu dan juga gigi itu sendiri. Makanan yang mengandung gula bisa terselip atau menempel digigi. Jika tidak dibersihkan segera setelah makan, maka bakteri akan mengubahnya menjadi asam yang menurun kan pH rongga mulut. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan pelunakan gigi secara perlahan-lahan. Jika hal ini dibiarkan maka akan mengakibatkan lubang pada gigi terus membesar/meluas. Gigi yang sudah berlubang tidak bisa menjadi utuh lagi. Bahkan akan menjadi besar dan dalam. Lubang gigi akan mengenai lapisan email dan disebut dengan karies email. Pada tahap ini, orang yang mengalaminya belum merasa sakit/ngilu. Apabila karies email ini tidak segera ditambal, maka akan berlangsung ketahap selanjutnya, yaitu mengenai lapisan dentin atau disebut karies dentin. Orang yang menderita karies dentin akan merasakan ngilu pada lubang giginya kemasukan makanan yang keras atau terkena rangsangan dingin, tentunya saat minum es. Selanjutnya, apabila pada tahap karies dentin belum juga melakukan penambalan, maka proses lubang pada gigi tersebut akan berlanjut dan akan menganai atap pulpa dan menyebabkan terjadinya radang pada pulpa atau dikenal sebagai istilah pulpitis. Orang yang menderita pulpitis ini akan merasakan rasa sakit yang hebat bila terkena rangsangan dingin, kemasukan makanan, atau merasakan sesuatu yang keras. Rasa sakit yang luar biasa biasanya timbul pada malam hari menjelang tidur. Apabila peradangan pada pulpa dibiarkan tanpa pengobatan, maka akan menyebabkan kematian pulpa dan dikenal dengan gangren pulpa. Pada kondisi ini
24 gigi menjadi mati. Kemudian, apabila gigi yang mati ini tidak dirawat, maka akan menimbulkan pembekakkan/abses. Kondisi ini menyebabkan gigi tersebut harus dicabut, apabila gigi yang dicabut tersebut adalah gigi tetap/dewasa, maka gigi tersebut tidak akan ada penggantinya lagi untuk selamanya. Gigi yang telah dicabut ini apabila tidak diganti dengan ganti tiruan atau gigi palsu akan menyebabkan timbulnya berbagai masalah antara lain : terganggunya fungsi pengunyahan, gangguan proses bicara, mengganggu penampilan estetis wajah, dan menyebabkan kelainan jaringan perodontal. Berbagai tindakan pencegahan yang dapat untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah : mengurangi frekuensi makan makanan yang banyak mengandung gula/karbohidrat, meningkatkan ketahanan gigi yaitu dengan aplikasis fluor secara tepat, serta menghalangkan plak bakteri dengan melakukan sikat gigi secara benar dan teratur. Namun bila kondisi gigi sudah terlanjur berlubang, maka perlu diperluka penambalan segera sesuai dengan lokasi dan tingkat keparahan lubang gigi tersebut.
2. Gusi berdarah Masalah gusi bedarah sering kali dikeluhkan oleh para remaja. Biasanya terjadi pada saat sikat gigi. Hal ini menunjukkan adanya peradangan yang disebut dengan ginginvitis. Peradangan pada gusi ini biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut, sehingga terjadinya penumpukan plak yang kemudian dapat mengiritasi gusi. Plak gigi adalah suatu lapisan bening yang tipis yang terdiri dari mukus/lendir dan kumpulan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak merupakan penyebab lokal dan utama dari terbentuknya penyakit gigi dan mulut yang lain, seperti : paries/lubang gigi, parang gigi, peradangan gusi, dan peradangan perodontal. Plak jga dapat dihindari penumpukannya, maka akan mengurangi akumulasi plak adalah hal yang sangat penting dilakukan dengan mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. Gingitivis juga disebabkan oleh adanya penyakit sistmatik.
25
3. Sariawan Gejala sariawan berupa rasa rasa sakit atau terbakar selama satu sampai dua hari kemudian timbul luka dirongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan pada penderitanya susah makan dan minum, seehingga manjadi lemas. Hal ini rentan pada remaja. Cara mencegah nya dengan menjaga rongga mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup.
4. Bau mulut Bau mulut atau halitosis 90% disebabkan oleh kurangnya kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Namun kebanyakan bau mulut disebabkan oleh karna banyaknya kotoran dan sisa-sisa makanan yang mngandung protein yang bereaksi dengan bakteri dalam mulut. Cara mengetahui adanya aroma tak sedap pada mulut adalah dengan mengambil saputangan kemudian basahi saputangandengan air liur dan biarkan beberapa menit, kemudian cium aroma saputangan tangan tersebut, biasanya kalau sudah mengering baunya akan menguap. Agar terhundar dari bau mulut dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan mulut ; menambalkan gigi berlubang yang masih bisa dipertahankan; mencabut gigi atau sisa akar gigi yang sudah tidak dapat dipertahankan lagi , menghndari makanan yang menyebabkan bau pada mulut.
5. Pewarnaan gigi Faktor yang dapat ,menyebabkan pewarnaan pada gigi yaitu faktor instriksik dan faktor ekstrinsik. Adapun teknik perawatan gigi adalah dengan veneer atau bleaching. Perawatan ini harus dilakukan oleh ahlinya agar diperoleh hasil yang baik dan aman.
26 1.3.4 Tips Pemeliharaan Gigi Dan Mulut Pada Remaja 1.
Bersihkan gigi secara rutin
Ada 5 yang harus selalu diperhatikan dalam menyikat gigi guna memperoleh hasil yng efekif. 1)
Tepat memilih sikat gigi
2)
Tepat cara menyikat gigi
3)
Tepat waktu menyikat gigi
4)
Tepat lamanya menyikat gigi
5)
Teliti menyikat gigi.
Syarat menyikat gigi yang baik adalah : 1)
Penyikatan pada seluruh permukaan gigi
2)
Gerakan naik turun pada permukaan gigi
3)
Dengan gerakan maju mundur.
Menyikat gigi yang tepat adalah setiap habis makan dan sebelum tidur malam.
1.4 Kesehatan Reproduksi pada Remaja
1.4.1 Alat Reproduksi Selain memahami hak-hak reproduksi dan seksual, remaja juga perlu memahami anatomi alat reproduksi dan fungsinya. Di bawah ini kami jelaskan secara singkat mengenai alat reproduksi pria dan wanita dengan fungsi fisiologisnya masingmasing.
1.
Alat Reproduksi Pria Testis. Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma yang
dibungkus oleh lipatan kulit berbentuk kantung yang disebut skrotum. Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan memproduksi sperma. Selain itu,
27 testis juga menghasilkan hormon testoteron. Disisi belakang masing-masing testis terdapat epididimis, yaitu tempat sperma mengalami pematangan. Saluran selanjutnya adalah vas deferens, saluran ini dan masuk ke vesika seminalis sebagai tempat penampungan sperma.
Penis. Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mania ke dalam
vagina. Di dalam penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis menjadi tegang dan mengeras, lalu cairan semen yang mengandung sperma keluar dari vesika seminalis dan melalui uretra terpancar keluar. Proses tersebut dikenal dengan istilah ejakul asi.
2. Alat Reproduksi Wanita. Ovarium. Setiap wanita memiliki sepasang ovarium, yang setiap bulan secara
bergantian mengeluarkan satu sel telur (ovum) yang matang. Ovarium juga menghasilkan hormone estrogen dan progesteron.
Tuba falopi. Sepasang tuba falopii menghubungkan ovarium dengan rahim
pada sisi kiri dan kanan.
Uterus. Uterus (rahim) adalah tempat tertanamnya ovum yang telah dibuahi,
yang selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi janin. Bila tidak terjadi pembuahan, maka ada lapisan dinding uterus yang terkelupas dan terjadi pendarahan yang disebut menstruasi. Bagian akhir dari uterus yang berhubungan dengan vagina disebut serviks.
Vagina. Vagina adalah saluran yang menghubungkan uterus dengan alat
reproduksi bagian luar. Vagina merupakan tempat masuknya penis saat melakukan hubungan seksual.
28 1.4.2 Upaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Reproduksi Perlu kita sadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak bisa dipisahkan dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya : makan dan menu seimbang, adanya keseimbangan antara bekerja dan istirahat, olahraga, rekreasi dan lainnya.
Penggunaan pakaian dalam. Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang
terbuat dari bahan yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaos. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembap. Kondisi ini akan menimbulkan
ketidaknyamanan
bagi
pemakai,
serta
sangat
kondusif
bagi
pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.
Penggunaan handuk. Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk
sebagai perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang menggunakan satu handuk secara bersamaan dalam satu keluarga. Penggunaan handuk secara berulang-ulang diperbolehkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaliknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman dipergunakan. Namun, walaupun dalam satu keluarga, penggunaan handuk secara bersamaan hendaknya dihindari. Handuk yang digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan penyakit kulit dan kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pubis.
Memotong bulu pubis. Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu.
Guna memelihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Bagi
29 pemeluk agama islam disunahkan untuk mencukur habis bulu pubis setiap 40 hari. Dengan mencukur bulu pubis, kebersihan pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak akan menjadi media kutu dan jasa renik, serta aroma yang tidak sedap.
Kebersihan alat kelamin luar. Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk
membersihkan vulva setiap setelah membuang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam adalah perilaku yang benar. Tehnik membersihkan vulva adalah dari arah depan ke belakan g. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini memecah glikogen pada lender vagina menjadi asam (pH + 4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan antieptik yang berlebihan akan membunuh flora normal ini dan member kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.
Bagi remaja putra, glans penis juga harus dibersihkan dari sisa urine setiap buang air kecil. Khusus bagi remaja putra yang tidak dilakukan sirkumsisi pada preputiumnya, pada saat membersihkan preputium harus diretraksi sehingga seluruh permukaan glans penis dapat dibersihkan. Hal ini dilakukan karena cairan urine yang mengandung urea dapat merusak selaput lendir glans penis atau menimbulkan ulserasi pada meatus uretra.
Penggunaan pembalut wanita. Pada saat haid, remaja putrid harus memakai
pembalut wanita yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan dengan mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru). Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya ada saat menjelang haid dan mulai terasa adanya keputihan yang bersifat fisiologis, bisa menggunakan pembalut yang berukuran kecil (pantyliner)
30
1.5 KESEHATAN JIWA REMAJA
1.5.1 Pengertian Kesehatan Jiwa Remaja Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental, dan sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005), kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial yang lengkap, dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua definisi di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental, dan sosial yang bebas dari gangguan, sepe ri penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan orang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas. Atas dasar definisi kesehatan tersebut, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kekuatan yang utuh yang terdiri dari unsur fisik (organobiologik), menta (psikoedukatif), sosial (sosiokultural) yang tidak hanya dititik beratkan pada penyakitnya, tetapi pada kualitas hidup (quality of life), yang terdiri dari kesejahteraan (wellbing), dan produktivitas sosial ekonomi (productivity).
1.5.2 Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan, atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU NO. 23 Tahun 1966 tentang kesehatan jiwa di definisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Berikut ini adalah seseorang yang dikatakan sehat jiwa adalah sebagai berikut (Depkes 2003) yaitu :
31 1. Merasa nyaman terhadap dirinya a. Mampu menghadapi berbagai perasaan, seperti rasa marah, takut, cemas, rasa bersalah, iri rasa senang, dan lain sebagainya. b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam kehidupan. c. Mempunyai harga diri yang wajar. d. Menilai dirinya secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan. 2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain a. Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain. b. Mempunyai huubungan pribadi yang tetap. c. Mampu memercayai orang lain. d. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda. e. Merasa bagian dari kelompok. f. Tidak mengakali orang lain dan tidak membiarkan dirinya di akali oleh orang lain. 3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup a. Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya. b. Mampu mengambil keputusan. c. Menerima tanggung jawab. d. Merancang masa depan. e. Menerima ide dan pengalaman baru.
32 f. Merasa puas dengan pekerjaannya.
1.5.3 Remaja dan Batasannya Remaja di definisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang berlansung antara usia 10-19 tahun (Santrock, 1993). Msa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja pertengahan (14-17 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun).
Yang dimaksud dengan remaja awal (early
adolescence) adalah masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri atau jati diri. Remaja menengah (middle adolescence) di tandai dengan bentuk tubuh yang menyerupai orang dewasa, meskipun belum siap secara psikologi. Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya yang erat kaitannya dengan pencarian identitas, sedangkan di lain pihak mereka masih tergantung dengan orang tua. Remaja akhir (late adolescence) di tandai dengan pertumbuhan biologis yang sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir remaja akhir mulai stabil. Dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat.
1.5.3.1 Karakteristik Masa Remaja Karakteristik perkembangan yang normal terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya mencapai identitas diri, antara lain : dengan menilai diri sendiri secara objektif dan merencanakan untuk mengakatulisasikan kemampuannya. Dengan demikian, pada fase ini, seorang remaja akan : 1.
Menilai identitas pribadi,
2.
Meningkatkan minat pada lawan jenis,
3.
Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh,
33 4.
Memulai perumusan tujuaan okupasional,
5.
Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga. Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri remaja sebagai berikut :
a.
Masa remaja adalah peralihan. Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan berikutnya secara
berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkann ya.
b.
Masa remaja adalah masa terjadi perubahan. Sejak awal remaja, perubahan fifik terjadi dengan pesat, perubahan
perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku, ( perubahan sikap menjadi ambivalen ).
c.
Masa remaja adalah masa yang penuh masalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini
terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d.
Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan
apa peran dirinya di masyaarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirina sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
e.
Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan.
34 Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercayai, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan orang remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki
pandangan
seperti
ini
akan
selalu
mencurigai
remaja,
sehingga
menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.
f.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realitas. Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri, baik
dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g.
Masa remaja adalah ambang masa dewasa. Dengan
berlalunya
usia
belasan,
remaja
yang
semakin
matang
berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang di hubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
1.5.4 Perkembangan Psikososial Remaja Depkes RI (2001) menyatakan bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-16 tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun). Berikut ini akan di jelaskan tentang ciri-ciri pada setiap tahap perkembangan, dampaknya terhadap remaja, dan efeknya terhadap orang tua.
Perkembangan Psikososial Remaja Awal (10-14 tahun)
No. Tahap Perkembangan
Dampak terhadap
Efek terhadap
Remaja
Orang Tua
1.
Cemas terhadap
Kesadaran diri (self
Orang
tua
penampilan badan
consciousness)
mungkin
atau fisik.
meningkat.
menganggap anaknya terfokus pada dirinya.
2.
Perubahan hormonal
Pemarah, anak laki-
Orang tua mugkin
laki yang tadinya baik
menemukan
dapat menjadi lebih
kesulitan
agresif, mungkin
berhubungan
timbul jerawat (baik
dengan remaja.
dalam
pada remaja laki-laki maupun perempuan). 3.
Menyatakan
Bereksperimen
Orang tua merasa
kebebasan dan merasa
dengan cara
ditolakdan sulit
sebagai seorang
berpakaian, berbicara,
menerima
individu, tidak hanya
dan cara penampilan
keinginan anak
sebagai seorang
diri, sebagai suatu
yang berbeda dari
anggota keluarga.
usaha untuk
mereka
mandapatkan identitas baru 4.
Perilaku memberontak Kasar dan menuntut
Bila ingin
dan melawan.
mempertahankan
kebebasan
hubungan baik, orang tua perlu menangani anak secara hati-hati. Orang tua merasa tidak mudah membuat
keseimbangan antara permisif dan overprotective. 5.
Kawan menjadi lebih
Ingin tampak sama
Orang tua
penting
dengan teman, yaitu
mungkin
dalam cara
terganggu oleh
berpakaian, gaya
tuntutan finansial
rambut,
dan gaya hidup
mendengarkan musik,
anak.
dan lainnya.
Perkembangan Psikososial Remaja Pertengahan (15-16 tahun)
No. Tahap Perkembangan
1.
Dampak terhadap
Efek terhadap
Remaja
Orang Tua
Lebih mampu untuk
Lebih tenang, lebih
Orang tua secara
berkompromi
sabar, lebih toleransi, bertahap dan dapat menerima
merasakan
pendapat orang lain
semakin mudah
meskipun berbeda
berhubungan
dengan pendapatnya
dengan anaknya.
sendiri 2.
Belajar berpikir secara
Menolak campur
Orang tua harus
independen dan
tangan orang tua
belajar untuk
membuat keputusan
untuk
memberikan
sendiri
mengendalikannya.
kepercayaan
Kurang dapat
kepada anak dan
dipengaruhi dan
tidak terlalu
teman tidak lagi
mengendalikannya
3.
berpengaruh besar.
.
Terus menerus
Baju, gaya rambut,
Orang tua mungkin
bereksperimen untuk
sikap, dan pendapat
menggapi sikap
mendapatkan citra diri
mereka sering
remaja secara
yang dirasakan
berubah-ubah.
serius dan khawatir
nyaman bagi mereka. 4.
akan jadi menetap.
Merasa perlu
Mulai bereksperimen
Cemas terhadap
mengumpulkan
dengan rokok,
risiko ini, sehingga
pengalaman baru, dan
alkohol, dan kadang-
orang tua
mengujinya walaupun
kadang NAPZA.
cenderung
beresiko.
membatasi dan menetapkan aturan.
5.
Tidak lagi berfokus
Lebih bersosialisasi
Orang tua melihat
pada diri sendiri.
dan tidak lagi
bahwa remaja siap
pemalu.
untuk membina hubungan dekat.
Perkembangan Psikososial Remaja Akhir (17-19 tahun)
No. Tahap Perkembangan
1.
Ideal.
Dampak terhadap
Efek terhadap
Remaja
Orang Tua
Cenderung menggeluti Orang tua masalah sosial/politik.
menjadi tegang
Dapat pula menggeluti dan stres karena nilai-nilai keagamaan
penolakan anak
dan bahkan pindah
terhadap agama
agama.
dan kepercayaan sendiri.
2.
Terlibat dalam
Mulai belajar
Keinginan orang
kehidupan pekerjaan
mengatasi stres yang
tua untuk
dan hubungan di luar
dihadapinya, mungkin
melindungi
keluarga.
lebih senang pergi
anaknya dapat
dengan teman dari
menimbulkan
pada berlibur dengan
bentrokan.
keluarganya. 3.
Harus mampu belajar
Kecemasan dan
Orang tua
untuk mencpai
ketidakpastian masa
mungkin masih
kemandirian, baik
depan dapat merusak
memberikan
dalam bidang finansial harga diri dan
dukungan
maupun emosional.
finansial terhadap
keyakinan diri.
remaja yang secara emosional tidak lagi tergantung kepada mereka. Hal ini dapat membuat hubungan menjadi lebih mudah. 4.
Lebih mampu
Mempunyai pasangan
Orang tua
membuat hubugan
yang lebih serius dan
cenderung cemas
dengan lawan jenis
banyak menghabiskan
terhadap
yang lebih stabil.
waktunya dengan
hubungan yang
mereka.
terlalu serius dan terlalu dini. Mereka takut sekolah dan pekerjaan
terabaikan. 5.
Mereka sebagai orang
Cenderung merasa
Orang tua
dewasa yang setara
pengalamannya
mungkin berkecil
dengan keluarga
berbeda dengan orang
hati menghadpi
anggota lainnya.
tuanya.
keadaan ini
1.5.5 Cara Memfasilitasi Perkembangan Remaja Cara memfasilitasi perkembangan remaja dapat dilakukan oleh remaja itu sendiri, dan oleh orang tua atau keluarganya. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi perkembangan remaja adalah sebagai berikut : 1.
Diskusikan dengan remaja mengenai ciri-ciri perkembangan psikososial remaja yang normal dan menyimpang.
2.
Diskusikan cara-cara untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal, yaitu : a.
Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang membuat mereka
nyaman
untuk
mencurahkan
perasaan,
perhatian,
dan
kekhawatiran. b.
Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegitan positif (olahraga, kesenian, pramuka, dan lain sebagainya).
c.
Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan dirumah sesuai dengan perannya.
3.
Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan melaksanakan rencana yang telah di buatnya.
4.
Jika remaja mengalami penyimpangan perkembangan, misalnya bingung peran, maka : a.
Diskusikan aspek positif atau kelebihan yang dimiliki remaja.
b.
Bantu remaja mengidentifikasi berbagai peran yang dapat ditampilkan remaja dalam kehidupannya.
40 c.
Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja.
d.
Bantu remaja untuk mengidentifikasi perannya di keluarga.
Cara-cara yang dilakukan oleh orang tua atau keluarga dalam rangka memfasilitasi perkembangan remaja adalah sebagai berikut : 1.
Jelaskan tentang ciri-ciri perkembangan yang normal dan menyimpang.
2.
Jelaskan cara yang dapat dilakukan orang tua atau keluarga untuk memfasilitasi perkembangan remaja yang normal, dengan cara : a.
Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dalam kelompok sebaya
b.
Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuat remaja nyaman mencurahkan perasaan, perhatian, dan kekhawatiran.
c.
Berperan sebagai teman berbagi cerita bagi remaja.
d.
Berperan sebagai contoh peran (role model) bagi remaja dalam melakukan interaksi sosial yang baik.
e.
Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan positif.
f.
Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas bersama kelompoknya.
g.
Membimbing remaja dalam menentukan rencana masa depannya.
1.5.7 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Di satu pihak, remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, sedangkan di pihak lain ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri serta terlepas dari pengawasan orang tua serta sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpesonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
41 Untuk mencapai hubungan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyusunan baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru, nilai-nilai baru dalam memilih teman. Lingkungan Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi perkembangan anak. Usia 4-5 tahun di anggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang tua pengganti (nenek, kakek, dan orang dewasa lainnya) sangat besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan dengan lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Lingkungan keluarga yang dapat berpengaruh adalah sebagai berikut :
a.
Pola asuh keluarga Proses sosialisasi sangat di pengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga, di
antaranya sebagai berikut : 1.
Sikap orang tua yang otoriter.
2.
Sikap oorang tua yang premisif.
3.
Sikap orang tua yang selalu membandingkan anak-anaknya.
4.
Sikap orang tua yang terlalu berambisi dan terlalu menuntut anakanaknya.
5.
Orang tua yang demokratis.
Kondisi
menumbuhkan
keluarga.
kehidupan
Hubungan
emosional
yang
orang
tua
optimal
yang terhadap
harmonis
akan
perkembangan
kepribadian anak. Sebaliknya orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga dan anak akan melarikan diri dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap, misalnya karena penceraian dan kematian, atau keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat memengaruhi perkembagan jiwa remaja.
42 Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak dirumah. Pengertian budi pekerti mengandung nilainilai berikut. 1.
Keagamaan Pendidikan agama diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak yang mampu
menjauhi hal-hal yang dilarang dan melaksanakan perintah yang dianjurkan . 2.
Kesusilaan Meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya sopan santun,
kerja sama, tenggang rasa, saling menghayati, saling menghormati, menghargai orang lain, dan sebagainya.
3.
Kepribadian Memiliki nilai-nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya keberanian, rasa
malu, kejujuran, kemandirian dan sebagainya.
Lingkungan sekolah. Pengaruh juaga cukup kuat dalam perkembangan
remaja adalah lingkungan sekolah. Umumnya orang tua menaruh harapan yang besar pada pendidikan sekolah. Oleh karena itu, dalam memilih sekolah orang tua perlu mempertimbangkanlingkungan suasana sekolah. Suasana sekolah yang sangat berpengaruh pada jiwa remaja adalah kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri, dan bimbingan guru.
Lingkungan teman sebaya. Di dalam kelompok sebaya, remaja berusaha
menemukan konsep dirinya. Disini ia di nilai oleh teman sebayanya tanpa memedulikan
sanksi-sanksi
dunia
dewasa.
Kelompok
sebaya
memberikan
lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya. Inilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai
43 yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah negatif. Akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini cenderung tertutup, di mana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok. Sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya, merupakan gaya hidup dan perilaku kelompoknya.
Lingkungan masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia di bimbing
oleh nilai-nilai pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai yang baik harus diikuti daan nilai yang buruk harus di hindari. Sesuai dengan aspek rohaniah dan jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing oleh pasangan nilai materi dan non-materi. Apabila manusia ingin hidup secara damai dalam masyarakat, maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan pasangan tadi di serasikan. Namun, kenyataan dewasa ini menunjukan bahwa nilai materi mendapat tekanan lebih besar dari pada nilai non-materi atau spiritual.
1.6 Masalah-masalah Kesehatan Khusus Selama Masa Remaja
Dalam buku Behrman Nelson Ilmu Kesehatan Anak (2000:669) disebutkan bahwa : 1.6.1 Depresi Masa remaja adalah masa berkembangnya emosi, pemikiran hipotetik, dan empati. Sebagai akibatnya, masa ini merupakan masa dimana suasana hati dapat brubah-ubah dari depresi yang dalam menjadi kegembiraan yang memuncak. Sering kali sangat sukar menentukan remaja berwajah sedih manakah yang berisiko untuk mengalami depresi yang sungguh-sungguh dan bukan berisiko untuk bunuh diri. Tanda-tanda depresi anak muda yang berisiko adalah mempunyai depresi terus menerus dan berekspresi tanpa harapan dan tidak berdaya.
suasana hati
44
1.6.2 Bunuh Diri Di Amerika Serikat, bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar kematian terbesar ketiga pada remaja usia 15-15 tahun, bertanggung jawab atas 10% kematian remaja, dan pada dua dekade ini telah meningkat dengan cepat. Remaja putri lebih banyak yang melakukan usaha bunuh diri dari pada remaja pria, namun jumlah remaja pria yang berhasil melakukan bunuh diri lebih banyak dari pada remaja putri. Remaja Amerika asli dan keturunan Asia mempunyai angka bunuh diri lebih tinggi dari pada umumnya. Penyakit kronis yang di derita remaja juga meningkatkan risikobunuh diri, sebagai akibat dari perasaan tidak mampu, menurutnya kompetensi, citra diri yang buruk, dan mudah kehilangan orang yang dicintai sering kali juga meningkatkan akses ke obat-obatan yang dapat membahayakan bunuh diri. Metode bunuh diri yang paling umum digunakan oleh remaja adalah dengan menelan obat-obatan. Obat-obatan mungkin milik penderita atau milik orang tua dimana antara penderita dan orang tua mungkin telah ada konflik. Obat yang sering digunakan dalam usaha bunuh diri adalah anti depresan trisiklik. „‟ Bubble-pack ‟‟ atau bentuk kemasan dosis satuan yang sejenis harus dibeli dengan resep apabila ada kecenderungan bahwa obat-obatan tersebut dapat digunakan dalam suatu usaha bunuh diri. Metode yang lebih keras seperti menggantung diri, dengan cara menembak, atau mengiris pergelangan tangan, lebih sering digunakan oleh pria dan oleh mereka yang betul-betul bermaksud untuk bunuh diri. Meskipun demikian, sering sukar menentukan keseriusan usaha bunuh diri berdasarkan metodenya. Beck dan kawankawan menemukan bahwa korelasi antara tingkat kematian metode dan keseriusan usaha bunuh diri rendah. Sedangkan kolerasi antara keseriusan usaha bunuh diri dan harapan penderita akan kematian tinggi, yang seringkali tidak akurat.
1.6.3 Marijuna
45 Marijuna dan alcohol, bahan-bahan yang paling popular untuk disalah gunakan di kalangan remaja, menyebabkan jumlah akibat psikofarmakologis yang sama. Keduanya melemahkan ingatan jangka pendek dan koordinasi halus, memperpanjang waktu reaksi, dan menimbulkan “pengkabutan mental”. Sekitar 300 mg kanabis ekuivalen dengan 70 g alcohol. Selain efek-efek yang diinginkan seperti kegembiraan dan euphoria, marijuana dapat menyebabkan pelemahan ingatan jangka pendek, kinerja yang buruk dalam mengerjaakan tugas yang membutuhkan perhatian yang terbagi misalnya mengemudi, kehilangan penilaian kritis, dan distorsi dalam persepsi waktu. Meskipun jarang, halusinasi visual dan perasaan distorsi tubuh kadang terjadi, namun dengan pengaruh marijuana dapat timbul kembali halusinasi yang menakutkan, hal ini biasanya muncul pada saat stress atau demam.
1.6.4 Kokain Kokain merupakan obat hirup yang paling mahal, sebelum tahun 1980-an tidak digunakan secara luas oleh remaja. Namun sekarang karena ketersediaanya yang meningkat dan penurunan harga yang menyebabkan popularitasnya meningkat pada kelompok umur ini. Kokain meyebankan euphoria, meningkatnya aktivitas gerak, berkuragnya rasa lelah, dan kadang-kadang paranoid. Sifat-sifat simpatometiknya menyebabkan takikardia, hipertensi, dan hipertermi. Pola penggunaan yang berlebihan biasa dilakukan. Penggunaan dalam kelompok dikaitkan dengan berhubungan seksual dengan banyak pasangan dan meningkatnya risiko infeksi yang ditularka melalui hubungan seksual. Pemakai kronis dapat mengembangkan toleransi terhadap efek fisiologis ini, dan dapat ketergantungan psikologis. Tidak ada sindroma putus zat pada saat menghentikan penggunaan kokain. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada masalah ketergantungan fisik. Remaja hamil yang menggunakan kokain mempunyai risiko bayinya lahir prematur dan komplikasi bayi dengan berat badan lahir rendah,
46 mungkin terjadi adalah malformasi kongenital dan gangguan perkembangan. Terapi pendukung yang intensif diarahkan pada mnifestasi klinik intoksikasi akut.
1.6.5 Alkohol Konsumsi alcohol oleh remaja telah meningkat selama decade yang lalu dan merupakan ancaman bagi fungsi normal remaja seperti ancaman terhadap kehidupan mereka yang berpotensi untuk dikacaubalaukan oleh pengendara yang mabuk. Peningkatan yang biasa terjadi adalah dari bir ke anggur ke liquor keras, meskipun pola ini mungkin berbeda pada daerah yang berlainan. Empat ons loquor dengan kadar 86 yang dikonsumsi dalam perut yang kosong menghasilkan kadar etanol plasma kira-kira 65 mg/dL pada dewasa pria dengan berat badan rata-rata 80 mg /dL pada wanita premenstruasi dengan berat badan orang dewasa. Definisi resmi dan introksikasi adalah kadar etanol darah 100 mg/dL 0,08% atau 0,10%).
1.6.6 Kehamilan Pada tahun 1988, di Amerika Serikat (AS) angka kehamilan pada wanita berumur 15-19 tahun adalah 109 tiap 1000 wanita, merupakan angka tertinggi di antara Negara maju. Jumlah kelahiran remaja telah meningkat sejak tahun 1985, meskipun ada penurunan jumlah remaja pada kelompok umur ini. Hal ini karena adanya peningkatan angka kelahiran oleh remaja. Perhatian terhadap hal ini terus berlanjut karena kenyataannya, pada tahun 1989 lebih dari dua pertiga kelahiran oleh remaja melibatkan ibu yang tidak menikah. Di antara remaja yang hamper melahirkan, ada peningkatan jumlah ibu remaja ini yang memilih untuk memelihara bayi mereka dari pada mengadopsikannya. Sebagai tambahan, antara tahun 1970 dan 1989 terdapat 10.200 hingga 11.800 kelahiran oleh remaja berusia kurang dari 15 tahun, per tahunnya. Kelompok ini mempunyai risiko yang lebih tinggi mengalami komplikasi obstertik dan perinatal, seperti toksemia, perdarahan postpartum, infeksipostpartum, bayi yang terlalu kecil, dan ba yi lahir mati.
47 Ibu usia remaja kecil kemungkinannya untuk menikah atau untuk mendapatkan pendidikan lanjutan, dan besar kemungkinannya mereka menjadi pengganguran, hidup miskin, dan mempunyai banyak anak dibandingkan dengan wanita yang menunda mempunyai anak hingga selama umur 20 tahun. Anak-anak yang dilahirkan dari ibu usia remaja mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami kecelakaan didalam rumah tangga dan masuk rumah sakit sebelum usia 5 tahun. Karena kebanyakan kehamilan remaja merupakan kehamilan yang tidak disengaja (80%), adalah merupakan tantangan bagi dokter anak, orang tua dan pendidik untuk membantu mencegah kehamilan. Kurang dari separuh remaja yang menggunakan alat kontrasepsi pada hubungan seksualnya yang pertama. Metode pengendalian kelahiran yang mereka gunakan jarang efektif. Waktu antara mulai aktif secara seksual dan mencari alat kontrasepsi yang efektif lebih dari 1 tahun. Sebagai akibatnya, hamper 40% dari remaja yang aktif secara seksual hamil pada 2 tahun pertama sejak hubungan seksualnya yang pertama. Dokter
anak
jarang
mempunyai
kesempatan
untuk
mencegah
kehamilan primer. Diskusi tentang berpantang biasnya diabaikan, sebaliknya, mendorong seorang remaja putri yang memiliki pacar untuk berpikir apakah dia merasa siap untuk melakukan hubungan seksual mungkin dapat membantu jika hal ini dilakukan tanpa menghakimi. Untuk remaja yang telah aktif secara seksual, informasi, cara mengakses, dan motivasi untuk menggunakan alat kontrasepsi merupakan hal-hal yang penting demi keberhasilan pencegahan kehamilan. Pemberian motivasi untuk menggunakan alat kontrasepsi merupakan hal yang tersulit untuk dicapai karena banyak remaja yang telah aktif secara seksual tanpa menjadi hamil menduga bahwa mereka steril dan tidak membutuhkan kontrasepsi. Mereka tidak akan menggunakan alat kontrasepsi hingga mereka diyakinkan akan kerentanannya terhadap kehamilan yang tidak diinginkan. Mereka yang pernah hamil dimasa lalu, jadi telah membuktikan kesuburan mereka, mungkin menolak alat
48 kontrasepsi menunggu setelah mereka berjanji untuk berpantang atau telah tidak takut lagi akan kehamilan karena berpendapat bahwa kesuburan mereka telah terganggu, sebagai akibat dari aborsi, infeksi, atau hal-hal ini. Oleh karena itu adalah sangat membantu untuk mempertanyakan tentang alas an mengapa wanita yang aktif secara seksual selalu berpikir bahwa dia tidak ha mil. Jia seorang remaja tidak hamil, hubungan seksualnya tarsus berlangsung, dan penderita menerima kenyataan bahwa dia mempunyai risiko untuk hamil, maka usaha-usaha harus diarahkan pada penentuan metode kontrasepsi yang paling efektif dan paling aman. Untuk meningkatkan kecocokan metode yang diberikan, dokter harus mempelajari tentang frekuensi dann kondisi hubungan seksual; pengalaman masa lalu dan kecocokan dengan obat kantrasepsi kronis dan non kronis; pendapat pasangan tentang berbagai metode; dan pengetahuan serta pandangan orang tua terhadap kontrasepsi. Di AS, dokter dapat menyediakan alat kontrasepsi tanpa sepengetahuan orang tua, tetapi adalah sangat membantu dalam pemilihan suatu metode untuk mengetahui. Apakah orang tua mempunyai perhatian terhadap aktivitas seksual anak perempuannya.
1.6.7 Rokok 1.6.7.1 Perilaku Merokok Menurut SilvanTomkins dalam Al Bachri (1991), berdasarkan Mangement of Affect Theory, ada empat tipe perilaku merokok yaitu: 1.
Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif Mereka berpendapat bahwa dengan merokok seseorang akan merasakan
penambahan rasa yang positif. Green dalam Psychological Factor in Smooking (1978_ menambahkan 3 subtipe perilaku berikut ini. a. Pleasure relaxatoin, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah disapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
49 b. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok yang dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk mengisapnya hanya dibutyuhkan waktu beberapa menit saja. Ada juga perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2.
Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan merokok untuk mengurangin perasan
negatif. misalnya bila ia marah, cemas, atau gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat. mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3.
Perilaku merokok yang adiktif Green menyebutnya sebagai kecanduan secara psikologist. mereka yang sudah
kecanduan cenderung akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya berkurang. mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun, karena khawatir rokok tidak tersedia saat dia menginginkannya.
4.
Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan
perasaan mereka tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah menjadi perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan lagi api rokoknya bila rokok yang terdahulu sudah benar-benar habis.
50 Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok berdasarkan tempat dimana seorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas : 1.
Merokok ditempat-tempat umum/ruang pubik a. Kelompok homogen (sama sama perokok). Mereka menikmati kebiasaan merokok secara bergerombol. umumnya mereka
masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di area merokok (smooking area).
b. Kelompok yang heterogen Kelompok ini biasanya meroko diantara orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, oarng sakit, dll. Mereka yang berani merokok ditempat tersebut tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, tidak mempuntai tata krama, bertindak kurang terpuji dan kurang sopan dan secara tidak langsung mereka tega menye bar: “racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.
2.
Merokok di tempat-tempat yang bersifat abadi. a.
Di kantor atau di kamar tidur pribadi Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat
merokok digolongkan sebagi individu yang kurang menjaga keersihan diri serta penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
b. Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
1.6.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Jumlah remaja perokok setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. menurut Depkes RI (2006), sebesar 35% penduduk umur 15 tahun keatas merokok
51 (tiap hari dan kadang-kadang). rorok yang diisap didunia mencapai 15 miliar batang setiap harinya. Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok di dunia. data terakhir dipublikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya menkonsumsi 215 miliar batang rokok no 5 di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, Jepang, dan Rusia. Hasil penelitian mengatakan bahwa remaja mulai merokok sejak usia 15 tahun. Penggunaan berbagi jenis napza tidak akan pernah terlepas dari penggunaan rokok karena menurut Thoha (2006), jika mempunyai masalah yang tidak terselesaikan, maka remaja yang merokok pada akhirnya akan menggunakan narkoba. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok di Australia karena tekanan Peer, berteman dengan perokok usia muda, status sosial ekonomi rendah, mempunyai orang tua yang merokok, saudara kandung, lingkungan sekolah (guru) yang merokok, dan tidak percaya bahwa merokok mengganggu kesehatan. Menurut Safrudin (2007), alasan remaja di Depok, Jawa Barat, merokok adalah karena melihat teman, melihat teman atau keluarga, melihat tokoh/artis di televisi, melihat guru, menghilangkan stres, dan karena tidak pernah mendapatkan informasi tentang bahaya merokok. Faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan merokok ialah kurangnya perhatian dari orang tua karena kesibukan dan sosial ekonomi yang tinggi, sehingga remaja sangat mudah untuk mendapatkan rokok. menurut Juniarti (1991) dalam Mu‟tadin (2002) faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah: 1.
Pengaruh orang tua Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatiakan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. remaja yang berasal dari keluarga konserfatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan
52 dengan keluarga permisif dengan penekanan falsafah. kerjakan urusanmu sendiri-sendiri. yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh, yaitu sebagi perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
2.
Pengaruh teman Berbagai fakta mengungkapkan bila semakin banyak remaja merokok,
semakin besar kemungkinannya teman-temannya adalah perokok. dan dengan demikian sebaliknya. ada 2 kemungkinan yaitu pertama remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut, hingga akhirnya mereka semua menjadi perokok.
3.
Faktor kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan.
4.
Pengaruh Iklan Melihat iklan dimedia massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa rokok adalah lamang kejantanan atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut.
Bahaya Merokok. Terhadap remaja yang terutama adalahterhadap fisiknya,
seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu : “Rokok pada dasarnya merupakan pablik bahan kimia berbahaya. saat batang rokok terbakar, maka asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan komponen utama, yaitu : nikotin yang menyebabkan ketergantungan atau adiksi ; tar yang bersifat karsinogenik ; karbon monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang ; dan bahan-bahan kimia lain yang beracun.“
53 Efek merokok tidak hanya memengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga mempengaruhi kesehtan orang sekitarnya yang tidak merokok, karena terpapar asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes RI, 2003). adapun bahaya merokok adalah sebagi berikut :
1. Bagi perokok aktif a. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung. b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke c. Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi. d. Meningkatkan risiko sepuluh kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung bagi wanita pengguna pil KB e. Meningkatkan risiko lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota tubuh yang rentan.
2. Bagi perokok pasif a. Bahaya kerusakan paru-paru. kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung. anak-anak yang orang tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru lebih tinggi. wanita hamil yang merokok berisiko mendapatkan paru-paru lebih tinggi. wanita hamil yang merokok berisiko mendapatkan bayi mereka lahir kurus, cacat dan kematian. b. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan memengaruhi bayi dalam kandungan.
54 Dampak merokok. Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003)
adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan so perokok, tetapi juga orang disekitarnya. Adapun dampak rokok terhadap kesehatan sebagai berikut.
Dampak bagi paru-paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur
dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar dan kelenjar mucus bertambah banyak. Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan kendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Obstruksi Paru Menahun (POPM). Dikatakan bahwa merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronchitis kronis, dan asma. Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekate terakhir ini. Didapatkan hubungan yang erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti
benzopiren, dibenzopiren dan uretan,
dikenal sebagai bahan karsinogen. Zat tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandi9ngkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
Dampak terhadap jantung. Banyak penelitian telah membuktikan adanya
hubungan merokok dengan penyakit jantung coroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di Negara industry maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta)
55 disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah, dimana 2,5 juta adalah penyakit jantung coroner dan 1,5 juta adalah strok. Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan jantung coroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan parifer. Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebabkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat bersinogenetik dapat menyebabkan kanker, dimana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbonmonoksida 5 kali lipat lebih
banyak
ditemukan
pada
asap
samping
daripada
asap
utama.Nikotin
mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Nikotin selain menyababkan ketagihan merokok, juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung, nikotin juga mengganggu kerja sistem saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainya. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persendian oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokart. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat ateroklerosis. Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah pengumpulan darah. Nikotin, CO dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel dinding dalam pembuluh darah dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Disamping itu, asap rokok memengaruhi profil lemak. Dibandingkan bukan perokok, kadar kolerterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol DHL lebih rendah.
56 Merokok terbukti menjadi faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung coroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang si isap. Penelitian menunjukan bahwa faktor risiko merokok bekerja secara sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi dan kadar lemak atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung coroner berkurang hingga 50% pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat pengupulan (trombosit) dan pengapuran dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit pembuluh darah perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri dan fena ditungkai bawah atau tangtan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, biasanya akan berakhir dengan amputasi.
Stroke. Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau
stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan kematian yang lebih tinggi pada perokok dibandingkan buka perokok. Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan merokok memperbesar kemungkinan adanya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDs timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS, sehingga berhenti merokok merupakan langkah penting dalam pertahanan melawan AIDS. Kini makin banyak di teliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, masyarakat, perusahaan, bahkan Negara.
57 Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok memengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif. Kematian mendadak atau kelumpuhan jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat bagi keluaraga, perusahaan, maupun pemerintah. Bahaya merokok bagi remaja tidak akan terlihat langsung, karena penyakit yang ditimbulkan akibat merokok baru akan terlihat beberapa tahun kemudian. Namun, demikian, remaja perlu mencegah kebiasaan merokok agar tetap sehat dan lebih tangguh dalam menghadapi masa depan. Kebiasaan merokok dapat menimbulkan berbagai maslaah yang serius, karena salain menyangkut aspek kesehatan, juga aspek ekonomi dan sosial. Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Ada 25 jenis penyakit yang di timbulkan karena akibat kebiasaan merokok seperti emfisema, kanker paru, bronchitis kronis, dan penyakit paru lainya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit jantung coroner, peningkatan kolesterol darah, berat badan lahir rendah (BBLR), keguguran, dan bayi lahir mati pada ibu yang merokok. Berkurangnya jumlah hari bekerja karena sakit akibat merokok akan menurunkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, jumlah pendaptanan akan berkurang dan pengeluaran untuk berobat meningkat. Merokok akan memengaruhi lingkungan, orang lain, atau orang dekat. Seseorang yang bukan perokok bila terus menerus terkena asap rokok dapat menderita
dampak
kesehatan
yang
sama
dengan
perokok.
Merokok
juga
mengakibatkan nafas berbau, warna kecoklatan pada kuku dan gigi, serta bau tidak enak pada rambut dan pakaian. Disampinbg itu, kulit menjadi keriput lebih awal. Demikian juga bahaya merokok terhadap kesehatan antara lain batuk kering, kanker, paru-paru, kanker mulut, dan sebagainya. Merokok juga menimbulkan perasaan takut, gemetar, risau, bimbang, resah, melelahkan akal, mengurangi nafsu makan,
58 menguningkan wajah dan gigi, menyempitkan pernapasan, menimbulkan rasa malas, lemah, dan lain-lain.
1.6.7.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kebiasaan Merokok Suatu program kampanye anti merokok buat para remaja yang dilakukan dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan agar remaja tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengann cara membuat berbagi poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televise, atau radio. Pesan-pesan yang disampaikan adalah sememahami pesan-pesan tersebutbagai berikut. 1. Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak harus meniru, karena kamu mempunyai akal yang dapat kamu gunakan untuk membuat keputusan sendiri. 2. Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaliknya kamu mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu. 3. Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmua merokok 4. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk tidak ikut merokok. Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh remaja sendiri tetapi orang lain. Agar remaja dapat dapat memahami pesan-pesan tersebut, maka dalam kampanyenya anti merokok perlu disertai dengan beberapa pelatihan sebagai berikut. 1. Keterampilan berkomunikasi 2. Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri 3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan rasa cemas/ansietas 4. Pelatihan untuk berperilaku asertif 5. Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sabaya dan lain-lain
59. Dengan cara-cara di atas, remaja atau diajak untuk dapat memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menolak berbagai godaan untuk merokok, baik yang dating dari media massa, teman sebaya, maupun dari keluarga. Melarang, menghukum, atau memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan memberikan dampak yang relative singkat, karena tidak disadari oleh motivasi internal remaja (Mu‟tadin, 2002). Upaya mengatasi perilaku merokok pada keluarga yang paling efektif ialah menggunakan konseling, pendidikan kesehatan, komunikasi asertif, terapi perubahan perilaku yang dapat menurunkan konsumsi rokok, menolak ajakan merokok atau narkoba, dan meningkatkan kualitas komunikasi orang tua dan remaja terutama dalam melakukan komunikasi asertif (Saprudin, 2007).
1.6.8 Gangguan Tidur Perubahan kematangan pada pola tidur selama masa remaja menunjukkan bahwa antara tahap kematangan seks 3 dan 4 terdapat peningkatan rasa kantuk pada siang hari dan penurunan latensi. Juga ada sekresi cepat gonadotropin dan hormone pertumbuhan. Masing-masing melengkapi siklus tidur selama masa pubertas awal. Pola ini tidak ada pada tahap hidup lain. Pola normal dari bertambahnya tidur karena sekresi gonadotropin ini terganggu paa pnderita anoreksia nervosa dan mungkin pada situasi lain yang berkaitan dengan kehilangan berat badan yang nyata. Hubungan klinis dengan gangguan tidur antara dengan depresi telah lama disadari. Gerak mata yang cepat dan pendek-pendek yang terus menerus tampaknya umum terjadi pada penderita semacam itu. Narkolepsi sering kali bergejala awal pada saat masa remaja. Sindroma ini meliputi (1) serangan tidur REM pada saat bangun, dengan rasa kantuk yang amat sangat pada siang hari; (2) halusinasi hipnagogik, ketakutan dan halusianasi visual berulang; (3) katapleksi, hanbatann yang mendadak pada tonus sekelompok otot, pengaruhnya tergantung pada kelompok otot yang terkena; dan (4) kelumpuhan tidur,
60 suatu kelumpuhan otot terkendali ketika tidur. Sindroma tidur juga pertama kali bergejala pada masa remaja dan berupa meningkatnya rasa kantuk pada siang hari setelah beberapa episode tidak dapat tidur dimalam hari setelah setiap serangan apnea, yang ,merupakan akibat obstruksi dari jalan napas. Insomnia diderita 10-20% remaja. Penyebabnya dapat berupa deprsesi atau sindroma fase tidur tertunda yang mana masalahnya lebih terletak pada sukatr tidur daripada mudah terbangun pada saat tidur. Menurut Anders, “khususnya remaja, rentah terhadap sindroma ini, karena peruvuhan tuntutan social, yang mengakibatkan wak tu tidur lebih malam, berinteraksi dengan
perubuhan
pola
sekresi
nuroendokrin
mempengaruhi hubungan keadaan tidur.
pada
masa
pubertas,
yang
BAB 2 PENUTUP 2.1
Simpulan
Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yanag produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan pubertas. Namun demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam bahasa inggris adolecense). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan adolesence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas. (Soetjiningsih, 2004). Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah anatara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas : 1. Masa remaja awal (10-13 tahun); 2. Masa remaja tengah (14-16 tahun); 3. Masa remaja akhir (17-19 tahun);
2.2
Saran Kami berharap, makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan
dapat
diterima. Kami mohon kritik, saran yang bersifat membangun agar dalam penyusunan makalah berikutnya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna bagi masyarakat dan siapapun yang membaca nya. 61