TUGAS TPK IV APLIKASI COMBINE CYCLE PADA MARINE VESSEL
OLEH : PRASETYO DWI PUTRANTO 4207100053
JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012
Combine Cycle (Siklus Kombinasi)
Untuk meningkatkan efisiensi termal dari turbin gas pada marine vessel maka digabunglah dengan siklus pada mesin diesel sehingga terbentuk siklus gabungan yang disebut “Combine Cycle”.
Berikut ini macam – macam combine cycle pada marine vessel : -
Combined Gas Turbine and Gas turbine Plants (COGAG)
-
Combined Diesel and Gas Turbine Plants (CODAG)
-
Combined Steam and Gas Turbine Plants (COSAG)
-
Combined Gas turbine Or Gas Turbine (COGOG)
-
Combined Diesel Or Gas Turbne (CODOG)
-
Combined Gas Turbine and Steam Plants (COGAS)
-
Combined Nouclear and Gas Turbine (CONAG)
Combined Gas Turbine And Gas Turbine plants (COGAG)
Adalah sebuah siatem propulsi kapal yang menggunakan dua turbin gas terhubung ke poros baling-baling tunggal.
Combined Diesel And Gas Turbine plants (CODAG)
Adalah sebuah system propulsi kapal yang membutuhkan kecepatan maksimal yang jauh lebih cepat daripada jelajah mereka, terutama kapal perang seperti corvette . Prinsip dari system CODAG adalah dengan dua gearbox kecepatan diesel. Terdiri dari mesin diesel untuk t urbin jelajah dan gas yang dapat diaktifkan untuk kecepatan tinggi transit.
Combined Steam And Gas Turbine plants (COSAG)
Adalah system propulsi kapal yang menggunakan kombinasi dari turbin uap dan turbin gas untuk daya poros. Memiliki keuntungan dari segi efisiensi jelajah dan keandalan steam serta percepatan waktu start up.
Combined Gas Turbine and Steam plants (COGAS)
yaitu terdiri dari turbin gas dan steam, dimana energy terakhir didorong oleh uap yang dihasilkan dari panas yang berasal dari knalpot turbin gas.
Combined Diesel or Gas Turbine plants (CODOG)
Adalah sebuah system propulsi pada kapal yang membutuhkan kecepatan maksimum yang jauh lebih cepat dari kecepatan jelajah mereka seperti kapal perang jenis corvette. K euntungannya adalah Gearbox yang lebih simple daripada CODAG. Kerugiannya perluh turbin gas lebih untuk keluaran daya maksimum yang sama serta konsumsi bahan bakar pada kecepatan tinggi yang boros dibandingkan CODAG.
Combined Gas Turbine or Gas Turbine (COGOG)
Adalah system propulsi kapal yang menggunakan me sin turbin gas. Mempunyai efisiensi tinggi, turbin output yang rendah digunakan untuk kecepatan jelajah dengan turbin output tinggi yang digunakan untuk operasi kecepatan tinggi.
Combined Cycle Application for Marine Vessel
Dari sederetan macam-macam combined cycle diatas yang biasanya sering digunakan pada marine vessel adalah CODAG. Seperti pada kapal perang jenis corvette milik Royal Swedish Navy, kapal siluman ini bernama Visby, berikut ulasannya.
Guna menghadapi pertempuran bawah laut korvet Visby telah dilengkapi perangkat multi-sonar Hydra dari General DynamicsKanada, perangkat ini terdiri dari Variabel Depth Sonar (VDS), Towed Array Sonar (TAS) dan
Hull
Mounted
Sonar
(HMS).
Sistem
pendeteksi bawah air terintegrasi dengan sonar pasif buatan Hydroscience Technologies yang ditarik di belakang kapal (TAS) yang dipertajam dengan sonar variabel berfrekuensi ganda buatan C-Tech CVDS-26. Proses pemasang sonar di lambung kapal dan integrasi kerja dengan sarana pemburu ranjau (ROV) dilakukan oleh perusahaan yang sama. Ketiganya berfungsi untuk mengendus target bawah air yang diintegrasikan dengan peluncur roket granat (mortir) bawah air kaliber 127 mm dan torpedo anti kapal selam. Visby mempunyai dua tabung torpedo diameter 400 mm disisi kiri dan kanan kapal dari berpandu homing aktif jenis torpedo type-45 buatan Saab Underwater Systems. Prime Mover System
Sistem penggerak Visby memakai kombinasi antara tenaga diesel dan turbin gas (CODAG), untuk melaju dikecepatan tinggi Visby dibekali empat mesin gas turbin berdaya dorong 4000 kw/ mesin, yang mampu melesatkan kapal hingga kecepatan diatas 35 knot. Ke-empat mesin turbin seri TF50 A ini dipasok oleh Honeywell Turbine, Amerika. Sedangkan untuk kecepatan rendah Visby dilengkapi dengan dua mesin diesel type MTU 16V 2000 N90 yang menghasilkan tenaga hingga 1300 kw/ mesin, kedua jenis diatur oleh perangkat gearbox untuk mengendalikan semburan udara pada Kamewa ganda. Selain itu terdapat pula tiga buah generator berdaya masing-masing 270 kw untuk mensuplai tenaga elektrik kapal. Kemampuannya melaju dengan kecepatan tinggi dipermukaan air diimbangi dengan struktur desain kapal yang optimal membuat manuverabilitasnya lebih tinggi dibanding kapal-kapal cepat dikelasnya. Untuk durasi waktu berlayar ekonomis, batas kecepatan maksimum yang bisa dicapai ada dikisaran 15 kt, sedangkan untuk pertempuran maksimum kecepatan yang mampu digenjot hingga 35 kt untuk durasi terbatas. Saat bermanuver dipelabuhan dengan pendalian terbatas, Visby dibantu oleh rudder dan bowthruster yang berfungsi menggerakkan posisi kapal kesamping kiri dan kanan. Konstruksi
Konstruksi Visby class dimulai pada 1996 di galangan Kockums Kalrskrona. Kapal pertama diberi nama HMS Visby (K31) yang diluncurkan pada Juni 2000, serah terimanya sendiri baru dilakukan selang 2 tahun ke Försvarets materielverk FMV (Departemen Pertahanan Swedia) pada Juni 2002. Hal ini dimaksudkan untuk menguji kelaikan kapal (sea trial) dan penyesuaian persenjataan serta sistem kendali tempur. Bisa dibilang uji coba korvet Visby tidak menemui kendala berarti dalam penyesuaian dengan kondisi yang ada. Kemudian berturut-turut diproduksi kapal kedua HMS Helsingborg (K32), diluncurkan pada Juni 2003 dan diserah terimakan pada April 2006. Kapal ketiga, HMS Härnösand (K33) diluncurkan
pada bulan Desember 2004. HMS Visby dan Härnösand secara resmi diserah terimakan kepada Angkatan Laut Swedia pada Juni 2006. Kapal lainnya, HMS Nykoping (K34), diluncurkan pada Agustus 2005 dan diserahkan pada bulan September 2006. Kemudian HMS Karlstad (K35), diluncurkan pada Agustus 2006 yang bakal menjalani sea trial hingga akhir tahun ini. Dikarenakan krisis keuangan global yang melanda negara Eropa dan Amerika, akhirnya Swedia membatalkan pemesanan kapal keenam, HMS Uddevalla (K36). Empat kapal pertama (K31-K34) diperuntukkan sebagai kapal perang anti ranjau (MCM) dan anti kapal selam (ASW). Sedangkan kapal kelima (K35) sebagai anti kapal permukaan (ASuW). Korvet Visby juga bakal dilengkapi dengan helikopter AgustaWestland A109M ringan buatan Italia guna mendukung operasional. A109M ditenagai oleh dua mesin Pratt & Whitney PW-206C dengan kendali FADEC (Full Authority Electronic Control), bilah rotor di heli sudah menggunakan bahan komposit, dilengkapi dengan avionic canggih dan cockpit fully integration. Pengoperasian heli dilakukan oleh dua orang kru, dimana kabin bisa diubah untuk mengevakuasi 2 o rang korban luka dan 8 orang pasukan bersenjata lengkap dalam mode kabin normal. Persenjataan
Bicara mengenai terobosan teknologi persenjataan di korvet Visby pada dasarnya bukan cuma terletak pada kemampuan, daya pukul dan kecepatan, tetapi lebih pada kecepatan dan kehandalan teknologi stealth yang diterapkan dalam melakukan strategi pertempuran. Untuk mewujudkan itu semua ada dua pedoman yang diterapkan agar Visby bebas dari penciuman radar lawan. Pertama pada desain bentuk yang mengaplikasi
sudut-sudut
tajam
yang
ditunjang
oleh
posisi
penempatan persenjataan yang tersembunyi. Kedua, pemakaian material kapal yang menyerap gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan kapal perang dikelasnya, Visby menganut prinsip clean-deck platform dimana penempatan semua senjata berada didalam badan kapal bukan diatas geladak kapal seperti umumnya. Satu-satunya persenjataan yang terlihat diatas geladak adalah meriam utama jenis Bofors Mk.3 kaliber 57 berbentuk diamond-cut dibagian haluan kapal. Perusahaan penghasil senjata asal Swedia ini merancang Bofors Mk.3 agar bisa di gunakan pada kapal yang sudah menganut teknologi siluman. Selain RCS (Radar Cros Section) kapal tetap minim dari tangkapan dan jangkauan radar musuh, ketika tak di gunakan laras bisa disembunyikan dalam kubah meriam (gun-house). Selain itu ciri fisik meriam Bofors Mark III (Mk.3) adalah dihilangkannya jendela bidik operator pada bagian kubah
sebelah kiri. Artinya pada generasi sistem penembakannya telah mengadopsi sistem penembakan otomatis sepenuhnya. Jarak tembak pun terdongkrak 3 km lebih jauh dari generasi sebelumnya (Mk.2) berkat proyektil berlabel "3P All Target Amunition", sehingga meriam mampu menghantam target sejauh 17 km. Secara teknis meriam ini mampu melontarkan 220 proyektil per menit . sementara persediaan peluru siap tembak dipatok 120 butir proyektil. Sementara untuk senjata pertahanan udara Visby mengakuisisi rudal Umkhonto dari "Kentron Division-Denel", yang berlokasi di Centurion Afrika Selatan. Rudal Ini mempunyai pemandu inframerah berdaya jangkau 12 km di ketinggian maksimum 10 km. Dengan penangkis serangan udara ini Visby mampu meluncurkan 8 buah rudal ke beberapa target berbeda hanya dalam sekali tembak. Rudal-rudal ditempatkan secara terpisah dalam dua tabung peluncur vertikal yang berisi 16 rudal dalam satu tabung. Untuk persenjataan anti kapal permukaan Visby dilengkapi 8 buah rudal Saab Bofors Dynamics RBS 15 MK2/Mk3. Rudal ini dipandu radar aktif Kuband dengan jarak tembak sejauh lebih dari 200 km. Rudal berkecepatan subsonik (mach 0,9) ini memiliki hulu ledak HET seberat 200kg. Tabung peluncur rudal ditempatkan di bawah dek dengan melalui sistem mekanisme penembakkan khusus dengan tetap menjaga kemampuan siluman kapal. Bahkan kepulan asap yang disemburkan saat rudal diluncurkan langsung diurai ke dalam knalpot khusus dalam kanal terpisah, sehingga tidak meninggalkan jejak penembakkan.