TUGAS REKAYASA IDE TERMODINAMIKA HUBUNGAN KINETIKA GAS DENGAN GAS IDEAL
KELOMPOK III : RICAN FAHRI
NIM : 4152121037
RIKA MAWARNI
NIM : 4152121038
SRI RAHMADANI
NIM : 4152121041
NURLENA SIREGAR
NIM : 4152121035
FISIKA 2015 DIK D FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin sehingga rekayasa ide ini dapat kami selesaikan. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen pengampu mata kuliah termodinamika yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada kami sehingga terselesaikanlah rekayasa ide ini. Rekayasa ide ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah termodinamika, Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat rekayasa ide ini dengan sebaik- baiknya. Namun ibarat pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Kami menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan dan penyempurnaan rekayasa ide ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para mahasiswa khususnya yang mengikuti mata kuliah Termodinamika. Amin . Medan,22 november 2016
Penyusun
Kelpmpok III
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..
2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….
3
…………………………………………………………....
4
……………………………………………………..
4
1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………………...
5
1.3 TUJUAN PENULISAN …………………………………………………….
5
BAB II PERMASALAHAN………………………………………………………….
6
BAB III ISI ……………………………………………………………………………
7
3.1
Definisi Energi kinetik.......……………………………………………….
7
3.2
Tekanan dan energi kinetik
……………………………………………..
9
3.3
Hukum yang mendasari kinetik gas............ …………………………….. 10
3.4
Gas ideal............................................................................. ……………….. 11
3.5
Hukum gas ideal (dalam jumlah molekul)
3.6
Hukum gas ideal(dalam jumlah mol ……………………………………. 13
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
…………………………….
12
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………… 15 …………………………………………………………………
15
…………………………………………………………………………
15
4.1 Kesimpulan 4.2 Saran RUJUKAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
teori kinetik menggambarkan gas sebagai sejumlah besar partikel submicroscopic (atom atau molekul), yang semuanya bergerak cepat konstan yang memiliki keacakan yang timbul dari banyak tabrakan mereka satu sama lain dan dengan dinding wadah.Teori kinetik menjelaskan sifat makroskopik gas, seperti tekanan, temperatur, viskositas, konduktivitas termal, dan volume, dengan mempertimbangkan komposisi molekul dan gerak. Teori ini berpendapat bahwa tekanan gas ini disebabkan oleh dampak, pada dinding sebuah wadah, molekul atau atom yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda.Teori kinetik mendefinisikan suhu dengan caranya sendiri, tidak identik dengan definisi termodinamika. [1]Di bawah mikroskop, molekul yang membentuk cairan yang terlal u kecil untuk dapat dilihat, tetapi gerak gelisah dari serbuk sari atau partikel debu dapat dilihat. Dikenal sebagai gerak Brown, itu hasil langsung dari tabrakan antara butir atau parti kel dan molekul cair. Seperti dianalisis oleh Albert Einstein pada tahun 1905, bukti eksperimental ini untuk teori kinetik umumnya dipandang sebagai memiliki membenarkan adanya material beton dari atom dan molekul 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu kinetik gas? 2. Apa saja hukum yang mendasari kinetik gas? 3. Apa itu Hukum gas ideal?
1.3 TUJUAN REKAYASA IDE 1. Dapat memahami pengertian kinetic gas 2. Dapat mengetahui hukum yang mendasari kinnetik gas 3. Dapat mengetahui hukum gas ideal
BAB II PERMASALAHAN
Di sekolah sendiri mungkin guru yang bersangkutan sudah pernah membahas secara panjang pendek mengenai hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac. Hukum Charles hanya menjelaskan hubungan antara volume dan suhu gas. Hukum Gay-Lussac hanya menjelaskan hubungan antara suhu dan tekanan gas. Perlu diketahui bahwa ketiga hukum ini hanya berlaku untuk gas yang memiliki tekanan dan massa jenis yang tidak terlalu besar. Ketiga hukum ini juga hanya berlaku untuk gas yang suhunya tidak mendekati titik didih. Oya, yang dimaksudkan dengan gas di sini adalah gas yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketiga hukum gas ini baru menjelaskan hubungan antara suhu, volume dan tekanan gas secara terpisah. Hukum obet Boyle hanya menjelaskan hubungan antara Tekanan dan volume gas, misalnya Nitroge dan Oksigen. Karena hukum obet Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac tidak berlaku untuk semua kondisi gas maka analisis kita akan menjadi lebih sulit . Untuk mengatasi hal ini (maksudnya untuk mempermudah analisis), kita bisa membuat suatu model gas ideal alia s gas sempurna. Gas ideal tidak ada dalam kehidupan sehari-hari; yang ada dalam kehidupan sehari-hari cuma gas riil alias gas nyata. Gas ideal cuma bentuk sempurna yang sengaja kita buat untuk mempermudah analisis, mirip seperti konsep benda tegar atau fluida ideal. Kita bisa menganggap hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lusac berlaku pada semua kondisi gas ideal, baik ketika tekanan dan massa jenis gas sangat tinggi atau suhu gas mendekati titik didih. Adanya konsep gas ideal ini juga sangat membantu kita dalam meninjau hubungan antara ketiga hukum gas tersebut
BAB III ISI 1. TEORI KINETIK
teori kinetik menggambarkan gas sebagai sejumlah besar partikel submicroscopic (atom atau molekul), yang semuanya bergerak cepat konstan yang memiliki keacakan yang timbul dari banyak tabrakan mereka satu sama lain dan dengan dinding wadah.Teori kinetik menjelaskan sifat makroskopik gas, seperti tekanan, temperatur, viskositas, konduktivitas termal, dan volume, dengan mempertimbangkan komposisi molekul dan gerak. Teori ini berpendapat bahwa tekanan gas ini disebabkan oleh dampak, pada dinding sebuah wadah, molekul atau atom yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda.Teori kinetik mendefinisikan suhu dengan caranya sendiri, tidak identik dengan definisi termodinamika. [1]Di bawah mikroskop, molekul yang membentuk cairan yang terlalu kecil untuk dapat dilihat, tetapi gerak gelis ah dari serbuk sari atau partikel debu dapat dilihat. Dikenal sebagai gerak Brown, itu hasil la ngsung dari tabrakan antara butir atau partikel dan molekul cair. Seperti dianalisis oleh Albert Einstein pada tahun 1905, bukti eksperimental ini untuk teori kinetik umumnya dipandang sebagai memiliki membenarkan adanya material beton dari atom dan molekul. teori gas ideal membuat asumsi sebagai berikut:
Gas terdiri dari partikel yang sangat kecil yang dikenal sebagai molekul. kecilnya ini ukurannya adalah sedemikian rupa sehingga total volume molekul gas individu ditambahkan adalah diabaikan dibandingkan dengan volume bola terbuka terkecil yang berisi semua molekul. Ini setara dengan menyatakan bahwa rata-r ata jarak yang memisahkan partikel-partikel gas besar dibandingkan dengan ukuran mereka.
Partikel-partikel ini memiliki massa yang sama
Jumlah molekul adalah begitu besar sehingga pengobatan statistik dapat diterapkan.
Molekul-molekul ini dalam gerakan konstan, acak, dan cepat
Partikel-partikel yang bergerak cepat terus berbenturan di antara mereka sendiri dan dengan dinding wadah. Semua tabrakan ini elastis sempurna. Ini berarti, molekul dianggap sempurna berbentuk bulat, dan elastis di alam. Kecuali selama tabrakan, interaksi antara molekul dapat diabaikan. (Artinya, mereka mengerahkan tidak ada kekuatan satu sama lain.)
Ini berarti:
1. efek relativistik dapat diabaikan. 2. Efek Quantum-mekanik dapat diabaikan. Ini berarti bahwa jarak antar-partikel jauh lebih besar daripada termal panjang gelombang de Broglie dan molekul diperlakukan sebagai objek klasik. 3. Karena di atas dua, dinamika mereka dapat diobati s ecara klasik. Ini berarti bahwa persamaan gerak molekul adalah waktu-reversibel. Energi kinetik rata-rata dari partikel gas hanya bergantung pada temperatur absolut dari sistem. Teori kinetik memiliki definisi sendiri dari suhu, tidak identik dengan definisi termodinamika. Waktu selama tabrakan molekul dengan dinding wadah dapat diabaikan dibandingkan dengan waktu antara tabrakan beruntun. Karena mereka memiliki massa, molekul gas akan dipengaruhi oleh gravitasi. Perkembangan lebih modern bersantai asumsi ini dan didasarkan pada persamaan Boltzmann. Ini secara akurat dapat menggambarkan sifat gas padat, karena mereka termasuk volume molekul. Asumsi yang diperlukan adalah tidak adanya efek kuantum, kekacauan molekular dan gradien kecil di properti massal. Ekspansi ke perintah yang lebih tinggi di kepadatan dikenal sebagai ekspansi virial. Sebuah buku penting pada teori kinetik adalah bahwa dengan Chapman dan Cowling. [1] Pendekatan penting untuk subjek disebut teori Chapman-Enskog. [2] Ada banyak perkembangan modern dan ada pendekatan alternatif yang dikembangkan oleh Grad berdasarkan ekspansi saat. [3] Dalam batas lainnya, untuk gas yang amat sangat langka, gradien di properti massal tidak kecil dibandingkan dengan jalur bebas rata-rata. Hal ini dikenal sebagai rez im Knudsen dan ekspansi dapat dilakukan dalam jumlah Knudsen. 2. TEKANAN DAN ENERGI KINETIK
Tekanan dijelaskan oleh teori kinetik seperti yang timbul dari gaya yang diberikan oleh molekul atau atom ketika mereka memukul dinding wadah. Pertimbangkan gas molekul N, masing-masing massa m, tertutup dalam berbentuk kubus volume V = L3. Ketika molekul gas bertabrakan dengan dinding wadah te gak lurus terhadap sumbu x dan memantul ke arah yang berlawanan dengan kecepatan yang sama (tumbukan elastis), perubahan momentum diberikan oleh:
∆ = , - , = , − (−, ) = 2, = 2 dimana p adalah momentum, saya dan f menunjukkan momentum awal dan akhir (sebelum dan sesudah tabrakan), x menunjukkan bahwa hanya arah x sedang dipertimbangkan, dan v adalah kecepatan partikel (yang sama sebelum dan setelah tumbukan ).
Dampak partikel satu sisi dinding tertentu sekali setiap
Δt=
di mana L adalah jarak antara dinding yang berlawanan.
gaya akibat partikel ini adalah
F = Δ p/ Δ t =
Total gaya pada dinding adalah
F=
di mana bar menunjukkan rata-rata lebih dari partikel N.
Karena gerak partikel-partikel yang acak dan tidak ada bias diterapkan di segala arah, kecepatan kuadrat rata-rata di setiap arah identik
HUKUM YANG MENDASARI KINETIK GAS
Hukum Boyle
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Robert Boyle menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle.
Hukum Charles
Seratus tahun setelah Obet Boyle menemukan hubungan antara volume dan tekanan, seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques Charles (1746-1823) menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya, Cale menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas pun ikt2an bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga ikut2an berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles.
Hukum Gay-Lussac
Setelah obet Boyle dan Charles mengabadikan namanya dalam ilmu fisika, Joseph GayLussac pun tak mau ketinggalan. Berdasarkan percobaan yang dilakukannya,
Jose
menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut2an bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun ikut2an berkurang. Istilah kerennya, pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac.
3. GAS IDEAL
Jumlah mol (n) Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita bahas konsep mol. Dari pada kelamaan, kita langsung ke sasaran saja… 1 mol = besarnya massa suatu zat yang setara dengan massa molekul zat tersebut. Massa dan massa molekul tuh beda. Biar paham, amati contoh di bawah… Contoh 1, massa molekul gas Oksigen (O2) = 16 u + 16 u = 32 u (setiap molekul oksigen berisi 2 at Oksigen, di mana masing-masing at Oksigen mempunyai massa 16 u). Dengan demikian, 1 mol O2 mempunyai massa 32 gram. Atau massa molekul O2 = 32 gram/mol = 32 kg/kmol Contoh 2, massa molekul gas karbon monooksida (CO) = 12 u + 16 u = 28 u (setiap molekul karbon monooksida berisi 1 at karbon (C) dan 1 at oksigen (O). Massa 1 at karbon = 12 u dan massa 1 at Oksigen = 16 u. 12 u + 16 u = 28 u). Dengan demikian, 1 mol CO mempunyai massa 28 gram. Atau massa molekul CO = 28 gram/mol = 28 kg/kmol Contoh 3, massa molekul gas karbon dioksida (CO2) = [12 u + (2 x 16 u)] = [12 u + 32 u] = 44 u (setiap molekul karbon dioksida berisi 1 at karbon (C) dan 2 at oksigen (O). Massa 1 at Carbon = 12 u dan massa 1 at oksigen = 16 u). Dengan demikian, 1 mol CO2 mempunyai massa 44 gram. Atau massa molekul CO2 = 44 gram/mol = 44 kg/kmol. Sebelumnya kita baru membahas definisi satu mol. Sekarang giliran jumlah mol (n). Pada umumnya, jumlah mol (n) suatu zat = perbandingan massa zat tersebut dengan massa molekulnya. Secara matematis ditulis seperti ini : hukum-gas-ideal-j1 Contoh 1 : hitung jumlah mol pada 64 gram O2 Massa O2 = 64 gram Massa molekul O2 = 32 gram/mol hukum-gas-ideal-k
Contoh 2 : hitung jumlah mol pada 280 gram CO Massa CO = 280 gram Massa molekul CO = 28 gram/mol hukum-gas-ideal-l Contoh 3 : hitung jumlah mol pada 176 gram CO2 Massa CO2 = 176 gram Massa molekul CO2 = 44 gram/mol hukum-gas-ideal-m Konstanta gas universal (R) Perbandingan yang sudah diturunkan di atas (perbandingan 6) bisa diubah menjadi persamaan dengan menambahkan konstanta perbandingan. Btw, berdasarkan penelitian yang dilakukan – ilmuwan, ditemukan bahwa apabila kita menggunakan jumlah mol (n) untuk menyatakan ukuran suatu zat maka konstanta perbandingan untuk setiap gas memiliki besar yang sama. Konstanta perbandingan yang dimaksud adalah konstanta gas universal (R). Universal = umum. R = 8,315 J/mol.K = 8315 kJ/kmol.K = 0,0821 (L.atm) / (mol.K) = 1,99 kal / mol. K (J = Joule, K = Kelvin, L = liter, atm = atmosfir, kal = kalori)
4. HUKUM GAS IDEAL (dalam jumlah mol)
Setelah terseok-seok, akhirnya kita tiba di penghujung acara pengoprekan rumus. Perbandingan 6 (tuh di atas) bisa kita tulis menjadi persamaan, dengan memasukan jumlah mol (n) dan konstanta gas universal (R)… PV = nRT Persamaan ini dikenal dengan julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas ideal. Keterangan : P = tekanan gas (N/m2) V = volume gas (m3) n = jumlah mol (mol) R = konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K) T = suhu mutlak gas (K) CATATAN : Pertama, dalam penyelesaian soal, dirimu akan menemukan istilah STP. STP tuh singkatan dari Standard Temperature and Pressure. Bahasanya orang bule… Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa orang Indonesia, STP artinya Temperatur dan Tekanan Standar. Temperatur = suhu. Temperatur standar (T) = 0 oC = 273 K Tekanan standar (P) = 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 1,013 x 102 kPa = 101 kPa Kedua, dalam menyelesaikan soal-soal hukum gas, suhu alias temperatur harus dinyatakan dalam skala Kelvin (K)
Ketiga, apabila tekanan gas masih berupa tekanan ukur, ubah terlebih dahulu menjadi tekanan absolut. Tekanan absolut = tekanan atmosfir + tekanan ukur (tekanan atmosfir = tekanan udara luar) Keempat, jika yang diketahui adalah tekanan atmosfir (tidak ada tekanan ukur), langsung oprek saja tuh soal. Contoh soal 1 : Pada tekanan atmosfir (101 kPa), suhu gas karbon dioksida = 20 oC dan volumenya = 2 liter. Apabila tekanan diubah menjadi 201 kPa dan suhu dinaikkan menjadi 40 oC, hitung volume akhir gas karbon dioksida tersebut… Panduan jawaban : P1 = 101 kPa P2 = 201 kPa T1 = 20 oC + 273 K = 293 K T2 = 40 oC + 273 K = 313 K V1 = 2 liter V2 = ? Tumbangkan soal : hukum-gas-ideal-nVolume akhir gas karbon dioksida = 1,06 liter Contoh soal 2 : Tentukan volume 2 mol gas pada STP (anggap saja gas ini adalah gas ideal) Panduan jawaban : hukum-gas-ideal-oVolume 2 mol gas pada STP (temperatur dan tekanan stadard) adalah 44,8 liter. Berapa volume 1 mol gas pada STP ? itung sendiri….
Contoh soal 3 : Volume gas oksigen pada STP = 20 m3. Berapa massa gas oksigen ? Panduan jawaban : Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter = 22,4 dm3 = 22,4 x 10-3 m3 (22,4 x 10-3 m3/mol) Volume gas oksigen pada STP = 20 m3 hukum-gas-ideal-p Massa molekul oksigen = 32 gram/mol (massa 1 mol oksigen = 32 gram). Dengan demikian, massa gas oksigen adalah : hukum-gas-ideal-q Catatan : Kadang massa molekul disebut sebagai massa molar. Jangan pake bingung, maksudnya sama saja… Massa molar = massa molekul Contoh soal 4 : Sebuah tangki berisi 4 liter gas oksigen (O2). Suhu gas oksigen tersebut = 20 oC dan tekanan terukurnya = 20 x 105 N/m2. Tentukan massa gas oksigen tersebut (massa molekul oksigen = 32 kg/kmol = 32 gram/mol) Panduan jawaban : P = Patm + Pukur = (1 x 105 N/m2) + (20 x 105 N/m2) = 21 x 105 N/m2 T = 20 oC + 273 = 293 K V = 4 liter = 4 dm3 = 4 x 10-3 m3 R = 8,315 J/mol.K = 8,315 Nm/mol.K Massa molekul O2 = 32 gram/mol = 32 kg/kmol
Massa O2 = ? hukum-gas-ideal-rMassa gas oksigen = 110 gram = 0,11 kg 5. HUKUM GAS IDEAL (Dalam jumlah molekul)
Kalau sebelumnya Hukum gas ideal dinyatakan dalam jumlah mol (n), maka kali ini hukum gas ideal dinyatakan dalam jumlah molekul (N). Sebelum menurunkan persamaannya, terlebih dahulu baca pesan- pesan berikut ini… Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila kita menyatakan ukuran zat tidak dalam bentuk massa (m), tapi dalam jumlah mol (n), maka konstanta gas universal (R) berlaku untuk semua gas. Hal ini pertama kali ditemukan oleh alhamrum Amedeo Avogadro (17761856), mantan ilmuwan Italia. Sekarang beliau sudah beristirahat di alam baka… Almahrum Avogadro mengatakan bahwa ketika volume, tekanan dan suhu setiap gas sama, maka setiap gas tersebut memiliki jumlah molekul yang sama. Kalimat yang dicetak tebal ini dikenal dengan julukan hipotesa Avogadro (hipotesa = ramalan atau dugaan). Hipotesa almahrum Avogadro ini sesuai dengan kenyataan bahwa konstanta R sama untuk semua gas. Berikut ini beberapa pembuktiannya : Pertama, jika kita menyelesaikan soal menggunakan persamaan hukum gas ideal (PV = nRT), kita akan menemukan bahwa ketika jumlah mol (n) sama, tekanan dan suhu juga sama, maka volume semua gas akan bernilai sama, apabila kita menggunakan konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K). Karenanya dirimu jangan pake heran kalau pada STP, setiap gas yang memiliki jumlah mol (n) yang sama akan memiliki volume yang sama. Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter. Volume 2 mol gas = 44,8 liter. Volume 3 mol gas = 67,2 liter. Dan seterusnya… ini berlaku untuk semua gas. Kedua, jumlah molekul dalam 1 mol sama untuk semua gas. Jumlah molekul dalam 1 mol = jumlah molekul per mol = bilangan avogadro (NA). Jadi bilangan Avogadro bernilai sama untuk semua gas. Besarnya bilangan Avogadro diperoleh melalui pengukuran : NA = 6,02 x 1023 molekul/mol = 6,02 x 1023 /mol = 6,02 x 1026 molekul/kmol = 6,02 x 1026 /kmol
Untuk memperoleh jumlah total molekul (N), maka kita bisa mengalikan jumlah molekul per mol (NA) dengan jumlah mol (n). hukum-gas-ideal-sKita oprek lagi persamaan Hukum Gas Ideal : hukum-gas-ideal-tIni adalah persamaan Hukum Gas Ideal dalam bentuk jumlah molekul. hukum-gas-ideal Keterangan : P = Tekanan V = Volume N = Jumlah total molekul k = Konstanta Boltzmann (k = 1,38 x 10-13 J/K) T = Suhu Berikut ini seperangkat peralatan perang dan amunisi yang mungkin dibutuhkan : Volume 1 liter (L) = 1000 mililiter (mL) = 1000 centimeter kubik (cm3) 1 liter (L) = 1 desimeter kubik (dm3) = 1 x 10-3 m3 Tekanan 1 N/m2 = 1 Pa 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 102 kPa = 101,3 kPa (biasanya dipakai 101 kPa) Pa = pascal atm = atmosfir
Selamat belajar dan semoga bisa menjadi cara mudah untuk belajar fisika dengan menyenangkan tanpa kesulitan
BAB IV PENUTUP KESIMPULAN
Karena hukum obet Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac tidak berlaku untuk semua kondisi gas maka analisis kita akan menjadi lebih sulit . Untuk mengatasi hal ini (maksudnya untuk mempermudah analisis), kita bisa membuat suatu model gas ideal alias gas sempurna. Gas ideal tidak ada dalam kehidupan sehari-hari; yang ada dalam kehidupan sehari-hari cuma gas riil alias gas nyata. Gas ideal cuma bentuk sempurna yang sengaja kita buat untuk mempermudah analisis, mirip seperti konsep benda tegar atau fluida ideal. Kita bisa menganggap hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lusac berlaku pada semua kondisi gas ideal, baik ketika tekanan dan massa jenis gas sangat tinggi atau suhu gas mendekati titik didih. Adanya konsep gas ideal ini juga sangat membantu kita dalam meninjau hubungan antara ketiga hukum gas tersebut
RUJUKAN
Arthur beiser . 1987.konsep fisika modern . Jakarta : Erlangga Kenneth krane .1992. fisika modern . Jakarta : UI pres Kadir, A., 1995, ENERGI, Universitas Indonesia,Jakarta Foster,B., 2000, Fisika, Erlangga, Jakarta