MAKALAH “FAKTOR ESENSIAL, PROSES PERSALINAN DAN MANGEMENT NYERI PADA PERSALINAN”
DISUSUN OLEH: DIYAHAYU PUTRI N EKO SUGIYONO
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS PROGSUS BLORA 2017-2018
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri), yang mana dalam persalinan itu terdapat beberapa kebijakan diantaranya : semua persalinan harus dihadiri dan di pantau oleh petugas kesehatan terlatih, rumah bersalin dan rumah rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam dan obatobatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia seluruh petugas terlatih. Pada akhir kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan. Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses persipan menghadapi kehidupan di luar rahim. Ibu menjalani berbagai adaptasi fisiologis selama hamil sebagai persiapan menghadapi proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu. Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bagi bayi baru lahir. Perawat harus meguasai faktor-faktor esensial dalam persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemajuan persalinan yang normal, dan adaptasi ibu dan janin. Apabila perawat menguasai pengetahuan ini maka ia akan dapat menerapkan proses keperawatan, baik pada wanita maupun pada keluarganya. Perawat juga harus menguasai tentang management nyeri pada persalinan dan cara mengontrol nyeri tersebut. Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, uterus, dilatasi dan penipisan serviks, penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan faktor esensial dalam persalinan! 2. Jelaskan proses persalinan! 3. Sebutkan management nyeri dalam persalinan!
C. Tujuan Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Maternitas Tujuan khusus
1. Untuk menjelaskan faktor esensial dalam persalinan 2. Untuk menjelaskan proses persalinan 3. Untuk Menyebutkan Management Nyeri dalam Persalinan D. Manfaat
Dapat megetahui dan memahami faktor esensial, proses persalinan, dan management nyeri pada persalinan.
BAB II LANDASAN TEORI A. Faktor Esensial Dalam Persalinan
1. Penumpang ( Passeger ) Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia akan dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal. a. Ukuran kepala janin Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepal janin sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang oksipital. Tulang- tulang ini disatukan oleh sutura membranosa : sagitalis, lambdoidalis , koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, terletak di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan, setelah selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir. b. Presentasi Presantasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalian mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama ialah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang (bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi janin letak janin, sikap janin,dan ekstensi atau fleksi kepala janin. c. Letak janin Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :
Memanjang atau vertiak, dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang
Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu
d. Sikap janin Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada didalam rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi , kepala fleksi kearah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai. e. Posisi janin Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum
atau
dagu,
sinsiput
atau
puncak
kepala
yang
difleksi/menengadah), terhadap empat kuadran panggul ibu. 2. Jalan Lahir ( Passageway) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak , khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas : a.
Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ). Tulang panggul dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis, dan tulang – tulang sakrum. Terhadap empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan kanan, dan sendi sakrokoksigeus. Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut :
Ginekoid (tipe wanita klasik)
Android (mirip pinggul pria)
Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
Platipeloid (panggul pipih)
b.
Bagian lunak : otot – otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligament. Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan kontraksi pada uteri berubah menjadi dua bagian yakni bagian atas berotot dan tebal dan bagian bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke arah serviks. Serviks kemudia
menipis
dan
berdilatasi
(terbuka)
secukupnya
sehingga
memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya saat turun, serviks ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian terendah janin 3. Kekuatan ( Power ) Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament. a. His (kontraksi uterus) His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut. Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
Kontraksi simetris
Fundus dominan
Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik. His memiliki sifat :
Involutir
Intermiten
Terasa sakit
Terkoordinasi
Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis
b. Kekuatan sekunder (mengejan) Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan atau usaha untuk mendorong kebawah (kekuatan skunder). Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar. Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bisa dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, tetapi setelah dialatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluardari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan wanita melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks. 4.
Posisi Ibu Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk , dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan
dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat. Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat
selama
persalinan
seiring
kontraksi
kontraksi
uterus
mengembalikan ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior ( refleks Ferguson ). Pelepasan oksitosin menambah intensitas kontraksi uterus. Apabila
ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok , maka otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi rahim. 5. Psychologic Respons (Respon Psikologis) Keadaan kejiwaan ibu yang bisa mempengaruhi persalinan secara normal atau abnormal. Bila jiwa dan kondisi ibu baik, maka persalinan aka berjalan normal dan baik, sebaliknya, bila keadaan jiwa dan kondisi ibu kurang baik, maka proses persalinan akan terhambat. (Wulanda, 2011)
B. PROSES PERSALINAN 1. Kala 1 Proses persalinan
a. Tanda dan Gejala Kala 1 Proses Persalinan Kala 1 persalinan merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm). Kala pertama terdiri dari tiga fase, yaitu: fase laten, fase aktif, dan fase transisi. a) Tahap laten Fase laten atau persiapan dimulai pada awal kontraksi uterus teratur dirasakan dan berakhir ketika dilatasi serviks yang cepat dimulai. Kontraksi selama fase ini ringan dan singkat, yang berlangsung 20 sampai 40 detik. Penipisan serviks terjadi, dan leher rahim melebarkan dari 0 sampai 3 cm. Fase ini berlangsung sekitar 6 j am di nulipara dan 4,5 jam pada multipara. Seorang wanita yang memasuki persalinan
dengan serviks yang belum matang akan memiliki laten yang lebih lama. b) Tahap aktif Selama fase aktif, dilatasi serviks terjadi lebih cepat, meningkat sampai 4-7 cm. Kontraksi menjadi lebih kuat dengan durasi 40 sampai 60 detik, dan terjadi setiap 3 sampai 5 menit. Fase ini berlangsung sekitar 3 jam pada nulipara dan 2 jam pada multipara. Tahap aktif pers alinan di grafik Friedman dapat dibagi ke dalam periode berikut:
Akselerasi (3 sampai 4 cm) Terjadi dalam waktu 2 jam dan pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm.
Maksimum (4 sampai 8 cm) Selama periode maksimum, hasil dilatasi serviks paling cepat, ratarata 3,5 cm per jam pada nulipara dan 5 sampai 9 cm per jam pada multipara.
Deselerasi Pada tahap ini pembukaan menjadi lambat kembali dan pembukaan mencapai 9 cm.
c) Tahap Transisi Selama fase transisi, kontraksi mencapai puncaknya, terjadi setiap 2 sampai 3 menit dengan durasi 60 sampai 90 detik dan menyebabkan dilatasi serviks maksimum dari 9 sampai 10 cm. Jika membran sebelumnya tidak pecah atau telah pecah oleh amniotomi, maka akan pecah saat dilatasi penuh (10 cm). Pada akhir fase ini, dilatasi sudah penuh (10 cm) dan penipisan serviks telah terjadi. Saat seorang wanita mencapai akhir tahap ini pada dilatasi 10 cm, sensasi baru (yaitu, dorongan tak tertahankan untuk mendorong) akan terjadi. 2. Kala 2 Proses Persalinan
Kala II dimulai saat janin keluar melalui jalan lahir. pembukaan lengkap terjadi pada kala II pada primigravida 2 jam dan 1 jam pada multigravida (Cunningham, F.G. 2006).
a. Tanda dan gejala kala II Tanda ibu hamil masuk ke kala 2 yaitu sebagai berikut. (Cunningham, F.G. 2006)
His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, dengan durasi tiap 2 – 3 menit.
Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara banyak.
Pasien mulai ingin mengejan.
Pembukaan serviks lengkap
Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul, perineum menonjol, vulva membuka dan rectum terbuka.
Dipuncak his, bagian terkecil dari kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi dan mulut pada komisura posterior.
Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran fraksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang kemudian baru depan disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan fraksi jalan lahir.
3. Kala 3 Proses Persalinan
Definisi kala III adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya sampai lahirnya plasenta dan selaput plasenta. Kala tiga persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Normalnya
pelepasan uri ini berkisar 5-30 menit. Kala III berlangsung selama 4 jam setelah bayi lahir. 1. Tanda dan Gejala Pelepasan Plasenta Kontrasi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksikontraksi tadi menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari uri pada dinding rahim. Bagian ini akan terlepas, mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim. Selaput ketubanpun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian waktu keluarnya uri. Di tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan antara uri dan desidua basalis yang disebut retroplasenter hematoma. Terdapat dua fase dalam pelepasan uri yaitu sebagai berikut. 1)
Fase pelepasan uri Sebab – sebab terlepasnya plasenta :
Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat perlekatan
plasenta juga ikut mengecil maka
plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya, karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.Jadi secara singkat, bagian
yang
paling
penting
dalam
pelepasan
plasenta
adalah retraksi dan kontraksi otot – otot rahim.
Di tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
Tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :
Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Tali pusat memanjang
Semburan darah mendadak dan singkat
Macam pelepasan plasenta yaitu :
Secara Schultze Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini terdapat hematoma retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara schultze paling sering dijumpai.
Secara Duncan Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir
plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi plasenta letak rendah. 2)
Fase Pengeluaran uri Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah yang oleh rahim dianggap sebagai benda asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengejan, maka uri akan dilahirkan,
20%
secara
spontan,
dan
selebihnya
memerlukan
pertolongan. 4. Kala 4 Proses Persalinan
Persalinan kala IV merupakan periode dari pelahiran plasenta sampe 1 atau 2 jam postpartum hal ini di maksudkan agar dokter, bidan atau penolong persalinan masih mendampingi sampai persalinannya selesai, sekurangkurangnnya 1 jam selesai postpartum. Dengan cara i ni diharapkan kejadian yang tidak di inginkan akibat post partum dapat dicegah atau dikurangi.(Reeder, Martin, 2011) C. Management nyeri
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan
tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008). Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, sebenarnya
telah
terjadi
pada
minggu
ke-30
kehamilan
kontraksi
yang
disebut
kontraksi Braxtonhicks akibat perubahan-perubahan dari hormon ekstrogen dan tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmhg,
dan
kekuatan kontraksi Braxton
hicks ini
akan
menjadi
kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam. (Gadysa, 2009). 1.
TAHAPAN NYERI
Ada empat tahapan terjadinya nyeri : a. Transduksi Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri ( noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri b. Transmisi Transmisi
merupakan
proses
penyampaian
impuls
dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu
nyeri dorsalis,
dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena
proses
polarisasi,
sedangkan
dari neuron
presinaps ke
pasca sinapsmelewati neurotransmitter c. Modulasi Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui
sistem analgesia
neurotansmiter
antara
dan neuron di spinalis.
endogen yang
lain endorphin yang
melibatkan dikeluarkan
bermacam-macam oleh
sel
otak
d. Persepsi Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2009). 2. KLASIFIKASI NYERI
a. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari : a) Nyeri akut Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon nyeri akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah. b) Nyeri kronik Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten. b. Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari : a) Nyeri somatik dan Nyeri viseral Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit ( superfisial ), yaitu pada otot dan tulang. b) Nyeri menjalar ·
Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikososial. Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi. Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf (Hidayat, 2008).
c) Nyeri psikogenik d) Nyeri phantom e) Nyeri neorologis 3. SKALA INTENSITAS NYERI
a.
Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
Pendeskripsian ini diranking dari ”tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri. b.
Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 – 10
Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi. c.
Skala Analog Visual (VAS)
Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya.
d.
Skala nyeri gambar
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu: 1.
0
: Tidak nyeri
2.
1 – 2
: Nyeri ringan
3.
3 – 5
: Nyeri sedang
4.
6 – 7
: Nyeri berat
5.
8 – 10
: Nyeri sangat berat
(Perry & Potter. 2005) 4.
MANAGEMEN NYERI a.
Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006).
a) Metode Message Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu: 1)
Metode Effluerage Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan
keduan tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan menggunakan gerakan melingkat atau satu arah. 2)
Metode deep back massage Memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya. 3)
Metode firm counter pressure Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan. 4)
Abdominal lifting Memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi
terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009). b.
Relaksasi
Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk relakasasi secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman mengurangi ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan (Salmah, 2006 ).
Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan otot dam menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh selama persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi uterus. Ketika dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih penuh di antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007). Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti rasa sakit yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam kandungan sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tak hanya itu, menggunakan beberapa keterampilan ini selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat (Whalley, Simkin & Keppleer, 2008). Manfaat Relaksasi : a)
Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan
b)
Menenangkan pikiran dan mengurangi stres
c)
Mengurangi rasa nyeri
Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri yang ibu rasakan selama persalinan dan pelahiran. Juga memungkinkan ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim, yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen. Selain itu, konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley, Simkin, & Keppleer, 2008). Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan istirahat atau selama proses persalinan : a) Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
b) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak menggantung. c) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping telinga. d) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas tempat tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung. e) Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada saat itu ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau pada sesuatu yang menyenangkan (Salmah, 2006).
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Persalinan merupakan proses hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Management persalinan meliputi penumpang (Passager), jalan lahir (Passageway), kekuatan (Power), posisi ibu, Psychologic respons (Respon psikologis). Proses persalinan meliputi proses persalinan kala 1 yaitu fase laten, fase aktif, fase deselarisasi dan fase transisi. Proses persalinan kala 2 meliputi penipisan dan pembukaan serviks (effacement dan dilatasi serviks), kontraksi uterus (minimal 2 kali dalam 10 menit), keluarnya lender/mucus bercampur darah (blood show) melalui vagina. Proses persalinan kala 3 meliputi fase pelepasan plasenta dan fase pengeluaran plasenta. Proses persalinan kala 4 yaitu dari pelahiran plasenta sampe 1 atau 2 jam postpartum. Sedangkan management nyeri dilakukan dengan message dan relaksasi.
B. SARAN
Ibu hamil harus berperilaku sehat, agar kehamilan tidak me mpunyai masalah yang dapat mengakibatkan komplikasi dalam persalinan. Adapun perilaku ibu selama hamil meliputi: kunjungan, asupan gizi, makan tablet zat besi sejak kehamilan, senam hamil, perawatan jalan lahir, pemanfaatan layanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Baiti.
(2007).
Rasa
Sakit
Melahirkan.
Diakses
tanggal
9
Februari
padahttp://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/105. Bobak, Lowdermik, Jenson. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas .Edisi 4. Jakarta : EGC. Imami. (2007). Nyeri pada Persalinan.dan Penatalaksanaannya secara Non Farmakologik . Diakses tanggal 7 Februari 2012. Mirzanie. (2005). Pediatricia. Jakarta: Tosca Enterprise. Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta:EGC. Tubagus. (2011). Cara untuk Mengurang Persalinan . Diakses tanggal 9 Februari 2012 padahttp://j3ffunk.blogspot.com/2011/05/cara-untuk-mengurangi-nyeri-persalinan.html