HIPOTIROIDISME DAN HIPERTIDIROIDME
Disusun untuk memenuhi tugas : Sistem Endokrin Dosen Pengampu : Isrofah, S.Kep., Ns.
Disusun oleh : 1. Alfi Febriani Priswari
(0520015622)
2. Hari Prastyo Nugroho
(0520009111)
3. M. Satrio Adi Nugroho
(0520009911)
4. Nelly Rokhmi Nurmala
(0520010612)
5. Nur Laila Melati
(0520007812)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHTAAN UNIVERSITAS PEKALONGAN 2013
HIPOTIRIODISME A. DEFINISI
Hipotiroidisme adalah merupakan keadaan yang di tandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang di ikuti oleh gejala- gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai optimal (Brunner & Suddarth , 2001 hal 1299)
Hipotiroidisme adalah kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotop , atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. (Price A, Sylvia , 2005 hal 1231)
Hipotiroid
(hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang
diakibatkan oleh kekurangan hormon tiroid. (Caroline, 2000)
Hipotiroidisme adalah suatu syndrome klinis akibat dari defisiensi hormone tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolic. (Ari Sutjahjo, 2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab hipotiroidisme yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (Tiroiditis Hashimoto) , dimana sistem imun menyerang kelenjar tiroid. (Tonner & Schlechte , 1993 )
Hipotiroidisme juga dapat terjadi pada pasien dengan riwayat Hipertiroidisme yang menjalani terapi radioiodium ( Lymphocytic thyroiditis ) , Penghancuran tiroid ( dari yodium ber-radioaktif atau pembedahan ( Operasi ) , atau preparat antitiroid. Kejadian ini sering dijumpai pada wanita lanjut usia . (Brunner & Suddarth , 2001 hal 1300)
HIPOTIRIODISME A. DEFINISI
Hipotiroidisme adalah merupakan keadaan yang di tandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang di ikuti oleh gejala- gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai optimal (Brunner & Suddarth , 2001 hal 1299)
Hipotiroidisme adalah kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotop , atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. (Price A, Sylvia , 2005 hal 1231)
Hipotiroid
(hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang
diakibatkan oleh kekurangan hormon tiroid. (Caroline, 2000)
Hipotiroidisme adalah suatu syndrome klinis akibat dari defisiensi hormone tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolic. (Ari Sutjahjo, 2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab hipotiroidisme yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (Tiroiditis Hashimoto) , dimana sistem imun menyerang kelenjar tiroid. (Tonner & Schlechte , 1993 )
Hipotiroidisme juga dapat terjadi pada pasien dengan riwayat Hipertiroidisme yang menjalani terapi radioiodium ( Lymphocytic thyroiditis ) , Penghancuran tiroid ( dari yodium ber-radioaktif atau pembedahan ( Operasi ) , atau preparat antitiroid. Kejadian ini sering dijumpai pada wanita lanjut usia . (Brunner & Suddarth , 2001 hal 1300)
C. KLASIFIKASI KLASIFIKASI HIPOTIROIDISME HIPOTIROIDISME Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya :
Hipotiroidisme primer (tiroidal) hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini. Hipotiroidisme sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria) adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau keduanya. Hipotiroidisme tertier (hipotalamus) ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi tsh tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH. (Brunner&Suddarth : 1300)
Klasifikasi hipotiroid menurut usia :
Kretinisme (Hipotiroidisme congietal) adalah difisiensi tiroid yang diderita sebelum atau segera sesudah lahir. pada keadaan ini, ibu mungkin juga juga menderita difisiensi tiroid. Hipotiroidisme juvenilis : Timbul sesudah usia 1 atau 2 tahun Miksedema adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial
lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime hipotiroidime yang yang sudah
berlangsung lama dan bera, istilah ist ilah tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime yang berat . (Suddart, 2000) D. EPIDEMIOLIGI
Hypotiroid Primer Primer telah dilaporkan hingga 9,5 persen pasien dengan ESRD dibandingkan dengan 1,1 persen dari populasi umum. Dalam penelitian kami, 2,6 persen pasien ESRD 306 telah menderita hypotiroidism primer. Semua memiliki nilai TSH terus-menerus di atas 20 mU / L dan mengurangi total serum T ¬ 4 dan bebas nilai indeks T4. Dari jumlah tersebut, 88 persen wanita, 75 persen berusia di atas 50 tahun, 50 50 persen memiliki titer
antimicrosomal antibody yang tinggi, 50 persen
memiliki gondok, dan 50 persen memiliki diabetes mellitus. Dalam populasi umum, hypotiroydism sembilan kali lebih umum pada wanita, terjadi pada 5 sampai 10 persen orang usia 50 tahun, dan menginduksi hiperkolesterolemia, hipertensi, dan disfungsi jantung.
Hypothyroidsm kongenital menimpa sekitar 1 per 4000 bayi baru lahir. Karena konsekuensi dari kondisi ini mudah dapat dicegah oleh pemberian oral T4, skrining neonatal untuk hipotiroidisme kongenital secara rutin dilakukan banyak di belahan dunia. Sejak pembentukan program berskala nasional skrining neonates untuk hipotiroidisme congenital, berjuta-berjuta neonatus telah diskrening. Prevalensi hipotiroidisme congenital telah ditemukan adalah 1 dalam 4000 bayi di seluruh dunia, lebih rendah pada Negro Amerika ( 1 dalam 20.000) dan lebih tinggi pada keturunan Spanyol (hispanik) dan Amerika Asli (1 dalam 2000). Defek perkembangan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi yang terdeteksi hipotiridisme; pada sekitar sepertiga, bahkan skrenoradionuklid sensitive tidak dapat menemukan sisa jaringan tiroid (aplasia). Pada duapertiga bayi yang lain, jaringan tiroid tidak sempurna ditemukan pada lokasi ektopik, dari dasar lidah (tiroid lidah) sampai posisi normalnnya di leher. Kebanyakan bayi dengan hipotiroidisme congenital pada saat lahir tidak bergejala walaupun ada agenesis total kelenjar tiroid. Situasi ini dianggap dasar berasal dari perpindahan transplasenta sejumlah sedang tiroksin ibu (T4), yang memberikan kadar janin 25-50% normal pada saat lahir. E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dini Hipotiroidisme tidak spesifik , namun kelelahan yang ekstrim menyulitkan penderitaannya untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari secara penuh atau ikut ser ta dalam aktifitas yang lazim dilakukannya . laporan tentang adanya kerontokan rambut , kuku yang rapuh sera kulit yang kering sering ditemukan , dan keluhan rasa baal serta parestesia pada jari-jari tangan dapat terjadi . kadang-kadang suara menjadi kasar , dan pasien mungkin mengeluh suara yang parau . gangguan haid seperti menorhagia atau amenore akan terjadi di samping hilangna libido . (Brunner & Suddarth , 2001 hal 1301)
Gejala lain pada manula sering tidak khas , hanya sedikit yang menampakan gejala sebelum terjadi disfungsi berat. Depresi , Apati , Penurunan mobilitas atau aktivitas dapat menjadi gejala awal yang penting , Pengaruh obat-obatan analgesik ( Tonner & Schlechte , 1993 hal 1307).
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipotiroid adalah : Gondok
Stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat menyebabkan kelenjar membesar. Gondok dapat mengganggu pernapasan dan saat menelan makanan. Gangguan jantung
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung. Gangguan mental
Misalnya depresi. Peripheral neuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke seluruh tubuh. Myxedema
Gejalanya adalah sensitiv terhadap suhu dingin, mengantuk, sangat lesu dan pingsan. Pemicu myxedema coma adalah sedativ, infeksi dan stress. Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada ovulasi. Cacat lahir
Mengalami gangguan mental maupun fisik.
H. PENATALAKSANAAN
1. Levotiroksin sintetik (synthroid atau levothroid ) : preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter non toksik 2. Pemeliharaan berbagai fungsi vital : GDA, Pulse Oximetr y 3. Pemberian cairan: infus larutan glukosa pekat 4. Penggunaan panas eksternal 5. Terapi kortikosteroid 6. Pemberian oksigen (Oksigenasi)
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DASAR HIPOTIROIDISME a. PENGKAJIAN Data Subjektif
1.
Riwayat Pengalaman perubahan status sosial/ mental
2.
Mengalami sakit dada atau palpitasi
3.
Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
4.
Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
5.
Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
6.
Perubahan asupan makanan dan berat badan
7.
Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya
8.
Intoleransi terhadap cuaca panas
9.
Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas hidup sehari-hari
10. Perubahan menstruasi atau libido 11. Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek samping obat (Barddero, Marry, dkk. 2009) Data Objektif
1.
Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia
2.
Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolik menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur
3.
Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
4.
Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
5.
Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur
6.
Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan asupan makan bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum menurun
7.
Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri dari posisi duduk Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan T 3 dan T4 serum dan penurunan TSH serum (Barddero, Marry, dkk. 2009)
J. RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWAT AN Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif Tujuan : Meningkatka n partisipasi dalam aktifitas dan kemandirian
Perubahan suhu tubuh Tujuan : Pemeliharaa n suhu tubuh yang normal
INTERVENSI
1. Atur interval waktu antar aktifitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir 2. Bantu aktifitas keperawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah 3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress 4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktifitas
1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut 2. Hindari dan cegah pengunaan sumber panas dari luar (missal, bantal pemanas, selimut listrik, atau penghatang) 3. Pantau suhu tubuh pasien dan laporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien 4. Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan
RASIONAl
1. Mendorong aktifitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat 2. Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktifitas keperawatan mandiri 3. Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien 4. Menjaga pasien agar tidak melakukan aktifitas yang berlebihan atau kurang 1. Meminimalkan kehilangan panas 2. Mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler
HASIL YANG DIHARAPKAN
3. Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema 4. Meningkatkan
Beraktifitas dalam keperawatan mandiri Laporkan penurunan tingkat kelelahan Memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan Berpartisipasi dalam aktifitas dan berbagai kejadian dalam lingkungan Berpartisipasi dalam peristiwa dan aktifitas keluarga Melaporkan tidak adanya rasa nyeri dada, peningkatan kelelahan atau gejala sesak napas yang menyertai peningkatan akifitas. Mengalami berkurangnya gangguan rasa nyaman dan intoleransi terhadap hawa dingin Mempertahankan suhu tubuh dasar Melaporkan rasa hangat yang adekuat dan berkurangnya gejala menggigil Menggunakan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut
hembusan angin
Konstipasi berhubungan dengan penuruna fungsi gastrointesti nal
1. Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas batas retriksi cairan 2. Berikan makanan yang kaya akan serat
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal
3. Ajarkan pada pasien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air 4. Pantau fungsi usus
5. Dorong pasien untung meningkatkan mobilitas dalam batas-batas toleransi latihan 6. Dorong pasien untuk menggunakan pencahar dan enema hanya bila diperlukan saja
Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan umtuk terapoi pengganitan iroid seumur hidup Tujuan :
1. Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormone tiroid
2. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien
kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas 1. Meminimalkan kehilangan panas 2. Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar 3. Memberikan rasional peningkatan asupan cairan kepada pasien 4. Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal 5. Meningkatkan evakuasi khusus
6. Meminimalkan ketergantungan pasien pada pencahar serta enema, dan mendorong pola evakuasi usus yang normal 1. Memberika rasional penggunaan terapi penggantian hormone tiroid seperti yang diresepkan , kepada pasien
2. Mendorong pasien untuk
Menjelaskan rasional untuk menghindari sumber panas dari luar Mencapai pemulihan kepada fungsi usus yang normal Melaporkan fungsi usus yang normal Mengenali dan mengkonsumsi makanan yang kaya serat Minum cairan sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari Berpartisipasi dalam peningkatan latihan yang ditingkatkan secara bertahap Menggunakan pencahar seperti yang diresepkan dan menghindari ketergantungan yang berlebihan pada pencahar serta enema
Menguraikan program pengobatan dengan benar menjelaskan rasional bagi terapi penggantian hormone tiroid Mengenali hasil akhir terapi penggantian
pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan
3. Bantu pasien menyusaun jadwal; dan ceklis untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormone tiroid 4. Uraikan tandatanda dan gejala pemberian obat dengna dosis yang berlebihan dan kurang 5. Jelaskan perlunua tindak lanjut jangka panjang kepada pasien keluarganya
Pola nafas tidak efektif berhubungsa n dengan depresi ventilasi Tujuan : perbaikan status respiratorius dan pemeliharaa n pola nafas yang normal
1. Pantau frekuensi , kedalaman, pola pernafasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial 2. Dorong pasien untuk nafas dalam dan batuk 3. Berikan obat (hipnotik dan sedative) dengan hati-hati
4. Pelihara saluran nafas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi
mengenali perbaikan status fisik dan jkesehatan yang akan terjadi pada terapi hormone tiroid
3. Memastikan bahwa obat digunakan seperti yang diresepkan
4. Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi 5. Meingkatkan kemungkinanan bahawa keadaan hipo/hipertiroidi sme akan dapat dideteksi dan diobati 1. Mengidentifikasi hasil pemriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas internensi 2. Mencegah atelektasis dan meningkatkan pernafasan yang adekuat 3. Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernafasan akibat penggunaan
hormone tiroid yang positif Menggunakan obat bagi diri sendiri seperti yang diresepkan Mengenali efek samping yang merugikan yang harus dilaporkan kepada dokter : timbulnya kembali gejala hipotiroidisme dan terjadinya gejala hipertiroidisme Menyatakan perlunya kunjungan tindak lanjut ke dokter untuk jangka waktu lama
Memperlihatkan perbaikan status pernafasan dan pemeliharaan pola pernafasan yang normal Menunjukkan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi yang normal Menarik nafas dalam dan batuk ketika dianjurkan Menunjukkan suara nafas yang normal tanpa bising tambahan pada auskultasi Menjelaskan rasional penggunaan obat
jika diperlukan
Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskul er serta pernafasan Tujuan : Perbaikan proses berpikir
1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal, dan kejadian di sekitar dirinya 2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktivitas yang tidak bersifat mengancam 3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dari proses penyakit 4. Pantau proses kognitif serta mental dan responsnya terhadap pengobatan serta terapi lainnya
obat golongan hipnotik-sedatif 4. Penggunaan saluran nafas artificial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernafasan 1. Memudahkan orientasi realitas pada pasien
2. Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stress 3. Meyakinkan pasien terhadap penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasilakhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat 4. Memungkinka evaluasi terhadap efektivitas pengobatan
Miksedema dan koma miksedema Tujuan : tidak adanya komplikasi
1. Pantau pasien akan adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipotiroidisme a. Penurunan tingkat
1. Hipotiroidisme berat jika tidak ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan
yang berhati-hati Berpartisipasi pada saat dilakukan pengisapan dan ventilasi
Memperlihatkan perbaikan fungsi kognitif Mengidentifikasi waktu, tempat, tanggal, dan kejadian dengan benar Bereaksi ketika dirangsang Bereaksi secara spontan ketika pengobatannya berhasil Mengadakan interaksi secara spontan dengan keluarga dan lingkungan Menjelaskan bahwa perubahan dalam proses mental dan kognitif merupakan hasil dari proses penyakit Menggunakan obat seperti yang diepresikan untuk mencegah penurunan pada proses kognitif Tidak memperlihatkan miksedema dan koma moksedema Bereaksi secara tepat terhadap pertanyaan dan
kesadaran b. Penuurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi pernafasan, suhu tubuh, denyut nadi ) c. Peningkatan kesulitan dalam membangun dan menyadarkan pasien 2. Dukuing dengan ventilasi jika terjadi depresi dan kegagalan pernafasan
3. Berikan obat ( misalnya, normon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hatihati 4. Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu 5. Hindari penggunaan obat-obat hipnotik, sedatif dan analgetik
pelambatan seluruh system tubuh
2. Dukungan ventilasi diperlukan unutk memperthankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran nafas 3. Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin 4. Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas 5. Perubahan pada metabolisme obat-obat ini ssangat meningkatkan resiko jika diberikan pada keadaan miksedema
keadaan di sekitarnya Tanda-tanda vital kembali normal atau mendekati batas-batas normal Status pernafasan membaik dengan nafas spontan yang adekuat Melaporkan tidak adanya serangan angina atau tanda-tanda lain yang menunjukkan insufiensi jantung Tidak mengalami atau hanya mengalami komplikasi yang minimal akibat imobilitias
HIPERTIROIDISME A. DEFINISI
Hipertiroid adalah kelompok sindroma yang disebabkan oleh peninggian hormone tiroksin yang tidak terikat ( bebas ) dalam sir kulasi darah (Brunner, 2001)
Hipertiroid adalah penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas dimana terjadinya peningkatan kerja hormone tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid sehingga tampak pembesaran pada daerah tiroid ( Guytan&hall.2008.)
Hipertiroid adalah respom jaringan-jarigan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. ( Sylvia A. Pric e,2005)
B. ETIOLOGI
Ada beberapa etiologi, yaitu : 1. Penyakit grave Penyakit grave adalah penyakit autoimun yang bisa mengaktifkan aktivasi antibody yang menstimulasi kerja kelenjar tiroid , misalkan TSIg ( thyroid Stimulator Immunoglobulin), TPO (thyroid peroxidase antibodies) dengan cara berikatan dengan reseptor TSH sehingga menyebabkan aktivasi kerja kelenjar tiroid secara terus menerus dan tidak terkendali ( hipertiroid ) Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave termasuk:
Stres
Merokok
Radiasi pada leher
Obat-obatan dan
Organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus.
Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat nuklir yang standar yang menunjukkan secara panjang lebar pengambilan yang meningkat dari suatu yodium yang dilabel dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin mengungkap tingkat-tingkat TSI yang meningkat.
2. Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter Berkaitan dengan penambahan usia yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi bergumpal-gumpal membentuk nodul ( benjolan ). Kemudian, kelenjar tiroid bekerja secara otonom ( tidak merespon pengaturan TSH dan memproduksi hormone tiroid dengan bebas ) sehingga aktivitas kelenjar tiroid tidak terkendali dan menghasilkan hormone tiroid yang berlebihan ( hipertiroid ) Ketika ada suatu benjolan (nodule) tunggal yang memproduksi secara bebas hormon-hormon tiroid, itu disebut suatu functioning nodule. Jika ada lebih dari satu functioning nodule, istilah toxic multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning nodules mungkin siap dideteksi dengan suatu thyroid scan. 3. Pemasukan hormon-hormon tiroid yang berlebihan Konsumsi hormone tiroid yang berlebihan dalam usaha untuk menurunkan berat badan dapat mengakibatkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan ( hipertiroid ). Pasien-pasien ini dapat diidentifikasikan dengan mendapatkan suatu pengambilan yodium berlabel radioaktif yang rendah (radioiodine) pada suatu thyroid scan. 4. Pengeluaran abnormal dari TSH Sebuah tumor didalam kelenjar pituitari mungkin menghasilkan suatu pengeluaran dari TSH (thyroid stimulating hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi ini adalah sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk mengidentifikasi kekacauan ini, seorang endocrinologist melakukan tes-tes terperinci untuk menilai pelepasan dari TSH. 5. Tiroiditis ( peradangan pada tiroid ) Peradangan pada tiroid dapat mengakibatkan kelenjar tiroid bocor sehingga jumlah hormone yang masuk kedalam sirkulasi meningkat dan menyebabkan hipertiroid. Thyroiditis paling umum terjadi setelah suatu kehamilan dan dapat terjadi sampai dengan 8 % dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada kasus-kasus ini, fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan seringkali diikuti oleh suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan. 6. Pemasukan yodium yang berlebihan Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon tiroid. Suatu
kelebihan
yodium
dapat
menyebabkan
hipertiroid.
Hipertiroid
yang
dipengaruhi/diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone), yang digunakan dalam perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid. (sumber : http : //therizkikeperawatan.blogspot.com.hipertiroid.html)
C. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hipertiroidisme yaitu 10 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Pada wanita terdapat 20-27 kasus per 1.000 wanita, sedangkan pada pria sebanyak 1-5 kasus per 1.000 pria. Di Inggris, prevalensi hipertiroidisme dalam praktek umum adalah 25-30 kasus dalam 1.000 wanita, sedangkan di rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam 1.000 pasien. Di Amerika Serikat terdapat 3 kasus per 1.000 wanita. Data dari Wickham Survey pada pemeriksaan penyaring kesehatan dengan menggunakan Free Thyroxine Index menunjukkan prevalensi hipertiroidisme pada masyarakat sebanya 2%. (Brunner, 2001)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tirotoksikosis : a. Gelisah b. Mudah terangsang (hipereksitabel) c. Iritabel d. Merasa khawatir e. Tidak dapat duduk diam f.
Menderita palpitasi
g. Denyut nadi yang abnormal cepat h. Tidak tahan panas i.
Berkeringat
j.
Kulit kemerahan (flushing)
k. Pada lansia ditemukan kulit yang kering , tremor tangan dan eksoftalmos (mata yang menonjol). l.
Penurunan berat badan yang progresif
m. Kelelahan otot yang abnormal
n. Amenore o. Konstipasi atau diare p. Dekompensasi jantung q. Osteoporosis r.
Penigkatan hormon tiroid yang berlebihan .
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Pada mata : ulserasi kornea, neuropati optik dan miopati ekstrokular. Pada Organ lain
Infark Miorkad : peningkatan kerja jantung yang berlebih yang tidak tertangani, akan berujung pada kasus hipertensi. Kasus hipertensi tidak tertangani, merusak sel otot jantung, dan terdapat trombosit yang diangkut yang dapat menyebabkan tersangkut dan menyumbat aliran darah
Diabetes Melitus : Peningkatan glukoneogenesis, lipopisis, dan glikogenesis berdampak meningkatkan glukosa darah (Baradero, 2005)
Hipotiroidisme
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Farmakologi Ada 4 golongan penghambat sintesis hormon tiroid, yaitu:
Antitiroid — menghambat sintesis hormon secara langsung
Penghambat ion — yang memblok mekanisme transpor iodida
Yodium dengan konsentrasi tinggi — yang dapat mengurangi sintesis dan pengeluaran hormon dari kelenjarnya
Yodium radioaktif — yang merusak kelenjar dengan radiasi ionisasi
Juga ada beberapa obat yang tidak berefek pada hormon di kelenjar, tetapi digunakan sebagi terapi ajuvan, bermanfaat untuk mengatasi ejala tirotoksikosis, misalnya antagonis reseptor-β dan penghambat kanal Ca ++ . Penghambat sintesis seperti propiltiourasil (PTU) menghambat proses sintesis T4 dan T3, menghambat konversi T 4 menjadi T3, serta menghambta kerja enzim peroksidase dalam proses iodinasi tirosin. Pemberian iodida dalam dosis tinggi dapat ―meringankan‖ hipertiroidisme, karena iodida dalam konsentrasi tinggi menghambat proses transpor aktifnya sendiri ke dalam tiroid, dan bila yodium di dalam tiroid terdapat dalam jumlah cukup banyak maka terjadi hambatan sintesis iodotironin dan iodotirosin (Guyton and Hall, 2008). Berikut adalah contoh obat yang biasa di gunakan pada hipertiroid: 1. Propiltiourasil (PTU) (Lacy, 2006) - Nama generik : Propiltiourasil - Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik) -
Indikasi : hipertiroidisme
-
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
-
Bentuk sediaan : tablet 50 mg dan 100 mg
-
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam.
Hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari. - Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis. -
Mekanisme
Obat:
memhambatoksidasi
menghambat dari
iodin
sintesis dan
hormon
menghambat
tiroid
dengan
sintesistiroksin
dan
triodothyronin -
Resiko khusus : hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati.
2. Methimazole (Lacy, 2006) - Nama generik : Methimazole - Nama dagang : Mapazole -
Indikasi : agent antitiroid
-
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
-
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
-
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
-
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
-
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan
3. Karbimazole (Lacy, 2006) - Nama generik : Karbimazole - Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
-
Indikasi : hipertiroidisme
-
Kontraindikasi : blocking replacement
regimen tidak
boleh diberikan
pada
kehamilan dan masa menyusui. -
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
-
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
-
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, l eukopenia.
-
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui.
Penatalaksanaan Non Farmakologi (Brunner,2001)
Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari baik dari makanan maupun dari suplemen.
Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
Olah raga secara teratur.
Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
Penatalaksanaan Bedah (Lacy, 2006) Tiroidektomi - Definisi: suatu tindakan pembedahan dengan cara pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid pada kedua lobus. -
Ruang lingkup: benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan disertai tanda hipertiroidi, benjolan difus, optalmopati dikarenakan kelainan auto imun.
-
Indikasi operasi
Usia < 40 tahun.
Disertai nodul tiroid.
Anak-anak.
Wanita hamil.
-
-
Problem kardiologis akibat penyakit Graves.
Kontra indikasi operasi
Penyakit Graves rekuren.
Alergi OAT.
Resiko tinggi untuk bedah/anestesi.
Komplikasi operasi Komplikasi dini paska bedah Perdarahan.
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DASAR HIPERTIROIDISME A. Pengkajian
I. Identitas Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat :Agama :Suku :Pendidikan :Pekerjaan :Diagnosa medis : Hipertiroidisme II. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Klien mengeluh terdapat pembesaran leher sejak dua bulan terakhir. b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada tanggal 15 November 2009 Ny. Uj datang keluhan saat awal terdapat pembesaran leher sejak dua bulan terakhir, keluhan lain keringat banyak (+), gemetar (+),berdebar-debar(+), dengan kesadaran CM dan suhu afebris. c. Riwayat Kesehatan Dahulu -
Sejak satu tahun lalu klien rutin control ke poliendokrin setelah di rujuk dari poli penyakit dalam.
-
Menanyakan apakah klien sebelumnya mempunyai penyakit kanker?
d. Riwayat Kesehatan Keluarga -
Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit dengan tanda dan gejala yang sama?
e. Riwayat Psikologi -
Kaji apakah klien mengalami masalah psikologi berhubungan dengan perubahan fisiknya (eksoftalmus, nodul goiter pada leher)?
III. Kebutuhan Dasar a. Pola makan
: meningkat , biasanya pada pasien hipertiroidisme sering
merasa lapar karena adanya hipermetabolisme. b. Pola minum
: meningkat karena adanya pengeluaran keringat yangh
berlebihan. c. Pola napas
: terganggu karena kebutuhan oksigen meningkat.
d. Pola eliminasi : terganggu, pada pasien hipertiroidisme biasanya terjadi motilitas usus. e. Pola tidur f.
: terganggu karena palpitasi dan kecemasan.
Pola aktivitas : terganggu karena terjadi kelemahan umum
IV. Pemeriksaan Fisik a. Antropometri TB BB b. TTV
: 161 cm : 60 kg
TD : 110/80 mmHg (N=90-130/70-90 mmHg) RR : 20 x/menit (N=12-20 x/menit) T : afebris (N=36,5-37,50 C) HR : 100 x/menit (N=60-100 x/menit) c. Pemeriksaan Head to toe 1. Kulit dan rambut
inspeksi warna rambut
palpasi jumlah rambut
kulit : DBN
tidak toleran terhadap panas
miksedema pratibial / dermofati (penebalan dan hiperfigmentasi kulit lokal di aspek anterior kaki dan tungkai bawah).
2. Kepala Bentuk simetris antara kanan dan kiri, bentuk lonjong, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan. 3. Mata
Eksoftalmus +/+ (bola mata terdorong ke depan dan mata menonjol dari tulang orbita), mata berair, dan tidak dapat menutup dengan sempurna.
Konjungtiva pucat (-)
Ikterik (-)
Penglihatan kabur
4. Telinga Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada se rumen pada lubang telinga, tidak ada benjolan 5. Hidung Simetris, tdak ada secret, tidak ada lesi, tidak ada benjolan 6. Mulut Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih 7. Leher
Terdapat pembesaran leher
Kelenjar tiroid: teraba dufuse
lingkar leher 33,5cm
Tiroid kiri : membesar dengan ukuran 3,33x2,82x6,56cm.
Tiroid kanan: 3,43x2,55x4,31 cm tampak nodul hi poechoik dengan batas tegas (halo)dengan ukuran 0,96x0,85x1,11cm dan lesi heterogen hipo dan hiperechoik dengan ukuran 1,06x1,01x1,08.
Struma difusa bilateral dengan nodul multipel di lobus kanan
8. Dada dan thorax Dada simetris kanan dan kiri, resonan, getaran focal femitus sama antara kanan dan kiri. Dada berdebar-debar. 9. Abdomen Perut datar, simetris. 10. Ekstremitas
Tremor (+)
Atas lengkap, terdapat kelemahan otot, pengeluaran keringat (+)
Bawah lengkap, terdapat kelemahan otot, kepengeluaran keringat (+)
V. -
Kekuatan otot 4
4
4
4
Pemerikasaan diagnostic (Risma) USG (Data Pasien) : memberikan ukuran tiroid yang lebih luas dan bebas bias pengukuran. Pengukuran yang tepat untuk melihat pembesaran volume tiroid berdasarkan panjang, jarak dan ketebalan. Hasil USG tiroid: 1. Tiroid
kiri
:
membesar
dengan
ukuran
3,33x2,82x6,56cm.
Echoparenkim homogeny normal. Tak tampak nodul/kalsifikasi. Pada Doppler tampak vaskuler meningkat intratiroid. 2. Tiroid kanan: 3,43x2,55x4,31 cm tampak nodul hipoechoik dengan batas tegas (halo)dengan ukuran 0,96x0,85x1,11cm dan lesi heterogen hipo dan hiperechoik dengan ukuran 1,06x1,01x1,08. Pada Doppler tampak vaskuler pada tepi lesi . Kesan : struma difusa bilateral dengan nodul multipel di lobus kanan sugestif lesi benigna -
Skintigrafi : teknik ini akan menghasilkan gambaran visual yang menentukan lokasi radioaktivitas di daearah yang dipindai.
-
Scanning Tiroid Kesan : Bilatersal difusa struma Fungsi uptake : tinggi, aspect hyperthyroidea dengan exopthalmic goiter sesuai Grave’s disease.
Pemeriksaan Lab (Doengoes, 2000)
T4 Serum
Biasanya menunjukan kenaikan. Nilai Normal : 4,5-11,5
µg/dL(58,5- 150 nmol/L).
T3 Serum
Pada kasus hipertiroid mengalami kenaikan. Nilai normal : 70-220
ng/dL (1,15-3,10 nmol/L).
Tes T3 ambilan resin
Untuk mengukur kadar TBG tak jenuh. Nilai normalnya
25-35%. Pada hipertiroidisme T3 resin > 35%.
Tes TSH
Sangat penting untuk menegakkan diagnose dan penatalaksanaan
kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri atau pada kelenjar hipofisis.
Tes TRH
Untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan sangat efektif jika
tes T3 dan T4 tidak bisa dianalisa.
Ambilan iodium radioaktif Untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid akan mengalami penumpukan
dalam proporsi yang tinggi.
Pemeriksaan gula darah
Penderita hipertiroid biasanya mengalami peningkatan
serum gula darah akibat kerusakan adrenal.
Kortisol plasma kerusakan adrenal menyebabkan penurunan kortikol plasma.
Pemeriksaan fungsi hepar sekresi hepar menunjukan kondisi abnormal.
Pemeriksaan Elektrolit
kondisi hiponatermia akibat respon adrenal atau
efedelusi terapi cairan, hipokalemia akibat dieresis dan kehilangan dari GI. Pemeriksaan Lain (Smeltzer,2002)
Pemeriksaan EKG
penderita hipertiroid
Untuk mengetahui abnormalitas kerja jantung. Pada terjadi fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek
kardiomegali.
USG tiroid
Untuk memberikan gambaran ukuran tiroid yang lebih luas dan
bebas dari bias pengukuran. Pengukuran yang tepat untuk melihat pembesaran volume tiroid berdasarkan panjang, jarak, dan ketebalan kedua cuping.
Batas Normal Volume Tiroid Berdasarkan USG : Laki-laki Perempuan Umur
WHO (ml)
Indonesia (ml)
WHO (ml)
Indonesia (ml)
6
3,8
2,4
3,6
4,0
7
4,0
3,9
4,2
4,1
8
4,3
4,6
4,9
6,1
9
4,8
5,9
5,7
6,7
10
5,5
6,8
6,5
7,5
11
6,4
7,8
7,4
8,0
12
7,4
8,1
8,3
9,9
Sumber : WHO/ICCIDD (1997)
Skintigrafi
pemindaian sangat membantu dalam menentukan lokasi, ukuran,
bentuk, dan fungsi anomatik kelenjar tiroid, khusunya kalau jaringan tiroid tersebut terletak substernal atau berukuran besar. Identifikasi daerah yang mengalami peningkatan fungsi (hot areas) atau penurunan fungsi (cold areas) dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebuthan energy ditandai oleh kelemahan otot 2. Gangguan Body Image berhubungan dengan perubahan fisiologis kelenjar tiroid ditandai oleh adanya struma difusa 3. Ansietas berhubungan dengan stimulus system saraf ditandai oleh gelisah dan gemetar 4. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik. Intervensi Keperawatan (Eva) No
1.
Diagnosa Keperawatan Intoleran aktivitas b.d peningkatan kebutuhan energy d.o kelemahan otot
Tujuan
Intervensi
Aktivitas dapat terpenuhi selama perawatan dengan criteria hasil:
TTV
klien
mengalami sebesar
10%
tidak kenaikan
Rasional
Mandiri : 1. Pantau TTV dan 1. Nadi
luas
catat nadi baik saat
meningkat
istirahat
bahkan saat istirahat,
maupun
saat beraktivitas.
setelah
dan
takikardia
(>160
x/menit)
melakukan aktivitas.
secara
mungkin
akan ditemukan
Mengungkapkan secara verbal
peningkatan
tentang tingkat
2. Catat
takipnea,
energi
2. Kebutuhan
perkembangan dipsnea,
pucat, dan sianosis.
konsumsi
dan O2
ditingkatkan
akan pada
Menunjukan
perbaikan
kemampuan
untuk
hipermetabolik,yang
berpartisipasi
dalam
merupakan potensial
beraktivitas
keadaan
akan terjadi hipoksia saat beraktivitas. 3. Menurunkan
3. Berikan lingkungan tenang; yang
yang ruangan dingin,
stimulasi
yang
kemungkinan
besar
dapat
menimbulkan
turunkan stimulasi
agitasi,
sensori,
insomnia.
warna-
warna yang sejuk, musik yang santai
hiperaktif,
(tenang) 4. Sarankan
klien
4. Membantu
melawan
untuk mengurangi
pengaruh
aktivitas
peningkatan
dan
dari
metabolisme
meningkatkan istirahat di tempat tidur 5. Berikan
tindakan
yang
membuat
klien
nyaman,
seperti
5. Dapat energi
menurunkan dalam
yang
saraf
selanjutnya
meningkatkan
sentuhan/massage,
relaksasi.
bedak yang sejuk. 6. Memberikan
6. Memungkinkan untuk
aktivitas pengganti
menggunakan energi
yang
dengan
cara
menyenangkan dan
konstruktif
dan
tenang
mungkin juga akan
seperti
membaca,
menurunkan ansietas
mendengarkan radio,
dan
menonton televisi 7. Hindari
7. Peningkatan
membicarakan topic
kepekaan yang
dari
susunan saraf pusat
menjengkelkan
dapat
menyebabkan
atau
klien
mudah
terangsang,
agitasi,
yang
mengancam pasien.
emosi berlebihan.
Kolaborasi : 1. Berikan obat sesuai
indikasi:
2.
Gangguan Body Image b.d perubahan fisiologis kelenjar tiroid d.o struma difusa
Klien menunjukkan persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuhdengan criteria hasil: Mengungkapkan
mengatasi
keadaan
Sedative; mis., fenobarbital (luminal), tranquilizer mis., klordiazepoksida (librium) 1. Dorong
(gugup),
hiperaktif,
dan
insomnia.
1. Berikan
kesempatan
pengungkapan
untuk mengidentifikasi
mengenai masalah
rasa takut/ kesalahan
tentang
konsep
proses
penyakit,
Kolaborasi : 1. Untuk
harapan
masa depan
dan
menghadapinya secara langsung
peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
2. Diskusikan persepsi 2. Isyarat mengenai
verbal
atau
menghadapi
klien
penyakit
bagaimana
Klien dapat
terdekat menerima
mempunyai
menyusun rencana
keterbatasan
mayor pada bagaimana
orang
nonverbal
orang
terdekat
dapat pengaruh
realistis untuk
klien
masa depan
dirinya sendiri 3. Perhatikan perilaku menarik
diri,
menunjukkan
emosional
ataupun
metode
penggunaan menyangkal
3. Dapat
memandang
atau
terlalu memperhatikan tubuh/perubahan
koping
maladaptive, membutuhkan intervensi lanjut/dukungan psikologis
lebih
4. Ikut sertakan klien 4. Meningkatkan dalam
perasaan
merencanakan
kompetensi/harga diri,
perawatan membuat
dan jadwal
aktivitas
mendorong kemandirian,
dan
mendorong partisipasi dalam terapi
Kolaborasi 5. Rujuk
Kolaborasi pada 5. Klien atau orang konseling psikiatri, terdekat mungkin mis., membutuhkan
pskiatri/psikolog
dukungan
selama
berhadapan
dengan
proses jangka panjang/ ketidakmampuan 3.
Ansietas b.d stimulus system saraf d.o gelisah dan gemetar
Ansietas yang dialami klien berkurang/hilang dengan criteria hasil:
Klien tampak rileks
Klien
melaporkan
ansietas sampai
berkurang tingkat
dapat
diatasi
laku
tingkah yang
Mandiri : 1. Ansietas ringan dapat
ditunjukan
menunjukan tingkat
peka
ansietas.
insomnia.
dengan
rangsang
mampu
mengidentifikasi sehat
membagikan perasaannya
cara untuk
dan
Ansietas
berat yang berkembang ke
dalam
keadaan
panic
Klien
hidup
Mandiri : 1. Observasi
dapat
menimbulkan perasaan terancam,
terror,
ketidakmampuan untuk
bicara,
bergerak,dan berteriakteriak.
2. Pantau respon fisik, palpitasi, yang
gerakan berulang-
2. Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik
pada
ulang,
daerah
reseptor,
hiperventilasi,
bersamaan
insomnia.
efek-efek
kelebihan
hormone
tiroid,
dengan
menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa
kelebihan
katekolamin
ketika
kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.
3. Kurangi
stimulasi
dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang,
berikan
kelembutan, yang
music
nyaman,
kurangi lampu yang terlalu
terang,
kurangi
jumlah
orang
3. Menciptakan lingkungan
yang
terapeutik; menunjukan penerimaan aktivitas dapat
bahwa personel
meningkatkan
ansietas klien.
yang
berhubungan dengan klien. 4. Tekankan
harapan
4. Memberikan informasi
bahwa pengendalian
dan meyakinkan klien
emosi itu harus tetap
bahwa
diberikan
adalah sementara dan
sesuai
keadaan
itu
dengan
akan membaik dengan
perkembangan
pengobatan.
terapi obat Kolaborasi : 1. Berikan
obat
Kolaborasi : 1. Dapat
digunakan
ansietas
bersamaan
dengan
(transquilizer,
pengobatan
sedative) dan pantau
menurunkan pengaruh
efeknya.
sekresi hormone tiroid
untuk
yang berlebihan.
2. Rujuk pada system
2. Terapi
penyokong
penyokong
sesuai
yang
kebutuhan
seperti
mungkin
konseling,
ahli
klien/orang
agama,
dan
jika
pelayanan social.
terus-menerus dibutuhkan terdekat
krisis
itu
menimbulkan perubahan gaya hidup pada klien itu sendiri.
3
Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hipermetabolik
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil:
Mandiri : 1. Auskultasi
Mandiri : bising 1. Bising usus hiperaktif
usus
mencerminkan
Menunjukkkan BB yang
peningkatan
stabil
Terbebas
dari
tanda-
tanda malnutrisi
motilitas
lambung
yang
menurunkan
atau
mengubah
fungsi
absorpsi
2. Catat dan laporkan adanya
anoreksia,
kelemahan umum/nyeri, nyeri
2. Peningkatan adrenergik
aktivitas dapat
menyebabkan gangguan
sekresi
abdomen,
insulin/terjadi resisten
munculnya
mual-
muntah
yang
mengakibatkan
hiperglikemia, polidipsia,
poliuria,
perubahan
kecepatan
dan
kedalaman
pernapasan
(tanda
asidosis metabolik)
3. Pantau makanan
masukan setiap
hari dan timbang BB setiap hari serta laporkan
adanya
penurunan BB
3. Penurunan BB terusmenerus
dalam
keadaan
masukan
kalori
yang
cukup
merupakan
indikasi
kegagalan
terhadap
terapi antitiroid. 4. Membantu
menjaga
untuk
pemasukan
kalori
meningkatkan
cukup
tinggi
untuk
jumlah makan dan
menambahkan
kalori
juga makanan kecil
tetap
dengan
penggunaan
menggunakan
yang
makanan
adanya hipermetabolik.
4. Anjurkan
klien
tinggi
tinggi
pada kalori
disebabkan
kalori yang mudah dicerna 5. Hindari pemberian makanan
yang
5. Peningkatan saluran
motilitas
pencernaan
dapat
dapat
mengakibatkan
meningkatkan
diare
dan
peristaltik
usus
(mis teh, kopi dan
gangguan
absorpsi nutrisi yang diperlukan.