21
PERENCANAAN PEMBELAJARAN SEJARAH
LAPORAN HASIL OBSERVASI
MUSEUM NASIONAL
Oleh
TRIYATMI
OBSERVASI MUSEUM NASIONAL
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Observasi ini dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang laporan observasi, beserta dokumentasi yang telah kami lakukan di Museum Nasional. Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui secara lebih rinci isi dari Museum Nasional dan juga ciri khas yang terdapat pada museum tersebut. Kami berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta, Mei 2016
Penyusun
Pendahuluan
Jika bicara sejarah, kurang lengkap kiranya jika kita tidak menyebut satu kata ini. Ya, "museum". Lalu, apakah museum itu? Secara sederhana, museum dapat diartikan sebagai tempat menyimpan barang-barang kuno. Lebih rinci, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu.
Setelah kita mengetahui pengertian dari kata "museum" tersebut, kita mulai mengulas sedikit salah satu museum. Dalam laporan hasil observasi ini, kami akan mengulas sedikit tentang salah satu museum yang cukup terkenal di Jakarta, yaitu Museum Nasional (Museum Gajah).
Adapun ulasan tentang Museum Nasional ini terdiri dari lokasi Museum Nasional, sejarah singkat Museum Nasional, ciri khas Museum Nasional, pemeliharaan koleksi museum, informasi umum terkait Museum Nasional, kondisi Museum Nasional, hubungan Museum Nasional dengan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran Sejarah, dokumentasi, dan kesimpulan dari penulis.
Lokasi Museum Nasional
Museum Nasional terletak di Jalan Medan Merdeka Barat no.12, Jakarta Pusat. Lokasi Museum Nasional ini terletak ditempat yang strategis, yaitu berada ditepi jalan tepat di sebelah barat halte Trans Jakarta. Akses ke Museum Nasional ini pun cukup mudah dan murah meriah. Dengan uang 3500 rupiah kita dapat sampai di museum ini dengan menggunakan angkutan massal yaitu bus Trans Jakarta (Busway). Apabila dari Universitas Negeri Jakarta kita naik bus jurusan Dukuh Atas, turun di halte pemberhentian terakhir yaitu halte Dukuh Atas,kemudian naik bus Trans Jakarta Koridor I (Blok M - Kota) dan berhenti di halte Monumen Nasional. Letak museum ini berdekatan dengan Monumen Nasional.
Peta Lokasi MUSEUM NASIONAL
Sejarah Singkat Museum Nasional
Museum Nasional ini diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada awalnya sekitar tahun 1752 di Harleem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen yaitu suatu perkumpulan Ilmiah Belanda. Hal ini mendorong orang-orang Belanda yang berada di Batavia untuk mendirikan organisasi yang serupa dengan organisasi yang ada di Belanda.
Salah sorang pendiri lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yaitu JCM Radermacher. Tujuan lembaga ini untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang imu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Semboyan lembaga ini yaitu 'Ten Nutte van het Algemeen' (Untuk Kepentingan Mayarakat Umum).
Ia menyumbangkan sebuah rumah milikinya di daerah Kalibesar, dan buku-buku yang ia punya. Sumbangan ini lah yang nantinya menjadi cikal bakal museum ini. Setelah koleksi terus meningkat, akhirnya pada masa pemerintahan Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles. Ia memutuskan untuk mendirikan gedung museum ini pada tahun 1862 dan baru dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Pada tahun 1923 perkumpulan ini mendapat gelar 'koninklijk' karena jasanya dalam bidang ilmiah dan pada tahun 1925 lembaga Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berubah nama menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya"
Mengingat pentingnya museum ini bagi masyarakat Indonesia, maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum ini kepada pemerintah Indonesia yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 092/0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Di kalangan masyarakat Indonesia, museum ini dikenal juga sebagai 'Museum Gajah' karena dihalaman depan museum terdapat suatu patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Siam (Thailand) yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Selain itu museum ini juga dikenal dengan sebutan 'Gedung Archa' karena di dalam gedung memang banyak terdapat berbagai jenis dan bentuk archa yang berasal dari berbagai periode.
Ciri Khas Museum
Museum Gajah banyak mengkoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah arca-arca kuna, prasasti, benda-benda kuna lainnya dan barang-barang kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, dan Emas. Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan pembelian.
Museum Nasional merupakan museum yang utamanya berisi dengan berbagai peninggalan arkeologi Indonesia. Beratus arca berbagai ukuran dari seukuran dompet hingga lebih besar dari manusia ada disana. Arca-arca ini merupakan kumpulan dari berbagai penemuan arkeologies yang ada di beberapa tempat di tanah air. Tidak hanya arca, penemuan berupa fosil yang diperoleh dari lembah sungai Trinil, beberapa diantaranya juga disimpan di museum ini. Hasil kerajinan khas suatu daerah dalam bentuk patung maupun kain dan juga bentuk bangunannya juga ikut dipamerkan pada Museum Nasional ini. Selain itu, banyak juga koleksi keramik dari negeri-negeri tetangga seperti Thailand, Cina, Jepang dan lain-lain yang ditemukan di wilayah Indonesia.
Museum Nasional memiliki 2 Gedung Antara Lain :
Gedung Gajah, yang meliputi :
Ruang Pameran Koleksi Sejarah (Historic Collections)
Ruang Pameran Koleksi Etnografi (Ethnography Collections),
Ruang Pameran Koleksi Geografi (Geography Collections),
Ruang Pameran Koleksi Prasejarah (Prehisictoric Collections),
Ruang Pameran Koleksi Arkeologi (Archaeology Collections),
Ruang Pameran Koleksi Numismatik/Heraldik & Keramik Asing (Numismatic/Heraldic & Ceramic Collection).
Gedung Arca, yang meliputi :
Lantai 1 – Manusia dan Lingkungan ( The first floor is the Nature and Environment);
Lantai 2 – Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi (Second floor for economic and trade);
Lantai 3 – Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman (Third floor is the social organization);
Lantai 4 – Koleksi Emas dan Keramik Asing (Fourth floor is the Regalia/The Gold Objects and Ceramics).
Gedung ini merupakan gedung baru yang disediakan oleh Museum Nasional. koleksi-koleksi yang ada dipisah-pisah berdasarkan perlantai mengikut periode perkembangan/waktu peradaban. Apabila pengunjung ingin naik ke lantai diatasnya, tidak perlu bersusah-susah menggunakan tangga manual/darurat karena fasilitas lift telah tersedia disetiap lantai. Deskripsi tiap lantai adalah sebagai berikut:
Lantai 1 – Manusia dan Lingkungan ( The first floor is the Nature and Environment)
Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa fosil-fosil jaman prasejarah dan kehidupan keseharian manusia purba yang masih sangat primitif.
Lantai 2 – Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi (Second floor for economic and trade)
Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa prasasti dari beberapa periode kerajaan, keramik, alat navigasi saat berlayar, alat berburu dan memotong, alat transportasi sepeda dan kapal serta koleksi lainnya.
Lantai 3 – Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman (Third floor is the social organization)
Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa menhir, nekara, rumah adat, sisir, prasasti, mahkota kerajaan, alat penangkap ikan dan koleksi-koleksi lainnya
Lantai 4 – Koleksi Emas dan Keramik Asing (Fourth floor is the Regalia/The Gold Objects and Ceramics)
Di lantai ini penjagaannya ketat mungkin karena koleksinya adalah berupa emas dan keramik asing sehingga perlu pengawasan yang ekstra agar tidak terjadinya pencurian atau pembobolan.
Pemeliharaan Koleksi
Pada 1960an, pernah terjadi pencurian koleksi emas yang dilakukan oleh kelompok pimpinan Kusni Kasdut. Pada 1979 terjadi pula pencurian koleksi uang logam. Pada 1987 beberapa koleksi keramik senilai Rp. 1,5 milyar. Pada 1996 pencurian lukisan yang bisa ditemukan kembali di Singapura dan pada tahun 2013 terjadi pencurian kembali yaitu Empat artefak emas peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dari abad X hingga abad XI, yakni Naga Mendekam, Bulan Sabit Beraksara, Wadah Bertutup Cepuk, dan Harihara.
Hal ini menyadarkan pengelola bahwa keamanan adalah faktor penting untuk menjaga koleksi. Karena itu museum dilengkapi dengan alarm, kamera pengaman, dan petugas keamanan di setiap sudutnya. Kondisi koleksi dijaga dengan ketat dengan usaha konservasi. Selain itu pengelola mengembangkan aspek integritas pada sistem tata kelola museum, dengan melakukan pelatihan SDM. Mengapa aspek integritas? Karena, menurut pengelola museum bagaimana bisa menjaga museum apabila tidak mencintai museum tersebut. Pengelola bersama pemerintah mengajak seluruh masyarakat agar mencintai situs dan cagar budaya "Museum Nasional". Terutama adalah koleksi dari kertas yang butuh penanganan hati-hati. Seringkali bagian koleksi yag rusak diganti dengan bahan tiruan. Meskipun hal ini mengurangi otentisitas, tetapi tetap mempertimbangkan sisi estetika dan bentuk asli karya yang dikonservasi.
Informasi Umum
Jam Operasional
Senin : Tutup
Selasa-Jumat : 8.30-16.00
Sabtu-Minggu : 8.30-17.00
Tiket
Pengunjung Perorangan:
Dewasa : Rp 5.000,-
Anak-anak : Rp 2.000,-
Pengunjung Rombongan (minimal 20 orang) :
Dewasa : Rp 3000,-
Anak-anak (TK s.d SMA) : Rp 1.000,-
Pengunjung Asing : Rp 10.000,-
Informasi tentang Museum Nasional
Situs web: http://www.museumnasional.or.id
E-mail:
[email protected]
Contact Tour Guide Museum Nasional: 62-21-3811551/ 3447778
Kondisi Museum Nasional
Kondisi Museum Nasional bisa dikatakan sangat lengkap, hanya saja pada saat kami datang, sedang ada renovasi beberapa bangunan di Museum tersebut, namun itu tidak mengurangi nilai estetika dari Museum Nasional. Museum Nasional dilengkapi oleh eskalator dan lift untuk memudahkan pengunjung. Museum ini boleh dibilang telah kehabisan tempat untuk menampung semua "kolektor" yang dimilikinya. Untuk itulah Museum Nasional sedang berbenah diri dengan memperluas area pameran dengan penambahan gedung bertingkat di sebeah utara dan barat dari bangunan utama. Sebelah Utara rencananya akan dibangun enam lantai plus dua lantai bawah tanah (basement), sementara gedung belakang (barat) sepuluh lantai dan juga dua lantai bawah tanah. Pembangunan itu untuk menambah ruang yang saat ini dirasa sudah tak lagi memadai menampung seluruh benda koleksi Museum Nasional. Benda koleksi Museum Nasional sekarang mencapai sekitar 66.600 potong, yang terdiri dari 61.600 benda prasejarah dan antropologi, serta sekitar 5.000 benda arkeologi, yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara. Dengan penambahan luasan area pameran tersebut diharapkan pengaturan koleksi yang dimilikan bisa lebih rapi, tidak "sekedar memanfaatkan sisa tempat", seperti apa yang ada saat ini.
Hal lain yang mungkin perlu ditingkatkan adalah, penyediaan sarana berupa buku atau katalog yang bisa memberi sedikit informasi kepada pengunjung akan berbagai objek yang ada di Museum Nasional. Tidak harus dalam bentuk gratis,
Hubungan dengan KD
Adapun dari hasil kunjungan ke Museum Nasional ini, kami dapat menghubungkan berbagai koleksi museum beserta informasi di dalamnya dengan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran Sejarah di tingkat SMA/sederajat kelas X (sepuluh). Kompetensi Dasar (KD) tersebut yakni:
3.2 Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara.
3.4 menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya pra aksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat.
3.6 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Dokumentasi
Gedung Museum Nasional (tampak dari luar)
Denah Museum Nasional
Diorama Kehidupan Manusia Pra Aksara
Contoh Peninggalan Kehidupan Manusia Praaksara, Sarkofagus
Taman Arca
Prasati Peninggalan Kebudayaan Hindu-Buddha
Arca Peninggalan Kebudayaan Hindu-Buddha
Peninggalan Kebudayaan Hindu-Buddha berupa Logam
Contoh Miniatur Rumah Adat di Nusantara
Contoh Seperangkat Alat Musik Tradisional di Nusantara
Patung Gajah Hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Siam (Thailand)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan dan observasi kami di Museum Nasional, dapat kami sampaikan sekadar testimonial dan penyimpulan untuk beberapa hal. Di antaranya, yakni: keberadaan museum dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai tempat memperdalam wawasan kehidupan masyarakat masa lampau dan berguna juga sebagai sarana rekreasi melepas penat dari hiruk-pikuk kehidupan perkotaan.
Jika kita melihat sekilas manfaat dari museum tadi, namun masih terbilang sedikit dari kebanyakan masyarakat yang benar-benar berminat untuk mengunjungi museum. Hal ini terlihat ketika kami mengunjungi Museum Nasional pada tanggal 7 Mei 2014, sekitar pukul 09.00 – 11.00 WIB, beberapa pengunjung museum kebanyakan adalah orang-orang tua dan rombongan siswa dari beberapa sekolah. Sedangkan anak remaja terlihat tidak begitu banyak dibanding kelompok sebelumnya (kecuali bagi mereka yang mendapat tugas dari sekolah atau kampusnya). Padahal fasilitas-fasilitas dalam museum cukup mumpuni, meski tidak semuanya. Mungkinkah kesan bahwa museum itu merupakan tempat yang membosankan bahkan menakutkan masih tertanam dalam pandangan sebagian masyarakat Indonesia?
Terkait pembelajaran sejarah, keberadaan Museum Nasional bermanfaat sebagai sumber belajar guna memperkuat pemahaman para siswa terkait materi pelajaran sejarah tentang kehidupan masyarakat Indonesia dari masa pra aksara, masa Hindu-Buddha, dan terdapat materi tentang kebudayaan yang ada di Indonesia, serta masih banyak lagi. Dari museum, kita pun dapat memperoleh banyak informasi yang mungkin tidak kita temukan dalam buku pelajaran / buku teks.
Untuk penutup, kami menyampaikan testimoni akhir, yakni semoga minat masyarakat Indonesia (pada umumnya) untuk mengunjungi museum makin meningkat, disertai dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan museum beserta isinya. Bagaimana pun juga dengan terawatnya museum dapat merawat juga warisan kebudayaan masyarakat di Indonesia pada masa lampau. Dengan demikian, ingatan generasi masa kini dan masa depan terhadap sejarah bangsanya tidak mudah terhapus dari pikirannya.