3
LAPORAN OBSERVASI
MUSEUM MANDALA WANGSIT
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen Museum yang diampu oleh:
Drs. H. Toto Fathoni, M.Pd
Miyarso Dwi Ajie, M.I.Kom
Angga Hadiapurwa, M.I.Kom
Oleh:
Achmad Riyadi Alberto 1307672
PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS (ILMU) INFORMASI
DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
MUSEUM MANDALA WANGSIT
Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. (Wikipedia, 2014)
Dikutip dari Wikipedia (2014), museum sejarah berisi pengetahuan sejarah yang erat kaitannya dengan masa kini dan masa depan. Beberapa museum sejarah mempunyai benda koleksi yang jenisnya sangat beragam, mulai dari artefak, dokumen, hingga benda sejarah yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tertentu.
Terdapat beberapa macam museum sejarah, salah satunya adalah rumah bersejarah yang memiliki nilai sejarah atau arsitektural tinggi. Kedua adalah situs bersejarah yang dijadikan museum. Ketiga adalah museum terbuka atau disebut juga open air museum. Di museum seperti ini, masyarakat yang ada di dalamnya berusaha untuk membuat reka ulang kehidupan pada suatu kejadian sejarah dengan sebaik mungkin, termasuk bangunan dan bahasanya.
Museum Mandala Wangsit, sebuah museum yang berada di hiruk pikuk kota, tepatnya di Jalan Lembong No. 38, Braga, Bandung, Jawa Barat. Sebuah museum yang memuat banyak sejarah pra-kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan yang berada disekitar objek wisata utama Kota Bandung. Namun pada kenyataannya museum ini seringkali hanya dilewati oleh banyak orang yang melewat di depannya karena seakan-akan keberadaan museum ini kurang nampak yang disebabkan oleh banyaknya gedung-gedung tinggi di sekitarnya seperti Hotel Grand Royal Panghegar hingga Hotel Crown Plaza. Saat pertama memasuki area museum ini, pengunjung akan sedikit kebingungan, terutama bagi pengendara kendaraan bermotor karena sama sekali tidak ada petunjuk arah kemana motor harus diparkir. Selain itu, papan petunjuk museum pun hanya ada satu buah dan itupun terletak di area museum bagian dalam, tidak sewaktu pertama kali memasuki area museum petunjuk-petunjuk arah itu disimpan.
Nama museum ini adalah Mandala Wangsit, merujuk pada asal katanya yang dari bahasa Sansekerta, "Mandala" berarti tempat dan "Wangsit" berarti pesan. Sehingga dengan penjabaran tersebut dapat diartikan bahwa Museum Mandala Wangsit merupakan Museum dimana koleksinya merupakan pesan-pesan dari para pejuang. Museum ini dikelola dibawah naungan Tentara Nasional Indonesia (TNI), pengelolanya pun merupakan anggota TNI yang berjumlah 7 orang yang telah diberikan pendidikan tentang kemuseuman oleh TNI.
Museum Mandala Wangsit memiliki beberapa keunikan sekaligus menjadi ciri khas museum. Pertama, bangunan gedung museum ini bernuansa hijau, selaras dengan TNI yang memiliki ciri khas warna hijau. Kedua, di area depan sewaktu memasuki area museum, pengunjung akan disuguhkan oleh kendaraan-kendaraan perang pada era dulu, seperti panser, ambulance, dll. Ketiga, koleksi di dalam museum semuanya murni merupakan peninggalan-peninggalan era peperangan dari mulai era pra-kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan.
Bangunan museum Mandala Wangsit sudah ada sejak tahun 1926, saat itu bangunan museum ini merupakan rumah perwira Belanda, lalu pada tahun 1950 bangunan ini dialihfungsikan menjadi markas divisi Siliwangi I dan pada tahun itu terjadi penyerangan oleh APRA dan mengakibatkan gugurnya Letkol Lembong, sehingga jalan di depan museum ini diberi nama jalan lembong sebagai bentuk penghargaan kepada Letkol Lembong. Museum Mandala Wangsit sendiri resmi menjadi museum pada tahun 1966, diresmikan oleh Kolonel Ibrahim Adjie dan tahun 1980 dibangun pameran museum. Sehingga dapat di kalkulasi bahwa usia bangunan museum ini sudah 89 tahun dan 49 tahun sudah beroperasi sebagai museum. Bangunan museum ini tidak sengaja dibangun untuk dijadikan museum, karena menilik dari sejarahnya bahwa bangunan museum ini pertamanya merupakan rumah Perwira Belanda. Bila pengunjung pertama memasuki area museum, bangunannya memang tidak menunjukkan seperti bangunan museum, tetapi seperti bangunan bersejarah biasa, karena posisi museumnya sendiri tidak berada di depan area museum, tapi di belakang bangunan rumah bersejarah yang dijadikan sebagai Komando Pelatihan Mental Rindam III Siliwangi.
Saat pertama kali pengunjung akan memasuki museum, pengunjung akan terkejut oleh pintu masuk museum. Karena posisi dari pintu masuknya berada sangat tidak terlihat dan strategis. Pintu masuk Museum Mandala Wangsit layaknya pintu masuk gedung atau ruangan biasa, tidak ada yang unik atau berkesan saat melihat pintu masuk museum ini. Tidak ada fasilitas-fasilitas untuk orang-orang berkebutuhan khusus, tidak ada lift dalam museum ini karena bangunannya hanya 2 lantai.
Suasana pertama yang akan pengunjung rasakan saat memasuki museum ini adalah suasana yang dingin, sunyi, sepi, ditambah dengan penerangan yang redup di setiap sisi ruangan. Semakin menjadikan nuansa museum ini seakan-akan menyeramkan. Pengelola museum hanya mengantarkan pengunjung hingga pintu masuk saja, pengunjung dipersilahkan untuk menelusur museum ini dari pintu masuk hingga pintu keluar secara mandiri terkecuali memang ada permintaan dari pengunjung secara langsung kepada pengelola untuk menjadi guide, barulah pengelola akan mengantarkan pengunjung dari awal hingga akhir. Pengelola museum memiliki tata bahasa dan perilaku yang baik terhadap pengunjung, sehingga pengunjung tidak akan merasa canggung ataupun kaku saat hendak berbicara ataupun bertanya kepada pengelola. Museum Mandala Wangsit tidak menerapkan system ticketing kepada pengunjung, melainkan hanya menarik uang untuk perawatan dan pengelolaan museum dan itupun tidak dipatok seberapa banyak ataupun besar nominalnya.
Museum Mandala Wangsit memiliki kurang lebih 1500 koleksi, yang keseluruhannya merupakan koleksi asli (bukan replika), yaitu merupakan benda-benda peninggalan sejarah. Koleksi-koleksi yang dipamerkan di Museum Mandala Wangsit adalah koleksi-koleksi peninggalan sejarah perjuangan Indonesia seperti pakaian, senjata, foto-foto peristiwa, lukisan, bendera, kain, furniture, dll. Koleksi-koleksi senjata tajam di museum ini masih dapat digunakan dengan baik, sedangkan koleksi senjata api sudah tidak dapat digunakan. Perawatan koleksi-koleksi ini dilakukan secara rutin tetapi masih menggunakan metode yang manual, yaitu dengan mengoleskan minyak senjata. Untuk koleksi-koleksi berjenis kain dibersihkan dengan kuas agar hilang debu-debu yang menempel.
Seluruh koleksi Museum Mandala Wangsit diberikan kamper agar menghindari serangga-serangga perusak seperti rayap. Untuk benda-benda koleksi yang terlihat, dilakukan perawatan setiap hari perawatan menyeluruh dilakukan setiap satu minggu sekali. Dana untuk perawatan ini didapat dari iuran yang tidak mematok nominal kepada pengunjung. Dalam pengadaan koleksinya, museum menerima koleksi dengan catatan benda tersebut memiliki deskripsi, misalnya pernah digunakan saat perang, dll. Koleksi museum didapat dari perorangan (veteran) secara hibah ataupun hadiah. Timbal balik yang dapat museum berikan kepada orang yang mau memberikan koleksi bersejarahnya adalah dengan memberikan sertifikat kepada setiap pemilik benda-benda bersejarah tersebut.
Koleksi yang dipamerkan di museum akan menimbulkan kesan yang mendalam bagi para pecinta sejarah, terutama sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Namun bagi orang-orang yang kurang begitu menyukai sejarah mengenai peperangan akan cenderung merasa bosan, tidak tertarik, bahkan takut dengan koleksi-koleksi yang dipamerkan. Koleksi-koleksi di Museum Mandala Wangsit ditempatkan pada 11 ruangan yang terbagi berdasarkan peristiwa dan disusun secara kronologis.
Pada R1 dan R2 merupakan pameran koleksi berupa amunisi produk PT. Pindan, Vitrin I, Vitrin II, Bedugsimawa Rame, Tongtong/Kohkol, lukisan-lukisan, Baju Kurung (Jubah), Pedang Bambu, Sorban Debus, Diorama Detik-Detik Proklamasi, Peristiwa Bojong Soang, dll. Dalam R3 berisi koleksi berupa Helm, Pedang, Klewang, Pedang Belanda, Machruf Ardiwinata, Alat-Alat Perhubungan, Pedang Samurai, Weker/jam, dll. Di ruang R4 terdapat Peta (Long March), Senjata Bahu (Senapan), Riffle, Tanda Pangkat dari masa ke masa, Mata uang RI, Ikat Kepala, Turban, Baret, Ransel, Karung, Baju, Jas, dll. R5 berisi peristiwa pemberontakan DI/TII yang menampilkan koleksi berupa Teks Proklamasi berdirinya Negara Islam, Bendera DI/TII, Tanda Pangkat Angkatan Perang Negara Islam Indonesia, Anti Gerilya, Foto-foto keganasan DI/TII, Lukisan Peristiwa Peracunan, Diorama Peristiwa Trowek, Diorama Penghadangan, Lukisan Gugurnya Mayor Utarya, dll.
Berikutnya R6 yang didalamnya terdapat koleksi peristiwa penumpasan DI/TII yang berupa koleksi Pagar Betis, Kain Batik dan Kebaya yang digunakan oleh istri gembong DI/TII, Pakaian Loreng dan Tutup Kepala, dll. Pada R7 berisi koleksi lambang-lambang satuan divisi Siliwangi beruapa senjata, pakaian seragam, mata uang PGRI, baju kurung, bendera Republik Maluku Selatan, dll. Di R8 terdapat koleksi mengenai pemberontakan APRA-RMS di Sulawesi Selatan berupa pakaian loreng dan pet, pakaian seragam, foto Kahaz Muzakar, Foto Andi Sale, dll. Pada R9 menampilkan koleksi penumpasan G-30 S/PKI dan Tugas Internasional 1965-1974. Di ruangan R10 berisi operasi Seroja Timur yang memamerkan koleksi berupa 14 buah lagu-lagu kemerdekaan, senjata, dll. Dan pada ruangan terakhir yaitu R11 dipamerkan koleksi mengenai Mantan-Mantan Panglima Divisi Siliwangi, koleksinya berupa foto-foto, senjata, kain adat, mata uang yang pernah berada di Timor Timur, bendera UDT, bendera apodet, senjata tajam, piagam, dll. Selain itu juga terdapat ruangan rahasia Wangsit Siliwangi yang berisi kitab kerjang, senjata-senjata, dan lukisan hibah dari Raden Muhammad Hasan.
Museum Mandala Wangsit memiliki area public yang cukup baik, walaupun berada dalam lingkungan militer, museum ini memiliki sebuah mini market tepat di sebrang pintu masuk museum yang dikelola oleh TNI (semacam koperasi), selain itu di area depan museum ketika pengunjung pertama kali memasuki museum, tersedia café kecil yang dikelola oleh pihak luar yang cukup menarik perhatian pengunjung untuk sedikit bersantai sebelum ataupun sesudah memasuki museum. Namun yang sangat disayangkan, area parkir museum juga dipakai untuk area parkir sepeda motor pengunjung Hotel Crown Plaza yang tempatnya tepat berada di sebrang museum.
Jumlah kunjungan ke Museum Mandala Wangsit tidak menentu jumlahnya setiap bulan, museum baru akan ramai pengunjung ketika menjelang libur sekolah dan ketika akan berakhirnya liburan sekolah. Ketika berkunjung ke museum, banyak kesan yang akan didapat oleh pengunjung, terlebih di Museum Mandala Wangsit. Pengunjung akan merasakan nuansa perjuangan kemerdekaan yang seakan-akan membakar semangat pengunjung untuk terus mempertahankan kemerdekaan di era sekarang sekaligus menghargai jasa para pahlawan di masa lampau.
Koleksi museum ditata dengan sangat rapih dan sangat teliti, mencerminkan bahwa pengelola sangat menghargai setiap benda koleksi yang terdapat di museum agar dapat dinikmati secara mendalam oleh para pengunjung. Namun koleksi museum ini tidak ditopang oleh gedung yang representatif karena suasana di dalamnya terlalu redup pencahayaan dan di beberapa titik ataupun sudut langit-langit museum ini bocor sehingga dikhawatirkan akan merusak koleksi museum.
Keamanan Museum Mandala Wangsit dapat dibilang cukup baik karena dilengkapi oleh kamera CCTV yang dijaga 24jam. Sedangkan di museum ini tidak terdapat rambu-rambu peringatan apabila terjadi bencana, untuk pencegahan kecelakaan karena bencana hanya dilakukan simulasi bencana pada waktu-waktu tertentu saja.
Pameran koleksi di Museum Mandala Wangsit tidak memiliki tema khusus, namun apabila pengunjung melihat dari koleksi yang dipamerkan secara garis besar pengunjung sudah bisa melihat apa yang museum ini angkat dari koleksi-koleksinya. Untuk konsep penyajian koleksi/ pamerannya, pengelola sudah dengan baik menata koleksi yang dimiliki dengan mengelompokkan koleksi berdasarkan kronologi. Dengan rangkaian koleksi yang dipamerkan, memberi pesan secara tersirat kepada pengunjung bahwa kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah tetap berjuang dalam mengisi kemerdekaan ini agar perjuangan para pendahulu tidak sia-sia. Sistem pelabelan yang digunakan ada dua macam, yaitu sistem grup label dan label individu. Jika benda-benda koleksi yang memiliki satu keterangan (seperti senjata-senjata) maka digunakan grup label, sedangkan jika benda-benda koleksi tersebut memiliki keterangan yang berbeda, maka digunakan label individu.
Museum Mandala Wangsit memiliki program yang bagus untuk menarik pengunjung, yaitu dengan dating ke car free day dengan membawa senjata api dan berpakaian layaknya pahlawan untuk menarik minat pengunjung untuk dating ke museum, lalu dengan melakukan program museum keliling dengan membawa beberapa koleksi museum dan berkunjung ke tempat-tempat seperti sekolah dan universitas dan sekaligus melakukan reka ulang peristiwa sejarah.
Semua koleksi yang dipamerkan di Museum Mandala Wangsit, cukup membawa pengunjung merasakan peristiwa kemerdekaan pada masa lalu, merasakan bagaimana jerih payah para pejuang dalam mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Koleksi-koleksi didalamnya juga memberikan rasa penasaran untuk dapat meneliti ataupun mengetahui secara lebih mendalam mengenai peristiwa-peristiwa bersejarah. Museum Mandala Wangsit memberikan pengalaman suasana tersendiri bagi para pengunjungnya, seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa museum ini kurang lebih menimbulkan suasana yang angker bagi para pengunjungnya, sehingga disarankan untuk tidak sendirian dalam menjelajah museum ini.
Namun dengan mengunjungi Museum Mandala Wangsit memberikan banyak pelajaran bagi pengunjung bukan hanya mengenai masalah mengisi kemerdekaan, menghargai perjuangan, tapi juga sebagai masyarakat di era kemerdekaan sudah seharusnya menanamkan nilai-nilai gotong royong layaknya para pejuang terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia.
Akan lebih baik lagi sepertinya jika bangunan museum lebih dirawat sehingga akan menambah jumlah kunjungan, selain itu juga akan dengan bangunan yang baik tentunya akan memberikan rasa aman kepada pengunjung ketika dating ke museum dan tidak memberikan perasaan yang kurang baik terhadap koleksi-koleksi yang berada di dalam museum.
DAFTAR RUJUKAN
Wikipedia. (2014, Desember 2). Museum. Retrieved Desember 16, 2015, from https://id.wikipedia.org/wiki/Museum
DOKUMENTASI
Gambar 1. Berfoto di depan museum
Sumber: Alberto
Gambar 2. Berfoto di monumen di area depan museum
Sumber: Alberto
Gambar 3. Salah satu pengelola museum saat di wawancara
Sumber: Alberto
Gambar 4. Pintu masuk museum yang didalamnya merupakan kantor pengelola
Sumber: Alberto
Gambar 5. Kendaraan ambulance saat masa peperangan
Sumber: Alberto
Gambar 6. Tabel daftar pengunjung Museum Mandala Wangsit
Sumber: Alberto
Gambar 7. Pintu masuk ke ruangan pameran museum
Sumber: Alberto
Gambar 8. Koleksi museum sewaktu pertama memasuki ruang pameran
Sumber: Alberto
Gambar 9. Koleksi senjata Museum Mandala Wangsit
Sumber: Alberto
Gambar 10. Koleksi baju kurung/ jubah Museum Mandala Wangsit
Sumber: Alberto
Gambar 11, 12, dan 13. Keadaan gedung yang nampak ada bekas bocor dan rembesan air yang membahayakan koleksi museum
Sumber: Alberto
Gambar 14. Koleksi pakaian perang tentara pemberontak
Sumber: Alberto
Gambar 15. Koleksi pakaian perang tentara pemberontak beserta baju dari para istri pemberontak
Sumber: Alberto
Gambar 16. Beberapa koleksi di ruangan rahasia siliwangi
Sumber: Alberto
1