Akuntansi Penghimpunan Dana
Guna memenuhi tugas mata kuliah :
Akuntansi Perbankan Syariah
Dosen Pengampu :
Saiful Muchlis, SE, Msi, Akt
Disusun Oleh :
Dyah Farida N
(112221087)
Rizky Yuniar Rahmadieni
(112221065)
Wildan Andika Saifullah
(112221083)
PRODI AKUNTANSI SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini yang berjudul Akuntansi “
Penghimpunan Dana” Dana” tepat pada waktunya Kami menyadari bahwa didalam pemuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusun maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Surakarta, 8 Oktober 2013
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bagi ekonomi bank itu adalah jantungnya perekonomian dan juga sebagai sarana intermediately. Salah satu aktivitasnya yaitu penghimpunan dana. Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrument yang sama dengan penghimpunan dana pada perbankan konvesional, yaitu instrument giro, tabungan dan deposito. Ketiga instrumen ini bisa disebut dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Kendati menggunakan instrument yang sama, mekanisme kerja masing-masing instrumen penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrument penghimpunan bank konvesional. Perbedaan yang mendasar mekanisme kerja instrument penghimpunan dana syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan oleh bank konvesional dalam memberikan keuntungan kepada nasabah. Ketentuan tentang larangan haramnya menggunakan mekanisme bunga bagi bank syariah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa DSN Nomor 1 tentang Giro, Nomor 2 tentang Tabungan dan Nomor 3 tentang Deposito. Mekanisme penghimpunan dana pihak ketiga hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan mudharabah (bagi hasil), secara teori pengklasifisikan penghimpunan dana di bank syariah didasarkan pada penghimpuan bedasarkan wadiah dan penghimpunan berdasarkan mudharabah. B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan akuntansi penghimpunan dana ? 2. Apakah yang dimaksud dengan penghimpunan dana wadiah beserta rukun, jenis dan aplikasi prinsipnya ? 3. Apakah yang dimaksud dengan penghimpunan dana mudharabah beserta rukun, jenis dan aplikasi prinsipnya ? 4. Bagaimana standar akuntansi penghimpunan dana ? 5. Bagaimana perlakuan contoh kasus dan cara perhitungan akuntansi penghimpunan dana wadiah dan mudharabah sesuai dengan aplikasi prinsipnya ? C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami dengan akuntansi penghimpunan dana.
2. Untuk mengetahui dan memahami dengan penghimpunan dana wadiah beserta rukun, jenis dan aplikasi prinsipnya. 3. Untuk mengetahui dan memahami dengan penghimpunan dana mudharabah beserta rukun, jenis dan aplikasi prinsipnya. 4. Untuk mengetahui dan memahami standar akuntansi penghimpunan dana. 5. Untuk mengetahui dan memahami perlakuan contoh kasus dan cara perhitungan akuntansi penghimpunan dana wadiah dan mudharabah sesuai dengan aplikasi prinsipnya.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akuntansi Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana atau disebut juga funding adalah kegiatan penarikan dana atau penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan prinsip syariah. Berkaitan dengan kegiatan tersebut, dalam prinsip syariah dibedakan antara simpanan yang tidak memberikan imbalan dan simpanan yang mendapatkan imbalan. Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip al-wadi’ah dan al-mudharabah. B. Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti Uang Barang, Dokumen, Surat Berharga, dan Barang lain yang berharga disisi Islam. Bank sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan imbalan dan bank syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Atas kebijakannya bank syariah dapat memberikan “ bonus” kepada penitip dengan syarat : 1. Bonus merupakan kebijakan dari bank sebagai titipan. 2. Bonus tidak diisyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan baik dalam presentase maupun nominal, tidak ditetapkan di muka.
C. Rukun Prinsip Wadiah
1. Barang yang dititipkan 2. Orang yang penitipkan atau penitip 3. Orang yang menerima titipan 4. Ijab Qabul
D. Jenis Wadiah
1. Wadiah Yad Al Amanah , yaitu merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak boleh digunakan ( diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipkan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompesansi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya titipan. 2. Wadiah Yad Ad Dhamanah , yaitu merupakan penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang atau dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus yang tidak disyaratkan sebelumnya. Wadiah Yad Dhamanah dalam usaha Bank Islam dapat diaplikasikan pada Rekening Giro Rekening Tabungan/ Titipan, yaitu bank Islam boleh menggunakan uang itu dalam proyek berjangkan pendek. Bank bertanggung jawab atas keselamatan uang itu dibawah konsep jaminan, begitu juga rekening giro. Tapi peluang bagi bank untuk menggunakannya terbatas, karena pemilik barang bisa mengambil barang sewaktu-waktu melalui cek, karena itu bank boleh menggunakan bayaran atas rekening giro sebagai upah. E. Aplikasi Prinsip Wadiah
1. Giro Wadiah 2. Tabungan Wadiah
Giro Wadiah
Dalam Undang-undang no 10 Tahun 1998, pasal 1 ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 1 ditetapkan ketentuannya, sebagai berikut : a. Bersifat titipan
b. Titipan bisa diambil kapan saja c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank Karakteristik dari giro wadiah antara lain : a. Harus dikembalikan utuh seperti semula sehingga tidak boleh overdraft b. Dapat dikenakan biaya titipan c. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalnya menetapkan saldo minimum d. Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang berlaku e. Jenis dan kelompok rekening sesuai ketentuan yang berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan syariah f.
Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin penitip
Tabungan Wadiah
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 2 ditetapkan ketentuan Tabungan Wadiah sebagai berikut ; a. Bersifat simpanan b. Simpanan bisa diambil kapan saja atau berdasarkan kesepakatan c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.
F. Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah
Istilah “mudharabah” merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai “qiradh” atau “muqaradah”. Mudharabah adalah perjanjian atau suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati secara awal. G. Rukun Prinsip Mudharabah
1. Shahibul Maal (pemilik dana/nasabah) 2. Mudharib (pengelola dana/pengusaha/bank) 3. Amal (usaha/pekerjaan) 4. Ijab Qabul H. Jenis Mudharabah
1. Mudharabah Muthalaqah 2. Mudharabah Muqayadah
Mudharabah Muthalaqah, (Investasi Tidak Terikat)
Yaitu pihak penguasa “diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis, perusahaan dan pelanggan. Investasi tidak terbatas ini pada usaha perbankan syariah diaplikasikan pada tabungan, dan deposito.
Mudharabah Muqaidah / M uqayyadah (Investasi Terikat)
Yaitu pemilik dana (shahibul maal) membatasi / memberi syarat kepada Mudharib (pengelolah / dana / bank) seperti misalnya hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu saja, bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana bank atau dana rekening lainnya pada saat investasi. Bank dilarang untuk investasi dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin atau tampa jaminan. Bank diharuskan melakukan investasi sendiri (tidak melalui pihak ketiga). Dalam investasi terikat ini pada prinsipnya kedudukan bank sebaik agen saja, dan atas kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee, pola dalam investasi terikat dapat dilakukan dengan cara : a. Chanelling , apabila resiko ditanggung oleh pemilik dana, bank sebagai agent tidak menanggung resiko apapun. b. Executing , apabila bank sebagai agen juga menanggung resiko dan hal ini banyak menganggap bahwa Investasi Terikat Executing ini sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip mudharabah.
I.
Mudharabah
1. Dana Mudharabah Dana mudharabah yang dihimpun harukan dalam bentuk uang tunai dan bukan dengan piutang serta dinyatakan dengan jelas jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan usaha. 2. Keuntungan Pembagian keuntungan harus didasarkan sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal dan dituangkan dalam akad. Apabila ditetapkan bahwa semua keuntungan untuk satu pihak saja atau sejumlah uang masuk untuk salah satu pihak saja, tanpa persetujuan pembagian, maka mualamat tersebut menjadi tidak sah. Nisbah keuntungan berdasarkan perjanjian yang disetujui pada awal kontrak dan tidak ada jaminan kepada shahibul maal bahwa shahibul akan memperoleh keuntungan. Dalam hal usaha yang dijalankan mengalami kerugian dari segi waktu dan tenaga saja. Jika suatu mudharabah mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung pemilik modal dan pengusaha tidak mendapatkan apa-apa dari mudharabah itu. Dan jika tidak ada untungnya maka pemilik modal hanya dapat kembali jumlah modalnya dan pengusaha tidak mendapat apa-apa. 3. Peranan bank Islam Dalam hal pencampuran harta dan mudharabah dengan pihak ketiga, merupakan hal penting dalam bidang operasinya. Karena bank adalah “badan perantara antara unit kelebihan dan kekurangan”, dimana dalam perantaraan itu amat diperlukan pandangan bahwa hubungan langsung antara kedua unit itu amat sukar diwujudkan tanpa perantaraan bank karena sebabsebab tertentu antara lain kemampuan beberapa unit kelebihan yang tidak mencukupi untuk menampung unit kekurangan yang memerlukan biaya berjuta-juta rupiah, tapi melalui tabung yang dikendalikan bank, Maka keperluan itu dapat diatasi jika disebut “tabung”, maka dengan sendirinya percampuran harta tidak dapat diletakkan, karena itu setiap nasabah dalam rekening investasi dan rekening
simpanan wadi’ah harus paham bahwa uang mereka akan ditempatkan ke dalam tabung yang bercampuran dengan uang orang lain. J. Aplikasi Prinsip Mudharabah Muthalaqah
1. Tabungan Mudharabah 2. Deposito Mudharabah
Tabungan Mudharabah
Tabungan adalah yang simpanan penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 ditetapkan ketentuan tentang deposito mudharabah sebagai berikut : a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang. d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f.
Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetejuan yang bersangkutan.
Deposito Mudharabah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian dan penyimpanan dengan bank.
K. Jenis deposito berjangka :
1. Deposito berjangka biasa Deposito yang berakhir pada jangka waktu yang telah diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukansetelah ada pemohon baru/pemberitahuan dari penyimpan.
2. Deposito berjangka otomatis (Automatic roll Over) Pada saat jatuh tempo, secara otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan penyimpan.
L. Standar Akuntansi
Dalam PSAK 59 tentang akuntansi bank syariah dijelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah bank sebagai pengelola dana atau mudharib dana sebagai berikut : 1. Pengakuan dan pengukuran 2. Penyajian 3. Pengungkapan
M. Perlakuan Akuntansi dan Contoh Kasus
Semua
penghimpunan
dana
Bank
syariah
yang
mempergunakan
prinsip
Mudharabah mutlaq, seperti tabungan mudharabah, deposito mudharabah yang dibukukan pada unsur neraca “ investasi tidak terkait”. Unsur investasi tidak terkait ini, tidak dapat dikategorikan sebagai kewajiban dan tidak pula dapat dikategorikan sebagai ekuitas, karena sesuai prinsip syariah mudharabah, apabila terdapat kerugian yang bukan karena kelalaian mudharib, maka karugian tersebut menjadi tanggungan pemilik dana/shahibul maal. Oleh karena itu dana mudharabah tersebut tidak harus dikembalikan oleh mudharib seluruhnya (seratus persen), dikembalikan setelah dikurangi dengan kerugian yang ditanggung oleh pengelolaan dana mudharabah tersebut, hal ini sangat berbeda dengan penghimpunan dana dengan prinsip wadiah (titipan), dimana penerima titipan harus mengembalikan dana tersebut kapan saja penitip menghendaki, sehingga prinsip ini
dikategorikan sebagai kewajiban. Tidak dikatregorikan dalam kelompok ekuitas adalah penyertaan modal dari pemegang saham. N. Akuntansi Penghimpunan Dana Wadiah
Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya yang menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah kontemporer dikur sebesar nilai tercatatnya. 1. Transaksi Giro Wadiah
Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah
Rekening giro wadiah dapat bertambah melalui transaksi penyetoran tunai, transfer dari tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama, penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu bank dan penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah. Berikut adalah ilustrasi transaksi yang mengakibatkan bertambahnya saldo rekening giro wadiah nasabah. Contoh 1 : 01 Mar 20XA
Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai pembukuan giro wadiah atas nama Rafiq sebesar Rp 35.000.000.
05 Mar 20XA
Rafiq menerima transfer dari BMS cabang Solo sebesar Rp 5.000.000.
10 Mar 20XA
Rafiq menerima bilyet giro dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) yang pernah membeli sesuatu Thoriq seharga Rp 15.000.000. Bilyet dicairkan oleh Rafiq ke BPS untuk dimasukkan ke rekening giro wadiah Rafiq di BMS.
31 Mar 20XA
Rafiq menerima bonus giro wadiah dari BMS sebesar Rp 50.000.
Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut : Tanggal 01 Mar 20XA
Rekening
Db. Kas
Debit (Rp)
35.000.000
Kr. Giro wadiah - Rafiq 05 Mar 20XA
Db. RAK cabang Solo
35.000.000 5.000.000
Kr. Giro wadiah - Rafiq 10 Mar 20XA
Db. Giro pada Bank Indonesia
5.000.000 15.000.000
Kr. Giro wadiah - Rafiq 31 Mar 20XA
Db. Beban bonus giro wadiah
Kredit (Rp)
15.000.000 50.000
Kr. Giro wadiah - Rafiq
50.000
Untuk transaksi yang bersifat transfer antarkantor, dalam praktik perbankan biasa digunakan rekening sementara dengan nama RAK, seperti dapat dilihat pada jurnal transaksi tanggal 5 Maret. Adapun untuk transaksi yang melibatkan transaksi antarbank yang berbeda, biasanya diselesaikan dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Transaksi Pengurangan Rekening Giro Wadiah
Beberapa transaksi yang berakibat terjadinya berkurang saldo giro wadiah antara lain adalah penarikan cek oleh nasabah giro wadiah untuk ditukar secara tunai, penarikan bilyet giro untuk ditransfer ke cabang lain bank yang sama atau ke nasabah bank lain, serta potongan administrasi dan pajak tabungan. Contoh 2 : 03 Mar 20XA
Rafiq menggunakan cek untuk mencairkan dana di rekening giro wadiahnya di Bank Murni Syariah (BMS) secara tunai sebesar Rp 12.000.000.
07 Mar 20XA
Rafiq menggunakan bilyet giro untuk mentransfer sejumlah dana ke nasabah giro wadiah BMS cabang Jakarta sebesar Rp 5.000.000.
12 Mar 20XA
Rafiq menggunakan bilyet giro untuk pembayaran pembelian sebuah mesin kepada nasabah giro bank lain sebesar Rp 10.000.000.
31 Mar 20XA
Dipotong giro wadiah Rafiq untuk administrasi tabungan sebesar Rp 15.000 dan untuk pajak sebesar Rp 10.000 (20% dari bonus giro wadiah yang diterima sebesar Rp 50.000.
Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut : Tanggal
Rekening
Mar Db. Giro wadiah – Rafiq
03 20XA
20XA
20XA
20XA
5.000.000 5.000.000 10.000.000
Kr. Giro pada Bank Indonesia Mar Db. Giro wadiah – Rafiq
31
12.000.000
Kr. RAK cabang Jakarta Mar Db. Giro wadiah – Rafiq
12
15.000 15.000
Kr. Pendapatan administrasi giro wadiah Db. Giro wadiah - Rafiq Kr. Titipan kas Negara - pajak giro
Kredit (Rp)
12.000.000
Kr. kas Mar Db. Giro wadiah - Rafiq
07
Debit (Rp)
15.000 10.000 10.000
2. Transaksi Akuntansi Tabungan Wadiah
Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya sama dengan akuntansi tabungan mudharabah. Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah adalah dalam hal insetif yang diterima oleh nasabah. Insetif yang diberikan kepada nasabah tabungan mudharabah disebut dengan dana pihak ketiga atas bagi hasil yang dihitung dalam presentase tertentu yang harus dibayar oleh bank secara periodik sesuai dengan tingkat keuntungan bank
syariah. Adapun nasabah tabungan wadiah menerima insetif dalam bentuk bonus wadiah yang bersifat sukarela dan tidak disyaratkan di muka. Contoh 3 Misalkan pada tanggal 5 Maret 20XA, hanya nasabah tabungan wadiah Bank Peduli Syariah (BPS), menerima bonus wadiah sebesar Rp 20.000. maka jurnalnya adalah sebagai berikut : Tanggal
05/03/XA
Rekening
Db. Beban bonus tabungan wadiah Kr. Tabungan wadiah - Rafiq
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
20.000 20.000
3. Transaksi Deposito Mudharabah
Siklus kegiatan deposito dimulai dari transaksi pembukaan deposito oleh nasabah. Pada saat itu, antara nasabah dan bank sudah menyepakati nisbah bagi hasil dasar dan jangka waktu deposito (tanggal pencairan deposito). Selama jangka waktu deposito, saldo deposito bersifat tetap, karena pengambilan atau penambahan deposito hanya dilakukan saat jatuh tempo atau saat penutupan jika ingin diambil sebelum jatuh tempo, bagi hasil yang diterima oleh nasabah dimasukkan ke rekening yang lain dan pajak yang mesti dibayar langsung diambil dari bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah. Transaksi berikut adalah ilustrasi terkait dengan transaksi deposito mudharabah. Contoh 4 : 01 Sep 20XA
Bank Murni Syariah (BMS) menerima setoran atas nama Bunda Halimah R 50.000.000 sebagai investasi deposito mudharabah dalam jangka waktu satu bulan dengan nisbah 60 % untuk nisbah dan 40 % untuk BMS.
30 Sep 20XA
Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp 15.000.000.
04 Okt 20XA
Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah kepada Bunda Halimah sebesar Rp 40.000 dan atas pembayaran tersebut dipotong sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil dilakukan ke rekening tabungan mudharabah atas nama pemilik yang sama.*
05 Okt 20XA
Bunda
Halimah
mencairkan
deposito
mudharabah.
Pencairan
dilakukan secara tunai. *Dalam praktik perbankan, bagi hasil deposito dapat dibayarkan ke berbagai rekening sesuai permintaan nasabah deposito, antara lain tabungan mudharabah, giro wadiah, penambah sakdo deposito periode berikut atau rekening nasabah di bank lain. Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut : Tanggal 01 Sep 20XA
Rekening
Db. Kas
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
5.000.000
Kr. Deposito mudharabah - Bunda
5.000.000
Halimah 30 Sep 20XA
Hak pihak ketiga atas bagi hasil – deposito
15.000.000
mudharabah *
15.000.000
Kr. Bagi hasil belum dibagikan – deposito 04 Okt 20XA
Db. Bagi hasil belum dibagikan – deposito
40.000
Kr. Tabungan Mudharabah – Bunda
32.000
Halimah ** Kr. Titipan kas Negara - pajak
8.000
deposito 05 Okt 20XA
Db. Deposito mudharabah – Bunda Halimah Kr. Kas
5.000.000 5.000.000
*Hak pihak ketiga atas bagi hasil dicadangkan sebagai beban yang masih harus dibayar setiap bulan. Besar pencadangan ini mempunyai dua alternative. Pertama, dicadangkan sebesar total bagi hasil yang akan dibayarkan selama 1 bulan penuh pada bulan jatuh tempo. Kedua, dicadangkan sebesar porsi bagi hasil yang hanya menjadi beban pada akhir bulan pencatatan.
Kemudian saat pembayaran bagi hasil pada saat jatuh tempo, mengakui adanya tambahan pihak ketiga (biaya bagi hasil). **Terdapat sedikit perbedaan dalam mekasnime penyaluran bagi hasil tabungan dengan bagi hasil deposito. Pada tabungan, bank memasukkan semua bagi hasil untuk tabungan terlebih dahulu sebelum memotong pajak PPh Pasal 4 (2) agar nasabah melihat besar masing-masing bagi hasil dan pajak. Adapun bagi hasil deposito yang disalurkan kepada nasabah bersifat neto karena sudah dipotong langsung. 4. Transaksi Tabungan Mudharabah
Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah
Beberapa transaksi terkait tabungan mudharabah dapat mengakibatkan bertambahnya saldo tabungan mudharabah. Transaksi tersebut antara lain adalah setoran tunai nasabah, transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah, transfer dari bank lain ke rekening nasabah dan penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah. Berikut adalah ilustrasi transaksi yang mengakibatkan bertambahnya rekening tabungan mudharabah nasabah. Contoh 5 : 02 Jun 20XA
Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai pembukuan tabungan mudharabah atas nama Rafiq sebesar Rp 3.5000.000.
08 Jun 20XA
Rafiq menerima transfer dari BMS cabang Solo sebesar Rp 500.000.
17 Jun 20XA
Rafiq menerima kiriman dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) sebesar Rp 1.500.000
31 Jun 20XA
Rafiq menerima bagi hasil tabungan dari BMS sebesar Rp 20.000.
Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut : Tanggal 02 Jun 20XA
Rekening
Debit (Rp)
Db. Kas
Kredit (Rp)
3.500.000
Kr. Tab. Mudharabah - Rafiq 08 Jun 20XA
3.500.000
Db. RAK cabang Solo*
500.000
Kr. Tab. Mudharabah - Rafiq 17 Jun 20XA
Db. Giro pada Bank Indonesia
500.000 1.500.000
Kr. Tab. Mudharabah - Rafiq 31 Jun 20XA
1.500.000
Db. Hak pihak ketiga atas bagi hasil
20.000
Kr. Tab. Mudharabah - Rafiq
20.000
Untuk transaksi yang bersifat transfer antarkantor, dalam praktik perbankan biasa digunakan rekening sementara dengan nama RAK, seperti dapat dilihat pada jurnal transaksi tanggal 5 Maret. Adapun untuk transaksi yang melibatkan transaksi antarbank yang berbeda, biasanya diselesaikan dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah
Beberapa
transaksi
yang
dapat
mengakibatkan
berkurangnya
saldo
tabungan
mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah, transfer ke rekening lain pada bank yang sama, transfer kepada nasabah bank lain, serta penarikan biaya administrasi tabungan, pajak dan lainnya oleh bank. Berikut adalah ilustrasi transaksi yang mengakibatkan berkurangnya rekening tabungan mudharabah nasabah. Contoh 6 : 07 Jun 20XA
Rafiq, nasabah Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menarik tunai tabungan mudharabah sebesar Rp 1.500.000.
11 Jun 20XA
Rafiq mentransfer sebesar Rp 500.000 dari rekeningnya tabungan
nasabah BMS cabang Solo. 14 Jun 20XA
Rafiq mentransfer sebesar Rp 250.000 dari rekeningn ya giro nasabah Bank Syariah Muhammadiyah (BSM).
31 Jun 20XA
Potongan tabungan mudharabah Rafiq untuk administrasi tabungan sebesar Rp 2.000 dan untuk pajak sebesar Rp 4.000 (20% dari bagi hasi; yang diterima sebesar Rp 20.000.
Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut : Tanggal 07 Jun 20XA
Rekening
Debit (Rp)
Db. Tabungan mudharabah - Rafiq
1.500.000
Kr. kas 11 Jun 20XA
1.500.000
Db. Tabungan mudharabah - Rafiq
5.00.000
Kr. RAK cabang Jakarta 14 Jun 20XA
5.00.000
Db. Giro wadiah - Rafiq
10.000.000
Kr. Giro pada Bank Indonesia 31 Jun 20XA
Db. Tabungan mudharabah - Rafiq Kr.
Kredit (Rp)
Pendapatan
15.000 2.000
administrasi
tab.mudharabah Db. Tabungan mudharabah - Rafiq
2.000 4.000 4.000
Kr. Titipan kas Negara - pajak tabungan* *Pajak PPh pasal 4 (2) atas bunga atau pendapatan yang dapat disamakan dengan itu (bagi hasil atau bonus dalam transaksi perbankan syariah) adalah sebesar 20% dan dimasukkan dalam rekening titipan kas negara.
BAB III KESIMPULAN
Penghimpunan dana adalah sutau aktivitas ekonomi yang dominan dalam perbankan atau lembaga keuangan syariah maupun konvesional. Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvesional adalah dalam bentuk Tabungan, Deposito dan Giro yang lazim disebut dengan dana pihak ketiga. Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan nama produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Apapun nama produk yang diperhatikan adalah prinsip yang dipergunakan atas produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana atau deposan (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib.
DAFTAR PUSTAKA
Syafri Sofyan, 2005. Akuntansi Perbankan Syariah, Penerbit LPFE Usakti, Jakarta. Yaya Rizal, 2009. Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktik Kontemporer , Penerbit Salemba Empat, Jakarta. www. Pengertian-akuntansi-perhimpunan-dana//blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Oktober 2013. Jam 10.00 WIB.