Tugas Teori KomunikasiTradisi-tradisi Teori Komunikasi[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]2016M. Jamiluddin NurProgram Pacasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran10/25/2016
Tugas Teori Komunikasi
Tradisi-tradisi Teori Komunikasi
[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]
2016
M. Jamiluddin Nur
Program Pacasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
10/25/2016
Tradisi-Tradisi Teori Komunikasi
(Catatan: Semua gagasan dalam tulisan ini mengacu pada buku Theories of Human Communication karya W. Littlejohn, Karen A. Foss yang terbit tahun 2014. Selain itu, tulisan ini juga mengacu pada buku dari Morissan yang berjudul Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa yang terbit tahun 2014)
1.Tradisi Semiotik
Semiotic atau penyelidikan symbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotic terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda di luar tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.
Semiotika adalah studi mengenai tanda dan symbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada di luar diri.
Gagasan utama dari tradisi semiotik ini bahwa konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah yang tanda yang didefinisikan sebagai stimulus menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain, seperti ketika asap menandakan api. Konsep dasar kedua adalah symbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan symbol, tand dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan symbol tidak. Para ahli lainnya melihatnya sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam kategori yang sama. Dengan perhatian pada tanda dan symbol, semiotic menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal.
Kebanyakan pemikiran semiotic melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal: benda, manusia, dan tanda. Charles Saunders Pierce, ahli semiotic modern pertama, dapat diktakan pelopor ide ini, mendefinisikan semiosis sebagai hubungan di antara tanda, benda, dan arti. Tanda tersebut merepresentasikan benda atau yang ditunjuk dalam pikiran si penafsir (littlejohn). Sebagai contoh pernyataan ini, kata anjing, diasosiasikan dalam pikiran kita dengan binatang tertentu. Kata itu bukanlah binatang tetapi sebagai ganti dari pemikiran, asosiasi, atau interpretasi yang menghubungkan kata dengan benda nyata menurut kita.
Dalam tradisi semiotic, terdapat variasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Semiotic selalu dibagi ke dalam tiga wilayah kajian yakni semantic,sintaktik dan pragmatic. Semantic berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjukannya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. Semiotic menggambarkan dua dunia, dunia benda dan dunia tanda dan mencrahkan hubungan di antara kedua dunia tersebut. kapanpun kita memberikan sebuah pertanyaan, apa yang direpresentasikan oleh tanda?, maka kita berada di wilayah semantic. Sebagai prinsip dasar semiotic, reprresentasi selalu dimediasi oleh interpretasi sadar seseorang atau arti apa pun bagi sebuah tanda akan mengubah situasi ke situasi lainnya. Wilayah kajian semiotic kedua adalah sintaktik atau kajian hubungan diantara tanda-tanda. Tanda –tanda sebetulnya tidak pernah berdiri dengan sendirinya. Hampir semua selalu menjadi bagian dari system tanda atau kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dalam cara-cara tertentu. Oleh karena itu, sintaktik mengacu pada aturan-aturan yang dengannya orang mengombinasikan tanda-tanda ke dalam system makna yang kompleks. Semiotic selalu tetap mengacu pada prinsip bahwa tanda-tanda selalu dipahami dalam kaitannya dengan tanda-tanda lain. Peraturan sintaktik memudahkan manusia untuk menggunakan kombinasi tanda-taanda yang tidak terbatas untuk mengekspresikan kekayaan makna.
Pragmatic, kajian utama semiotic ketiga, memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda bagi kehidupan sosial. Cabang ini memiliki pengaruh yang paling pentik dalam teori komunikasi karena tanda-tanda dan system tanda dilihat sebagai alat komunikasi manusia. Dalam perspektif semiotic, kita harus memiliki pemahaman bersama bukan hanya pada kata-kata tetapi juga pada struktur kata, masyarakat dan budaya agar komunikasi dapat mengambil perannya. System hubungan diantara tanda-tanda harus memperkenankan pelaku komunikasi untuk mengacu pada sasuatu yang lazim.
2. Tradisi Fenomenologis
Teori-teori dalam tradisi fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Tradisi ini memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang.
Gagasan utama dari tradisi ini bermula pada Istilah phenomenon yang mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu, fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat anda ketahui adalah apa yang anda alami. Stanley Deetz, menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi. Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar, kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya. Kedua, makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan seseorang dengan kata lain bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi anda. Ketiga, adalah bahwa bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. Proses interpretasi penting bagi kebanyakan pemikiran fenomenologis. Interpretasi terkada dikenal dalam istilah bahasa jerman Verstchen (pemahaman), merupakan proses menentukan makna dengan pengalaman. Dalam perspektif semiotic, interpretasi dianggap terpisah dari realitas tapi dalam fenomenologi, interpretasi biasanya membentuk apa yang nyata bagi seseorang. Anda tidak dapat memisahkan realitas dari interpretasi. Interpretasi merupakan proses aktif pikiran dan tindakan kreatif dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi. Interpretasi melibatkan maju mundur antara mengalami dan kejadian atau situasi dan menentukan maknanya.
Keragaman tradisi ini dapat dibagi menjadi tiga kajian umum membuat beberapa tradisi fenomenologis: fenomenologi klasik, fenomenologi persepsi, fenomenologi hermeunitik. Fenomenologi klasik biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserel, pendiri fenomenologi modern. Ia berusahaa mengembangkan metode yang meyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus baginya. Baginya, kebenaran dapat diyakinkan melalui pengalaman langsung dengan catatan kita harus disiplin dalam mengalami segala sesuatu. agar dapat mencapai kebenaran melalui perhatian sadar, bagaimanapun juga, kita harus mengesampingkan atau mengurungkan kebiasaan kita. Kita harus menyingkirkan kategori-kategori pemikiran dan kebiasaan-kebiasaan dalam melihat sesuatu agar dapat mengalami sesuaatu dengan sebenar-benarnya. Pendekatan husserel sangat objektif: dunia dapat dialami tanpa harus membawa kategori-kategori pribadi seseorang agar dapat terpusat pada proses.
Berbeda dengan Husserel, para ahli fenomenologi saat ini menganut ide bahwa pengalaman itu subjektif bukan objektif dan percaya bahwa subjektiftas merupakan bentuk penting sebuah pengetahuan. Maurice Merleau Ponty, tokoh penting dalam tradisi kedua ini dihubungkan dengan apa yang disebut fenomenologi persepsi. Sebuah reaksi yang menentang objektifitas sempit milik Husserel. Baginya, manusia merupakan sosok gabungan antara fisik dan mental yang menciptakan makna di dunia. Kita dipengaruhi dunia tetapi kita juga mempengaruhi dunia dengan bagaimana kita mengalaminya. Menurutnya, sesuatu tidak ada dengan sendirinya dan terpisah dari bagaimana semuanya diketahui.
Cabang ketiga adalah fenomenologi hermeunitik, agak mirip dengan yang kedua tetapi tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap pada komunikasi. Fenomenologi hermunitik dihubungkan dengan Martin Heidegger. Hal yang paling penting bagi Heidegger adalah pengalaman alami yang tak terelakan terjadi hanya dengan tinggal di dunia. Baginya, ralitas sesuatu itu tidak diketahui dengan analisis yang cermat atau pengurangan, melainkan oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh pengguna bahas dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang nyata adalah apa yang dialami melalui penggunaan bahasa dalam konteksnya. Dalam kata dan bahasa, segala sesuatunya menjadi ada. Komunikasi merupakan kendaraan yang menentukan makna berdasarkan pengalaman. Ketika berkomunikasi, kita mencari cara-cara baru dalam melihat dunia. Bahsa dimassukkan bersama dengan makna dan secara terus menerus mempengaruhi pengalaman kita akan akan kejadian dan situasi. Konsekuensinya, tradisi fenomenologi ini yang menyatukan penglaman dengan interaksi bahasa dan sosial tentu sesuai dengan kajian komunikasi.
3. Tradisi Sibernetika
Tradisi sibernetika merupakan tradisi sitem-sistem kompleks yang di dalamnya banyak orang saling berinteraksi, memengaruhi satu sama lainnya. Teori-teori dalam tradisi sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja. Dalam sibernetika, komunikasi dipahami sebagai system bagian-bagian atau variable-variabel yang saling memengaruhi satu sama lainnya, membentuk serta mengontrol karakter keseluruhan system dal layaknya organisme, menerima kesimbangan dan perubahan.
Gagasan utama dari tradisi ini adalah, bahwa ide system membentuk inti pemikiran sibernetika. System merupakan seperangkat komponen yang saling berinteraksi, yang bersama-sama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar sejumlah bagian-bagian. Layaknya keluarga, semua system adalah unik, yang kesemuanya diberi cirri oleh sebuah bentuk hubungan. Bagian apapun dari sebuah system selalu dipaksa oleh ketergantungan bagian-bagian lainnya yang dan bentuk saling ketergantungan inilah yang mengatur system itu sendiri. Namun, system tidak akan bertahan tanpa mendatangkan asupan-asupan baru salam bentuk input. Oleh karena itu, sebuah system mendapatkan input dari lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik berupa hasil kepada lingkungan. Input dan output kadang berupa materi-materi nyata atau dapat pula berupa energy dan informasi. Karena saling ketergantungan inilah system juga dicirikan dengan regulasi-diri dan control. Dengan kata lain, monitor system, mengatur, mengontrol keluaran mereka agar stabil dan mencapai tujuan.
Ide-ide pokok teori system sungguh sangat berkaitan dan konsisten, semuanya memiliki pengaruh utama pada banyak hal, termasuk komunikasi. Luasnya pengembangan system dalam lingkungan nyata, fisik dan sosial. Sehingga tradisi sibernetika tidaklah monolitik. Disinilah kita akan membuat perbedaan variasi teori system yaitu system dasar, sibernetika, teori system umum, sibernetika tingat kedua.
Ide-ide pada pembahasan sebelunnya dapat diasumsikan sebagai teori system dasar. Dari bentuknya yang paling mendasar, pendekatan ini menggambarkan system sebagai bentuk-bentuk nyata yang dapat dianalisis dan diobservasi dari luar. Dengan kata lain kita dapat melihat bagian-bagian dari system dan bagaimana semuanya beinteraksi. Kita dapat mengobservasi dan dengan objektif mengukur kekuatan-kekuatan di antara semua bagian dari system dan kita dapat mendeteksi output dan input sebuah system. Lebih jauh lagi, kita bisa memanipulasi input sestem tersebut dan mengerjakannya dengan sembarangan dengan mekanisme pemrosesannya.
Istilah sibernetika dapat membingungkan karena istilah tersebut dapat diaplikasikan, baik pada tradisi umum maupun pada kajian sibernetika lebih spesifik, yang merupakan satu diantara variasinya. Sibernetika dalam kesan sempit dipopulerkan oleh Nolbert Wiener pada tahun 1950-an. Sebagai wilayah kajian, sibernetika merupakan cabang teori system yang memfokuskan diri pada putaran timbale balik dan proses-proses control. Dengan menekankan pada kekuatan-kekuatan yang tidak terbatas, sibernetika menantang pendekatan linier yang menyetakan bahwa satu hal dapat menyebabkan hal lainnya. Sebagai gantinya, konsep ini mengarahkan kita pada pernyataan tentang bagaimana sesuatu saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam cara yang tidak berujung, bagaimana system mempertahankan control, bagaimana system mendapatkan kesimbangan, serta bagaimana putaran timbale balik dapat mempertahankan keseimbangan dan membuat perubahan.
Cabang ketiga adalah teori umum, General System Theory (GTS) yang awalnya diformulasikan oleh ahli biologi Ludwing Von Bertalanffy. Ia menggunakan GTS sebagai pendekatan pengetahuan yang luas dan multidisipliner. Tradisi ini menggunakan prinsip-prinsip system yang menunjukkan bagaiman benda-benda dalam banyak kajian yang berbeda serupa satu sama lainnya, membentuk kosa kata umum bagi komunikasi dalam banyak kajian. Lebih dari itu, GTS menyedari system universal pada semua bentuk dan berkaitan dengan kejamakan di antara system yang tampaknya beragam, seperti pertumbuhan ekonomi, perkembangan biologi, dan pergerakan sosial.
Beberapa pakar teori telah menolak ide yang menjelaskan bahwa system dapt diobservasi secara objektif. Sibernetika tingkat kedua dikembangkan sebagai perspektif alternative dan merupakan variasi terakhir dalam sibernetika. Sibernetikatingkat kedua meyakini bahwa para peneliti tidak pernah bisa melihat bagimana system bekerja dengan berada di luar system itu sendiri karena peneliti selalu diikat secara sibenetika dengan system yang diobservasi. Berdasarkan perspektif ini, kapanpun kita mengobservasi system, kita mempengaruhi dan dipengaruhi oleh system.
Tradisi sibernetika menjadi bagian dalam komunikasi yang poluler dan berpengaruh sehingga bermanfaat bagi pemahaman komunikasi secara umum, sama halnya dengan komunikasi yang terjadi dalam kehidupa kita sehari-hari. Karena pengaruh-pengaruh system, kosa kata umum menjadikan teori tersebut sesuai dan berguna sebagai kelompok. Meskipun teori seibernetika sangat bagus untuk pemahaman terhadap sebuah hubungan, tetapi kurang efektif dalam membantu kita memahami perbedaan-perbedaan inividu di antara bagian-bagian system.
4. Tradisi Sosiopsikologis
Kajian individu sebagai mahluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis. Berasal dari kajian psikologi sosial, kajian ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Tori-teori dalam tradisi ini berfokus pada perilaku sosial individu, variable psikologis, efek individu, kepribadian, sifat, persepsi, serta kognisi. Meskipun teori-teori ini memiliki banyak perbedaan, mereka sama-sama memperhatikan dan sifat-sifat pribadi serta proses kognitif yang menghasilkan perilaku. Pendekatan individualis yang memberi cirri tradisi sosiopsikologis merupakan hal yang umum dalam pembahasan komunikasi serta lebih luas dalam ilmu pengetahuan sosial dan perilaku. Hal ini dapat dipahami dalam lingkungan budaya kita. Individu telah mendominasi pemikiran barat sejak pencerahan abad ke 18 dan orang yang mandiri merupakan unit analisis utama dalam kebanyakan pemikiran barat. Pandangan psikologis ini melihat manusia sebagai kesatuan lahiriah dengan karakteristik yang mengarahkan kepada perilaku mandiri. Pandangan ini juga melihat pikiran individu sebagai sebagai tempat memproses dan memahami informasi serta mengahasilkan pesan. Tetapi pandangan ini juga mengakui kekuatan yang dapat dimiliki individu melebihi individu yang lain serta efek informasi pada pikiran manusia.
Gagasan utama dari tradisi Sosiopsikologis berangkat dari Penjelasan- penjelasan psikologi yang penting dalam tradisi sosiopsikologis. Mekanisme-mekanisme universal yang menentukan tindakan dianggap dapat ditemukan melalui penelitian yang diteliti. Konsekuensinya, tradisi ini menjadi sering diasosisikan dengan ilmu komunikasi. Saat ini, kebanyakan teori komunikasi sosiopsikologis lebih berorientasi pada sisi kognitif, yaitu memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi. Dalam area ini, tradisi sibernetika dan sosiopsikologis bersama-sama menjelaskan system pemrosesan informasi individu manusia. Input informasi merupakan bagian dari perhatian khusus, sedngkan output (rencana dan perilaku) merupakan bagian dari system kognitif
Banyak dari karya dalam tradisi ini ini berasusmsi bahwa mekanisme-mekanisme pemrosesan informasi manusia berada di luar kesadaran kita. Sebagai pelaku komunikasi, kita mungkin disadarkan akan aspek-aspek spesifik dari proses, seperti perhatian dan ingatan serta kita akan sangat sadar akan output tertentu, seperti rencana dan perilaku, tetapi proses internal itu sendiri berada di belakang layar. Para ahli komunikasi mencoba untuk menjelaskan system-sistem ini.
Keragaman tradisi dalam sosiopsikologis dapat dibagi menjadi tiga cabang besar: perilaku, kognitif, biologis. Dalam sudut pandang perilaku, teori-teori berkonsetrasi pada bagaimana manusia berperilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Teori-teori tersebut biasanya melihat hubungan antara perilaku komunikasi-apa yang kita katakana dan lakukan-dalam kaitannya dengan beberapa variable, seperti sifat pribadi, perbedaan situasi dan pemberalajaran.
Yang kedua adalah teori kognitif yang cukup banyak digandrungi saat ini. Cabang ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan memproses informasi dalam cara yang mengarahkan output perilaku. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan dalam situasi komunikasi bergantung tidak hanya pada bentuk stimulus-respon melainkan pada operasi mental yang digunakan untuk mengelola informasi
Variasi yang ketiga adalah dari sudut pandang biologis. Karena kajian genetic diasumsikan semakin penting, para ahli psikologi dan teori perilaku pun tertarik dalam efek-efek fungsi dan struktur otak dan factor genetic dalam menjelaskan perilaku manusia. Para ahli tersebut percaya bahwa banyak dari sifat, cara berpikir, dan perilaku inividu didikat secara biologis dan didapat bukan hanya dari pembelajaran atau factor-faktor situasi, melainkan oleh pengaruh pengaruh neourobiologis sejak lahir.
5. Tradisi Sosiokultural
Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Teori-teori tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang dihuni oleh manusia, menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan di luar kita tetapi dibentuk melalui proses interaksi dalam kelompok, komunitan, dan budaya.
Gagasan utama dalam tadisi ini memfokuskan diri dari pada bentuk-bentuk interaksi antara manusia antarmanusia daripada karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan. Meskipun individu memproses informasi secara kognitif, tradisi ini kurang tertarik pada komunikasi tingkat individu. Malahan, para peneliti dalam tradisi ini ingin memahami cara-cara yang di dalamnya manusia bersama-sama menciptakan realitas kelompok sosial mereka, organisasi, dan budaya. Tentu saja, kategori yang digunakan oleh individu dalam memproses informasi diciptakan secara sosial dalam komunikasi berdasarkan pada tradisi sosiokultural.
Ada skeptisme baik dalam perkembangan tentang penemuan metode-metode penelitian. Malahan, para peneliti sosiokultural cenderung menganut ide bahwa realitas itu dibentuk oleh bahasa, sehingga apapun yang "ditemukan" harus benar-benar dipengaruhi oleh bentuk-bentuk interaksi prosedur penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, dalam tradisi ini, pengetahuan benar-benar bisa diinterpretasi dan dibentuk. Teori-teori tersebut lebih cenderung berhubungan dengan bagaimana makna diciptakan dalam interaksi sosial dalam situasi nyata. Makna kata-kata dalam situasi tersebut dianggap sangat penting, seperti layaknya bentuk-bentuk perilaku dalam interaksi dalam situasi nyata. Para peneliti dalam tradisi ini selalu tertarik dengan apa yang dibuat oleh bentuk-bentuk interaksi tersebut. banyak teori-teori sosiokultural juga memfokuskan pada bagaimana identitas-identitas dibangun melalui interaksi dalam kelompok sosial dan budaya. Identitas menjadi dorongan kita sebagai individu dalam peranan sosial, sebagai anggota komunitas, dan sebagai mahluk berbudaya.
Para ahli sosiokultural memfokuskan diri pada bagaimana identitas dinegosiasikan dari satu situasi ke situasi lainnya. Budaya juga dilihat sebagai bagian penting atas apa yang dibuat dalam interaksi sosial. Pada gilirannya, budaya membentuk kontkes bagi tindakan dan interpretasi. Komunikasi merupakan sesuatu yang terjadi di antara manusia, sehingga komunitas dianggap sangat penting dalam banyak teori tersebut. Konteks secara eksplisit diidentifikasi dalam tradisi ini karena penting bagi bentuk-bentuk komunikasi dan makna yang ada. Symbol-simbol yang penting dalam interaksi apapun dianggap memiliki makna yang berbeda ketika pelaku komunikasi berpindah dari satu situasi ke situasi lainya.
Sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh: paham interaksi simbolis, konstruksionisme, sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnografi, dan etnometodelogi. Berdasarkan ide bahwa struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara dalam interaksi sosial, paham interaksi simbolis sangat berpengaruh dalam tradisi. Ide pokok dari paham interaksi simbolis berasal dari Herbert Blumer dan George Herbert Mead yang menekankan pentingnya observasi partisipan dalam kajian komunikasi. Pandangan interaksi simbolis telah diadopsi dan dielaborasi banyak pakar sosiologi serta saat ini dimasukkan ke dalam kajian kelompok, emosi, diri, politik dan struktur sosial.
Sudut pandang kedua yang sangat berpengaruh pada pendekatan sosiokultural adalah paham konstruktivisme sosial. Sudut pandang ini telah meneliti bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial. Identitas benda dihasilkan dari bagaimna kita berbijara tentang objek, bahasa yang digunakan menangkap konsep kita, dan cara-cara kelompok sosial menyusuaikan diri pada pengalaman umum mereka.
Pengaruh ketiga dari sosiokultural teori komunikasi adalah sosiolingistik atau kajian bahasa dan budaya. Hal yang penting dalam tradisi ini adalah bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda. Bukan hanya media netral untuk menghubungkan manusia, bahasa juga masuk ke dalam bentuk yang menentukan jati diri kita sebagai makhluk sosial dan berbudaya. Hal yang erat kaitannya dengan sosiolinguistik adalah filsafat bahasa. Ludwing Wittgenstein, yang mencetuskan pandangan filsafat bahasa ini menyarankan bahwa, makna bahasa bergantung pada penggunaan nyatanya.
Pandangan lain yang berpengaruh adalah etnografi atau observasi tentang bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistic dan nonlinguistic mereka. Etnografi melihat bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok sosial tertentu. Kata-kata yang mereka gunakan dan maknanya bagi mereka, sebagaimana makna- makna bagi keragaman perilaku, visual dan respon.
Terakhir, tradisi sosiokultural dipengaruhi oleh etnometodelogi atau observasi yang cermat akan perilaku-perilaku kecil dalam situasi –situasi nyata. Etnometodelogi terutama dihubungkan dengan Harold Garfinkel, pendekatan ini melihat bagaimana kita mengelola dan menghubungkan perilaku dalam interaksi sosial pada waktu tertentu. Dalam komunikasi, etnometodelogi telah mempengaruhi bagaimana kita melihat percakapan, termasuk cara-cara partisipan mengelola alur percakapan dengan bahasa dan perilaku nonverbal.
6. Tradisi Kritik
Pertanyaan-perntanyaan tentang keistimewaan dan kekuatan dianggap penting dalam teori komunikasi dan merupakan tema tradisi kritik. Jika kita memiliki atau kurang memiliki keistimewaan karena warna kulit, kewarganegaraan, bahasa, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, permasalahan wilayah, pendapatan, dan aspek identitas, maka berdasarkan pandangan kritik, kita menghadapi bentuk perbedaan sosial dan kemudian dianggap sangat penting bagi pandangan kritik.
Gagasan utama dalam pandangan ini memiliki tiga keistimewaan pokok. Pertama tradisi kritik mecoba memahami system yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan, dan keyakinan atau ideology yang mendominasi masyarakat. Dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh struktur-struktur kekuatan tersebut. kedua, teori kritik pada umumnya tertarik dengan membuka kondisi-kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan. Memahami penindasan dalam menghapus ilusi-ilusi ideology dan bertindak mengatasi kekuatan yang menindas. Ketiga, menciptakan kesadaran untuk mengabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut bersifat normative dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam kondisi-kondisi yang mempengaruhi masyarakat atau seperti yang dikatakn Della Pollock dan J. Robert Cox, "untuk membaca dunia dengan pandangan yang dapat membentuknya.
Dalam kajian komunikasi, para ahli kritik umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Meskipun para ahli kritik tertarik pada tindakan sosial, mereka juga focus pada wacana dan teks-teks yang mempromosikan ideology-ideologi tertentu, membentuk dan mempertahankan kekuatan, meruntuhkan minat-minat kelompok atau kelas tertentu.
Terkait dengan keragamannya, tradisi ini Meskipun telah muncul sejak karya Marx dan Engels, marxsisme merupakan cabang induk dari teori kritik. Marx mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan sifat dari masyarakat; oleh karena itu, ekonomi adalah dasar dari semua struktur sosial. Dalam system kapitalis, keuntungan mendorong produksi, sesuatu yang berakhir dengan menekan buruh dan pekerja. Hanya ketika pekerja menentang kelompok-kelompok dominan, cara-cara produksi dapat diubah dan kebebasan pekerja dapat tercapai. Kebebasan tersebut memajukan perkembangan sejarah secara alami. Ketika kekuatan-kekuatan oposisi bersinggungan dalam dialektik yang menghasilkan peringkat sosial yang lebih tinggi. teori marxis klasik ini dinamakan the criticque of political economy.
Saat ini, teori kritik marxsis sangat berkembang, meskipun teori ini telah bercabang dan multiteoritis. Beberapa ahli teori kritik saat ini dengan senang hati mangadopsi ide-ide Marx pada ekonomi politik, meskipun perhatian dasar akan konflik dialektik, dominasi, dan penindasan tetap penting. Teori kritik saat ini sering dinamakan "neo marxsis" atau "marxsis". Berbeda dengan model materialism marxsis sederhana, kebanyakan teori-teori kritik kontemporer melihat proses-proses sosial sebagai overdetermined atau diakibatkan oleh sumber-sumber yang banyak. Mereka melihat struktur sosial sebagai system yang di dalamnya terdapat banyak factor yang berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.
Minat dalam bahasa menjadi penting bagi para ahle teori kritik. Dalam marxsisme, praktik-praktik komunikasi dilihat sebagai hasil dari tekanan antara kreativitas individu dan desakan sosial pada krativitas itu. Hanya ketika individu benar-benar bebas mengekspresiakan dirinya dengan kejelasan dan alasan, kebebasan akan terjadi. Akan tetapi, bahasa juga menjadi sebuah desakan kepentingan dalam ekspresi indivisu karena bahasa dari kelas dominan membuatnya sulit bagi kelompok kelas pekerja untuk memahami keadaan mereka dan menemukan cara untuk mencapai emansipasi. Dengan kata lain bahasa dominan menegaskan dan memperlihatkan penekanan terhadap kelompok pinggiran. Ini adalah tugas para ahli teori kritik untuk menciptakan bentuk bahasa baru yang dapat menyingkap ideology dominan dan ideology yang saling bersaing agar dapat didengar.
Frankfurt School adalah cabang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat bertanggung jawab terhadap kemunculan istilah Critical Theory, Frankfurt masih sering digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori kritik (critical theory). Frankfurt School mengacu pada kelompok filsuf Jerman, sosiolog, dan ekonom Max Horkheimer, Theoder Adorno, dan Herbert Marcuse adalah anggota yang terkenal dari lembaga tersebut. pengikut aliran ini percaya, bahwa demi kebutuhan akan integrasi di antara kajian-khususnya filosofi, sosiologi, ekonomi dan sejarah-untuk mempromosikan filosofi sosial yang luas atau teori kritik yang mampu menawarkan pengujian yang komperhensif akan kontradiksi dan interkoneksi dalam masyarakat.
Frankfurt School merupakan Marxsis dalam inspirasinya: pertama pengikutnya melihat kapitalisme sebagai tahap evolusi perkembangan sosialisme dan kemudian komunisme. Bagaimanapun juga, kegagalan pergerakan pekerja dan kemunculan Fasisme, mengarah mengabaikan kepercayaan akan proletar sebagai agen revolusi karena alsan dan kepintaran mereka. Sebagai hasilnya, Frankfurt telah dikritik karena paham elitenya, kebencian terhadap budaya pop dan pembebasan aktivisme demi intelektualisme.
Dengan munculnya Partai Sosialis Nasional (Nazi) di Jerman pada tahun 1930-an, banyak dari pengikut aliran ini bermigrasi ke Amerika kemudian membangun Institusi untuk penelitian sosial di Universitas Colombia. Sementara di Amerika, mereka sangat tertarik dengan komunikasi massa dan media sebagai struktur penekan dalam masyarakat kapitalis. Komunikasi mulai menjadi penting bagi teori kritik dan kajian komunikasi massa menjadi lebih penting. Akademi Frankfurt kemudian yang paling terkenal adalah Jurgen Habermas yang teorinya meneruskan penilaian terhadap alasan dan meminta untuk mengembalikan ide-ide rasional dalam periode pencerahan atau modern.
Teori kritik berada dalam paradigm modernis. Entah itu intelektual atau pandangan popular, ada sebuah kepercayaan pada alasan yang dibangun melalui ilmu pengetahuan, bahwa individu sebagai agen perubahan dan penemuan aspek-aspek budaya yang cuma-cuma. Keempat tambahan cabang yang dapat dikelompokkan dengan teori kritik adalah yang melanggar modernitas dengan beragam: post modernism, post kolonialisme, dan kajian feminis. Apa yang dimiliki dari filosifi ini adalah desakan pada keragaman dan ketidakstabilan makna, ketidakpercayaan terhadap ilmu pengetahuan, dan keengganan memberikan kepercayaan demi cerita yang hebat.
7. Tradisi Retorika
Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai symbol yang digunakan manusia. Pada awalnya, ilmu ini berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika adalah seni menyusun argument dan pembuatan naskah pidato. Focus dari retorika telah diperluas bahkan mencakup segala cara manusia dalam menggunakan symbol untuk memengaruhi lingkungan di sekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal.
Gagasan utama dari tradisi ini berpusat pada lima karya agung retorika: penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat. Penyusunan adalah pengaturan symbol-simbol-menyusun informasi dalam hubungannya dengan orang-orang, symbol-simbol dan konteks yang terkait. Gaya, berhubungan dengan semua anggapan yang terkait dalam penyajian dari semua symbol tersebut, mulai dari memilih system symbol sampai makna yang kita berikan pada semua symbol tersebut, sebagaimana dengan semua sifat symbol, mulai dari kata-kata dan tindakan hingga busana dan perabotan.
Penyampaian, menjadi perwujudan dari symbol-simbol dalam bentuk fisik, mencakup pilihan non verbal untuk berbicara, menulis, dan memediasikan pesan. Daya Ingat, tidak lagi mengacu pada penghafalan pidato, tetapi dengan cakupan yang lebih besar dalam mengingat budaya sebagaimana dengan proses persepsi yang berpengaruh pada bagaimana kita menyimpan dan mengolah informasi. Tanpa mengesampingkan pemilihan symbol dan media, retorika melibatkan sebuah Rethor atau penggunaan symbol yang menciptakan sebuah teks atau artefak khusus untuk audiensi, bermasalah dengan ragam desakan situasional. Pada kenyataannya, kita tidak terfokus pada pembahasan retorika karena mempunyai tradisi yang terpisah dari teori komunikasi dan kita tidak bisa membahas keduanya. Sementara itu, retorika sangat penting untuk ilmu komunikasi.
Berbicara keragaman retorika, asal retorika zaman klasik dari abad ke-5 sampai abad ke-1 sebelum masehi, didominasi oleh usaha-usaha untuk mendefinisikan dan menyusun peraturan dari seni retorika. Pada zaman pertengahan kemudian memandang kajian retorika yang berfokus pada permasalahan penyusunan dan dan gaya. Zaman Renaissance, memandang sebuah kelahiran kembali retorika sebagai filosofi seni. Sementara pada zaman pencerahan,focus pada rasional dan ini berarti bahwa sekali lagi retorika dibatasi karena gayanya, memunculkan pergerakan surat-surat indah yang menarik.
Pada abad ke 20, dinamakan retorika kontemporer. Era ini menandakan sebuah kenaikan pertumbuhan dalam retorika ketika jumlah, jenis dan pengaruh symbol-simbol meningkat. Ketika sebuah abad dimulai dengan sebuah penekanan pada nilai bicara di muka umum bagi masyarakat yang ideal, penemuan media massa menghadirkan focus baru dalam visual dan verbal. Retorika kemudian bergeser fokusnya dari pidato menuju segala jenis penggunaan symbol.
Table Perbedaan Tujuh Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi
Perbedaan Gagasan Utama
Tradisi Semiotik
-tanda yang didefinisikan sebagai stimulus
-symbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus
Tradisi Fenomenologi
-phenomenon yang mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian atau kondisi yang dilihat
-merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung
-fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas
Tradisi Sibernetika
-ide system membentuk inti pemikiran sibernetika
- System merupakan seperangkat komponen yang saling berinteraksi, yang bersama-sama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar sejumlah bagian-bagian
-sebuah system mendapatkan input dari lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik berupa hasil kepada lingkungan
Tradisi Sosiopsikologis
-Penjelasan- penjelasan psikologi yang penting dalam tradisi sosiopsikologis
-Mekanisme-mekanisme universal yang menentukan tindakan dianggap dapat ditemukan melalui penelitian yang diteliti
-Meskipun teori-teori ini memiliki banyak perbedaan, mereka sama-sama memperhatikan dan sifat-sifat pribadi serta proses kognitif yang menghasilkan perilaku
Tradisi Kritik
-Pertama tradisi kritik mecoba memahami system yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan, dan keyakinan atau ideology yang mendominasi masyarakat. Dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh struktur-struktur kekuatan tersebut.
-kedua, teori kritik pada umumnya tertarik dengan membuka kondisi-kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan. Memahami penindasan dalam menghapus ilusi-ilusi ideology dan bertindak mengatasi kekuatan yang menindas.
-Ketiga, menciptakan kesadaran untuk mengabungkan teori dan tindakan
Tradisi Retorika
-tradisi ini berpusat pada lima karya agung retorika: penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat.
[Type the document title]
[Type the document subtitle]
[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]
[Year]
[Type the author name]
[Type the company name]