TERAPI MODALITAS SENAM RHEUMATIK DI DESA SELAT KARANGASEM
A. JUDUL
Terapi Modalitas : Senam Rheumatik Pada Lansia Di Desa Selat Karangasem
B. LATAR BELAKANG
Pertambahan jumlah lanjut usia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990-2025 tergolong tercepat di dunia. Sedangkan angka harapan hidup berdasarkan hasil survey oleh Kementerian Koordinator bidang kesejahteraan rakyat tahun 2014 masing-masing untuk pria adalah 66 tahun dan wanita adalah 69 tahun (Havifi, 2014). Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, proporsi lansia di Indonesia sebesar 7.59%, artinya terdapat 18.04 juta jiwa lansia di Indonesia, dengan jumlah lansia perempuan 9.75 juta lebih banyak dari pada lansia lakilaki yaitu 8.29 juta (Badan Pusat Statistik, 2011). Era globalisasi ini, masyarakat dituntut untuk cepat tanggap akan inovasi-inovasi yang terjadi sehingga terkadang cenderung untuk menjadi individu yang individualis dan lebih memusatkan perhatian pada keluarga inti. Sehingga, banyak ditemukan fenomena lansia yang dititip dijompo atau terlantar, selain karena keterbatasan ekonomi keluarga yang hanya mampu mencukupi kebutuhan keluarga inti saja (Havifi, 2014). Panti jompo sebagai sebuah institusi yang mampu menyediakan fasilitas-fasilitas bagi lansia, yang disesuaikan dengan kebutuhan lansia, memungkinkan lansia untuk dapat memilih tempat tinggal mereka sendiri (Nugroho, 2008). Kemenkes RI (2012) dalam penelitian Nulhakin (2015) menyatakan bahwa jumlah PSTW di Indonesia sebanyak 243 unit yang tersebar di seluruh provinsi dan melayani serta menampung lansia sejumlah 11.916 orang lansia. Selain lansia memiliki permasalahan yang dapat muncul meliputi masalah fisik maupun mental (Havifi, 2014), salah satunya adalah penyakit arthritis rheumatoid. Arthritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis serta dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi. Penyakit ini juga dapat menimbulkan peradangan sehingga akan terjadi pembengkakan, nyeri, dan akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi bahkan mengganggu aktivitas. Dampak lain
yang dapat muncul adalah adanya benjol-benjol, adanya nyeri kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup (Tedampa, 2016). Faktor risiko penyakit ini di antaranya faktor genetik, jenis kelamin, berat badan, usia, pengetahuan yang kurang memadai dalam memanajemen diri, pekerjaan, dan pola makan (kacang-kacangan, susu, kacang buncis, organ dalam hewan (daging), makanan kaleng, makanan bersantan, durian, air kelapa, produk olahan melinjo, alkohol, kangkung, dan bayam) (Tedampa, 2016 & Baworadi, 2017). Keterbatasan dalam rentang gerak sendi yang diakibatkan karena penyakit dapat menimbulkan masalah lain, seperti risiko jatuh pada lansia. Hal ini, di dukung oleh penelitian milik Stanmore (2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian jatuh dengan penyakit arthritis rheumatoid, bahkan dapat menyebabkan cedera, fraktur, maupun cedera kepala. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah karena adanya pembengkakan pada sendi ekstremitas bawah, kelelahan, dan penggunaan obat psikotropik. Penelitian serupa oleh Marques (2014), juga mengatakan bahwa ada hubungan antara kejadian jatuh dengan penyakit arthritis rheumatoid. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan dari fungsi disabilitas. Bretton (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada kemungkinan sekitar 90% lansia yang memiliki penyakit arthritis rheumatoid berisiko mengalami risiko jatuh. Melihat permasalahan yang muncul akibat adanya penyakit, penting untuk melakukan penanganan di antaranya melakukan senam rheumatik sebagai terapi aktivitas kelompok. Senam rheumatik bertujuan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi dan jaringan lunak, yang akan meminimalkan terjadinya kontraktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senam rheumatik juga mampu menurunkan intensitas nyeri pada penderita arthritis rheumatoid (Suhendriyo, 2014). Penelitian serupa oleh Sitinjak (2016), yang mengaplikasikan senam rheumatik ini pada lansia di Panti Werdha, terdapat adanya pengaruh senam rheumatik terhadap perubahan skala nyeri sendi (dengan rata-rata 7.08 menjadi 4.92). Kategori nyeri adalah nyeri sedang (dengan rentang 4-6) sampai pada nyeri berat (dengan rentang 7-9).
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan terapi modalitas : Senam Rheumatik selama 1 x 45 menit diharapkan lansia dapat memahami bagaimana pentalaksanaan rheumatik dengan senam rheumatik serta melakukan kegiatan senam rheumatik secara secara konstruktif.
2. Tujuan Khusus : Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai penatalaksanaan rheumatik yaitu senam rheumatik diharapkan peserta : a. Mengetahui manfaat senam rheumatik b. Mengetahui Frekuensi latihan senam rheumatik c. Mampu mengikuti senam rheumatik dengan baik d. Mampu melakukan senam rheumatik secara independent
D. TEMPAT
Balai Banjar Desa Selat Karangasem
E. WAKTU
Hari
: Jumat, 27 Oktober 2017
Waktu : 09.00 – 09.45 WITA
F. SASARAN
1. Peserta
: Lansia di Desa Selat Karang Asem yang menyandang arthrtitis (rheumatik) serta sehat secara fisik, psikologis dan dapat mengikuti kegiatan sampai selesai.
2. Jumlah
: 20 orang
G. METODE
Metode yang digunakan yaitu Demonstrasi
H. MEDIA
Metode yang digunakan untuk individu dan disesuaikan dengan kebutuhan, berdasarkan hal tersebut metode yang digunakan untuk kegiatan ini yaitu dengan metode demonstrasi. Metode Demonstrasi merupakan metode yang menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang suatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana
cara melaksanakan senam rheumatik sesuai dengan kondisi saat penyuluhan pada posyandu lansia (dapat dibantu dengan alat peraga).
I.
PENGORGANISASIAN
Pelaksana/ Instruktur : Diah Sukayanti Pieter Gideon Nia Puspayanti
J.
Moderator
: Bernadetta Diana
Observer
: Anggi Dewi
SETTING TEMPAT
Sound
Keterangan : : Moderator
: Sie Acara
: Lansia
: Observer
K. RENCANA PELAKSANAAN
Persiapan : - Memilih klien sesuai indikasi. - Membuat kontrak dengan klien - Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan Proses : - Orientasi a. Mengucapkan salam terapeutik b. Menanyakan perasaan klien hari ini c. Menjelaskan tujuan kegiatan d. Menjelaskan kegiatan :
Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai a khir
Lama kegiatan 45 menit Tahap Kerja
-
a. Moderator menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu senam rheumatik. b. Sie acara mengatur tempat untuk lansia dan mengatur music yang akan di gunakan untuk senam lansia. c. Lansia mengambil tempat untuk melakukan senam lansia. c. Observer mengobservasi klien selama proses kegiatan
d. Observer menilai gerakan lansia apakah sudah sesuai dengan yang instruktur contohkan. e. Setelah selesai kegiatan aktivitas senam rheumatik klien diberi kesempatan menceritakan kesan dan pesannya setelah melakukan senam rheumatik f. Setelah selesai klien menceritakan kesan dan pesannya, moderator mengajak klien lain bertepuk tangan dan memberi pujian. -
Tahap Terminasi a. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam lansia
Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan
klien
untuk
bisa
menerapkan
senam
rheumatik
untuk
penatalaksanaan senam rheumatik
TahapTerminasi a. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam rheumatik
Memberikan pujian atas partisipasi lansia
b. Rencana tindak lanjut Menganjurkan klien untuk bisa menerapkan senam rheumatik dalam keseharian sehingga lansia dapat mengurangi rheumatik pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010. Jakarta : Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial. Baworadi, F., Rottle, J., & Malara, R. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Penyakit Rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Jurnal Keperawatan. 5(1) : 1-7. Brentton, R., et al. (2016). Foot and Ankle Characteristics Associated with Falls in Adults with Established Rehumatoid Arthritis: a Cross-Sectional Study. BMC Musculoskeletal Disorder. 17(22) : 1-8. Havifi, P. (2014). Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Lansia Panti Jompo UPT PSTW Khusnul Khotimah di Kota Pekanbaru. Journal FISIP. 2(1) : 1-12. Marques, W, et al. (2014). The Influence of Physical Function on the Risk of Falls Among Adults with Rheumatoid Arthritis. Reumatology Journal. 54(5) : 404-408. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC. Nulhakim, L., Sahar, J., & Fitriyani, P. (2015). Keterampilan Petugas yang Baik dalam Memberikan Pelayanan merupakan Faktor Kepuasan Lansia di Panti Werdha. Jurnal Husada Mahakam. 3(9) : 452-521. Stanmore, et al. (2013). Fall Incidence and Outcomes of Falls in a Prospective Study of Adults with Rheumatoid Arthritis. Arthritis Care Journal. 65(5) : 737-744. Stanmore, et al. (2013). Risk Faktors for Fall in Adults with Rheumatoid Arthritis: a Prospective Study. Arthritis Care Journal. 65(8) : 1251-1258. Suhendriyo. (2014). Pengaruh Senam Rematik terhadap Pengurangan Nyeri pada Penderita Osteoarthritis Lutus di Karangasem Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 3(1) : 1-6. Tedampa, R.G.P., Mulyadi, & Bataha, Y.B. (2016). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Arthritis Reumatoid di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai. Jurnal Keperawatan. 4(2) : 1-5.