TERAPI KOMPLEMENTER “TERAPI MAGNET”
TUGAS
Oleh Tediy Junianto Wafi Hidayat Kikianita Oktavia Eriyanti Fitania Marizka P
NIM 112310101033 NIM 112310101034 NIM 112310101063 NIM 112310101064
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya. Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Beberapa klien sudah melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer. Salah satu terapi kompolementer yaitu terapi magnet. Terapi magnetik yang ada di khalayak luas telah lama menjadi salah satu pilihan pengobatan di kalangan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien memimilih tentang terapi magnetik pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi magnet. Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer, utamanya terapi magnetik.
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum
Mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan dalam terapi komplementer dengan medan magnet
1.2.2
Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui dan memahami pengertian terapi magnet; b. untuk mengetahui dan memahami konsep terapi magnet; c. untuk mengetahui dan memahami penggunaan terapi magnet; d. untuk mengetahui dan memahami proses terapi magnet; e. untuk mengetahui dan memahami dampak terapi magnet; f.
untuk mengetahui dan memahami indikasi terapi magnet;
g. untuk mengetahui dan memahami kontraindikasi terapi magnet; h. untuk mengetahui dan memahami Standar Operasional Prosedur (SOP) terapi magnet.
1.3 Manfaat 1.3.1
Untuk Mahasiswa
Untuk menambah wawasan atau ilmu mengenai asuhan keperawatan dalam dalam terapi komplementer dengan medan magnet
1.3.2
Untuk Masyarakat
Memberikan pemahaman yang lebih terkait terapi komplementer dengan magnet dalam berbagai macam bentuk benda.
BAB II. KONSEP TEORI
2.1
Pengertian
Terapi magnet merupakan pengobatan nonmedis dengan memanfaatkan medan magnet secara aman dan tanpa efek samping untuk mempercepat proses penyembuhan
dengan
cara
menyeimbangkan
dan
mengembalikan
arus
elektromagnetik yang ada di dalam sel-sel darah manusia. Saat aliran energi dalam tubuh abnormal, kulit disekeliling titik akupoint biasanya menjadi perih dan nyeri jika tersentuh. Dengan terapi magnet syaraf di sekitar titik akupoint distimulasi energi elektromagnetik, sehingga rasa perih dan nyeri berkurang. Aliran magnetik dalam tubuh kita secara alami dibentuk oleh sirkulasi aliran ion listrik dalam sel dan transmisi listrik dari syaraf sampai membran sel. Terapi ini juga merupakan metode yang aman, yang menggunakan medan magnet untuk tujuan terapi. Bumi adalah medan magnet alam. Tubuh manusia juga merupakan suatu medan magnet sebagai akibat dari proses bioelektrik dalam tubuh. Dalam kondisi normal elektron dan ion bekerja seimbang. Bila keseimbangan terganggu, arus dan distribusi dalam sel akan terpengaruh dan hal ini biasanya menjadi akar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh.
2.2 Konsep
Kehidupan berkembang dibawah pengaruh medan magnetik bumi. Meskipun medan magnetik ini relatif kecil, tetapi berperan dalam berbagai fungsi tubuh. Tubuh manusia merupakan struktur yang unik, terdiri atas sel-sel yang merupakan suatu massa protoplama yang mengandung nukleus. Protoplasma atau sitoplama adalah komponen kimia komplek penyusun utama sel daripada nukleus. Tiap-tiap sel manusia merupakan bagian kecil dari komponen magnetik dan komponen tersebut melewati semua organ. Organ-organ tersusun atas sel dan
jaringan. Cairan tubuh mengandung berbagai macam ion seperti Potassium (K+), Klorida (Cl), Phosphor (PO4), Sodium (NA+), dan sebagainya. Ion terdiri atas atom atau radikal. Pada elektrolisis, ion memiliki kecenderungan untuk melewati dari satu polaritas ke polaritas lainnya. Ion merupakan konduktor dan arus listrik melalui ion-ion tersebut dikelilingi oleh medan magnetik disekitarnya. Semua jaringan dan sistem syaraf dalam tubuh diatur oleh medan magnetik dalam tubuh. Medan elektromagnetik ini merupakan prinsip dasar dari terapi magnetik. Medan magnetik ini cenderung fluktuatif, organ dalam tubuh yang memancarkan medan magnet maksimum 3,00,000 kilo-gauss pada saat seseorang tidur. Pada waktu normal nilai medan magnetnya berbeda. Jadi nilai rata-rata dari medan magnet tiap organ alam tubuh berbeda-beda. Jika ada dalam tubuh organ ada yang terkena suatu penyakit, dengan seketika medan magnetisnya terganggu. Nilai yang baik adalah medan magnet dapat menginduksi kearah nilai normal pada organ-organ. Ini merupakan esensi dari terapi magnetik. Terapi magnetik mempunyai efek baik terhadap sel, jaringan dan syaraf ketika diaplikasikan ke bagian yang terpengaruh. Terapi magnetik membuat peningkatan sirkulasi dalam aliran darah menjadi lancar (Hendrajaya,2005)
2.3 Penggunaan Terapi Magnet
Terapi magnet menggunakan sifat alami dari magnet untuk meringankan rasa sakit pada berbagai bagian tubuh. Magnet sudah lama diyakini memiliki kekuatan penyembuhan untuk nyeri otot dan kekakuan pada bagian tubuh. Penggunaan magnet untuk manfaat medis ini bisa dirujuk kembali ke Mesir kuno dan juga Yunani kuno ketika Hippocrates (bapak kedokteran) yang menggunakan batu magnet untuk mengobati kemandulan. Begitu juga orang kuno di India yang menggunakan magnet untuk mengatasi Insomnia. Dikatakan para penyembuh di Cina pada tahun 200 SM menggunakan batu magnet pada tubuh untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang tidak sehat dalam
aliran
energi.
Kemudian,
tercatat
juga
bahwa
seorang
dokter
Swiss pada abad ke-16 menggunakan magnet untuk mengobati epilepsi, diare, dan
perdarahan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa magnet memiliki khasiat untuk meringankan nyeri kronis (Hendrajaya,2005). Produk Terapi magnetik berupa gelang, kalung, cincin, anting, liontin, atau jam tangan pada umumnya digunakan untuk mengobati penyakit seperti insomnia, nyeri sendi, kejang otot, menyembuhkan luka, dll.
2.4 Proses Terapi Magnet
Di dalam tubuh manusia terdapat sel-sel darah yang mengandung zat besi (Fe) dan Neodymium magnet (Nd2Fe14B) yang digunakan dalam terapi biomagnetik yang juga mengandung zat besi. Ketika magnet atau sinar inframerah diletakkan dekat pembuluh arteri utama, seperti pembuluh darah arteri akan terjadi perangsangan (reaksi Fe pada Neodymium terhadap Fe pada sel-sel darah) sehingga sel-sel yang sebelumnya saling menempel dan bersambungan akhirnya terurai. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi lebih lancar. Karena aliran darah menjadi lancar, kemampuan sel darah menyerap oksigen dan nutrisi pun meningkat. Oksigen, nutrisi, dan hormon tubuh, termasuk penghilang rasa nyeri (hormon endorfin) akan disebarkan oleh sel-sel darah keseluruh jaringan dan organ tubuh yang membutuhkan. Apabila semua sel di seluruh tubuh memperoleh pasokan oksigen, nutrisi, dan hormon dengan lancar maka sel-sel tersebut dapat bekerja dengan normal sehingga magnet dan sinar inframerah yang menembus permukaan kulit juga dapat membantu mengaktifkan sel syaraf sehingga mampu menyampaikan pesan dengan cepat. Hal ini merangsang proses pemulihan sel dan meningkatkan kemampuan penyerapan ion negatif yang membuat keseimbangan ion dalam tubuh kita tetap terjaga (Luneto,2009)
2.5 Dampak Terapi Magnet
Penggunaan terapi magnetik ini tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif maupun positif. Terlepas dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan,
terapi ini merupakan metode yang aman digunakan dalam meningkatkan kesehatan. Dampak
positif
yang
ditimbulkan
dari
terapi
ini
tentu
saja
meningkatkan kesehatan tubuh, seperti menstabilkan sirkulasi kardiovaskuler, menjaga fungsi metabolisme, menjaga stamina dan kekebalan tubuh, mengurangi gejala depresi, dan mampu mengatasi stress, ayan, susah tidur, gangguan ginjal dan hati, serta beberapa penyakit lainnya. Namun, di dalam penggunaanya, terapi magnetik juga akan menimbulkan dampak seperti merasa hangat atau panas, gatal, sakit kepala, sering buang air besar maupun kecil, atau merasa tidak enak di seluruh tubuh yang disebabkan karena sirkulasi
di
dalam tubuh sedang diperbaiki,
dan tubuh
sedang
menyesuaikan diri, serta di seluruh tubuh anda mengalir darah yang penuh oksigen dan nutrisi. Perasaan ini akan hilang setelah beberapa hari. Perlu diingat, durasi dalam terapi magnet juga harus diperhatikan. Banyak orang yang salah mengartikan terapi magnet ini, mereka cenderung melakukan terapi ini terus-menerus. Medan magnet membuat metabolisme tubuh menjadi cepat. Padahal, tubuh juga butuh istirahat. Kalau digunakan tanpa istirahat, maka akan bisa merusak organ dalam tubuh(Luneto,2009).
2.6 Indikasi
1.
Sistem Muskuloskeletal Misalnya, trauma (distorsi, fraktur). Beberapa penelitian melaporkan bahwa medan magnetik bergetar meningkatkan penyembuhan fraktur pada tulang panjang tibia yang gagal sembuh setelah beberapa minggu. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa fraktur yang bisa menggunakan terapi magnet adalah fraktur yang belum dilakukan tindakan operatif pemasangan pen.
2.
Arthritis Keefektifan
terapi
magnetik
dalam
mengurangi
nyeri
pada
arthitis
berdasarkan penelitiandouble blind , plasebo- kontrol yang dipublikasikan oleh Journal of Rheumatology. Hasilnya terapi magnet ini dapat mengurangi
rasa nyeri yang dialami oleh penderita artritis karena terapi magnet ini bisa langsung menembus sel syaraf organ yang ada di dalam tubuh. 3. Nyeri Kronik Nilai dari terapi medan magnetik bergetar pada terapi nyeri telah dites pada penelitian longitudinal. Pada pasien dengan nyeri kronik yang sukar sembuh dengan terapi konvensional, diberikan medan magnetik sebanyak 60 gaus, 10 Hz diberikan selama 20 menit perhari selama 10 hari. Nyeri dinilai menggunakan skala nyeri analog linear, sebelum dan sesudah terapi. Semua pasien menunjukkan penurunan rasa nyeri setelah terapi.
2.7 Kontraindikasi
1.
Bagi pengguna pacemaker , defibrilator, pompa insulin atau peralatan elektronik medis lainnya tidak dianjurkan menggunakan terapi magnet.
2.
Ibu yang sedang mengandung juga tidak diperkenankan menggunakan terapi ini
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TERAPI MAGNET JUDUL SOP : TERAPI MAGNET
PSIK UNIVERSITAS JEMBER PENGERTIAN
Terapi magnet adalah pengobatan nonmedis dengan memanfaatkan medan magnet secara aman dan tanpa efek
samping
untuk
mempercepat
proses
penyembuhan dengan cara menyeimbangkan dan mengembalikan arus elektromagnetik yang ada di dalam sel-sel darah manusia. TUJUAN
1. untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang tidak sehat dalam tubuh 2. menstabilkan sirkulasi kardiovaskuler 3. menjaga fungsi metabolisme 4. menjaga stamina dan kekebalan tubuh, 5. mengurangi gejala depresi, dan mampu 6. mengatasi stress dan beberapa penyakit lainnya
INDIKASI
1. 2. 3. 4.
trauma (distorsi, fraktur). Arthritis Nyeri Kronik Pasien dengan penyakit syaraf (stroke, vertigo
KONTRAINDIKASI
1.
Bagi
pengguna pacemaker ,
defibrilator,
pompainsulin atau peralatan elektronik medis lainnya 2.
Wanita yang sedang mengandung
3.
Perdarahan
4.
Fraktur dengan Pen
EFEK SAMPING
1. Merasa hangat atau panas 2. Gatal 3. Sakit kepala 4. Sering buang air besar maupun kecil 5. Merasa tidak enak di seluruh tubuh yang disebabkan
karena
sirkulasi
di
dalam
tubuh sedang diperbaiki PERSIAPAN KLIEN
1) Menjelaskan tujuan terapi magnet 2) Menyebutkan prosedur tindakan 3) Pasien dalam posisi duduk dengan tengadah pada kursi atau tidur terlentang 4) Pasang sampiran atau tutup pintu 5) Mempersilahkan
keluarga
pasien
untuk
menunggu diluar
PERSIAPAN ALAT
1) Magnet 2) Sarung tangan 3) Bengkok
CARA BEKERJA :
1) Mencuci tangan, jika perlu gunakan sarung tangan. 2) Persilahkan pasien untuk membuka pakaian jika diperlukan. 3) Oleskan minyak pada bagian yang akan diterapi. 4) Tempelkan magnet pada bagian tubuh yang akan diterapi. 5) Setelah ±30 menit, lepaskan magnet, kemudian bersihkan bagian yang diterapi. 6) Bereskan alat 7) Buka sarung tangan, kemudian cuci tangan.
HASIL:
1) Evaluasi perasaan pasien 2) Evaluasi reaksi terapi 3) Dokumentasikan prosedur dan hasil tindakan Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Durasi penggunaaan terapi magnet dalam tubuh, usahakan pemakaiannya 20-30 menit perhari dlam 10 hari
BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu. Terapi komplementer berarti pelengkap bagi terapi konvensional yang ada dan telah terbukti bermanfaat. Salah satunya yaitu terapi magnet yang telah banyak hadir dipasaran dengan kisaran harga menengah keatas. Konsep manajemen pemasaran dan promosi yang bagus telah membuai masyarakat luas untuk turut menjadi customer setia barang-barang bertajuk alat kesehatan dengan komponen utama yaitu magnet. Telah banyak insan yang percaya dan telah mengetahui bukti dari khasiat terapi magnet itu sendiri. Namun dikembalikan lagi bahwa terapi magnet merupakan terapi komplementer, yaitu hanya bersifat pelengkap bagi terapi konvensional yang ada. Tidak menjadikan terapi magnet menjadi terapi utama dalam penyembuhan suatu penyakit yang dialami klien pada umumnya.Yang perlu diperhatikan bahwa penggunaan terapi magnet dalam jangka panjang sangat tidak dianjurkan. Karena dalam pemakaian alat magnetik harus memperhatikan durasinya. Beberapa pengguna terapi magnet ini banyak yang salah mempersepsikan dengan memakai alat terapi ini terus-menerus. Medan magnet membuat metabolisme tubuh menjadi cepat dimana tubuh juga butuh istirahat. Kalau digunakan tanpa istirahat, mempunyai dampak yang tidak baik yaiu bisa merusak organ dalam tubuh. Jadi dalam penggunaannya memang diharuskan ada konsultasi atau pendampingan dari tenaga kesehatan, agar efek samping bisa diminimalisir dan arah penyembuhan bisa lebih tepat.
3.2 Saran
Penulis saat ini masih terus belajar dan menunggu kritik yang membangun dari
pembaca,
baik
civitas
akademika
maupun
khalayak
publik
demi
kesempurnaan pembuatan paper dengan topik terapi komplementer (terapi magnetik). Penulis juga memberikan saran kepada masyarakat luas, baik yang belum menggunakan baik yang sudah menggunakan benda-benda berbau magnet dengan tujuan kesehatan, harus tetap diketahui indikasi dan kontraindikasinya. Tidak semua masyarakat bisa memakai alat kesehatan berbahan magnet. Harus benar-benar diperhatikan efek yang ditimbulkan meski dibawah sadar. Dalam terapi komplementer harus diingat kembali bahwa terapi ini merupakan terapi pelengkap saja. Kesembuhan klien juga tidak melulu hadir karena pemakaian magnet dalam keseharian. Tetapi lebih kepada sugesti/kepercayaan dan pendekatan
diri
kepada
sang
Pencipta
dalam
setiap
panjatan
doanya.
Diperbolehkan menggunakan alat terapi magnetik, namun tetap mengikuti prosedur penyembuhan konvensional dari tenaga kesehatan dalam proses penyembuhan suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrajaya, L. 2005. Kecerdasan Magnetik. www.fi.itb.ac.id/.../Buku%20Kecerdasan%20Magnetik/Kecerdasan% [30September 2014] Hendrajaya, L. 2005. Magnetisasi Tubuh Manusia dalam Latihan Pernafasan dan Kemanfaatannya. www.fi.itb.ac.id/.../Buku%20Kecerdasan%20Magnetik/Kecerdasan%[30 September 2014] Luneto, C. 2009. Kegunaan Magnet dalam Kehidupan Sehari-Hari. www.lemlit.ung.ac.id/berita-91-kegunaan-magnet-dalam-kehidupan-seharihari [30 September 2014]
PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan munculnya dampak negatif seperti BAB/BAK dari terapi magnet? Jawab :
BAB/BAK disebabkan karena metabolisme terlalu lancar dan pemakaian terapi magnet dalam jangka waktu yg lama. Karena banyak orang yang salah mengartikan terapi magnet ini, orang-orang cenderung melakukan terapi ini terus-menerus. Medan magnet membuat metabolisme tubuh menjadi cepat. Padahal, tubuh juga butuh istirahat. Kalau digunakan tanpa istirahat, maka akan bisa merusak organ dalam tubuh.
2. Magnet yang seperti apa dan berapa kekuatan magnetnya yang digunakan dalam terapi magnet tersebut? Jawab :
Terapi magnet menggunakan magnet khusus yang mempunyai kekuatan antara 300 sampai dengan 3000 gauss. (Gauss adalah Satuan Internasional untuk kekuatan magnet, pengukuran kekuatan magnet dapat dilakukan dengan alat yang disebut gauss meter). Untuk terapi yang optimal, dianjurkan menggunakan kekuatan magnet antara 2500 sampai dengan 3000 gauss. Bahan magnet yang mempunyai kekuatan 2000-3000 gauss adalah Neodymium Magnet. Jenis magnet ini dikenal sebagai Raja Magnet karena kekuatan magnetnya paling besar dibandingkan dengan kekuatan jenis magnet yang lain.
3. Indikasi terapi magnet salah satunya yaitu untuk pasien trauma seperti fraktur. Lantas bagaimana pemakaian pasien yang fraktur menggunakan pen? Jawab :
Memang terapi magnet dianjurkan untuk pasien trauma seperti fraktur, namun fraktur tanpa penggunaan pen/hanya menggunakan gips saja. Karena medan magnetik bergetar meningkatkan penyembuhan fraktur pada tulang panjang tibia yang gagal sembuh setelah beberapa minggu. Namun berbeda lagi jika pasien fraktur menggunakan pen, karena sifatnya bisa
menarik
magnet
maka
tidak
dianjurkan/termasuk
dalam
kontraindikasi.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penggunaan terapi magnet? Jawab :
Sebenarnya
dalam
penggunaan
terapi
magnet
waktunya
sangat
kondisional. Tergantung dari manfaat yang ingin didapatkan sejauh apa, namun tetap disesuaikan dengan banyak tidaknya kapasitas/kekuatan gauss dalam magnet itu sendiri. Namun dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa penggunaan terapi magnet bisa dilakukan selama 20 30 menit dalam jangka waktu selama 10 hari berturut-turut. Tetapi, penggunaan
terapi
magnet
dapat
dihentikan
jika
muncul
selalu
muncul
kontraindikasi/dampak negatif yang muncul pada pasien.
5. Dalam
kehidupan
manusia,
setiap
harinya
ketidakseimbangan ion. Bagaimana kinerja terapi magnet ini bekerja dalam mengatasi ketidakseimbangan ion? Jawab :
Terapi
magnet
digunakan
untuk
“restores
body
balance”
yaitu
mengembalikan keseimbangan ion dalam tubuh yaitu menolak ion positif dan menarik ion negatif. Apabila keseimbangan tubuh terjaga, kesehatan tubuh pun akan tetap terjaga. Ion positif juga akan mempengaruhi sistem peredaran darah manusia. Apabila peredaran darah terganggu maka suplai oksigen, nutrisi dan hormon yang diperlukan oleh semua sel dalam jaringan tubuh akan terganggu juga. Hal ini tentunya akan menyebabkan
berbagai penyakit seperti reumatik, badan pegal-pegal, darah tinggi, stroke dan lain sebagainya.
6. Mengapa ibu hamil masuk dalam kontraindikasi pemakaian terapi magnet? Jawab :
Karena magnet yang digunakan dalam terapi mengandung sinar inframerah yang bisa berpengaruh terhadap janin. Radiasi yang dimunculkan dikhawatirkan bisa membahayakan kandungan ibu.
7. Bagaimana mekanisme terapi magnet dalam memperlancar peredaran darah? Jawab :
Di dalam tubuh manusia terdapat sel-sel darah yang mengandung zat besi (Fe) dan Neodymium magnet (Nd2Fe14B) yang digunakan dalam terapi biomagnetik yang juga mengandung zat besi. Ketika magnet atau sinar inframerah diletakkan dekat pembuluh arteri utama, seperti pembuluh darah arteri akan terjadi perangsangan (reaksi Fe pada Neodymium terhadap Fe pada sel-sel darah) sehingga sel-sel yang sebelumnya saling menempel dan bersambungan akhirnya terurai. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi lebih lancar.
8. Bagaimana pemakaian terapi magnet terhadap pasien stroke? Jawab :
Pasien stroke diperbolehkan menggunakan terapi magnet. Karena dalam terapi magnet memiliki manfaat untuk memperlancar peredaran darah dan membantu mengaktifkan sel syaraf.
9. Bagaimana pemakaian terapi magnet terhadap pasien pendarahan? Jawab :
Perkecualian pada pasien pendarahan, karena terapi magnet dapat memperlancar peredaran darah. Akibatnya, pendarahan semakin hebat dan dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien. Jadi pasien pendarahan termasuk dalam kontraindikasi terapi magnet.
10. Terapi magnet juga bisa untuk pasien nyeri. Bagaimana mekanisme terapi magnet dalam mengatasi nyeri kronik? Jawab :
Nyeri kronik adalah keadaan aliran energi dalam tubuh abnormal.Saat aliran energi dalam tubuh abnormal, kulit disekeliling titik akupoint biasanya menjadi perih dan nyeri jika tersentuh. Dengan terapi magnet syaraf di sekitar titik akupoint distimulasi energi elektromagnetik, sehingga rasa perih dan nyeri berkurang.